Anda di halaman 1dari 10

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL PADA PASIEN COVID-19

BESERTA INTERVENSINYA

1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF


A. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.

B. Penyebab:
a. Fisiologis
1. Spasme jalan napas 6. Sekresi yang terthan.
2. Hipersekresi jalan napas. 7. Hyperplasia dinding jalan
3. Disfungsi neuromuskuler. napas.
4. Benda asing dalam jalan 8. Proses infeksi.
napas. 9. Respon alergi.
5. Adanya jalan napas
buatan.
b. Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Paparan polutan

C. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
- 1. Batuk tidak efektif atau tidak mampu
batuk
2. Sputum berlebih atau obstruksi pada
jalan napas.
3. Mengi, wheezing dan atau ronkhi
kering.

D. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyinapas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah

E. INTERVENSI

1. MANAJEMEN ISOLASI
a. Observasi
1. Identifikasi pasien yang membutuhkan isolasi.
2. Lakukan skrining pasien isolasidengan kriteria (mis. >2 minggu, suhu
>37°C, Riwayat perjalanan dari wilayah endemik)
b. Teraupetik
1. Tempatkan satu pasien dalan satu kamar.
2. Pasang poster kewaspadaan pada pintu kamar pasien.
3. Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment. (sebelum kontak dengan
pasien, sebelum Tindakan aseptik, setelah kontak dedngan pasien, setelah
kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien)
4. Pastikan kamar pasien dalam tekanan negative.
5. Hindari pengunjung dibawah 12 tahun.
2. MANAJEMEN JALAN NAPAS
a. Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (gargling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum(jumlah, warna).
b. Terapeutik
1. Pertahankan ketepatan jalan napas dengan heat tilt dan chin lift jika curiga
trauma servikal.
2. Posisikan semi fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan terapi dada jika perlu
5. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiper oksigenasi sebelum penghisapan endotracheal
7. Berikan oksigen bila perlu.
c. Edukasi
1. anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif.
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian brhonkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
2. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
A. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

B. Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan 7. Maturitas neurologis.
2. Hambatan upaya napas (mis. 8. Penurunan energi.
nyeri saat bernapas, 9. Obesitas.
kelemahan otot pernapasan) 10. Posisi tubuh yang
3. Deformitas dinding dada. menghambat ekspansi paru.
4. Deformitas tulang dada. 11. Sindrom hipoventilasi.
5. Gangguan neuromuskular. 12. Kerusakan inervasi diafragma
6. Gangguan neurologis (mis (kerusakan saraf CS ke atas).
elektroensefalogram [EEG] 13. Cedera pada medula spinalis.
positif, cedera kepala 14. Efek agen farmakologis.
ganguan kejang). 15. Kecemasan.

C. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
Dyspnea 1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea.
bradipnea, hiperventilasi kussmaul
cheyne-stokes).

D. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
Ortopnea 1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior-
posterior  meningkat.
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
E. INTERVENSI
MANAJEMEN JALAN NAPAS
1. Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
3. ANSIETAS
A. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.

B. Penyebab
1. Krisis situasional 8. Hubungan orang tua-anak
2. Kebutuhan tidak terpenuhi tidak memuaskan
3. Krisis maturasional 9. Faktor keturunan
4. Ancaman terhadap konsep (temperamen mudah
diri teragitasi sejak lahir)
5. Ancaman terhadap kematian 10. Penyalahgunaan zat
6. Kekhawatiran mengalami 11. Terpapar bahaya lingkungan
kegagalan (mis. toksin, polutan, dan
7. Disfungsi sistem keluarga lain-lain)
12. Kurang pengetahuan

A. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat dari 2. Tampak tegang
kondisi yang dihadapi 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi

B. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientas pada masa lalu

C. INTERVENSI
1. REDUKSI ANXIETAS
a. Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
b. Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
c. Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

2. TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan.
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm
atau imajinasi terbimbing )
4. RESIKO INFEKSI
1. Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

2. Faktor Risiko
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltic 4) Penurunan kerja siliaris
2) Kerusakan integritas 5) Merokok
kulit 6) Statis cairan tubuh
3) Perubahan sekresi pH
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penuruan hemoglobin 4) Supresi respon
2) Imunosupresi inflamasi
3) Leukopenia 5) Vaksinasi tidak adekuat

3. INTERVENSI
PENCEGAHAN INFEKSI
1. Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Terapeutik
1) Tidak boleh dikunjungi oleh keluarga pasien
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi infeksi
4) Batasi petugas yang menangani pasien
5) Gunakan APD sesuai ketentuan
3. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan etik batuk
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. HIPERTERMIA
A. Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh

B. Penyebab
1) Dehidrasi 5) Peningkatan laju metabolism
2) Terpapar lingkungan panas 6) Respon trauma
3) Proses penyakit 7) Aktivitas berlebihan
4) Ketidaksesuaian pakaian
dengan suhu lingkungan

C. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
- 1. Suhu tubuh diatas nilai normal

D. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
- 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

E. INTERVENSI
MANAJEMEN HIPERTERMIA
1. Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas)
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor produksi urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
2. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Beri cairan oral
5) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia, kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
6) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
7) Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit melalui intravena jika perlu

Anda mungkin juga menyukai