Disusun Oleh :
Nur Aziza
14901.07.20031
A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen (Nari Jois, 2019).
pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejalanya terutama
adalah muntah dan diare. Gatroenteritis akut merupakan perwujudan infeksi biasanya
kandungan cairan dalam feses, kram perut, demam, mual muntah (Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis adalah iritasi dan peradangan pada lapisan dalam lambung dan
usus kecil. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau parasite, serta
menyebabkan muntah dan diare yang parah (Kardiyudiani & Susanti, 2019).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya gastroenteritis terdiri dari (Muttaqin, Arif & Kumala Sari, 2011).
1. Infeksi virus
viral di Amerika Serikat. Cara transmisi adalah fekal-oral, manusia ke manusia, air
yang terkontaminasi feses norovirus. Masa inkubasi 12-48 jam dengan gejala awal
mual, diare, muntah, nyeri kepala dan hipertermi. Agen virus lainnya yang juga
2. Infeksi bakteri
feses dengan bakteri meliputi Shigella, Salmonella C. jejuni, Yersinia enterocolitica, E. coli,
vulnificus.
3. Infeksi parasit
4. Toksisitas makanan.
manifestasi diare. Agen toksisitas bisa dihasilkan Oleh toksin (S. aureus, B. cereus)
Aeromonas).
Pada kondisi zat gizi berkurang, kelaparan apalagi perut kosong dalam
waktu yang cukup lama, kemudian pada waktu yang bersamaan diisi dengan
mengandung lemak, banyak serat, terlalu manis atau dapat juga karena kekurangan
zat putih telur maka akan meningkatkan respons saluran gastrointestinal dan terjadi
peradangan.
C. Anatomi & Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologi
a. Fundus ventrikuli: Bagian yang menonjol ke atas, terletak sebelah kiri osteum
kardiak, biasanya berisi gas. Pada batas dengan esofagus terdapat katup
sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli: Merupakan segitiga osteum kardia yaitu suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor, merupakan bagian utama dari lambung.
c. Antrum pilorus bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus, merupakan muara bagian distal berlanjut ke
duodenum.
d. Kurvatura minor: Sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardia sampai
ke pilorus.kuvatura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor, lipatan
ganda dari peritonium.
e. Kurvatura mayor: Terbentang pada sisi kiri ostium kardia melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior, lebih panjang dari
kurvatura minor, dihubungkan dengan kolon transversum oleh omentum mayor
lipatan ganda dari peritonium.
f. Ostium kardia: Mempakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorus, tidak mempunyai sfingter
khusus hanya berbentuk Cincin membuka dan menutup. Dengan kontraksi dan
relaksasi, osteum dapat tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serat otot
pada dasar esofagus.
Fungsi lambung :
a. Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esofagus, menghancurkan
makanan dan menghaluskan makanan dengan gerakan perisialtik Iambung dan
getah lambung.
1) Mekanisme: Menyimpan, mencampur dengan sekret lambung, dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara
gerakan pristaltik setiap 20 detik.
2) Kimiawi: Bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan
enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara Iain:
a) Pepsin: Memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
agar dapat diabsorpsi di intestinum minor.
b) Asam garam (HCI): mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan
desinfektan yang masuk ke dalam makanan. Di samping itu mengubah
pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.
c) Renin :sebagai ragi yang membekukan susu ;membentuk kasien dan
kasinogen dari protein.
d) Lapisan lambung: memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung.
b. Fungsi bakteresid: oleh asam lambung.
c. Membentuk proses pembentukan eritrosit: lambung menghasilkan zat faktor
instrinsik bersama dengan faktor instrinsik dari makanan, membentuk zat yang
disebut anti-anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan di
dalam hati.
D. Manifestasi klinis
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi gelisah, cengeng,
suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian
timbul diare. Feses makin cair mungkin mengandung lendir atau darah dan warna
feses menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Gejala muntah dapat terjadi
1. Diare Akut
Diare lebih dari 3 kali berlangsung kurang dari 14 hari dengan disertai pengeluaran
feses lunak atau cair, tidak mengandung darah, mungkin disertai panas dan
muntah. Apabila penderita telah mengalami banyak kehilangan air dan elektrolit,
3. Disentri
Tanda gejala disentri adalah BAB cair, sering dan disertai dengan darah yang
dapat dilihat dengan jelas. Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi:
a. Letargis
b. Demam
c. Kejang
d. Nyeri perut
e. Prolaps rectum
gizi dan dehidrasi. Dapat juga kemungkinan invaginasi dengan tanda dan gejala:
dominan lendir dan darah, massa intra-abdominal dan muntah, kesakitan dan
gelisah.
E. Klasifikasi
Gastroenteritis ). Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor kulit perut
menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan keriput,
mata cekung tidak, penurunan kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen,
kualitas bising usus hiperperistaltik. cekung ubun-ubun kepala. Derajat Dehidrasi Metode
Pierce :
F. Patofisiologi
infeksi dengan melakukan lavasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi
1. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat
yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus. Isl rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya
Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar melakukan
absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan
dari gastroenteritis akan menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus,
serta absorpsi air menjadi terganggu. Selain itu, dapat terjadi gastroentestinal
disebabkan karna masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E. coli dan Vibrio cholera) akan
bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit
Hipertermi
Intoleran Aktivitas
G. Komplikasi
1. Dehidrasi
Dehidrasi ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita
gastroenteritis
2. Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena adanya kehilangan Na-bikarbonat
bersama tinja, adanya ketosis kelaparan akibat metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga terjadi penimbunan keton dalam tubuh, terjadi penimbunan
asam laktat, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria), dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan.
Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull
(Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 2017).
3. Hipoglikemia
Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan sirkulasi
5. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran tetapi susu yang encer ini diberikan terlalu lama serta karena adanya
peningkatan peristaltik usus, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna
dan diabsorbsi dengan baik.
H. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Muttaqin & Kumala Sari (2011) pemeriksaan penunjang pada
1. Pemeriksaan darah rutin, digunakan untuk mendeteksi kadar berat jenis plasma
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini Muttaqin & Kumala Sari (2011) penatalaksanaan medis
pada pasien gastroenteritis meliputi:
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
b. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
c. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB
/hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset
1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
d. Obat- obatan
1) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg /
kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk pasien anak dengan Gastroenteritis akut mengacu pada dasar
keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit serta pemberian tindakan yang harus
ditangani dengan tepat sehingga menekan angka terjadi dehidrasi dan komplikasi
A. Anamnesis (pengkajian)
1. Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, alamat, tanggal lahir,jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku, bangsa, tanggal masuk rumah
sakit, no.register/MRS, serta penanggung jawab.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat pertama kali dilakukan pengkajian
klien mengatakan tinja semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak cairan dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Jenis gangguan kesehatan yang dialami sebelumnya oleh pasien,
seperti riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Biasanya klien dengan keluhan tidak nafsu makan, batuk, mual,
muntah dan , kelelahan dan nyeri di pada abdomen.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Biasanya riwayat penyakit yang pernah dialami oleh orang tua
seperti ibu pasien mengalami penyakit ,TB,atau HEPATITIS
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran : composmentis
2) Berat badan : Biasanya terjadi penurunan berat badan
3) Tanda-Tanda vital
Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien meningkat
Suhu : Biasanya suhu klien hipotermi
Pernafasan : Biasanya pernafasan klien mengalami sesak nafas
Nadi : Biasanya klien mengalami peningkatan denyut nadi
4) Kepala:
Inspeksi: Mengamati bentuk kepala, adanya lesi, warna,
kesimetrisan
Palapasi : Adanya oedema, atau nyeri tekan.
5) Rambut:
Inspeksi: mengamati warna (hitam), kebersihan, apakah ada
ketombe atau tidak.
Palpasi: tekstur (lembut kasar, tebal tipis), kekuatan pada rambut
6) Wajah:
Inspeksi: mengamati kesimetrisan wajah, lesi, bentuk wajah
Palpasi: adanya nyeri tekan, oedema
7) Mata:
Inspeksi: amati kesimitrisan, warna, lesi, sclera ikterik, pupil bulat,
konjungtiva pucat, sclera ikterik
Palpasi: kekenyalan pada mata nyeri tekan, benjolan (dilakukan
dengan menutup mata)
8) Hidung:
Inspeksi: amati adanya lesi, kesimetrisan, warna, bentuk khusus
hidung, adanya radang, adanya nafas cuping hidung
Palpasi: keenturan hidung, nyeri tekan.
9) Mulut:
Amati bibir: cyanosis, lesi, kering, sumbing.
Buka mulut pasien: kebersihan, bau mulut, lesi mukosa
Amati gigi: kebersihan gigi, karies gigi, gigi berlubang atau tidak,
gigi palsu
Minta pasien menjulurkan lidah: amati kesimetrisan, warna, lesi
Palpasi lidah: lakukan penekanan dengan menggunakan sudip
lidah, dengan meminta pasien membunyikan huruf “A”
10) Leher:
Inspeksi: amati bentuk, kesimetrisan, warna, lesi, biasanya tida
adanya pembesaran kelenjer thyroid
Palpasi: perikasa adanya benjolan, ukuran, tanda oliver (pada saat
denyut trakea tertarik ke bawah)
11) Paru-paru
Inspeksi : amati simetris kiri dan kanan, lesi, warna, frekuensi saat
bernafas (permenitnya) dan bentuk
Palpasi : melakukan takstil fremitus dengan mengatakan 77
Perkusi : terdapat bunyi sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi wheezing ,ronchi dll (bunyi
normalnya: trakeal, bronchial, bronkovasikyler, vasikuler)
12) Jantung
Inspeksi : amati kesimitrisan pada kedua sisi, adanya lesi, warna
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, terdapat pembesaran
pada jantung
Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi yang
untuk menentukan batas jantung
auskultasi : normalnya s1 (lub) dan s2 tunggal (dub), abnormalnya
terdapat bunyi s4 (gallop) sesudah bunyi dub
13) Perut/Abdomen
Inspeksi : warna, bentuk dan ukuran perut
Auskultasi: dengarkan suara bising usus normlanya adalah
sebanyak 8-35 per menit
Palpasi : rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati
Perkusi : untuk menentukan suara timpani
14) Genetalia
Inspeksi: Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik..
15) Sistem integrumen (kulit dan kuku)
Inspeksi: biasanya tidak terdapat odem saat di amati dan kuku tidak
cyanosis atau ikterik
Palpasi: Rasakan adanya perubahan-perubahan pada kelembapan
atau turgor kulit serta lakukan CRT
16) Ekstermitas: kaji kekuatan otot .
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Di awali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola Eliminasi
Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari
4 x sehari, BAK sedikit atau jarang.
4) Pola Aktivitas
Akan terganggu kondisi karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Dehidrasi diartikan sebagai kurangnya cairan di dalam tubuh karena jumlah yang
keluar lebih besar dari pada jumlah yang masuk. Jika tubuh kehilangan banyak cairan,
Penurunan asupan cairan dapat terjadi pada pasien yang sedikit mengkonsumsi
cairan tanpa mereka sadari bahwa mereka kehilangan cairan tubuh yang dapat
membahaykan tubuh mereka. Kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan
(Triyana, 2012).
Dehidrasi lebih mudah terjadi pada anak-anak dan wanita karena di dalam
tubuhnya banyak mengandung lemak yang hanya mengandung 20% air. Pada manula juga
sering terjadi dehidrasi karena kadar air dalam tubuhnya menurun akibat penuaan organ-
organ tubuh. Selain faktor kondisi tubuh, dehidrasi umumnya lebih mudah terjadi pada
orang yang memiliki banyak aktivitas seperti remaja atau atlet olahraga dengan porsi
latihan besar.
Dehidrasi dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi tubuh, hal ini terjadi
pada: kehilangan cairan 2% dari total berat badan dapat memberikan efek penurunan
performa, tubuh menjadi lemas, lemah, dan berkurangnya konsentrasi. Saat dehidrasi
mencapai 4%, kapasitas kerja otot menurun; 5%, tubuh mengalami heat exhaustion
(Keletihan yang dialami tubuh yang disebabkab karenan hilangnya cairan); 7%, dapat
menyebabkan terjadinya halusinasi akibat otak mulai terlalu ‘panas’ dan kerjanya menjadi
tidak terkontrol; 10%, terjadi heat stroke (keadaan dimana suhu tubuh terlalu tinggi dan
kerja organ tubuh menjadi kacau). Rasa haus dan bibir kering merupakan indikasi dehidrasi
yang terlambat. Oleh karena itu, sebaiknya atlet minum tidak hanya saat atlet merasa haus
A. Tanda-tanda dehidrasi
1. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dan 285 mosmol/liter).
135 mq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter)
B. Klasifikasi Dehidrasi
1. Dehidrasi ringan/sedang
2. Dehidrasi berat
1. Dehidrasi
2. Dehidrasi hipotonik
3. Dehidrasi hipertonik
cairan berlebihan, Disfagia, Gangguan rasa haus, kesadaran, Infeksi sistemik : suhu
tubuh meningkat.
D. PENATALAKSANAAN
dalam proporsi tepat dapat secara pasif dihantarkan melalui cairan dari lumen usus ke
dalam sirkulasi. Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi adalah dengan
kandungan glukosa 2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30 mEq/L, kalium 20-25
intravena, Penyebab dehidrasi harus digali dan ditangani dengan baik. Penanganan
a) Tahap Pertama
yang membutuhkan penanganan cepat. Pada tahap ini dapat diberikan cairan
kristaloid isotonik, seperti ringer lactate (RL) atau NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB.
Perbaikan cairan intravaskuler dapat dilihat dari perbaikan takikardi, denyut nadi,
produksi urin, dan status mental pasien. Apabila perbaikan belum terjadi setelah
cairan diberikan dengan kecepatan hingga 60 mL/kgBB, maka etiologi lain syok
b) Tahap Kedua
diukur dari jumlah kehilangan cairan (urin, tinja) ditambah IWL. Jumlah IWL adalah
antara 400-500 mL/m2 luas permukaan tubuh dan dapat meningkat pada kondisi
demam dan takipnea. Secara kasar kebutuhan cairan berdasarkan berat badan
adalah: Berat badan < 10 kg = 100 mL/ kgBB Berat badan 10-20 kg = 1000 + 50
mL/ kg BB untuk setiap kilogram berat badan diatas 10 kg Berat badan > 20 kg =
Hipotensi
Ortostatik
Jaringan Lidah Kering Lidah Keriput Atonia
3) Kontrol nyeri
Indikator 1 2 3 4 5
Melaporkan
nyeri terkontrol
Dukungan
orang terdekat
Kemampuan
mengenali
penyebab
nyeri
3 Defisit nutrisi 1) Nafmbran Indikator 1 2 3 4 5 1) Manajemen nutrisi
berhubungan mukosa pucat Nyeri abdomen a) Identifikasi status nutrisi
dengan 2) Diare Diare b) Identifikasi makanan yang
ketidakmampua Berat badan disukai
n mencerna c) Monitorberat badan
makanan Porsi makan yang 2) Konseling nutrisi
di habiskan a) Monitor intake, dan output
Membran mukosa cairan nilai hemoglobin,
1) Status nutrisi tekanan darah, kenaikan berat
badan, kebasaan membeli
2) Eliminasi fekal makanan.
Indikator 1 2 3 4 5 b) Identifikaasi kebiasaan makan
Kontrol dan perilaku makan yang
pengeluaran feses diubah
Nyeri abdomen c) Bina hubungan terapeutik
Frekuensi defekasi 3) Manajemen gangguan makan
a) Monitor asupan dan keluarnya
3) Nafsu makan makanan dan cairan serta
Indikator 1 2 3 4 5 kebutuhan kalori
Asupan makanan b) Dampingi kekamar mandi
untuk pengamatan perilaku
Asupan nutrisi memuntahkan makanan
Energi untuk kembali
c) Timbang berat badan
makan
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI