Anda di halaman 1dari 58

48

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1 Profil Pabrik Gula


4.1.1 Sejarah Perusahaan
PG. X Malang didirikan pada tahun 1906 oleh Pemerintah Hindia
Belanda yang kemudian dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. Pada masa
revolusi tahun 1945 sampai 1947 perusahaan ini mengalami kerusakan yang
cukup parah akibat peperangan, sehingga pabrik menghentikan semua
kegiatan produksinya. Petani yang semula menggiling tebu ke pabrik,
mengalihkan penggilingannya ke penggilingan tebu secara tradisional yang
semula menghasilkan gula merah.
Pada tahun 1953 atas desakan IMA PETERMAS (Indonesia Maskapai
Andal Koperasi Pertanian Tebu Rakyat Malang Selatan), maka diadakan
perbaikan oleh Oei Tiong Ham Concern yang bekerja sama dengan Bank Industri
Negara. Pada tahun 1957 PG. X sudah dapat memproduksi gula dengan kualitas
Superior High Sugar (SHS), dimana semenjak pembangunan kembali hanya
mampu memproduksi High Sugar (HS).
Pada tahun 1995 hingga sekarang PG. X merupakan unit untuk PT. PG.
Rajawali I yang merupakan anak perusahaan dari PT. Rajawali Nusantara
Indonesia (Persero) sebagai perusahaan induk (Holding Company) yang
berkedudukan di Jakarta, bertindak sebagai pemegang saham tidak menjalankan
aktivitasnya sendiri, PT. PG. R
Tahun 1976 dibangun pabrik gula dengan nama PG. X II sehingga PG. X
memiliki 2 (dua) unit pabrik yaitu PG. X I dan PG. X II. Total tanaman tebu
rakyat yang bisa dilayani menjadi 12.000 ha. Hingga tahun 1982 kapasitas giling
PG. Krebet Baru Unit I dan II sebesar 6.400 TCD, dimana PG. Krebet Baru I
mempunyai kapasitas giling sebesar 2.800 TCD sedangkan PG. Krebet Baru II
mempunyai kapasitas giling sebesar 3.600 TCD.
Tahun 2008 sampai sekarang untuk mengimbangi kebutuhan bahan baku
dan petani tebu semakin banyak, maka pemerintah terus meningkatkan kapasitas
giling dan investasi besar-besaran sehingga kapasitas untuk PG. Krebet Baru I
49

menjadi 6.500 TCD dan PG. Krebet Baru II menjadi 5.300 sehingga total
kapasitas menjadi 12.000 TCD.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
PG. X Malang terletak di Jalan Desa Krebet Kecamatan Bululawang
Kabupaten Malang. Telepon (0341) 833176, 833185, Fax (0341) 833179. Jarak
dari kota Malang ± 13 Km ke arah selatan.

4.1.3 Visi & Misi


Visi :
Menjadi industri berbasis tebu yang unggul dalam persaingan global.
Misi :
1. Meningkatkan kinerja terbaik melalui pencapaian produktivitas dan
efektivitas, berorientasi kualitas produk, pelayana pelanggan prima serta
menjadi perusahaan yanng memiliki komitmen tinggi terhadap kelestarian
lingkungan.
2. Melakukan langkah-langkah inovasi, diversifikasi dan ekspansi untuk
tuumbuh berkembang berkelanjutan.

4.1.4 Struktur Organisasi


Struktur organisasi yang digunakan oleh PG. X adalah struktur organisasi
yang berbentuk garis (line). Hal ini dapat dilihat dari adanya pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang bertingkat yaitu dari atasan kepada bawahan
atau sebaliknya. Bagan struktur organisasi PG. Krebet Baru terdapat pada
Gambar.1 berikut :
Gambar 4.1. Struktur Organisasi
PT. PG. RAJAWALI 1 UNIT KREBET BARU BULULAWANG MALANG

GENERAL MANAGER
PG KREBET BARU

KABAG KABAG KABAG KABAG KABAG KABAG


KABAG
Tanaman Instalasi Instalasi Pabrikasi KB I Pabrikasi KB II Akuntansi
SDM
KB I KB II & Keuangan
& Umum
SKK
Staff Gilingan Staff Gilingan Staff Pabrikasi
KB I KABAG Staff ATR,
KB II KB I Pabrikasi KB II Keuangan & Staff SDM
SKW EDP
Staff Ketel KB Staff Ketel KB
Staff Pabrik Staff Pabrik
I II Staff Staff
Ka. BST Tengah KB I Tengah KB II
Timbangan Umum

Staff Listrik
SKW TS Staff Listrik KB II
Staff Puteran Staff Puteran
KB I Staff Staff
KB I KB II
Akuntansi & Bangunan
Ka. Sipil
APK
Mekanisasi BESALI BESALI
Staff Gudang Staff
Waka. Material Pengadaan
Mekanisasi

Ka. Tebang Staff Gudang


Angkut Hasil
KB I, KB II
TU Tanaman

Sumber : PT. PG. Rajawali I Unit Krebet Baru


i
r
b
a
P
/
D
U
g
B
G
u
l
y
s
o
K
n
e
m KEUANGAN

AKUNTANSI
EDP/APK
TIMBANGAN

GUDANG
MATERIAL

Ruang Lingkup Kegiatan Usaha Perusahaan


51

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bagian Akuntansi dan Keuangan


PT. PG. RAJAWALI 1 UNIT KREBET BARU BULULAWANG MALANG

KABAG AKUNTANSI &


KEUANGAN

GUDANG
GULA KB I

Sumber: PT. PG. Rajawali I Unit Krebet Baru Bagian Akuntansi dan Keua ngan

4.1.5
Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor 16/1984 dalam menjamin
GUDANG
GULA KB II

distribusi gula masyarakat, semua gula yang dihasilkan oleh pabrik gula dikuasai
oleh pemerintah. Dalam hal ini gula bagian petani dibeli oleh Bulog melalui
KUD. Ketetapan harga gula tiap tahun berbeda-beda disesuaikan dengan situasi
perekonomian dalam negeri. Perusahaan tidak bebas dalam menentukan harga
jual. Harga jual disini berlaku bagi semua pabrik gula di Indonesia dimana harga
patokan ditentukan oleh Departemen Keuangan RI.

Gambar 3.. Saluran distribusi gula pada PT X Malang

4.1.6 Kegiatan Produksi PG. X Malang


Adapun produk yang dihasilkan oleh PG. X Malang adalah sebagai berikut :
1. Hasil produk utama yang dihasilkan oleh PG. X Malang adalah gula kristal
ATR
52

putih IA (GKP IA)


2. Hasil produk sampingan PG. X adalah sebagai berikut :
- Tetes (Molasses)
Tetes merupakan sirup yang mempunyai kadar gula sangat rendah dan
sukar untuk diambil gulanya lebih lanjut dan tetes dapat digunakan sebagai
bahan penyedap masakan dan bahan untuk membuat alkohol
- Blotong
Blotong merupakan limbah padat atau kotoran dan bukan gula yang
dipisahkan dari stasiun emurnian, digunakan sebagai pupuk dan landfill
- Ampas
Ampas merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
di stasiun ketel dan bahan pembanu particle board, selain itu dapat
dijadikan bahan mentah untuk produk plastik, kertas dan papan.
Dari ketiga produk sampingan tersebut yang diasukkan sebagai pendapatan
perusahaan adalah tetes saja.

4.2 Kemitraan
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan usaha
kecil sebagai mitra binaan agar menjadi tangguh dan mandiri sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba Badan Usaha Milih Negara. PG X merupakan salah satu
pabrik gula milik BUMN, hal ini dijelaskan sebagai berikut1 :
“... PG X sendiri merupakan salah satu pabrik gula milik BUMN.”
“... PG milik BUMN di pulau Jawa pada umumnya melakukan
hubungan kemitraan dengan petani tebu. Secara umum, PG lebih
berkonsentrasi di bidang pengolahan sedangkan pihak petani sebagai
pemasok bahan baku tebunya.”

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang sesuai dengan maksud dan
pendiriannya yaitu memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat, telah terlibat langung dalam
program pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui
program kemitraan (peraturan Menteri BUMN PER-02/MBU/7/2017). Maka dari
itu PG. Krebet Baru menerapkan pola kemitraan, selain sudah ditetapkan oleh
1
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
53

peraturan Menteri penerapan pola kemitraan oleh PG. Krebet Baru ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani tebu serta memudahkan
PG.Krebet Baru untuk mendapatkan bahan baku yakni tebu dengan kualitas yang
bagus dan terkontrol. Hal ini sejalan dengan pernyataan ketua bagian tanaman PG
X yaitu2 :

“kita sistemnya disini kemitraan sama petani. Jadi Krebet sendiri


adalah pabrik gula yang bahan bakunya semua dari petani. Kita
memberikan fasilitas berupa jasa penggilingan tebu. Kita tidak punya
lahan sama sekali. Karena di wilayah Malang ini pabrik gula semua
sudah dari jaman Belanda begitukan. Ya kita ketahui memang tebu sudah
menjadi salah satu mata pencaharian para petani di kota Malang, kalau
dibandingkan dengan tani yang lain memang banyak tapi ya tidak
sebanyak tebu. Jadi PG menyediakan proses pengelohan tebu menjadi
gula sebagai wadah bagi petani”

4.2.1 Pola Kemitraan


Terdapat lima pola kemitraan menurut Keputusan Menteri Pertanian No.
940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yaitu inti
plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan, dan kerjasama operasional
agribisnis. Pola kemitraan yang diterapkan oleh PG X menurut penjelasan Ketua
Bagian Tanaman PG. X yaitu sebagai berikut3:
“Disini kemitraannya kita PG sebagai inti dan petani sebagai
plasma. Maksudnya adalah PG menjadi induk dari petani petani di
sekitaran kota Malang. PG fokus untuk memberikan istilahnya jasa berupa
proses penggilingan tebu dari para petani dan memberikan bantuan
pinjaman dan kemudahan kemudahan lainnya. Timbal baliknya adalah
petani yang disini sebagi plasma wajib menyetorkan hasil tebunya sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Dalam proses kemitraan ini
kedua belah pihak merasa saling membutuhkan dan menguntungkan. PG
membutuhkan petani untuk memberikan suplai bahan baku berupa tebu
sedangkan petani butuh wadah untuk menampung hasil panennya agar
dapat diuangkan. PG diuntungkan karena tidak kesulitan mendapatkan
bahan baku sedangkan petani merasa diuntungkan karena mereka tidak
kesulitan untuk menguangkan hasil panennya.”5

Menurut Keputusan Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/97

2
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018

3
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
54

tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian pola inti plasma merupakan


hubungan antara kelompok mitra dengan pengusaha mitra, yang di dalamnya
kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra
sebagai bagian dari produksi. Dalam pola kemitraan inti plasma, PG X yang
merupakan mitra dari petani tebu berperan sebagai inti. Perusahaan inti bertugas
menyediakan sarana produksi, menampung hasil produksi tebu serta
memproduksi kebutuhan perusahaan. Sedangkan kelompok mitra yaitu petani
tebu bertugas sebagai pengelola seluruh usaha bisnisnya sampai dengan panen,
menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra dan memenuhi kebutuhan
peusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

“Jadi tebu ini kan harus diolah. Jadi kita sama sama
membutuhkan. Petani membutuhkan kita untuk memroses hasil panennya
sedangkan kita membutuhkan petani untuk proses penggilingan dimana
tebu petani menjadi bahan baku utamanya. Jadi PG disini tidak
mengeluarkan biaya apapun untuk proses yang dilakukan petani demikian
juga petani tidak mengeluarkan biaya apapun untuk proses penggilingan
di PG. PG juga menyediakan bantuan kredit bagi para petani yang
membutuhkan pinjaman dana. Semua proses petani dari mulai tanam
tebang angkut semua dari pihak petani.”4

Sesuai penjelasan diatas bentuk kemitraan yang diterapkan oleh PG. X


Malang dengan petani tebu yaitu pola kemitraan inti plasma. PG. X berperan
sebagai inti dalam memberikan bantuan kepada pihak plasma yakni petani tebu.
Kemitraan antara PG. Krebet dengan petani tebu tidak hanya sebatas memberikan
suplai bahan baku dan kemudian digiling, pihak PG juga memberikan bantuan
yang diberikan berupa bantuan kredit, pengadaan bibit, bantuan biaya garap,
bantuan biaya tebang angkut serta pengadaan pupuk. Petani berkewajiban untuk
menggiling hasil panennya kepada pihak PG. Krebet . Pabrik Gula memberikan
segala kemudahan kepada petani agar mudah mendapatkan fasilitas, hal ini
dilakukan untuk menjamin seluruh kegiatan penanaman tebu berjalan lancar.
Salah satu kemudahan yang diberikan pihak PG adalah kemudahan pinjaman
kredit, pernyataan tersebut diperkuat dengan penjelasan petani yang mengaku
dipermudah mendapatkan kredit setelah bermitra dengan PG. Krebet yaitu
4
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
55

sebagai berikut5 :
“Gini kalo masalah permodalan istilahe sambat lah, sekarang ini
kita ke KUD lewat PLPG terus sama pihak PLPG disampaikan ke KUD
nanti disampaikan ke PG. Krebet. PG Krebet nanti langsung ke pihak
bank, kan yang punya chanel ke pihak bank itu pihak dari PG. Gini gini
gini... nanti kita dikasih jalan. Misalnya kita ada masalah sama cairan
nanti ada solusi dipinjami dari pg krebet sendiri, atau dari BRI lewat
KUD dengan bunga 1 persen. Kan dari situ kita bisa dilihat a mbak ketika
kita terpuruk di dana nanti pihak krebetnya ngasih solusi gini gini gini.
Jadi kalo misal kita mau besok bisa langsung cair.”
“... saya tidak pernah kesulitan untuk mengajukan kredit selama
ini, sangat mudah untuk pengajuannya bisa langsung acc, namun kadang
gabisa cepat cairnya. Tapi sejauh ini tidak ada kendala masalah kredit”8
Kemudahan mendapatkan kredit yang telah dijelaskan diatas sejalan
dengan peraturan yang berlaku sejak tahun 2000 berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No. 345/KMK.017/2000 Keputusan Menteri Keuangan No.
417/KMK.017/2000 Salinan Keputusan Menteri Keuangan No.
110/KMK.06/2004 tanggal 12 Maret 2004 tentang pendanaan kredit ketahanan
pangan, petani lebih mudah mendapatkan pinjaman kredit untuk tanaman tebu.
Adanya Keputusan Menteri yang dikeluarkan oleh pemerintah, petani jauh lebih
mudah mendapatkan kredit melalui KUD. Selain keputusan menteri yang telah
disebutkan diatas, ketua bagian akuntansi PG. X menambahkan6 :
“...sebenarnya kemitraan itu sudah diatur sedemikian rupa, ada
peraturannya lagi di permen bumn no 4 itu ada persentase yang harus
disisihkan untuk kemitraan. Nanti dari biaya ini kita alokasikan untuk
membantu petani, nanti ada nerbagai macam, bisa pembinaan, atau
bantuan kredit dan lain sebagainya.”

Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 menjelaskan bahwa


2% laba perusahaan harus disisihkan untuk PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan). Pada hakiktnya, PKBL adalah salah satu bentuk implementasi CSR.
Namun, pada prakteknya, PKBL lebih banyak berfokus pada pemberian pinjaman
ataupun ikro-kredit pada pengusaha kecil yang berpotensial. Hal ini dapat
diartikan bahwa hanya BUMN yang memiliki kewajiban untuk melakukan
program berbentuk kemitraan dengan masyarakat, serta bina lingkungan. Dalam

5
Pak INL, Petani Tebu Rakyat, 27 Agustus 2018

6
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018
56

Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut juga ditentukan bahwa pihak pihak
yang berhak mendapatkan pinjaman adalah pengusaha dengan aset bersih
maksimal Rp. 200 juta atau beromset paling banyak Rp. 1 miliar pertahun. Dalam
prakteknya PG. X memberikan pinjaman serta binaan kepada semua petani yang
bermitra dengan PG. X. Hal ini dikarenakan7 :
“semua pasti kita kasih bantuan dan binaan, pasti itu. Disini kan
yang bermitra petani kecil sampai menengah.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa petani yang bermitra


dengan PG. X memenuhi syarat dan ketentuan hak mendapatkan pinjaman yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007. Proses kredit
yang dilakukan tidak hanya melibatkan petani dan PG. X saja, melainkan terdapat
pihak eksternal yang ikut membantu kelancaran kredit untuk petani yaitu koperasi.
Kerjasama PG. X dan petani dengan pihak koperasi merupakan kerjasama diluar
kemitraan inti-plasma yang dilakukan. Menurut hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti, peran koperasi hanya sebagai penyalur kredit berupa uang
atau kebutuhan para petani lainnya.8
“... ya petani nanti kan mereka nunjuk koperasi untuk kemudahan
kita juga dalam menyalurkan dana untuk mereka. Selain itu lebih enak
saja kalau ada kperasi, dari sekian banyak petani pasti kita gabisa
jangkau semua, kalau ada koperasi lebih terorganisir. Jadi koperasi ya
cuman masalah kebutuhan petani apa nanti ajukan ke koperasi nanti
koperasi tetap ke kita lagi untuk rekomendasi pengajuan kredit lainnya.”

Kemitraan yang dilakukan oleh PG. X dengan koperasi termasuk kedalam


kemitraan usaha. Kerjasama yang dilakukan tanpa membentuk wadah baru yang
berbadan hukum. Koperasi maupun PG. X tidak membentuk suatu apapun yang
berbadan hukum. Koperasi hanya sebatas membantu kelancaran pendanaan
berupa kredit berbentuk uang maupun barang yang dibutuhkan oleh petani. Dalam
kemitraan yag berlangsung antara koperasi dan PG. X dipandang sebagai
tanggung jawab PG. X yang merupakan perusahaan BUMN untuk melakukan
kemitraan dan pembinaan koperasi serta usaha kecil yang tertuang dalam
peraturan menteri yang telah dijelaskan sebelumnya.

7
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018

8
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018
57

Kemitraan usaha merupakan kerjasama usaha yang saling menguntungkan


antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (perusahaan mitra)
disertai dengan pembinaan dan pengembangan sehingga saling memerlukan dan
menguntungkan serta saling menguatkan. Dalam proses yang dilakukan PG. X
menerapkan metode kerjasama bapak dan anak-angkat dengan koperasi.
Kerjasama bapak dan anak-angkat merupakan refleksi kesediaan pihak pabrik
yang mampu atau besar untuk membantu pihak lainnya yang kurang mampu atau
kecil dan memerlukan pembinaan. Pada hakikatnya pola ini merupakan cermin
atau wujud rasa kepedulian pihak yang besar kepada pihak yang kecil.
Kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula bermula sejak pihak
pabrik gula kekurangan pasokan bahan baku tebu dan menggiling tebu di bawah
kapasitas giling, sedangkan petani tidak memiliki jaminan pasar dan butuh
pengolahan lebih lanjut agar tebu lebih bernilai. Selain itu hubungan kemitraan
antara petani tebu dengan pihak pabrik terjalin karena peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah tentang tataniaga gula nasional. Dengan demikian, terdapat
hubungan saling membutuhkan antara pabrik gula dan petani tebu.
Sejak saat itu jumlah petani yang menanam tebu meningkat walau tak
banyak tetapi peningkatan ini menguntungkan pihak pabrik gula karena pasokan
tebu yang didapatkan semakin tahun semakin meningkat. Sejalan dengan
meningkatnya jumlah petani, pabrik gula juga terus meningkatkan kinerjanya agar
hasil tebu yang mereka dapatkan dari petani semakin berkualitas. Oleh karena itu
pabrik gula melakukan penyuluhan pertanian kepada petani. Penyuluhan tersebut
berupa penggunaan bibit unggul dan penggunaan pupuk yang benar agar
menghasilkan tebu yang berkualitas dan hasilnya dapat menguntungkan kedua
belah pihak.
Menurut hasil wawancara dengan narasumber terkait di PG. Krebet
kemitraan yang dilakukan selama ini adalah sistem bagi hasil, berikut
penjelasannya9 :
“...sejak pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa PG yang
dibawah naungan pemerintah harus menjalankan kemitraan
menggunakan sistem bagi hasil. Jadi secara umum nanti 66 persen
dikembalikan kepada petani kemudian 34 persen sebagai hasil untuk
pabrik.”
9
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
58

Sejalan dengan pernyataan diatas ketua bagian tanaman PG X juga


menyatakan sebagai berikut10 :

“...66 persen untuk petani, 34 persen untuk pabrik. Nah untuk


petani sendiri 10 persen dalam bentuk natura jadi dalam bentuk gula,
sedangkan 90 persen ini nanti sudah disepakati dijual bersama sama
karena petani kan ini tidak mampu menjual hasilnya sendiri, jadi kita
membentuk koperasi induk yang disebut PKPTR...”

Kemitraan untuk memproduksi gula diketahui terdapat 3 macam cara


pembagian hasil usaha sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
02/SKJ/Mentan/Bimas/IV/1997, yaitu sistem bagi hasil, sistem pembelian tebu
(SPT), dan sistem sewa lahan. Dalam praktek yang dilakukan oleh PG. X, PG. X
menggunakan sistem bagi hasil dalam menjalankan kemitraan dengan petani tebu.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
02/SKJ/Mentan/Bimas/IV/1997 sistem bagi hasil diperuntukkan bagi Tebu Rakyat
Intensifikasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Gula milik pabrik 35%
b. Gula milik petani 65 % (10% berwujud barang dan 90% dibeli oleh pabrik
kemudian dipasarkan kembali)
Namun dalam praktek dilapangan,kemitraan yang dilakukan oleh
PG.Krebet dengan petani menggunakan sistem bagi hasil, dimana presentase bagi
hasil yang dilakukan oleh PG. Krebet yaitu 34 %-66%. Presentase bagi hasil
tersebut adalah patokan umum yang berlaku bagi semua petani yang bermitra
dengan PG. Krebet. Persentase tersebut tidak sesuai dengan persentase yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
02/SKJ/Mentan/Bimas/IV/1997 yaitu 35%-65%.
Bagi hasil kemitraan yang telah di sepakati kemudian dibagikan
dalam bentuk barang jadi berupa gula. Gula yang telah diterima sesuai
dengan persentase masing masing pihak kemudian akan dijual bersama.
Ketentuan presentase tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Bagi hasil 34% untuk pihak PG

10
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
59

2. Bagi hasil 66% untuk petani dengan ketentuan (10% persen berbentuk
natura, 90% disepakati untuk dijual bersama)

Rumusan pendapatan petani dari bagi hasil gula adalah sebagai berikut :
Jika rendemen ≤ 6 = besar rendemen x 66 % x tebu (kg) x harga gula per
kg
Jika rendemen > 6 = [besar rendemen x 66% +(kelebihan redemen 6 % x
70% x tebu (kg))] x Harga gula per kg.

Rendemen tebu merupakan kadar kandungan gula didalam batang tebu


yang dinyatakan dalam persen. Tebu petani yang memiliki rendemen ≤ 6, maka
nilai bagi hasil yang diperoleh adalah 66 % untuk setiap petani dan 34% untuk
pabrik gula. Sedangkan untuk tebu petani yang memiliki rendemen > 6 maka nilai
bagi hasil yang diperoleh sebesar 66 % untuk petani dan 34 % untuk pabrik gula,
kelebihan rendemen 6 persen akan dibagikan dengan persentase 70% bagi petani
dan 30% bagi pabrik.
Persentase bagi hasil milik petani yang disepakati untuk dijual
bersama ditujukan untuk mempermudah petani dalam menjual hasil
kemitraan yakni berupa gula. Dalam hal ini PG memberikan wadah berupa
pasar lelang untuk memudahkan para petani menjual gula dari bagi hasil
tersebut. Pasar lelang yang diselenggarakan oleh pihak PG terdiri atas
pembeli, perwakilan KUD yang ditunjuk oleh para petani serta pihak PG
guna memantau proses lelang. Selain pasar lelang, pemerintah memiliki
Badan Urusan Logistik atau disebut dengan Bulog. Bulog merupakan
perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan.
Dalam tata niaga gula Bulog juga dapat berfungsi sebagai pembeli gula
milik petani.
Persentase bagi hasil milik petani sebesar 10% disepakati untuk
dibagikan dalam bentuk natura. Tujuan dibagikan dalam bentuk natura
adalah sebagai berikut 11:
“untuk memberikan kesempatan bagi petani untuk mengkonsumsi
gula dari hasil tebunya sendiri, selain itu juga untuk mengantisipasi jika
11
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
60

suatu saat harga gula mengalami kenaikan harga petani tidak mengalami
imbas kenaikan tersebut dikarenakan petani sudah memiliki persediaan
gula 10% bagi hasil dalam bentuk natura”.

Menurut penuturan petani yang bermitra dengan PG. Krebet 10% gula
bagi hasil dalam bentuk natura beberapa akan dig unakan untuk konsumsi pribadi
kemudian sisanya dijual kepada keluarga, tetangga, maupun distributor gula.
Petani bebas untuk menjual atau mengkonsumsi sendiri 10% gula bagi hasil
dalam bentuk natura tersebut.
Presentase bagi hasil tersebut bersifat fleksibel karena pada akhir
masa giling, presentase yang diterima oleh PG tidak sebesar persentase
yang telah disepakati sebelumnya. Menurut penuturan ketua bagian
akuntansi persentase tersebut adalah persentase maksimal bagi hasil yang
diterima oleh PG yaitu 34%. Berikut penjelasannya12 :
“persentase bagi hasil 34-66 itu sebenernya tidak selamanya
seperti itu, banyak faktor yang mempengaruhi persentase bagi hasil
tersebut. Kita tidak bisa memberikan statement bahwa bagi hasil pasti
sekian persen karena pada akhirnya bagi hasil yang diterima krebet
ketika kita perhitungkan setelah tutup masa giling tidak mencapai 34%”
“...bisa dikatakan bahwa persentase bagi hasil setiap tahun
berubah ubah tapi tidak jauh dengan peraturan yang ditetapkan
pemerintah, maksimal persentase yang diambil krebet adalah 34%,
kebanyakan kita dibawah itu selama ini.untuk persentase milik petani
jelas sama terus 66%. kita pasti fleksibel karena dan bisa dipastikan
persentase bagi hasil milik petani 66%. kalo dibawah ketentuan itu PG
bisa kena BPK”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persentase yang


telah disepakati dalam perjanjian kemitraan bersifat fleksibel. Persentase
yang didapatkan oleh petani minimal adalah 66% sedangkan persentase
maksimal yang didapatkan oleh pihak PG adalah 34%. Persentase bagi
hasil yang diterima oleh PG dibawah persentase yang telah disepakati
dikarenakan beberapa faktor. Faktor faktor tersebut disebutkan kepala
bagian akuntansi sebagai berikut13:
“kita di akhir pasti menghitung pendapatan bagi hasilnya, itu
selalu dibawah persentase tersebut karena ada potongan ppn giling.

12
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018

13
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018
61

Sebenarnya ppn di bebankan kepada petani karena kita ini kan bukan
perusahaan jasa. Kita ini pabrik gula kita produksi bukan perusahaan
jasa tapi ppn giling dibebankan ke kita, jadi selama ini kelihatannya kita
labanya besar sekali tapi sebenarnya malah pemerintah membunuh
pabrik pelan pelan dengan adanya kebijakan pph giling. Itu yang
menyebabkan bagi hasil kita dibawah 34%. seharusnya yang dibebankan
ppn itu bukan penyedia jasa kan seharusnya penikmatnya. Tapi disini kita
kan bemitra. Jadi saya juga bingung ini pemerintah maunya apa. Jadi
pemerintah butuh uang banyak jadi ya gitu pajak ditinggi tinggikan, yang
gaada jadi di ada adakan”

Pernyataan diatas didukung dengan adanya Surat Edaran Dirjen Pajak


Nomor SE - 29/PJ.51/1998 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE -
02/PJ.53/2003. Dalam Surat edaran tersebut PPN yang harus disetorkan oleh
pabrik adalah sebesar 10/110 dari nilai imbalan yang diterima. Nilai imbalan
merupakan bagi hasil sebesar 35% yang telah ditetapkan dalam undang undang
yang merupakan bagian imbalan atas penyerahan jasa giling. Imbalan tersebut
harus dinilai dengan nilai pasar sekarang. Penetapan PPN oleh pemerintah yang
dibebankan kepada PG dinilai kurang tepat menurut kepala bagian akuntansiyang
telah dijelaskan diatas. Pembebanan PPN kepada pihak PG dinilai merugikan
pihak pabrik karena PG X bukan merupakan penyedia jasa giling, melainkan
perusahaan mitra dalam bidang pergulaan yang berada dibawah naungan BUMN.
Selain faktor PPN yang dianggap mempengaruhi total bagi hasil yang diterima
oleh PG. X Malang, terdapat faktor lainnya yaitu sebagai berikut14 :
“pada masa awal musim giling tebu milik petani khususnya
varietas milik PG.Krebet jika digiling pada awal musim giling misalnya
juni itu rendemennya sedikit. Itu dikarenakan jenis tebu yang beredar di
kota Malang ciri cirinya seperti itu, semakin lama tebu itu ditanam
semakin banyak juga rendemennya. Untuk mensiasati hal tersebut, agar
petani mau menggiling pada awal musim giling agar mesin juga tetap
berjalan efisien kita memberikan rendemen diatas rendemen aslinya. Jadi
katakanlah rendemennya pada awal itu 5% nanti kita naikkan jadi 5.5%
atau sebagainya, untuk diakhir masa giling rendemen bisa mencapai 9%
kita kasih cuman 8% karena untuk menutupi talangan rendemen diawal.
Nah itu kadangkala kita akhirnya gulanya terkikis oleh petani persentase
nya jadi dibawah 34%”

Rendemen tebu milik petani khususnya yang berada di kota Malang


memiliki karakteristik jika semakin lama tebu dipanen maka semakin tinggi
14
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018
62

rendemen yang dihasilkan, sebaliknya jika tebu dipanen awal maka rendemen
yang dihasilkan rendah. Pada awal masa giling yakni bulan Mei, rendemen yang
dihasilkan oleh petani cenderung rendah. Menginjak pertengahan musim giling
yaitu bulan Juli-Agustus rendemen tebu milik petani mengalami peningkatan
secara signifikan hingga musim giling berakhir. Hal ini disebabkan oleh faktor
kondisi tebu yang beredar di kota Malang.

rendemen area malang


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 4.3. Grafik Rendemen Tebu area Kota Malang

Untuk mensiasati agar petani bersedia mendapatkan jadwal giling pada


awal musim giling pihak PG memberikan rendemen diatas rendemen real .
Rendemen yang tinggi membuat petani tertarik untuk menyetorkan tebu di awal
masa giling. Hal ini memberikan keuntungan bagi PG karena mesin penggilingan
pada PG dapat bekerja dengan efisien. Pihak petani juga diuntungkan karena hasil
yang didapatkan pada akhir periode menjadi lebih tinggi dari rendemen
sesungguhnya. Pada masa awal musim giling PG memberikan. Menurut ketua
bagian tanaman PG Krebet hal tersebut tidak termasuk tindak kecurangan, berikut
penjelasannya15 :
“PG disini berusaha untuk selalu transparan kepada petani.
Khusus untuk rendemen awal giling kita biasanya ada Tatap Muka
Kemitraan (TMK) minimal satu tahun dua kali. Yang pertama untuk
membahas kemitraan awal perjanjian, kemudian yang kedua biasanya
membahas renedemen awal musim giling. Semua perwakilan KUD
dikumpulkan kemudian kita tawarkan untuk rendemen awal sekian persen
kemudian disetujui baru kita jalan. Pihak petani tidak mengetahui adanya
talangan rendemen dari pihak PG. Petani hanya tahu bahwa rendemen di
PG pada awal musim giling lebih tinggi dari yang lain. Ini merupakan
15
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
63

salah satu strategi untuk mengefisiensi kinerja pabrik. Agar petani mau
menyetorkan tebunya di awal musim giling”

PG. akan memotong rendemen di akhir giling yang cenderung


lebih tinggi daripada rendemen pada awal musim giling. Hal ini dilakukan
untuk menutupi rendemen tambahan yang diberikan PG pada awal musim
giling. Pemberian rendemen tambahan pada awal musim giling dilakukan
oleh pihak PG untuk membantu petani agar mendapatkan hasil yang
diharapkan pada awal musim giling. Lain halnya dengan pernyataan
diatas, karyawan bagian pengilingan menyatakan bahwa16 :
“sudah menjadi rahasia umum kalo awal giling itu rendemennya
rendah jadi kebanyakan petani tidak mau. Kalo petani tidak mau ya kita
gabisa giling kan. Jadi kita kasih talangan rendemen. Rendemennya kita
naikkan nani sebagai gantinya kan kalo akhir akhir rendemen bisa tinggi
itu nanti kita potong. Nah ini yang jadi kelemahan.”

Kelemahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

“Jadi ini adalah kebobrokan pabrik yang tidak semua orang tau.
Jadi meskipun rendemen petani tinggi sama pg itu dipotong untuk
keuntungan pg sendiri. Saya ndak tau ya gimana kok bisa lulus BPK
kemaren itu. Pokoknya di stasiun giling ini banyak mafianya. Rendemen
misalkan 7 ya dikasih ke petani cuman 6 gatau yang satu diapakan saya
juga gapaham. Saya kan cuma nyatet aja ya.”

Dari peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya praktek


kecurangan yang dilakukan oleh pihak PG untuk keuntungan sendiri.
Rendemen yang dibagikan kepada petani dibuat lebih rendah dari
rendemen sesungguhnya. Dari keterangan diatas juga diketahui adanya
oknum dari dalam pabrik yang melakukan kecurangan penurunan
rendemen. Hal ini sangat disayangkan mengingat para petani tidak
memiliki kuasa untuk melakukan penyelidikan langsung mengenai
rendemen sesungguhnya yang telah dihasilkan.
Selain gula, PG Krebet juga memberikan bagi hasil sampingan berupa
tetes. Tetes merupakan sirup yang mempunyai kadar gula sangat rendah d an
sukar untuk diambil gulanya lebih lanjut dan tetes dapat digunakan sebagai bahan

16
Pak BK, Karyawan Bagian Penggilingan PG. X, 29 September 2018
64

penyedap masakan dan bahan untuk membuat alkohol. Mekanisme bagi hasil
untuk tetes tidak menggunakan persentase 66:34.
“Nanti dapet 3 kg setiap 1 kw. Jadi 3 persen bagi hasilnya. Mau
rendemennya berapa pun ya tetep tetesnya 3 persen berarti ya.”17
Bagi hasil berupa tetes ini langsung dalam bentuk uang tunai, tidak berupa
natura. PG. Bagi hasil yang disepakati untuk petani adalah sebesar 3 kg tetes per
kwintal gula yang dihasilkan. Harga tetes yang disepakati adala Rp. 1.300.
Rumusan pendapatan dari bagi hasil tetes adalah sebafai berikut :

Pendapatan tetes = hasil gula (kw) x 3 x Rp. 1.300

PG. Krebet tidak membagikan tetes dalam bentuk natura karena petani
yang bermitra dengan PG belum tentu bisa menjual dan mengolah tetes tersebut.
Dari hasil perjanjian tetes dijual oleh pihak PG kemudian petani mendapatkan
uang hasil penjualan tetes dengan ketentuan tiap satu kwintal gula yang dihasilkan
oleh petani, petani mendapatkan tiga kilogram tetes gula. Kemudian tetes tersebut
akan diuangkan oleh PG sesuai dengan berat tetes yang didapatkan oleh petani.

“... berupa uang, jadi dijualkan oleh pihak krebet. Jadi petai nanti
mendapatkan uang setara dengan uang tetes yang didapatkan oleh petani
itu tadi.” “...Satu kilogramnya 1300 satu kilogramnya.tapi kita jualnya
tidak dalam hitungan kilogram. Jadi langsung pake satuan kwintal. Jadi
satu kwintalnya 4900 uang yang didapatkan petani untuk tetesnya.”18
Sama halnya dengan bagi hasil, dalam bagi hasil tetes terdapat
kecurangan yang disampaikan oleh salah satu karyawan PG X yaitu :
“Petani kan ndak tau apa apa, mereka cuman setor aja, udah gitu
aja. Sebenernya kalo saya nilai pribadi dan liat sendiri petani itu
digrogoti sama mafia mafia itu. Kan ini kita rendemennya meskipun
transparan pihak petani gapernah tau langsung kebenaran rendemennya
berapa. Nah itu yang dimonopoli sama orang internal sini. Kalo bilang
labanya perusahaan dikit bohong iku mbak. Akeh batine. Sekarang loh
dari tetes tok pasarane 3500-5000 kalo ga salah satu liternya. Petani
cuman dapet berapa ? 1300-1500 kalo gasalah ya ? lah itu untungnya wes
berapa. Wong kita tetes ituloh banyak petani mek dikasih sekian liter aja.
Pinter pabrik itu mbak.”19

17
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018.

18
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018.

19
Pak BK, Karyawan Bagian Penggilingan PG. X, 29 September 2018
65

Mafia yang dimaksudkan oleh narasumber diatas merupakan oknum dari


pihak dalam pabrik yang melakukan kecurangan yang merugikan petani demi
keuntungan pabrik ataupun pribadi. Dalam peraturan pemerintah yang mengatur
tentang bagi hasil menyatakan bahwa pembagian hasil berupa tetes harus
menggunakan harga pasar saat itu. Namun dalam kenyataan yang terjadi harga
yang digunakan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga pasar. Meskipun
tetes bukan merupakan pendapatan utama, namun dengan adanya kecurangan ini
pihak petani hanya mendapatkan uang dari bagi hasil tetes yang lebih rendah dari
yang seharusnya.
“kalo dulu itu tetes gaada hargae dibuat siram siram tebu dibuat
tambahan pupuk dulu itu. Sekarang banyak yang cari buat minuman.
Dibuat bahan tambahan minuman keras yang paling laku itu. Nah pabrik
jualnya kesana itu. Sekarang ada harganya tetes, kalo dulu mah gaada.”20
Tetes tersebut oleh pabrik akan dijual kepada pihak-pihak yang
membutuhkan tetes guna bahan baku untuk pembuatan minuman dan lain
sebagainya. Tetes beberapa tahun terakhir memiliki nilai jual dibandingkan
dengan sebelumnya. Tetes yang dihasilkan dari tebu tidak laku dijual dipasaran,
namun sekarang banyak pabrik yang membutuhkan tetes untuk digunakan sebagai
bahan baku tambahan produk minuman kemasan atau minuman keras.
Selain gula dan tetes, proses penggilingan tebu juga menghasilkan
ampas dan blotong. Blotong merupakan limbah padat atau kotoran dan
bukan gula yang dipisahkan dari stasiun pemurnian, digunakan sebagai
pupuk dan landfill. Sedangkan ampas merupakan limbah yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar di stasiun ketel dan bahan pembanu
particle board, selain itu dapat dijadikan bahan mentah untuk produk
plastik, kertas dan papan. PG. Krebet memanfaatkan ampas tebu sebagai
bahan bakar untuk mesin kethel. Sedangkan untuk blotong oleh pabrik
digunakan untuk pupuk yang kemudian akan dibagikan secara cuma cuma
kepada siapapun yang membutuhkan pupuk blotong.
“ada sendiri gudang khusus untuk penyimpanan blotong, jadi
blotong ini nanti bisa dibuat sebagai pupuk organik. Memang tidak
sebagus pupuk anorganik tapi dari segi kualitas dia berdampak bagus
untuk kesuburan tanah. Jadi blotong ini ketika dipakai tidak bisa langsung
keliatan hasilnya memang karena dia kan pupuk organik.”

20
Pak BK, Karyawan Bagian Penggilingan PG. X, 29 September 2018
66

“blotong ini gratis untuk siapapun yang mau pakai silahkan, cuman kita
nanti minta ganti untuk biaya angkut nya, kan kalo angkut harus ada
truknya juga. Jadi cuman biaya ganti itu saja”21.

Blotong dan ampas tidak termasuk kedalam pendapatan sampingan


PG karena blotong dan ampas dianggap sebagai limbah pabrik yang didaur
ulang agar tidak mencemari lingkungan. Jadi bagi hasil antara PG Krebet
dengan petani tebu hanya mencakup bagi hasil gula dan tetes. Sama halnya
dengan kasus sebelumnya, dalam penyaluran blotong juga terdapat oknum
oknum yang dianggap dapat merugikan petani. Hal ini disampaikan
narasumber sebagai berikut 22:
“Jadi ada itu bahan sisa gilingan yang bisa buat pupuk. Itu
dibagikan cuma cuma ke petani sebenernya bisa tapi sama karyawan sini
dijuali uangnya masuk ke kantong sendiri. Kasian petani seh mbak
sebenere.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa oknum


yang menjual blotong dan kemudian uang hasil penjualan blotong tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi. Meskipun pihak pabrik telah memutuskan
untuk memberikan blotong secara cuma-cuma kepada siapa saja yang ingin
menggunakannya, namun terdapat oknum yang menjual tanpa sepengetahuan
pihak pabrik.

4.2.2 Tahapan Kemitraan

Sebelum melakukan kemitraan, ada beberapa tahapan yang harus


dilalui oleh petani tebu sesuai dengan wawancara yang telah dilakukan
yaitu 23:
“ada beberapa yang harus dilakukan oleh petani sebelum
menandatangani perjanjian dengan PG. Pertama harus ada kelompok,
terus nanti kemudian selanjutnya baru bisa mengajukan pinjaman setelah
sudah menandatangani perjanjian dengan PG”
“jadi nanti sebelum bermitra tu petani harus bikin kelompok, nah
setelah bikin kelompok nanti bisa ngajuin kredit yang biasa disebut KKP-
21
Ibu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018

22
Ibu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018

23
Ibu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
67

TR (Kredit Ketahanan Pangan-Tebu Rakyat Kemitraan). nah setelah


sudah mengajukan dana nanti mau dibuat apa oleh petani. Nanti untuk
pengembalian kredit ada potongan tersendiri waktu pembayaran bagi
hasilnya”

4.2.2.1 Pembentukan Kelompok


Petani tebu rakyat harus mempunyai kelompok sebelum bermitra
dengan PG. X. Jumlah anggota dalam satu kelompok tani berkisar antara
3-10 orang. Ketua, sekertaris, dan bendahara juga harus ada dalam satu
kelompok tani. Pembentukan kelompok tani bertujuan untuk memudahkan
bank dan PG X dalam proses pemberian kredit. Selain itu, pengajuan
kredit secara berkelompok juga akan memudahkan petani dalam proses
pembayaran kredit karena dilakukan secara bersama sama.
Setelah kelompok tani terbentuk, petani tebu akan melakukan
perjanjian kemitraan dengan PG X melalui perjanjian terulis bahwa
mereka telah menyetujui kerja sama dalam bentuk kemitraan. Setelah
petani tebu telah menandatangani perjanjian kemitraan dengan PG maka
merekadapat mengajukan pinjaman KKP-TR kepada koperasi. Koperasi
akan membuatkan Rencana Definitif KelompokTani (RDK) dan Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) untuk kelompok tani.
Rencana Definitif Kelompok Tani adalah rencana kegiatan usaha dan
kebutuhan modal kerja kelompok tani untuk satu periode tertentu yang
disusun melalui musyawaran dan berisikan rincian kegiatan dan
kesepakatan bersama mengelola usaha budidaya tebu. Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok Tani adalah rencana kebutuhan modal kerja
budidaya tanaman tebu kelompok tani selama satu periode tertentu yang
disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani dan berdasarkan
musyawarah anggota kelompok tani dan dilengkapi dengan rencana dan
pembayaran kempali KKP-TR Kemitraan.
Kemitraan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam
perjanjian antara dua pihak yaitu petani tebu dengan PG. Krebet. Dalam kemitraan
yang dilakukan terdapat satu pihak ekternal yang ikut membantu proses
68

berjalannya kemitraan yaitu Koperasi. Fungsi koperasi dalam kemitraan adalah


sebagai berikut24 :
“jadi jumlah petani yang bermitra dengan PG sejumlah 15.736
petani, kemudian dibagi lagi untuk dibentuk kelompok dengan total 806
kelompok tani. Kemudian nanti kelompok tani ini harus mendaftarkan diri
ke koperasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kemudahan kredit.
Jadi setelah daftar ke koperasi kemudian memberikan ajuan kredit kepada
bank. Ajuan kredit bank ini nanti akan direkomendasikan dengan bantuan
dari pihak PG”
“...koperasi nanti yang mengawasi berjalannya proses penanaman
tebu petani juga, nanti petani butuh apa nanti langsung ke koperasi.
Koperasi juga me manage pembagian pupuk, potongan kredit, pengajuan
kredit, pembagian bibit dan lain lain. Untuk pengadaan pupuk dan bibit
semua dari PG. Koperasi tinggal bagi aja ke petani petani”12
“... kalo tidak ada KUD ya kita yang kualahan karena dengan
sekian ribu petani kita tidak akan bisa terjun satu persatu. Kalo ada KUD
kan masih bisa terawasi semuanya”

Koperasi secara tidak langsung berperan dalam kemitraan antara


petani dan PG. Dengan adanya koperasi kemitraan yang terjalin antara
petani dan PG dapat berjalan lancar. Tujuan membentuk kelompok tani
sebelum mengajukan kredit kepada bank melalui koperasi adalah25 :
“...agar pemberian kredit lebih efektif dan efisien, jadi kredit nanti
diberikan kepada masing masing petani kan dengan sekian ribu petani
pasti juga akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga kerja jadi supaya
lebih cepat dan efisien kita bagi tiap kelompok. Nanti mereka membentuk
ketua, sekertaris dan bendahara tersendiri.”

Koperasi merupakan pihak eksternal didalam kemitraan yang


terjalin antara PG. X dengan petani tebu. Hubungan antara PG dengan
koperasi serta petani dengan koperasi merupakan hubungan kemitraan
baru diluar kemitraan bagi hasil antara PG X dengan petani tebu. Koperasi
berkerjasama dengan petani tebu dalam hal pendanaan kredit bagi para
petani, koperasi akan menyampaikan kebutuhan pendanaan bagi petani
kepada pihak PG. Sedangkan hubungan kemitraan antara PG dengan
koperasi adalah untuk memberikan bantuan kepada petani berupa
pinjaman kredit. Koperasi secara tidak langsung berperan dalam

24
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018

25
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018
69

kelancaran proses kemitraan yang dilakukan PG dengan petani, namun


koperasi bukan termasuk mitra dalam kemitraan inti plasma. Koperasi
hanya berperan dalam proses penyaluran pendanaan yang melibatkan
pihak PG X dan petani tebu.
Koperasi dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar
koperasi. Kerjasama antar koperasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan cara membentuk badan hukum baru dan tanpa membentuk wadah
baru yang berbadan hukum. Dalam prakteknya koperasi yang terlibat
dalam kemitraan antara PG. X dan petani tebu berkerjasama tanpa
membentuk wadah baru yang berbadan hukum. Kerjasama yang dilakukan
dengan PG. X dan petani dalam bentuk kemitraan usaha.

4.2.2.2 Penggunaaan dana pinjaman


Koperasi melakukan penarikan KKP-TR kemitraan dari bank
pelaksanaan berdasarkan surat kuasa dari para petani kepada koperasi.
Selanjutnya koperasi menyetorkan dan kredit tersebut ke rekening giro
PG. Krebet di bank pelaksana yang bersangkutan. Pencarian dan
penggunaan dana KKP-TR kemitraan dari rekening giro PG yang berasal
dari dana KKP-TR kemitraan yang disetorkn oleh koperasi dilaksanakan
oleh pejabat yang berwenang dari PG. Krebet untuk keperluan pembiayaan
budi daya tebu rakyat kelompok tani. Dalam keperluan tersebut, PG
memberikan nama pejabat yang diberi wewenang memberikan
rekomendasi serta contoh tanda tangannya pada waktu akad dan pencairan
kredit KKP-TR kemitraan.
Selain pinjaman kredit berupa uang tunai, petani juga mendapatkan
fasilitas kemitraan berupa pengadaan bibit dan pupuk. Petani tebu yang
bermitra dengan PG. Krebet mendapatkan bibit serta pupuk untuk garap
lahan. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan, pinjaman kredit
selain berupa uang PG. X juga memberikan pinjaman sebagai berikut26 :
“Jadi gini, dari perbankan berupa uang. Namun dalam
pelaksanaannya dari kredit kita ambil kredit itu umpama ada pupuk ,
bibit, biaya garap sama biaya tebang. Khusus untuk pupuk, kan pupuk

26
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman, 4 September 2018
70

sendiri juga jarang dipasarkan terbatas, kemudian untuk tataniaga pupuk


ada kita sendiri . sekarang ada pupuk subsidi non subsidi. Kalo
nonsubsidi kan dijual bebas itu nilainyaya hampir diatas sekitar 75
sampai 100 persen pupuk subsidi. Nah kalo petani yang bermitra dengan
PG itu kita sediakan pupuk subsidi. Cuman itu uang yang dicairkan dari
bank kita ajukan ke petrokimia, kebetulan kita di krebet ini tataniaga
pupuk kan sudah diluar kemitraan ini, untuk tataniaga pupuk sendiri
petrokimia.akhirnya petani menunjuk pihak distributor dari petrokimia,
kan dulu juga kita mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk
akhirnya kita kontrak dengan petrokimia jadi setiap tahun kita melakukan
kontrak dapat khusus untuk pupuk subsidi. Setelah medapatkan dana dari
bank masuk ke PG, beberapa digunakan untuk beli pupuk. Akhirnya
petani mendapatkan pupuk dalam bentuk natura kemudian mereka
garap.”
Demi kelancaran ketersediaan pupuk bagi para petani, PG X
menjalin kerjasama dengan PT. Petrokimia dalam pengadaan pupuk bagi
para petani. Kerjasama antara PG. X dengan PT. Petrokimia bukan
merupakan kerjasama kemitraan. Kerjasama antara PG. X dengan PT.
Petrokimia merupakan kerjasama kemitraan pola dagang umum pupuk
dimana PT. Petrokimia menyediakan pupuk untuk kebutuhan petani yang
bermitra dengan PG. X dan PG. X berperan sebagai pembeli pupuk dalam
kerjasama usaha ini. Pemilihan PT. Petrokimia sebagai pemasok pupuk
bagi para petani yang bermitra dengan PG. X bukan merupakan keputusan
sepihak dari pihak PG. Keputusan tersebut sudah melalui pertimbangan
dari para petani.
Menurut penjelasan pasal 27 huruf (c) Undang-Undang No. 9
Tahun 1955 pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha
kecil atau menengah dengan usaha besar yang didalamnya usaha
menengah atau kecil memasarkan hasil produksi usaha milik mitra atau
memasok kebutuhan yang diperlukan. Dengan demikian PG. X menerima
pasokan pupuk atau memasarkan pupuk kepada petani dari PT. Petrokimia
untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Meskipun dalam prakteknya PG. X
hanya menyalurka pupuk dari PT. Petrokimia untuk petani namun
kerjasama secara formal dilakukan antara PG. X dan PT. Petrokimia.
Kerjasama ini dalam prakteknya dilakukan dengan cara PG. X membeli
atau memasok pupuk dari PT. Petrokimia kemudian adipasarkan kepada
71

pihak petani melalui bantuan kredit.


Ketersediaan pupuk subsidi di pasaran yang cukup langka
membuat petani kesulitan dalam mendapatkan pupuk subsidi, oleh karena
itu pihak PG. Krebet yang berkerja sama dengan PT.Petrokimia dalam
pengadaan pupuk untuk petani tebu yang berimtra dengan PG. Selain
ketersediaan pupuk yang kurang memadai dipasaran, adanya kerjasama
pengadaan pupuk dengan PT. Petrokimia diharapkan dapat mengatasi
melonjaknya harga pupuk yang terjadi ketika masa tanam tiba. Demi
kelancaran ketersediaan pupuk, PG akhirnya memutuskan untuk
mensubsidi pupuk untuk petani dengan sistem kredit. Selain pupuk, PG
juga memberikan subsidi dalam bentuk bibit, hal ini bertujuan untuk
menjaga kualitas tebu milik petani dengan menggunakan bibit dengan
varietas yang baik. Mekanisme pembayaran kredit untuk pupuk dan bibit
dibayarkan dengan sistem cicilan. Sama halnya dengan pembayaran kredit
berupa uang tunai. Petani akan membayar bibit dan pupuk sesuai harga
yang berlaku. Kebutuhan pupuk petani ditentukan dengan luas lahan per
hektar yang dimiliki petani.
“untuk satu hektarnya kita ada tiga macam pupuk, ada pupuk ZA 5
kw, Phonska empat kwintal, Petroganik tujuh kwintal itu persatuan luas.”
“ZA 140.000/kwintal, phonska 230.000/kw petroganik 50.000/kwintal.”27

Selain pupuk, PG memberikan subsidi berupa bibit dengan tujuan


mempertahankan kualitas tebu milik petani. Hal tersebut merupakan
kebijakan pihak PG agar tebu milik para petani yang bermitra dengan PG
memiliki kualitas yang sama dengan satu varietas bibit yang telah di
subsidi oleh pihak PG. Berikut penuturan ketua bagian tanaman mengenai
pengadaan bibit :
“untuk varietas yang kita pakai untuk bibit itu ada tersendiri, jadi
nanti kita berikan per luas hektar lahannya. Satu lahan kita kasil bibit 12
ton dengan harga Rp. 60.000 per kwintalnya. Nanti kita bagikan ke kud
nanti diserahkan ke tiap tiap kelompoknya.”27

4.2.2.3 Proses Produksi Gula

27
Bu ARN, Ketua Bagian Akuntansi, 4 September 2018
72

Proses produksi pada PG. Krebet Malang adalah proses pengolahan bahan
baku yaitu berupa tebu menjadi barang jadi yang siap digunakan yaitu berupa gula
putih. Proses produksi pada PG. Krebet Malang dijelaskan olek Kepala Bagian
Tanaman PG. Krebet dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut 28:
“pabrik sendiri ada dua periode yaitu periode masa giling dan
diuar masa giling. Pada saat musim giling mesin penggilingan bekerja
terus nonstop selama masa giling untuk efisiensi mesinnya sendiri,
biasanya masa giling dimulai awal mei atau juni. Untuk diluar masa
giling pabrik tetap buka namun untuk di bagian pemrosesan dan
penggilingan ditutup ketika musim giling usai, kita melakukan perawatan
mesin, turun mesin, perbaikan mesin dan lain lain untuk persiapan musim
giling berikutnya”

a. Dalam Masa Giling (DMG)


Kegiatan produksi dimulai oada akhir bulan mei atau awal bulan juni
sampai akhir bulan november atau awal bulan desember. Dalam proses
produksinya peruashaan bekerja secara kontinyu (terus-menerus) selama 24
jam/hari sampai masa giling selesai.
b. Luar Masa Giling (LMG)
Kegiatan ini berlangsung antara bulan desember sampai dengan
bulan Mei. Pada maa ini tidak terjadi proses produksi karena kegiatan
perusahaan terpusat pada perbaikan kerusakan yang mungkin terjadi dan
pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan lainnya yang dimaksudkan untuk
persiapan kegiatan produksi yang akan dilakukan pada masa giling
berikutnya.

4.2.2.4 Penjualan bagi hasil gula


Setelah proses penggilingan selesai maka hasil giling berupa gula
dan tetes akan dibagikan kepada para petani sesuai dengan persentase serta
perjanjian yang telah tertulis. Selanjutnya hasil berupa gula akan
dipasarkan sesuai dengan harga pada saat itu. Sedangkan tetes akan
dibagikan berupa uang senilai dengan harga pasar tetes pada saat itu.
Dalam proses memasarkan gula perlu melalui proses penjualan gula
terlebih dahulu. Proses penjualan gula petani memiliki 3 cara menurut pak

28
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman, 4 September 2018
73

Inul selaku petani tebu yang bermitra dengan PG.Krebet :


“biasanya kita lelang, tapi tahun ini dibeli bulog, ada lagi nanti
kita bisa ambil nota saja kita jual sendiri, tidak ikut lelang dari PG. Jadi
kita jual individu”29

Dari peryataan diatas dapat disimpulkan terdapat tiga cara proses


penjualan tebu petani yaitu melalui pasar lelang, bulog, dan penjualan
individu.
1. Bulog
Keputusan pembelian gula petani oleh Bulog dikhususkan untuk
hasil produksi PG BUMN. Hal ini merupakan tidak lanjut penugasan
pemerintah kepada Bulog yang diputuskan dalam Rapat Koordinasi
Terbatas Tingkat Menteri Bidang Perekonomian pada 17 Juli 2018 dengan
agenda pembahasan kebijakan gula dan beras. Keputusan pembelian gula
petani oleh Bulog baru berlaku untuk tahun 2018. Pada tahun 2017 lalu
Bulog juga melakukan pembelian gula petani namun tidak semua bisa
terserap oleh Bulog. Sebagian gula milik petani harus dijual di pasar lelang
karena pembelian gula petani oleh Bulog memiliki kapasitas maksimum.
Menurut pak Mulyono selaku petani tebu yang bermitra dengan PG Krebet
:
“baru tahun ini Alhamdulillah bisa dibeli sama Bulog, kalo dibeli
Bulog harganya bisa 9700 kalo di lelang ya cuman 9350 an rata rata.
Kalo tahun kemaren itu dibeli Bulog kaya menang lotre. Tepak-tepakan
gitu kalo pas beruntung ya dibeli Bulog. Tapi cuman sedikit kemaren yang
dibeli Bulog. Kalau tahun ini semua dibeli Bulog meskipun ada kendala
cairnya agak lama”

2. Pasar lelang
Setelah proses penggilingan selesai petani akan mendapatkan
rendemen tebu. Kemudian petani mendapatkan bagi hasil sesuai dengan
persentase pejanjian kemitraan yaitu 66%. Sebanyak 90% bagi hasil
berupa gula milik petani dijual bersama. Sedangkan 10% dalam bentuk
gula pasir. Penjualan gula milik petani bisa melalui berbagai cara menurut
ketua bagian tanaman PG. Krebet, yaitu 30:

29
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
74

“ada kita mewadahi adanya pasar lelang, disitu nanti ada


perwakilan dari kud yang sudah ditunjuk oleh masing-masing petani, juga
ada pembeli.”
“....kita membentuk koperasi induk yang disebut PKPTR nah
PKPTR ini anggotanya merupakan orang orang yang ditunjuk dari
koperasi, nah mereka ini nanti mengkoordinir 90 persen gula hasil petani
yang akan dijual, biasanya dijual dalam sistem lelang kalau untuk saat ini
dijual ke BULOG dua minggu sekali.”

Menurut ketua bagian tanaman, pihak-pihak yang terlibat dalam


pasar lelang yaitu PKPTR dan pembeli gula. PG. X hanya sebagai pemberi
wadah dalam pelaksanaan pasar lelang.
Sejalan dengan pernyataan ketua bagian tanaman PG. X diatas,
petani tebu yang bermitra dengan PG. X mengatakan30 :
“Kalo gula kan sifatnya nanti lelang pg, nanti pg mengadakan
lelang terus ada pedagang gula nanti yang beli.”
“... di pasar lelang ada perwakilan dari KUD, saya sendiri gak
pernah ikut lelang tapi kalo misal mau ikut ya gapapa orang lelangnya
terbuka kok. Jadi nanti ada pembeli sama ada pihak PG buat ngawasin
aja nanti selebihnya ya pihak koperasi sama pihak PKPTR yang atur”

Pasar lelang diadakan satu kali setiap periode. Satu periode giling
memakan waktu dua minggu, jadi pasar lelang diadakan dua minggu sekali.
Mekanisme pembelian gula petani di pasar lelang menurut penuturan ketua bagian
akuntansi dan ketua bagian tanaman adalah sebagai berikut :
“jadi di pasar lelang ini berkumpul pihak pembeli dan penjual,
untuk penjual dari petani tidak mungkin semua menjual sendiri karena
petaninya ribuan pasti. Jadi petani menunjuk KUD untuk mewakilkan
istilahnya untuk dijualkan, jadi petani habis panen itu duduk manis
tinggal tunggu hasil aja. Nanti di lelang tawar menawar pastinya. Kita
disini semua transparan semua ada laporanya dengan jelas. Petani juga
tau lakunya sekian sekian, meskipun mereka diwakilkan”31
“...harga jualnya tiap periode beda-beda, tergantung periodenya,
terkadang sudah disepakati misal saat lelang 9350 nanti periode
selanjutnya bisa berubah. Tapi yang pasti satu periode pasti sama
semua.”32

Harga penjualan gula milik petani di pasar lelang cenderung naik


30
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018

31
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman, 4 September 2018

32
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi, 24 September 2018
75

turun. Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan patokan harga jual gula


petani setiap tahunnya namun tidak mempengaruhi harga di pasar lelang
yang berkisat antara Rp.9.350 - Rp 9.500. Sedangkan patokan harga dari
pemerintah Rp. 9.850. Hal ini menurut ketua bagian akuntansi PG. Krebet
umum terjadi.
“kalau masalah patokan dari pemerintah itu kayanya cuman
dibikin formalitas saja sama pihak pasar lelang. Karena yang terjadi
dipasaran sekarang kan harganya memang rendah. Pemerintah mematok
sekian itu biasanya khusus untuk Bulog. Kan tahun ini patokannya 9.800
jadi ya semua yang di Bulog 9.800. buat yang di pasar lelang ya ndak
berlaku itu, hukum pasar yang berlaku. Sekuat kuatnya tekanan
pemerintah bakal kalah juga sama tekanan kondisi di pasar. Sekarang
kita kekeh mau jual 9.800 misalnya sedangkan di pasar hanya lagu 9.400
terus gimana, apa mau jual mahal nolak 9.400. sekarang pikirannya
petani gini, mereka mau cepet cair uangnya dengan harga yang masih
bisa untung dan uangnya bisa diputer untuk tanem musim berikutnya.
Kalo kekeh mau 9.800 ya ga laku-laku. Ya kita juga harus realistis”33

Sedangkan menurut penuturan petani yang bermitra dengan PG.


Krebet adalah sebagai berikut34 :
“iyaa tawar menawar, kan saya ikut KUD Kamajaya, nah nanti
harganya ditawarkan sekian kalo mau ya diambil. Jadi ya kaya tawar
menawar dulu gitu. Namanya juga lelang”
“kalo masalah harga saya ikut saja, karena kita ini juga gabegitu
berpengaruh ke pasar lelangnya. Kalo misal harganya gacocok dan
gadilepas ya sayang juga karena kan mau dijual kemana lagi. Nanti juga
belum tentu periode selanjutnya harganya bakalan naik. Kalo segitu
segitu aja kan juga rugi bayar sewa gudang ke PG”

Harga beli gula petani di pasar lelang memang cenderung fluktuatif


namun rentan harga sekitar 9.350-9500. Berikut daftar harga beli gula di
pasar lelang milik petani yang bermitra dengan PG. Krebet pada tahun
2017 :
Tabel 4.1 Harga jual tebu tahun 2017 di pasar lelang

P Harga P Harga
e e

33
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018

34
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
76

r r
i i
o o
d d
e e
1 Rp. 9.350 7 Rp. 9.350
2 Rp. 9.350 8 Rp. 9.400
3 Rp. 9.400 9 Rp. 9.350
4 Rp. 9.350 10 Rp. 9.350
5 Rp. 9.350 11 Rp. 9.500
6 Rp. 9.350 12 Rp. 9.350

Berdasarkan data yang didapatkan, berikut data jumlah tebu


yang disetorkan oleh petani pada tahun 2017 dan perhitungan hasil
giling berdasarkan rendemen yang dihasilkan
Tabel 4.2 Perhitungan hasil giling Pak Mulyono tahun 2017
Tebu yang Bagi Hasil yang
Hasil giling Total yang
Periode Harga disetorkan didapatkan
(dalam ton)* didapatkan petani
(Ton) petani (66%)

1 9.350 85,2 5,30 3,50 Rp32.702.844,24

2 9.350 102,9 6,40 4,22 Rp39.496.744,98

3 9.400 222 13,81 9,11 Rp85.667.313,60

4 9.350 148,4 9,23 6,09 Rp56.961.292,08

5 9.350 200,3 12,46 8,22 Rp76.882.390,86

6 9.350 125,3 7,79 5,14 Rp48.094.675,86

7 9.350 98,6 6,13 4,05 Rp37.846.249,32

8 9.400 158,6 9,86 6,51 Rp61.201.963,68

9 9.350 188,9 11,75 7,75 Rp72.506.658,18

10 9.350 123 7,65 5,05 Rp47.211.852,60

11 9.500 140,8 8,76 5,78 Rp54.911.155,20

12 9.350 211 13,12 8,66 Rp80.989.438,20

Total 1.805 112,27 74,10 Rp694.472.578,80


77

Tabel 4.3Perhitungan hasil giling Pak Inul tahun 2017

Bagi Hasil
Hasil giling
yang Total yang
Periode Harga Pak Inul (dalam
didapatkan didapatkan petani
ton)*
petani (66%)

1 9.350 180,6 11,23 7,41 Rp69.320.817,72

2 9.350 66,2 4,12 2,72 Rp25.409.956,44

3 9.400 259,7 16,15 10,66 Rp100.215.321,36

4 9.350 198,2 12,33 8,14 Rp76.076.334,84

5 9.350 260 16,17 10,67 Rp99.797.412,00

6 9.350 78,2 4,86 3,21 Rp30.015.990,84

7 9.350 298 18,54 12,23 Rp114.383.187,60

8 9.400 251 15,61 10,30 Rp96.858.088,80

9 9.350 293,5 18,26 12,05 Rp112.655.924,70

10 9.350 145,1 9,03 5,96 Rp55.694.632,62

11 9.500 202 12,56 8,29 Rp78.778.788,00

12 9.350 230 14,31 9,44 Rp88.282.326,00

2462,5 153,1675 101,09 Rp947.488.780,92

3. Penjualan individu oleh petani


Menurut ketua bagian tanaman penjualan gula bagi hasil secara individu
jarang dilakukan oleh petani. Penjualan gula bagi hasil ini tidak serta merta
terjadi. Pengajuam penjualan gula individu oleh petani harus melalui proses
78

perjanjian di awal giling.


“Biasanya waktu awal periode itu kan rendemen lagi jelek,
biasanya mereka minta natura trus mungkin dijual lagi. Tapi harus ada
perjanjian dulu berapa yang mau diambil. Tapi ini jarang sekali terjadi
soalnya prosesnya juga ribet kan.”35

Penjualan gula bagi hasil secara individu oleh petani adalah


permintaan dari petani. Gula bagi hasil yang didapatkan tidak dijual bersama di
pasar lelang namun dijual sendiri oleh petani. Penjualan gula secara individu
biasanya melalui broker. Harga jual gula secara individu tidak selamanya
menguntungkan. Berikut penututan narasumber36:
“....kaya kemaren itu kejadian, kan yang ikut di KUD Dau itu ada
saya, Hj. Samsi,Hj. Ipul, Hj. Agus. Jadi saya Hj. Ipul sama Hj Samsi ikut
lelang dan Hj. Agus diambil nota. Pertama kali periode enamyang dibeli
BULOG kan dibayar, sedangkan punya dia laku cuman 9300 dijual ke
broker, jadi broker ini ya pedagang gula gitu. Selisih 400 an sama saya
yang dibeli BULOG, lebih untung BULOG. Kembali lagi setahun yang lalu
kemaren itu enak, yang ikut lelang sama yang diambil nota lebih enakkan
yang diambil nota selisih 100-140 per kg nya. Jadi lebih untung yang
ambil nota setahun kemaren.”

Penjualan gula bagi hasil secara individu tidak selamanya menguntungkan.


Sesuai dengan penuturan salah satu narasumber diatas bahwa terjadi selisih harga
antara pasar lelang dengan penjualan individu. Pada masa masa tertentu penjualan
individu lebih menguntukan namun petani mengeluarkan biaya tambahan seperti
biaya angkut gula dari PG. Krebet dan biaya lainnya seperti fee broker dan lain
lain.
Berbeda dengan penuturan narasumber diatas, narasumber lain
menuturkan bahwa beliau memilih untuk ikut pasar lelang karena beberapa
pertimbangan yaitu37 :

“Sempat pernah hampir jual sendiri dulu, waktu gula lagi anjlok
dimana mana galaku. Dipasar lelang kenak murah soalnya kan waktu itu
gula lagi import import gitu. Kalo menurut saya jadi bikin matiin
rejekinya petani. Waktu itu import gula, terus gulanya petani ya ndak laku
35
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X,4 September 2018

36
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018

37
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
79

akhirnya kejual murah sekali. Terus saya piker mau ambil gula aja gak
saya jual dulu tunggu stabil dulu harganya. Tapi ternyaa setelah dipikir
lagi saya juga butuh biaya buat garap lagi trus saya gapunya gudang
yang cukup. Jadi akhirnya terpaksa jual murah meski rugi tapi bisa tetep
muter uangnya buat tanem lagi. Tapi selepas itu ya saya jual ke lelang.
Kalo dijual sendiri lebih murah biasanya kan kita juga ngasih ke broker,
terus belum lagi biaya angkut dari krebet ke brokernya.”

Pak Inul memilih untuk menjual beberapa ton gulanya secara


individu, sedangkan pak Mulyono memilih untuk ikut pasar lelang setiap
tahunnya karena mempertimngkan faktor biaya tambahan yang akan
dikeluarkan yang bisa jdi lebih besar dari selisih keungtungan menjual
individu dengan pasar lelang. Sejalan dengan pernyataan diatas, ketua
bagian tanaman PG menyatakan :
“untuk proses pengambilan gula berupa nota oleh petani kita
persilahkan, jadi petani ada beberapa yang minta natura saja diawal
perjanjian. Ada yang seperti itu. Tapi kalau perjanjian awal kebanyakan
90% disepakati dijual bersama. Mungkin ada satu dua petani yang
diambil natura semua. Jadi mereka jual sendiri entah bagaimana jualnya
kita tidak tahu”38

Pihak PG. X tidak pernah memberikan arangan bagi para petani


yang ingin menjual gula milik mereka secara individu. Hal ini dikarenakan
bagi hasil beruba gula tersebut merupakan hak mereka.

4.2.2.5 Pembayaran kredit


Dalam proses pembayaran kredit antara petani dengan PG dilakukan
dengan cara angsuran. Angsuran kredit dilakukan melalu pemotongan bagi hasil
yang diterima petani setiap periode hingga kredit petani lunas. Hal ini dijelaskan
oleh ketua bagian akuntansi sebagai berikut39 :
“kita sebenarnya tidak secara langsung memberikan kredit kepada
pihak petani, tetapi kita memberikan rekomendasi kepada pihak bank.
Jadi kredit yang diajukan oleh petani oleh pihak PG direkomendasikan
kepada pihak bank, untuk setelah itu acc dan uangnya cair, untuk
mekanisme pembayaran sebenarnya ada perhitungan tersendiri yang

38
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018

39
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018
80

berhubungan dengan pihak koperasi, karena pihak PG hanya memberikan


rekomendasi, untuk masalah potongan dan lain lain memang pihak PG
juga membantu untuk menghitungkan namun untuk kesepakatan
pembayarannya melalui pihak kud dan petani langsung”

Sejalan dengan pernyataan ketua bagian akuntansi tersebut, petani tebu


juga menyatakan bahwa kredit dibayarkan melalui potongan bagi hasil setiap
periode. Mekanisme pembayaran kredit menurut petani adalah sebagai berikut40 :
“Pembayarannya kita cicilan, jadi setiap kita dapet bagi hasilnya
itu ada di nota nanti ada potongan sekian sampai kreditnya habis. Nanti
kita bilang ke pihak krebet melalui kud untuk tatacara pembayaran
kreditnya gimana”
“.....jadi istilahe kita ngangsur kalo pupuk, kalo uang kita juga
ngangsur, kan ada dua macem yang dikeluarkan krebet itu PGR sama
OTA itu bunganya ringan juga gasampai satu persen. Jadi misal kita pas
dapet periode lima ya itu nanti dipotong. Misal saya punya pinjaman
500.000.000 nanti itu mulai periode ke lima, dan menginjak periode ke
lima itu nanti dipotong. Nanti keluar misal nama saya inul gitu ya dengan
PGR 500.000.000 nanti saya cicil tiap periode pake potongan yang di
nota itu, jadi saya dapet bagi hasil berapa potong4an untuk cicilan
berapa nanti sampai periode periode akhir giling. Jadi nanti periode 22
kita terakhir bayar bunganya aja. Jadi pokoknya dipotong sebelum itu”

4.3 PENENTUAN HARGA POKOK PG.X


Karakteristik penentuan harga pokok PG. X Malang yaitu menggunakan
harga pokok proses dan menghitung biaya produksinya, bentuk produknya
bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
Kegiatan produksi PG. X Malang ditentukan oleh skedul produksi untuk tiap
tahunnya yang sekaligus dipakai dasar untuk mengisi persediaan yang selanjutnya
akan dijual kepada pembeli.
Elemen biaya yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produk PG.
X Malang diantaranya yaitu , persediaan awal , dan persediaan akhir. Berikut
komponen harga pokok produksi PG. X Malang :
Tabel 4.4 Data Perhitungan Harga Pokok Produksi PG. X Malang Tahun
2017.
PG. X KOTA MALANG

40
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
81

PERHITUNGAN HARGA POKOK

Per 31 Desember 2017

(dalam satuan ribu)

Uraian Jumlah

Biaya Langsung

Biaya Tanaman Rp 64.270.088,00

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 18.860.432,00

Biaya overhead pabrik

Biaya Tnaga Kerja Tidak Langsung Rp 16.870.457,00

Biaya Bahan Penolong Rp 23.028.312,00

Biaya Bahan Bakar Rp 8.580.120,00

Biaya Kantor dan Umum Rp 18.830.474,00

Biaya Pembungkusan Rp 4.693.180,00

Biaya Tebang dan Pengangkutan Rp 25.605.638,00

Asuransi Rp 1.350.245,00

Pemliharaan Mesin Rp 1.350.245,00

Pemeliharaan Gedung Rp 41.119.653,00

Pemeliharaan Kendaraan Rp 5.052.750,00

Penyusutan Mesin Rp 4.953.696,00

Penyusutan Gedung Rp 33.669.780,00

Penyusutan Kendaraan Rp 296.461,00

Jumlah Biaya Produksi Rp 789.674,00

Alokasi Biaya Rp. 0

Biaya Produksi dialokasikan Rp 267.970.951,00

Persediaan awal Rp 267.970.951,00

Gula Rp 98.752.926,00

Tetes Rp 0
82

Persediaan akhir

Gula Rp 4.120.794,00

Tetes Rp 374.866,00

Jumlah Harga Pokok Produksi Rp 362.228.217,00

Harga Pokok Produksi/kg Rp. 8077

Sumber: PG X Malang Tahun 2017


Adapun biaya-biaya PG. X Malang yang digunakan pada tahun 2017
untuk memproduksi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah produksi
Jumlah produksi merupakan jumlah produk atau banyaknya unit
yang diproduksi oleg PG. X Malang selama tahun 2017 yaitu banyaknya
gula dan tetes yang dihasilkan oleh perusahaan, dapat dilihat dari tabel
berikut :

Produk Jumlah
Gula 131.907 Ton
Tetes 90.818 Ton
Jumlah 222.725 Ton
Tabel 4.5 Jumlah hasil produksi PG. X Tahun 2017
2. Biaya Tanaman
Biaya tanaman merupakan biaya yag dikeluarkan oleh bagian
tanaman untuk pengadaan pupuk dan bibit. Selain itu biaya yang
dikeluarkan bagian tanaman juga meliputi penelitian terkait tebu untuk
kesehjahteraan para petani.
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga berja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan
secara langsung oleh PG. X Malang dalam membayar jasa pegawai,
meliputi gaji, tunjangan, dan lain lain.
4. Biaya Overhead Pabrik
Rincian jumlah pemakaian biaya overhead oabrik dalam proses
produksi pada PG. X selama tahun 2017 adalah sebagai berikut :
83

Tabel 4.6 Realisasi Biaya Overhead PG. X Malang Tahun 2017


(dalam satuan ribu)
Uraian Jumlah
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp. 16.870.457
Biaya bahan penolong Rp. 23.028.312
Biaya bahan bakar Rp. 8.580.120
Biaya kantor dan umu Rp. 18.830.474
Biaya pembungkusan Rp. 4.693.180
Biaya tebang dan pengangkutan Rp. 25.605.638
Asuransi Rp. 1.350.245
Pemeliharaan mesin Rp. 41.119.653
Pemeliharaan gedung Rp. 5.052.750
Pemeliharaan kendaraan Rp 4.953.696
Penyusutan mesin Rp. 33.669.780
Penyusutan gedung Rp. 296.461
Penyusutan kendaraan Rp. 789.674
Jumlah BOP Rp. 184.840.440

Dari data yang didapatkan, total laba bersih yang diperoleh PG. X pada
tahun 2017 sebesar Rp. 59.006.940.912. Menanggapi keuntungan yang
didapatkan oleh PG. X, dalam wawancara yang dilakukan ketua bagian akuntansi
menyatakan bahwa :
“pendapatan sekian pasti menguntungkan kalo dilihat kita PG BUMN,
sudah syukut kita mendapatkan laba sebanyak itu, namun jika dilihat lebih dalam
sebenarnya kita ini kemitraan dengan petani sudah bagus, sudah erat, tapi
pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lama lama bisa bunuh PG juga.
Sekarang ada ppn juga yang dibebankan ke pabrik, kita diberikan banyak
tuntutan untuk mensejahterakan rakyat kecil tapi kita sendiri dibunuh pelan pelan
dengan kebijakan yang ngawur”

Berdasarkan penjelasan diatas, PG. X melalui ketua bagian akuntansi


merasa diuntungkan dengan kerjasama kemitraan yang telah dilakukan dengan
petani selama ini. Namun PG. X merasa dirugikan dengan kebijakan pemerintah
yang diterapkan kepada PG. X. Pemerintah membebankan ppn kepada pihak PG.
X yang merupakan perusahaan BUMN, selain itu PG bukan merupakan
perusahaan jasa giling yang perlu dibebankan ppn. PG merasa dituntut oleh
pemerintah dengan kebijakan dan peraturan untuk memberikan kemudahan untuk
para petani. Selain itu ketua bagian akuntansi PG. X juga menyatakan :
“sebenernya saya kasian juga sama petani, lama lama tanem tebu juga
merugikan kalo pemerintah terus terusan import gini, harga gula punya petani
84

kan juga jadi anjlok lama lama, PG ini dituntut banyak sama pemerintah, dituntut
gula berkualitas, tapi pajak tinggi, dituntut membina petani tapi membunuh
harga gula rakyat sendiri dengan import”

4.4 PETANI TEBU


Tanaman tebu dikenal memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali dan
mengulang siklus hidupnya. Artinya setelah ditebang tebu mampu berproduksi
kembali tanpa harus menanam bibit baru. Secara garis besar, proses yang
dilakukan petani selama masa penanaman hingga tebu dikirm ke pabrik meliputi
empat tahap yaitu tahap persiapan lahan dimana lahan yang akan ditanami tebu
akan dipersiapkan terlebih dahulu agar siap ditanami. Kedua tahap pembibitan,
pada tahap ini dilakukan penanaman bibit yang biasanya dilakukan 8-10 tahun
sekali saat bongkar lahan. Ketiga, tahap perawatan, pada tahap ini petani
memberikan pemupukan serta pengolahan tanah yang diperlukan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan tebu. Keempat, masa panen, pada tahap ini petani
melakukan penebangan tebu yang sudah siap panen.

4.4.1 Persiapan lahan


Masa penanaman tebu didahului dengan persiapan lahan
pembuatan guludan adalah langkah pertama persiapan lahan dalam usaha
tani tebu. Pembuatan guludan yaitu hampatan tanah-tanah yang dibuat
gundukan tanah sedemikian rupa sehingga membentuk barisan gundukan
tanah.jarak antar gundukan digunakan untuk tempat menanam bibit tebu.
Sementara bagian tengah serta pinggiran yang mengelilingi gundukan
dalam petakan digunakKan untuk saluran air. Fungsi gundukan tanah
sendiri adalah untuk menutup bagian bibit tebu.
Lahan yang tanahnya kering akan diairi dahulu menggunakan air
dari irigasi atau air hujan. Kedua narasumber yang diwawancara oleh
peneliti tidak menggunakan air dari sumur bor atau sebagainya.
Narasumber menggunakan air dari hujan dan irigasi, berikut
pernyataannya41 :

41
Pak MY, Petani Tebu Rakyat MItra PG. X, 18 Agustus 2018
85

“... kalo di sawah kan ada irigasi. Kalo nanem ditanah kering ya
nunggu hujan itu. Nepakno lah. Jadi missal desember kan biasanya udah
musim hujan nah kita nanem sebulan sebelume biasane November.”
“... Alhamdulillah semua dari Allah.. Gratis”
“...disini saya pake irigasi.kan ada itu yang pake sumur bor itu,
saya nggak pakek itu, wong kali ndek sini sek deres ya pakek yang
gratisan. Sama hujan.”

Petani tebu memanfaatkan alam untuk mengairi lahan mereka.


Menurut penuturan ketua bagian tanaman PG. Krebet tanaman tebu tidak
membutuhkan terlalu banyak air. Semakin banyak air maka rendemen
yang dihasilkan semakin sedikit.
“seperti tahun 2016 kemaren itukan hujan sepanjang tahun, itu
waktu diperas itu yang keluar air tok, kadar gulanya sedikit, akhirnya ya
rendemennya juga sedikit”42

Dalam proses persiapan lahan, tanah yang sudah diairi kemudian


dicangkul atau dibajak menggunakan traktor maupun tenaga sapi. Setelah
persiapan lahan selesai kemudian dilakukan pembibitan tebu. Selain itu
persiapan lahan juga membutuhkan biaya biaya lain seperti biaya sewa
lahan bagi para petani yang menyewa lahan, biaya traktor yang digunakan
petani untuk membalik tanah saat persiapan lahan serta biaya tenaga kerja.

4.4.1.1 Biaya Sewa Lahan


Biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani
untuk menyewa lahan. Tidak semua lahan petani merupakan hak milik
petani, beberapa dari mereka memutuskan untuk menyewa lahan
kemudian digunakan untuk menanam tebu. Bapak Mulyono memiliki
tanah total tanah dengan rincian sebagai berikut43 :
“Kalo punya saya sendiri palingan ya 10 hektar, kalo bukan punya
sendiri ada 9.2 hektar.”
“... tapi 9.2 hektar tidak dalam satu lokasi, jadi mencar mencar.
Ada yang di daerah abd shaleh ada yang poncokusumo ada yang di
kemantren.Tergantung tergantung... untuk lokasi yang di poncokusumo itu
saya ada 5 hektar dia dulu sewanya 18 juta pertahun satu hektarnya ya
kalo 5 hektar tinggal dikalikan aja. Saya sewa 5 tahun karena ya bibitnya
42
Pak ND, Ketua Bagian Akuntansi PG. X, 24 September 2018

43
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra Pg. X, 18 Agustus 2018
86

kan nanti kira kira bongkar 5 tahunan keatas nanti kalo mau
perpanjangan bisa dibicarakan lagi. Kalo yang di poncokusumo ini tahun
2019 habis, dulu kan awal nanemnya september 2013 tapi karena teman
sendiri ya mulai diitung 2014 awal biar ngitungnya enak. Jadi nanti
januari tahun depan ini nanti saya mau sewa lagi mungkin. Terus yang di
daerah abd saaleh itu ada 1.2 hektar biaya sewanya 16 juta waktu itu
kebetulan itu punya saudara saya sendiri tanahnya nganggur, jadi
sekalian saja saya rawat. Saya rawat sudah 10 tahun ini dari 2007 lah ya.
Kalo ini gaada masanya berapa tahun. Ya nanti kalo mau dipake ya biar
dipake. Selama ndak dipake ya saya sewa buat tanem tebu. Satunya lagi
di poncokusumo 3 hektar itu sewanya 17 juta pertahunnya itu satu hektar.
Berarti kalo 3 hektar 51 juta ya. Itu saya kontrak sewa 3 tahun baru tahun
2017 kemaren saya perpanjang dengan harga baru. Dulu waktu saya
sewa disitu awalnya murah cuman 12 juta dari 2005. ya naik satu
wajarlah sudah 10 tahun an lebih ya udah dari jaman dulu. Ya iitu aja
selebihnya punya saya sendiri”

Lokasi Luas Lahan Harga per HA per Jangka waktu


tahun sewa
Poncokusumo 5 HA Rp. 18.000.000 5 tahun
Abd. Shaleh 1,2 HA Rp. 16.000.000 5 tahun
Kemantren 3 HA Rp. 17.000.000 10 tahun
Total Luas lahan 9,2 HA
sewa

Tabel 4.7 Total luas lahan sewa milik Pak Mulyono

Berbeda dengan pak Mulyono, pak Inul tidak memutuskan untuk


menyewa ahan. Pak Inul hanya menggunakan lahan milik sendiri yang sudah
turun temurun dijadikan lahan tebu oleh keluarganya. Total tanah yang dimiliki
pak Inul adalah sebagai berikut 44:

“...disini saya ada 25 hektaran tebu tapi lokasinya beda beda”

Petani Total Luas Lahan


Pak Mulyono 19,2 HA
Pak Inul 25 HA
Tabel 4.8 Total luas lahan tebu petani mitra PG. X
4.4.1.2 Biaya Sewa Traktor

44
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
87

Biaya ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin


traktor. Biaya ini meliputi biaya pembelian traktor atau sewa traktor.
Berikut biaya traktor yang dikeluarkan oleh petani45 :
“sewa saya kalo traktor, itu sekitar 850ribu untuk satu hektarnya,
saya sewa 6 unit, tapi kalo pake traktor itu ya jarang sekali. Kan pakenya
hanya waktu bongkar lahan saja”
“traktor saya ada 6 unit, itu dibagi bagi sesuai lokasinya biar enak
nanti pakenya.”
“..... satu unit satu traktor, kita bayarnya bukan per sewa traktornya
tapi per hektar lahan yang dibajak, jadi sewa traktornya 850.000 satu hektar
sudah sama operator dan solarnya, solarnya sendiri kira kira 75ribu an ya,
jadi 850 itu udah bersih pokoknya.”

Sama halnya dengan pak Mulyono, pak Inul juga menyewa traktor
untuk membajak lahan miliknya. Namun pak Inul menggunakan traktor
hanya untuk setengah lahannya saja. Hal ini dinyatakan dalam hasil
wawancara sebagai berikut 46:
“persiapan lahan itu termasuk kita balik tanah biar bagus pas
ditanami, itu saya pake traktor sama buruh cangkul. Jadi yang di daerah
poncokusumo itu jauh dari kampung dan kebetulan disitu ada penyewaan
traktor juga jadi akhirnya saya sewa, kalo sewanya jauh jauh kan juga butuh
biaya angkut traktornya ke lahan jadi saya gamau ribet aja...”
“.... sewanya itu 850.000 sekarang di poncokusumo yang saya
biasanya, itu saya sewa buat satu hektar 850. saya biasanya sewa buat 12
hektaran, nanti yang sisanya ya tetep pake buruh cangkul.”

Biaya sewa traktor ini hanya dikeluarkan oleh para petani pada saat
mereka melakukan bongkar lahan. Bongkar lahan dilakukan setiap 8-10
tahun sekali. Namun selama ini pak Inul dan pak Mulyono melakukan
pembokaran lahan dan menanam bibit baru setiap sepuluh tahun sekali.
Jadi dapat disimpulkan biaya sewa traktor hanya dikeluarkan 10 tahun
sekali. Perlu dilakukan penyusutan biaya sewa traktor agar pembebanan
biaya sewa dapat merata setiap tahunnya. Penyusutan dilakukan dengan
menggunakan metode garis lurus. Berikut penyusutan biaya sewa traktor :

45
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018

46
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
88

Pak Mulyono Pak Inul


Biaya Sewa Traktor Rp. 850.000 Rp. 850.000
per hektar
Luas lahan 19,2 HA 13 HA
Jangka waktu 10 Tahun 10 Tahun
Biaya Sewa tiap tahun Rp. 1.632.000 Rp 1.105.000
Tabel 4.9 Penyusutan biaya sewa traktor

4.4.1.3 Biaya Tenaga Kerja Persiapan Lahan


Biaya tenaga kerja pada tahap persiapan lahan dikeluarkan oleh para petani
untuk pengolahan lahan mereka seperti biaya upah untuk tenaga kerja pacul. Pada
tahap persiapan lahan meskipun sudah menggunakan traktor sebagai media
pembalik tanah pada lahan garap namun tenaga manusia masih dibutuhkn untuk
membuat saluran air dari tanah untuk jalan air. Selain itu dibutuhkan tenaga kerja
pacul guna membuat gundukan untuk pembibitan.
Jika dibandingkan dari segi biaya yang dikeluarkan oleh petani
untuk proses persiapan lahan menggunakan traktor dan buruh cangkul,
biaya yang dikeluarkan lebih banyak jika petani menggunakan jasa buruh
cangkul. Biaya yang dikeluarkan mencapai dua kali lipat dari biaya yang
dikeluarkan untuk menyewa traktor. Selain itu waktu yang dibutuhkan
untuk persiapan lahan jika menggunakan traktor lebih singkat yakni satu
hari, sedangkan jika menggunakan jasa buruh pacul memerlukan waktu 10
hari jika dikerjakan 5 orang. Alasan pak Inul masih menggunakan tenaga
pacul untuk mempersiapkan setengah lahan dari total lahan yang
dimilikinya adalah sebagai berikut47 :
“...kalo yang di mantren ini kan sudah banyak perkampungan, jadi
mau cari buruh juga gampang, dan lagian sama bantu bantu perekonomian
warga sini biar bisa bantu buka lapangan pekerjaan juga”
“disini gajinya per hari mbak, ada yang macul, mbibit, nyulam, mupuk”

Dari penjelasan nerasumber diatas, penggunaan tenaga manusia dalam


mengelola lahan memiliki tujuan membantu perekonomian warga disekitar lokasi
lahan tebu. Biaya yang dikeluarkan pada persiapan lahan adalah sebagai berikut47 :

47
Pak INL, Petani Tebu RAkyat Mitra PG. X, 27 September 2018
89

“... satu harinya itu 18.000 kalo tani serabutan ya mbak istilahe itu gak tiap
hari masuk, kalo ada garapan aja masuk jadi kalo lagi musim tanem itu 3 bulan
pasti ada aja garapan ... tenaga kerjanya kalo pacul butuh 5 orang ah itu bisa 10
hari kalo tanpa bantuan sapi sama traktor. Kalo sama sapi itu 8 hari. ”
“...sapinya 250.000 buat satu hektarnya”

Meskipun biaya buruh serta sewa sapi yang dikeluarkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan jika menyewa traktor, pak Inul tetap
mempertahankan tenaga manusia untuk mempersiapkan lahan miliknya. Selain
masalah biaya yang lebih besar, jika menggunakan tenaga manusia dan sapi dalam
masa persiapan lahan waktu yang dibutuhkan juga semakin lama yakni 7 hari lebih
lama. Waktu yang dibutuhkan jika menggunakan traktor hanya memakan waktu 3
hari, sedangkan jika menggunakan tenaga manusia dan hewan mencapai 8-10 hari
masa kerja.

4.4.2 Pembibitan
Pada tahap pembibitan, petani membutuhkan bibit yang akan
digunakan untuk menanam pada lahan. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan terdapat dua kalender penanaman tebu. Pola pertama adalah
pengolahan tanah yang dilakukan mulai bulan April dan penanaman
dilakukan bulan Mei-Juni. Masa panen berlangsung pada bulan Mei
hingga November berikutnya. Pola ke dua adalah pengolahan lahan
dilakukan September dan penanaman dilakukan Bulan Oktober dan
November tahun berikutnya. Petani yang memiliki lahan diatas 4 hektar
menerapkan kedua pola penanaman tersebut. Hal ini dikarenakan tuntutan
dari pihak PG yang menjadwalkan hasil panen agar dapat memenuhi
kapasitas giling minimum dalam satu hari. Berikut hasil wawancara yang
telah dilakukan48
“kalo saya tanem diawal sama di akhir, tergantung sih tergantung.
Mau tanem dilahan mana. Kalo yang ada irigasinya ya ditanem awal.
Kalo nunggu hujan ya baru oktober november baru mulai”
“... mulai tanam sekitar juni yang di kematren. Kalo yang di lain
itu sekitar akhir tahun. Nunggu hujan dulu biasanya”

Selain faktor cuaca, pembagian kalender penanaman tebu menurut


48
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
90

ketua bagian tanaman PG. Krebet juga memiliki tujuan lain yaitu 49:
“untuk mencapai kapasitas optimal mesin kita memberikan jadwal
panen kepada petani. Jadi jika tebu yang dilapangan itu sudah siap panen
nanti kita tentukan jadwal yang tepat untuk petani. Karena kalau tidak
dijadwalkan nanti mereka berebut untuk giling di akhir periode. Selain itu
mesin kan ada efisiensinya ya, kita punya kapasitas giling minimum tiap
harinya. Jadi untuk mengatasi hal itu kita bikin jadwal untuk petani. Ada
dua yang jadwal awal karena panen awal dan jadwal akhir karena
mereka panen pada akhir musim”

Pembagian kalender tanam bertujuan untuk mengatur jadwal panen yang


akan mempengaruhi jadwal giling PG. X. Jadwal penanaman telah diatur oleh
pihak PG untuk memudahkan PG dalam mempersiapkan jadwal penebangan yang
optimum untuk mendapatkan hasil tebu yang terbaik. Selain itu tujuan
dibentuknya jadwal tanam adalah untuk mengantisipasi adanya antrian panjang
penyetoran hasil panen pada saat musim giling tiba. PG juga mempunyai
kapasitas optimal mesin guna mengefisiensikan biaya mesin yang dikeluarkan
oleh pihak PG.
Bibit yang digunakan petani tebu yang bermitra dengan PG.
Krebet memiliki varietas yang sama yaitu varietas bululawang. Bibit yang
digunakan oleh para petani tebu memiliki jenis varietas yang sama. Bibit
yang digunakan merupakan bibit subsidi yang diberikan oleh PG sebagai
bentuk kemudahan dalam menjalin kemitraan. Biaya bibit yang telah
dikeluarkan akan dibayar kembali oleh petani senilai dengan harga pasar
saat itu pada saat petani telah mendapatkan bagi hasil melalui sistem
cicilan. Dalam tahap pembibitan terdapat dua klasifikasi biaya yang
dikeluarkan oleh petani yaitu biaya bibit dan biaya sulam.

4.4.2.1 Biaya Bibit


Menurut penjelasan salah satu petani dalam interview mereka
membutuhkan 12 ton bibit untuk per satu hektar lahan. PG memberikan
subsidi bibit sebesar 8 ton per hektar bagi petani yang membutuhkan bibit.
Biaya yang dikeluaran untuk pengadaan bibit adalah Rp.60.000 per kw.

49
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018
91

Pernyataan tersebut dijelaskan sebagai berikut50 :


“Kan sini sudah ada lahannya, jadi palingan ya butuh bibit, bibit
satu hektar itu 12 ton bibitnya, kalo bibit satu kuintalnya enam puluh ribu.
Kalo biaya bibit sendiri pasti tiap petani beda, tergantung beli yang
kualitas apa. Tergantung tanahnya juga. Kadang ditanam bibit ini banyak
yang gak tumbuh. Kalo saya beli yang biasa saja. Tapi khusus untuk
kemitraan ini kita dikasih bibit semua sama. Ya yang 60.000 itu. Tapi
biaya bibit ini saya keluarin cuman pas bongkar lahan ya mbak.”
“bibit buat satuan hektar kita butuh 9 ton itu waktu bongkar lahan
ya”

Menurut ketua bagian tanaman PG. Krebet bibit hanya diberikan


saat petani bongkar lahan. Bibit yang diberikan nantinya akan dibayar
cicilan setelah petani menerima bagi hasil.
“Bibit tebu ini bisa dipanen beberapa kali,optimalnya 5 kali.
Berarti lima tahun, tapi namanya petani ya gamau rugi mereka kadang
bongkar lahan itu sampek bibitnya bener bener udah gabisa cukul
lagi.jadi bisa sampek 7-10 kali bahkan bisa lebih. Selebihnya itu mereka
cuman ngisi ngisi lahan yang kosong karena beberapa bibit gak berbuah
saja. Kalo istilahnya di petani nyulam. Jadi setiap tahun meskipun mereka
tidak bongkar lahan mereka masih membutuhkan bibit buat sulam
lahannya”51

Petani dalam wawancara yang dilakukan mengatakan bahwa bibit


yang mereka tanam bisa bertahan hingga sepuluh tahun, berikut
penjelasannya52 :
“...butuh 9 ton satu hektar tapi ini nanti 10 tahun baru bongkat
lah6an buat tanem bibit baru.”
“ Bibit saya pake 8 ton ini bisa digunakan 8-10 tahun. Sebenernya
kalo dari PG waktu kemaren penyuluhan itu disuruh 5 tahun aja karena
katanya nanti tanahnya ndak subur. Itu cuman akal akalan PG. aja
palingan biar bibitnya laku. Kalo saya tetep 8-10 tahun. Kan biaya bibit
bisa buat yang lain juga kan sayang. Asal masih bisa tumbuh bisa dipanen
dan kualitas panennya masih bagus ya kita lanjut”
“...tiap tahun kita sulam. Beberapa pasti ada yang gamau tumbuh
lagi itu kita tanami lagi. Kan kalo tanem itu pasti ada kelihatan berongga
gitu. Nah untuk efisiensi lahan juga jadi kita tanami. Satu hektar untuk

50
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018

51
Bu ARN, Ketua Bagian Tanaman PG. X, 4 September 2018

52
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
92

sulamnya paling cuman butuh 3-5 kwintal nanti jelasnya semua


catetannya di anak anak”

Alasan petani tetap mempertahankan lahannya menggunakan bibit


hingga 10 tahun dikarenakan faktor biaya. Biaya bibit yanng dikeluarkan
akan semakin banyak jika hanya 5 tahun bongkar lahan. Selain biaya bibit,
petani juga membutuhkan biaya lebih untuk tenaga kerja pacul, sewa
traktor, dan lain lain untuk membongkar lahan. Petani lebih memilih
menyulam lahannya karena dianggap lebih menguntungkan dan minim
biaya.
Biaya bibit merupakan biaya bahan baku langsung dalam proses tanam
tebu. Biaya bibit yang dikeluarkan setiap petani berbeda beda, hal ini dikarenakan
faktor kesuburan tanah yang dimiliki setiap petani tidak sama. Selain itu faktor
kualitas bibit yang digunakan juga mempengaruhi harga dari bibit tersebut. Hal ini
dinyatakan bapak Mulyono dalam wawancara sebagai berikut :
“bibit satu hektar itu 12 ton bibitnya, kalo bibit satu kuintalnya
enam puluh ribu. Kalo biaya bibit sendiri pasti tiap petani beda,
tergantung beli yang kualitas apa. Tergantung tanahnya juga. Kadang
ditanam bibit ini banyak yang gak tumbuh. Kalo saya beli yang biasa
saja. Ya yang 60.000 itu. Tapi biaya bibit ini saya keluarin cuman pas
bongkar lahan ya mbak.”
“Ya kan kalo tebu itu nanem bibitnya cuman satu kali bisa dibuat
panen berkali kali mbak. Jadi misal saya tanam tahun ini nanti bisa
sampe 5-10 kali hasil panen.

Optimalnya tanaman tebu berproduksi sebanyak 5 kali siklus saja,


namun pada kenyataannya petani menggunakan bibit yang sama hingga 10
kali siklus. Harga bibit dipasaran juga bervariasi tergantung kualitas dari
bibit yang diinginkan oleh petani. Rata- rata para petani mempertahankan
bibitnya hingga 10 siklus. Hal ini dinyatakan oleh petani tebu sebagai
berikut :

“...Tapi biasanya 7-10 kali bisa lebih juga”


“... untuk tahun tahun selanjutnya kita hanya menambahkan bibit
baru buat apa yaa.... kalo habis dipanen kan kadang ada beberapa yang
gak tumbuh lagi jadi jarak tebu satu sama yang lain itu ada. Jadi ya tahun
tahun selanjutnya keluarkan bibit gak kaya tanam awal. Cuman buat
istilahnya kalo disini biaya sulam mbak. Jadi yang renggang renggang itu
93

diisi lagi disulam biar banyak tebunya. Kalo sulam sendiri saya siapkan
satu hektar itu satu ton buat ngisi sulam. Itu kadang sisa sedikit.”

Harga bibit yang digunakan oleh bapak Mulyono adalah Rp. 60.000 per
kwintal. Bibit yang digunakan oleh petani yang bermitra dengan PG. Krebet
memilik varietas yang sama yaitu varietas BL. Bibit yang diperlukan bapak
Mulyono untuk setiap hektar lahan sebanyak 12 ton. Lahan milik pak Mulyono
yang ditanami tebu total sebanyak 19,2 hektar. Total biaya bibit yang dikeluarkan
bapak Mulyono adalah sebagai berikut :
Biaya Bibit perHektar
@Rp. 60.000/ kwintal x (12x10kwintal) = RP. 7.200.000 /hektar

Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan pak Mulyono untuk


biaya bibit saat pertama kali lahan dibongkar. Biaya bibit tersebut hanya
dikeluarkan satu kali dalam 7-10 Tahun. Pada tahun tahun selanjutnya pak
Mulyono hanya mengeluarkan biaya bibit untuk menyulam lahan yang sudah
tidak tumbuh. Total bibit yang dikeluarkan setiap tahunnya sejumlah 1 Ton atau
setara dengan Rp. 600.000.
Total biaya bibit yang dikeluarkan petani setiap tahun jika menggunakan
penyusutan garis lurus selama 10 tahun adalah sebagai berikut :

Total biaya bibit per hektar : Jangka waktu = Biaya bibit per hektar/ tahun
Rp. 7.200.000 : 10 tahun = Rp 720.000 per tahun/ kwintal

Total tanah yang dimiliki pak mulyono 19,2 hektar. Total biaya yang
dikeluarkan selama satu kali tanam tebu oleh pak Mulyono adalah Rp.
72.000.000. Biaya ini dikeluarkan oleh bapak Mulyono secara bertahap karena
tidak semua tanah yang dimiliki pak Mulyono ditanam pada bulan dan tahun yang
sama. Biaya ini hanya dikeluarkan saat bibit yang ditanam pada lahan tidak
mengalami pertumbuhan yang optimal. Pada saat itulah petani memutuskan untuk
bongkar lahan dan menanam kembali menggunakan bibit yang baru.
Berbeda dengan pak Mulyono, pak Inul yang juga merupakan petani tebu
yang bermitra dengan PG. Krebet hanya membutuhkan 8 Ton bibit untuk satu
94

hektar lahan. Hal ini dikarenakan faktor lahan yang memiliki faktor kesuburan
yang berbeda beda.
“bibitnya saya butuh 8 ton kalo yang bagus buat satu hektar
cukup, harganya 60000 per kwintalnya.”
“.....bibit itu ya 10 tahun sekali lah belinya.”53
Sejalan dengan pak Mulyono, pak Inul juga mengeluarkan biaya tersebut
saat bongkar lahan saja. Biaya bibit tersebut hanya dilakukan 10 tahun sekali.
Pada masa penanaman selanjutnya pak Inul hanya menyulam lahan yang tidak
mengalami pertumbuhan. Total biaya bibit yang dikeluarkan pak Inul adalah
sebagai berikut :
8 ton x 10 kwintal x Rp.60.000/kwintal = Rp. 4.800.000 per hektar

Sedangkan biaya bibit yang dikeluarkan oleh pak Inul setiap tahun per
hektarnya jika mengunakan penyusutan garis lurus adalah sebagai berikut :
Rp 4.800.000 : 10 Tahun = Rp 480.000 per hektar setiap tahun.

4.4.2.2 Biaya sulam


Biaya sulam merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyulam bibit
yang tidak tumbuh. Bibit yang tidak tumbuh kemudian akan ditanami kembali
dengan bibit baru. Sulam bibit ini hanya dilakukan satu kali dalam satu periode
penanaman tebu. Biaya sulam sendiri terdiri dari biaya bibit yang dikeluarkan
untuk menyulam lahan. Biaya sulam bervariasi tergantung jumlah bibit yang
digunakan petani untuk menyulam sedangkan buruh tani perempuan bekerja untuk
mempersiapkan lahan yang telah dipacul oleh buruh pacul.
“sulam itu saya habis 1 kw lah kira kira ya buat nyulam tanah
yang bibitnya ndak tumbuh itu”54

Berdasarkan pernyataan petani diatas, pak Mulyono hanya menggunakan 1


kw bibit tebu untuk menyulam lahannya sedangkan pak Inul menggunakan total
bibit untuk menyulam lahannya seberat 3-5 kw.

53
Pak MY, Petani Tebu Mitra PG. X, 18 Agustus 2018

54
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
95

“ ... sulamnya 3-5 kw”55

Hal ini menandakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menyulam lahan
petani berbeda beda tergantung kebutuhan dan kondisi lahan para petani.
Selain biaya bibit yang digunakan untuk menyulam lahan, terdapat biaya tenaga
kerja sulam yang dikeluarkan oleh petani. Sulam merupakan teknik yang
dilakukan ketika dalam waktu satu bulan bibit yang tidak tumbuh maka harus
diganti dengan bibit baru (disulam). penyulaman tidak boleh melebihi umur tebu
sampai dua bulan, karena untuk menghindari pertumbuhan tebu yang tidak
merata. Dalam proses ini hanya dibutuhkan 5 pekerja saja dalam waktu tiga hari.

4.4.3 Perawatan Tanaman Tebu


Tahap selanjutnya merupakan tahap perawatan tanaman tebu. Perawatan
tebu merupakan tahap terpenting dalam penjagaan kadar gula tebu, sebab tanaman
tebu pada masa ini sangat rawan hama dan sensitif terhadap cara pengolahan air.
Dalam proses ini tebu diberikan pupuk hingga 3-5 kali sampai tebu siap panen.
Selain diberikan pupuk, tanaman tebu juga dirawat dengan beberapa cara dengan
tujuan dapat tumbuh secara optimal. Perawatan tebu meliputi :

4.4.3.1 Cemplong
Cemplong atau pengerukan tanah pada saluran air yang mengalami
pendangkalan. Sama halnya se[erti proses obor patri, cemplong juga dilakukan
minimal dua kali pada umur tebu tiga dan enam bulan. Tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk pengerukan tanah ini adalah 6 orang tenaga laki-laki yang
memakan waktu 2 hari pengerjaan untuk satu hektar lahan.

4.4.3.2 Walek
Walek merupakan proses membongkat tanah guludan untuk ditutupkan
pada pangkal tebu. Proses walek ini membutuhkan 6 tenaga kerja pacul laki-laki
yang memakan waktu 2 hari pengerjaan untuk lahan satu hektar.
55
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
96

4.4.3.3 Beset
Beset merupakan proses pembuangan daun tebu yang sudah mengering.
Proses ini dilakukan dua kali pada saat tebu berumur enam sampai tujuh bulan.
Proses pengelentekan ini bertujuan untuk menghindari penyakit pada batang tebu.
Beset ini memerlukan 5 tenaga kerja perempuan yang memakan waktu hingga 3
hari.

Jenis Pekerjaan Gaji


Buruh Tani Laki-Laki Rp. 19.000/hari
Buruh Tani Perempuan Rp. 15.000/hari
Buruh Pupuk Rp. 19.000/hari
Buruh Pembibitan Rp. 18.000/hari
Buruh sulam Rp 18.000/hari
Tabel 4.10 Gaji pekerja pada lahan tebu milik petani
4.4.3.4 Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak tiga sampai lima kali yang dilakukan
setiap tiga bulan sekali. Pada tahap ini tenaga kerja yang diperlukan adalah
sebanyak 6 orang yang memakan waktu dua hari.
Menurut ketua bagian tanaman pupuk yang digunakan ada 3 jenis
yaitu :
“Tergantung subsidi pemerintah juga, tapi untuk satu hektarnya
kita ada tiga macam pupuk, ada pupuk ZA lima kwintal, Phonska empat
kwintal, Petroganik tujuh kwintal itu persatuan luas.”
Pihak PG telah memberikan subsidi pupuk bagi petani. Pupuk tersebut
sudah diberikan dengan jumlah dan jenis yang sama kepada setiap petani yang
bermitra dengan PG. Krebet. Jumlah yang diberikan tergantung luas lahan yang
dimiliki oleh petani. Total untuk satu hektar lahan petani diberikan pupuk dengan
jumlah 1.2 ton untuk pemupukan 3-5 kali. Para petani mengatakan bahwa mereka
menggunakan pupuk yang telah diberikan oleh PG, tetapi ketika pupuk yang
diberikan oleh PG tidak mencukupi kebutuhan pupuk milik petani, petani akan
membeli pupuk yang ada dipasaran untuk mencukupi kebutuhan pupuknya.

“... kalo pupuk pas awal nanem itu dipupuk tiga kali, satu hektar
sekitar maks satu ton setengah dibuat tiga kali, yang pertama 4 kwintal
terus sisanya yang kedua kan kalo tebu semakin lama semakin besar
97

pertumbuhannya semakin butuh banyak mupuke terus yang kedua 7


kuintal terus sisanya 4 kwintal yang ketiga. Pokoknya 1 ton setengah itu
maksimal untuk 1 hektar. Kalo awalan nanem pupuknya cuman buat
sekedar untuk pertumbuhan jadi nanti kalo agak besar pupuknya bisa
agak banyakan. Itu biasanya kan dari PG itu cuman 12 kwintal itu
kurang. Biasanya kita tambahin sendiri pake pupuk organik yang
dipasaran itu.”
“ ... total pupuk 1,3 ton, itu sebagian dari pabrik sebagian lagi beli
eceran di pasar splendid ini juga ada kok biasnya cuma beli 1 kwintal.
Jadi sisanya ya yang dari pabrik itu. Saya biasanya pupuk 5 kali”

4.4.3.4.1 Biaya Pupuk


Biaya pupuk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
pupuk. Pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk yang didapatkan dari
subsidi PG. Krebet yang dianggap sebagai kredit. Pengembalian kredit pupuk ini
dilakukan ketika petani sudah mendapatkan bagi hasil gula. Pengembalian kredit
bisa dilaksanakan mulai periode pertama penggilingan. Pupuk yang didapatkan
oleh petani ada tiga jenis yaitu ZA, Phonska, dan Petroganik. Petani mendapatkan
tiga jenis pupuk dari PG. Krebet dengan jumlah yang sudah ditentukan oleh pihak
PG yaitu ZA lima kwintal, phonska empat kwintal, petroganik tujuh kwintal
untuk satu hektar lahan milik petani.

ZA Rp. 140.000/kwintal
Phonska Rp. 230.000/kwintal
Petroganik Rp. 50.000/ kwintal
Tabel 4.11 Daftar harga pupuk per kwintal
Pak Mulyono dan pak Inul dalam merawat tanaman tebunya menggunakan
tiga jenis pupuk yang telah disediakan oleh PG, namun mereka membeli pupur
organik tambahan untuk mencukupi kebutuhan pupuk untuk satu hektar. Pupuk
yang diberikan oleh PG dirasa belum mampu mencukupi kebutuhan pupuk satu
hektar lahan. Berikut rincian pupuk yang digunakan oleh para petani56 :
“kalo pupuk pas awal nanem itu dipupuk tiga kali, satu hektar
sekitar maks satu ton setengah dibuat tiga kali, yang pertama 4 kwintal
terus sisanya yang kedua kan kalo tebu semakin lama semakin besar
pertumbuhannya semakin butuh banyak mupuke terus yang kedua 7
kuintal terus sisanya 4 kwintal yang ketiga. Pokoknya 1 ton setengah itu
maksimal untuk 1 hektar. Kalo awalan nanem pupuknya cuman buat
sekedar untuk pertumbuhan jadi nanti kalo agak besar pupuknya bisa
56
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
98

agak banyakan. Itu biasanya kan dari PG itu cuman 12 kwintal itu
kurang. Biasanya kita tambahin sendiri pake pupuk organik yang
dipasaran itu.”
“ ... total pupuk 1,7 ton, itu sebagian dari pabrik sebagian lagi beli
eceran di pasar splendid ini juga ada kok biasnya cuma beli 1 kwintal.
Jadi sisanya ya yang dari pabrik itu. Saya biasanya pupuk 5 kali”

Pak Mulyono Pak Inul


Jenis Pupuk Berat Jenis Pupuk Berat
ZA 4 kw ZA 5 kw
Phonska 4 kw Phonska 4 kw
Petroganik 7 kw Petroganik 7 kw
Organik - Organik 1 kw
Tabel 4.12 Jumlah tota kebutuhan pupuk petani
4.4.3.4.2 Biaya Buruh Pupuk
Biaya buruh bibit merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
membayar upah para buruh yang berkerja sebagai pemberi pupuk dalam proses
perawatan tebu. Proses pemupukan dilakukan tiga kali dalam satu kali proses
penanaman tebu. Berikut biaya yang dikeluarkan oleh petani :

“Satu harinya itu 18.000 kalo tani serabutan ya mbak istilahe itu gak tiap
hari masuk, kalo ada garapan aja masuk jadi kalo lagi musim tanem itu 3 bulan
pasti ada aja garapan nanti selanjutnya ya cuman mupuk aja sama ngilangin
daun daun di batangnya, itu satu minggu cukup”
“... mupuk e 7 hari”

Sama halnya dengan penuturan diatas, pak Inul juga menggunakan jasa
buruh pupuk untuk memupuk tebu pada lahannya. Biaya yang dikeluarkan pak
Inul berbeda dengan pak Mulyono. Jika pak Mulyono mengeluarkan biaya 18.000
untuk satu hari upah buruh pupuk, pak Mulyono mengelurakan biaya sebagai
berikut :
“... 22.500 dari jam 8 sampai jam 2 siang... kalo mupuk butuh waktu 5
hari full buruh.”

Meskipun biaya yang dikeluarkan pak Inul lebih besar dar pada pak
Mulyono, namun proses pemupukan pak Inul lebih cepat, jika pak Mulyono
membutuhkan waktu tujuh jari untuk memupuk pak Inul hanya membutuhkan
waktu lima hari.
99

4.4.3.5 Obor Patri atau pengairan.


Proses ini adalah proses mengairi tebu yang sudah tumbuh umur dua
bulan. Pengairan ini bersifat spesifik karena air untuk mengairi harus mencapai
batas bibit yang ditanam. Oborpatri biasanya dilakukan sebanyak minimal dua
kali yaitu umur 3 bulan dan 6 bulan. Obor patri hanya dilakukan saat musim
kemarau dan dilakukan pada lahan yang memiliki irigasi. Lahan yang tidak
memiliki saluran irigasi hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi tanah pada
lahan tebu.
Para pekerja yang bekerja di lahan pak Mulyono tidak bekerja setiap hari
sepanjang tahun. Mereka hanya bekerja di saat saat tertentu dan bulan bulan
tertentu saja. Untuk buruh pacul hanya bekerja saat awal musim, pekerjaan buruh
pacul adalah untuk membalik tanah pada lahan tebu serta menyiapkan lahan agar
bisa ditanami. Buruh pacul biasanya mulai menggarap lahan pada bulan mei
(lahan awal musim) dan pada bulan oktober (lahan akhir musim). Buruh bibit
adalah buruh yang berkerja pada saat pembibitan lahan. Pembibitan lahan
dilakukan setelah lahan telah siap untuk ditanami. Buruh pupuk adalah buruh yang
bertugas untum memupuk lahan, pemupukan dilakukan 3-5 kali dalam satu kali
tanam.
Sejalan dengan pak Mulyono, pak Inul juga menggunakan mekanisme
upah harian untu penggajian buruh yang berkerja di lahan miliknya. Tidak ada
klasifikasi khusus untuk buruh yang berkerja di lahan pak Inul. Berikut penjelasan
narasumber57 :
“... di saya perempuan Rp 22.000 yang laki-laki Rp. 25.000, ya itu
dari pagi jam 7 an sampai jam 2”
“... tidak ada penggolongan khusus, ya itu semua bisa nggarap. Kadang
satu orang bisa macul bisa mbibit, pokoknya satu orang yang sama bisa
sembarangkalir wes”

Sesuai penjelasan pak Inul diatas, dalam lahan yang dimilikinya pak Inul
tidak mengklasifikasi buruh yang berkerja di lahan miliknya. Berbeda dengan pak
Mulyono yang mengklasifikasikan buruh yang berkerja di lahannya sesuai dengan
jenis pekerjaan yang ada.

57
Pak INL, Petani Tebu Rakyat PG. X, 27 Agustus 2018
100

4.4.3.6 Pembuatan Guludan


Pada saat proses awal pembuatan guludan petani memperkerjakan 6 orang
laki-laki dewasa. Lama pembuatan tergantung dari jenis tanah serta air, apabila
tanah lembung dan airnya mudah didapatkan maka akan semakin cepat
pengerjaannya. Biasanya untuk tanah satu hektar biasa dikerjakan dalam waktu
10-14 hari. Akan tetapi pengerjaannya menggunakan sistem borongan. Biaya
dalam pengerjaan ini berkisar antara 400.000 sampai 450.000 tergantung dari
keadaan tanah dan air. Pembuatan guludan hanya dilakukan pada tebu trisemester
1 selanjutnya tebu trisemester 2, trisemester 3 dan selanjutnya tidak membuat
guludan lagi.

4.4.4 Panen
Tanaman tebu dapat ditebang setelah berumur 10 sampai 12 bulan,
atau dianggap sudah tua. Untuk mendapatkan hasil gula yang maksimal,
sebelum ditebang tebu harus diperiksa kadar gulanya oleh bagian
Pabrikasi. Alat yang digunakan untuk mengukur rendemen tebu disebut
dengan Brix Wager. Apabila rendemen atau kadar gulanya sudah dianggap
mencapai titik optimum, maka penebangan dapat segera dilaksanakan.
Masa tebang tebu biasanya dilaksanakan pada musim kemarau
diawali bulan Mei atau Juni. Untuk mendapatkan jadwal tanam dan
tebang/giling secara baik dengan harapan diperoleh produktivitas tebu dan
rendemen yang tinggi, maka PG berusaha melakukan kerja sama dengan
kelompok tani dalam menyusun jadwal tanam tebang. Namun demikian,
perebutan waktu khususnya tebang, masih sering terjadi dan hal ini
menjadi masalah. Para petani mengeluh bahwa mereka sering
mendapatkan jatah tebang yang tidak sesuai dengan harapan mereka.
Disisi lain pihak manajemen PG menyebutkan bahwa PG sudah secara
maksimal mengatur jadwal tebang giling guna memaksimalkan potensi
secara keseluruhan. Namun PG tidak bisa memenuhi harapan seluruh
petani karena keterbatasan PG pada puncak bulan Giling serta PG juga
harus memenuhi jumalh kapasitas giling minimal.
101

4.4.4.1 Tebang
Biaya tebang merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat proses
panen tebu. Ketika tebu sudah mencapai 12-14 bulan atau sudah
dinyatakan siap panen maka tebu akan ditebang. Biasanya petani
menyerahkan poses tebang angkut kepada pihak pabrik.
“tebang angkut nanti yang menjadwakan pihak PG. Nanti yang
bayar juga PG. Tapi nanti kita bayar lagi sistem cicilan”58

Biaya tebang merupkan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk


membayar tenaga kerja yang bertugas menebang tebu yang telah siap
panen. Biaya tebang meliputi upah tenaga kerja kampanye yang tenaga
kerja pada musim tebang. Menurut hasil wawancara, berikut pemaparan
biaya tebang yang dikeluarkan oleh petani59 :
“...ongkos tebang, tapi lihat lokasinya dimana mbak. 7000 per
kuintalnya kalo disini mbak. Nanti tebangnya digarap per kelompok. Satu
kelompok 7 orang. Kalo yang pinggir ja lan pas. Nanti tebang langsung
naik ke truk. “
“... satu hektar ya satu kelompok itu 7 orang. Kalo tebang kan
palingan ya 4-6 hari. Tergantung yang garap kalo bisa cepet ya enak
kan.”
“...Mau dia garap 3 hari 4 hari atau berapa ya tetep dibayar
perkwintalnya. Jadi bukan per harinya. Kalo saya gaji perhari ya rugi
saya nanti kalo dia males males tebang biasanya 4 hari karena pengen
digaji terus jadi seminggu lebih nanti.”

Pembayaran upah tenaga kerja kampanye (tebang) dilakukan pada


saat lahan telah selesai ditebang. Upah yang dibayarkan berdasarkan luas
lahan yang telah ditebang. Metode pembayaran upah tenaga kerja
kampanye ini dinilai sudah sangat tepat mengingat waktu penebangan tebu
yang tidak menentu tergantung dengan jumlah tenaga kerja yang
melakukan penebangan. Semakin banyak tenaga kerja yang diperkerjakan
untuk menebang tebu maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan. Namun
upah yang didapatkan setiap orang akan semakin sedikit dikarenakan upah

58
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018

59
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
102

yang diberikan bukan dihitung per tenaga kerja melainkan per luas lahan
yang telah ditebang.

4.4.4.2 Angkut
Biaya tenaga kerja tidak langsung dalam usaha penanaman tebu
adalah biaya angkut dan biaya supir. Biaya angkut tebu dari lahan
diangkut menuju pabrik gula, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
petani untuk membayar upah pekerja yang mengangkut tebu yang sudah
ditebang dari lahan ke truk. Biaya angkut tebu yang dikeluarkan oleh
petani adalah sebagai berikut59 :
“kalo angkut biasanya yang laki laki, kalo yang tebang itu ada
yang perempuan juga. Kalo ongkos angkutnya 4000 per kwintalnya. Mau
berapa orang ndak mesti. Kadang 5 orang kadang 7 orang. Tergantung
merekanya. Pokok saya bayar ya sesuai bobot yang mereka angkut”
“....ongkos angkut sekarang itu kalo di saya empat setengah per
kwintalnya”

Rumusan untuk mencari biaya angkut tebu adalah sebagai berikut :


Biaya angkut = ongkos x berat tebu yang diangkut (kw)

Selain biaya angkut, petani juga membutuhkan biaya supir untuk


mengantarkan tebu yang sudah dipanen dan diangku ke PG. Krebet. Biaya
yang dikeluarkan oleh petani sebesar60 :
“...supirnya ke krebet 120 ribu, solar e 40.000 dan uang makan sama
ongkos 80.000”
“ongkos supir 80.000 kalo disini sudah seklaiang sama makannya. Jadi kita gak
kasih makan 80.000 itu bersihnya”

Biaya supir truk ini dikeluarkan oleh petani tiap satu kali
pengiriman untuk satu truk. Jika satu hari petani bisa mengirimkan lima
truk dalam sehari maka biaya supir yang dikeluarkan adalah 80.000x5
dengan total biaya supir yang dikeluarkan adalah 400.000.
Selain biaya upah yang dikeluarkan untuk supir, dalam proses
angkut juga membutuhkan bahan bakar untuk truk pengangkut tebu dari
lahan milik petani ke PG. X. Biaya ini meliputi biaya bahan bakar

60
Pak MY, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 18 Agustus 2018
103

operasional truk. Menurut pak Mulyono biaya bahan bakar yang


dikeluarkan sebesar60 :
“Kalo supirnya ke krebet 120 ribu, solar e 40.000 dan uang makan
80.000. kalo ke kebon agung 140, yang 60 solar e.”

Biaya bahan bakar truk yang dikeluarkan pak Mulyono dalam satu
kali angkut tebu adalah 40.000. Biaya tersebut dikeluarkan hanya untuk
satu truk yang memuat 8-15 ton tebu. Satu hektar lahan tebu
membutuhkan 8-10 truk untuk mengangkut tebu dari lahan ke PG. X.
Berbeda dengan pak Mulyono, pak Inul langsung mengalokasikan dana
untuk kebutuhan bahan bakar untuk mengangkut hasil panen semua
lahannya. Berikut penjelasannya61 :
“bahan bakar truk itu total ya untuk lahan saya semua itu total 10
juta. Itu buat angkut kurang lebih 230 ton tebu. Kalo satu truknya 10 ton
ya diitung sendiri lah ya satu truknya berapa”

Total biaya bahan bakar untuk truk yang dikeluarkan menurut penjelasan
siatas adalah Rp 10 juta. Biaya tersebut merupakan total biaya yang
dikeluarkan untuk bensin 19-25 truk.

4.4.5 Biaya Lain- lain


Biaya lain lain yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani
diluar proses penanaman hingga penyetoran tebu. Biaya lain lain meliputi biaya
iuran APTRI, biaya fee koperasi, biaya karung, serta bunga pinjaman. Iuran
APTRI merupakan iuran wajib yang harus dibayarkan oleh petani sebagai bagian
dari anggota. Biaya yang dikeluarkan oleh petani dari hasil dokumentasi peneliti
adalah sebesar Rp. 10 per satu kg gula yang diperoleh petani. Iuran APTRI ini
dipotong oleh pihak PG ketika pembayaran hasil penjualan gula. Selain itu
terdapat fee koperasi sebesar Rp. 40 per kg gula yang dihasilkan oleh petani. Sama
halnya dengan iuran APTRI, untuk fee koperasi dipotong pada saat pembayaran
hasil jual gula petani.
Biaya karung merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
mendapatkan karung yang akan digunakan untuk wadah gula bagi hasilBiaya

61
Pak INL, Petani Tebu Rakyat Mitra PG. X, 27 Agustus 2018
104

karung yang dikeluarkan oleh petani adalah Rp. 80,07 per kg gula yang dihasilkan
oleh petani. Sedangkan bunga pinjaman yang dibebankan kepada petani yang
memiliki tanggungan kredit adalah sebesar 0,75%.

4.4.6. Perhitungan Harga Pokok Petani


Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan, peneliti
menemukan beberapa biaya yang termasuk dalam komponen harga pokok pada
petani tebu yang bermitra dengan PG. Krebet Baru. Penggolongan biaya yang
digunakan pada penelitian ini didasarkan pada objek biaya. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan dalam mengakumulasi biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
Pengakumulasian biaya diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
pengendalian harga pokok serta patokan minimal harga jual.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa petani, biaya tanam tebu
meliputi :
1. Biaya bibit; biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bibit tebu
2. Biaya sulam; biaya yang dikeluarkan untuk menyulam bibit yang tidak
tumbuh
3. Biaya pemupukan; biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pupuk.
4. Biaya tenaga kerja langsung
5. Biaya Mesin; biaya ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk mesin
traktor dan lain lain. Tidak ada biaya penyusutan mesin karena petani tidak
memiliki mesin. Biaya mesin yang di maksud adalah biaya yang
dikeluarkan petani untuk menyewa traktor.
6. Biaya bahan bakar; biaya ini meliputi biaya bahan bakar untuk traktor dan
truk.
7. Biaya overhead;
a. Biaya tebang angkut; biaya yang dikeluarkan pada saat proses panen
tebu.
b. Biaya penebangan dan pengangkutan tebu dari lahan diangkut menuju
pabrik gula.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung (buruh angkut, sopir truk)
105

Biaya usaha tani tebu dihitung berdasarkan jumlah nilai uang yang benar
benar dikeluarkan oleh petani untuk membiayai kegiatan usaha tani yang meliputi
sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan lain lain. Biaya tersebut dibagi menjadi
dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan
biaya yang dikorbankan untuk suatu produk dan mudah diidentifikasi, sedngkan
biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak mudah diidentifikasi dengan
produk tertentu.Harga pokok secara sederhana dapat didefinisikan sebagai jumlah
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha memperoleh penghasilan.
Pada usaha tani tebu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses usaha tani tebu
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya-biaya yang dikeluaran
petani untuk membeli bibit tebu, memberikan perawatan hingga tebu siap panen,
hingga tebu tersebut siap disetorkan ke pabrik.

Minimnya pencatatan yang dilakukan oleh petani membuat peneliti


melakukan perhitungan harga pokok sesuai dengan hasil wawancara dan
pencatatan seadanya yang dilakukan oleh petani. Berikut perhitungan harga pokok
petani tebu yang bermitra dengan PG. Krebet :

Anda mungkin juga menyukai