Anda di halaman 1dari 3

1. Sasaran saya : Siswa siswi remaja MAN Kota Palangka Raya, secara kelompok besar.

Karena
Kalangan remaja merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Penularan HIV ini disebabkan karena perilaku seks berisiko/seks bebas, hal itu terjadi pada saat
remaja yakni sudah memasuki masa pubertas akan muncul ketertarikan terhadap lawan jenis, remaja
merasakan jatuh cinta, berpacaran, dan muncul gairah seksual. Sayangnya, para remaja ini belum tentu
matang secara emosional. Penularan HIV juga terjadi karena kurangnya pengetahuan di kalangan
remaja, untuk itu maka penyuluhan dini kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi dan HIV
AIDS sangat memberikan dampak positif sehingga remaja akan mendapatkan pengetahuan mengenai
HIV/AIDS dan paham pentingnya kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah
penularan HIV. Tanpa pengetahuan yang benar, remaja ini rentan melakukan perilaku seks berisiko
dan tertular HIV.
2. Tempat pelaksanaan : Aula MAN Kota Palangka Raya, karena sasaran yang dituju adalah para
siswa-siswi yang dalam kesehariannya lebih banyak berada dalam lingkup sekolah, yang dimana
dalam kegiatan ini dapat meminta bantuan pihak sekolah agar mengizinkan para siswanya untuk
mengikuti penyuluhan HIV/AIDS sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan karena jika
penyuluhan ini dilakukan diluar lingkup sekolah kemunkinan respon yang menghadiri akan
sedikit karena para remaja akan lebih memilih untuk berkumpul bersama teman-temannya di
Caffe maupun di tempat tongkrongan mereka daripada harus menghadiri penyuluhan.
3. Tingkat pelayanan :
4. Metode yang digunakan berdasarkan jumlah sasaran : Kelompok besar, karena memaksimalkan
kegiatan dengan sekali penyuluhan akan memberikan informasi dan pengetahuan yang luas
kepada para remaja sehingga kegiatan lebih efektif daripada harus dengan metode penyuluhan
individu atau kelompok kecil yang harus berulang kali melakukan penyuluhan/memberikan
pendidikan kesehatan, selain itu dengan kelompok besar para siswa-siswi dapat bertukar
informasi, pengetahuan dan dapat berdiskusi dengan penyuluh mengenai HIV/AIDS. Dan
menurut saya metode individu lebih tepat diberikan pada sasaran yang sudah tertular atau yang
sudah mengidap HIV/AIDS sehingga pendidikan yang diberikan lebih optimal dan terfokus pada
penderita. Sedangkan dengan sasaran yang belum terinfeksi HIV/AIDS pendidikan terfokus pada
pencegahan agar terhindar dari HIV/AIDS
5. Metode yang digunakan berdasarkan indera penerima : Kombinasi, yaitu dengan indera
penglihatan dan pendengaran. Karena pada proses penyuluhan selain dengan ceramah dan diskusi
penyuluh juga memberikan informasi melalui gambar, video, juga melalui presentasi power point
sehingga para siswa-siswi selain mendengarkan juga memperhatikan setiap slide dari ppt maupun
video yang diputarkan
6. Metode yang digunakan berdasarkan teknik komunikasi : Teknik komunikasi yang saya gunakan
yaitu teknik langsung, karena saya (penyuluh) memberikan informasi dengan bertatap muka
dengan sasaran saya yaitu para siswa-siswi MAN Kota Palangka Raya, sehinggga dapat
mempermudah dalam pemberian informasi/pengetahuan yang tidak begitu dipahami dengan
melakukan diskusi, juga menghindari salah penafsiran dari sasaran saya terhadap
informasi/pengetahuan yang diberikan. Sehingga informasi/pengetahuan itu dapat bermanfaat dan
dapat mencegah sasaran dari HIV/AIDS
"Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan awareness masyarakat tentang apa
itu HIV/AIDS. Karena dari hasil Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2010 didapatkan,
pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada kelompok umur 15-24 tahun baru sekitar 11,4%.
Hal ini cukup memprihatinkan mengingat kelompok usia tersebut sebenarnya merupakan kelompok
usia yang rentan tertular HIV

Nadia menerangkan, kegiatan yang dilakukan berupa pembuatan dan penyebarluasan media KIE
seperti leaflet, booklet, poster, spot TV dan spot radio, yang isi pesannya disesuaikan dengan sasaran.
Selain itu, pada tahun 2011 diluncurkan Kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT), yang bertujuan
agar setidaknya kaum muda dapat mengenal bagaimana mencegah HIV dan AIDS serta informasi
lainnya terkait mitos dan fakta tentang HIV dan AIDS.

Selain itu, untuk upaya pencegahan ada beberapa kegiatan yang masih menjadi fokus
pemerintah, seperti:

- Tatalaksana infeksi menular seksual (IMS) yang merupakan salah satu pintu masuk infeksi HIV,
melalui skrining rutin IMS pada populasi kunci (WPS, LSL, waria), pemberian kondom.

- Pengurangan dampak buruk napza suntik untuk mecegah agar pengguna napza suntik tidak tertular
dan menularkan HIV. Ada 2 kegiatan yaitu program terapi rumatan metadon (PTRM) dan layanan
alat suntik steril (LASS).

- Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, yang dimulai dari pencegahan penularan HIV pada
perempuan usia subur, merencanakan kehamilan pada perempuan dengan HIV, pencegahan
penularan HIV dari ibu ke bayi, dan dukungan psikososial bagi ibu, anak dan keluarga yang
terinfeksi HIV.nDalam pelaksanaannya, pada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
ditawarkan untuk melakukan tes HIV. Apabila hasilnya positif, maka ibu hamil segera minum ARV
dan diberikan konseling melahirkan dan pemberian makan bayi yang aman.Bayi baru lahir segera
diberikan profilaksis ARV dan kotrimoksasol.

- Kegiatan konseling dan tes HIV juga merupakan upaya untuk mencegah terjadinya penularan,
karena dengan melakukan tes, seseorang dapat mengetahui status HIV nya sehingga dapat ditentukan
layanan apa yang dibutuhkan pasien selanjutnya. Kemudian melalui konseling, pasien/klien
diharapkan dapat merubah perilakunya dari yang berisiko menjadi tidak berisiko atau paling tidak,
kurang berisiko. Pasien yang status HIV nya positif dapat ikut mencegah agar tidak menularkan HIV
kepada orang lain dan yang hasiln tes nya masih negatif, dapat tetap menjaga dirinya agar tidak
tertular HIV.
KURATIF

"Pemerintah telah menyediakan obat ARV yang disubsidi penuh, obat untuk infeksi oportunistik,
obat IMS, serta reagen cepat (rapid diagnostic test) untuk diagnosis HIV dan alat beserta reagen CD4
dan viral load untuk monitoring pengobatan. Kegiatan surveilans serta monitoring dan evaluasi juga
dilakukan untuk memperoleh data-data cakupan yang dapat digunakan untuk melakukan advokasi
serta melihat perkembangan program dan menentukan arah pengembangan program selanjutnya,"
ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai