Anda di halaman 1dari 28

GANGGUAN

PENGHIDU

kelompok 1:
Taovan M.P
Ayu R.A
Ryan K.L

Pendahuluan..
Anatomi
Hidung : -hidung bagian luar (menonjol pada garis

tengah di antara pipi dan bibir atas.)


-hidung bagian dalam
bagian-bagian hidung luar, dari atas ke bawah :
punggung hidung (dorsum nasi)
supratip area
upper septum cartilago

Lanjutan..
Tip
lower septum cartilago
Columella
Alanasi
Nasolabial
Hidung bagian dalam (kavum nasi) dibagi oleh

septum, dinding lateral terdapat konka superior,


konka media, dan konka inferior.

Lanjutan..
terdapat 4 sinus paranasal yaitu:
sinus frontal
sinus sphenoid
sinus ethmoid (sinus ethmoid anterior dan

sinus ethmoid posterior)


sinus maksilla

Lanjutan..

PEMBAHASAN

GANGGUAN PENGHIDU

terhalangnya partikel bau ke reseptor saraf atau

terganggunya

nervus

olfaktorius

(mulai

dari

reseptor sampai pusat olfaktorius).


Etiologi dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
defek konduktif : infeksi/inflamasi, trauma wajah,

massa/tumor
defek

sentral/sensorineural

infeksi/infalamasi

defek sentral, tumor intrakranial, trauma kepala,


proses degeneratif

molekulmolekul
dilepaskan oleh
substansi di
sekitar kita

stimulasi sel
saraf

Adanyagangguan
atau kerusakan dari
selsel olfaktoris
Ataupun terdapat
kerusakan dari
sarafnya
Ataupun terdapat
kerusakan dari
saraf pusat di otak

pesan ke
otak,
dimana bau
dan rasa
khusus di
identifikasi

Gejala klinis
Gangguan kuantitatif : kehilangan atau penurunan

kemampuan penciuman (anosmia, hiposmia)


Gangguan

kualitatif

distorsi

atau

ilusi

dari

penciuman (parosmia)
Halusinasi

penciuman

(kakosmia)

dikarenakan

gangguan lobus temporal atau gangguan psikiatrik


Kehilangan

penciuman

kemampuan

dalam

diskriminasi

Klasifikasi

Hiposmia
Definisi : hiposmia (Decrease Sense of Smell) adalah suatu

keadaan dimana berkurangnya daya penghidu seseorang.


Prognosis : Prognosis hiposmia sebagian besar bergantung

pada

etiologinya.

Hiposmia

akibat

obstruksi

yang

disebabkan oleh polip, neoplasma, pembengkakan mukosa,


atau deviasi septum dapat disembuhkan. Bila sumbatan tadi
dihilangkan, kemampuan penciuman semestinya kembali.

Anosmia
Definisi : anosmia (Complete Loss of Smell) adalah suatu

keadaan dimana hilangnya daya penghidu seseorang.


Prognosis : anosmia akibat kerusakan N. olfaktorius

karena infeksi virus biasanya memiliki prognosis yang


buruk karena tidak dapat diobati.

Parosmia
Definisi : parosmia (Preverted Sense of Smell) adalah suatu

keadaan dimana sensasi penghidu seseorang berubah


Prognosis : pada kelainan parosmia pasca-trauma mungkin

akan dapat sembuh, yang biasanya akan terjadi dalam


beberapa minggu setelah trauma. Tetapi bila setelah 3 bulan
tidak membaik, berarti prognosisnya menjadi buruk.

Kakosmia
Definisi : (Perception of Non Existent Foul Odors) adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami halusinasi bau. Biasanya


keadaan ii dialami oleh pasien skizofrenia, dimana stimulus berasal
dari ekstrinsik dan disebabkan oleh seseorang yang menjadi stressor
pasien. Pada depresi, stimulus berasal dari intrinsic dan lebih
meluas. Ada beberapa pendapat yang mempercayai bahwa
kelompok amygdale nuclei adalah sumber dari halusinasi.
Prognosis : prognosis kakosmia bergantung terhadap etiologinya.

DIAGNOSIS

Anamnesis
didapatkan beberapa keluhan berupa

hilangnya daya penghiduan, kurang tajamnya


penciuman, daya penciuman yang terlalu
peka, gangguan penciuman bilamana tercium
bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu
putih tercium sebagai bau bawang goreng.
Penciuman yang tidak menyenangkan atau
yang memuakan seperti bacin, pesing dsb.

Pemeriksaan fisik
fisis untuk menilai letak kelainan pada

gangguan penciuman dapat dilakukan


evaluasi nasal dengan cara pemeriksaan
rinoskopi anterior.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada


rinoskopi anterior :
Mukosa. Dalam keadaaan normal berwarna merah muda, pada radang

berwarna merah, pada alergi pucat atau kebiruan (livid)


Septum.

Normalnya terletak ditengah dan lurus, perhatikan apakah

terdapat deviasi, krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll.


Konka. Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi

atau atrofi
Sekret. Bila ditemukan sekret perhatikan jumlah, sifat dan lokalisasinya
Massa.

Pemeriksaan sensoris fungsi


penciuman
Langkah pertama menentukan sensasi kualitatif
Tes Odor stix

Scratch and sniff card

The University of Pennyslvania Smell Identification Test (UPSIT)

Langkah ke-dua menentukan ambang deteksi

menetapkan ambang deteksi untuk bau alkohol feniletil.

Ambang ini ditetapkan menggunakan rangsangan


bertingkat. Sensitivitas untuk masing-masing lubang
hidung ditentukan dengan ambang deteksi untuk fenil-teil
metil etil karbinol. Tahanan hidung juga dapat diukur
dengan rinomanometri anterior untuk masing-masing sisi
hidung.

Pemeriksaan penunjang
CT Scan
MRI
Pemeriksaan laboratorium

Penatalaksanaan
Pasien dengan keluhan disfungsi olfaktorius harus

menjalani berbagai pemeriksaan untuk mengetahui


penyebab

dasarnya

karena

akan

diterapi

berdasarkan penyebabnya.
Penatalaksanaan dibedakan menjadi :
1. Transport Olfactory Loss (konduktif/penghantaran)
2. Sensorineural Olfactory Loss

1. Penghantaran
(1) Management alergi;
(2) Terapi antibiotik;
(3)

Terapi

glukokortikoid

topikal

dan

sistemik;dan
(4) Operasi polip nasi, deviasi septum nasi,
dan kronik hiperplastik sinusitis.

2. Sensorineural
Tidak ada terapi dengan kemanjuran yang

telah

terbukti

sensorineural

bagi
olfactory

kurang

penciuman

loss.

Beruntung,

perbaikan spontan sering terjadi.


Terapi vitamin A dan Zinc ( dianjurkan )

Kesimpulan
Gangguan penghidu adalah suatu kelainan

yang ditandai dengan gangguan kuantitatif


dan kualitatif pada penciuman. Gangguan
penghidu merupakan suatu kelainan yang
terjadi karena didasari oleh suatu kelainan
primer.
kelainan

Kelainan

tersebut

konduksi,

dapat

kelainan

berupa

sensoneural

maupun kelainan pada sistem saraf pusat.

Gangguan

penghidu

dapat

diklasifikasikan

menjadi hiposmia, anosmia, parosmia, dan


kakosmia.
Gangguan

penghidu

dapat

di

diagnosa

dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.

Gangguan

penghidu

dapat

diklasifikasikan

menjadi hiposmia, anosmia, parosmia, dan


kakosmia.
Gangguan

penghidu

dapat

di

diagnosa

dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. From :

http://www.e-jurnal.com/ilmu-penyakit-anatomifisiologi-tht-telinga-hidung-tenggorokan/
. Diakses tanggal 11 Oktober 2012
Arsyad Soepardi, Efiaty, Iskandar, Nurbaeti,
dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Guyton, Arthur, Hall, John. 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai