OLEH :
RIAMIN NATALISYA BR P
SUCI CHAROLINA
JURUSAN MATEMATIKA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dny d n 1 y dy
an ( x) n an 1 ( x) n 1 a1 ( x) a0 ( x) y f ( x) (1)
dx dx dx
dx1
p11 (t ) x1 p12 (t ) x2 p1n (t ) xn f1 (t )
dt
dx2
p21 (t ) x1 p22 (t ) x2 p2 n (t ) xn f 2 (t ) (2)
dt
dxn
pn1 (t ) x1 pn 2 (t ) x2 pnn (t ) xn f n (t )
dt
dengan kondisi awal x i ( t 0 ) =α i , i=1,2 ,… ,n .
Sesaat setelah dosis kedua ini diberikan, pada waktu t=T +¿¿ maka
y ¿¿
Jumlah obat ini menyusut sesuai dengan persamaan (1) dengan kondisi awal
Sedangkan untuk k =5, jumlah obat dalam darah dapat dilihat pada grafik berikut
Selanjutnya akan dibahas jumlah obat dalam aliran darah dalam jangka
waktu yang lama untuk kedua metode diatas. Metode 1, pasien diberikan obat
dengan dosis 12,5 mg setiap 12 jam (1/2 hari), maka jumlah obat dalam darah
dalam jangka waktu yang lama, dengan menggunkan persamaan (4), akan
mencapai
12,5
y j1 = −k
(5)
2
1−e
25
y j2 = −k
(6)
1−e
12,5 25
y j1 = −k
< = y j2
2 1−e−k
1−e
untuk k > 0
Hal ini berarti bahwa dalam jangka waktu yang lama, jumlah obat dalam
aliran darah untuk metode 1, lebih sedikit dari jumlah obat dalam aliran darah
untuk metode 2. Maka untuk dosis yang 25 mg setiap 24 jam (1 hari) lebih cepat
bereaksi dengan darah dibandingkan untuk dosis yang 12,5 mg setiap 12 jam (1/2
hari)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA