Anda di halaman 1dari 43

MODUL FORMWORK

FRANCIE PETRUS, ST.,MT


POLITEKNIK NEGERI MANADO
TAHUN 2018

i
DAFTAR ISI

1. Pendahuluan....................................................................................................................... 1
2. Persyaratan Acuan Perancah ............................................................................................. 1
3. Tipe Konstruksi Acuan Perancah ...................................................................................... 2
4. Bahan dan Peralatan Acuan Perancah ............................................................................... 3
Bahan Acuan Perancah ...................................................................................................... 3
Peralatan acuan perancah ................................................................................................... 5
5. Analisis kekuatan acuan perancah ..................................................................................... 9
Peraturan yang digunakan .................................................................................................. 9
Pembebanan ....................................................................................................................... 9
Pembahasan...................................................................................................................... 10
Perhitungan Kekuatan Scafolding.................................................................................... 10
Analisis Perhitungan ........................................................................................................ 12
Analisis dan Pencegahan Keruntuhan .............................................................................. 12
Tindakan Pencegahan ...................................................................................................... 14
Hal–hal teknis yang dapat menyebabkan keruntuhan perancah ...................................... 15
Memasang Papan Duga (Bouwplank).................................................................................. 18
Memasang Acuan dan Perancah Kolom ............................................................................. .23
Memasang Acuan dan Perancah Balok .............................................................................. .27
Memasang Acuan dan Perancah Pelat ................................................................................ .32
Memasang Acuan dan Perancah Dinding ........................................................................... .36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... .41

ii
1. Pendahuluan
Acuan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan
mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dapat
dikatakan pula bahwa konstruksi acuan perancah adalah suatu konstruksi sementara dari
suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki
apabila betonnya telah menjadi keras.

Acuan perancah pada pekerjaan beton merupakan konstruksi yang berperan terhadap
hasil akhir pekerjaan. Hal tersebut disebabkan apabila terjadi kegagalan dalam
perancangan dan pengerjaannya dapat mengakibatkan kurang baiknya penampilan
penampang beton setelah perancah dilepas atau bahkan kesalahan dalam perhitungan dan
pemilihan jenis perancah dapat menyebabkan akibat fatal berupa keruntuhan.

Proses pemilihan tipe acuan perancah dilakukan dengan meninjau tipe, jenis dan luasan
bangunan yang akan dibangun, seperti untuk bangunan bertingkat maupun untuk bangunan
yang memiliki volume horizontal yang luas.

Pemilihan tipe acuan dan perancah lebih ditentukan olehkemampuan untuk dapat
digunakan berulang – ulang dalam jangka waktu yang panjang tanpa mengurangi mutu
ataupun kekuatan dari acuan dan perancah tersebut.

2. Persyaratan Acuan Perancah


Acuan perancah adalah suatu konstruksi tambahan yang merupakan mal atau cetakan
pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dengan kata lain acuan
perancah adalah suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang fungsinya untuk
mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki setelah betonnya mengeras.

Persyaratan – persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah :


1. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang digunakan, berat
sendiri, berat orang yang bekerja dan pengaruh kejutan.
2. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudah goyang
atau labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi yang dizinkan.

1
3. Kokoh, sehingga mampu menghasilkan bentuk penampang beton seperti yang
diharapkan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh karena itu maka
ukuran dan kedudukan cetakan harus teliti atau sesuai dengan gambar perencanaan.
4. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam
adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika kotoran tidak naik maka
akan melekat pada permukaan beton dan sulit dibersihkan.
5. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat digunakan
berkali – kali.
6. Rapat, Sambungan – sambungan pada cetakan harus rapat dan lubang – lubang yang
disebabkan oleh serangga harus ditutup, sehingga cairan semen dan agregat tidak
keluar dari celah – celah sambungan.
7. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan dalam
membuat bagian cetakan harus mudah dirangkai sehingga dapat dilaksanakan dengan
tenaga kerja minimal yang pada akhirnya akan memperoleh efisiensi waktu yang
maksimal.
8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien mungkin
yang akhirnya menguntungkan semua pihak.

3. Tipe Konstruksi Acuan Perancah


Sejalan dengan perkembangan pemakaian beton, konstruksi acuan perancah juga
mengalami perkembangan menjadi 3 sistem:

1. Sistem Konvensional / Tradisional, Acuan perancah sistem sederhana biasanya


digunakan satu kali pakai. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan organis, bahan
buatan, dan / atau gabungan keduanya. Depresiasi acuan perancah jenis ini sangat
tinggi, karena banyak volume bahan terbuang pada proses pembuatan serta
membutuhkan volume tenaga kerja yang cukup besar serta berpengalaman.
2. Semi Sistem Modern, Sistem ini dirancang untuk suatu pekerjaan dan ukuran – ukuran
untuk komponen tertentu dengan masa penggunaan satu kali atau lebih. Karena
kemungkinan dapat digunakan secara berulang, maka biaya investasi yang diperlukan
dan upah kerja yang tidak terlalu tinggi.
3. Sistem Modern, Perkembangan terakhir dalam pemanfaatan acuan perancah adalah
perancangan acuan perancah untuk memudahkan penggunaan dalam berbagai bentuk
komponen struktur. Sistem ini dapat memudahkan dan mempercepat proses

2
pemasangan dan pembongkaran. Dengan kualitas hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan sistem lain, acuan perancah dengan sistem ini dapat dimanfaatkan untuk
beberapa kali masa penggunaan. Untuk meningkatkan kecepatan kerja, system ini
telah dilengkapi dengan berbagai alat bantu yang disesuaikan dengan tujuan
penggunaan.

4. Bahan dan Peralatan Acuan Perancah


a) Bahan Acuan Perancah
Bahan acuan perancah yang sering digunakan :
1. Kayu
Menurut PBBI tahun 1971 bab 5 ayat 1, memberikan pedoman bahwa acuan
perancah harus terbuat dari bahan – bahan baik yang tidak mudah meresap air dan
direncanakan sedemikian rupa, sehingga mudah dilepas dari beton tanpa
menyebabkan kerusakan pada beton. Kayu yang akan digunakan harus memenuhi
syarat – syarat sebagai berikut :
a. Sebaiknya kayu yang dipergunakan dengan kadar air 10 % s/d 20 %.
b. Partikel – partikel yang dikandung kayu reaktif dan tidak merusak beton.
c. Perubahan bentuk kayu akibat temperatur maupun kelembaban udara
setempat sekecil mungkin.
d. Kuat dan ekonomis.
e. Mudah dikerjakan dan mudah dipasang alat sambung.
2. Kayu lapis (plywood)
Untuk pekerjaan yang cukup besar, kayu lapis banyak dipergunakan sebagai
bahan papan acuan (cetakan). Pada acuan yang menggunakan kayu lapis
diusahakan meminimalisir penggunaan paku, agar pembongkarannya dapat
dengan mudah dilakukan dan dapat meminimalisir kerusakan bahan akibat
metode pembongkaran yang salah.
Keuntungan dari kayu lapis adalah bahwa kayu lapis dapat dibengkokkan dan
ditempatkan pada kerangka / cetakan untuk pengecoran, dan dapat digunakan
berulang – ulang.
3. Dolken
Dikategorikan sebagai kayu bulat dengan diameter 5 cm – 10 cm.
Keuntungan penggunaan kayu dolken sebagai acuan perancah :

3
a. Mudah didapat dipasaran.
b. Karena bentuk penampang dolken bulat, maka kekuatan tekuk kearah sumbu
potongan melintang batang sama untuk semua arah.
c. Dapat digunkan berulang – ulang.

Kerugian penggunaan kayu dolken sebagai acuan perancah :


a. Diameter tidak merata dari pangkal sampai ujung batang.
b. Batang tidak lurus sehingga mengurangi kekuatan kayu bila menerima gaya
normal yang sentris akibat adanya gaya asentris pada batang.
c. Investasi yang tertanam besar, sebab bila konstruksi selesai, sisa kayu sering
tidak dapat digunakan kembali untuk konstruksi yang lain.
d. Karena bentuk penampang yang bulat, maka agak sulit dipasang alat sambung
dibandingkan dengan kayu olahan lainnya.
4. Aluminium
Karena adanya sifat – sifat tertentu yang lebih menguntungkan seperti berat dan
biaya pemeliharaannya yang ringan, menyebabkan aluminium cenderung lebih
digunakan pada konstruksi acuan perancah bila dibandingkan dengan logam lain.
Tetapi karena harganya yang lebih mahal, menyebabkan penggunaannya yang
sangat dibatasi.
Campuran aluminium yang paling sesuai untuk konstruksi acuan perancah adalah
tipe Al-Mg-Si (campuran dengan kadar silisium yang rendah). Kadar patahnya
dapat dikatakan cukup baik (250 N/mm2 – 400 N/mm2) dan ketahanan terhadap
korosi hamper sama dengan aluminium murni.
5. Baja
Penggunaan baja sebagai acuan perancah pada konstruksi untuk beton dengan
syarat tertentu. Pemilihan baja sebagai acuan perancah dikarenakan oleh :
a. Pemakaian dalam jumlah yang sangat banyak.
b. Membutuhkan toleransi kesalahan yang sangat kecil.
c. Melibatkan tegangan (stress) yang tinggi.
d. Memerlukan beberapa tingkat mekanisasi pada sistem pekerjaan konstruksi.
Dalam teknik konstruksi acuan perancah, baja digunakan dalam berbagai bentuk,
baik sebagai alat sambung maupun sebagai penyangga konstruksi.
Keuntungan penggunaan baja sebagai acuan perancah :
a. Kekuatan, dan kekerasan yang tinggi.

4
b. Ketahanan terhadap keausan yang tinggi.
c. Dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, baja sangat sesuai untuk pembuatan
sambungan, dan untuk digabungkan dengan material lainnya.
d. Memiliki nilai sisa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan lain.
Kerugian penggunaan baja sebagai acuan perancah :
a. Berat massa yang tinggi.
b. Tidak tahan terhadap karat.
c. Perlu peralatan pendukung.
d. Hantaran panas yang tinggi.

b) Peralatan acuan perancah


Peralatan utama yang sering digunakan pada konstruksi acuan perancah adalah:
1. Pipe Support
Pipe support adalah tiang perancah berupa pipa baja yang terdiri dari
duabagian yaitu bagian atas, dan bagian bawah. Pada ujung atasnya dibuat ulir
untuk mempermudah penyesuaian ketinggian yang dibutuhkan. Umumnya
digunakan sebagai penyangga pada konstruksi balok dan lantai.

Tabel 1. Perpanjangan maksimum dari pipe support


[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]
Safe load (ton)
closed (mm)

Weight (kg)
extended
Height

Height

extended
(mm)

closed

Model

TS – 50 1.550 2.750 2 2 12
TS – 60 1.850 3.050 2 1,5 13
TS – 70 2.150 3.350 2 1,5 14
TS – 90 2.700 3.900 2 1,5 16

Keuntungan penggunaan pipe support :


a. Mudah disesuaikan sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
b. Perawatan yang mudah
c. Cocok digunakan untuk perancah pada balok dan lantai yang mempunyai
berat persatuan panjang maupun luas yang besar, sehingga jarak perancah
dapat diperlebar dan memberikan keleluasaan gerak bagi para pekerja.

5
Kerugian penggunaan pipe support:
a. Sulit digunakan untuk kebutuhan perancah yang pendek.
b. Membutuhkan biaya investasi yang besar.
c. Bila terjadi kerusakan pada pipa maka akan sulit untuk diperbaiki, dan
bila akan digunakan kembali maka reduksi kekuatan yang dirancang
harus lebih besar dari sebelum terjadi kerusakan
Tabel 2. Tebal plat maksimum yang dapat
ditahan oleh satu pipe support
[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]
Maximum slab thickness when
props fully extended ( mm )
Prop grid size
TS – 50

TS – 60

TS – 70

TS – 90
( mm )

2.438 x 1.295 177 101 101 101


2.134 x 1.295 228 140 140 140
1.829 x 1.295 254 190 190 190
1.524 x 1.295 330 228 228 228
1.219 x 1.295 432 305 305 305

2. Scaffolding
Scaffolding adalah suatu bagian dari perancah yang berfungsi untuk
menyangga acuan pelat dan acuan balok. Scaffolding terdiri dari beberapa
tiang baja yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan ketinggian yang
dapatdisesuaikan dengan kebutuhan.
Data teknis scaffolding : scaffolding terbuat dari baja karbon bermutu tinggi.
Scaffolding mempunyai diameter luar 42,7 mm (1,25”) dengan ketebalan 2,4
mm dan memiliki kuat 6arik 51 kg/mm2.

6
a. Tes beban

b. Beban maksimum scaffolding (FK = 2)

Tabel 3. Tabel kekuatan main frame


[ Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000 ]
MF A – 1217B
2500 kg perkaki
MF 0917
MF A – 1219 2250 kg perkaki

c. Beban kerja aman pada komponen jack

7
d. Reduksi kekuatan
Reduksi kekuatan tergantung posisi penempatan beban di atas frame

3. Horry Beam
Horry beam adalah perancah horizontal yang biasanya digunakan untuk
mendukung acuan perancah pelat lantai dimana tumpuan pembebanannya
terletak pada balok.
Bentuk dari horry beam itu boleh dikatakan menyerupai konstruksi rangka
jembatan dan bentangnya dapat diset sesuai dengan panjang yang diperlukan.
Desain yang khusus dari horry beam ini bertujuan untuk memperoleh kekuatan
dan daya dukung yang baik sehingga menjadi kelebihan dalam pemakaian dan
penggunaannya.
Manfaat lain dari penggunaan horry beam adalah :
a. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan karena beratnya yang ringan dan
konstruksinya yang kaku sehingga memudahkan pelaksanaan pemasangan.
b. Pelaksanaan pekerjaan tidak rumit sehingga tidak memerlukan keahlian
khusus dalam pelaksanaannya.
c. Kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran.

8
Tabel 4. Data teknis horry beam
[Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]
Panjang efektif

Panjang

Momen
(kgm)
(mm)

Berat
Type

(kg)
struktur (mm)
SRC W S

HBSX –

1400 –

1445 –

1505 –

1320 –
2200

2295

2355

2170

14,7

460
14
2200 – 3800
HBSX –

2245 –

2305 –

2120 –
3895

3955

3770

24,7

800
22

5.Analisis kekuatan acuan perancah


a) Peraturan yang digunakan
a. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (SNI Kayu 2002, Bahan Konsensus).
b. Standar Kehutanan Indonesia (SKI.C – bo – 002;1987).
c. Standar Australia.
d. Brosur dan spesifikasi perancah “Slab & Beam, Formwork & Scaffolding” by
Beton Concrete Form specialist, 2000.

b) Pembebanan
Beban – beban [sumber dari F. Wigbout Ing., Bekisting (kotak cetak)] yang
diperhitungkan adalah:
1. Beban Vertikal
Beban vertikal diakibatkan oleh berat sendiri campuran beton, bahan
bekisting, beban peralatan dan beban pekerja.
2. Beban tambahan (campuran beton) Secara umum dapat disebut bahwa berat
beton berkisar antara 1,8–2,7 ton/m3. Namun berat beton pada saat
pengecoran mempunyai berat yang lebih besar, karena untuk volume beton 1
m3 diperlukan air antara 180 – 220 liter yang digunakan pada proses
pencampuran, tingkat kemudahan pekerjaan, proses hidrasi pasta semen, dan
kebutuhan pemeliharaan intern campuran.

9
3. Beban getaran Getaran yang mungkin timbul selama pengecoran beton
disebabkan oleh penggunaan alat penggetar, pergerakan peralatan kerja, dan
pekerja itu sendiri.
4. Beban kejut. Beban kejut diakibatkan oleh proses pengangkutan campuran
beton, dan tindakan mengaktifkan mesin – mesin yang digunakan.
5. Beban Horizontal. Beban horizontal yang mungkin bekerja selam proses
pengerjaan adaalah beban angin, tarikan kabel, kemiringan perancah, dan
pengaruh ketinggian pencurahan campuran beton.

c) Pembahasan
Kondisi struktur yang ada di lapangan,
1. Data umum struktur :
a. Balok : 30/50
b. Kolom : 70/70
c. Tebal plat : 15 cm
d. tebal anak tangga : 25/2 cm
2. Data umum acuan / bekisting :
a. Tebal Multiplek : 18 mm
b. Jarak antar perancah : 90 cm
c. Jarak spasi acuan : 6,54 cm
3. Data umum perancah :
a) Main frame 190 (kapasitas maksimum 2500 kg / tiang).
b) Leader frame (type 120, type 150).
c) U head jack.
d) Horry Beam.

d). Perhitungan Kekuatan Scafolding

10
1. Perhitungan beban struktur
a. Beban mati
 Plat dan anak tangga = 0,275 × 3 × 2400 kg/m3 = 1980 kg/m1
 Balok ukuran 30/50 = 0,3 × 0,5 × 2400 kg/m3 = 360 kg/m1
 Beban Bekisting, Perancah =100 kg/m1
Total Beban mati = 2440 kg/m1

b. Beban hidup ( pekerja ) = 300 kg/m1


c. Kombinasi beban = (1,2 × DL) + (1,6 × LL)
= (1,2 × 2440) + (1,6 × 300)
= 3408 kg/m1 (sepanjang 3m, untuk 8 titik)
d. Besar beban titik (beban struktur) yang harus dipikul oleh tiap tiang
scaffolding adalah sebesar:

e. Besar total beban yang harus ditahan oleh tiap tiang scaffolding :
 Pawal ( beban total struktur ) = 383 kg
 Beban kejut (beban penuangan ) = 20 kg
TOTAL BEBAN = 403 kg

11
e).Analisis Perhitungan
Akibat kondisi lapangan yang sulit diprediksi, maka nilai reduksi dari kekuatan
scaffolding yang digunakan sebesar 0,6.
Dengan demikian, maka besar kekuatan tiap tiang scaffolding untuk menahan
beban adalah :
P = 0,6×2500 kg = 1500 kg > 403 kg......................aman
Dengan kondisi demikian, maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi perancah
(scaffolding) yang ada, kuat untuk dapat menahan besar beban struktur yang ada.

f). Analisis dan Pencegahan Keruntuhan


Berikut analisis kemungkinan penyebab keruntuhan dari penggunaan perancah
scaffolding :
1. Ketidakmampuan acuan dalam menerima beban.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang dirancang, maka
penggunaan bahan baku dengan kualitas baik menjadi mutlak diperlukan.
Selain itu juga diperlukan biaya pemeliharaan (maintenance) yang cukup,
agar seluruh alat dan bahan yang digunakan dapat sesuai dengan kualitas yang
diharapkan (sesuai perancangan).
2. Kesalahan pemilihan metode kerja
Pemilihan metode kerja pada proses pelaksanaan pembangunan, juga
memegang peranan penting, termasuk dalam efisiensi dan efektifitasan waktu
kerja, bahan bangunan, tenaga kerja, penggunaan alat kerja (ringan dan
berat), yang berujung pada biaya yang harus dikeluarkan.

Hal–hal khusus yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengecoran


dengan kondisi miring adalah :
a. Pengecoran dilakukan dari bagian bawah, hal tersebut untuk menghindari
pergeseran acuan akibat beban beton saat penuangan.
b. Untuk menghindari keruntuhan guling dari konstruksi perancah, maka
penuangan beton campuran disarankan dengan cara vertical atau tegak
lurus plat acuan.

12
c. Hindari adanya pembebanan titik akibat penumpukan penuangan pada
satu titik, karena dapat menyebabkan lendutan yang berujung pada
keruntuhan.
d. Kondisi campuran beton lebih kental (menggunakan admixture bila
diperlukan) dari saat pengecoran biasa, hal tersebut untuk mempercepat
proses pengerasan dan menghindari kelongsoran campuran.
e. Untuk syarat–syarat campuran beton yang lain, sama dengan aturan
campuran pada umumnya.
3. Kondisi lahan yang kurang mendukung.
Kondisi lahan yang kurang baik juga mempengaruhi pada proses pelaksanaan
pembangunan, terutama pada pelaksanaan konstruksi perancah.
Kondisi lahan yang tidak rata, dapat mempengaruhi ketegakan, dan
kesamarataan ketinggian dari konstruksi perancah. Meskipun pada konstruksi
perancah ketinggian dapat diatur sesuai keinginan, tapi kondisi lahan yang
tidak rata harus mendapat perhatian lebih dari pihak pelaksana.
Selain itu penggunaan tanah urug yang belum sepenuhnya padat, juga turut
mempengaruhi hasil dari pekerjaan konstruksi perancah. Kurangnya
pemadatan pada saat pengurugan tanah, akan dapat menyebabkan keruntuhan
struktur pada saat pelaksanaan pengecoran konstruksi.
Hal itu disebabkan karena tambahan beban (beban bahan dan beban kerja)
yang cukup besar dan datang secara tiba – tiba pada saat pengecoran, dapat
berdampak pada penurunan ketinggian konstruksi perancah, yang kemudian
berujung pada keruntuhan struktur.
4. Lain – lain
Hal – hal lain yang harus diperhatikan pada pelaksanaan konstruksi perancah
adalah tingkat kemampuan pekerja. Hal ini berhubungan dengan kualitas
pekerjaan dan tingkat kesadaran pekerja akan keselamatan diri selama proses
pembangunan berlangsung. Untuk itu usaha yang berkala dan terus menerus
untuk meningkatkan kemampuan diri pekerja, akan menjadi nilai lebih dari
suatu pekerjaan konstruksi.

13
g). Tindakan Pencegahan
Beberapa tindakan yang dapat menjadi alternatif pencegahan pada pekerjaan
konstruksi perancah scaffolding :
1. Konstruksi perancah harus direncanakan dan dihitung dengan faktor
keamanan dan satu unit perancah scaffolding dengan satu kaki < 1,5 ton
(spesifikasi teknis material pabrik ).
2. Perancah harus cukup kuat dengan pemberian meja scaffolding dan bracing /
crossing dalam menerima gaya momen, lintang maupun normal (lateral).
3. Bahan – bahan perancah harus menggunakan bahan yang baik sebelum
dilakukan pemasangan perancah.
4. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang berwenang.
5. Kerangka siap pasang ( Pre-fabricated frames) yang digunakan untuk
perancah harus memenuhi jepitan sambungan sempurna pada kedua muka.
6. Perancah harus diberi penguat (diagonal / horizontal) untuk memberikan
kekakuan dan kekuatan.
7. Perancah harus didirikan di dasar tumpuan yang kuat dan rata.
8. Kejutan gaya yang besar ( beban titik ) tidak boleh dibebankan pada perancah.
9. Semua perancah tempat tenaga kerja bekerja, harus dilengkapi dengan
platform untuk bekerja dan cukup kuat.
10. Setiap bagian dari tempat bekerja yang dimungkinkan tenaga kerja terjatuh
dari bagian yang terbuka 2 m atau lebih diberi pagar pengaman.
11. Hal – hal yang harus perhatikan bila menggunakan perancah kayu :
a. Bahan yang digunakan harus baik (mutu kayu kelas II).
b. Desain dimensi, dan jarak perancah kayu harus dihitung sesuai dengan
gaya meksimum yang diterima.
c. Paku harus mempunyai panjang, dan diameter yang cukup.
d. Paku harus ditancapkan penuh pada kayu.
e. Perancah kayu harus diberi palang penguat untuk memberikan kekakuan,
dan kekuatan.
f. Dimensi, dan jarak kayu melintang harus mampu menahan beban yang
dipikulnya.
g. Pada konstruksi yang mempunyai sudut / miring, balok melintang harus
terpasang kestabilannya pada penerimaan beban lateral / horizontal.

14
h. Tiang – tiang kayu yang berdiri bebas harus dikopel secara diagonal /
horizontal dengan menggunakan palang penguat.

h). Hal–hal teknis yang dapat menyebabkan keruntuhan perancah


(Construction Bullettin, Occupational Safety and Health Service, Department of
Labour, Wellington, New Zealand, No 11 - December 1999).

1. Tidak adanya tangga penghubung antara elevasi – elevasi frame scaffolding,


hal itu dapat menyebabkan kesulitan bagi pekerja yang berujung pada kurang
stabilnya kondisi perancah.
2. Tata letak perancah harus diperhatikan, agar tidak mengganggu pergerakan
dan aktivitas pekerja.
3. Penggunaan pengamanan bagi pekerja menjadi penting untuk struktur
perancah yang tinggi.
4. Masa perawatan perancah pasca pemakaian, mutlak diperlukan agar kondisi
perancah tetap terjaga baik sesuai dengan asumsi perancangan.
5. Adanya beban tambahan (beban kejut) diluar perancangan yang dapat
menyebabkan struktur kelebihan beban kerja.
6. Khusus untuk mobile scaffolding, rasio ketinggian dengan lebar alas adalah
3 : 1.

i). Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas :


1. Secara perhitungan kekuatan, penggunaan perancah scaffolding cukup kuat untuk
menahan beban layan (beban struktur dan beban kejut ) yang ada.
2. Pemeriksaan / penyesuaian kondisi lapangan dan tingkat kemampuan pekerja
dalam melakukan pekerjaan konstruksi perancah menjadi mutlak diperlukan, agar
hasil pekerjaan yang ada dapat sesuai dengan perancangan.
3. Perawatan bahan acuan dan perancah mutlak diperlukan agar kondisi bahan dapat
terkendali dan sesuai dengan asumsi perancangan.
4. Pengecekan / pengendalian kualitas pekerjaan konstruksi perancah harus
dilakukan berkala agar dapat meminimalisir hal – hal yang tidak diinginkan.

15
5. Pemilihan metode kerja yang tepat harus dipikirkan dengan baik, karena tidak
hanya mempengaruhi waktu / lama pekerjaan tapi juga pada jenis bahan, alat dan
beban kerja yang ada pada pelaksanaan pembangunan.
6. Pemahaman terhadap tindakan pencegahan keruntuhan konstruksi perancah,
sebaiknya dikuasai / dipahami dengan baik oleh kontraktor agar dapat
meminimalisir dampak dari keruntuhan konstruksi perancah tersebut.

16
LEMBAR KERJA
(JOB SHEET)

17
LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
Kode. Materi : Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2) Tanggal

Topik :
Memasang Papan Duga (Bouwplank)

I. Tujuan :
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a. Menggunakan peralatan kayu
b. Membaca gambar kerja dengan baik.
c. Menghitung kebutuhan bahan.
d. Membuat / memasang papan duga (bouwplank) dengan baik dan benar.
II. Instruksi Umum :
Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan yang
diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran.
Syarat-syarat memasang bouwplank :
1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak goyang akibat
pelaksanaan galian
3. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan bouwplank
lainnya.
5. Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan semua)
6. Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi, sloof, kolom,
dan dinding batu bata.

III. Instruksi Kerja :


a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-langkah
kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

18
IV. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan :
1. Gergaji potong / belah
2. Palu cakar
3. Waterpass batang / slang
4. Rol meter
5. Siku besi
6. Unting-unting
7. pensil

B. Bahan :
1. Kayu 4/6 – 400 cm
2. Papan 2/30-400
3. Blok beton
4. Paku 1 - 3 inchi
5. Benang / Senar

V. Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan –bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan
baik.
2. Atur posisi blok beton yang disesuaikan dengan posisi letak kolom dengan jarak dari
dinding luar setakan kolom ≥ 1,00 m.
3. Potong kayu (totara 4/6) sejumlah 2 x jumlah balok beton (8 bh) dengan panjang
disesuaikan dengan blok beton tersebut (100 cm) dan dipakukan ke blok beton secara
tegak lurus dan kokoh sebagai tiang dari papan duga.
4. Potong dan iris papan sebagai papan duga dengan ukuran 2/15 – 100 cm sebanyak 8
lembar.
5. Pakukan salah satu bagian dari papan duga pada salah satu tiang kayu (totara) dengan
sebuah paku.
6. Ukur kedataran (level) dari papan duga tersebut dengan alat waterpass batang secara
cermat.

19
7. Setelah yakin bahwa papan duga tersebut sudah datar, pakukan bagian yang lain dari
papan duga ke balok disampingnya secara kuat dan kokoh. Papan duga ini menjadi
patokan (titik duga) untuk papan duga lainnya.
8. Masukkan air ke dalam waterpass selang smpai penuh. Usahakan tidak ada gelembung
udara disepanjang selang tersebut.
9. Letakkan selang waterpass yang telah diisi air pada papan duga yang menjadi titik duga.
Teman yang lain diminta untuk memberi tanda dengan pensil di setiap tiang papan duga.
Perhatikan, ketinggian air dalam selang waterpass harus tepat berada segaris dengan
ketinggian papan duga yang menjadi patokan (titik duga), sementara pada tiang papan
duga yang akan diberi tanda harus menyesuaikan dengan ketinggian air dalam selang
waterpass.
Lakukan langkah ini untuk semua tiang papan duga untuk diberi tanda.
10. Setelah semua tiang papan duga ditandai, pakukan papan duga ke tiang papan duga yang
telah ditandai tersebut secara kuat dan kokoh.
11. Pada sisi tepi atas dari setiap papan duga, pakukan salah satu paku 1” tepat di tengah
sebagai as bangunan. Ikatkan benang/senar dan dihubungkan dengan papan duga yang
saling berhadapan.
12. Periksa kesikuan untuk setiap benang/senar yang saling tegak lurus. Pastikan semua
paku dan benang/senar terpasang dengan kuat dan tidak goyang.
13. Dari tanda As pada papan duga, kemudian diukur kiri dan kanannya yang merupakan ½
lebar cetakan kolom yang akan didirikan dan di tandai.
14. Paku bagian kiri dan kanan dari papan duga yang telah ditandai, kemudian hubungkan
papan duga yang saling berhadapan dengan benang/senar seperti pada langkah 11 di
atas. Cek kembali dan pastikan ukuran/jarak antar kolom yang akan dibuat. Dengan
demikian selesailah pekerjaan membuat Bouwplank.
15. Laporkan ke instrukur/dosen untuk diperiksa dan dinilai.

20
VI. GAMBAR KERJA

21
22
LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
Kode. Materi : Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2) Tanggal

Topik :
Memasang Acuan dan Perancah Kolom

A. Tujuan :
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a. Menggunakan peralatan kayu
b. Membaca gambar kerja dengan baik.
c. Menghitung kebutuhan bahan.
d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Kolom dengan baik dan benar.

II. Instruksi Umum :


Acuan dan perancah kolom merupakan bagian cetakan untuk membuat kolom beton.
Pemasangannya harus benar-benar kuat dan kokoh, karena cetakan adalah hal yang
menentukan terhadap bentuk jadinya kolom beton tersebut. Acuan dan peraqncah kolom
harus benar-benar tegak lurus, bagian dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang
menempel.
Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan
terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

III. Instruksi Kerja :


a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-
langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material
terbuat dari besi/baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

23
IV. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan :
1. Kunci-kunci sekrup
2. Palu kayu
3. Waterpass batang
4. Rol meter
5. Siku besi
6. Unting-unting

B. Bahan :
1. Plat cetakan kolom (skydeck set)
2. Penyokong cetakan (push-pull props set)

V. Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan
baik.
2. Dirikan 2 lembar plat cetakan dan pasang saling tegak lurus pada bagian ujung, dan
sesuaikan dengan ukuran lebar kolom yang akan dibuat.
3. Kancing seluruh baut yang tersedia pada masing-masing plat cetakan dan kencangkan
dengan menggunakan palu kayu sehingga benar-benar kuat dan kokoh. Cek
kesikuannya.
4. Dirikan dan pasang dan hubungkan plat cetakan yang lain seperti pada langkah ke-3
sehingga membentuk kubus atau persegi, sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang
akan dibuat.
5. Kancing seluruh baut yang tersedia pada plat cetakan mulai dari bawah sampai ke atas.
6. Cetakan kolom telah terbentuk, cek ketegakannya, posisi berdirinya, serta jarak masing-
masing antar kolom.
7. Pasang perancah/penyokong cetakan (push-pull props set), diatur ketegakannya.
8. Pemasangan acuan dan perancah kolom selesai, laporkan kepada instruktur/dosen untuk
diperiksa dan dinilai.

24
VI. GAMBAR KERJA

25
26
LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
Kode. Materi : Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2) Tanggal

Topik :
Memasang Acuan dan Perancah Balok

I. Tujuan :
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a. Menggunakan peralatan kayu
b. Membaca gambar kerja dengan baik.
c. Menghitung kebutuhan bahan.
d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Balok dengan baik dan benar.

II. Instruksi Umum :


Acuan dan perancah balok merupakan bagian cetakan untuk membuat balok beton yang
melintang, menghubungkan antara kolom-kolom beton. Pemasangannya harus benar-benar
kuat dan kokoh, karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya balok
tersebut. Acuan dan perancah balok harus benar-benar datar di atas perancahnya. Bagian
dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.
Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan
terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

III. Instruksi Kerja :


a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-
langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material
terbuat dari besi/baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

27
IV. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan :
1. Kunci-kunci sekrup
2. Palu kayu
3. Waterpass batang
4. Rol meter
5. Siku besi
6. Unting-unting

B. Bahan :
1. Plat cetakan kolom (skydeck set)
2. Penyanggah (scaffolding set)
3. Gelagar (girder)
4. Dudukan gelagar (head spindle)
5. Alas/sepatu penyanggah (base spindle)
6. Siku cetakan (beam bracket)
7. Kelabang (beam width adjusment bar)
V. Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan
baik.
2. Ukur ketinggian balok yang akan dibuat, sehingga dapat memilih ukuran scaffolding
yang akan dipasang.
3. Dirikan scaffolding secara sempurna dan tepat saling berhadapan, perkuat dengan
memasang skor (cross brase) sebagai pengaku dan pengikat main frame pada
scaffolding.
4. Pasang base spindle di bagian bawah untuk perkuatan dan mengatur ketinggian
scaffolding serta pasang head spindle di bagian atas scaffolding untuk tempat dudukan
girder.
5. Persiapan dudukan lantai/dada acuan balok dan penyanggah didinding balok :
a. Letakkan beam width adjusment bar di lantai. Letakkan 2 bh girder di atas beam
width adjusment bar secara sejajar.

28
b. Dari atas 2 buah girder tersebut letakkan 2 buah beam bracket dengan saling
berhadapan bagian tegaknya. Atur jaraknya disesuaikan dengan lebar cetakan
balok yang akan dibuat
c. Buat beberapa buah dudukan lantai ini disesuaikan dengan panjang bentangan
balok yang akan dibuat.
6. Pasang 2 buah girder di atas head spindle secara sejajar pada scaffolding.
7. Pasang dudukan lantai/dada acuan balok yang telah dibuat sebelumnya secara tegak
lurus/melintang pada kedua girder sejajar di atas scaffolding.
8. Pasang lantai dan dinding acuan balok pada dudukan acuan pada langkah ke-7.
Pastikan lantai dan dinding acuan balok benar-benar terapit rapat, tidak ada celah
dengan cara mengunci sekrup yang ada pada beam bracket. Hal ini telah
diperhitungkaan saat membuat dudukan pada langkah ke-5 di atas.
9. Skor kedua dinding acuan balok pada bagian atasnya pada 3 titik bagian. Ukuran lebar
dalamnya harus sama dengan ukuran lebar dalam lantai acuan balok, sehingga dinding
acuan balok tidak bergerak
10. Pemasangan acuan dan perancah balok telah selesai, laporkan kepada instruktur/dosen
untuk diperiksa dan dinilai.

a. GAMBAR KERJA

TA
Tampak melintang acuan dan perancah balok

29
Cara pemasangan Siku cetakan (beam bracket) dan
Kelabang (beam width adjusment bar)

Alternative lain pemasangan girder

30
Pemasangan head spindle dan cross brasse pada scaffolding

Pemasangan base spindle dan croos brasse pada scaffolding

31
LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
Kode. Materi : Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2) Tanggal
Topik :
Memasang Acuan dan Perancah Pelat

I. Tujuan :
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a. Menggunakan peralatan dan bahan acuan dan perancah
b. Membaca gambar kerja dengan baik.
c. Menghitung kebutuhan bahan.
d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Pelat dengan baik dan benar.

II. Instruksi Umum :


Acuan dan perancah pelat merupakan bagian cetakan untuk membuat pelat beton yang
menumpu di atas balok-balok beton. Pemasangannya harus benar-benar kuat dan kokoh,
karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya pelat beton tersebut.
Acuan dan perancah pelat harus benar-benar datar di atas perancahnya. Bagian atasnya
harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.
Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan
terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

III. Instruksi Kerja :


a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-
langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material
terbuat dari besi/baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

32
IV. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan :
1. Kunci-kunci sekrup
2. Palu kayu
3. Waterpass batang
4. Rol meter
5. Siku besi

B. Bahan :
1. Plat cetakan kolom (skydeck set)
2. Penyanggah (scaffolding set)
3. Gelagar (girder)
4. Dudukan gelagar (head spindle)
5. Alas/sepatu penyanggah (base spindle)
6. Multiplks 18 mm

V. Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan
baik.
2. Ukur ketinggian pelat yaitu dari dasar sampai pada permukan dalam dinding acuan
balok, sehingga dapat memilih ukuran scaffolding yang akan dipasang.
3. Dirikan scaffolding secara sempurna dan tepat saling berhadapan, perkuat dengan
memasang skor (cross brase) sebagai pengaku dan pengikat main frame pada
scaffolding.
4. Pasang base spindle di bagian bawah untuk perkuatan dan mengatur ketinggian
scaffolding serta pasang head spindle di bagian atas scaffolding untuk tempat dudukan
girder. Pasang 2 buah girder di atas head spindle secara sejajar pada scaffolding.
5. Pasang dudukan lantai acuan pelat secara merata ke arah lebar dan panjang sampai
bertemu tepi atas dinding acuan balok bagian dalam.
6. Perkuat lantai acuan pelat ke bagian tepi atas dinding acuan balok dengan paku.

33
7. Cek kedataran lantai acuan pelat baik arah memanjang maupun pada arah melintang
dengan alat waterpass batang sampai banar-benar datar dan rata.
8. Periksa seluruh bagian antara acuan kolom, acuan balok, dan acuan lantai apakah
terdapat celah-celah yang akan mengakibatkan tertumpahnya air semen.
9. Periksa seluruh perancah pada kolom, balok maupun pelat apakah sudah benar-benar
tegak, rata, kuat dan kokoh, tidak bergoyang sehingga hasil pengecoram beton akan
benar-benar sesuai dengan harapan.
10. Jika masih terdapat kekurangan, segera diperbaiki dengan cara mengencangkan
kembali sekrup-sekrup yang terpasang ataupun belum benar-benar datar atau tegak.
11. Periksakan kepada instruktur/dosen hasilnya untuk penilaian.

34
VI. GAMBAR KERJA

Acuan dan Perancah Pelat

Posisi penempatan girder dan lantai pelat

35
LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
Kode. Materi : Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2) Tanggal

Topik :
Memasang Acuan dan Perancah Dinding

I. Tujuan :
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a. Menggunakan peralatan dan bahan acuan dan perancah
b. Membaca gambar kerja dengan baik.
c. Menghitung kebutuhan bahan.
d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Dinding dengan baik dan benar.

II. Instruksi Umum :


Acuan dan perancah dinding merupakan bagian cetakan untuk membuat dinding beton
yang berdiri di atas sloof beton atau lantai. Pemasangannya harus benar-benar kuat dan
kokoh, karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya dinding beton
tersebut. Acuan dan perancah dinding harus benar-benar tegak di atas lantai. Bagian
dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.
Acuan dan perancah dinding ini akan dibuat dalam bentuk bersudut L disesuaikan dengan
lokasi praktek yang ada.
Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan
terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

III. Instruksi Kerja :


a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-
langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material
terbuat dari besi/baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

36
IV. Peralatan dan Bahan
A. Peralatan :
1. Kunci-kunci sekrup
2. Palu kayu
3. Waterpass batang
4. Rol meter
5. Siku besi

B. Bahan :
1. Plat cetakan dinding (skydeck set)
2. Gelagar (girder)
3. Siku cetakan (beam bracket)
4. Kelabang (beam width adjusment bar)
5. Penyokong cetakan (push-pull props set)
V. Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan
baik.
2. Ukur ketinggian dinding yaitu dari dasar sampai pada permukan tinggi dinding yang
disesuaikan dengan plat cetakan dinding.
3. Dirikan plat acuan dinding dan dirangkai secara tegak lurus dengan mengancingkan
baut-bautnya dari bawah sampai ke atas.
4. Pasang penyokong acuan dinding sambil dicek ketegakannya dengan watrpass batang.
5. Rangkaikan lagi plat acuan dinding secara sejajar dan memanjang, sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan di kedua sisi yang saling tegak lurus sambil diperhatikan
ketegakannya.
6. Pasang penyokong acuan dinding agar acuan dinding tetap berdiri tegak.
7. Lanjutkan langkah ke-3 s/d langkah ke-6 untuk sisi bagian dalam dengan pemasangan
secara terbalik.
8. Pembuatan penahan dinding sbb :
a. Letakkan beam width adjusment bar di lantai. Letakkan 2 bh girder di atas beam
width adjusment bar secara sejajar.

37
b. Dari atas 2 buah girder tersebut letakkan 2 buah beam bracket dengan saling
berhadapan bagian sudutnya. Penempatan beam bracket yang satu letaknya di
bagian ujung girder dan beam bracket yang satunya diletakkan 40 cm dari bagian
ujung girder lainnya.
c. Buat beberapa buah penahan dinding tersebut di atas untuk penempatan setiap
lembaran plat acuan dinding. Jadi jumlahnya adalah sebanyak jumlah lembaran
plat acuan dinding bagian dalam.
9. Letakkan penahan dinding yang dibuat pada langkah ke-8 tersebut di atas pada setiap
plat acuan dinding bagian dalam.
10. Untuk mengatur jarak/spasi ketebalan dinding, letakkan pipa PVC yang telah
dipotong-potong sepanjang 20 cm (sesuai tebal dinding yang akan dibuat).
11. Dari lobang-lobang yang terdapat pada plat acuan dinding, masukkan besi ulir sambil
memasukkan pipa PVC yang telah dipotong tadi sebagai pembatan ketebalan dinding
yang akan dibuat.
12. Kancing besi ulir tersebut di kedua sisi, dimana sisi yang satu dikancingkan pada
girder penahan dinding, sementara yang lainnya dikancing pada plat yang telah
menyatu dengan plat acuan dinding.
13. Lakukan langkah ke-12 di atas, sampai seluruh bagian, penahan dinding dan plat pada
acuan dinding terpasang semuanya.
14. Cek kembali ketegakan dinding, kesikuan sudut dinding dan pastikan semuanya telah
sesuai.
15. Periksakan kepada instruktur/dosen untuk penilaian jika pekerjaan pembuatan acuan
dan perancah dinding telah selesai.

38
VI. GAMBAR KERJA

Pertemuan sudut bagian dalam pada acuan dinding

Pemasangan push-pull props set dengan plat acuan dinding

39
Pemasngan besi ulir dan pipa PVC sebagai penentuan tebal dinding

40
DAFTAR PUSTAKA

Construction Bullettin. (1999). Occupational Safety and Health Service. No. 11 –


December. Department of Labour. Wellington. New Zealand.

PEDC Politeknik ITB. (1982). Pedoman Acuan Perancah. Bandung.

Badan Standardisasi Nasional. (2000). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (SNI


Kayu 2002, Bahan Konsensus) . Jakarta.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Rektorat jenderal Pengusahaan Hutan. (1987).


Standar Kayu Lapis Struktural Indonesia (SKI.C – bo – 002;1987). Edisi pertama.
Jakarta.

Brosur dan spesifikasi perancah. (2000). Slab & Beam, Formwork & Scaffolding by :
Beton Concrete Form specialist.

Yaldi, G. Datu, I.K. (2001). Efisiensi Pemanfaatan Bekisting Sistem Kayu dan Sistem Peri
pada Bangunan Gedung Bertingkat. Tugas Akhir D-IV. Politeknik Negeri Bandung.

41

Anda mungkin juga menyukai