Oleh :
Nur Aziza
14901.07.20031
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
BANGIL,
MAHASISWA
Nur Aziza
KEPALA RUANGAN
LEMBAR KONSULTASI
NIM :14901.07.20031
dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan
berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang
abdomen pada bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kearah
bawah dan atas ; serat obliquus internus berjalan keatas dan kedepan ; serat
transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan transversal
di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung
4. Peritoneum
Peritoneum merupakan membran serosa yang transparan dan mengkilat.
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang
dan peritoneum visceral, yang menyelaputi semua organ yang berada di dalam
rongga itu.
serosa).
F. PATOFISIOLOGI
Penurunan distensi
Kontraksi kandung kemih
Progesterone &
uterus
Esterogen
edema dan
Involusi
memar di uretra
Adekuat
penurunan
gangguan sensitivitas dan
Defisit
Kelemahan Kurang O2 Hb Pengeluaran eliminasi
Perawatan Diri sensai kandung
lochea urin kemih
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Periferal.
Komplikasi yang bersifat ringan seperti peningkatan suhu tubuh dan bias
bersifat peritonitis dan sepsis.
2. Perdarahan.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang
uteri ikut terpotong atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka pada blass, embolisme paru dan lain-lain.
4. Kurang kuatnya parut dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
4. Urinalisis / kultur urine.
5. Pemeriksaan elektrolit (Prawirohardjo,S, 2017)
6. Ultrasonography (USG)
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat – obat lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Keperawatan
a. Diet
Makanan dan minuman diberikan setelah klien dapat menggerakkan kakinya,
diilakukan secara bertahap dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan
yang diberikan berupa bubur saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan
makanan.
b. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai setelah kaki dapat digerakkan
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
c. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
f. Edukasi
1) Boleh hamil setelah 2-3 tahun.
2) Jika section caesaria dilakukan karena panggul sempit maka persalinan
berikutnya section caesaria lagi. (Prawirohardjo,S, 2017)
J. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan gangguan sensorik motorik
yang ditandai dengan retensi urine.
2. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan
ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidakmampuan mengenakan pakaian
pada bagian bawah tubh, ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara
komplet.
3. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan karena
tanggung jawab menjadi orang tua yang memiliki bayi yang baru lahir, yang
ditandai dengan tidak merasa cukup istirahat.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera yang ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri (meringis), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, dan
sikap melindungi area nyeri.
5. Resiko infeksi yang ditandai dengan efek prosedur pembedahan invasif ditandai
dengan adanya luka post operasi
6. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
gelisah tegang
7. kerusakan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan proses pembedahan
ditandai dengan adanya sayatan
8. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan nyeri saat bergerak
9. Hipotermi berhubungan dengan efek agen farmakologis ditandai dengan
menggigil
10. Resiko cidera akibat kondisi operasi berhubungan dengan perubahan sensai
ditandai dengan hipotensi
11. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan efek samping
prosedur ditandai dengan anoreksi nervosa
1.2 PROSEDUR PEMBEDAHAN
A. PENGERTIAN
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatann pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar,
1998 dalam Siti, dkk 2013)
B. TUJUAN
1. Untuk memberikan acuan tindakan sectio caesarea sehingga mendapatkan hasil
tindakan yang optimal dengan morbiditas dan motralitas ibu dan bayi serendah
mungkin.
2. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari ibu dan janin sehingga angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin dapat ditekan serendah mungkin
C. INDIKASI
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, pramiparatua disertai ada
kelainan letak, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), terdapat
kesempitan pannggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio
plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas
permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung-DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi (Jitowiyono, 2010).
D. KONTRAINDIKASI
Sectio sesarea tidak boleh dikerjakan kalau ada keadaan berikut ini :
1. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan
hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alas an untuk melakukan operasi
berbahaya yang tidakdiperlukan.
2. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk caesarea
extraperitoneal tidak tersedia.
3. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman. Kalau keadaannya tidak
menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten
yang memadai Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan gangguan
sensorik motorik yang ditandai dengan retensi urine.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan
ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidakmampuan mengenakan pakaian
pada bagian bawah tubh, ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara
komplet.
2. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan karena
tanggung jawab menjadi orang tua yang memiliki bayi yang baru lahir, yang
ditandai dengan tidak merasa cukup istirahat.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera yang ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri (meringis), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, dan
sikap melindungi area nyeri.
4. Resiko infeksi yang ditandai dengan efek prosedur pembedahan invasif ditandai
dengan adanya luka post operasi
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
gelisah tegang
6. Kerusakan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan proses pembedahan
ditandai dengan adanya sayatan
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan nyeri saat bergerak
8. Hipotermi berhubungan dengan efek agen farmakologis ditandai dengan
menggigil
9. Resiko cidera akibat kondisi operasi berhubungan dengan perubahan sensai
ditandai dengan hipotensi
10. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan efek samping
prosedur ditandai dengan anoreksi nervosa.
F. PERSIAPAN OPERASI
1) Linen set
Jenis linen set Jumlah
Doek besar 4
Doek kecil 7
Jas operasi 3
Handuk 1
Doek meja mayo 2
2) Set instrumen
JUMLAH
No. INSTRUMEN DAN SPONGE
Pra Int + an Post
1 Pinset anatomis 1 1 - 1
2 Pinset sirugis 2 2 - 2
3 Hand mess no.4 1 1 - 1
4 Hak Abdomen 1 1 - 1
5 Gunting benang 1 1 - 1
6 Gunting jaringan 1 1 - 1
7 Doek Klem 4 4 - 4
8 Ring tang 5 5 - 5
9 Kom 1 1 - 1
10 Kokher 2 2 - 2
11 Needel holder 2 2 - 2
12 Timang 1 1 - 1
13 Klem 4 4 - 4
14 Klem arteri 2 2 - 2
15 Mees No.20 1 1 - 1
16 Tube suction ( Selang suction ) 1 1 - 1
17 Kassa 50 50 - 50
18 Benang absorbsable Vicryl no 1 tappercut -
19 Benang absorbsable Vicryl no 0 tappercut -
20 Benang absorbsabe Monocryl no 3-0 cutting -
21 Underpad steril 1 1 - 1
22 Underpad non steril 1 1 - 1
23 Cairan Alkohol 70% 50cc 50cc - 50cc
24 Cairan Povidon Iodin 10% 100cc 100cc - 100cc
25 Cairan NACL 1 btl 1 btl - 1 btl
26 Cairan Chlorexidin 4% 20 cc 20 cc - 20 cc
27 Sofratull 1 pcs 1 pcs - 1pcs
28 Hifafix 15 cm 15 cm - 15 cm
G. PROSEDUR
1) Perawat sirkuler melakukan serah terima pasien dengan perawat bangsal
(konfirmasi identitas pasien, prosedur operasi, marking site, inform consent
tindakan bedah dan anastesi, alergi dan riwayat penyakit)
2) Perawat sirkuler melakukan sign in:
No Tindakan Sudah Belum
1 Pasien telah dikonfirmasikan
- Identitas pasien dan gelang pasien sudah √
sesuai √
- Lokasi operasi √
- Prosedur √
- Surat ijin operasi
2 Lokasi operasi sudah diberikan tanda √
3 Mesin dan obat-obat anastesi sudah di cek √
lengkap dan siap pakai
4 Pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi √
Ya Tidak
5 Apakah pasien mempunyai riwayat alergi √
6 Kesulitan bernafas atau resiko aspirasi atau
menggunakan alat bantu pernfasan √
7 Risiko kehilangan darah > 500 ml ( 7mg/kg BB √
pada anak), Bila YA, direncankan akses dan
pemberian cairan intravena.
3) Mengantar pasien masuk kamar operasi dan baringkan di meja operasi,yang
sudah terpasang underpad non steril.
4) Setelah pasien dilakukan anastesi spinal, posisikan pasien pada posisi supine..
5) Perawat melakukan tekhnik scrubbing, gowning, gloving.
6) Perawat instrument mempersiapkan alat instrument dan Bahan Medis habis Pakai
(BMHP) yang akan digunakan diatas meja mayo.
7) Perawat sirkuler mencuci daerah yang akan di insisi dengan povidon iodine 10%,
selanjutnya perawat instrument melakukan tehnik aseptic dan antiseptic dengan
menggunakan povidon iodine 10% pada daerah yang akan dilakukan insisi secara
melingkar sekitar 20 cm dari daerah insisi.
8) Perawat instrument dan asisten melakukan tekhnik Draping daerah medan operasi
dengan memasang doek besar dan sedang dan jepit menggunakan Doek Klam
dan pasang doek lubang, sehingga daerah yang akan di insisi terlihat. Pasang
suction.
9) Perawat sirkuler melakukan time out:
No Tindakan Sudah Belum
1 Seluruh anggota tim memperkenalkan nama dan √
perannya
2 Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat melakukan
konfirmasi seacara verbal
- Nama pasien √
- Prosedur √
- Lokasi dimana insisi akan dibuat √
3 Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan √
- Nama antibiotk yang diberikan? Ceftriaxone
- Dosis antibiotic yang diberikan? 1 gram
4 Antisipasi kejadian kritis :
a. Review dokter bedah :
- langkah apa yang akan diakukan bila Stop Operasi, Lapor
kondisi kritis atau kejadian yang tidak anesthesia
diharapkan?
- lama operasi? 45 menit
- antisipasikehilangandarah? 100
10) Sebelum mulai anjurkan operator bedah untuk memimpin doa, semoga operasi
berjalan lancer.
11) Berikan pinset sirurgies terlebih dahulu kepada operator untuk dilakukan
pengecekan efek anastesi di bagian kulit. Berikan mess no.20 beserta handle nya
kepada operator untuk dilakukan insisi PFranenstil kurang lebih 10 cm, dan
berikan arteri klam, kasa steril dan cauter pada asisten untuk control bliding.
12) Dokter operator melakukan insisi sampai ke Fasia, dan berikan Klam Kocher pada
asisten untuk menjepit Fasia, dan berikan Gunting Jaringan pada operator untuk
memotong / menggunting Fasia, mensplit Otot (Musculus Rectus Abdominis), dan
operator melanjutkan insisi sampai ke peritoneum mengunakan Gunting Jaringan.
13) Berikan Hak Abdomen pada asisten untuk membantuh memperluas lapang
pandang.
14) Berikan Mes no 20 beserta handle nya pada operator untuk melakukan Insisi pada
Segmen Bawah Rahim, dan asisten akan memecahkan Ketuban dengan
menggunakan Klem Arteri, dan asisten sambil mensuction air ketuban dan darah.
15) Keluarkan Bayi dari dalam Rahim, dan setelah Bayi keluar berikan Klam Arteri
Lurus 2 buah untuk menjepit Tali Pusat dan berikan Gunting Jaringan untuk
memotong Tali Pusat diantara ke 2 Klam Arteri lurus, dan Perawat Instrumen
mengelap muka Bayi menggunakan Kassa steril lembab dan suction Mulut dan
Hidung Bayi.
16) Berikan Bayi pada perawat Perinatalogi untuk dilakukan tindakan selanjutnya di
Ruang Recovery dan asisten anesthesia memberikan metylergometin yang di
berikan melalui bolus intravena untuk merangsang kontraksi setelah Plasenta
dikeluarkan.
17) Berikan 4 – 6 buah Ovarium Klam pada Operator untuk menghentikan perdarahan
pada Uterus.
18) Operator mengeluarkan Plasnta dengan tekhnik tali pusat di putar ke Klam Arteri
sambil menarik Plasenta keluar secara perlahan, dan pastikan tidak ada sisa
Plasenta yang tertingal dalam Uterus.
19) Berikan 2 buah kasa steril kering yang di jepit pada Ovrium Klam pada operator
untuk membersihkan Uterus dari sisa-sisa plasenta dan berikan 1 buah kasa steril
bercampur Povidon Iodin 10% lagi pada operator untuk memberihkan Uterus
umtuk mencegah terjadinya Infeksi.
20) Berikan Blass Rektraktor / Hak Blass pada asisten untuk memperluas lapang
pandang dan berikan benang absorbsable (Chromic no 2 atau Vicryl no 1
tappercut) beserta Needle Holdernya dan Pinset Anatomis pada operator untuk
menjahit Segmen Bawah Rahim dengan tekhnik jahitan Continius Locking, dan
Kontrol Bliding.
21) Berikan benang absorbsable (Plan no 2-0 atau Monocryl no 3-0 cutting) beserta
Needle Holdernya dan Pinset Anatomis pada operator untuk menjahit Plica vesica
ovarika dengan tekhnik jahitan continius.
22) Berikan Kasa yang dijepit Ovarium Klam pada operator untuk cek Bliding dan
bersihkan sisa darah dalam Peritonium dan sekitar Uterus.
23) Perawat Sirkuler melakukan Sign Out :
No SIGN OUT Sudah Belum
D.
DAFTAR PUSTAKA