Anda di halaman 1dari 9

Vol. 7, No.

2, 62-70, Januari 2011

Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan Model


Perilaku Jumlah Pelaku Narkoba dengan
Faktor Rehabilitasi

Syamsuddin Toaha

Abstrak
Tulisan ini membahas suatu model laju perubahan jumlah pelaku narkoba yang dinyatakan
dalam suatu sistem persamaan differensial autonomus. Kewujudan dan kestabilan titik
keseimbangan model tersebut diberikan secara detail, termasuk analisis nilai dan titik
bifurkasi. Tes kestabilan Hurwitz digunakan untuk menentukan kestabilan titik keseimbangan
model. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kewujudan dan kestabilan titik keseimbangan
endemik dan tak endemik bergantung pada nilai basic reproduction number, R0 .

Kata Kunci: Titik keseimbangan, kestabilan, basic reproduction number, bifurkasi


transkritikal.

1. Pendahuluan
Matematika terapan, yang bermakna penggunaan matematika dalam menyelesaikan
fenomena alam, baik fenomena fisis maupun fenomena non fisis. Matematika terapan dapat
digunakan dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang kedokteran, ekologi, biologi, ekonomi
dan bidang-bidang lainnya. Pemodelan matematika sebagai suatu pendekatan dalam merumuskan
fenomena digunakan untuk meramalkan perilaku sistem. Perilaku sistem ini kemudian ditafsirkan
sehingga kita dapat mengetahui perilaku situasi yang sebenarnya.
Salah satu fenomena yang dapat diformulasikan dalam model matematika adalah perilaku
jumlah pelaku narkoba dalam masalah penyalahgunaan narkoba. Laju perubahan jumlah manusia
yang rentan menjadi pecandu, jumlah pecandu, jumlah pecandu yang direhabilitasi dan jumlah
pecandu yang sembuh dinyatakan dalam suatu sistem persamaan diferensial autonomus. Model
yang terbentuk merupakan model kontinu dan bersifat deterministik. Model laju perubahan
jumlah pelaku narkoba ini dan analisisnya menjadi penting karena masalah penyebaran narkoba
sudah sangat memprihatinkan. Ini disebabkan karena menyangkut perilaku sebagian generasi
muda serta sasaran peredarannya sudah merambah segmen-segmen masyarakat, seperti
mahasiswa, kaum eksekutif, bisnisman, dan sebagainya.
Beberapa cara yang dapat untuk mengatasi masalah sosial ini adalah dengan mengetahui
bagaimana pola penyebaran narkoba dan memaksimalkan upaya untuk meredam penyebarannya,
yaitu dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pengedar dan pecandu narkoba
serta melakukan upaya maksimal dalam merehabilitasi para pecandu narkoba.
Pada tulisan ini hanya dibahas sepintas tentang bagaimana model perubahan jumlah
manusia yang rentan dan terlibat dalam narkoba itu terbentuk, karena model yang dianalisis sudah
pernah dibahas oleh beberapa penulis sebelumnya. Tulisan ini fokus dalam menganalisis

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 , Tamalanrea Makassar,
email: syamsuddint@yahoo.com
63
Syamsuddin Toaha

kestabilan titik endemik dan titik tak endemik secara analitik, termasuk nilai dan titik bifurkasi
yang terjadi pada model tersebut. Hasil dari analisis ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
menangani masalah penyebaran narkoba.

2. Model Matematika Masalah Kecanduan Narkoba dengan Faktor


Rehabilitasi

Model yang dibahas pada tulisan ini adalah model dengan asumsi-asumsinya telah
diperkenalkan oleh Kasbawati (2010), dan Kasbawati dan Toaha, S. (2010).

Gambar 1. Diagram Skematik Model Kecanduan Narkoba


dengan Faktor Rehabilitasi.

Model itu berbentuk sistem persamaan differensial non linier autonomus sebagai berikut:
dS t  Pt 
  0 N   0 S t    0 S t 
dt N
dPt  Pt 
  0 S t    0 T t    0 Pt    0 Pt 
dt N
(1)
dT t 
  0 Pt    0 T t    0T t    0 T t 
dt
dRt 
  0 T t    Rt  ,
dt
dimana semua parameter diasumsikan bernilai positif. Berikut diberikan keterangan dari semua
variabel dan parameter model dalam (1), yaitu:
N : total jumlah populasi manusia,
S t  : jumlah manusia sehat yang rentan untuk menjadi pecandu narkoba pada saat t,
Pt  : jumlah pecandu narkoba dan mempunyai peluang untuk mempengaruhi manusia yang
sehat untuk menjadi pecandu narkoba,
T t  : jumlah pecandu narkoba yang mengikuti program terapi rehabilitasi pada saat t,
Rt  : jumlah pecandu narkoba yang sembuh akibat adanya rehabilitasi,
0 : rata-rata banyaknya manusia yang masuk dan keluar dalam sistem per satuan waktu,
0 : rata-rata banyaknya kontak yang dilakukan antara manusia pecandu dengan manusia
sehat per satuan waktu,
0 : rata-rata banyaknya pecandu yang akan direhabilitasi per satuan waktu,
0 : rata-rata banyaknya pecandu yang telah direhabilitasi tetapi kembali menjadi pecandu per
satuan waktu,
64
Syamsuddin Toaha

0 : rata-rata banyaknya pecandu yang telah direhabilitasi dan sembuh per satuan waktu.

3. Tes Kestabilan Hurwitz


Teorema fundamental dalam aljabar menyatakan bahwa sebarang polinomial
f    n  pn1n1    p1  p0 ,
dimana koefisien p 0 , p1 , ... , p n 1 adalah bilangan real, selalu mempunyai n akar. Didefinisikan
matriks Hurwitz dengan unsur-unsur yang menggunakan bilangan 1, p 0 , p1 , ... , p n 1 ,
 p n 1 p n 3 p n 5 
p p n 3   
H 1   p n 1  , H 2   n 1 , H3  1 p n2 p n4  ,
 1 p n  2   0
 p n 1 p n 3 
 p n 1 p n 3 p n 5 p n 7 
 
 1 p n2 pn4 p n 6 
H4  , dan seterusnya sampai H n , dengan p j  0 , j  0 .
0 p n 1 p n 3 p n 5 
 
 0 p n  4 
 1 pn2

Tes Kestabilan Hurwitz (Jeffries, 1989).


Misalkan x  Ax menyatakan suatu sistem dinamik linear dengan titik keseimbangan 0. Setiap
matriks Hurwitz mempunyai determinan positif jika dan hanya jika setiap nilai eigen dari matriks
A mempunyai bagian real negatif dan titik keseimbangan 0 stabil asimtotik untuk x  Ax .
Untuk beberapa nilai n, tes Hurwitz dapat dinyatakan sebagai berikut. Setiap matriks
Hurwitz mempunyai determinan positif jika dan hanya jika; p 0  0 untuk n  1 ; p 0  0 ,
p1  0 untuk n  2 ; p0  0 , p1  0 , p 2  0 , dan p 2 p1  p 0  0 untuk n  3 .

4. Analisis Kestabilan Titik Kesetimbangan Model


Tinjau model perubahan jumlah manusia yang rentan dan pelaku terhadap narkoba
dengan faktor rehabilitasi, model (1), dengan asumsi N  S t   Pt   T t   Rt  . Untuk
mempermudah analisis selanjutnya, model (1) dinormalkan dengan memperkenalkan variabel
baru yang dapat mereduksi dimensi dari masing-masing variabel. Misalkan
St  Pt  T t  Rt 
X= , Y= , Z ,W  , dan    0 t . (2)
N N N N
Jika varibel baru pada (2) disusbtitusi ke sistem persamaan (1) maka diperoleh model
yang tidak berdimensi lagi, yaitu:
65
Syamsuddin Toaha

dX
 1 β X Y  X

dY
 βX Y  ρZ  γY  Y

(3)
dZ
 γY  ρ Z  ε Z  Z

dW
 ε Z  W,

0   
dengan   ,   0 ,   0 , dan   0 merupakan parameter yang tidak berdimensi.
0 0 0 0
Titik keseimbangan tak endemik merupakan salah satu solusi keseimbangan sistem yang
memberikan makna bahwa populasi pecandu akan hilang sama sekali dari sistem. Kestabilan titik
keseimbangan tak endemik dapat ditentukan melalui nilai eigen dari matriks Jacobian yang
diperoleh dari model dengan melakukan linearisasi di sekitar titik keseimbangan. Dengan
membuat sistem persamaan (3) sama dengan nol, yaitu
dX dY dZ dW
   0, (4)
dτ dτ dτ dτ
diperoleh titik keseimbangan T1   X  , Y0 , Z 0 , W0   1, 0, 0, 0  dan T2   X  , Y , Z  , W  ,

dimana X 
1 R 1 , Z  γ R0  1 , dan W  εγ R0 1 dengan
, Y  0
β ρ 1 ε  β  ρ 1 ε 
 
R0 β
     1
R0  .
        1
Besaran basic reproduction number atau R0 didefinisikan sebagai nilai ekspektasi
banyaknya kasus sekunder yang timbul akibat dari kasus primer dalam populasi yang bebas
penyakit. Dalam hal ini penyakit yang dimaksud adalah penyakit karena kecanduan narkoba. Jika
nilai R0  1 artinya pada populasi terjadi kasus endemik atau terjadi pertambahan jumlah
pecandu aktif, sedangkan nilai R0  1 artinya pada populasi tidak terjadi kasus endemik atau
tidak terjadi pertambahan jumlah pecandu aktif (Diekmann dan Heesterbeek, 2000).

Teorema 1. Titik keseimbangan T1   X  ,Y0 , Z 0 ,W0   1, 0, 0, 0 yang merupakan titik


keseimbangan tak endemik dari model (3) stabil asimtotik secara lokal jika R0  1 .

Bukti: Dari model (3) diperoleh matriks Jacobian yang dievaluasi pada titik keseimbangan T1 ,
yaitu
 1  0 0
 
 0    1  0
J1   ,
0      1 0 
 
0   
 0 1
dengan persamaan karakteristik
66
Syamsuddin Toaha

1    0 0
0    1    0
f (  )  J 1  I   0. (5)
0      1   0
0 0  1  
Dari persamaan (5) diperoleh nilai-nilai eigen 1  1 , 2  1 dan akar-akar dari
persamaan kuadrat  2  a1  a0  0 , dengan a1  2         dan
a0          1 1  R0 . Untuk menunjukkan bahwa titik keseimbangan T1 stabil
secara asimtot, kita gunakan tes kestabilan Hurwitz. Dengan itu akan ditunjukkan bahwa a0  0
dan a1  0 .
     1
Diketahui bahwa R0  1 , dengan R0  yang ekivalen dengan
       1
        1
 , akan dibuktikan bahwa a0  0 dan a1  0 . Karena R0  1 , maka jelas
  1
a0  0 . Untuk menunjukkan bahwa a1  0 , akan ditunjukkan
        1
 2    .
  1
Ketidaksamaan di atas dapat ditulis         1  2            1 yang
dengan mudah dapat di lihat bahwa ketidaksamaan tersebut benar. Karena
        1         1
 dan  2    , maka diperoleh
  1   1
  2       atau 2          0 atau a1  0 . Dengan itu terbukti bahwa titik
keseimbangan tak endemik T1 stabil asimtotik secara lokal. ■

Teorema 2. Titik keseimbangan T2   X  , Y , Z  , W  yang merupakan titik keseimbangan


endemik dari model (3) stabil asimtotik secara lokal jika R0  1 .

Bukti: Dari model (3) diperoleh matriks Jacobian yang dievaluasi pada titik keseimbangan T2 ,
yaitu
 β 
  R0  0 0
 R0 
 β 
J 2   R0 1  γ 1 ρ 0,
R0
 
 0 γ  ρ  ε 1 0
 0 0 ε 1
dengan persamaan karakteristik
67
Syamsuddin Toaha

β
 R0  λ  0 0
R0
β
f λ   J T2  λI  R0 1  γ 1  λ ρ 0 0 , (6)
R0
0 γ  ρ  ε 1  λ 0
0 0 ε 1  λ
yang dapat dinyatakan sebagai
 
f      1  3  p2  2  p1  p0  0 , (7)
dengan
 R 2        2R0   
p2   0 ,

 R0 
       2 R0 2          1R0    2   
p1    ,

 R0 
      1R0  1 
p 0    .
 R 0 
Salah satu nilai eigen dari persamaan karakteristik (7) adalah   1 . Untuk membuktikan
bahwa titik keseimbangan T2 stabil asimtotik, akan digunakan tes kestabilan Hurwitz, yaitu
dengan menunjukkan bahwa p0  0 , p1  0 , p 2  0 dan p 2 p1  p 0  0 .
 R0 2        2R0   
Pertama, akan dibuktikan bahwa p2     0 . Untuk itu
 
 R0 
akan dibuktikan R0    2     R0    0 . Perhatikan bahwa
2

    1 R0        2          1 ,
    1 R        2  1 .
        1 0
Kalikan masing-masing ruas dengan β, diperoleh
     1
R        2    .
        1 0
     1
Karena R0  , maka ketidaksamaan dapat ditulis sebagai
        1
R0  R0        2    ,
R0  R0       2   ,
2

R0  R0       2    0.
2

Ketidaksamaan ini menunjukkan bahwa p 2  0 .


68
Syamsuddin Toaha

      1 R0  1 
Kedua, akan dibuktikan bahwa p0     0 . Karena R0  1, maka
 R0 
jelas bahwa p0  0 .
Ketiga, akan dibuktikan bahwa p 2 p1  p 0  0 . Setelah melakukan penyederhanaan
1
diperoleh p2 p1  p0  B , dengan
R02


B      2   R04  2  3  2  5   2  5   2  5   2  5 R03 

 3  3  2  3  3  4    5   2   2   2   2  2     2
 
 2  3 R02    2   2   2  4  4   2  3 R0      2 2 .

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa B  0 jika R0  1 yang ekivalen dengan menyatakan

B  0 jika  
        1 . Substitusi R0 
     1
pada B, diperoleh
    1         1
B  b4  4  b3  3  b2  2 , dimana

b4      1     2    ,
4


b3      1         1  2    2   2 2  3     3  3 2
2

 3 2  6  2  3 2   3  3 2  2  , 


b2          1 .
3

Disini jelas bahwa b4  0 dan b2  0 . Nyatakan B   2 B1 dimana B1    b4  2  b3   b2 ,

dan selanjutnya akan ditunjukkan bahwa B1    0 untuk  


        1 . Karena
    1
b4  0 dan b2  0 maka kedua akar dari B1   , yaitu  1,2 , benilai real dan berbeda tanda.
 b3  b32  4b4 b2
Tulis 2  . Akan ditunjukkan bahwa  2   , dengan
2b4

 
        1 . Sekarang akan ditunjukkan bahwa
    1
 b3  b32  4b4 b2
  ,
2b4

 b3  b32  4b4 b2  2b4   ,

b32  4b4b2  2b4   b3 .


69
Syamsuddin Toaha

Sebelum menunjukkan bahwa ketidaksamaan terakhir ini berlaku, akan ditunjukkan dulu bahwa
2b4    b3  0 . Dengan mensubstitusi   
        1 dan dengan melakukan
    1
penyederhanaan diperoleh


2b4   b3      1         1  2    2   2 2    5   3  3 2
2

 5 2  32  10  8   3  4  5 2  8  0 . 
Selanjutnya dengan mengkuadratkan kedua ruas pada ketidaksamaan di atas diperoleh
b32  4b4b2  4b42 2  4b4b3  b32 ,
b4 2  b3  b2  0 .

Karena B1    0 untuk    2 dan karena    2 , maka B1    0 untuk    . Dengan


itu telah ditunjukkan bahwa p 2 p1  p 0  0 untuk R0  1 . Karena p0  0 , p 2  0 , dan
p 2 p1  p 0  0 , maka diketahui bahwa p1  0 . Berdasarkan tes kestabilan Hurwitz, maka
disimpulkan bahwa titik keseimbangan T2 stabil asimtotik secara lokal jika basic reproduction
number, R0  1 . ■
Untuk R0  1 , nilai eigen yang bersesuaian dengan titik keseimbangan T1 adalah
1  1 , 2  1 dan akar-akar dari persamaan kuadrat  2  a1  a0  0 . Disini diperoleh
a1  0 dan a0  0 . Dengan itu, titik keseimbangan T1 tidak stabil. Sementara jika R0  1
diperoleh titik keseimbangan T2 dengan X   0 , Y  0 , Z   0 , dan W  0 . Persamaan
karakteristik yang bersesuaian dengan titik keseimbangan T2 adalah
 
f      1   p2  p1  p0  0 . Disini diperoleh p0  0 dan dengan itu titik
3 2

keseimbangan T2 tidak stabil.


Di atas telah dilakukan analisis untuk nilai R0  1 dan R0  1 . Sekarang akan dianalisis
untuk nilai R0  1 . Pertimbangkan kembali model (3) sebagai x  f x ,   , dimana x  R4 dan
  R0  1 R1 . Lebih lanjut, titik keseimbangan dari x  f x ,   diberikan oleh x  T1 dan
f T1 ,0 
x  T2 . Jelas bahwa f T1 , 0  0 dan  0 yang menyatakan bahwa titik keseimbangan
x
T1 adalah titik keseimbangan non hiperbolik. Untuk   0 , maka terdapat dua titik
keseimbangan, x  T1 yang stabil asimtotik dan x  T2 yang tidak stabil. Kedua titik
keseimbangan ini bersatu ketika   0 . Untuk   0 , x  T1 tidak stabil dan x  T2 stabil
asimtotik. Jadi pertukaran kestabilan terjadi pada   0 . Dengan demikian bifurkasi yang terjadi
merupakan bifurkasi transkritikal (transcritical bifurcation), Wiggins, S., 1990. Titik
x ,   T1 ,0 adalah suatu titik bifurkasi dan nilai parameter   0 atau R0  1 adalah suatu
nilai bifurkasi.
70
Syamsuddin Toaha

5. Kesimpulan
Kewujudan dan kestabilan titik keseimbangan model (3) bergantung pada nilai basic
     1
reproduction number, R0  . Jika R0  1 , maka hanya terdapat satu titik
        1
keseimbangan nonnegatif, yaitu titik keseimbangan T1 dan titik keseimbangan ini stabil
asimtotik. Jika R0  1 , maka terdapat dua titik keseimbangan nonnegatif, yaitu titik
keseimbangan T1 dan titik keseimbangan T2 . Titik keseimbangan T1 tidak stabil, sementara titik
keseimbangan T2 stabil asimtotik. Ketika R0  1 , maka terjadi suatu bifurkasi transkritikal
dengan nilai bifurkasi R0  1 .

Ucapan Terima Kasih


Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan biaya dalam pelaksanaan penelitian ini melalui Hibah
Penelitian Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Tahun 2010, dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan hibah penelitian berdasarkan nomor kontrak 5755/H4.2/TU.19/2010
tanggal 1 Juni 2010.

Daftar Pustaka
Diekmann, O., dan Heesterbeek, J.A.P., 2000. Mathematical Epidemiology of Infectious
Diseases. John Wiley & Sons Ltd., New York.

Jeffries, C., 1989. Mathematical Modeling in Ecology: A Workbook for Students. Birkhauser,
Boston.

Kasbawati, 2010. Analisis basic reproduction number model deterministik kecanduan narkoba
dengan faktor rehabilitasi. Prosiding Seminar Nasional Matematika Tahun 2010, Dept.
Matematika FMIPA UI, hal. 479 – 484.

Kasbawati dan Toaha, S., 2010. Model deterministik masalah kecanduan narkoba dengan faktor
kontrol terhadap pemakai dan pengedar narkoba. Jurnal Matematika, Statistika, dan
Komputasi, Vol. 7 No.1, hal. 75-84.

Wiggins, S., 1990. Introduction to Applied Nonlinear Dynamical Systems and Chaos. Springer–
Verlag, New York.

Anda mungkin juga menyukai