Oleh:
NUR AZIZA
NIM: 14201.08.16033
PROBOLINGGO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. ANATOMI
B. FISIOLOGI
interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti. Hipotalamus terletak
pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom,
Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang,
Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama
tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal
dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai
pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu,
marah, depresi, panik dan takut). Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:
7. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot
Demam adalah kondisi dimana suhu tubuh berada di atas normal. Suhu tubuh normal
manusia berkisar pada 36- 37°C, namun saat demam dapat melebihi 37°C. (Kurniati, 2016 dalam
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus (Fadli & Hasan, 2018). Demam adalah
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu
> 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun,
D. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni (2015) bahwa
etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
E. Patofisiologi
Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi) akan menstimulasi sel
host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi indogeneus pyrogen (Eps).
ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada
“set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Fadli & Hasan, 2018).
F. Pathway
Respon hipotalamus
Intoleran aktivita s kelemahan peningkatan suhu gangguan rasa nyaman Gangguan pola tidur
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi
dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru
saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
H. Manifestasi Klinis
2. Kulit kemerahan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
I. Komplikasi
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
Menurut Fadli & Hasan 2018, demam dapat membahayakan keselamatan anak jika
tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti, kejang dan
penurunan kesadaran.
J. Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
antipiretik berupa:
a. Paracetamol
b. Ibuprofen
2. Tindakan non farmakologis Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang
d. Memberikan kompres.
e. Menurut jurnal Fadli & Hasan, 2018 menyatakan bahwa Kompres adalah salah satu
terapi non farmakologi yang mampu manangani suhu tubuh anak yang mengalami
febris, Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan
suhu tubuh.
K. Asuhan Keperawatan
Dasar data atau data fokus pengkajian klien dengan demam antara lain :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam adalah panas atau demam yang tidak turun-turun.
Penyakit yang sedang dialami saat ini : sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
kronik lainnya.
b) Pola eliminasi
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan dibantu. Pembatasan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad
klien.
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus
gangguan.
sakitnya.
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
(respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam. Kulit
(dehidrasi/malnutrisi).
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
c. Pemeriksaan penunjang
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi
penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah
lekosit antara 3000-4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan
dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu
2) Pemeriksaan urine
dalam urine.
3) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
4) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah
5) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi
yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H.
Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi
peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan
Salmonella typhi.
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat
demam
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
a. SLKI
1) Termoregulasi
Indikator 1 2 3 4 5
Kulit kemerahan
Pucat
Takikardi
Suhu kulit
2) Status kenyamanan
Indikator 1 2 3 4 5
Gelisah
Keluhan sulit tidur
Menangis
3) Status nutrisi
Indikator 1 2 3 4 5
Porsi makan yang di habiskan
Membrane mukosa
Bising usus
Nafsu makan
b. SIKI
1) Manajemen hipertermi
b) Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan yang baik dan benar
3) Edukasi termoregulasi
a. SLKI
1) Tingkat pengetahuan
Indikator Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
Perilaku
2) Motivasi
Indikator Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
Perilaku bertujuan
Pengambilan kesemapatan
Bertanggung jawab
3) Tingkat kemauan
Indikator Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
b. SIKI
1) Edukasi Kesehatan
a) Observasi
g) Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak
biasa.
3) Edukasi Diet
a. SLKI
1) Hidrasi
Indikator 1 2 3 4 5
Turgor kulit
Merman mukosa lembab
Bola mata cekung
Peningkatan suhu tubuh
2) Control resiko hipertermia
Indikator 1 2 3 4 5
Modifikasi aktifitas fisik untuk
Indikator 1 2 3 4 5
Asupan makanan secara oral
Asupan minuman secara oral
b. SIKI
1. Pemantauan cairan
a) Monitor nadi
b) Monitor pernafasan
3. Manajemen nutrisi
Aryanti Wardiyah. et. Al. 2016 Tentang : Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di
Ruang Alamanda RSU Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, jurnal keperawatan
muhamadiyah.
Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional