Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
KONFLIK LAHAN PEMBANGUNAN PENDESTRIAN ANTARA
MASYARAKAT JALAN RA KARTINI KELURAHAN KUNDEN DENGAN
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BLORA
ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
Lambang.Trijo.2007.Pembangunan Sebagai Perdamaian.Jakarta.Yayasan Obor Indonesia hlm. 3
kota juga menjadi kesepakatan bersama dalam pencapaian di Millenium
Development Goal’s (MDG’s) yang ditargetkan selesai pada tahun 2015 ,
dimana salah satu aspek yang disoroti adalah terkait dengan perbaikan kondisi
lingkungan perumahan dan kawasan permukiman serta keberadaan
pendestrian di kota.
2
Meyta.Kumala.Sari.2015. Analisis Tingkat Pelayanan Pedestrian Dan Perparkiran Kawasan Pasar
Pembangunan Kota Pangkalpinang.Jurnal Fropil Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015 Hlm 56
3
Admin.2014.Sejarah Blora.Diakses dari http://www.blorakab.go.id/index.php/ct-menu-item-19/ct-
menu-item-23 pada 30 Desember 2016 pukul 18.00 WIB
sebuah hal yang berlebihan apabila pembangunan pendestrian di kota ini
sangat diperluhkan.
4
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2014/2011 tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Hlm. 3
5
Ibid.Hlm 3
1.2 RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
Restorative Justice
6
Jecky.Tengens.2011. Pendekatan Restorative Justice dalam Sistem Pidana Indonesia Oleh: Jecky
Tengens, SH. Diakses dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e25360a422c2/pendekatan-
irestorative-justice-i-dalam-sistem-pidana-indonesia-broleh--jecky-tengens--sh- pada 30 Desember 2016
pukul 18.30 WIB
7
Desi.Tamarasari.2002.Pendekatan Hukum Adat Dalam Menyelesaikan Konflik Masyarakat Pada Daerah
Otonom. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 2 No. I Januari 2002 : 37 – 47 hlm 40
Penggantian kerugian itu adalah dengan melibatkan partisipasi korban
dan masyarakat, keduanya juga memiliki peran dan tanggung jawab dalam
peradilan restoratif. Pendekatan restoratif tepat pada waktunya akan
memberikan campur tangan dalam pemulihan dan konsekuensi yang dapat
memuaskan orang-orang, bahwa keadilan telah berkerja dengan baik dalam
mengem-balikan keseimbangan masyarakat yang diakibatkan oleh kejahatan.
8
Ibid hlm 40
Pemerintah Kabupaten Blora melalui Bidang Kebersihan dan Tata
Kota Dinas Pekerjaan Umum (DPU) mulai melakukan penataan
pedestrian (trotoar) serta perbaikan drainase kawasan Alun-alun
Kota. Sudah seminggu lebih kegiatan renovasi yang dilakukan
rekanan, PT.Dwi Karya dilakukan dengan membongkar lantai
pedestrian lama dan membuat saluran drainase.Sesuai dengan
informasi yang tertera di papak proyek, pekerjaan yang didanai
dengan anggaran APBD Blora tahun 2015 ini dijadwalkan akan
selesai 28 Agustus 2015. Adapun besar anggaran
pembangunannya adalah Rp 629.723.600,- dengan alokasi waktu
pengerjaan 90 hari.9
Menurut pantauan langsung penulis dilapangan terdapat
beberapa titik perbaikan pendestrian yang dilaksanakan yaitu :
1. Jalan Alun-alun
2. Jalan Pemuda
3. Jalan RA. Kartini
4. Jalan Dr. Sutomo
5. Jalan A. Yani
Pihak yang terlibat konflik terdapat dua kubu yang pertama adalah
koalisi penduduk asli Jalan RA Kartini Kelurahan Kunden Kecamatan
Blora Jawa Tengah antara Bapak Sukowo dan Bapak Ooh. Beliau
berdua merupakan pihak yang merasa dirugikan. Dengan koalisi
pelaksana pembangunan yaitu PT. Dwi Karya dan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Blora Jawa Tengah. Mereka merupakan terdakwa
yang diduga merugikan masyarakat.
A. Model Penyelesaian
B. Mediator
10
Op.Cit Desi.Tamarasari hlm 40
beralamat di Jalan RA Kartini No.39 Kelurahan Kunden
Kecamatan Blora Jawa Tengah.
1. Batna
Best Alternative to a Negotiated Agreement (BATNA), adalah
langkah-langkah atau alternatif-alternatif yang akan dilakukan
oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai
kesepakatan. Dalam hal ini altenatif yang diberikan kepada
pelaksana oleh penduduk adalah menghentikan pembangunan
, atau bisa melanjutkan tetapi harus memberikan ganti rugi
atas kerusakan terhadap bangunan yang mereka miliki.
Sedangkan dari pihak pelaksana sendiri memberikan pilihan
tetap melanjutkan karena bangunan yang mereka miliki
memang menyalahi aturan yang seharusnya bangunan harus
dibangun 5 Meter menjauh dari jalan raya , atau pemberian
ganti rugi minimal.
2. Reservation Price
Reservation price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang
dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi.
Memberikan ganti rugi atas kerusakan terhadap bangunan
yang mereka miliki. Sedangkan dari pihak pelaksana sendiri
pemberian ganti rugi minimal.
3. Zopa
Zone of Possible Agreement atau disingkat ZOPA, yaitu suatu
zona atau area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan
dalam proses negosiasi. Dalam hal ini pemberian ganti rugi
merupakan pilihan yang mungkin diambil dari kedua belah
pihak.
D. Hasil
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Dari masalah konflik ini seharusnya bisa dijadikan bahan evaluasi juga
bagi pemerintah daerah. Pengetahuan warga masyarakat tentang peraturan
perundangan harus lebih ditingkatkan kembali. Hal ini perlu dilakukan karena
pemahaman yang kurang akan hukum yang berlaku tentunya akan mampu
menghadirkan sebuah konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Trijo.Lambang.2007.Pembangunan Sebagai Perdamaian.Jakarta.Yayasan
Obor Indonesia
Transkip Wawancara
Lampiran 2
Dokumentasi Lokasi
Foto 1 Lokasi Terbaru Tempat Usha Potong Rambut Bapak Sukowo