Anda di halaman 1dari 118

BAHASA INDONESIA

Teks Narasi
Teks Ulasan
Teks Ceramah
Kalimat Utama
Teks Editorial
Kalimat Persuasif
Huruf Kapital
Kata Kerja
Hikayat
Kalimat Simpleks dan Kompleks
Sudut Pandang
Teks Laporan Hasil Observasi
Puisi
Teks Anekdot
Esai
Karya Tulis Ilmiah
Teks Deskripsi
Paragraf Deduktif
Kata Baku dan Tidak Baku
Cerpen
Konjungsi
Kata Pengantar Makalah, Laporan, Proposal, Skripsi (Karya Ilmiah)
Teks Eksposisi
Teks prosedur
Teks Eksplanasi
Tanda Baca
Kalimat Aktif dan Pasif
Kata Majemuk
Puisi Lama dan Jenis-jenisnya
Fakta dan Opini
Pantun – Pengertian, Jenis-jenis, dan Contoh Pantun
Kalimat Efektif
Tajuk Rencana
Unsur Intrinsik Puisi
Penulisan Daftar Pustaka
Kalimat Majemuk
Majas – Macam-macam Majas, Pengertian, dan Contoh
Unsur Intrinsik Cerpen
Cara Menulis Resensi
Paragraf – Pengertian dan Jenis-jenis Paragraf
Teks Ulasan
Teks ulasan atau teks review adalah teks yang mengandung penilaian yang kritis
sebagai bentuk informasi yang bersifat memberikan pertimbangan kepada para calon
pembaca atau penikmat atas sebuah karya, seperti film, prosa, buku, bahkan produk,
dsb. Karena bersifat memberikan pertimbangan berupa rekomendasi atau pendapat
subjektif, setelah membaca teks ulasan, seseorang akan berada pada beberapa
kemungkinan, antara lain apakah akan membaca/melihat/menonton karya atau
sebaliknya, mengurungkan niatnya.
Dapat dikatakan bahwa teks ulasan juga dikenal dengan teks resensi. Teks ulasan
diperlukan sebagai wujud kita dalam mendukung berbagai karya hasil anak bangsa.
Selain itu, teks ulasan biasanya ditulis dalam bentuk artikel (artikel ulasan).
Ciri-Ciri Teks Ulasan
Teks ulasan memiliki berbagai ciri sebagai berikut, antara lain

1. Teks ulasan memiliki struktur yang tersusun atas orientasi, tafsiran, rangkuman
serta evaluasi.
2. Teks mengandung informasi mengenai pandangan penulis yang didasari
atas opini yang dilandaskan dengan fakta atas suatu karya atau produk.
3. Teks ulasan dapat disebut juga dengan teks resensi.

Tujuan Teks Ulasan


Teks ulasan memiliki beberapa tujuan, antara lain

1. Menunjukkan keberpihakan penulis terhadap suatau karya. Misalnya, baru-baru


ini film “Tilik” menjadi trending topic pada berbagai sosial media. Dari karya ini,
berbagai teks ulasan muncul, baik yang pro, maupun kontra.
2. Memaparkan penilaian dari suatu karya berdasarkan standar atau acuan
tertentu. Artinya, dalam memerikan ulasan dari suatu karya, bukan berarti tanpa
aturan. Jadi, teks ulasan juga memiliki penilaian pada setiap pembaca: apakah
bagus ataukah sebaliknya.
3. Memberikan bantuan kepada pembaca berupa gambaran umum dari suatu
karya. Pada umumnya, seseorang akan mencari berbagai sumber mengenai teks
ulasan sebelum
4. Memberikan informasi secara keseluruhan atas suatu karya kepada pembaca.
Pada umumnya, para pembaca mendapatkan sesuatu informasi yang secara tidak
sadar tidak didapatkan setelah membaca teks ulasan.
5. Memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk mendiskusikan karya
yang telah diulas. Teks ulasan mengundang keinginan pembaca untuk berdiskusi
lebih dalam setelah membaca teks ulasan. Dengan begini, terjadilah tukar-tambah
argumen sehingga suatu karya dapat dilihat dari berbagai sisi.

Jenis-Jenis Teks Ulasan


1. Teks Ulasan Informatif
Pada teks ulasan jenis ini, sebuah karya atau produk diuraikan dengan tujuan
memberikan informasi kepada pembaca. Pada umumnya, jenis teks ulasan ini hanya
memaparkan secara umum gambaran dari suatu karya, yang dapat dinilai dari bahasa
yang digunakan, yaitu singkat, padat, dan lugas. Selain itu, teks ulasan informatif,
biasanya berfokus pada kelebihan dan kekurangan suatu karya atau produk, tanpa
diulas lebih lengkap lagi.

2. Teks Ulasan Deskriptif


Objek dari teks uasan deskriptif biasanya berupa karya sastra. Hal ini disebabkan karya
sastra membutuhkan ulasan yang berisi penggambaran sejelas-jelasnya agar
sepenuhnya dipahami oleh pembaca.
3. Teks Ulasan Kritis
Jika suatu karya atau produk ingin diberikan suatu kritika dari pandangan tertentu, teks
ulasan inilah yang dimaksud. Dengan catatan, penulis sepenuhnya menggunakan daya
analisis secara objektif, bukan objektif. Artinya, teks ulasan kritis bersifat tidak memihak
pada siapapun dan dapat dijadikan sevagai acuan untuk suatu karya atau produk
tertentu.

Struktur Teks Ulasan


Agar menjadi sebuah teks ulasan yang baik, teks ulasan memiliki struktur yang terdiri
atas:

1. Orientasi
Bagian ini menjelaskan gambaran umum dari suatu karya atau produk, seprti informasi
mendasar dan hal-hal lain yang dapat menambah gambaran umum. Selain itu, penulis
juga memberikan pemaparan menganai apa yang akan diulas.

2. Tafsiran
Bagian ini mengulas topik yan diangkat dengan mendetail. Pada umumnya, yang
dibahas berupa keunggulan, keunikan, kualitas, dsb, dari karya atau produk tersebut.

3. Evaluasi
Pada bagian ini, penulis menuangkan segala pandangannya mengenai karya atau
produk yang diulas. Sebelum masuk ke dalam bagian evauasi, tentunya, penulis
melakukan tafisran yang mendalam atas karya atau produk tersebut. Hal ini disebabkan
oleh penulis akan menuliskan kekurangan dan kelebihannya.

4. Rangkuman
Bagian ini adalah bagian terakhir pada teks ulasan. Pada bagian ini, penulis sampai
pada tahap penulisan simpulan dari ulasan atas suatu karya atau produk. Bagini ini juga
biasanya terdapat peniaian akhir penulis apakah karya dapat ditonton ataukah tidak,
serta begitu juga dengan produk: apakah direkomendasikan untuk dipakai ataukah
tidak.

Contoh Teks Ulasan


Identitas Karya

Judul film: Dilan 1990


Jenis Film: Drama
Produser: Ody Mulya
Pemain utama: Iqbal Ramadhan, Vanesha Prescila
Penulis: Pidi B, Titien Wattimena
Produksi: MAX Pictures

Orientasi:

Sebagai film terfavorit sepanjang masa, film “Dilan 1990” disutradarai oleh Pidi Baik dan
Fahar Bustomi, serta diperankan oleh salah satu idola remaja Indonesia, yaitu Iqbal
Ramadhan dan Vanesha Prescila. Selain itu, film ini merupakan adapatasi dari novel
karangan Pidi Baiq.

Tafsiran: Dilan (Iqbal Ramadhan) bertemu dengan Milea (Vanesha Priscela) pada awa
tahun 1990 di salah satu SMA di Bandung. Dengan karakter romantis dan humoris yang
dimilikinya, dengan percaya diri, Dilan mendekati Milea sehingga pada akhirnya Milea
jatuh cinta padanya. Akan tetapi, kisah cinta mereka diterpa dengan berbagai rintangan,
salah satunya adalah Beni, seorang anggota geng motor, dan Kang Adi sering
menimbulkan masalah. Namun, Dilan selalu memiliki berbagai cara untuk
mengatasinya.

Dapat dikatakan bahwa Dilan adalah seseorang laki-laki yang bad boy, tetapi dengan
keunikannya, yaitu karakter romantis, humoris, dan penuh dengan gombalan yang tidak
picisan. Di samping itu, Milea merupakan sosok perempuan pendiam, penyayang, dan
tentunya sangat cantik, serta dia sangat menaruh perhatiannya terhadap Dilan. Alur
cerita sama sekali tidak membuat bosan para penonton karena bumbum-bumbu rayuan
Dilan untuk Milea selalu ditunggu-tunggu oleh penonton.

Evaluasi:

Iqbal dan Vanesha dapat memerankan sosok Dilan dan Milea dengan penjiwaan yang
sangat baik. Selain itu, alur cerita dapat diterima oleh berbagai kalangan dari mulai
ramaja, hingga orang tua karena sama sekali tidak rumit. Selain itu, nuansa cerita yang
sangat kental dengan tema SMA, membuat penonton mendapatkan nilai
intertektualiatasnya. Namun, sinematografi dan setting pada beberapa bagian dinilai
belum optimal dalam merepresentasikan Bandung pada tahun 1990an.

Rekomendasi:

Film ini menceritakan kisah cinta yang unik, lucu, menggelitik, dan menegangkan
sehingga lengkap rasanya. Terlebih, secara keseluruhan film ini cocok untuk ditonton
oleh berbagai kalangan, kecuali yang masih di bawah umur.

Teks Ceramah

Pengertian Teks Ceramah


Teks ceramah adalah teks yang disusun atas beberapa paragraf, yang berisi
pemberitahuan ataupun penyampaian informasi di depan khalayak masyarakat luas
yang bersifat meyakinkan pembaca dengan tujuan untuk menambah wawasan atau
membuat pembaca atau pendengar melakukan sesuatu hal tertentu. Teks ceramah
disampaikan oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya (pakar) dengan media
penyampaian dapat  baik secara langsung, maupun tidak langsung melalui sarana
komunikasi, seperti televisi, radio, live streaming, dsb. Teks ceramah bersifat edukatif
atau memberi pengajaran kepada pembaca atau pendengar dengan tujuan untuk
mengajak atau meyakinkan.
Teks ceramah berbeda dengan pidato dan khotbah. Perbedaan tersebut dilihat dari sifat
yang terkandung dalam isi teksnya. Pidato cenderung bersifat persuasif, ingin mengajak
pendengar, mengubah persepsi/sikap/tindakan, menumbuhkan motivasi, dan mendapat
dukungan. Sementara itu, khotbah pada umumnya bersifat menyampaikan
pengetahuan mengenai keagamaan, praktik-praktik ibadah, dan ajakan untuk
memperkuat keimanan. Di sisi lain, teks ceramah bersifat lebih umum dan bertujuan
untuk menyampaikan pengetahuan berupa informasi atau isu tertentu.

Jika dilihat dari jenisnya, teks ceramah terbagi menjadi dua: Teks ceramah umum dan
teks ceramah khusus. Teks ceramah umum bersifat menyeluruh, tidak ada batas
audiensi, dan materi tidak ditentukan. Kebalikan dari teks ceramah umum, teks
ceramah khusus bersifat khusus, terdapat batasan audiensi, dan materi menyesuaikan.

Tujuan Teks Ceramah


Secara singkat, tujuan teks ceramah terdiri atas empat hal, antara lain:

1. Informatif atau instruktif: Artinya, teks ceramah berusaha menyampai informasi


kepada pembaca atau pendengar dengan jelas dan benar.
2. Persuasif: Artinya, pembaca atau pendengar diharapkan melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang disampaikan.
3. Argumentatif: Artinya, terdapat argumen dalam teks ceramah yang berfungsi
untuk menumbuhkan keyakinan pembaca atau pendengar agar melakukan
sesuatu yang lebih baik lagi.
4. Deskriptif: Artinya, menggambarkan atau melukiskan sesuatu keadaan ataupun
peristiwa atas isu yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
5. Rekreatif: Artinya, teks ceramah bersifat menghibur pada pembaca atau
pendengar
6. Naratif: Artinya, teks ceramah berusaha untuk menceritakan sesuatu hal kepada
pembaca atau pendengar.

Ciri-Ciri Teks Ceramah


1. Pembicara atau penulis teks ceramah adalah orang-orang yang mempunyai
kapasitas atau kredibilitas yang sesuai dengan tema yang diangkat. Misalnya teks
ceramah yang mengangkat topik mengenai virus korona ditulis oleh seseorang
yang ahli di bidang kesehatan, terutama epidemolog.
2. Teks ceramah berisi menginformasikan topik yang bersifat objektif, jelas, dan
benar, serta bertujuan untuk membuat pengetahuan semakin luas.
3. Komunikasi dalam teks ceramah berbentuk dua arah, yaitu antara pembicara
dan pendengar atau penulis dan pembaca, yaitu berupa dialog atau tanya jawab.
4. Penyajian teks ceramah dapat menggunakan alat bantu, salah satunya
melalui digital, seperti sosial media.
5. Teks ceramah menggunakan bahasa yang mudah dipahami meskipun topik
yang diangkat dinilai berat.

Unsur-Unsur Teks Ceramah


1. Penceramah
Seseorang yang berceramah disebut dengan penceramah. Untuk menjadi penceramah,
seseorang wajib untuk menguasai bidang tertentu sehingga apa yang diceramahkan
dapat dipertanggungjawabkan.

2. Pendengar atau Pembaca


Pendegar merupakan orang yang mendengarkan atau membaca teks ceramah.

3. Materi
Materi ceramah berkenaan dengan topik yang diangkat yang disusun secara sistematis.
4. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah teknik-teknik dalam melakukan ceramah. Terdapat beberapa
teknik dalam penyampaian teks ceramah, antara lain

1. Impromptu, yaitu teknik ceramah tanpa sebelumnya ada persiapan. Teknik ini
pada umumnya dilakukan oleh penceramah yang sudah memiliki banyak
pengalaman dalam berceramah.
2. Mengahafal, yaitu teknik ceramah yang dihafalkan terlebih dulu, baru
disampaikan.
3. Membaca naskah, yaitu berceramah dengan menggunakan naskah lengkap.
4. Ekstemporan, yaitu metode penyampaian ceramah dengan sebelumnya
menuliskan gagasan pokok sebagai pengingat.

Struktur Teks Ceramah


1. Pendahuluan atau Tesis
Bagian ini berisi salam pembuka yang disampaikan dengan salam pembuka, ucapan
syukur, ucapan terima kasih, latar belakang masalah, dan tujuan. Selain itu, bagian ini
juga berisi pengenalan isu dan bagaimana penulis memandang topik yang diangkatnya.

2. Isi atau Rangkuman Argumen


Bagian ini berisi pokok permasalahan yang diuraikan secara terarah dan disampiakan
kepada pembaca. Dalam penguraian materi, argumen-argumen penceramah juga
diperkuat dengan berbagai fakta.
3. Penutup
Bagian penutup berisi rangkuman, ucapan terima kasih, dan permintaan maaf, dan
salam penutup. Dapat dikatakan, pernyataan-pernyataan sebelumnya ditegaskan
kembali pada bagian ini.

Kaidah Kebahasaan Teks Ceramah


1. Menggunakan pronominal (kata ganti) orang pertama, seperti saya dan aku,
bahkan dapat juga menggunakan kami jika ceramah mengatasnamakan kelompok,
dan pronominal orang kedua jamak. Selain itu, juga digunakan pronominal yang
ditujukan untuk orang banyak, seperti hadirin, kalian, bapak-bapak, ibu-ibu,
dan saudara-saudara.
2. Menggunakan peristilahan (kata-kata teknis) yang sesuai dengan topik yang
diangkat. Misalnya, jika yang diangkat berupa topik mengenai kebahasaan istilah
yang digunakan dapat berupa linguistik, sintaksis, morfologi, kesantunan
berbahasa, dan etika berbahasa.
3. Menggunakan kata-kata yang berfungsi untuk penanda hubungan argumentasi.
Misalnya, jika, maka, dengan begitu, sebab, karena, dengan begitu, oleh karena itu. Tak
hanya itu, kata-kata yang menandakan hubungan temporal atau pertentangan
juga dapat digunakan, seperti di samping itu, di sisi lain, sebaliknya, pada
akhirnya, akan tetapi, namun, dsb.
4. Menggunakan kata kerja mental. Kata kerja mental adalah kata kerja yang
bermakna tanggapan atau reaksi dari suatu perbuatan, peristiwa, keadaan,
ataupun keberadaan. Contohnya:
 Ibu khawatir melihat prestasi adik yang menurun.
Kata khawatir adalah respons dari keadaan prestasi adik.
 Tante Rina menikmati kopi buatan ibu.
Kata menikmati adalah respons dari perbuatan ibu membuatkan kopi ke Tante Rina.
5. Menggunakan kata-kata bersifat mengajak (persuasif)
Kata-kata ini
seperti hendaknya, sebaiknya, mari, perlu, harus, diharapkan, diperlukan, diwajibkan, dsb.
6. Menggunakan kallimat simpleks
Kalimat simpleks adalah kalimat yang terdiri atas satu verba utama Misalnya, Pada era
digitalisasi saat ini, etika dalam penggunaan sosial media menjadi salah satu hal utama.
7. Menggunakan kalimat deklaratif (kalimat berita)
Kalimat deklaratif (kalimat berita) adalah kalimat yang berisi informasi yang terjadi
berdasarkan fakta. Contohnya, “Akhir-akhir ini penyebaran virus korona semakin
meningkat dengan tajam karena masih banyak ditemukan pelanggaran protokol
kesehatan.”

Contoh Teks Ceramah


Pendahuluan: Asalamualaikum wr.wb.

Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua

Marilah kita panjatkan rasa syukur kita atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
karena karunia-Nya telah mengumpulkan kita di tempat yang sejuk dan nyaman ini.
Ceramah saya kali ini akan membahas pentingnya bimbingan karakter untuk para
remaja. Pada usia remaja ini, apa yang kalian lakukan akan memberikan dampak pada
masa depan sehingga harus berhati-hati dalam memilih pergaulan dan pendidikan.
Jangan sampai usia remaja, yang dapat dimanfaatkan dengan hal-hal yang berguna,
dihabiskan dengan hal-hal yang sia-sia.

Isi: Pencapaian karakter saat menuju dewasa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang pada umumnya disebabkan oleh lingkungan atau masyarakat dan juga bagimana
arah pergaulan sehingga lingkungan menjadi hal yang vital dalam memberi pengaruh
terhadap masa depan kalian. Dengan demikian, kalian semua, para agen penerus
bangsa, jika menginginkan kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, kalian harus
menggunakan waktu remaja dengan efektif dan efisien, jangan sampai kalian menyesal
pada kemudian hari dengan hal-hal yang sama sekali tidak produktif.

Hadirin yang tercinta,mengikuti kegiatan pendidikan karakter merupakan hal yang


paling bermanfaat dalam usia remaja. Pendidikan karakter ini akan membentuk remaja
ke dalam suatu keahlian khusus. Selain itu, nilai-nilai positif dapat kalian dapatkan,
yang membuat budi pekerti kalian menjadi semakin baik sehingga tetap berada pada
junjungan moral masyarakat meskipun digempur dengan berbagai tantangan pada era
globalisasi.

Penutup: Oleh karena itu, marilah kalian bersama-sama menyongsong masa depan
dengan memanfaatkan waktu remaja dengan baik, yaitu dengan mengikuti pendidikan
karakter agar selalu menjadi remaja yang produktif dan bermoral.

Demikianlah, ceramah saya pada kesempatan kali ini. Jika kalian ingin maju dengan
cepat, majulah sendirian. Namun, jika ingin maju lebih jauh, majulah bersama-sama.
Atas perhatinnya, saya mengucapkan terima kasih banyak.

Teks Narasi
Teks narasi adalah salah satu jenis teks (pola pengembangan paragraf) yang berfungsi
untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian secara beruntun dan mendetail (dari
awal, tengah, hingga akhir) dengan urutan waktu atau bersifat kronologis. Tujuan dari
teks ini menceritakan kepada pembaca seolah-olah berada dalam cerita tersebut atau
dengan kata lain mengalami hal tersebut dan menambah wawasan pembaca.
Selain itu, teks narasi dapat berupa fiksi (imajinasi) maupun nonfiksi. Narasi yang
berupa fiksi sanggup menciptakan pengalaman estetis (menghibur sekaligus
memberikan wawasan) kepada pembaca sehingga jenis teks ini termasuk yang paling
banyak digemari. Terdapat tiga hal utama dari teks narasi: tokoh, kejadian, dan latar
(ruang atau waktu).

Teks narasi memiliki ciri-ciri, antara lain:

1. Teks narasi berisi peristiwa baik nyata, imajinasi, maupun gabungan dari
keduanya.
2. Tek narasi terdiri atas beberapa paragraf yang tiap-tiap paragraf menitikberatkan
pada perbuatan atau peristiwa sehingga berusaha untuk menampilkan apa yang
terjadi.
3. Teks narasi disusun berdasarkan kronologi atau urutan waktu yang di dalamnya
terdapat konflik agar menarik.
4. Pada salah satu jenis teks narasi, terdapat unsur amanat di dalamnya.

Jenis-Jenis Teks Narasi


Narasi terdiri atas empat jenis, antara lain

1. Teks Narasi Ekspositorik (Karangan Biografi)


Teks narasi jenis ini bersifat untuk memberikan informasi mendetail secara runtun agar
menambah wawasan pembaca, seperti teks cerita seseorang tokoh (biografi) dan
peristiwa bersejarah. Tokoh yang diceritakan pada umumnya hanya satu tokoh dan
pristiwa yang diceritakan berkaitan dengan tokoh tersebut berdasarkan fakta atau
bersifat objektif , bukan sugestif (memengaruhi) ataupun fiktif, mulai dari lahir, hingga
kabar paling terbarunya sehingga dapat dikatakan teks narasi ini bersifat ilmiah.

2. Teks Narasi Sugestif


Teks narasi jenis ini bersifat untuk memberikan maksud atau pengaruh dan pesan atau
amanat tertentu kepada pembaca. Tujuan dari teks narasi jenis ini memberikan sugesti
untuk menggerakkan hati pembaca untuk mempercayai hal suatu hal dengan cara
penyajian yang membuat pembaca seolah-olah melihat dan mengetahui maksud dari
penulis.

3. Teks Narasi Artistik


Teks narasi jenis ini dapat bersifat fiksi maupun non-fiksi, pada umumnya imajinatif,
dengan menggunakan bahasa kiasan atau lambang (figuratif) dengan tujuan
memberikan kepada pembaca sebuah hiburan. Teks ini mengandung amanat yang
pada umumnya bersifat tersirat.

Struktur Teks Narasi


Teks narasi memiliki struktur yang terdiri atas 4 hal, antara lain

1. Orientasi
Pada bagian ini, penyajian teks narasi terdiri atas tokoh, penokohan, latar tempat, latar
cerita, latar waktu, latar suasana, dan unsur-unsur lainnya yang erat kaitannya disajikan
pada bagian awal. Bagain ini perlu dibuat semenarik mungkin karena menjadi kesan
pertama pembaca agar dapat membaca teks narasi seluruhnya.            

2. Komplikasi
Bagian ini mulai menghadirkan konflik yang natinya akan berkembang makin rumit
hingga mencapai klimaks yang setelahnya antiklimaks dan berangsur-angsur akan
menghilang.
3. Resolusi
Bagian ini menyajikan jalan keluar dari konflik sehingga berbagai permasalahan akan
terselesaikan dan sebagai tanda cerita akan berakhir.

4. Koda
Koda atau ending adalah bagian pada teks narasi yang menyajikan akhir dari cerita.
Akhir dari sebuah cerita dapat berupa akhir yang bahagia, akhir yang sedih, ataupun
akhir yang menggantung.

Contoh Teks Narasi


1. Contoh Teks Narasi Ekspositorik
Orientasi: Joko Pinurbo (sering dipanggil “Jokpin”) lahir 11 Mei 1962 di Sukabumi, Jawa
Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA Seminari Mertoyudan, Magelang, ia
melanjutkan studi di IKIP (sekarang Universitas) Sanata Dharma Yogyakarta, tempat ia
kemudian mengajar.

Komplikasi: Jokpin menjalani masa kecil yang tidak mudah karena dia selalu sakit-
sakitan, seperti sakit tifus hingga berbulan-bulan dan menderikat cedera saraf tulang
belakang. Karena halini, Jokpin dikenal sebagai pribadi yang tertutup. Selain itu, dirinya
juga suka mindersehingga jarang bergaul dengan teman-temannya.

Resolusi: Kini, Jokpin tinggal bersama keluarganya di Yogyakarta. Dia hidup berbaur
dengan baik bersama masyarakat setempat. Selain itu, berbagai pertemuan warga
seperti ronda dan acara sosial lainnya didatangi olehnya. Dia mendapat banyak
inspirasi dalam tulisan-tulisannya dengan berbaur di dalam masyarakat

Koda: Jokpin termasuk sastrawan Indonesia yang paling produktif dan banyak dari
bukunya yang diterbitkan.  Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Selain diubah menjadi musik, sejumlah sajaknya dipakai pula untuk iklan. Sampai
sekarang ia tetap bermukim di Yogyakarta.

2. Contoh Teks Narasi Artistik


Orientasi: Tebah adalah namaku. Nama panjangku adalah Tebah Arunika. Arunika 
yang artinya ‘cahaya matahari pagi sesudah terbit’. Bapak menamaiku demiian sebab
dia mengaharapkan aku selalu menjadi cahaya yang tetap terang meskipun kegelapan
berusaha menyelimutiku.

Komplikasi: Menjalani masa muda dengan menanggung tiga orang adik dan orang tua
yang sakit-sakitan memang tidaklah mudah. Pada pagi hari aku harus mengikuti kelas
perkuliahan dan sore hingga larut malam aku harus bekerja.

Resolusi: Bersykur, aku mempunyai anugerah berupa kecerdasan dari Tuhan yang
membuat aku mendapatkan beasiswa berkuliah hingga sarjana di universitas ternama
di Indonesia. Sedikit demi sedikit uang aku tabung hingga ketiga adikku dapat berkuliah
dan membantu menghidupi keluarga.

Koda: Kini, kehidupanku membaik, adik-adikku sudah memiliki pekerjaan dan aku
sedang membangun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bertujuan untuk dapat
membantu para anak-anak yang kurang beruntung.

3. Contoh Teks Narasi Sugestif


Orientasi: Kala itu matahari tengah bersiap untuk tenggelam meninggalkan bumi. Pak
Soleh baru saja melangkahkan kakinya untuk pulang dari kantor. Setapak demi tapak ia
lalui dengan senyuman yang mengurvai bibirnya tanda betapa syukurnya dirinya masih
diberikan kesehatan dan pekerjaan meski tiap hari harus dituntut dengan pekerjaan
berat. Makin langkah kaki yang sudah tak muda lagi dilangkahkan makin terdengar
permulaan suara-suara azan menyambut magrib.

Pada saat ia melangkahkan kakinya menuju ke masjid, ia melalui sebuah kebun sepi
yang hening sehening saat elang ketika melintasi langit. Keheningan itu tiba-tiba hilang
seketika ketika terdengar suara tangisan  bayi. Dengan rasa takut yang tak bisa
disembunyikan, ia mencoba mencari sumber dari tangisan bayi tersebut.

Komplikasi: Jantung Pak Soleh terasa berhenti sebab betapa terkejut dirinya
menemukan seorang bayi di bawah pohon beringin yang rindang. Ketika ingin
mengangkat anak bayi tersebut, percis di sampingnya muncul seekor anjing yang
bengis dan tatapannya sungguh dingin tengah bersiap menerkam si bayi.

Resolusi: Dengan cekatan, Pak Soleh langsung mengayunkan tasnya yang cukup berat
untuk mengusir anjing tersebut. Namun, si anjing melawan Pak Soleh dan siap untuk
menerkam mereka berdua. Tak habis akal, Pak Soleh mengambil batu besar yang jika
dilemparkan cukup membuat jendel gedung pecah seketika. Akan tetapi, di luar dugaan
si anjing mengejar Pak Soleh. Dengan sisa-sia keringatnya, dia memaksakan diri untuk
mempercepat langkahnya dan pada akhirnya si anjing berhasil ia kalahkan.

Koda: Setelah berhasil membuat pingsan si anjing, ia membawa bayi itu di rumah dan
bagai hujan turun di padang pasir yang gersang, kabar ini disambut sungguh
menyenangkan oleh istrinya sebab sudah lebih dari 10 tahun menikah, mereka belum
dikaruniai anak.

Kalimat Utama
Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat gagasan utama,
gagasan pokok, ide pokok, pikiran pokok, ataupun ide utama, pada suatu paragraf.
Keberadaan kalimat utama pada suatu paragraf sangat penting karena menjadi
kerangka dasar dalam pengembangan paragraf. Selain itu, karena kalimat utama
mengandung keseluruhan isi pargaraf, jika pada suatu paragraf tidak terdapat kalimat
utama, paragraf tersebut dapat dikatakan tidak mempunyai isi atau disebut dengan
paragraf yang tidak padu.

Kalimat utama disebut juga dengan kalimat topik, yang berarti kalimat yang dijadikan
acuan dalam pengembangan paragraf. Hal ini disebabkan kalimat utama dapat
dimaknai sebagai kalimat pemicu, yaitu kalimat yang menyebabkan kalimat-kalimat lain.
Di samping itu, berdasarkan letaknya, kalimat utama dapat berada baik di awal, di
tengah, di akhir, maupun campuran, yaitu di awal dan di akhir.

Kalimat utama memiliki beberapa ciri, antara lain

1. Kalimat utama harus dapat berdiri sendiri.


Artinya, kalimat utama tidak boleh terdapat kata-kata rujukan (itu, ini, tersebut,
dsb) ataupun konjungsi antarkalimat (di samping itu, sementara itu, di sisi lain, dsb),
kecuali konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan (oleh karena itu, jadi,
dan dengan demikian). Contohnya, “Dilihat dari warna bulunya, kucing belang
(tortoiseshell/tortoi) dan kucing hitam memiliki sifat dan keunikan yang beragam.”
Atau, “ Jadi, persepakbolaan Indonesia memiliki berbagai macam permasalahan
yang harus segera diselesaikan demi membawa Indonesia berada pada jalur
prestasi.”
2. Kalimat utama bermakna umum sehingga dapat diperjelaskan dengan
keberadaan kalimat-kalimat penjelas.
Contohnya, “Sebagai rempah-rempah terkenal khas Indonesia, biji pala memiliki
beragam manfaat”.
3. Kalimat utama, yang di dalamnya terdapat kata adalah, merupakan, dan ialah,
pada umumnya berada di awal (kalimat deduktif).
Kalimat utama ini berisi permasalahan yang akan diperjelas dengan kalimat-
kalimat selanjutnya. Contohnya, “Merokok merupakan suatu aktivitas merugikan
yang mahal.” Sementara itu, kalimat utama dapat juga terletak di akhir (induktif),
yang biasanya ditandai dengan konjungsi antarkalimat oleh karena itu, dengan
demikian, ataupun jadi.

Perbedaan Kalimat Utama dan Gagasan Utama


Kalimat utama memiliki perbedaan dengan ide pokok, pikiran pokok, gagasan pokok,
ataupun gagasan utama. Kalimat utama mengandung gagasan utama, yang artinya
gagasan utama adalah inti dari kalimat utama. Contohnya,

 Kalimat utama: “Melalui pembelajaran yang mendalam dari artificial intelligence,


akan ditemukan pola-pola yang tidak ditemukan oleh manusia sebelumnya.”
 Gagasan utama: “Pola-pola akan ditemui melalui pembelajaran mendalam
oleh Artificial Intelligence.”

Cara Menentukan Kalimat Utama


Terdapat tahapan langkah dalam menentukan kalimat utama, antara lain.

1. Kalimat utama dapat dipastikan berada d awal jika kalimat selanjutnya terdapat
kata hal ini, hal tersebut, … ini, … itu, dsb. Kata-kata tersebut menegaskan bahwa
kalimat sebelumnya adalah acuan terhadap persoalan yang dibahas oleh
keseluruhan teks.
2. Perhatikan apa atau siapa yang dirujuk oleh kalimat-kalimat penjelas. Misalnya,
kalimat-kalimat penjelas menjelaskan kegiatan merokok dari aspek ekonomi.
Dengan begitu, kalimat utamanya adalah kalimat yang bermakna pernyataan
umum bahwa merokok mempunyai hubungan erat dengan aspek ekonomi, contoh
kalimatnya, “merokok adalah aktivitas buruk yang mahal.”

Contoh Kalimat Utama


1. Kalimat Utama Berada di Awal (Deduktif)
Paragraf yang kalimat utamanya berada di awal misalnya sebagai berikut.

Virus korona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau


yang disebut dengan COVID-19 adalah salah satu virus mematikan yang menyerang
sistem pernapasan. Begitu mematikannya, virus ini menyerang manusia pada berbagai
kalangan, mulai dari balita, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Selain itu, virus ini
juga dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan, seperti pneumonia.  Terlebih,
penyebaran virus ini sangat cepat sehingga pada tanggal 11 Maret 2020 WHO resmi
menetapkan bahwa virus korona sebagai pandemi global.
Kalimat utama paragraf tersebut adalah  “Virus korona atau severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau yang disebut dengan COVID-19 adalah
salah satu virus mematikan yang menyerang sistem pernapasan,” dengan gagasan
utamanya adalah virus korona merupakan virus yang mematikan yang menyerang
sistem pernapasan.

2. Kalimat Utama Berada di Akhir (Induktif)


Paragraf yang kalimat utamanya berada di akhir misalnya sebagai berikut.

Gim online multiplayer handheld memungkinkan para penggunanya bermain gim


bersama-sama kapanpun dan di manapun tempatnya. Selain itu, berbagai produk gim
yang casual  membuat para pemain merasa nyaman dan ingin bermain gim dalam
waktu yang tak sebentar. Oleh karena itu, Gim online multiplayer handheld menjadi favorit
nomor satu para penikmat gim portable di seluruh dunia.
Kalimat utamanya adalah “Oleh karena itu, Gim online multiplayer handheld menjadi
favorit nomor satu para penikmat gim portable di seluruh dunia.”
Gagasan utamanya adalah “ Gim online multiplayer handheld menjadi favorit nomor satu
para penikmat gim portable di seluruh dunia.”

3. Kalimat Utama Berada di Awal dan di Akhir (Campuran)


Pemakaian masker dan penaatan protokol kesehatan pada era pandemi menjadi
prioritas utama. Penyeberan virus korona yang makin hari makin memprihatinkan
membuat kita harus makin waspada. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk
memakai masker dan menaati protokol kesehatan.

Kalimat utamanya adalah “Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk memakai
masker dan menaati protokol kesehatan.” Gagasan utamanya adalah “Pemakaian
masker dan penataan protokol kesehatan adalah hal yang terpenting.”

Teks Editorial
Teks editorial adalah artikel yang berada pada kolom dalam surat kabar yang berisi
pendapat (opini) atau pandangan suatu media terhadap satu peristiwa berita yang
bersifat aktual atau yang sedang hangat menjadi bahan perbincangan publik (viral).
Pendapat ini dapat berupa dukungan, pujian, kritikan, ataupun cemoohan yang menjadi
sikap dari institusi media massa.
Isu yang diangkat dapat berupa isu sosial, politik, budaya, ataupun ekonomi. Misalnya,
saat ini yang menjadi perbincangan publik salah satunya mengenai kebijakan
pemerintah dalam penanggulangan virus korona. Isu ini dapat diangkat dari berbagai
perspektif: Apakah isi teks editorial akan mendukung, mengkritik ataupun mencomooh,
bergantung pada sikap institusi media massa. Opini yang disampaikan dalam teks
editorial harus berlandaskan data-data yang faktual sehingga menghasilkan pendapat
yang logis untuk menuntun pembaca agar bijak menyikapi suatu persoalan yang
menyangkut kehidupan banyak orang.

Teks editorial memiliki ciri-ciri, antara lain

1. Topik yang diangkat dalam teks editorial berupa isu-isu yang tengah hangat
diperbincangkan, baik isu sosial, politik, budaya, maupun ekonomi. Isu ini dapat
berskala nasional, maupun internasional
2. Opini yang disampaikan penulis dalam teks editorial bersifat sistematis dan logis.
Artinya, penyampaiannya dari hal yang umum menuju khusus secara rapi dan
berurutan.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan bersifat singkat, padat dan jelas. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya ruang yang tersedia pada kolom koran baik versi
luring, maupun daring.
4. Berisi opini yang dilandasi dengan fakta. Menurut pengertiannya, opini dapat
dikatakan sebagai pendapat, pendirian, atau pikiran. Contohnya:
 Penggunaan masker kain dengan berbagai motif dapat membantu
kepercayaan diri individu dalam peranannya mematuhi protokol kesehatan.
Sementara itu,  fakta adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang merupakan kenyataan
atau sesuatu yang benar terjadi. Contohnya:
 Melalui Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesu, WHO resmi
menetapkan virus korona sebagai virus pandemi global.
5. Teks editorial tidak memuat nama penulis karena teks editorial merupakan
pendapat redaksi, bukan dari individu sehingga tidak boleh menggunakan kata
ganti saya.
6. Teks editorial diawali dengan pemaparan umum atas isu yang tengah hangat
diperbincangkan. Pemaparan ini akan dianalisis secara mendalam dengan
persepsi tertentu hingga menghasilkan sebuah kesimpulan. Pemaparan yang
dimaksud dapat berupa pentingnya masalah, pendapat redaksi terhadap masalah,
kritik, saran, serta harapan penulis akan masalah. Selain itu, pada umumnya
penulis juga memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dianalisis secara
mendalam.

Struktur Teks Editorial


Struktur teks editorial terdiri atas bagian-bagian, antara lain.

1. Pernyataan pendapat (tesis)


Pada bagian ini, penulis menyajikan pendapat atas permasalahan dari topik yang
diangkat. Pendapat ini akan diperkuat dengan beberapa teori dan fakta. Selain itu,
bagian ini juga bertujuan agar pembaca dapat berkonsentrasi untuk memahami atas
permasalahan yang sedang dibahas. Di dalamnya, penulis juga memberikan pendapat
yang berusaha agar pembaca dapat mengikuti arah berpikir penulis.

2. Argumentasi
Bagian ini adalah bagain yang paling utama dalam teks editorial karena menyajikan
opini yang berlandaskan data dan fakta untuk memperkuat apa yang dinyatakan pada
bagian pembuka. Pada umumnya, pendapat yang berseberangan dari pendapat penulis
juga disajikan. Hal ini bertujuan agar dapat dibandingkan dan dikritisi sehingga
pembaca akan menaruh keyakinan terhadap pendapat penulis. Selain itu, bagian ini
juga memaparkan pendapat para ahli ataupun hasil penelitian dari berbagai macam
sumber yang bertujuan untuk memperkuat argumen penulis.

3. Penegasan Ulang Pendapat atau Reiterasi


Bagian ini berisi pendapat yang ditegaskan kembali dengan didorong oleh fakta yang
telah disampaikan pada bagian argumentasi. Penegasan ulang pendapat beradap pada
bagian akhir dari teks editorial.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial


Kaidah kebahasaan teks editorial terdiri atas beberapa unsur, antara lain.

1. Adverbia
Adverbia atau kata keterangan digunakan dalam teks editorial dengan tujuan agar
dapat mendapat keyakinan pembaca. Adverbia yang digunakan pada umumnya
berupa adverbial kuantitatif, seperti biasanya, sering, kadang-kadang, jarang, sebagain
besar, dsb. Averbia ini digunakan dengan tujuan mempertegas argumen penulis.
2. Verba Material
Verba material adalah salah satu jenis verba yang menyatakan siapa yang dibicarakan
(subjek) melakukan sesuatu perbuatan, pekerjaan, ataupun aktivitas yang dapat dilihat.
Penggunaan verba jenis ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan
penulis untuk memperkuat argumen adalah perihal fakta.
Contohnya, menulis, menangkap, mengenakan, menyelenggarakan, dsb.
3. Verba Mental
Verba mental adalah salah satu jenis verba yang bermakna tanggapan atau reaksi dari
suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, ataupun keberadaan.
Contohnya, menikmati, khawatir, mengamati, merasakan, dsb.
4. Verba Relasional
Verba ini berfungsi untuk mengubungkan antara subjek dengan pelengkap. Dengan
begitu, struktur kalimatnya adalah: Subjek + verba relasional + Misalnya, “Virus
korona merupakan virus yang mematikan. Kata merupakan menjadi verba penghubungan
antara subjek (virus korona) dan pelengkap (virus yang mematikan). Contoh lainnya,
Menteri Kesehatan memiliki tanggung jawab untuk menekan laju penyebaran virus
korona.
5. Konjungsi
Konjungsi merupakan kelas kata yang berfungsi untuk menghubungkan baik antarkata,
antarfrasa, maupun antarkalimat. Berdasarkan fungsinya, konjungsi terbagi menjadi
tiga: Konjungsi intrakalimat, konjungsi antarkalimat, dan konjungsi korelatif. Konjungsi
intrakalimat, contohnya sedangkan, tetapi, melainkan, dsb. Konjungsi antarkalimat,
contohnya akan tetapi, di samping itu, sementara itu, dsb. Konjungsi korelatif,
contohnya tidak hanya berpasangan dengan tetapi juga, bukan berpasangan
dengan melainkan, mulai dari berpasangan dengan hingga, dsb.
Contoh Teks Editorial Singkat
 Pernyataan Umum/tesis
Dapat diakatan, kesehatan merupakan suatu hal di hidup yang sangat langka. Berbagai
ungkapan tentang kesehatan muncul, seperti “Jangan sakit kalau miskin”, yang berarti
apapun yang berkaitan tentang kesehatan, mulai dari biaya dokter, hingga obat-obatan
tergolng sangat mahal  Hal ini, tentunya, bersifat ironi dengan penyataan bahwa sehat
adalah nomor satu. Terlebih, investor saling bersaing untuk membangun Rumah Sakit
Internasional (RSI). Padahal, secara jelas, dapat dilihat dan dirasakan secara langsung
bahwa RSI sarat akan biaya yang mahal, yang tentunya jauh dapat diakses oleh para
masyarakat berekonomi kelas bawah atau yang dilbeli dengan istilah “KK Miskin”.

 Argumentasi
Tidak dapat dimungkiri, persoalan-persoalan mengenai kesehatan masih menjadi PR
utama di berbagai daerah, terutama di pedesaan. Tingginya tingkat kematian dan
prevalensi penyebaran penyakit menular tataran lingkungan. Hal ini disebabkan oleh
kemiskinan struktural yang terjadi di dalam masyarakat.

Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya, hal ini sudah sampai di telinga pemerintah dan
pemerintah pun sudah sampai pada tahapan eksekusi program. Namun, seringkali
program yang dieksekusi bersifat sporadis. Artinya, program pemerintah hanya aktif
dalam peresmiannya, tetapi tidak berlanjut hingga pada pemantauan (monitoring) dan
evaluasi sehingga tak jarang gagal di tengah perjalanan.
Hal ini terjadi juga pada kondisi puskesmas sebagai pelayanan terpadu kesehatan
masyarakat.  Yang terjadi pada puskesmas bahwa ide program pelayanan terpadu
kesehatan tidak mampu diimplementasikan, padahal visi-misi yang terkandung sudah
sangat mulia, seperti tak jarang puskesmas hanya dijadikan rujukan saja. Hal ini
membuat pemerintah harus mengembalikan fungsi puskesmas kembali seperti semula.

 Penegasan ulang (reiterasi)


Pengembalian fungsi awal puskesmas menjadi kunci dari keberhasilan pemberdayaan
puskesmas. Selain itu, koordinasi dari semua kalangan juga perlu mendapat perhatian
utama. Keberhasilan ini tentunya akan membuat puskesmas menjadi sumber vital
dalam menyehatkan masyarakat yang sesuai dengan ide awal yang cemerlang.
Kalimat Persuasif
Kalimat persuasif adalah kalimat yang digunakan untuk meyakinkan, mengajak,
merayu, ataupun membujuk seseorang agar mau atau berkeinginan untuk melakukan
perbuatan atau aktivitas yang disampaikan oleh penulis. Dalam kalimat persuasif,
terdapat makna perintah yang disampaikan secara tidak langsung (tersirat) atau tidak
bersifat memaksa. Hal inilah yang menjadi perbedaan antara kalimat persuasif dan
kalimat imperatif. Selain itu, kalimat persuasif pada umumnya ditemukan pada
lembaran brosur, poster, pamflet, dsb, yang bersifat untuk mengiklankan.

Ciri-Ciri Kalimat Persuasif


Seperti kalimat-kalimat lainnya, kalimat persuasif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Kalimat persuasif mengandung makna ajakan. Makna ajakan ini ditangkap oleh
pembaca atau mitra tutur sehingga menciptakan niatan atau keinginan untuk
melakukan apa yang disampaikan atau dinyatakan.
2. Kalimat persuasif juga dapat menggunakan tanda seru (!) seperti kalimat
imperatif, tetapi kalimat persuasif bersifat mengajak tanpa adanya paksaan.
3. Pada umumya, kalimat persuasif ditemukan dalam hal yang erat kaitannya
dengan promosi. Sifat dari promosi ini dapat berupa komersil maunpun
nonkomersil.
4. Terdapat kata-kata yang bermakna ‘ajakan’, seperti ayo, yuk, mari, dsb.
5. Kalimat persuasif disampaikan dengan kreatif dan pada umumnya menggunakan
rima untuk dapat menarik perhatian dan dapat dengan mudah untuk diingat,
seperti “Yuk, kita patuhi protokol kesehatan di manapun kita berada agar
kesehatan akan selalu terjaga.”

Fungsi Kalimat Persuasif


Kalimat persuasif memiliki fungsi, antara lain

1. Kalimat persuasif berfungsi dalam iklan atau kampanye. Jika pada iklan, kalimat
persuasif digunakan agar sebanyak-banyaknya pendengar atau pembicara
membeli produk yang dijual. Sementara itu, jika pada kampanye, orang-orang
yang membaca atau mendengar kalimat persuasif diharapkan akan tergerak
hatinya untuk melakukan hal-hal yang dikampanyekan, seperti kampanye “Tetap
di rumah sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran virus korona.“
2. Kalimat persuasif berfungsi untuk membentuk paragraf persuasif yang bertujuan
mirip dengan kalimat persuasif.
Jenis-Jenis Kalimat Persuasif
Kalimat persuasif memiliki beragam jenis, antara lain.

1. Kalimat Persuasif Politik


Kalimat persuasif ini digunakan pada bidang politik atau dalam teks yang bertemakan
politik. Contohnya:

Tidak akan lama lagi, kita akan menggelar Pemilihan Umum Ketua Daerah (Pilkada)
2020. Sebagai generasi milenial, ayo, gunakan hak pilih kita untuk memilih pasangan calon
ketua daerah yang sepenuhnya paham akan permasalahan daerah dan mempunyai solusi
brilian. Jangan sampai kita masuk ke dalam golongan putih (golput) yang selalu apatis
akan keadaan bangsa. Oleh karena itu, teman-teman dan seluruh masyarakat
Indonesia, mari, kita bersama-sama gunakan hak pilih kita untuk Pilkada 2020 nanti!

2. Kalimat Persuasif Pendidikan


Kalimat persuasif ini digunakan oleh para pelaku pendidikan, seperti menteri
pendidikan, kepala sekolah, dosen, rektor, dekan, murid, mahasiswa, dsb, untuk
mencapai tujuan tertentu. Seorang dosen, contohnya, dapat menggunakan kalimat
persuasi ini untuk membuat mahasiswanya berprestasi dan bersama-sama
bersemangat dalam meraih akreditasi program studi, seperti “Ayo, kita buktikan,
universitas ini diisi oleh anak-anak terbaik negeri dengan berusaha keras untuk menulis jurnal
akademis!”

3. Kalimat Persuasif Advertensi


Kalimat persuasif digunakan dalam mempromosikan produk ke khalayak umum
(endorsement). Kalimat persuasif jenis ini harus dipikirkan matang-matang dan bernilai
kreativitas tinggi karena akan berpengaruh pada produk yang diperjualkan. Contohnya,
misalnya nama produknya adalah Potpurri, jadi bentuk kalimatnya dapat menjadi, “Mari
kita sudahi dehidrasi ini dengan meminum  Potpurri di manapun dan kapanpun!“

4. Persuasif Propaganda
Dalam kalimat persuasi propaganda, objek yang dituju adalah penyebaran informasi.
Tentunya, tujuan dari kalimat persuasif jenis ini tidak hanya pada penyebaran informasi
saja. Kalimat persuasi propaganda pada umumnya digunakan pada momen
berkampanye. Biasanya, isi kampanye berwujud ajakan dan informasi.  Ajakan dan
informasi ini akan sampai pada tindakan dari pembaca atau pendengar yang
memperoleh tersebut. Inilah yang menjadi tujuan dari kalimat persuasif propaganda.
Contohnya:

Hendaknya Anda memakan mie tanpa nasi sebab akan mengurangi risiko diabetes dan
obesitas. Hal ini disebabkan kandungan glukosa yang berlebih jika kedua makanan
tersebut dimakan pada saat yang bersamaan.

Huruf Kapital

Huruf kapital merupakan bagian dari kaidah penulisan ejaan yang membuat penulisan
huruf menjadi besar (uppercase). Huruf kapital memiliki aturan penulisan, antara lain.

1. Huruf kapital digunakan pada huruf awal kalimat. Contohnya,

 Vaksin Covid-19 dikabarkan akan diproduksi massal pada pertengahan 2021.


 Linguistik merupakan cabang peminatan program studi sastra Indonesia.

2. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama dari petikan langsung.


 Dia berkata, “Jangan sampai ini terjadi lagi.”
 “Semoga pandemi ini segera berakhir,” kata ibu.
3. Huruf kapital digunakan dalam hal yang erat kaitannya dengan atribut keagamaan,
kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti untuk Tuhan.

 Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk dalam kitab suci, Alkitab, Alquran,


dan W
 Umat agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu percaya
bahwa keputusan Tuhan adalah yang terbaik.

4. Huruf kapital digunakan dalam nama kegamaan, keturunan (biasanya dari kerajaan
atau kraton), dan gelar yang dilanjutkan dengan nama orang, dan tidak dipakai jika tidak
diikuti nama orang. Contohnya,
 Kakekku, yang seorang veteran, sangat mengidolai Pangeran Diponegoro
 Kemarin, sepupuku baru saja ke rumah Pak Haji S
 Pada Jumat kemarin, Nabi Muhammad menjadi trending topic pada sosial media.
 Semua warga desa bergembira karena akhirnya nenek itu naik h

5. Huruf kapital tidak dipakai dalam huruf pertama kata bin atau binti.


 Nadiem Makarim bin Nono Anwar Makariem.
 Najwa Shihab binti Quraish Shihab.

6. Huruf kapital digunakan untuk mengkapitalkan kata hari jika diikuti dengan kata lain,
yang akan menjadikannya nama hari.
 Besok sekolah akan merayakan Hari P
 Setiap tanggal 10 Desember, kita merayakan Hari Hak Asasi Manusia S

Perhatikan, kata pahlawan dan hak asasi manusia apabila tidak didampingi kata hari maka


pembaca tidak akan mengetahui bahwa yang dimaksud adalah nama hari dari suatu
perstiwa.

7. Huruf kapital tidak digunakan untuk mengkapitalkan nama hari jika diikuti kata yang


dalam kamus sudah mengandung makna hari raya. Contohnya,
 Minggu depan Elizabeth akan merayakan hari Natal.
 Xiao Lita akan merayakan hari Imlek di kampung halamannya.

8. Huruf kapital tidak digunakan pada huruf pertama kata de, der, dan van (pada bahasa
Belanda), von  (pada bahasa Jerman), dan da (pada bahasa Portugal).
 Edwin van der Sar adalah kiper legendaris yang sudah pensiun.
 Andovi da Lopez membuat konten terbaru mengenai pendidikan.

9. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama jabatan yang dilanjutkan dengan
nama orang, tempat, ataupun instansi, dan tidak dikapitalkan jika tidak dilanjutkan
dengan nama orang, tempat, ataupun instansi
 Mahasiswa berusaha menemui Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
untuk meminta klarifikasi mengenai covid-19.
 Saya ingin sekali bertemu dengan Presiden Indonesia Joko W
 Sejak kecil, saya bericta-cita unutk menjadi seorang presiden ataupun professor.

10. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama dari sebuah singkatan yang merujuk
pada nama orang dan satuan ukuran, tetapi tidak digunakan jika bukan sebuah
singkatan pada satuan ukuran.
 Lampu yang akan dipasang berenergi 20 VA.
 Dia akan pergi untuk menemui I.P. Putra.
 Lampu bertegangan 15 volt dipasang oleh paman tadi malam.

11. Huruf kapital digunakan pada nama bangsa, bahasa, dan suku,
tetapi tidak digunakan jika dalam bentuk kata turunannya.
 Dia mengenakan pakaian tradisonal khas suku D
 Sebagai generasi penerus bangsa, sudah seharusnya kita berbangga dengan
bahasa I
 Peradaban sudah sangat maju pada era bangsa M
 Gaya berpakaiannya selalu kekorea-k

12. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama bulan, hari, dan tahun.

 Jafar sangat paham sistem penanggalan tahun H


 Pada Jumat pekan depan akan dilaksanakan upacara kemerdekaan.
 Dia akan pergi menumui keluarga pada bulan D

13. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama geografi.

 Dosen filologi itu akan menelusuri jejak tradisi lisan di N


 Sejak sedini mungkin anak-anak harus diberikan pelajar mengenai betapa
pentingnya mencintai Tanah A
 Tahun 2020 menjadi tahun yang sulit untuk Bumi P
 Keluarganya berasal dari Dataran Tinggi D
 Jika diperhatikan, Perbukitan Karts, Kali Ciliwung, dan Selat Lombok menarik
untuk diteliti lebih lanjut.

14. Huruf kapital tidak dipakai pada kata jenis.

 Ayah baru saja membeli kunci i


 Ibu membuat kue dari pisang a

15. Huruf kapital digunakan dalam kata sapaan, seperti Beliau, Saudara, Anda, Bapak,
Ibu, Nyonya, dsb.

 Beliau lahir ketika Indonesia tengah mengalami masa penjajahan.


 Apakah Saudara setuju dengan proyek tersebut?

Kata Kerja
Semua kata yang dapat digunakan sebagai perintah dan menyatakan suatu perbuatan,
tindakan, ataupun aktivitas seseorang disebut sebagai kata kerja. Selain itu, kata
kerja adalah kelas kata yang ada umumnya menempati fungsi predikat, contohnya
“Sudah seharusnya kita menaati protokol kesehatan Covid-19”. Kelas kata ini tidak
dapat didampingi dengan kata depan atau preposisi (di, ke, dari, dalam, terhadap, dsb).
Untuk lebih memahami kata kerja, perhatikan ciri-cirinya berikut ini.
1. Dapat didampingi kata tanpa dan kata tidak
 Semalam, saya tidak tidur.
 Para peserta lomba diperintahkan untuk makan tanpa minum.
2. Dapat diawali dengan kata keterangan frekuensi, seperti sering, jarang, kadang–
kadang, dsb.
3. Dapat diawali dengan kata keterangan yang menunjukkan kala waktu,
seperti akan, sudah, sedang, hendak, dsb.
4. Mengandung makna sebuah proses, seperti meninggal, mengering, terbakar, dsb.
5. Semua kata yang diberi imbuhan me-, ber, ter– (kecuali kata yang bermakna
keadaan, seperti mati), me–kan, me–i, memper–kan, memper–i, di-, di-kan, dan diper-
kan,

Jenis-Jenis Kata Kerja


Kata kerja memiliki berbagai macam jenis, antara lain

1. Kata Kerja Mental


Kata kerja mental adalah kata kerja yang bermakna tanggapan atau reaksi dari suatu
perbuatan, peristiwa, keadaan, ataupun keberadaan. Contohnya

 Ibu khawatir melihat prestasi adik yang menurun.


Kata khawatir adalah respons dari keadaan prestasi adik.
 Tante Rina menikmati kopi buatan ibu.
Kata menikmati adalah respons dari perbuatan ibu membuatkan kopi ke Tante
Rina.

2. Kata Kerja Material


Kata kerja material adalah kata kerja yang menyatakan siapa yang dibicarakan (subjek)
melakukan sesuatu perbuatan, pekerjaan, ataupun aktivitas yang dapat dilihat.
Contohnya

 Menulis: Sastrawan Joko Pinurbo sedang menulis novel terbaru.


 Memegang: Dia memegang patung buatan pemahat terkenal asal NTB.
 Berjalan: Pada malam hari, para peserta berjalan di sekitar makam keramat.

3. Kata Kerja Aktif


Kata kerja aktif adalah kata kerja yang menunjukkan siapa yang dibicarakan (subjek)
melakukan sesuatu. Ciri kata kerja ini adalah terdapat awalan me- dan memper- pada
bentuk kata dasarnya, Contohnya,
1. Dia mengabarkan kepada kami bahwa ibunya sedang sakit.
2. Sahabat saya memperistri teman saya yang baru lulus kuliah.
3. Tindakannya memperlambat proses hukum.

4. Kata Kerja Pasif


Kata kerja pasif adalah kebalikan dari kata kerja aktif, yaitu kata kerja yang siapa yang
dibicarakan (subjek) menjadi pengalam atau yang mengalami. Ciri kata kerja ini adalah
terdapat awalan di- dan diper- pada bentuk kata dasarnya, Contohnya,
1. Maling itu ditangkap oleh polisi.
2. Dia dipermalukan oleh teman-temannya di kantin sekolah.

5. Kata Kerja Imperatif


Kata kerja imperatif adalah kata kerja yang bermakna memerintahkan sesoerang.
Perintah ini dapat juga berupa larangan. Contohnya,
1. Tidurlah, kesehatanmu, Nak.
2. Tunjukkanlah profesionalitas Anda dalam mengerjakan tugas ini!
3. Diam!
4. Ayo!
5. Tolong kerjakan laporan bulanan ini.

6. Kata Kerja Transitif


Kata kerja transitif adalah kata kerja yang harus diikuti oleh kata benda atau nomina
sebagai objek. Contohnya,

 Masyarakat Indonesia wajib mengenakan


 Agar selalu dalam keadaan prima, saya rutin mengonsumsi
Jika kata mengenakan dan mengonsumsi dalam kedua contoh kalimat tersebut tidak diikuti
oleh objek, tentunya akan menjadi kalimat yang janggal sebab pembaca akan bertanya-
tanya: Mengenakan apa? Mengonsumsi apa?

7. Kata Kerja Ekatransitif


Kata kerja ekatransitif adalah kata kerja transitif yang dilanjutkan oleh satu objek.
Contohnya,

 Sejak tadi sore, nenek mencari kakek.


Kata kakek sebagai objek.
 Ibu bersama kakak sudah membeli masker.
Kata masker sebagai objek.

8. Kata Kerja Dwitransitif


Kata kerja dwitransitif adalah kata kerja yang membutuhkan dua nomina: Sebagai objek
dan sebagai pelengkap. Contohnya

 Paman sedang mencarikan saya pekerjan.


Kata saya sebagai objek dan kata pekerjaan sebagai pelengkap.
 Karena lolos SIMAK UI 2020, Ayah membelikan kakak motor.
Kata kakak sebagai objek dan kata motor sebagai pelengkap.

9. Kata Kerja Semitransitif


Kata kerja semitransitif adalah kata kerja yang dapat diikuti oleh objek, dapat juga tidak.
Contohnya

 Para siswa sedang membaca.


 Para siswa sedang membaca majalah elektronik.

10. Kata Kerja Intransitif


Kebalikan dari kata kerja transitif, kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak
membutuhkan kata benda sebagai objek. Contohnya,

 Saya melompat.
 Maulita Pramesti berprestasi.
Kedua kata kerja tersebut bukan diikuti kata benda, melainkan selain kata benda,
seperti keterangan ataupun pelengkap menjadi

 Saya melompat dengan hari-hati.


 Maulita Pramesti berprestasi pada ajang mahasiswa prestasi nasional.
11. Kata Kerja Resiprokal
Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang menyatakan aktivitas yang dilakukan oleh
dua pihak yang bersifat saling berbalasan. Contohnya,

 Adik berkelahi dengan kakak.
 Densus 88 berbaku tembak dengan para teroris.
Kata berkelahi dan berbaku tembak adalah kata kerja bermakna perbuatan yang tentunya
dilakukan berbalasan.

12. Kata Kerja Refleksif


Kata kerja refleksif adalah kata kerja yang objeknya adalah yang melakukan.
Contohnya,

 Dosen sastra Indonesia itu bercukur di pangkas rambut favorit saya.


 Ibu guru bahasa Indonesia saya berdandan sebelum mengajar.
Kata bercukur dan berdandan adalah perbuatan yang subjeknya sendiri yang mengalami.

13. Kata Kerja Kopulatif


Kata kerja kopulatif adalah kata kerja yang berfungsi dalam pendefinisan. Kata kerja ini
bersifat khusus dan hanya ada dua, yaitu adalah dan merupakan.

Hikayat
Hikayat berasal dari bahasa Arab hikayah ‘kisah’, yaitu jenis prosa dalam sastra melayu
lama yang berisikan cerita fiksi berupa kisah kerajaan, sejarah, atau riwayat. Kisah
tersebut menceritakan kehebatan, kepahlawanan, dan kesaktian orang ternama seperti
raja, putra-putri raja, dan orang-orang suci. Hikayat bertujuan untuk menimbulkan jiwa
kepahlawanan, pendidikan, dan hiburan.

Hikayat ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Arab dan dituliskan pada kertas,
lontar, kulit kayu, serta rotan. Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra lama atau
sastra lisan yang tercipta dari ujaran. Ujaran tersebut kemudian disalin ke dalam
sebuah naskah.

Ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut.

 Istana sentris atau berkisah tentang kehidupan di lingkungan istana.


 Anonim atau tidak diketahui identitas penulisnya.
 Statis, tidak ada perubahan yang berarti atau begitu-begitu saja, baik dari segi
bentuk ataupun tema.
 Bersifat khayalan atau fanstasi
 Bersifat tidak logis
 Menggunakan istilah atau kata-kata klise yang saat ini tidak lagi digunakan
dalam komunikasi.
 Menggunakan bahasa Melayu, seperti syahdan (selanjutnya, lalu), arkian
(sesudah itu, kemudian), hatta (lalu, maka), dan duli (kata hormat apabila
bercakap dengan raja).

Unsur-unsur Instrinsik Hikayat


Unsur instrinsik hikayat sama halnya dengan jenis prosa lainnya, yaitu sebagai berikut.
1. Tema
Tema adalah ide cerita atau gagasan yang mendasari suatu karya sastra. Tema yang
banyak dijumpai dalam karya sastra umumnya bersifat didaktis atau pertentangan
antara buruk dan baik. Tema dalam hikayat  umumnya menyangkut masalah
kepercayaan, agama, pandangan hidup, adat istiadat, pencitraan, dan pendidikan
sosial.

2. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai
peristiwa pada cerita (Sudjiman, 1988: 16). Tokoh pada umumnya berwujud manusia,
tetapi dalam hikayat dapat pula berwujud binatang. Misalnya, Hikayat Pelanduk Jenaka
yang menggunakan tokoh binatang untuk melambangkan tokoh manusia.

Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.

 Tokoh sentral terdiri atas tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis
adalah tokoh utama yang memegang peran pimpinan dalam cerita. Cara
menentukan tokoh protagonis dapat dilihat dari intensitas keterlibatan tokoh dalam
peristiwa-peristiwa yang membangun cerita, hubungan antartokoh, dan dari judul
cerita.
 Tokoh tambahan adalah tokoh yang kedudukannya dalam cerita tidak sentral,
tetapi diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Misalnya, di dalam Hikayat Hang
Tuah, yaitu menteri, hulubalang, dan dayang-dayang yang tampil dalam setiap
peristiwa. Namun, mereka tidak lebih dari tokoh lataran atau tokoh yang menjadi
bagian dari latar.
3. Penokohan
Penokohan adalah penyajian watak tokoh atau penciptaan citra tokoh. Watak tokoh
digambarkan pengarang melalui pikiran, cakapan, lakuan tokoh, penampilan fisik, dan
gambaran lingkungan atau tempatnya. Penokohan dalam hikayat terdapat pada
beberapa peristiwa yang menggambarkan pertentangan antara tokoh yang baik dan
tokoh jahat. Umunya, tokoh yang baik akan memperoleh kemenangan dan tokoh jahat
akan kalah.

4. Latar
Latar berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu
karya sastra. Latar tempat yang kerap digunakan pada hikayat selain istana adalah
hutan, laut, pelabuhan, dan pantai.

5. Alur
Alur adalah urutan peristiwa pembentuk cerita. Cerita diawali dengan suatu peristiwa
dan berakhir dengan peristiwa lainnya, tanpa terikat pada urutan waktu. Sebagai salah
satu jenis folklore, alur hikayat tidak memiliki hubungan sebab akibat.

6. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang (Sudjiman, 1988:
57). Amanat dalam karya sastra dapat secara implisit ataupun eksplisit. Implisit adalah
ajaran moral yang disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Eksplisit
adalah seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, atau larangan yang disampaikan
pengarang pada tengah atau akhir cerita. Amanat dalam hikayat umumnya tersurat dan
terdapat pada bagian pertengahan atau akhir cerita.

Contoh Hikayat
Berikut adalah contoh hikayat-hikayat Melayu yang masih populer:

1. Hikayat Para Nabi, biasa disebut Surat Anbiya. Hikayat ini mengisahkan
kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad. Hikayat yang ada adalah Hikayat
Nabi Musa, Hikayat Nabi Sulaiman, Hikayat Yusuf dan Zuleikha, dan Hikayat Isa
Almasih.
2. Kisah Kerabat dan Sahabat Nabi, merupakan kisah hidup dan perjuangan
kerabat serta sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Hikayat tersebut di antaranya
Hikayat Salman al-Farisi, Hikayat Raja Handak, dan Hikayat Hasan dan Husein.
3. Hikayat Para Wali Sufi, seperti Hikayat Rabi‘ah al-Adawiyah, Hikayat Bayazid
Bhistami, Hikayat Syekh Abdul Qadir al-Jilani, dan Hikayat Syekh Saman.
4. Hikayat Para Bangsawan, berisi tentang petualangan, percintaan, dan
perjuangan tokoh yang membela negeri atau martabat keluarga. Hikayat yang
terkenal di antaranya Hikayat Johar Manik, Hikayat Syamsul Anwar, Hikayat
Kamaruz Zaman, Hikayat Siti Hasanah, dan Hikayat Syekh Mardan. Hikayat ini
termasuk ke dalam jenis roman sehingga paling banyak dijumpai dalam sastra
Melayu.
5. Alegori Sufi atau perumpamaan, merupakan gubahan roman popular yang ditulis
secara simbolik tentang kisah agama. Hikayat yang terkenal di antaranya Hikayat
Burung Pingai, Hikayat Inderaputra, dan Hikayat Syekh Mardan.
6. Cerita Berbingkai, merupakan cerita dalam cerita yang disadur dari Arab dan
Persia. Selain Kisah Seribu Satu Malam, cerita berbingkai yang terkenal lainnya
adalah Hikayat Bayan Budiman. Hikayat tersebut ada yang berbentuk fabel,
seperti Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Khalilah dan Dimnah.
7. Kisah Jenaka, yaitu Hikayat Pak Belalang, Hikayat Nasrudin Affandi dan Hikayat
Abu Nuwas.
8. Historiografi atau karya bercorak sejarah. Hikayat yang terkenal di antaranya
Sejarah Melayu, Hikayat Raja-raja Pasai, dan Hikayat Aceh.

Kalimat Simpleks dan Kompleks


Menurut Harimurti (1999: 182), kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri,
mempunyai ciri utama berupa intonasi final, dan secara faktual maupun potensial terdiri
atas satu klausa atau lebih. Kalimat terdiri atas kalimat simpleks, kalimat
kompleks, kalimat majemuk, dan majemuk campuran.
Kalimat simpleks disebut juga kalimat tunggal, yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu
klausa atau satu struktur predikat. Unsur inti (komponen inti) dalam satu kalimat
simpleks hanya berisi satu informasi, yang ditandai dengan adanya fungsi predikat.
Kalimat simpleks adalah kalimat yang terbentuk dari satu klausa lengkap. Klausa
adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, sekurang-kurangnya memiliki
subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi kalimat (Harimurti, 1999: 172).
Kalimat kompleks atau kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang tersusun
atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa utama adalah induk kalimat, yang
diikuti oleh anak kalimat atau klausa subordinatif. Klausa utama dapat menjadi suatu
kalimat utuh, tetapi klausa subordinatif memerlukan klausa utama agar dapat menjadi
kalimat yang padu. Hubungan antara klausa utama dan klausa subordinatif dalam
kalimat kompleks tidak setara.

Ciri-ciri kalimat simpleks


 Kalimat simpleks atau kalimat tunggal terdiri atas satu klausa lengkap. Satu
klausa lengkap memiliki pola S-P, S-P-O, S-P-O-K, S-P-O-K-Pel.
 Struktur kalimat simpleks sederhana dan tidak menggunakan kata penghubung
atau konjungsi.
 Kalimat simpleks memiliki satu kejadian atau peristiwa.
 Kalimat simpleks memiliki 2 pola, yaitu:

Contoh kalimat:
Mereka pindah ke Bogor

Contoh
kalimat:
 Makan roti tidak membuatku kenyang (1)
 Para siswa akan belajar lebih giat lagi di semester baru. (2)
 Saya makan sate. (3)
 Mere ditegur guru dengan keras. (4)
 Turis-turis berjemur di tepi pantai. (5)

Ciri-ciri kalimat kompleks


 Hubungan antara klausa utama dan klausa subordinatif ditandai dengan
penggunaan konjungsi subordinatif, yaitu sejak, ketika, sambil, selama, setelah,
sebelum, selesai, asalkan, apabila, jika, seandainya, agar, supaya, walaupun,
meskipun, sekalipun, sehingga, sampai, maka, dengan, tanpa, bahwa, yang.
 Pada satu kalimat terdapat dua peristiwa atau kejadian.
 Menggunakan tanda koma antara klausa utama dan klausa subordinatif.
 Dalam satu kalimat terdapat dua subjek dan predikat.
 Kalimat kompleks terdiri atas dua jenis, yaitu:
 Kalimat kompleks paratatik, adalah kalimat yang kedua klausanya
memiliki makna yang setara. Kalimat ini dihubungkan menggunakan
konjungsi setara, yaitu dan, serta, atau, melainkan, padahal, sedangkan,
tetapi. Contohnya pada kalimat berikut:
“Rani merapikan rumah dan mencuci semua piring kotor.”
“Kakak mengajak adik untuk berangkat sekolah bersama, tetapi adik ingin
berangkat sendiri.”

 Kalimat kompleks hipotatik, adalah kalimat yaitu kedua klausanya memiliki
makna yang tidak setara atau tidak sejajar. Konjungsi yang menghubungkan
kalimat ini di antaranya agar, walaupun, meskipun, sehingga, maka, tanpa,
bahwa, jika, namun, ketika, apabila. Contohnya pada kalimat berikut:
“Mona rajin mengerjakan tugas sekolah agar mendapatkan nilai bagus.”
“Roni sangat menyukai kucing walaupun pernah dicakar”

Perbedaan Kalimat Simpleks dan Kompleks


Perhatikan tabel berikut untuk membantu kamu memahami perbedaan kalimat simpleks
dan kompleks.

Kalimat Simpleks Kalimat Kompleks


Memiliki satu subjek dan predikat Memiliki dua subjek dan predikat.
Tidak menggunakan konjungsi dan tanda Menggunakan konjungsi dan tanda koma
koma sebagai penghubung kedua klausa.
Bentuk kalimat sederhana Bentuk kalimat terdiri atas dua klausa, yaitu
 
klausa utama dan klausa subordinatif.
Dalam satu kalimat memiliki satu kejadian Dalam satu kalimat terdapat dua peristiwa
atau peristiwa atau kejadian.

Contoh Kalimat Simpleks dan Kompleks


Contoh Kalimat Simpleks
Berikut contoh-contoh kalimat simpleks:

 Dewi belajar menari.


 Joni terjatuh dari sepeda.
 Burung bertengger di jendela kamar adik.
 Penari menampilkan tariannya di depan para penonton dengan indah.
 Ibu lupa mematikan kompor.
 Sari dan Lala pergi ke kebun binatang.
 Buku tulis Nina tertinggal di kolong meja.
 Pak guru meminta Dika untuk menjawab pertanyaan.
 Ayah pulang dari luar kota membawa oleh-oleh.
 Teman Nisa tidak mau berbagi makanan.

Contoh Kalimat Kompleks


Berikut contoh-contoh kalimat kompleks:

 Aku membeli baju baru, tetapi ukurannya terlalu kecil saat dicoba.
 Lisa rajin merawat bunga-bunganya, sehingga bunganya tumbuh subur.
 Ayah mulai menyalakan lampu ketika hari mulai gelap.
 Ibu memasak ayam goreng dan merebus daging di dapur.
 Lala mendengar kabar bahwa adiknya sudah sembuh.
 Adik ingin membeli mainan baru jika tabungannya sudah banyak.
 Sari bangun tidur setelah dibangunkan oleh ibunya.
 Sejak pindah ke kota, Dina memiliki banyak teman bermain.
 Pasien itu diizinkan pulang, asalkan kondisinya sudah membaik.
 Jeni memakan buah apel tanpa mencucinya terlebih dahulu.

Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara suatu cerita dikisahkan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tidakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam suatu karya kepada pembaca
(Abrams, 1981: 142). Sudut pandang dalam fiksi mempersoalkan siapa yang
menceritakan atau dari posisi mana atau siapa peristiwa dan tindakan tersebut dilihat.
Menurut Lubbock (1965: 251 -257) sudut pandang merupakan hubungan antara tempat
pencerita berdiri dan ceritanya; dia ada di dalam atau di luar cerita. Hubungan tersebut
ada dua macam, yaitu hubungan pencerita diaan dengan ceritanya dan hubungan
pencerita akuan dengan ceritanya.
Sudut pandang juga merupakan cara pengarang menempatkan dirinya dan hadir
sebagai pelaku atau tokoh dalam cerita. Posisi pengarang dapat sebagai seseorang
yang berperan penting atas jalannya seluruh rangkaian cerita atau hanya sebagai
pengamat yang menceritakan seluruh kejadian atau tindakan dari setiap tokoh dalam
cerita. Pengarang yang bertindak sebagai tokoh utama atau pusat dari setiap kejadian
dalam cerita, berkisah dalam cerita menggunakan kata ganti orang pertama (aku),
sedangkan pengarang sebagai pengamat berkisah menggunakan kata ganti oran ketiga
(dia).

Sudut pandang pengarang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap


cerita dan dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Sudut pandang
pengarang merupakan visi atau tujuan pengarang yang dijelmakan ke dalam
pandangan tokoh-tokoh yang diceritakan. Pemilihan sudut pandang oleh pengarang
berdasarkan faktor-faktor tertentu, seperti suasana cerita, kategori, atau jenis ceritanya,
serta maksud tujuan cerita.

Macam-macam Sudut Pandang


Menurut Friedman (dalam Stevick, 1967:118) mengemukakan sejumlah pertanyaan
yang dapat digunakan untuk membedakan macam-macam sudut pandang.

1. Siapa yang berbicara kepada pembaca?


2. Dari posisi mana cerita tersebut dikisahkan?
3. Saluran informasi apakah yang digunakan narator untuk menyampaikan
ceritanya? Misalnya, melalui kata-kata, pikiran, dan persepsi pengarang, atau
kata-kata, pikiran, dan persepsi tokoh.
4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya?
Pada umumnya, sudut pandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu persona pertama
“aku” dan persona ketiga “dia”

Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”


Posisi pengarang pada cerita dengan sudut pandang persona ketiga “dia” berada di luar
cerita. Tokoh dalam cerita ditampilkan menggunakan nama atau dengan kata ganti
“dia”, khususnya untuk tokoh utama. Kata ganti seperti “dia” atau “ia” digunakan
sebagai variasi dari nama tokoh. Penyebutan nama atau ganti yang berulang dapat
membantu pembaca mengetahui tokoh yang sedang diceritakan. Misalnya, tokoh
Srintil, Kartareja, Sakarya, dan Sakum dalam cerita Ronggeng Dukuh Paruk.

Sudut pandang ini dibagi lagi menjadi “dia” maha tahu dan “dia” sebagai pengamat atau
terbatas.

1. “Dia” maha tahu


Pengarang mengisahkan cerita menggunakan sudut pandang “dia”. Pengarang bebas
menceritakan berbagai hal yang berkaitan dengan tokoh “dia”. Hal ini karena pengarang
mengetahui berbagai hal mengenai tokoh, tindakan, peristiwa, serta motivasi yang
melatarbelakangi setiap tindakan tokoh. Pengarang juga tidak terbatas hanya pada satu
tokoh, tetapi dapat berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya, sehingga tidak hanya
terdapat satu tokoh “dia”. Pengarang dapat berkomentar dan memberikan penilaian
subjektifnya terhadap apa yang dikisahkan.

Contoh: Tokoh Gurutta, Kapten Phillips, Daeng Andipati, dan lainnya dalam novel Rindu
karya Tere Liye.

“Gurutta menghela napas. Sepertinya ia tidak bisa membuat si tukang cukur ini berubah
pikiran”

“Daeng Andipati tidak balik ke kantin. Selain karena ia sempat sarapan, perutnya sudah
terisi, selera makannya pun terlanjur habis menatap wajah masam Sergeant Belanda
itu. Daeng Andipati kembali ke kabin. Istri dan anak-anak pasti sudah selesai sarapan,
menunggu di sana dengan cemas.”
2. “Dia” terbatas atau sebagai pengamat
Narator menceritakan apa yang didengar, dilihat, dipikir, dirasakan, dan dialami oleh
tokoh cerita. Akan tetapi, terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau dalam jumlah
yang sangat terbatas. Hanya tokoh utama atau beberapa tokoh yang diberi kesempatan
untuk menunjukkan sosok dirinya.

Berbagai peristiwa dan pandangan diceritakan melalui “pandangan” atau kesadaran


seorang tokoh. Narator tetap berada di luar cerita, tetapi dia sekadar memaparkan apa
yang dapat dilihat dan didengar tentang lakuan dan dialog tokoh-tokoh dalam cerita.
Contoh: Tokoh Una dalam novel Stormitory karya Rina Kartomisastro.

“Sungguh, Una ingin meralat. Tetapi ia tidak tega membuat wanita di sampingnya malu
mengetahui dugaannya salah. Lagi pula, ini bukan pertama kali Una disangka anak
sekolah.”

Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”


Narator atau si “aku” merupakan seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Narator
mengisahkan tindakan, peristiwa, dan sikapnya terhadap tokoh lain. Narator
mengisahkan setiap kejadian yang dilihat, diketahui, dialami, didengar, dan
dirasakannya kepada pembaca. Narator secara langsung dan dengan bebas dapat
menyatakan sikap, pikiran, dan perasaannya sendiri kepada pembaca, tetapi ia hanya
dapat memberikan pandangan dari pihaknya sendiri terhadap tokoh-tokoh lain. Narator
hanya bersifat mahatau bagi diri sendiri dan tidak terhadap orang-orang (tokoh) lain
yang terlibat dalam cerita. Oleh sebab itu, pembaca hanya dapat melihat dan
merasakan melalui apa yang diceritakan oleh si “Aku”

1. “Aku” tokoh utama


Tokoh “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, dan pusat cerita. Pengarang bertindak
sebagai tokoh “aku” yang mengisahkan setiap kejadian dan tindakannya. Namun,
pengarang tidak dapat menceritakan peristiwa atau tindakan dari tokoh lain jika tidak
berkaitan dengan tokoh “aku”. Contoh: Tokoh Agam dalam novel Pulang karya Tere
Liye.

“Aku menatap Salonga sejenak. Kami sedang berlindung di balik salah satu kontainer
yang berisi kol dan sayur-mayur.”

2. “Aku” tokoh tambahan


Si “aku” hanya tampil sebagai saksi, atau pengantar dan penutup cerita. Tokoh “aku”
tidak mempengaruhi jalannya cerita, ia hanya menyampaikan pendapatnya mengenai
suatu kejadian yang kemudian akan diceritakan langsung melalui tokoh utama. Contoh:
Tokoh Saman dalam novel Maya karya Ayu Utami.

“Aku seperti baru menyadari satu perjalanan. Dan aku pulang membawa peta. Dari
dunia yang berlapis-lapis; bagaikan batu kristal yang kamu kirimkan. Sebutir batu yang
memperlihatkan semesta.”

Contoh Sudut Pandang


Berikut contoh penggunaan sudut pandang pada novel karya NH Dini yang berjudul
Meiling. Novel ini mengisahkan perjalan hidup seorang tokoh yang bernama Meiling.
Fokus pengisahan yang digunakan pengarang adalah mengenai penderitaan atau
perjalanan hidup Meiling.
Diceritakan bahwa mulanya Meiling tinggal bersama keluarganya, namun sebulan
kemudian terjadi revolusi sehingga mereka terpisahkan. Meiling pun ia menjadi tahanan
orang-orang yang menggunakan pakaian seperti tentara. Setelah dapat melarikan diri
dan bertemu kelompok pelarian di Hongkong, Meiling pergi ke tempat bibinya di Paris.
Meiling akhirnya dapat merasakan sebuah kebahagiaan dan kasih sayang dari bibinya.
Akan tetapi, tak lama bibinya meninggal karena sebuah ledakan bom. Pada akhirnya
Meiling memilih untuk menjadi karyawan biasa dibandingkan menjadi pengurus
restauran sesuai dengan keinginan bibinya.

Cara pengarang menyampaikan cerita tersebut menggunakan sudut pandang “Dia”an


(orang ketiga) sebagai pusat tokoh. Pengarang berfungsi sebagai pengamat yang serba
tahu. Pengarang sebagai orang ketiga yang tidak masuk ke dalam cerita tersebut dan
menjelaskan semua peristiwa dari awal hingga akhir.

“Dari stasiun tersebut, dia berjalan di udara terbuka guna mencapai flat dan restoran
bibinya”.

Pengarang juga menggunakan nama tokoh utama secara langsung yaitu “Meiling”

“Meiling disuruh membaca, kalau-kalau ada yang dia kenali, supaya bisa diberitahu
mengenai kehadirannya di pengungsian tersebut”.

Teks Laporan Hasil Observasi


Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
mengklasifikasikan informasi. Laporan tersebut menginformasikan sesuatu yang hidup
seperti tumbuhan dan hewan atau suatu kejadian benda mati seperti kendaraan atau
laut (Kemendikbud, 2013: 2). Menurut Knapp (2005: 98-124), dalam teks laporan hasil
observasi seringkali terdapat klasifikasi dengan menggolongkan atau membuat
kategori. Klasifikasi dapat berupa klasifikasi teknis atau umum, tergantuk objek yang
dideskripsikan.
Teks laporan hasil observasi memuat informasi mengenai suatu hal secara apa adanya,
dengan dikelompokkan dan dianalisis secara sistematis. Teks laporan hasil observasi
dapat menjelaskan suatu hal secara rinci dan dari sudut pandang keilmuan. Laporan
hasil observasi tersebut dapat berupa hasil riset mendalam tentang tumbuhan, hewan,
benda, konsep, atau ekosistem tertentu.

Ciri-ciri teks laporan hasil observasi yang membedakan dengan jenis teks lainnya
adalah sebagai berikut.

1. Berisi pembahasan berupa ilmu tentang suatu objek/konsep.


2. Membahas objek yang bersifat umum, termasuk kategori atau kelompok
tersebut.
3. Bertujuan menjelaskan dari sudut pandang ilmu.
4. Membahas objek secara sistematis, yang merinci setiap bagian dengan objektif.
5. Merinci objek atau dari sudut ilmu (definisi, klasifikasi, jabaran ciri objek).

Menurut Rojas (2010: 13) teks laporan hasil observasi terkadang juga dilengkapi oleh
hal-hal berikut.

 Diagram, foto, ilustrasi, dan peta untuk emlengkai teks


 Beberapa istilah ilmiah dan teknis,
 Menggunakan kata penghubung, seperti adalah, emmeiliki, merupakan,
termasuk ke dalam, memiliki hubungan, dll.
 Bahasa deskriptif yang digunakan bersifat factual, seperti warna, bentuk, ukuran,
bagian tubuh, habitat, kebiasaan, fungsi, dan kegunaan.
 Kata benda dan frasa benda yang digunakan lebih banyak daripada kata ganti
personal.

Struktur Teks Laporan Observasi


Struktur teks laporan hasil observasi di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pernyataan umum (klasifikasi dan definisi)


Pernyataan umum berisi informasi umum, seperti nama, kelas, waktu obeservasi,
tempat observasi, dan tambahan lain tentang hal yang dilaporkan.
2. Deskripsi bagian
Berisi perincian dan inti dari hasil observasi yang dilakukan. Dapat berupa
klasifikasi yang bersifat teknis dan deksripsi yang lebih spesifik dari objek,
misalnya kualitas, bagian, fungsi, kebiasaan, dan kegunaan.
3. Simpulan
Berisi ringkasan umum dari hal yang dilaporkan.

Kaidah Kebahasaan Teks Laporan Observasi


Kaidah kebahasaan teks laporan hasil observasi terdiri atas hal-hal berikut.

 Menggunakan kata benda atau peristiwa umum sebagai objek utama


pemaparannya.
Contoh: Lumba-lumba hidung botol
 Menggunakan kata kerja definisi, seperti adalah, merupakan, yaitu.
Contoh: Lumba-lumba hidung botol merupakan mamalia laut yang dapat hidup 40
– 50 tahun.
 Menggunakan kata pengelompokkan, seperti dipilih, dikelompokkan, terbagi,
terdiri atas.
Contoh: Sampah terbagi menjadi sampah organic dan anorganik.
 Menggunakan istilah pada bidang ilmu tertentu.
Contoh: Tursiops truncates, blowhole, blubber

Menyusun Teks Laporan Observasi


Sebelum menulis teks laporan hasil observasi, kita perlu melakukan kegiatan observasi
lapangan atau membaca referensi terlebih dahulu. Berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan, mulailah menyusun kerangka laporan dengan memperhatikan
bagian/struktur teksnya, yaitu pernyataan umum, deksripsi bagian, deksripsi manfaat,
dan kesan/simpulan.

Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan saat menyusun teks laporan hasil
observasi:

1. Menentukan topik masalah yang akan diamati atau diteliti.


2. Merencanakan cara menyelesaikan masalah.
3. Melakukan pengamatan sesuai dengan masalah yang ditentukan. Hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan observasi adalah sebagai berikut:

 mencatat data yang diperlukan sesuai dengan tujuan laporan,
 melakukan survei tempat atau mencari referensi,
 menemui narasumber bila ada untuk emmeprkuat data,
 mencatat hasil observasi.
4. Meneliti ulang hasil pengamatan.
5. Membuat kerangka hasil pengamatan, berdasarkan struktur teks laporan hasil
observasi , yaitu pernyataan umum/definisi umum/klasifikasi umum, deksripsi
bagian, dan kesimpulan.
6. Menyusun laporan hasil observasi atau mengembangkan kerangka laporan
menjadi laporan yang baik sesuai dengan kaidah kebahasaan teks laporan,
Perhatikan pula penggunaan ejaan dan tanda baca, serta kata baku.
7. Membenahi atau menyunting teks laporan hasil observasi. Hal ini bertujuan
untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin ada dalam tulisan, baik
yang berkaitan denga nisi, struktur, ataupun penggunaan kaidah bahasanya.

Contoh Teks Laporan Observasi


Apotek hidup adalah tanaman obat-obatan untuk kebutuhan sehari-hari yang ditanam di
lingkungan sekitar. Tumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai obat tradisional atau obat
herbal. Obat tradisional lebih aman karena bersifat alami dan mudah didapat. Oleh
sebab itu, sebagian masyarakat lebih suka mengonsumsi obat-obatan tradisional.

Salah satu tempat yang menanam apotek hidup, yakni di daerah Gede Bage, Bandung.
Tempat itu bernama Apotek Hidup Berkah milik H. Muhammad Husni. Apotek hidup ini
pertama kali dibuat pada 18 Maret 2008 di pekarangan samping rumah Haji Husni.
Pekarangan tersebut berukuran 8 x 10 meter, dengan kondisi yang bersih dan asri.

Tanaman obat yang ditanam di pekarangan tersebut, di antaranya sirih, lengkuas, jahe,
jinten, kunyit, temulawak, daun salam, bawang merah, mengkudu, dan jeruk nipis.
Semua jenis tanaman tersebut diolah dan dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional
yang berbentuk daun kering, bubuk, dan juga kapsul. Hasil olahan tersebut dijual
langsung ke masyarakat, di toko-toko obat, ataupun di apotek dengan harga yang
terjangkau.

Jahe merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan gingerol, yaitu zat
antiradang dan antioksidan tinggi. Jahe dapat digunakan untuk meredakan mual,
mengurangi nyeri otot, menurunkan kadar gula dalam darah dan menurunkan risiko
penyakit jantung. Selain jahe, kunyit juga memiliki antioksidan kuat yang dapat
menetralisir radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya kanker. Temulawak
juga merupakan tanaman obat yang memiliki antiperadangan, sehingga dapat
membantu tubuh mengobati radang usus, radang sendi, dan pankreatis. Tak hanya
kunyit dan jahe, temulawak juga dapat mencegah kanker dan penyakit jantung.

Banyak manfaat yang didapatkan dari menanam apotek hidup, selain sebagai obat-
obatan pribadi juga dapat menjadi sebuah usaha seperti yang dilakukan Haji Husni.
Apotek hidup memudahkan kita untuk mendapatkan obat-obatan alami dengan kualitas
bagus dan harga murah yang bersumber dari tanaman. Akan tetapi, diperlukan
ketelatenan dan pengetahuan yang cukup untuk menanam dan merawat apotek hidup
sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik.

Puisi
Puisi merupakan ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya, seperti irama, mantra,
rima, baris, dan bait. Puisi juga dapat dikatakan sebagai ungkapan emosi, imajinasi,
ide, pemikiran, irama, nada, susunan kata, kata-kata kiasan, kesan pancaindra, dan
perasaan. Puisi adalah ungkapan yang memperhitungkan aspek-aspek bunyi di
dalamnya, serta berupa pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair dari
kehidupan individu dan sosialnya. Puisi diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga
dapat membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau pendengarnya.
Auden (1978: 3) mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan
yang bercampur-baur. Puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata
penuh makna. Menurut Herman J. Waluyo (1987) puisi merupakan bentuk karya sastra
yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun
dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.

Puisi terdiri atas puisi lama dan puisi modern. Puisi lama umumnya anonim atau tidak
diketahui penyairnya. Puisi lama memiliki ciri terikat pada beberapa kiteria, seperti
jumlah baris tiap bait, jumlah kata tiap baris, rima atau persamaan bunyi, dan irama.
Puisi lama dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain pantun, syair, talibun,
mantera, dan gurindam.

1. Mantera merupakan jenis puisi paling lama yang diciptakan dalam kepercayaan
animisme untuk dibacakan dalam acara atau ritual kebudayaan. Mantera memiliki
ciri yaitu menggunakan pemilihan kata dengan bunyi yang diusahakan berulang,
menggunakan kata-kata yang tidak umum dalam kehidupan sehari-hari, dan
menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis.
2. Pantun memiliki ciri bersajak a b a b, dengan tiap baris terdiri atas empat baris,
dua baris sampiran dan dua baris isi.
3. Talibun terdiri atas sampiran dan isi yang lebih dari empat, serta selalu genap,
seperti enam, delapan, sepuluh, dan dua belas.
4. Syair merupakan puisi yang berlarik empat bait dan bersajak a a a a yang
mengisahkan suatu hal.
5. Gurindam terdiri atas dua baris, berirama sama a a. Baris pertama merupakan
sebab dan baris kedua merupakan akibat.

Puisi modern adalah bentuk puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris, rima
atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama. Puisi modern atau puisi
bebas muncul pada angkatan 45, yang dipelopri oleh Chairil Anwar. Puisi modern tidak
mengutamakan bentuk atau banyak baris dalam satu bait dan irama atau persajakan,
tetapi lebih mengutamakan pada isi puisi itu sendiri. Puisi modern memiliki ciri sebagai
berikut.

 Mempunyai unsur humanisme universal atau sudah terbuka untuk menerima


pengaruh dari segala penjuru dunia.
 Realis dan terimbas unsur naturalis
 Menyampaikan maksud dengan penghematan kata serta menghadirkan
perbandingan-perbandingan membayang dan berkesan.
 Menggunakan perbandingan visual secara jelas sampai pada bagian-bagian di
balik kenyataan.
 Menunjukan sinisme dan sarkasme terhadap kepincangan dalam masyarakat
akibat pergolakan.
 Menggunakan kata dalam percakapan sehari-hari
 Tidak mengutamakan tipografi bahkan tidak lagi memperhatikan bunyi (rima)
dalam baris dan baitnya.
 Unsur utama yang harus selalu diperhatikan dalam pembacaan puisi modern
adalah lafal, intonasi, dan ekspresi.

Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan,
puisi dibedakan menjadi puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.

 Puisi naratif adalah puisi yang digunakan untuk menyampaikan suatu cerita.
Puisi ini dibedakan menjadi epik, romansa, dan balada.
 Epic atau epos adalah puisi naratif yang menceritakan kepahlawanan
tokoh. Contohnya puisi “Ramayana” yang menggambarkan kepahlawanan
Rama Wijaya dalam melawan Rahwana.
 Romansa menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan
tokoh kesatria yang penuh rintangan. Contohnya puisi yang mengisahkan
kisah cinta antara Damarwulan dengan Anjasmara dalam puisi
“Asmaradana”.
 Balada adalah ragam puisi yang menceritakan kehidupan manusia
dengan berbagai macam sifatnya, seperti pengasih, cemburu, dengki, takut,
sedih, ataupun riang. Contohnya puisi karya WS Rendra yang berjudul ”
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”.

 Puisi lirik adalah puisi yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan pribadi
penyair. Puisi ini dibedakan menjadi elegi, serenada, dan ode.
 Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka penyair atau
aku lirik. Contohnya puisi karya Goenawan Mohamad (1974:9)
Hari Terakhir Seorang Penyair, Suatu Siang

Di siang suram bertiup angin. Kuhitung pohon satu-satu


Tak ada bumi yang jadi lain: daun pun kuruh, lebih bisu
Ada matahari lewat mengedap, jam memberat dan hari menunggu
Sehala akan lenyap, segala akan lenyap, Tuhanku
Kemudian Engkau pun tiba, menjemput sajak yang tak tersua
Siang akan jadi dingin, Tuhan, dan angin telah sedia
Biarkan aku hibuk dan cinta berangkat dalam rahasia.


 Serenade merupakan puisi lirik yang bersuasana senang.
 Ode merupakan puisi lirik yang berisi pujian terhadap seseorang, pada
umumnya pahlawan. Contohnya puisi “Teratai” yang ditulis untuk Ki Hajar
Dewantara oleh Sanusi Pane.

 Puisi deskriptif adalah puisi yang mengemukakan tanggapan atau kesan penyair
terhadap suatu hal atau keadaan. Tanggapan atau kesan tersebut dapat berupa
kritik ataupun sindiran, sehingga disebut juga sebagai puisi ironi dan satire (kritik)
Berdasarkan penggunaan kata (diksi) dan macam bahasanya, ada yang disebut puisi
mbeling dan puisi multilingualisme. Mbeling dalam kosa kata bahasa Jawa bermakna
nakal, sukar diatur, dan suka memberontak. Dasar lahirnya puisi ini merurut salah satu
tokohnya, yaitu Remy Silado, adalah pernyataan akan apa adanya. Kemudian, puisi
multilingualisme menggunakan berbagai macam bahasa sebagai sarana ekspresinya.

Berdasarkan wujud visualnya, ada yang disebut puisi tipografi dan puisi konkret. Puisi
tipografi tampak pada puisi “Tragedi Winka & Shihka” karya Sutardji Calzoum Bachri
yang berbentuk zigzag. Kemudian, puisi konkret tidak menggunakan kata-kata hanya
berupa gambar, seperti gambar kotak sembilan karya Danarto.

Struktur Puisi
Struktur karya sastra puisi mencakup struktur fisik dan struktur batin.

1. Struktur Fisik
Struktur fisik puisi adalah media untuk mengungkapkan makna yang hendak
disampaikan penyair. Struktur fisik meliputi hal-hal berikut.

 Diksi, adalah pilihan kata yang digunakan agar memiliki kesan indah dan dapat
menyampaikan maksud penyair.
 Pencitraan, adalah susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau
imajinasi. Hal ini membuat pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau
melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
 Majas, adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan cara membandingkan dengan benda atau hal lain. Majas atau bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik atau memiliki banyak makna.
 Rima, adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Persamaan bunyi
memberikan kesan merdu, indah, dan mendorong suasana yang dikehendaki oleh
penyair. Rima tersebut dapat berupa pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata
yang berurutan (aliterasi), persamaan bunyi vokal dalam deretan kata (asonansi),
dan persamaan bunyi yang terdapat di setiap akhir baris.
 Ritma, berkaitan dengan rima, bunyi, kata, frasa, dan kalimat pada puisi. Dalam
ritma mucul bunyi tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalir
secara teratur dan berulang sehingga membentuk keindahan.
 Tipografi puisi berbentuk bait-bait yang bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi
kanan baris.

2. Struktur Batin
Ada empat unsur batin puisi, yaitu tema, perasaan, nada atau sikap, dan amanat.

 Tema
Sebuah puisi tentunya memiliki tema yang melingkupi keseluruhan puisi. Menurut
Herman J. Waluyo (1987: 106) tema merupakan pokok atau subject-matter yang
dikemukakan oleh penyair. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tema merupakan
sebuah atmosfer dari sebuah puisi. Oleh sebab itu, untuk menafsirkan tema dalam
sebuah puisi haruslah ditafsirkan secara utuh.
 Perasaan
Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan dihayati pembaca.
Hal ini karena tema yang sama dapat dituturkan penyair secara berbeda dan hasil puisi
yang diciptakan pun berbeda.

 Nada dan suasana


Nada dalam puisi disesuaikan dengan isi yang hendak disampaikan, baik itu berupa
nasihat, kritik, sindiran, ungkapan perasaan, atau hanya berupa cerita. Sering kali puisi
bernada santai seperti dalam puisi-puisi mbeling. Kemudian, suasana adalah keadaan
jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau psikologis yang ditimbulkan
terhadap pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan karena nada puisi
menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Misalnya, nada duka dapat menimbulkan
suasana iba bagi pembaca.

 Amanat (pesan)
Kita dapat menelaah amanat dalam suatu puisi jika telah memahami tema, rasa, dan
nada pada puisi tersebut. Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap
pembaca atau pendengar puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan
berada di balik tema yang digunakan.

Cara Membuat puisi


Menulis merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menulis puisi adalah sebagai berikut.

1. Menentukan jenis puisi yang hendak dibuat.


2. Menentukan tema dan pesan yang hendak disampaikan.
3. Mengembangkan tema menjadi kalimat berdasarkan hasil imajinasi.
4. Menuangkan ide dalam uraian kata-kata yang sesuai kaidah puisi.
Contoh Puisi
Berikut merupakan salah satu contoh puisi modern karya Kurnia Efendi. Puisi ini
termasuk ke dalam kategori puisi modern karena tidak terikat pada aturan jumlah baris,
rima atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama.

Nyanyian Ibu

Nyanyian ibu dimulai sejak membayangkan kita


akan lahir. Telah direncanakan jauh-jauh hari
sebuah tempat lahir yang baik, popok yang bersih
bantal yang nyaman, selimut yang hangat, dan
dan doa yang khusyuk untuk kita

Nyanyian ibu terdengar lebih syahdu ketika


kita tiba di dunia. Mengantar tidur, mengembara
ke negeri impian yang lembut
Nyanyian ibu menyusup ke paru-paru
sebagai nafas yang panjang tak terkira
Masuk ke jantung, menggerakan darah
ke seluruh tubuh

Nyanyian ibu memanggil kita dari tempat bermain


yang jauh. Terdengar di meja makan menjelang
sekolah. Dan berupa bisik-bisik ketika ayah marah
Nyanyian ibu dilemparkan jauh-jauh ketika kita
telah punya nyanyian lain di luar rumah, di plaza
mewah, di gelap diskotik, di dunia baru yang asing

Suatu saat nyanyian ibu kita harap-harap kembali


Tanpa perasaan malu. Ketika sebagian besar hati
telah menjadi Malin Kundang

Makna keseluruhan puisi tersebut mengambarkan bagaimana kasih sayang seorang


ibu dari anaknya masih di dalam kandungan hingga menjadi dewasa. Dijelaskan bahwa
saat kecil anak tersebut diasuh dengan penuh kasih sayang, dicukupi segala
kebutuhannya, dan selalu ada di saat anaknya butuh. Namun seiring berjalannya
waktu, anaknya pun tumbuh dewasa. Anaknya mulai mengenal dunia luar yang asing,
menemukan kebahagian dan dunianya, sehinga ia mulai melupakan kasih sayang
ibunya. Akan tetapi, suatu saat ia akan kembali membutuhkan kasih sayang ibunya,
sebab tak ada yang dapat menggantikan kasih sayang seorang ibu.

Teks Anekdot
Anekdot adalah cerita lucu, menjengkelkan, atau konyol yang berdasarkan kejadian
sebenarnya. Anekdot merupakan cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Namun, teks anekdot
dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang
terjadi di masyarakat atau bisa juga terinspirasi dari kejadian nyata yang kemudian
dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.

Anekdot dibuat sebagai salah satu bentuk penyadaran sosial, yang menyampaikan
realitas sosial dengan cara yang unik, seperti humor. Anekdot merupakan salah satu
cara untuk menunjukkan kepeduliannya pada persoalan di sekitar dan mengingatkan
orang lain akan kebenaran yang harus dilakukannya. Anekdot dapat menyadarkan
kekeliruan orang lain, tanpa harus merasa tersinggung.

Menurut Keraf (1991: 142) anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan
menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau atau
suatu hal lain. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa anekdot adalah teks yang lucu,
berkarakter, dan mengandung kritikan yang membangun.

Anekdot digunakan sebagai kritik, tetapi tidak secara langsung ataupun kasar. Saat
masyarakat hanya menggunakan media massa cetak, teks anekdot menjadi salah satu
bagian rubrik hiburan pembaca. Teks anekdot ini berisikan kritik sosial mengenai
kehidupan sehari-hari. Kini, teks anekdot tidak hanya ada di media massa cetak tetapi
juga media sosial. Umumnya, teks anekdot ini berbentuk meme atau cuplikan dialog
lucu dalam sebuah postingan.

Teks anekdot memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan karya sastra lainnya.
Berikut merupakan ciri-ciri teks anekdot.

1. Terilhami dari kejadian nyata yang diubah menjadi kelakar dalam bentuk cerita
atau dialog.
2. Awalnya hanya melibatkan tokoh-tokoh terkenal, tetapi seiring waktu
penyajiannya mengalami perubahan ke arah fiktif dan menampilkan tokoh-tokoh
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
3. Bersifat menghibur, tetapi tujuan utamanya untuk mengungkapkan kebenaran
yang lebih umum.
4. Terkadang bersifat sindiran alami.
5. Anekdot dekat dengan tradisi tamsil atau perumpamaan.
6. Sebagai media untuk menyampaikan kritik, pandangan, dan aspirasi yang
bernilai positif ke publik atau masyarakat.

Menurut Luxemburg dkk. (1984:160), teks anekdot terdiri atas tiga jenis, yaitu dalam
bentuk artikel, cerpen, dan dialog.

1. Artikel
Anekdot dalam bentuk atikel dapat berbentuk format naratif. Teks anekdot
menceritakan suatu hal atau tokoh faktual/terkenal sehingga dalam ceritanya memiliki
kejelasan tokoh, alur, peristiwa, dan latar.

2. Cerpen
Anekdot berupa cerpen menceritakan suatu hal yang lugas atau tidak berbelit-belit agar
pendengar atau pembaca lebih cepat mengerti isi lelucon cerita tersebut. Oleh sebab
itu, cerpen anekdot lebih singkat daripada cerpen pada umumnya.

3. Teks dialog
Teks anekdot dalam bentuk dialog menggunakan format drama yang mempunyai
petunjuk lakon. Teks anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog dominan
menggunakan kalimat langsung.
Struktur Teks Anekdot
Struktur cerita anekdot sama halnya dengan karangan prosa lainnya, yaitu terdiri atas
tokoh, alur, dan latar.

 Tokoh bersifat faktual, biasanya orang-orang terkenal


 Alur berupa rangkaian peristiwa yang benar-benar terjadi atau sudah mendapat
polesan maupun tambahan dari pengarang.
 Latar berupa waktu, tempat, ataupun suasana dalam anekdot yang diharapkan
bersifat faktual.
 Sudut pandang, yaitu teknik yang dipilih pencerita untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya. Susut pandang dalam cerita yaitu sudut pandang orang
pertama dan sudut pandang orang ketiga.
 Gaya bahasa dan nada, gaya bahasa berfungsi sebagai penyapa gagasan.
Nada merupakan ekspresi pencerita.
Menurut Gerot dan Wignell (2004) struktur anekdot adalah sebagai berikut.

1. Abstraksi, bagian awal (paragraf) berfungsi memberi gambaran tentang isi teks.
Umumnya akan menunjukkan hal unik yang akan terjadi dalam teks. Abstrak
disebut juga sebagai tahap pembukaan.
2. Orientasi, bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang
peristiwa tersebut. Umumnya penulis bercerita dengan detail pada bagian ini.
Orientasi juga berfungsi untuk membangun teks.
3. Krisis, terjadinya hal atau masalah yang unik atau tidak biasa. Krisis dimaknai
sebagai saat terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan.
4. Reaksi, cara penulis atau orang yang diceritakan dalam menyelesaikan masalah
yang timbul pada bagian krisis. Reaksi berkaitan dengan tanggapan dari kejadian
sebelumnya.
5. Koda, bagian akhir cerita. Terdapat kesimpulan tentang kejadian yang
diceritakan oleh penulis. Koda juga merupakan penutup.

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot


Menurut Pardiyono (2007), teks anekdot umumnya menggunakan kalimat deklaratif dan
pernyataan kausal pada bagian abstrak. Penulisan anekdot haruslah memperhatikan
kaidah penulisannya. Berikut merupakan kaidah penulisan anekdot.

1. Menggunakan pertanyaan retorika atau kalimat pertanyaan yang tidak


membutuhkan jawaban, seperti “apakah kamu tahu?”
2. Menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan
sebagainya.
3. Disajikan dalam bahasa yang lucu.
4. Berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel.
5. Terdapat sindiran.
6. Menggunakan konjungsi waktu, seperti kemudian, setelah itu, dan lalu.
7. Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
8. Mengandung kebenaran tertentu
9. Menggunakan kalimat perintah dan menggunakan kalimat seru.
Kemudian, kaidah penulisan teks anekdot menurut Tim Kemendikbud (2013: 111) yaitu
disajikan dalam Bahasa yang lucu dan berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel
atau konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel tersebut merupakan
krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak
nyaman, tercapai dan gagal, serta puas dan frustasi.

Contoh Teks Anekdot


Mutilasi

Pada suatu hari, Tono dan Bima pulang bersama seusai sekolah. Di jalan mereka
mengobrol dengan asyik. Tono bercerita tentang kejadian yang dilihatnya semalam.

“Bim, tadi malam aku melihat ada yang dimutilasi di belakang rumah Pak Taryo”

Bima terkejut mendengarnya “Ehhh,, yang benar kamu Ton?”

“Iya benar aku tidak bohong” jawab Tono dengan wajah serius.

“Kenapa tidak kau tolongin? Kan kasihan.” tanya Bima.

“Nanti kalau aku tolong, aku malah dikira orang gila”

“Kenapa begitu? Kan niat kamu baik ingin menolong orang!” jelas Bima yang tampak
bingung.

“Orang? Orang apa?” tanya Tono.

“Iya, orang yang dimutilasi itu, loh” jelas Bima yang semakin bingung.

Tono tertawa terbahak-bahak, “hahah haha”, “yang dimutilasi itu bukan orang Bim”

Bima kebingungan, “terus kalau bukan orang, apa dong?”

“Ayam, Bim. Semalam aku lihat Pak Taryo yang tukang ayam potong” kata Tono masih
tertawa.

“Ah kamu, bilang dong kalau Pak Taryo sedang potong ayam. Pakai kata mutilasi
segala.” jelas Bima kesal karena dikerjai.

Esai
Esai adalah tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang
dicoba untuk dinilainya (Dalman, 2011). Esai merupakan karangan atau bentuk tulisan
lebih dari satu paragraf. Esai menyampaikan kejadian yang terjadi di masyarakat atau
lingkungan, berupa fakta atau pengalaman. Esai juga berisi pendapat atau pandangan
penulis tentang hal yang dibicarakan, sehingga bersifat argumentasi dan subjektif
(Wijayanti dkk, 2012).
Esai merupakan salah satu karya tulis ilmiah, yaitu hasil rangkaian fakta berupa hasil
pemikiran, gagasan peristiwa, gejala, dan pendapat. Esai disusun secara sistematis,
setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.

Struktur Esai terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

1. Pendahuluan
Bagian ini berisi pernyataan umum tetang topik yang akan dibahas dan latar belakang.
Topik adalah pokok pembicaraan.  Syarat dalam pemilihan topik di antaranya menarik
minat penulis, diketahui dan dikuasai oleh penulis, cukup sempit dan terbatas, serta
tidak terlalu baru atau kontroversial.

Pendahuluan juga terdiri atas beberapa kalimat atau pernyataan umum dan kalimat
tesis atau ide pokok esai. Tesis dan topik bukanlah judul. Jika topik dan tesis
dirumuskan di awal proses penulisan, sebaliknya perumusan judul dilakukan setelah
seluruh karangan selesai. Setelah topik dirumuskan, penulis dapat dengan mudah
menyusun kerangka tulisan dengan kalimat tesis.

Kerangka tulisan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis besar suatu tulisan
yang akan digarap. Kerangka tulisan bemanfaat sebagai alat kontrol dalam menulis,
yaitu mengarahkan penulis untuk memilih data yang sesuai dengan tujuan penulisan.
Manfaat lain kerangka tulisan adalah

 tulisan dapat disusun secara teratur,


 tulisan tidak mengalami pengulangan, data, kasus, atau rujukan dapat dengan
mudah dicari, dan
 memudahkan pembaca dalam melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai
umum tulisan tersebut.

2. Paragraf isi
Bagian isi berisi uraian pernyataan yang disampaikan pada paragraf pendahuluan.
Paragraf isi juga membahas topik atau subtopik yang sudah dinyatakan dalam tesis.
Teknik penulisan paragraf isi di antaranya:

 memberikan contoh atau ilustrasi,


 menguraikan secara kronologis suatu kejadian,
 mendefinisikan istilah yang berkaitan,
 membandingkan atau mengontraskan,
 menganalisis atau mencari sebab akibat,
 menguraikan akibat atau konsekuensi,
 menerapkan bagaimana cara kerja atau fungsi, dan
 melukiskan fisik atau watak orang, tempat, barang, atau tindakan yang
dibicarakan.

3. Paragraf penutup
Paragraf ini berisi simpulan atau ringkasan dari hal-hal penting yang telah
dikemukakan. Unsur bagian penutup esai yaitu kesimpulan, saran, dan daftar
pustaka atau referensi. Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kesimpulan adalah:
 jangan mengulang uraian yang terdapat di bagian hasil analisis
 jangan memasukkan hal-hal baru yang memerlukan ulasan lebih lanjut
 jangan memasukkan bagian dari kerangka teori.

Cara membuat Esai


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis esai, yaitu sebagai berikut.

 Menyeleksi gagasan dan menulis pengantar (kalimat topik).


Setelah mengumpulkan gagasan atau fakta, kamu perlu memikirkan bagaimana
mengaitkan gagasan atau fakta tersebut dengan topik. Jika kamu telah
menentukan gagasan utama, tulislah kalimat pengantar yang dapat
mempresentasaikan gagasan tersebut dengan jelas dan menarik. Paragraf
tersebut harus memuat pernyataan dua bagian yaitu pernyataan umum dan
penyataan tesis.

 Pernyataan umum merupakan perkenalan akan topik esai dan
menyertakan lata belakang informasi tentang topik tersebut.
 Pernyataan tesis merupakan gagasan pengontrol yang memuat inti topik
yang akan dibahas.
 Setiap paragraf harus fokus pada kalimat topik dan memiliki transisi logis yang
memungkinkan pembaca memahami hubungan antarkalimat.
 Uraikan alasan dan contoh yang spesifik dan konkret agar dapat meyakinkan.
 Jika paragraf pendukung sudah dilengkapi, tentukan bagaimana kesimpulannya.

Langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun esai adalah sebagai berikut.

1. Menentukan topik dan melakukan penelitian mengenai topik yang dipilih.


2. Membuat kerangka tulisan sebagai gambaran keseluruhan esai.
3. Mencari dan mencatat referensi yang berkaitan dengan topik.
4. Menyusun ide dan menulis esai.
5. Menulis kesimpulan berdasarkan isi esai.
6. Membaca ulang dan memperbaiki apabila dirasa ada yang kurang tepat.
7. Menyusun referensi yang digunakan.
Contoh Esai
Kesenian Tradisi Sumatera Barat

Mayoritas penduduk Sumatera Barat adalah suku bangsa Minangkabau, yang terdiri
atas delapan kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah Datar, Agam, Lima Puluh Kota, Solok,
Sawah Lunto/Sijunjung, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Pasaman. Dari setiap
tempat tersebut memiliki kebudayaan dan kesenian yang beragam. Kekayaan budaya
Sumatera Barat tersebut meliputi tarian tradisional, makanan khas, alat musik
tradisional, rumah adat, pakaian adat, keragaman suku, perayaan adat, lagu tradisional,
permainan rakyat dan sebagainya.
Tari rakyat adalah seni tari yang lahir dan berkembang di tengah rakyat, bersifat
sederhana, spontan, dan akrab serta mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi masyarakat. Pertumbuhan seni Minangkabau merupakan bagian dari
permainan rakyat yang lahir di waktu senggang karena duduak bapamainan, tegak
bapatintang. Oleh sebab itu, fungsi tari pada permulaannya adalah sebagai perintang
hati atau sebagai hiburan. Namun, sesuai dengan perkembangannya, di antara tari itu
ada yang menggambarkan penghormatan kepada tamu seperti tari gelombang, tari tan
bentan yang menggambarkan kepahlawanan putra minang di zaman lampau, dan tari
tupai jenjang yang berisikan ajaran tentang moral tingkah laku, maka tari di
Minangkabau bukan hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sosial dan
komunikatif.

Tari tradisonal telah berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian


masyarakatnya. Dahulu tari-tarian ini hanya digunakan untuk sebuah ritual penting
dalam masyarakat akan tetapi saat ini tarian tersebut menjadi sebuah penampilan di
setiap acara, baik itu pernikahan, perayaan adat, sunatan, dan lain sebagainya. Tari-tari
tersebut juga diajarkan di sekolah-sekolah atau komunitas agar tetap dilestarikan oleh
anak-anak sebagai penerus.

Kemudian, seni teater di Minangkabau atau randai pada perkembangannya merupakan


suatu bentuk seni perpaduan antara berbagai jenis kesenian rakyat yang ada di
Minangkabau. Di dalamnya terdapat unsur sastra, tari, pencak silat, dendang, dan
drama bahkan juga lelucon. Randai dilaksanakan dalam bentuk teater arena. Randai
dilakukan dengan membentuk lingkaran, lalu melangkah kecil-kecil secara perlahan,
sambil menyampaikan cerita lewat nyanyian secara bergantian. Cerita randai biasanya
diambil dari kenyataan hidup di tengah masyarakat. Fungsinya sebagai seni per-
tunjukan untuk hiburan; sebagai penyampai pesan, nasihat, dan pendidikan. Semua
gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, disebut janang.

Tari-tarian dan randai merupakan kesenian tradisi Sumatera Barat yang sangat khas.
Kesenian tersebut merupakan kesenian rakyat atau tumbuh di dalam masyarakat
dengan tujuan sebagai hiburan dan mendidik. Kehadiran tari-tarian dan randai dalam
upacara-upacara dan pesta rakyat selain mempererat rasa ketradisian juga memberi
kesempurnaan terhadap adat istiadat Minangkabau itu sendiri. Kuat dan lemahnya
lembaga adat Minangkabau menentukan bangkit dan tenggelamnya kesenian tersebut.

Saat ini, sudah sangat jarang ditemukan adanya penampilan tari-tarian dan randai
dalam suatu acara, salah satu penyebabnya adalah kurangnya sumber daya. Tari-
tarian dan randai menjadi hal yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini
karena bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Oleh
sebab itu, kesenian ini harus dilestarikan kembali dan dikenalkan kepada seluruh
masyarakat di Indonesia dan luar, bahwa Sumatera Barat memiliki sebuah kesenian
yang sangat menarik.

Referensi:

Samah, Arby dkk.1983.Tari Rakyat Daerah Minangkabau; dan kaitannya dengan


berbagai    jenis kesenian tradisional lainnya di Sumatera Barat. Padang: Poyek
Perkembangan        Kesenian Sumatera Barat

Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis Ilmiah dapat dipahami sebagai teks yang ditulis dengan susunan sistematis,
serta logis, dan memenuhi kaidah ilmu pengetahuan yang berlaku. Aspek rasionalitas
diutamakan dalam penulisan karya tulis ilmiah, dan permasalahan yang diangkat
bersifat objektif dan faktual. Karya tulis ilmiah menuntut untuk menggunakan kata-kata
yang tidak ambigu atau bermakna ganda sehingga dibutuhkan gaya bahasa yang
lugas, serta eksplisit, dan tentunya dengan ragam ilmiah sesuai dengan PUEBI.

Karya tulis ilmiah memilik ciri-ciri yang kompleks dan tersusun rapi. Adapun ciri-
cirinya sebagai berikut.

1. Suatu permasalahan diungkapkan secara logis, fakta dari data yang kredibel,


dan analisis yang objetif, serta pada bagian rumusan masalah diungkapkan
dengan kalimat interogativa.
2. Opini yang dikemukakan harus berlandaskan teori dari berbagi sumber, seperti
pendapat ahli, jurnal ilmiah, ataupun buku-buku yang sudah terbit, bukan berasal
dari imajinasi, perasaan, atau pendapat yang subjektif.
3. Ragam bahasa haruslah ilmiah, tidak ambigu, dan tidak menggunakan kata-kata
yang bersifat konotatif.
Struktur Karya Tulis Ilmiah
Struktur karya tulis ilmiah pada umumnya bergantung pada jenisnya dan aturan dari
Lembaga atau institusi apa yang diikuti. Namun, pada umumnya struktur karya ilmiah
terdiri atas:

1. Halaman judul.
Judul karya tulis ilmiah ditulis berdasarkan topik yang diangkat sehingga menjadi nama
dari karya ilmiah tersebut. Judul harus ditulis semenarik dan sejelas mungkin sehingga
pembaca mendapatkan gambaran tentang apa isinya, contohnya, “Judul-Judul yang
Berpotensi Menjadi Clickbait pada Portal Berita Daring Line Today: Suatu Kajian
Pragmatik”. Dalam halaman judul, nama penyusun, nama Lembaga atau institusi, serta
tempat dan tahun ditulis dengan aturan rata tengah, yang ditempatkan berturut-turut
setelah judul di bagian bawah.

2. Abstrak
Ringkasan dari seluruh isi karya tulis disebut dengan abstrak. Abstrak ini ditulis
bergantung pada peraturan akademis tertentu. Pada umumnya, abstrak ditulis dengan
maksimal 150—200 kata dengan jarak spasi 1,5 pt dan tidak ada jarak antar baris. Isi
abstrak, antara lain tujuan penelitian, metode penelitian, sumber data, dan
pembahasan. Bagian bawah abstrak terdapat kata kunci. Kata kunci ini ditulis maksimal
lima kata.

3. Pendahuluan
Bagian pendahuluan setidaknya di dalamnya terdapat:

1. Latar belakang masalah


2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
5. Tujuan pembahasan
6. Kemaknawian tulisan
4. Kerangka teoretis
Kerangka teoretis berisi penjelasan tentang hasil kajian terhadap teori dan hasil-hasil
penelitian yang sudah ada dan telah terpublikasi dan relevan dengan karya tulis ilmiah
itu. Pada bagian ini, teori-teori dari para ahli akan diibaratkan sebagai pisau untuk
mengupas permasalahan yang disebutkan pada bagian rumusan masalah. Dalam
menyusun teori tersebut, kemampuan menggunakan kaidah pengutipan sangat
dibutuhkan agar tulisan tidak dinilai sebagai plagiarisme.
5. Metode Penelitian
Metode penelitian menjadi hal yang sangat mendasar dari karya tulis ilmiah. Metode
atau prosedur penelitian menjadi petunjuk penulis untuk meneliti dengan langkah-
langkah yang benar sebab jika metodenya salah, pembahasannya pasti juga akan
salah. Terdapat dua metode yang di dalamnya masih ada sub-bagiannya, yaitu metode
kualitatitf dan metode kuantitatif.

6. Pembahasan
Bagian ini harus mendapatkan porsi tulisan yang paling banyak dibandingkan dengan
bagian lainnya. Apa yang tertulis pada bagian kerangka teoretis akan digunakan
semaksimalnya pada bagian ini. Penulis akan menggunakan daya analisisnya secara
objektif bergantung pada metode yang dipilih. Jika metode kuantitatif yang dipilih, data
akan dijabarkan dengan bantuan beberapa fitur, seperti garfik, diagram, ataukah tabel.
Sementara itu, jika metode kualitatif yang dipilih, data akan diuraikan secara verbal.

7. Kesimpulan dan Saran


Tedapat dua penyampaian dalm menulis kesimpulan: ditulis butir per butir atau uraian
berupa esai padat. Kesimpulan berbeda dengan rangkuman. Pada bagian kesimpulan,
proses pemaknaan telah terjadi, sedangkan rangkuman hanyalah berisi kumpulan ide
pokok. Kesimpulan berisi pemaknaan dari awal pembahasan hingga akhir yang ditulis
secara singkat, padat, dan jelas. Pada umumnya, bagain ini juga menyajikan saran dan
rekomendasi. Sementara itu, bagian saran berisi anjuran penulis dari hasil penelitian
yang telah dibahas kepada para pembaca atau pihak yang berhubungan dengan topik.
Selain itu, saran juga berisi anjuran terhadap penelitian selanjutnya yang sejenis.

8. Daftar Pustaka
Karya tulis ilmiah wajib menyertakan sumber karena jika tidak akan dianggap sebagai
plagiarism. Penulisan daftar pustaka membutuhkan waktu yang tak sebentar dan
ketelitian yang mendalam dan bergantung pada format. Terdapat dua format penulisan
daftar pustaka yang paling terkenal: format APA dan MLA.
Contoh format MLA:

Sukadji, Soetarlinah. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penlitian. Jakarta: UI


Press, 2000.

Contoh format APA:

Sukadji,S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penlitian. Jakarta: UI Press.

Dalam beberapa Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), hal pertama yang dicek adalah
daftar pustaka. Jika terjadi kesalahan, tulisan tidak akan dibaca, yang artinya
terdiskualifikasi.

Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah memiliki tujuh jenis. Perbedaannya terletak dari isi dan sistematika
penulisan. Ketujuh jenis tersebut antara lain.

1. Artikel
Artikel adalah tulisan yang berisi opini penulis atas permasalahan tertentu yang
diangkat. Opini yang dimaksud bukan pandangan subjektif semata, tetapi berdasarkan
beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Lembaga atau institusi tertentu.
Contohnya, artikel berjudul “Manusia Tidak Didesain untuk Bahagia” dari situ The
Conversation.com berisi tentang opini penulis bahwa manusia didesain sebagai
makhluk untuk bertahan hidup. Opininya didukung dengan teori evolusi manusia.

2. Makalah
Makalah adalah jenis karya tulis ilmiah yang dalam proses penulisannya dibutuhkan
data studi lapangan sehingga bersifat empiris dan objektif. Data-data yang dihimpun
dari studi lapangan dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah penelitian. Makalah pada
umumnya dipresentikan dalam sebuah seminar.

3. Skripsi
Skripsi adalah jenis karya tulis ilmiah yang disusun oleh mahasiswa untuk mendapatkan
gelar strata satu (S-1). Dalam proses pembuatannya, orisinalitas menjadi hal yang
utama. Bentuk akhir skripsi biasanya berbentuk hard cover dan dipresentasikan di
depan para dosen penguji dan pembimbing, yang disebut dengan istilah sidang skripsi.

4. Work paper
Work paper atau kertas kerja adalah jenis karya tulis ilmiah yang hampir mirip dengan
makalah, tetapi analisisnya lebih mendalam. Work paper dipresentasikan di depan para
ilmuwan dan pada umumnya isi work paper berisi solusi dari permasalahan besar yang
sedang dihadapi.

5. Paper
Paper adalah jenis karya tulis ilmiah yang popular pada kalangan mahasiswa.
Strukturnya mirip dengan makalah, tetapi lebih sederhana. Permasalahan lebih
dipersempit agar dapat terfokus pada satu ini. Pada umumnya, paper ditulis oleh
mahasiswa untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester (UTS) ataupun Ujian Akhir
Semester (UAS).

6. Tesis
Jika skripsi dibutuhkan oleh mahasiswa untuk syarat memperoleh gelar S-1, Tesis
diperlukan untuk meraih gelar strata dua (S-2) atau Master. Perbedaannya dengan
skripsi, tesis mengalisis suatu topik penelitian lebih kompleks sehingga tingkat ilmiah
dari tesis lebih kuat dibandingkan skripsi.

7. Disertasi
Disertasi adalah jenis karya tulis ilmiah yang disusun untuk memperoleh gelar strata
tiga (S-3) atau doktoral. Calon doktor mencari permasalahan yang tengah dihadapi oleh
manusia pada bidang tertentu lalu mencari solusi akan permasalahan tersebut
sehingga hasil karyanya bermanfaat nyata sehingga bersifat orisinal.

Contoh Karya Tulis Ilmiah:

Pengaruh Bahasa Indonesia terhadap Struktur Penulisan Bahasa Inggris pada SISWA
SMAN 99 Jakarta: Studi Kasus Sintaksis

oleh

Adip Prasetyo
Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Diponegoro
ABSTRAK

Menulis adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa yang membutuhkan
kemampuan kognitif yang tinggi jika dibandingkan dengan lainnya. Karena masih
terpengaruh dengan bahasa ibu, yakni bahasa Indonesia, kesalahan dalam
mengekspresikan gagasan ke dalam sebuah tulisan seringkali terjadi. Hal ini menarik
untuk dilakukan penelitina dari aspek sintaksis. Metode yang dilakukan adalah metode
deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahasa Indonesia
dalam penulisan berbahasa Inggris pada anak-anak siswa SMAN 99 Jakarta yang
disebabkan oleh perbedaan struktur bahasa. Hasil penelitian ini adalah kesalahan
terjadi pada urutan kata karena perbedaan sifat sintaksis dari Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris.
Kata Kunci:  Menulis, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Kognitif, Sintaksis.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Bahasa mencakup empat keterampilan: mendengarkan, berbicara, membaca dan


menulis. Tingkat kosentrasi kognitif diperlukan lebih tinggi pada aspek menulis. Saat
menulis, seseorang harus menyusun gagasannya dengan sistematik dan diksi yang
tepat untuk diekspresikan ke dalam bentuk tulisan. Akan tetapi, menulis berbeda
dengan menulis bahasa Indonesia. Bahasa Inggris sebagaimana dinyatakan di atas
adalah bahasa asing untuk siswa Indonesia. Salah satu alasannya adalah karakteristik
bahasa Inggris itu sendiri. Misalnya, tenses, kata kerja reguler dan kata kerja tidak
beraturan tidak ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu,  kebiasaan dalam
menggunakan bahasa Indonesia pada saat menulis menimbulkan pengaruh terhadap
penggunaan bahasa Inggris pada tulisan siswa.
Kajian Pustaka

Penulis ingin menjelaskan secara singkat karakteristik pola struktural bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang dapat
diprediksi  menjadi faktor penyebab pengaruh dalam penulisan kalimat pada siswa
SMAN 99 Jakarta.

Dalam uraian ini, penulis menggambarkan klasifikasi kalimat berdasarkan jumlah dan je
nis klausa dan kalimat. Ada empat jenis kalimat, antara lain”

 Kalimat sederhana
 Kalimat majemuk  
 Kalimat kompleks
 Kalimat kompleks majemuk
Metodologi

1.1 Metode

Penulis menggunakan metode deskriptif untuk memenuhi tujuan penelitian. Menurut


Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah langkah pencarian fakta dengan
intepretasi yang kuat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat ataupun
lukisan secara sistematis dengan logika dan premis yang kuat.

1.2 Instrumen

Penulis akan melakukan tes kepada para siswa SMAN 99 Jakarta untuk mendapatkan
data.
 Tes menulis dilakukan untuk memberikan perkiraan sejauh mana pengetahuan
siswa tentang menulis komposisi bahasa Inggris yang singkat/
 Soal yang dibuat telah disusun sedemikian rupa menurut Dinne Larsen orang
bebas dan Michael H Long (1991: 59), yaitu untuk mengetahui letak pengaruh
bahasa ibu.

1.3 Teknik Pengumpulan

Data Penulis mengumpulkan data dengan teknik administrasi . Para siswa menulis
bahasa Inggris singkat sebanyak 10—20 kalimat dengan tema, antara lain:

 Aktivitas mereka sehari-hari


 Aktivitas mereka di hari libur
 Aktivitas mereka saat berbelanja di pasar.

1.4 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis mengambil siswa tahun kedua SMAN 99 Jakarta sebagai
populasi. Terdapat sembilan kelas dengan tiap-tiap kelas terdiri atas empat puluh
murid. Penulis mengambil lima siswa sebagai sampel penelitian ini.

1.5 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menyusun prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Mempelajari kurikulum, terutama kurikulum pelajaran bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris secara garis besar
2. Membangun instrumen pengumpulan data
3. Mengumpulkan metode data
4. Analisis data
5. Menarik kesimpulan dan saran

Hasil
Data yang telah didapatkan kemudian diproses melalui prosedur berikut.

1. Pertama, penulis memberikan kertas yang akan diisi oleh para siswa dengan
tulisan berbahasa Inggris. Kemudian, isi tulisan akan dianalisis hingga ditemukan
pola sintaksis yang mungkin menunjukkan pengaruh bahasa Indonesia.
2. Pada akhirnya, dalam tulisan tersebut dilihat dari kalimat sederhana yang
digunakan, kalimat kompleks, kalimat majemuk, kalimat majemuk kompleks, dan
juga kesalahan lainnya. Selanjutnya, kalimat yang ditulis oleh siswa kan
dikelompokkan berdasarkan pengaruh dari bahasa Indonesia. Setelah
dikelompokkna, penulis meberikan penjelasan dan bagaimana seharusnya kalimat
tersebut ditulis dalam bahasa Inggris secara baik dan benar.

Pembahasan

1.1 Kalimat Sederhana

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan kalimat sederhana, hasilnya sebaga
i berikut.

1. Times vacation, I went to Kota Tua with my friends toegther. (003)


2. Before times holiday, I’m which my guys go to Perpussat UI.  (005)
3. At Perpussat UI, I and my guys looking a fiction book about phychology and
medicine. (006)
4. There, I selfie with my guys and felt so really happy. (009)
5. Besides many books, I saw many rooms, many facilities, and many technologies.
(010)
1.2 Kalimat kompleks

Hasil dari kalimat kompleks yang terdapat pengaruh bahasa Indonesia adalah sebagai 
berikut.

1. We were going to Perpussat UI because I get task from my teacher biology.


2. I wasn’t enough happy because one my friends can not join.
1.3 Kalimat Majemuk

Terdapat data kalimat majemuk sebagai berikut.

1. Perpussat UI is so wide and become place cool for milennials.


2. In there, Perpussat UI provides so many books and other facilities, like store
clothes and sport store.
1.4 Kalimat Majemuk Kompleks

Data dari jenis kalimat ini sebagai berikut.

1. There I was very happy finding place that make feel peace and fun with my guys
but match with milennial style.
Dalam hal ini, penulis menemukan bahwa siswa telah membuat kesalahan dalam
mengatur urutan kata benda dan kata sifat, kata kerja dan kata kerja atau penempatan
kata kerja.

Kesimpulan dan Saran


Dari data yang analisis dan kajian pustaka yang telah diperoleh, penelitian ini 
menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain.

1. Pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama siswa tahun kedua SMAN
99 Jakarta telah diperhatikan untuk muncul dalam bahasa tertulis mereka, dari
mulai kalimat sederhana hingga kalimat majemuk kompleks.
2. Tingkat pengaruh bahasa Indonesia, yang sebagai bahasa ibu menjadi fokus
penelitian ini, tingkatan sintaksis. Kesalahan terjadi pada urutan kata karena
perbedaan sintaksis bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, serta beberapa
kesalahan terjadi karena kurangnya pengetahuan para siswa akan kosakata dan
makna kata.
Daftar Pustaka

Diane Larsen Freeman Michael H Long (1991).  An introduction to second language


acquisition research Longman. London. Publisher: Routledge.
F.L,Whitney.1960.The Elements of Resert.Asian Eds. Osaka: Overseas Book Co.
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Pendidikan. Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama.

Teks Deskripsi
Menurut KBBI deskripsi itu adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata
secara jelas dan terperinci. Pemaparan atau penggambaran tersebut bisa saja untuk
benda, tempat, suasana dan sebagainya. Dalam pemaparan atau menjelaskan
sesuatu, tentu harus memperhatikan hal-hal detil agar menjadi sebuah teks atau cerita
yang enak dibaca serta mudah dipahami.

Tujuan dari teks deskripsi agar pembaca dapat seolah-olah merasakan apa yang
sedang dijelaskan atau digambarkan dalam teks tersebut. Selain itu, teks deskripsi juga
memberikan penjelasan secara terperinci kepada para pembacanya agar pembaca
dapat memahami topik yang dijelaskan dalam teks tersebut.
1. Paragraf deskripsi menjelaskan atau menggambarkan sesuatu baik itu benda
atau suasana.
2. Paragraf yang ditulis sebisa mungkin dijelaskan secara detail dan rinci serta
melibatkan unsur indra, seperti indra penglihatan, penciuman dan sebagainya.
3. Pada saat membaca teks tersebut, pembaca seolah-olah bisa merasakan
langsung apa yang digambarkan di dalam teks.
4. Menggunakan bahasa yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengandung kata keterangan baik keterangan tempat, cara dan sebagainya
untuk memberikan informasi tambahan mengenai suatu objek agar lebih jelas dan
mudah dipahami, seperti di sekolah, di lapangan bola, di pantai dan lain-lain.
6. Menggunakan metafora atau bahasa kiasan.
7. Menjelaskan ciri-ciri fisik objek dengan terperinci, seperti bentuk, ukuran, warna,
atau keadaan suatu objek yang ingin digambarkan.

Struktur Teks Deskripsi


Agar mempermudah dalam penulisan teks jenis ini, berikut ada 3 struktur dalam
penulisan teks deskripsi:

 Identifikasi
Adalah proses penentuan identitas objek yang digambarkan.

 Klasifikasi
Merupakan tahap mengkategorikan atau mengelompokkan berdasarkan kaidah atau
standar yang sudah ditetapkan.

 Deskripsi bagian
Adalah bagian penulis menuliskan porsi gambaran-gambaran dari isi teks tersebut.

Kaidah Penulisan Teks Deskripsi.


Ketika akan  menulis atau  memahami  sebuah teks deskripsi, tentu membutuhkan
sebuah pengetahuan agar teks yang kita buat atau kita pahami benar-benar sesuai
dengan kaidah atau aturan yang ada. Berikut adalah kaidah-kaidah dalam penulisan
teks deskripsi:

1. Menggunakan Kata Benda


Dalam penulisan teks deskripsi, penting sekali menggunakan kata benda yang sesuai
dengan topik yang ingin dideskripsikan agar penggambaran terlihat lebih jelas.
Contohnya: mobil, sekolah, lapangan bola, rumah sakit atau sebagainya.

Contoh pada kalimat: kedua kesebelasan sedang bersiap-siap memasuki lapangan.

2. Menggunakan frasa yang memuat kata benda.


Contoh pada teks: Kemarin malam ayah membelikan saya sepatu baru.

Kata sepatu baru merupakan salah satu contoh frasa yang memuat kata benda.
3. Mengandung Kata Sifat.
Contoh pada kalimat: Anak itu terlihat semangat sekali bertanding sepak bola.
Semangat merupakan salah satu contoh dari  kata sifat yang menggambarkan tentang
keadaan seseorang. Beberapa contoh kata sifat lainnya yaitu: asam, manis, pedas,
cantik, kurus, elok, terkenal, tercantik, terpintar, tercepat, kreatif, rendah hati, baik hati,
ringan tangan, dan lain-lain.

4. Mengandung kata kerja Transitif


Contoh pada kalimat: Ayah setiap tahun membelikanku sepatu baru.

Kata kerja transitif berfungsi  untuk  menerangkan objek. Pada contoh kalimat di atas ,
kata “membelikan”  memberikan informasi pada sepatu yang berfungsi sebagai objek.
Beberapa contoh kata kerja transitif lainnya yaitu: mendengar, memasak, memberi,
memukul dll.

5. Mengandung kata keterangan


Contoh pada kalimat:  kakak dan mama sedang memasak di dapur.

Kata keterangan berfungsi untuk memberikan informasi tambahan untuk objek. Pada
contoh diatas, kata “di” menjelaskan tempat dari suatu peristiwa.

Ada beberapa jenis kata keterangan yaitu:

1. Keterangan alat
Menjelaskan alat yang dipakai untuk melakukan sesuatu. Contohnya:
menggunakan.
2. Keterangan cara
Menjelaskan tentang cara yang diperbuat pada sebuah kalimat. Contohnya:
lantang, terisak, gagah berani, bijaksana.
3. Keterangan sebab
Menjelaskan sebab tentang peristiwa yang terjadi. Biasanya diiringi dengan
“karena”.
4. Keterangan tujuan
Menjelaskan tujuan perilaku atau perbuatan yang digambarkan. Contohnya:
penggunaan kata”agar” dan “supaya”.
5. Keterangan tempat
Menjelaskan tempat peristiwa itu terjadi. Contohnya: penggunaan kata “di”,”ke”
dan lain-lain.
6. Keterangan waktu
Menjelaskan waktu kejadian. Contoh:besok, lusa, tahun lalu, kemarin dan lain-lain.
7. Mengandung bahasa kiasan
Biasanya teks deskripsi menggunakan bahasa yang metafora agar terlihat lebih
menarik untuk dibaca.
Contoh kalimatnya pada teks: melihat prilaku anaknya yang sering pulang malam, sang
ayah sering naik darah. Adapun contoh bahasa kiasan lainnya: panjang akal, tanggal
tua, banting tulang, naik pitam, sebatang kara, kutu buku, kepala dingin, sampah
masyarakat dan sebagainya.

Cara Membuat Teks Deskripsi


1. Menentukan objek yang ingin dijelaskan.
2. Mengumpulkan data-data dengan cara mengamati secara langsung objek yang
ingin digambarkan.
3. Menyusun sebuah kerangka karangan dari data-data yang sudah terkumpul.
4. Uraikan kerangka karangan tersebut menjadi teks deskripsi yang sesuai
dengan fakta dari topik tersebut.
Jenis-jenis Teks Deskripsi
Teks deskripsi dapat dibagi menjadi 3, yakni:

1. Teks paragraf desksripsi subjektif. Teks jenis ini ditulis dengan objek yang
berdasarkan kesan yang dimiliki oleh penulis itu sendiri.
2. Teks paragraf deskripsi spatial. Objek yang digambarkan dalam teks jenis ini
berupa benda, ruang, tempat dan sebagainya.
3. Teks paragraf deskripsi objektif. Dalam teks ini, objek yang digambarkan adalah
objek yang sebenarnya tanpa ada tambahan opini apapun dari penulisnya.
Contoh teks deskripsi
Kamar Kesayangan

Aku punya kamar yang luasnya sekitar 4 meter persegi. Di dalamnya ada tempat tidur
yang aku kasih seprai berwarna merah muda. Di sebelah kanan kasur ada lemari
pakaian yang bersampingan dengan meja belajarku. Selain itu aku juga punya sebuah
lemari tas berbentuk balok dengan dominasi warna hitam. Di bagian depannya terdapat
dua buah pintu kaca serta gantungan kunci berwarna merah yang menggantung di
gagang lemariku, sedangkan di bagian dalamnya terbagi menjadi tiga rak untuk
meletakkan tas-tas milikku. Lemari ini diletakkan tepat di samping meja rias kamarku.
Berbagai macam koleksi tasku terpajang dan tertata sangat rapi di masing-masing rak
itu. Setiap hari aku selalu merapikannya agar selalu terlihat rapi dan enak dilihat.

Buku Harian

Sumber gambar: pxhere

Buku Harian atau yang akrab disebut dengan diary note adalah buku yang digunakan
sebagai wadah untuk menulis segala curahan hati yang dituangkan dalam ragam
bahasa yang casual. Buku harian milikku ini, yang terdiri atas 149 halaman, terdiri atas
dua cover yang cover depannya bersampulkan plastik. Tiap-tiap halaman tak memiliki
garis-garis pembatas seperti yang ada di buku tulis, tetapi terlihat polos dan hanya ada
motif bintik-bintik yang diatur dengan sapi. Sampul plastik yang menempeli cover depan
buku membuat keempat sudut buku menjadi tumpul dan tidak mudah terlipat. Dua
cover, yaitu cover depan dan belakang, memiliki penggambaran yang berbeda. Cover
depan buku dihiasi dengan gambar bus bertingkat dengan tema ibukota negara Ratu
Elizabeth, yaitu London. Di bagian pojok kanan terdapat kutipan yang bertuliskan by
seeing London, i have seen as much of life as the world can show by Samuel Johnson.

Bagian dalam cover memiliki tempat untuk ditempeli berbagai hiasan, seperti manik-
manik ataupun foto pribadi. Terhitung ada dua buah kata london dengan font yang
berbeda dan di sisi lain, yaitu pada pojok kiri atas, terpampang gambar macam-macam
prangko klasik kota London pada abad ke-XVII M. Pada bagian samping buku, tak
seperti buku-buku harian pada umumnya, buku harianku ini dilengkapi dengan sebuah
gembok kecil yang akan selalu siap sedia menjaga kerahasiannya. Spiral yang menjilid
kertas beserta dua cover yang menyertainya membuat buku harianku ini tidak memiliki
bagian tengah, yaitu bagian yang pada umumnya dipilih seseorang untuk dirobek
dengan berbagai alasan dan keperluan, sehingga apabila saat merobek kertas, entah
itu posisi kanan ataukah kiri, tidak akan membuat kertas yang lainnya ikut tersobek juga
atau bahkan rusak sedikit pun. Penggunan spiral dari penjilidan buku membuat buku
memiliki ruang di bagian spiralnya itu untuk menaruh pulpen atau alat tulis lainnya.
Untuk buku harian pada umumnya, buku harianku ini tergolong mini dan sanggup dilipat
untuk dibawa dengan cara disimpan dalam kantong celana.

Paragraf Deduktif
Secara sederhana, paragraph deduktif dapat dipahami sebagai paragraf yang
mempunyai gagasan utama pada awal kalimat. Artinya, pola pengembangan paragraph
ini berpola umum-khusus, yaitu pernyataan yang bersifat umum diletakkan sebagai
kalimat utama yang kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas yang bersifat sebuah
pernyataan khusus. Kalimat penjelasnya ini dapat berupa contoh, perincian, uraian,
dsb. Misalnya, jika kita menulis pernyataan pada kalimat awal berupa “banjir Jakarta
pada awal tahun 2020 disebabkan oleh intensitas hujan yang ekstrem yang ditunjang
dengan fasilitas pencegahan yang memadai”, kalimat selanjutnya yang berupa kalimat
penjelas haruslah menguraikannya secara terperinci.

Pada kalimat penjelas, kita akan menguraikan secara mendalam statistik data yang
menyatakan bahwa hujan pada awal tahun 2020 termasuk hujan esktrem berupa
perbandingan hujan selama sedekade terakhir ataupun berapa banyak debit air dan
berapa lama rentang waktu turunnya hujan. Selain itu, dalam kalimat penjelas kita juga
menjelaskan fasilitas-fasilitas apa saja yang belum siap digunakan sehingga tidak
mampu menampung daya air hujan yang membuat Jakarta ditelan banjir.

Paragraf deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Kalimat utamanya berada di awal.


 Kalimat disusun yang diawali pernyataan umum dan diikuti oleh pernyataan-
pernyataan khusus.
 Pola pengembangan paragraf berupa umum-khusus-khusus-khusus.

Pengertian Paragraf Induktif


Kebalikan dari paragraf deduktif, paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya berada pada akhir kalimat sehingga pola pengembangan paragrafnya
menjadi khusus-umum. Kalimat yang mengawali paragraf ini berupa data, uraian,
ataupun contoh, yang kemudian ditarik secara garis besar kesimpulannya atau
digeneralisasikan ke dalam satu kalimat akhir. Jika kita ingin menekankan pada
penjelasan dibandingkan dengan pernyataan akhir, sebaiknya kita menggunakan
paragraph induktif. Misalnya, kita ingin mengkritik sepak bola tanah air yang kian carut
marut, tentunya untuk menekankan hal ini, kita menulis fakta-faktanya terlebih dahulu.
Kemudian, fakta-fakta ini diuraikan hingga berakhir pada kalimat akhir yang bergagasan
utamanya adalah sepak bola tanah air tengah tidak baik.
Ciri-ciri paragraf induktif
Paragraf induktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Diawali dengan kalimat-kalimat penjelas yang disusun secara runtun dan tidak
sumbang.
 Kalimat akhir berupa pernyataan kesimpulan dari kalimat-kalimat penjelas yang
telah diuraikan.
Contoh Paragraf Deduktif
Jenis-Jenis Komunikasi

          
Seperti yang kita ketahui, dalam bahasa, komunikasi terbagi menjadi dua: komunikasi
verbal dan nonverbal. Bahasa yang dipakai oleh orang dengar, masuk ke dalam bahasa
verbal sedangkan Bahasa isyarat, yang dipakai orang tulis masuk ke dalam bahasa
nonverbal. Perbedaan dari  keduanya ialah terletak pada ‘modalitas’. Apabila bahasa
verbal dihasilkan melalui alat artikulatoris dan diterima oleh auditoris, bahasa isyarat
dihasilkan oleh lima kombinasi dari lima parameter (bentuk tangan, gestur tubuh, lokasi,
posisi, dan fitur nonmanual) dan diterima oleh organ visual, yaitu indra penglihatan.
Orang yang dapat berbicara disebabkan oleh sejak lahir dia dapat mendengar bunyi
sedangkan orang yang terlahir tuli mengalami dunia secara visual.

Kalimat pertama pada awal paragraf di atas adalah kalimat utama. Kalimat ini berisi
gagasan utama, yaitu komunikasi terbagi menjadi dua, yang menjadi pemicu pada
kalimat setelahnya, Kalimat-kalimat setelahnya adalah penjelasan apa itu yang
dimaksud dengan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

Puisi sebagai Representasi Kehidupan

Sebagai salah satu jenis karya sastra yang berisi ungkapan perasaan, puisi seringkali
menjadi wadah atas representasi kehidupan. Representasi kehidupan yang dimaksud
dapat berupa potret sosial, politik negeri, hal-hal percintaan, dan renungan  kehidupan.
Kehidupan yang dijalani tiap insan sejatinya memiliki lambang yang pada akhirnya
direpresentasikan ke dalam sebuah puisi. Representasi ini membuat puisi seakan-akan
hidup dan dibutuhkan oleh setiap manusia.

Kalimat kedua dan seterusnya tidak mungkin ada jika pada mulanya kita tidak menulis
tentang apa kaitan representasi kehidupan dengan puisi. Dengan begitu, kalimat-
kalimat tersebut menjadi kalimat penjelas yang gagasan utamanya berada pada awal
paragraf, yaitu puisi menjadi wadah representasi kehidupan.

Contoh Paragraf Induktif


Peran Komentator Sepak Bola di dalam Bahasa

Sepak bola sebagai objek dan bahasa sebagai subjek. Bahasa dijadikan oleh
komentator untuk menjelaskan jalannya pertandingan, apa yang dilakukan oleh para
pemain, pelatih, wasit dan juga hal-hal yang sifatnya di luar pertandingan, seperti data
statistik dan informasi dari para pelaku pertandingan sepak bola. Oleh karena itu,
komentator menjadi salah satu bagian yang penting untuk dituntut kehadirannya agar
para penonton ataupun pendengar tak hanya sekadar dimanjakan dengan keseruan
pertandingan, tetapi juga dapat menangkap informasi yang telah teralihkan.

Pada kalimat awal dan kalimat kedua adalah uraian mengenai sepak bola dan bahasa.
Kedua hal ini dijelaskan hingga berhubungan dengan pentingnya peranan komentator
sehingga menjadi kesimpulan pada kalimat akhir, yang merupakan kalimat utama dari
paragraf tersebut.

Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

Unsur kata konkret dan pengimajian merupakan bagian dari unsur fisik puisi.
Sementara itu, unsur perasaan, unsur nada, dan suasana merupakan bagian dari unsur
batin. Kata konkret dibutuhkan dalam membentuk puisi dengan tujuan untuk
membangkitkan imaji pembaca. Selain itu, kata konkret erat kaitannya dengan
penggunaan kiasan dan lambang yang membantu penyair membuat pembaca seolah-
olah melihat, mendengar, merasa, apa yang dilukiskannya sehingga pembaca terlibat
penuh secara batin ke dalam puisinya. Dengan begitu, seperti mengafirmasi pernyataan
Waluyo (1995: 66) yang mengatakan unsur fisik dan unsur batin adalah unsur
pembentuk dari puisi.
Gagasan utama dari paragraf tersebut adalah puisi terdiri atas unsur pembentuk fisik
dan batin, dan gagasan ini terletak pada kalimat akhir. Uraian penjelas mengenai hal
tersebut berada pada kalimat sebelum kalimat akhir.

Perbedaan Kalimat Deduktif dan Induktif


Dari paparan di atas, kita dapat membedakan kalimat deduktif dan kalimat induktif ke
dalam beberapa poin, antara lain”

1. Gagasan kalimat deduktif berada di awal, sedangkan kalimat induktif berada di


akhir.
2. Kalimat deduktif diawali dengan kalimat pemicu yang akan membutuhkan
kalimat-kalimat selanjutnya, sedangkan kalimat induktif diawali uraian, yang
kalimat akhirnya berupa kesimpulan.
3. Penggunaan kalimat deduktif biasanya digunakan untuk mendefinisikan atau
memberikan paparan. Sementara itu, kalimat induktif biasanya digunakan untuk
sesuatu topik yang mengharuskan analisis mendalam sehingga akan diakhir
dengan sebuah pernyataan kesimpulan.

Kata Baku dan Tidak Baku

Kata Baku
Kata baku atau kata formal adalah kata-kata yang digunakan setelah melalui proses
standardisasi bahasa. Artinya, kata-kata tersebut telah dibakukan atau istilahnya telah
mengalami kodifikasi, yaitu terdafar di dalam kamus. Hal ini bertujuan agar bahasa
Indonesia, dengan segala varian kata-katanya, dapat secara jelas digunakan dalam
ragam ilmiah ataupun digunakan untuk pemelajaran bagi orang asing. Kata baku dapat
ditemui di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Perlu diketahui bahwa karena sifat bahasa yang dinamis, KBBI setiap beberapa tahun
sekali diperbarui, dan kini KBBI telah sampai pada jilid V. Artinya, terdapat kata-kata
baru atau kata-kata yang sudah ada pada edisi sebelumnya yang tidak mengalami
perubahan ejaan ataupun sebaliknya. Jadi, sebaiknya kita dalam menulis
menggunakan referensi kata-kata baku dari KBBI edisi terbaru, yang kini sudah dapat
diunduh pada Playstore atau Apple Store.

Kata Tidak Baku


Sementara itu, kata tidak baku atau kata informal adalah kata-kata varian dari kata-kata
baku yang pada umumnya digunakan dalam ragam cakap. Kata tidak baku terjadi
karena setiap orang memunyai dialeknya masing-masing sehingga pengucapan dari
tiap-tiap orang berbeda. Contohnya, setiap orang cenderung telah terbiasa dengan
penggunaan kata resiko. Akan tetapi, pada KBBI V tertulis risiko. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan seseorang terhadap ragam bahasa Indonesia, yaitu ragam
tulis dan ragam capa. Ragam tulis menggunakan kata baku, sedangkan ragam nontulis
menggunakan kata tidak baku Oleh karena itu, pada mulanya seseorang akan merasa
kesulitan ketika menulis karena harus menyesuaikan kata-kata yang telah terbiasa
digunakan dengan KBBI .

Terdapat berbagai faktor mengapa seseorang tidak sengaja menggunakan kata


tidak baku, antara lain:

1. Kebiasaan menggunakan kata-kata yang tidak pernah dicek dalam kamus atau
terlalu malas membuka kamus, yang padahal sangatlah penting.
2. Terkontaminasi bahasa asing, yaitu orang-orang yang menggunakan kebiasaan
buruk mencapuradukkan bahasa.
3. Terpengaruh oleh bahasa asalnya sehingga bingung membedakan mana yang
baku dan tidak baku.

Daftar Kata Baku dan Tidak Baku


Berikut daftar kata baku dan tidak baku yang sering salah penggunaan:

No Kata Baku Kata Tidak Baku


1. mengkritik mengeritik
2. mengubah merubah
3. antarnegara antar negara
4. RP50.000,00 RP.50.000,-
5. memperkarakan memerkarakan
6. nonformal non formal
7. halalbihalal halal bihalal
8. ijazah ijasah
9. agresif agresip
10. teknologi tekhnologi
11. fotokopi foto kopi
12. cenderamata cendera mata
13. di mana dimana
14. faksimile faksimili
15. bertanda tangan bertandatangan
16. rezeki rizki
17. kerja sama kerjasama
18. efektif efektip
19. kauambil kau ambil
20. standar standard
21. bika ambon bika ambon
22. nasihat nasehat
23. persuasif persuasive
24. ke dalam kedalam
25. di samping disamping
26. dimakan di makan
27. 1—6 1-6
28. hoaks hoax
29. persentase prosentase
30. sistem system
31 nasihat nasehat
32 seriawan sariawan
33 aktivitas aktifitas
34 apotek apotik
35 analisis analisa
36 asas azaz
37 apotek apotik
38 atlet atlit
39 atmosfer atmosfir
40 definisi depinisi
41 februari pebruari
42 hakikat hakekat
43 hipotesis hipotesa
44 hierarki hierakhi
45 izin izin
46 jadwal jadual
47 jenazah jenasah
48 kaidah kaedah
49 karier karir
50 konkret konkrit
51 seksama saksama
52 kuitansi kwitansi
53 konsepsional konsepsionil
54 lembap lembab
55 isap hisap
56 rapi rapih
57 imbauan himbauan
58 embusan hembusan
59 azan adzan
60 zuhur dzuhur
61 amin aamiin
62 idulfitri idul fitri
63 genius jenius
64 menerjemahkan menterjemahkan
65 mesti musti
66 motif motive
67 subjek subyek
68 saraf sarap
69 subjektif subyektip
70 teknik tekhnik
71 terampil trampil
72 telanjur terlanjur
73 telantar terlantar
74 ubah rubah
75 utang hutang
76 mungkir pungkir
77 narasumber nara sumber
78 objek obyek
79 objektif obyektip
80 peduli perduli
81 praktik praktek
82 provinsi provinzi
83 risiko resiko
84 sekadar sekedar
85 andal handal
86 kategori katagori
87 miliar milyar
88 praktik praktek
89 ramadan ramdhan
90 november nopember
91 roboh rubuh
92 kukuh kokoh
93 selagi slagi
94 standardisasi standardisasi
95 spiritual sepiritual
96 sutera sutra
97 tarif tarip
98 klorofil clorofil
99 telentang terlentang
100 telanjur terlanjur
101 teoretis teoritis
102 tradisional tradisionil
103 wujud wujut
104 spesies sepesies
105 varietas varieties
106 foto poto
107 produktivitas produktifitas
108 akhir akir
108 ekspor expor
109 syukur sukur
110 jenderal jendral
101 survei survey
102 tim team
103 diesel disel
104 zona zonna
105 film filem
106 manajer manager
107 dipersilakan dipersilahkan
108 kualitas kwalitas
109 menyukseskan mensukseskan
110 ekstrem ektrim
111 antarinstansi antar instansi
112 baut bawut
113 menyosialisasikan mensosialisasikan
114 wasalam wasallam
115 ilmuwan ilmuan
116 mencolok menyolok
117 menafsir mentafsir
118 pertanggungjawaban pertanggung jawaban
119 insaf insyaf
120 trotoar tortoar
121 dolar dollar
122 stasiun stasion
123 khotbah kutbah
124 aktual aktuil
125 antre antri
126 aparat aparad
127 asas azaz
128 balig baligh
129 balsam balsam
130 banderol bandrol
131 bungker banker
132 barzakh barzah
133 batalion battalion
134 baterai batre
135 meterai materai
136 blanko blangko
137 blender belender
138 bumper bamper
139 bengkuang bengkwang
140 bayangkara bhayangkara
141 bus bis
142 bolpoin bulpen
143 cabai cabe
144 kafetaria cafetaria
145 capcai capce
146 capai cape
147 cendekia cindikia
148 deodoran deodorant
149 deputi deputy
150 desain disain
151 dispenser dispenzer
152 detail detil
153 detergen deterjen
154 dividen deviden
155 diagnosis diagnosa
156 elite elit
157 esai esay
158 feri ferri
159 filsuf filsof

Cerpen
Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu dari bagian dalam prosa yang berbentuk
cerita fiksi dengan hanya satu konflik. Sementara itu, fiksi sendiri memiliki pengertian
berupa tulisan prosa tentang peristiwa dan karakter yang dibayangkan (tidak nyata).
Berbeda dengan novel ataupun novelet, cerpen lebih pendek dari segi isi.

Pada umumnya, sebuah cerita pendek dapat berkisar 1.600 hingga 10.000 kata.
Karena panjangnya yang lebih pendek, sebuah cerpen biasanya berfokus pada satu
plot, satu karakter utama (dengan beberapa karakter tambahan), dan satu tema sentral,
sedangkan sebuah novel dapat menyajikan berbagai plot dan tema, dengan berbagai
karakter yang menonjol sehingga lebih kompleks. Berbeda dengan novel yang satu
buku terdiri atas satu judul beserta subjudul, cerpen pada umumnya berbentuk
kumpulan. Kumpulan cerpen yang terkenal, seperti “Kumpulan Cerpen Pilihan
Kompas”.

Ciri-Ciri Cerpen
Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda dari jenis prosa lainnya, antara lain:

 Terdiri atas 1.600—10.000 kata sehingga membutuhkan 10 – 30 menit saja


untuk membacanya.
 Cerpen biasanya berfokus pada satu subjek atau tema. Subjek atau tema berupa
sesuatu yang biasa seperti tugas sehari-hari sehingga mempunyai nilai moral
yang tinggi.
 Cerpen biasanya berlangsung dalam satu latar sehingga berfokus pada satu alur
sehingga hanya bersifat satu konflik dan tidak ada konflik turunan.
 Cerpen biasanya fokus hanya pada satu atau beberapa karakter sehingga
karakter bersifat datar atau watak yang dimiliki tidak berubah secara berangsur-
angsur.
 Diksi yang digunakan bersifat mudah dipahami.

Struktur Cerpen
Dilihat dari isi, cerpen memiliki beberapa bagian, antara lain:

 Abstrak: sebagai bagian dari cerpen yang bersifat pilihan, abstrak memberikan
gambaran awal cerita. Selain itu, abstrak juga berisi rangkuman atau intisari dari
cerita, dan dari abstrak juga pembaca bisa memperkirakan pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis.
 Orientasi: Pada bagian ini, tokoh dan latar diperkenalkan. Latar, yang terdiri atas
latar waktu, suasana, dan tempat, diceritakan baik langsung maupun tak
langsung, begitupun dari watak tokoh.
 Komplikasi: Di bagian tengah, seorang penulis memiliki tugas yang sulit untuk
membuat pembaca tertarik, sebelum mencapai akhir cerita. Tokoh-tokoh akan
mendghadapi konflik, dan seringkali hal-hal menjadi lebih buruk bagi mereka dan
mereka perlu menemukan cara untuk membereskannya. Bagian inilah disebut
dengan komplikasi.
 Evaluasi: Bagian ini menyajikan perjalanan konflik sampai ke titik tertinggi
(klimaks) yang setelahnya akan ditemukan pemecahan ataupun peleraian.
 Resolusi: Bagian ini disebut juga dengan peleraian, yaitu saat titik tertinggi mulai
menurun hingga bertemu pada bagian koda.
 Koda: Bagian ini adalah bagian akhir dari cerpen. Penulis akan menyampaikan
pesan moralnya baik secara eksplisit maupun implisit.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen


Cerpen dibangun dari unsur-unsur di dalamnya. Secara garis besar, terdapat dua
unsur: unsur intrinsic dan ekstrinsik.

Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, tokoh, penokohan, watak, latar, alur/plot, sudut
pandang, dan amanat.

 Tema: Tema berbeda dengan judul. Tema bersifat lebih umum dari
permasalahan yang diangkat dan pada umumnya disampaikan dalam bentuk kata
benda (nomina), seperti kesetiakawanan, persahabatan, percintaan, perjuangan
kelas, pertempuran, dsb. Tema emansipasi wanita contohnya cerpen berjudul
“Dua Dunia” karya N.H Dini; tema kemiskinan contohnya cerpen berjudul “Hari
Pertama di Bulan Ini” karya Surya Gemilang; tema percinta contohnya cerpen
berjudul “Cintaku Setahun Jagung” karya Ramlis Harman; dsb.
 Tokoh: Tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan penulis, yang setelahnya
akan diberikan watak dan penempatan. Tokoh-tokoh ini tentunya ada yang
diberikan nama ataupun terjadi secara umum, seperti ayah, ibu, nenek, kakek,
dsb. Pada beberapa cerpen, pemberian nama tokoh menjadi hal yang penting,
dan beberapa di antaranya memakai konsep etimologi.
 Penokohan: Tokoh yang telah diberi watak dan kapan dia akan muncul disebut
dengan penkohan.
 Watak: Watak atau sifat diberikan pada tokoh sehingga dapat diklasifikasi
menjadi tiga: tokoh protagonis (baik), tokoh antagonis (jahat), dan tokoh tirtagonis
(penengah). Berdasarkan perubahan wataknya, tokoh terbagi menjadi dua: tokoh
datar dan tokoh bulat. Tokoh datar adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan
watak, dan tokoh bulat adalah kebalikannya.
 Latar: Latar atau setting terbagi menjadi tiga: latar suasana, latar tempat, dan
latar waktu. Latar suasana diperlukan pada setiap momen cerita: apakah suasana
haru, menegangkan, sedih, dsb. Latar tempat dibutuhkan untuk
mengenali budaya dari cerita yang diangkat. Latar waktu digunakan sebagai
penunjuk untuk membangun suasana yang diciptakan.
 Alur dan plot: Alur atau plot terbagi menjadi dua: linier dan kilas balik. Alur liner
terjadi jika cerita bersambung ke depan. Cerpen yang isi ceritanya terdapat bagian
mengisahkan masa lalu disebut dengan alur kilas balik.
 Sudut pandang: Sudut pandang atau point of view terbagi menjadi dua: sudut
pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang
pertama terbagi menjadi dua: sudut pandang orang pertama sebagai pelaku
utama dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Jika di
dalam cerita, tokoh utama menggunakan kata ganti Aku atau saya atau gue dan
tidak disebutkan nama tokoh lain, sudut pandang ini disebut sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama. Jika terdapat nama tokoh lain, artinya cerita
menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan.
Sementara itu, sudut pandang orang ketiga artinya di dalam cerita menggunakan
kata ganti orang ketiga atau nama langung. Jika tokoh dapat mengetahui hal-hal
yang tak kasat mata, seperti perasaan tokoh, sudut pandang yang dibukanan
berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu, jika sebaliknya, artinya sudut
pandang orang ketiga sebagai pelaku sampingan.
 Pesan atau amanat: Pada dasarnya, seorrang penulis menyiapkan amanatnya
terlebih dahulu kemudian dituangkan ke dalam cerita. Amanat disampaikan baik
secara eksplisit maupun implisit. Selain itu, amanat dari sebuah cerpen akan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Unsur Ekstrinsik Cerpen


Unsur ekstrinsik cerpen digunakan agar dapat mengetahui lebih dalam tentang isi
cerita. Unsur-unsur tersebut terdiri atas:

 Latar Belakang Masyarakat


Latar belakang masyarakat dapat diketahui dengan cara dilihat dari sisi kondisi
ekonomi, sosial budaya, politik, dan ideologi. Hal-hal ini diperlukan semata-mata demi
memahami secara kompleks maksud dan tujuan, serta motif mengapa cerita tersebut
diciptakan.

 Kepengarangan
Sejarah hidup penulis mulai dari kondisi sosial, psikologis, bahkan aliran sastra yang
dianut memberikan gambaran lebih dalam ketika menganalisis cerpen.

Kaidah Kebahasaan Cerpen


Dilihat dari gaya bahasa dan diksi yang digunakan, cerpen memiliki ciri-ciri kebahasaan,
antara lain:

 Menggunakan pendeskripsian yang kuat. Dalam mendeskripsikan fisik tokoh


penulis menggunakan kata-kata sifat atau[un perbandingan. Hal ini juga yang
dibutuhkan untuk menggambarkan suasana, seperti suasana di sawah ataupun di
sebuah gua. Kepiawaian penulis sangat dibutuhkan agar semakin membuat
pembaca menyelam ke dalam cerita.
 Menggunakan frasa adverbial (kata keterangan) untuk menunjukkan latar tempat
atau pun waktu, seperti pada pagi hari, di sebuah desa, pada dinihari, dsb.
 Menggunakan kalimat langsung dan ada juga yang tak langsung, ataupun
berupa dialog.
 Menggunakan kata-kata kiasan atau konotatif, seperti dewi pagi yang berarti
matahari, surga dunia yang berarti merujuk pada tempat-tempat hiburan atau
pariwisata.
 Menggunakan bahasa yang informal ataupun semiformal. Meskipun
demikian, tanda baca digunakan secara tepat berdasarkan aturan PUEBI.

Contoh Cerpen-Cerpen Terbaik


1. “Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-Kata” karya Putu Wijaya.
2. “Tanah Air” karya Martin Aleida.
3. “ Inem” karya Pramoedya Ananta Toer.
4. “ Malam” karya Leila S. Chudori.
5. “Sepasang Sepatu Tua” karya Sapardi Joko Damono.
6. “Lelaki yang Membelah Bulan”
7. “Manusia Kamar” karya Senon Gumira Ajidarma.
8. “Malaikat Juga Tahu” karya Dee Lestari.
9. “Waktu Nayla” karya Djenar Mahesa Ayu.
10. “Terbang” karya Dee Lestari.

Konjungsi
Konjungsi atau kata hubung adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-
bagian kalimat atau kalimat-kalimat dalam sebuah wacana (Keraf, 1991: 116).
Konjungsi menurut Abdul Chaer (1990: 140) adalah kata-kata yang digunakan untuk
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.
Konjungsi berfungsi menghubungkan satuan-satuan kata, frasa, klausa, kalimat,
atau paragraf dalam sebuah wacana. Berdasarkan perilaku sintaktisnya, konjungsi
dibedakan atas konjungsi koordinatif, subordinatif, temporal, dan kausalitas.

Konjungsi temporal adalah konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa yang


berbeda, berkaitan dengan waktu. Berikut beberapa jenis konjungsi temporal, yaitu

1. Konjungsi temporal sederajat.


Konjungsi ini tidak dapat digunakan di awal kalimat dan umumnya digunakan
pada kalimat majemuk setara. Konjungsi temporal sederajat di antaranya kemudian,
sebelumnya, lalu, sesudahnya, selanjutnya.
Contoh: Bersihkan luka pada kakimu, kemudian oleskan obat

2. Konjungsi temporal tidak sederajat.


Konjungsi ini menghubungkan kalimat yang tidak setara atau kalimat bertingkat.
Konjungsi temporal tidak sederajat di antaranya apabila, ketika, hingga, sejak,
sementara, bila, sebelum, waktu, demi, saat, sambil.

Contoh:

 Sebelum kelasnya dimulai, ibu guru meminta kami memperkenalkan diri.


 Ibu akan berangkat ke pasar, saat matahari terbit.

Konjungsi Kausalitas
Konjungsi kausalitas adalah konjungsi yang menjelaskan hubungan sebab akibat suatu
peristiwa. Konjungsi ini memiliki beberapa jenis, yaitu:

1. Konjungsi Kausal Syarat


Konjungsi ini saling menyatukan akibat dan sebab dengan menerapkan syarat untuk
terjadinya akibat tersebut. Konjungsi kausal syarat di antaranya jika, kalau, dan bila.

Contoh: Jika barang tersebut sesuai dengan selera, Anda dapat memilikinya.

2. Konjungsi Kausal Alasan


Konjungsi ini menyebutkan adanya alasan atau penyebab dari suatu kejadian yang
menimbulkan akibat. Konjungsi yang digunakan yaitu karena.

Contoh: Ia nyaris tertabrak mobil, karena kurang berhati-hati.

3. Konjungsi Kausal Simpulan


Konjungsi ini memuat suatu kesimpulan dari adanya sebab dan akibat. Konjungsi yang
digunakan yaitu dengan demikian dan jadi.

Contoh: Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kejadian tersebut merupakan


salah-satu bencana alam.

4. Konjungsi Kausal Akibat


Konjungsi ini memuat akibat yang terjadi sehingga menimbulkan sebab. Konjungsi
kausal akibat di antaranya oleh sebab itu, sehingga, oleh karena itu, maka.

Contoh: Jumlah penderita yang terjangkit virus semakin meningkat.  Oleh sebab itu, kita
harus menjaga kebersihan dan menghindari kontak fisik dengan orang lain.

5. Konjungsi Kausal Untuk


Konjungsi ini menyatakan suatu sebab haruslah membentuk akibat. Konjungsi kausal
untuk, yaitu agar dan untuk itu.

Contoh: Masyarakat diminta untuk diam di rumah, agar penyebaran virus tidak semakin
parah.

Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan
unsur tersebut memiliki kedudukan yang sama. Konjungsi koordinatif selalu terletak di
antara unsur-unsur yang digabungkan. Unsur tersebut dapat berupa kata ataupun
klausa. Berikut jenis-jenis konjungsi koordinatif.

1. Konjungsi Koordinatif Penambahan


Konjungsi ini menerangkan bahwa satu klausa atau kata merupakan penambahan atau
pelengkap dari klausa lainnya. Anggota dari konjungsi ini adalah dan.
Konjungsi ini menyatakan ‘gabungan biasa’, yang digunakan di antara:

 Dua kata benda


Contoh: Ibu dan ayah pergi ke Padang
 Dua kata kerja
Contoh: Mereka makan dan minum di kantin.
 Dua kata sifat yang tidak bertentangan
Contoh: Ketua kelas rajin dan pandai.
 Dua klausa (bagian kalimat) dalam suatu kalimat majemuk/luas.
Contoh: Tina belajar bahasa Jepang dan adiknya belajar bahasa Inggris
Jika kedua kata sifat yang digabungan dengan konjungsi  bertentangan, dan hanya
dapat menduduki posisi subjek.
Contohnya: Buruk dan baik perlu dipertimbangkan terlebih dahulu.
Kemudian, jika yang digabungkan lebih dari dua kata atau dua klausa, maka
konjungsi dan hanya digunakan antara dua kata atau klausa yang terakhir.
Contohnya:

Kami memerlukan, pensil, kertas, penggaris, gunting, dan busur.

2. Konjungsi Koordinatif Pendampingan


Konjungsi ini menerapkan bahwa salah satu kata atau klausa adalah penambahan atau
pelengkap dari kalimat atau klausa lainnya. Anggota dari konjungsi ini adalah serta.
Contoh:

Saat bangun tidur, aku merapikan tempat tidur, serta memasukan baju kotor ke


keranjang.

3. Konjungsi Koordinatif Pemilihan


Konjungsi ini menyatakan bahwa dua unsur yang digabungkan bersifat opsional atau
pilihan. Anggota dari konjungsi ini adalah atau. Konjungsi koordinatif pemilihan
digunakan sebagai berikut:
 Di antara dua kata benda atau frasa benda
Contoh: Makan nasi atau roti bagi saya tidak menjadi masalah.
 Di antara dua kata kerja
Contoh: Jangan menginjak atau mencabut rumput yang ada di taman.
 Di antara dua kata sifat yang berlawanan maknanya.
Contoh: Kaya atau miskin di hadapan Tuhan tidak ada bedanya.
 Di antara kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya.
Contoh: Aku tidak tahu apakah orang-orang itu jujur atau tidak jujur.
 Di antara dua klausa pada kalimat majemuk setara.
Contoh: Saya yang datang ke rumahmu, atau kamu yang datang ke sini?
Sama halnya dengan konjungsi dan, jika kata yang harus dipilih terdiri lebih dari dua
unsur, konjungsi atau ditempatkan di antara kedua unsur yang terakhir.
Contoh: Kamu mau minum air putih, teh, susu, atau kopi?

4. Konjungsi Koordinatif Perlawanan


Konjungsi ini menyatakan bahwa dua unsur yang dihubungkan saling berlawanan.
Anggota dari konjungsi ini adalah melainkan dan tetapi. Kedua konjungsi ini berfungsi
untuk menghubungkan pertentangan. Berikut contoh penggunaan konjungsi tetapi.
 Di antara dua kata sifat yang bertentangan dalam suatu kalimat
Contoh: Dia anak yang malas tetapi cerdas.
 Di antara dua klausa, subjeknya merujuk pada identitas yang sama, tetapi
predikatnya merupakan dua kata sifat yang kontras.
Contoh: Kelas itu bersih dan rapi, tetapi papan tulisnya kotor.
 Di antara dua klausa, subjeknya merujuk pada identitas yang tidak sama dan
predikatnya merupakan dua kata sifat yang berlawanan.
Contoh: Di sekolah sangat ramai, tetapi di rumah sepi
 Di antara dua klausa, klausa pertama berisi pernyataan dan klausa kedua berisi
pengingkaran dengan kata tidak.
Contoh: Saya ingin berangkat lebih pagi, tetapi tidak ada kendaraan.

Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih
dan klausa tersebut tidak memiliki kedudukan yang sama. Salah satu dari klausa
tersebut merupakan anak kalimat dari kalimat induknya. Konjungsi subordinatif dapat
diletakkan di tengah atau di depan unsur-unsur yang dihubungkan. Konjungsi
subordinatif dibagi menjadi sebagai berikut.

1. Subordinatif yang Menyatakan Waktu


Konjungsi subordinatif ini menyatakan terjadinya suatu peristiwa, yaitu waktu
permulaan, bersamaan, berurutan, dan batas akhir. Konjungsi tersebut di antaranya,

 waktu permulaan: sejak, sedari,


 waktu bersamaan: sementara, seraya, sewaktu, sambil, tatkala, serta, selagi, ketika,
selama,
 waktu berurutan: sesudah, selesai, seusai, sehabis, sebelum, begitu, setelah
 waktu batas akhir: sampai, hingga

Berikut contoh subordinatif yang menyatakan waktu.

1. Sejak tinggal di desa, ia menjadi anak yang rajin.


2. Ia mengucap syukur seraya berkata “terima kasih telah mengundang kami”.
3. Sehabis bermain-main, malamnya saya tidur nyenyak
4. Saya belajar terus hingga lupa makan dan minum.
2. Subordinatif yang Menyatakan Syarat Terlaksananya Suatu Hal.
Konjungsi ini di antaranya kalau, manakala, jikalau, apabila, jika, bilamana, asalkan.

3. Subordinatif yang menyatakan suatu pengandaian.


Konjungsi ini di antaranya andaikan, seandainya, umpamanya, andaikata, sekiranya,
seumpama.
Contoh: Seandainya aku tidak pindah ke kota ini, kita tidak akan pernah bertemu.

4. Konjungsi subordinatif yang menyatakan tujuan atau harapan.


Konjungsi ini menggunakan kata biar, agar, supaya.
Contoh: Jangan diungkit-ungkit perkara tersebut, supaya tidak timbul lagi perselisihan.
Contoh Penggunaan Konjungsi
Berdasarkan penjelasan di atas, sudahkah kamu memahami penggunaan konjungsi
yang baik dan benar? Coba tentukan konjungsi dari contoh-contoh kalimat berikut.

1. Saya membaca dan meminjam buku di perpustakaan.


2. Kami sibuk membersihkan kelas saat piket, . . . dia hanya duduk-duduk saja.
3. Cuaca di Jakarta panas sekali . . . pada siang hari.
4. Kelas akan cepat bersih . . . kita semua mau bekerja sama.
5. . . . saya punya uang, saya akan membeli sepeda baru.
6. Kami mendengar kabar . . . rumahnya kebanjiran kemarin.
7. . . . saya sakit, saya tidak dapat hadir dalam pertemuan tersebut.
8. . . . sudah berkali-kali dihukum, ia tidak juga jera melakukannya.
9. Lebih baik menunggu lima menit, . . . terlambat satu menit.
10. Saya sedang tidak di rumah . . . paket itu datang.

Kata Pengantar Makalah, Laporan, Proposal, Skripsi (Karya


Ilmiah)

Kata pengantar adalah teks yang terdapat di halaman awal karya tulis, berisi ucapan
terima kasih dari penulis. Teks ini juga berisi sedikit penjelasan mengenai isi karya tulis
dan tujuan ditulisnya karya tersebut. Kata pengantar berisi hal yang telah dilakukan
pengarang atau penulis untuk menyelesaikan karyanya. Kata pengantar juga berisi
keterangan siapa saja yang telah membantu penulis dalam penyusunan karya tersebut.
Kata pengantar terdapat di karya tulis ilmiah, seperti makalah, skripsi, novel, buku, dan
lainnya.

Tujuan kata pengantar


Membantu pembaca mengetahui isi karya tulis, merupakan fungsi kata pengantar. Hal
ini karena, selain berisi ucapan terima kasih, kata pengantar juga merupakan gambaran
umum dari karya tersebut. Kata pengantar dapat meningkatkan minat pembaca untuk
mengetahui lebih lengkap mengenai karya tersebut. Kata pengantar dalam suatu karya
tulis dibuat sebagai rasa hormat penulis kepada para pembaca, yang didalamnya
berisikan ucapan dari penulis atas keberhasilannya dalam menyelesaikan tesis, skripsi,
ataupun makalah penelitian.

Struktur kata pengantar


Kata pengantar disusun menggunakan kalimat efektif, dengan tujuan agar pembaca
mudah memahami isi dari kata pengantar. Berikut struktur penulisan kata pengantar.

1. Pembukaan
Bagian pembukaan kata pengantar terdapat pada paragraf pertama dan kedua. Bagian
ini berisi ucapan syukur penulis atau tim penyusun atas terselesaikannya karya tulis
tersebut. Ucapan terima kasih diawali dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan
dan dilanjutkan dengan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah
mendukung dan membantu penulisan karya tulis tersebut. Umumnya diurutkan
berdasarkan jabatan dan tingkat keterlibatan orang yang bersangkutan pada
penyelesaian makalah. Misalnya, untuk tugas sekolah, ucapan terima kasih
disampaikan kepada guru kelas yang memberikan tugas, teman-teman, dan pihak lain
yang membantu.

2. Isi
Bagian ini berupa gambaran isi karya tulis, umumnya dimulai dengan menyebutkan
judul karya tulis. Kemudian, dilanjutkan dengan pembahasan dan proses penulisan
karya tulis tersebut. Karya tulis dijelaskan secara singkat padat dan jelas pada bagian
isi kata pengantar.

3. Penutup
Bagian penutup berisikan kalimat permintaan maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
gelar, nama, atau isi dari karya tulis. Permohonan maaf ditujukan bila di kemudian hari
ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan.

Bagian ini juga berisikan harapan penulis atau penyusun karya, agar karya tersebut
dapat bermanfaat untuk orang banyak. Harapan tersebut berisikan beberapa
pandangan atau potensi lebih lanjut dari topik yang diangkat dalam karya tulis.

Penulis atau penyusun umumnya memiliki keterbatasan lingkup pembahasan, padahal


topik tersebut memiliki beberapa sisi menarik yang dapat dibahas untuk menjadi karya
tulis lainnya. Bagian harpan tersebut dapat menjadi upaya penulis memberikan
pandangan kepada pembaca, sehingga topik yang telah diangkat bisa dikembangkan
dalam bentuk penelitian atau pembahasan yang baru dengan sudut pandang berbeda.

Kata pengantar hendaklah berisi hal-hal berikut.

1. Penjelasan mengenai tujuan penulis menulis atau menyusun karya tulis


ilmiahnya tersebut, serta alasan dipilihnya bidang tersebut.
2. Pertanggungjawaban mengenai cara karya tersebut disusun, yang digambarkan
secara umum.
3. Ungkapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah berjasa selama
penyusunan karya ilmiah tersebut.
4. Harapan-harapan penulis tentang manfaat dari karyanya, baik itu untuk diri
pribadi, pembaca, maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Hal yang perlu dihindari ketika menulis kata pengantar

 Menulis teks kata pengantar terlalu panjang dan lebih dari dua halaman .
 Mencatumkan ucapan terima kasih kepada banyak orang
 Menulis kata pengantar dengan bahasa informal.

Contoh Kata Pengantar


Bacalah contoh kata pengantar dan strukturnya berikut untuk memudahkanmu
memahami penulisan kata pengantar.
1. Contoh Kata Pengantar Makalah
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada guru bahasa Indonesia selaku guru pembimbing dalam tugas ini
karena telah membantu kelancaran dalam pembuatan karya tulis ini. Kepada orang tua
yang telah membantu dan bemberi pengertian dalam melaksanakan tugas ini dan
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Dalam rangka memenuhi Tugas Bahasa Indonesia maka karya tulis ini dibuat dengan
judul “Pentingnya Membaca dalam Kehidupan”. Mengapa penulis mengambil judul
tersebut karena saat ini budaya membaca sudah menjadi hal yang jarang dilakukan
bagi sebagian masyarakat terutama remaja. Oleh sebab itu, penulis berharap dengan
adanya karya tulis ini dapat meningkatkan budaya membaca bagi masyarakat
terutaman remaja Indonesia

Penulis mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini. Selain itu,
penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
tercapainya tujuan dari penulisan karya tulis ini.

Sumber gambar: wikimedia.org

Struktur kata pengantar tersebut terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup.

 Pembukaan
Pembukaan kata pengantar terdapat pada paragraf satu, yang berisi ucapan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada guru, orang tua, dan teman-teman.

 Isi
Bagian isi terletak pada paragraf kedua, yang menjelaskan judul makalah yang dibuat,
isi, dan tujuan dari penulisan makalah tersebut.

 Penutup
Pada bagian penutup atau paragraf terakhir, penulis mengucapkan permintaan maaf
atas kekurangan dalam penulisan makalah. Selain itu, juga berisi harapan penulis
terhadap penulisan makalah.

Bacalah contoh-contoh kata pengantar berikut dan identifikasilah strukturnya.

2. Contoh Kata Pengantar Laporan


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga laporan kegiatan
yang berjudul “Membuat Apotek Hidup di Lingkungan Sekolah” dapat terselesaikan.

Terima kasih kepada Bapak Solikin yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan laporan ini. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan
membantu kami sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan
bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.

Semoga laporan kegiatan ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 22 Maret 2019

Penyusun

3. Contoh Kata Pengantar Proposal


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kami selaku Panitia Festival Bulan Bahasa
menulis proposal kegiatan ini bertujuan untuk meminta persetujuan Dekan Fakultas
untuk pelaksanaan acara.

Acara Festival Bulan Bahasa ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Bulan
Bahasa pada tanggal 28 Oktober 2019.

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari bahwa proposal ini masih banyak
kekurangan karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kelancaran dan terciptanya
acara yang lebih baik.

Depok, 20 Agustus 2019

Sekretaris Acara

4. Contoh Kata Pengantar Skripsi (Karya Ilmiah)


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Humaniora dalam
Program Studi Indonesia, Universitas Indonesia. Saya menyadari skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Terima kasih kepada Bapak Sartuni, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang sudah
menyediakan waktu, pikiran, dan perhatiannya untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini. Kepada Bapak Dr. Christomy dan Ibu Dr. Hartanti selaku
penguji dalam penulisan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih atas arahan dan
masukan yang telah diberikan. Terima kasih kepada Ibu Munawarah, M. Hum., selaku
pembimbing akademik yang telah memberi arahan di sepanjang studi saya. Terima
kasih kepada semua dosen Program Studi Indonesia yang sudah membekali ilmu yang
bermanfaat.

Kepada keluarga saya yang selalu mendoakan keberhasilan anaknya dan menjadi
tempat saya berkeluh kesah. Kepada kakak-kakak saya yang sudah membantu saya
sehingga dapat sekolah hingga kuliah dan menjadi sarjana. Kepada sepupu-sepupu
saya yang selalu menghibur dan menyemangati saat menyusun skripsi ini.

Terima kasih kepada sahabat saya yang selalu mendoakan, membantu, dan memberi
semangat, serta berbagi cerita dan kebahagiaan. Kepada Amanda dan Fitri yang sudah
membantu, menemani, dan sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi. Kepada
Dinda, Anisa, Raudra, dan Rabbbani yang selalu mendampingi saya selama empat
tahun ini dalam keadaan suka dan duka.

Akhir kata, terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
tetapi menjadi bagian yang mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan kalian. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi orang banyak.

Jakarta, 19 Mei 2019

Penulis

Teks Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat
memperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan,
biasanya dilengkapi dengan gambar dan data statistik. Tujuannya, agar pembaca
mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Contohnya:
Sementara itu, Sri Handayani mengungkapkan, anggaran pendidikan yang disiapkan
Pemprov NAD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2002
tergolong besar, yaitu sebesar Rp 1,57 triliun. Di pihak lain, ia menyoroti kecilnya
anggaran yang disiapkan Pemprov NAD untuk masalah ketenagakerjaan yang hanya
0,1 persen atau sebesar RP 2,3 Miliar.

Ciri-Ciri Teks Eksposisi


Seperti halnya jenis teks yang lain, teks eksposisi juga memiliki beberapa ciri, antara
lain:

1. Bersifat objektif pada pembahasan persoalan dan tidak menggunakan kata atau
frasa yang bersifat menarik emosional pembaca sehingga tidak memihak kepada
pihak apapun.
2. Bersifat informatif. Artinya, setelah dibaca, pembaca merasa mendapatkan
informasi tambahan.
3. Teks memuat fakta. Fakta dapat berisi data berupa angka, misalnya “…tingkat
kasus trafficking selama sedekade terakhir…”
4. Menggunakan bahasa baku dengan ragam laras ilmiah dan gaya bahasa yang
lugas. Selain itu, tanda baca dan ejaan juga sangat diperhatikan yang ditulis
berdasarkan PUEBI.

Struktur Teks Eksposisi


Teks eksposisi memliki struktur tersendiri yang terdiri atas pernyataan pendapat (tesis),
argumentasi, dan pernyataan ulang (reiteration). Dalam soal, pada umumnya, akan
disajikan potongan paragraf dan peserta didik diminta untuk mengidentifikasikannya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami konesep dari ketiga komponen
struktur tersebut.

1. Pernyataan pendapat atau tesis


Bagian ini berada pada bagian awal teks yang berisi topik yang diangkat oleh penulis.
Selain itu, opini dari penulis juga termasuk di dalamnya. Opini ini membuat pembaca
untuk memosisikan  diri apakah pro ataupun kontra.

2. Argumentasi
Setelah topik diangkat melalui opini, bagian selanjutnya ialah bagaimana opini tersebut
didukung dengan argumentasi berdasarkan data dan fakta yang kuat, serta sistematis.
Semakin ilmiah data yang diberikan dan dengan penjelasan yang runtun, semakin baik
kualitas dari tulisan. Karena itu, bagian ini pada umumnya lebih dari satu paragraf
sebab selain data dan fakta, beberapa jenis teks eksposisi memberikan penyajian
contoh beserta alasan.

3. Penegasan ulang
Bagian ini berada pada paragraf akhir sehingga disebut juga sebagai penutup atau
kesimpulan. Tesis disebutkan, tetapi biasanya tidak secara langsung, yaitu dengan
menggunakan kata rujukan, seperti “…Pada akhirnya, persoalan tersebut masih
menjadi perdebatan…”. Kata tersebut merujuk apa yang diangkat pada bagian tesis.

Jenis-Jenis Teks Eksposisi


Berdasarkan pola pengembangan paragrafnya, teks eksposisi terbagi menjadi
beberapa bagian, antara lain.

1. Eksposisi Definisi
Ekpsosisi ini menjelaskan topik tertentu secara definitif, yaitu memberi penjelasan
dengan batasan makna. Contohnya,

Globalisasi adalah proses ketika dunia menjadi semakin saling terhubung sebagai hasil
dari peningkatan perdagangan dan pertukaran budaya secara masif. Globalisasi telah
meningkatkan produksi barang dan jasa. Perusahaan yang dimaksud bukan lagi
perusahaan nasional tetapi perusahaan multinasional dengan anak perusahaan di
banyak negara.

2. Eksposisi Proses
Eksposisi yang memaparkan langkah-langkah atau cara melakukan sesuatu atau dalam
pembuatan hal tertentu. Contohnya,

Ketika seseorang menulis teks eksposisi, langkah awalnya adalah menentukan topik
yang kemudian dituangkan ke dalam judul. Setelah itu, pernyataan penulis berdasarkan
fakta dituangkan ke dalam bagain tesis, yang di dalamnya juga terdapat posisi penulis
apakah pro ataukah kontra.
3. Eksposisi Ilustrasi
Eksposisi ini bertujuan untuk memberikan gambaran atas suatu ide nyata agar
pembaca dapat memahami dengan baik. Penggambaran ini melihat kesamaan sifat dari
topik yang satu ke topik yang lain dengan ciri-ciri biasanya terdapat konjungsi seperti
atau bagaikan , dan nomina ibarat. Contohnya,

Salah satu tanda pemanasan global adalah peningkatan suhu udara di bumi. Pada


suatu kondisi tertentu, suhu udara di bumi diibaratkan pemanasan mesin kendaraan
bermotor. Dampak pemanasan global dapat dirasakan dengan panasnya udara di
sekitar kita. Udara yang pada umumnya dirasakan biasa, kini sudah melampaui batas
normal. Hal itu seperti halnya mesin motor yang memanas karena dikendarai secara
terus-menerus.

4. Eksposisi Pertentangan
Eksposisi ini berisi topik yang dijelaskan dari sisi kontradiksi, yang biasanya
berhubungan dengan topik yang lain. Ciri-ciri eksposisi pertentangan terletak dari
penggunaan konjungsi intrakalimat, seperti tetapi dan sedangkan, ataupun konjungsi
antarkalimat, seperti akan tetapi, meskipun demikian, namun, sebaliknya. Contohnya,

Terdapat keunikan yang sangat menarik dari planet Merkurius. Lama rotasi dan revolusi
planet ini berbanding terbalik.  Untuk berevolusi mengitari matahari, Merkurius
membutuhkan waktu selama 88 hari. Sebaliknya, untuk berputar pada porosnya, 59
hari adalah waktu yang dibutuhkan oleh planet Merkurius. Perbedaannya sangat
mencolok dengan bumi yang hanya membutuhkan waktu 1 hari.

5. Eksposisi Perbandingan
Membandingkan antara satu dengan yang lain menjadi ciri dari teks eksposisi ini.
Dengan cara demikian, pembahasan suatu persoalan akan lebih jelas daripada hanya
dengan berfokus pada persoalan itu sendiri. Contoh:

Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif murah. Setiap orang dapat menjadi
pelanggan listrik dengan tidak banyak mengeluarkan biaya. Sementara itu, petromaks
memerlukan perawatan yang lebih cermat dan banyak menggunakan bahan bakar bila
dibandingkan dengan sebuah tenaga pembangkit listrik. Petromaks hanya dapat
menghasilkan sebuah sumber terang dan hanya bermanfaat untuk penerangan.
Dengan sebuah pembangkit tenaga listrik dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan watt
listrik’ dan bukan hanya dipergunakan untuk penerangan, tetapi juga untuk keperluan-
keperluan lain. Listrik terdapat di kota-kota. Petromaks biasanya dipergunakan di
tempat-tempat yang tidak ada listrik atau di desa-desa.

6. Eksposisi Klasifikasi
Eksposisi ini berfungsi untuk mengelompokkan atau membagi sesuatu ke dalam
golongan tertentu. Terdapat dua pola: menyeragamkan ke dalam satu kelompok atau
memisahkan ke kelompok lain. Oleh karena itu, dalam membuat teks eksposisi ini
dibutuhkan dasar pengklasifikasian yang jelas. Contoh:

Jurusan sastra Indonesia di Universitas Indonesia terbagi menjadi tiga: linguistik,


sastra, dan filologi. Meskipun ketiganya sama-sama mempelajari bahasa Indonesia,
perbedaan terletak dari penggolongan minat para mahasiswa. Linguistik menjadi
peminatan bagi mahasiswa yang fokus terhadap ilmu tata bahasa. Sementara itu,
mahasiswa, yang menaruh perhatian utama pada seni yang mediumnya bahasa,
menempatkan sastra sebagai peminatan. Filologi dikhususkan untuk para mahasiswa
yang ingin menelusuri bahasa Indonesia klasik yang dipelajari dari naskah-naskah
kuno.
7. Eksposisi Berita
Ekposisi ini berisi informasi yang biasanya terdapat pada media massa yang bersifat
aktual dan faktual. Informasi yang diangkat berupa peristiwa-peristiwa tertentu. Contoh:

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia. Manik Margamahendra,


menjadi sorotan public setelah aksinya menyatakan secara lantang bahwa DPR adalah
singkatan dari “Dewan Penghianat Rakyat”. Aksinya tersebut dilontari dari bentuk
protesnya yang mewakili suara para mahasiswa Indonesia yang menolak RKUHAP.

8. Eksposisi Analisis
Eksposisi ini berisi pengamatan yang mendalam lalu pada bagian argumentasi dibahas
secara bertahap. Contohnya,

Saya meyakini bahwa adanya pelbagai lembaga bimbingan belajar merupakan bentuk
dari gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini bukanlah tanpa alasan. Pertama,
tak sedikit peserta didik yang kalah bersaing dengan para peserta didik lain yang
mengikuti bimbel yang dilihat dari segi nilai pada tiap-tiap mata pelajaran yang
diampuh.

Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi


Teks eksposisi memiliki ciri khas tata kebahasaan yang dapat diidentifikasi dari mulai
kata hingga kalimat apa yang dipakai. Terdapat 6 kaidah kebahasaan teks eksposisi,
antara lain:

1. Menyatakan dan menjelaskan pendapat.


Misalnya, “Minum air putih adalah salah satu yang paling esensial di alam tubuh.
Hal ini disebabkan selain 2/3 dari tubuh kita adalah air, air juga dapat
memenersihkan tubuh dari racun dan menyumbang nutrisi penting ke sel-sel
tubuh”
2. Memuat fakta, yang bersumber dari penelitian, yang diperlukan data untuk
menyajikan informasi.
Misalnya, “Setelah makan berat, biasanya seseorang akan mengonsumsi kudapan
ataupun camilan. Hal ini sebenarnya, menurut penelitian di National Institute of
Health, bukanlah sebuah kebiasaan buruk, bahkan sebaliknya, sebab dapat
menjaga keseimbangan gula dalam tubuh menjelang jadwal makan berat
selanjutnya.”
3. Penegasan pendapat berada di bagian penutup, yang bersifat objektif dengan
ragam ilmiah dan kalimat efektif.
Misalnya, “Seperti yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, dari penjabaran
tersebut dapat dikatakan bahwa kalori yang dikandung oleh makanan cepat saji
sangat sedikit, sedangkan efeknya sangat buruk bagi kesehatan.”
4. Penggunaan pronomina atau kata ganti. Pronomina adalah kelas kata yang
berfungsi untuk mengganti nomina (kata benda) atau frasa nomina.
Misal, Ibu sudah pulang ke rumah. Dia sebelumnya telah pergi ke pasar. Kata dia
termasuk pronomina dan berfungsi mengganti kata ibu yang merupakan nomina.
Pronomina terbagi menjadi dua: pronomina persona dan pronomina nonpersona.
Pronomina persona terdiri atas tunggal dan jamak. Berdasarkan sudut
pandangnya, pronomina persona terbagi menjadi pronomina orang pertama,
kedua, dan ketiga. Sementara itu, pronomina nonpersona, yang digunakan untuk
penunjuk (ia, dia, anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si) dan penanya.
5. Penggunaan leksikal.
Leksikal adalah salah satu jenis kata yang menunjukkan nomina kata benda,
verba kata kerja, adjektiva kata sifat, dan kata keterangan adverbia. Nomina atau
kata benda adalah kelas kata dari nama seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan, misalnya kebersihan, peraturan, papan tulis,
penandatanganan, dsb. Verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu
perbuatan, keberadaan, atau pekerjaan, misalnya bernapas, melompat,
menyatakan, mengemukakan, dsb. Adjektiva adalah kata yang menerangkan
keadaan atau sifat, misalnya baik hati, suci, bersih, alim, diam, dsb.
6. Penggunaan konjungsi.
Konjungsi atau kata hubung dalam teks eksposisi berfungsi agar argument penulis
dapat diperkuat. Misalnya, Seni Didong merupakan salah satu seni tradisi lisan
asal masyarakat Gayo, Aceh, yang seyogyanya dilestarikan oleh generasi muda
bangsa karena sudah semakin tergerus dengan perkembangan teknologi. Kata
yang pada kalimat ini merupakan konjungsi yang berperan sebagai penguat
argumen akan kondisi Didong saat ini. Begitu pun kata karena yang berfungsi
sebagai penanda alasan kenapa Didong perlu dilestarikan.

Contoh Teks Eksposisi


Contoh Teks Eksposisi 1 (Tentang Kesehatan)
Pentingnya Meminum Air Putih untuk Kesehatan Tubuh

Sumber gambar: pxhere

Tesis: Salah satu hal yang paling fundamental dalam menjaga kesehatan tubuh adalah
meminum air putih sebab banyak manfaat yang diperoleh untuk tubuh.  Meminum air
putih sanggup membersihkan segala bentuk toksin dari tubuh , serta memberikan
nutrisi pentih ke dalam sel-sel tubuh. Dengan begini, pencernaan terbantu dan tubuh
terjaga dari dehidrasi.

Alasan: Bagian ini termasuk tesis sebab penulis menyatakan posisinya bahwa penting
mengonsumsi air putih karena mengandung banyak manfaat.

Argumen Rata-rata sebanyak delapan gelas air dibutuhkan tubuh per harinya. Tidak
hanya sanggup membersihkan tubuh dari unsur-unsur kontaminan, air juga sanggup
mengisi tubuh tanpa menambah kalori. Menjaga keseimbangan minum air setelah
makan akan membantu dalam proses penurunan badan lebih cepat. Selain itu, minum
air putih tiap hari dapat meningkatkan fungsi ginjal. Pada hal ini, ginjal
membantu pencernaan dan mempercepat cara tubuh memproses makanan, serta
metabolisme tubuh.
Alasan: Pentingnya mengonsumsi air putih secara rutin diperjelas dengan berbagai
alasan.

Penegasan ulang: Membuat target minum air putih sebanyak delapan hari secara rutin
adalah sebuah keharusan sebab banyak manfaat yang terkandung di dalamnya. Selalu
bawa air saat mengendari mobil, menonton televisi, meringkuk dengan buku, atau
duduk di luar bersama rekan atau kerabat. Dengan begitu, air putih akan terasa banyak
manfaatnya di dalam hidup.

Alasan: Penegasan kembali terletak pada kalimat akhir yang menyatakan air putih
banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Teks Eksposisi 2 (Tentang Pendidikan)
Pentingnya Bahasa Inggris

Tesis: Waktu luang yang dihabiskan hanya untuk menonton televisi sama dengan
menghabiskan waktu berharga yang lebih baik dapat dihabiskan dalam kegiatan yang
bermanfaat dan sehat, seperti berolahraga atau membaca. Selain itu, hanya menonton
televisi juga berarti menghabiskan waktu yang seharusnya dapat digunakan bersama
keluarga. Selain itu, dibandingkan dengan hanya menonton televisi, banyak kegiatan
lain yang lebih bermanfaat, seperti bersosialisasi dengan lingkungan sekitar ataupun
melakukan hobi.

Alasan: Penulis memosisikan  dirinya dengan asumsi bahwa waktu luang yang
digunakan untuk menonton telvisi adalah kegiatan yang sia-sia.

Argumen: Televisi adalah salah satu media yang efektif, yang digunakan untuk
menyebarkan segala bentuk produk. Anak-anak yang menonton televisi tanpa adanya
pengawasan menyebabkan pengaruh yang buruk, seperti adegan-adegan dewasa
ataupun iklan-iklan yang dapat menjadikan seseorang untuk menjadi konsumtif. Iklan
dan film cerita yang disajikan dengan menarik sangat memengaruhi pikiran sehingga
memengaruhi perilaku seseorang, terlebih anak-anak.

Alasan: Penulis menjelaskan bahwa televisi mengandung pengaruh yang buruk yang
mendukung tesisnya.

Penegasan Kembali: Televisi adalah salah satu sarana rekreasi, tetapi penggunaannya
yang berlebihan dapat merusak kesehatan fisik dan mental seseorang. Waktu luang
sangat berharga, jika hanya dihabiskan untuk menonton televisi hanya akan berujung
pada hal yang sia-sia dan tidak menguntungkan pada masa yang akan datang. .

Alasan: Penulis menegaskan kembali efek negatif dari menonton televisi, seperti halnya
pada bagian tesis.

teks prosedur
Teks prosedur adalah teks yang berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Teks ini diklarifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
teks yang memuat cara penggunaan alat, benda, atau sejenisnya, teks yang memuat
cara melakukan suatu aktivitas, dan teks yang berisi kebiasaan atau sifat tertentu.Teks
prosedur bertujuan untuk membantu seseorang memahami bagaimana cara melakukan
atau membuat sesuatu dengan tepat.

Ciri-ciri Teks Prosedur

Teks prosedur dapat dengan mudah dibedakan dengan jenis teks lainnya. Berikut
merupakan ciri-ciri teks prosedur:

 Berisi langkah-langkah kegiatan yang dapat berupa poin-poin ataupun paragraf.


Teks prosedur umumnya berbentuk poin-poin yang berisikan langkah-langkah kegitan.
Setiap poin berkaitan dan menunjukan urutan langkah yang harus dilakukan. Namun,
ada pula teks prosedur yang berbentuk paragraf dan tidak menggunakan angka
sebagai urutan. Teks ini terkadang dapat menyerupai teks narasi karena menggunakan
konjungsi temporal.
 Menggunakan kalimat saran dan larangan.
Kalimat saran dalam teks prosedur bertujuan untuk mengarahkan seseorang
melakukan sesuatu agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Begitupula dengan kalimat
larangan, yaitu agar seseorang tidak melakukan langkah yang salah.

 Disusun secara sistematis dan dijelaskan secara detail


Teks prosedur berisi langkah-langkah yang sistematis dan runut. Setiap langkah juga
dijelaskan secara detail agar pembaca dapat memahami langkah yang akan dilakukan.

 Berisi informasi yang bersifat objektif.


Tek prosedur berisi informasi yang bermanfaat untuk semua orang. Informasi yang
disampaikan juga bersifat objektif, berdasarkan percobaan, atau analisis, bukan
khayalan penulis.

 Terdapat bilangan urutan atau angka yang menunjukan urutan/langkah prosedur.


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa teks prosedur dibuat menggunakan
tahapan. Umumnya ditulis menggunakan angka, tetapi untuk teks yang berupa paragraf
akan terdapat urutan langkah yang ditunjukkan dengan kata seperti, pertama, kedua,
ketiga, dan seterusnya.

Kaidah kebahasaan Teks Prosedur


 Menggunakan kata kerja perintah (imperatif).
Kata kerja imperatif merupakan kata kerja yang dibentuk dengan akhiran –kan, -i, dan
partikel –lah. Kalimat ini digunakan untuk meminta atau melarang seseorang untuk dan
tidak melakukan suatu hal. Contohnya, siapkan, hindari, dan panaskan.

 Menggunakan kata teknis yang berkaitan dengan topik bahasan.


Kata teknis atau istilah yang digunakan dalam teks prosedur berkaitan dengan isi teks
yang dibahas. Misalnya, dalam teks prosedur dengan judul “Manfaat jamur untuk
kesehatan”, istilah yang digunkan di antaranya nutrisi, protein, osteoporosis, dll.

 Menggunakan kata penguhubung (konjungsi) temporal.


Merupakan kata hubung yang menjelaskan hubungan waktu dari dua hal atau peristiwa
yang berbeda, serta bersifat kronologis. Misalnya, kemudian, selanjutnya, setelah itu,
dan lalu.

 Menggunakan kalimat persuasif.


Kalimat persuasif adalah kalimat yang bersifat membujuk seseorang untuk melakukan
suatu tindakan. Contoh, “Marilah menjaga kesehatan dengan rajin berolahraga.”

 Menggunakan gambaran terperinci tentang benda dan alat yang dipakai.


Di awal teks prosedur akan dijelaskan material yang akan digunakan dalam teks
tersebut, termasuk ukuran, jumlah, dan warna. Hal ini, terutama dalam teks prosedur
berupa resep dan petunjuk penggunaan alat. Misalnya, 500 gram daging sapi, 1000 ml
santan, dan 6 siung bawang putih.

 Verba material dan tingkah laku.


Verba material adalah sesuatu yang mengacu pada tindakan fisik seperti haluskan
bumbu, tuangkan santan, dan tindakan lainnya. Verba tingkah laku adalah tindakan
yang dilakukan dengan ungkapan.

Macam-macam Teks Prosedur


1. Teks prosedur sederhana
Teks ini berisi langkah-langkah yang sederhana, umumnya terdiri atas 2 hingga 4
langkah. Contohnya prosedur mengoperasikan setrika, menyalakan komputer, dan
menyalakan TV. Berikut merupakan contoh teks prosedur sederhana tentang membuat
keranjang.

Membuat Keranjang dari Koran Bekas

Barang bakas dapat digunakan untuk membuat berbagai kerajinan yang bermanfaat
dan juga memiliki nilai jual. Misalnya membuat keranjang dari koran bekas. Bahan yang
dibutuhkan di antaranya koran, gunting, dan tali. Berikut cara membuatnya:

 Siapkan koran bekas dalam jumlah banyak.


 Potong koran bekas secara memanjang dengan ukuran yang sama.
 Lipat memajang potongan koran tersebut.
 Susun lipatan koran seperti menganyam sampai berbentuk keranjang.

2. Teks prosedur kompleks


Teks prosedur kompleks terdiri atas banyak langkah yang setiap langkahnya berkaitan
dengan langkah lainnya. Contohnya, prosedur pembuatan KTP ataupun mendaftar
sekolah. Berikut contoh teks prosedur kompleks, yaitu cara mencuci pakaian
menggunakan mesin cuci.

Mencuci Pakaian Menggunakan Mesin Cuci

Mencuci pakaian merupakan rutinitas yang biasa dilakukan sehari-hari. Jika dahulu
mencuci pakaian menggunakan tangan, kini kita dapat menggunakan mesin cuci.
Namun, tidak semua orang tahu cara mengoperasikan mesin cuci. Berikut cara
mencuci pakaian menggunakan mesin cuci.

 Letakkan pakaian yang akan dicuci ke dalam tabung mesin cuci. Jika mesin
cucimu memiliki dua tabung, letakkan pada sisi tabung yang lebih besar.
 Isi air secukupnya sesuai banyaknya baju yang akan dicuci.
 Masukan detergen dan pewangi pakaian pada tempatnya.
 Putar tombol ke arah waktu 10 menit. Tabung mesin cuci pun akan bergerak
memutari dan mengaduk cucian.
 Setelah mesin berhenti, buang air cucian dengan memutar tombol ke arah
“drain”.
 Setelah pembuangan air selesai, ulangi proses di atas sekali lagi agar pakaian
bersih, serta bebas dari kotoran dan busa detergen.
 Buka penutup mesin cuci dan pindahkan kain ke tabung yang lebih kecil.
 Putar tombol ke arah waktu 5 menit untuk mengeringkan pakaian.
 Jemur pakaian yang telah dikeringkan.

Tidak semua mesin cuci memiliki cara yang sama. Beberapa mesin cuci hanya perlu
menekan beberapa tombol, lalu mesin cuci akan bekerja sendiri hingga proses
pengeringan.

Struktur Teks Prosedur


1. Pengantar atau pembuka
Teks prosedur umumnya diawali dengan judul, yang merupakan inti dari kegiatan yang
akan dilakukan. Kemudian, dilanjutkan bagian pengantar berupa kalimat interogatif
sebagai pembuka teks sebelum masuk ke topik yang dibahas. Pada bagian ini juga
dijelaskan tujuan dari pembuatan teks prosedur atau hasil akhir yang akan dicapai
dalam melakukan tahapan-tahapan pada teks prosedur. Bagian pengantar dan
pembuka ini bersifat tentatif, sehingga tidak selalu ada dalam tiap teks prosedur.
2. Material
Pada bagian ini berisikan bahan-bahan, alat-alat, atau material yang diperlukan dalam
melakukan kegiatan ataupun membuat sesuatu. Contohnya dalam teks membuat
makanan, akan dijelaskan bumbu dan bahan apa saja yang akan digunakan.
Kemudian, dalam teks prosedur cara melakukan sesuatu akan dijelaskan alat-alat yang
perlu disiapkan sebelum mulai melakukan kegiatan.

3. Langkah-langkah
Bagian ini berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil
sesuai dengan tujuan teks prosedur. Tahapan ini harus dilakukan secara runut dan
tidak boleh ada tahapan yang terlewat ataupun tertukar.

4. Simpulan
Setelah selesai melakukan kegiatan sesuai tahapan, di akhir teks prosedur terdapat
simpulan kegiatan. Bagian ini berupa kalimat atau paragraf yang menjelaskan hasil
yang didapat setelah melakukan setiap langkah kegiatan. Pada bagian ini juga terdapat
saran dan tanggapan penulis terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

Mengidentifikasi Teks Prosedur


Bacalah teks prosedur berikut untuk membantu kamu memahami ciri-ciri teks prosedur.

Menyampul Buku Sekolah

Buku perlu disampul agar tidak terkena noda atau kotor saat belajar. Selain itu, buku
yang disampul akan terlihat lebih rapi. Kamu dapat menggunakan sampul yang
berwarna-warni agar belajar menjadi lebih menyenangkan. Bahan-bahan yang perlu
disipkan untuk menyampul buku di antaranya selotip, gunting, dan kertas sampul yang
sesuai dengan ukuran buku. Berikut cara menyampul buku yang benar.

 Lipatlah kertas menjadi dua bagian dan letakkan buku di tengah-tengah.


 Buatlah dua irisan berbentuk segitiga di tengah-tengah sisi panjang tepian
sampul kertas atau tepat pada bagian punggung buku.
 Lipatlah sisa sampul ke dalam sehingga membungkus setiap tepi buku.
Lanjutkan pada ketiga sudut lainnya.
 Lipatkan setiap tepian sudut sampul ke dalam agar sampul tidak mudah terlepas.
 Kamu juga dapat memberikan selotip pada setiap lipatan agar sampul tidak
mudah terlepas.
 Setelah selesai pada satu sisi, tutuplah bukumu dan tekan agar lipatan semakin
rapat. Lalu, ulangi pada sisi lainnya.
 Namai bukumu agar tidak tertukar dengan teman.

Teks tersebut merupakan teks prosedur karena memenuhi ciri-ciri dan struktur teks
prosedur. Berikut ciri-ciri teks perosedur dan kaidah bahasa yang digunakan
berdasarkan teks “Menyampul Buku Sekolah”

 Berisi langkah-langkah kegiatan yang dapat berupa poin-poin ataupun paragraf.


Teks tersebut berupa poin-poin kegiatan yang ditunjukkan dengan menggunakan
angka-angka. Setiap langkah kegiatan saling berkitan dan dibuat secara runut.

 Menggunakan kalimat saran dan larangan.


“Kamu juga dapat memberikan selotip pada setiap lipatan agar sampul tidak mudah
terlepas”
 Teks disusun secara sistematis dan dijelaskan secara detail mengenai tiap
tahapan.
 Berisi informasi yang bersifat objektif.

Teks prosedur ini bermanfaat untuk siswa sekolah sebagai panduan untuk menyampul
buku sekolahnya agar tidak cepat kotor atau rusak.

 Menggunakan kata kerja perintah (imperatif), di antaranya lipatlah, letakkan,


tutuplah, dan namai.
 Menggunakan kata penguhubung (konjungsi) temporal, seperti lalu.
 Menggunakan kalimat persuasif.

“Namai bukumu agar tidak tertukar dengan teman.”

 Menggunakan verba material dan tingkah laku, seperti lipatlah kertas dan
tutuplah bukumu.

Kemudian, berikut analisis struktur teks prosedur dari teks “Menyampul Buku Sekolah”.

A. Pengantar atau pembuka

Pengantar dari teks prosedur tersebut terdapat di awal paragraf. Penulis menjelaskan
tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.

“ Buku perlu disampul agar tidak terkena noda atau kotor saat belajar. Selain itu, buku
yang disampul akan terlihat lebih rapi. Kamu dapat menggunakan sampul yang
berwarna-warni agar belajar menjadi lebih menyenangkan.”

B. Material

Pada teks tersebut, material atau peralatan yang akan digunakan dijelaskan di awal
paragraf pada kalimat ke empat.

“Bahan-bahan yang perlu disipkan untuk menyampul buku di antaranya selotip, gunting,
dan kertas sampul yang sesuai dengan ukuran buku.”

C. Langkah-langkah

Tahapan kegiatan disusun menggunakan angka, yaitu dari langkah 1) hingga 7).

 Lipatlah kertas menjadi dua bagian dan letakkan buku di tengah-tengah.


 Buatlah … (dan seterusnya)

Apakah kamu sudah memahami ciri-ciri dan struktur teks prosedur? Bacalah kedua
contoh teks prosedur berikut, kemudian analisislah ciri-ciri dan strukturnya.

Contoh Teks Prosedur 1: Membuat Layang-layang


Layang-layang

Layang-layang merupakan salah satu mainan anak-anak yang masih kerap dimainkan
hingga saat ini. Cara membuat layang-layang cukup mudah serta bisa dibuat dengan
alat dan bahan yang sederhana. Bahan yang dibutuhkan antara lain bambu tipis, kertas
minyak, lem kertas, benang, pisau, dan gunting. Cara membuatnya adalah sebagai
berikut.
 Buatlah kerangka layangan dengan dua buah bambu yang sudah disiapkan.
 Letakkan bambu dengan menyilang dan seimbang antara panjang bagian kanan
dan kirinya.
 Ikat bambu tersebut menggunakan benang pada setiap bagian.
 Guntinglah kertas minyak sesuai kerangka layang-layang dan tempelkan.
 Hiaslah layang-layang sesuai yang kamu inginkan.

Contoh Teks Prosedur 2: Membuka Rekening Bank


Prosedur Membuka Rekening Bank

 Siapkan fotokopi kartu identitas KTP atau SIM


 Siapkan fotokopi kartu keluarga
 Siapkan uang setoran Anda
 Pergilah ke bank yang diinginkan dan ambil nomor antrean dan formulir
permohonan pembukaan rekening.
 Isilah formulir permohonan tersebut sesuai arahan sesuai dengan data diri Anda.
 Semua formulir yang telah terisi, ditandatangani di atas materai. Anda dapat
membeli materai di petugas apabila tidak membawa.
 Setelah nomor antrean Anda dipanggil, serahkan formulir permohonan pembuka
rekening yang telah kamu isi kepada petugas.
 Kemudian, tunggulah petugas memproses buku rekening dan ATM Anda.

Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan sebab akibat suatu fenomena, baik
itu peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan lainnya. Teks eksplanasi
berisi fakta yang dapat menjawab pertanyaan tentang “bagaimana” dan “mengapa”
suatu fenomena terjadi.
Oleh sebab itu, tujuan utama teks eksplanasi adalah untuk memaparkan proses dan
sebab terjadinya suatu fenomena. Penjelasan yang dipaparkan dalam teks eksplanasi
berdasarkan bidang keilmuan (bersifat ilmiah) yang mengacu pada fakta, realita, teori,
dan hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan.

Struktur teks eksplanasi


Teks eksplanasi tersusun atas suatu struktur yang memudahkan kita dalam memahami
isi teks. Adapun struktur teks eksplanasi adalah sebagai berikut.

1. Pernyataan umum
Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang dan tinjauan umum topik yang dapat
berupa definisi, klasifikasi, sejarah, dan asal usul. Bagian dalam teks ini berupa
gambaran secara umum tentang apa, mengapa, dan bagaimana proses peristiwa alam
terjadi.

2. Deretan penjelas
Pada bagian ini berisi perincian proses atau sebab terjadinya suatu fenomena yang
juga mencakup akibat dan dampak yang ditimbulkan.

3. Interpretasi
Bagian ini berisi penafsiran penulis mengenai topik dengan perspektif tertentu yang
lebih luas dan menyeluruh, serta menjelaskan korelasi peristiwa yang menyertainya.

4. Simpulan
Pada bagian akhir teks terdapat tanggapan penulis dalam menyikapi fenomena berupa
pernyataan reflektif yang bersifat umum.

Ciri-ciri Teks Eksplanasi


Pembahasan dalam teks eksplanasi menggunakan konteks ilmiah melalui pemaparan
sejarah, definisi, klasifikasi, dan kebiasaan. Informasi tersebut dapat berupa fakta-fakta
empiris, data statistik, dan rangkaian peristiwa yang menjelaskan korelasi antaraspek
dan antarperistiwa dalam teks. Berikut ciri-ciri atau karakteristik teks eksplanasi yang
dapat memudahkan kita untuk membedakan antara teks eksplanasi dengan teks
lainnya.

 Ilmiah
Fenomena yang dijelaskan dalam teks eksplanasi berdasarkan konteks ilmiah, yaitu
berupa fakta, realita, teori, dan penelitian. Penjelasan tersebut dapat berupa sejarah,
klasifikasi, atau definisi.

 Logis
Penjelasan fenomena dalam teks eksplanasi bersifat logis dan teoretis.

 Objektif
Penjelasan dalam teks dapat disertai argumen yang bersifat objektif dengan didukung
teori yang relevan, sehingga dapat pula dijadikan rujukan yang valid.

 Bukan teks eksposisi


Teks eksplanasi tidak bertujuan memengaruhi pembaca, tetapi memaparkan fakta
berdasarkan bidang keilmuan.

 Bukan teks prosedur


Teks eksplanasi menjelaskan proses yang alami, tidak disadari, dan melalui jangka
waktu yang panjang.

Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi


Teks eksplanasi menjelaskan secara ilmiah proses dan sebab terjadinya suatu
fenomena dengan menggunakan ragam bahasa baku yang bersifat universal.
Pemaparan informasi dalam teks eksplanasi mudah dimengerti pembaca umum atau
tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Oleh sebab itu, penulisan dan penggunaan
kata dalam teks eksplanasi harus sesuai dengan PUEBI. Berikut ciri kaidah
kebahasaan teks eksplanasi.

 Kopula
Kata ini digunakan untuk menjelaskan definisi kata, istilah, atau konsep yang berkaitan
dengan suatu fenomena. Misalnya, merupakan dalam kalimat Indonesia merupakan
negara kepulauan.

 Kata kerja aktif


Kata ini kerap digunakan pada bagian deretan penjelas, sebab bertujuan menjelaskan
sebab dan proses, sehingga subjek (fenomena) berperan sebagai tujuan dari suatu
perbuatan atau peristiwa tertentu.

 Konjungsi
Konjungsi yang digunakan menjelaskan hubungan sebab akibat dan hubungan
kronologi terjadinya suatu fenomena. Misalnya, jika, bila, sehingga, sebelum, pertama,
dan kemudian.
 Keterangan waktu
Kata ini digunakan untuk menjelaskan waktu terjadinya suatu fenomena.

 Istilah ilmiah
Istilah ilmiah yang sesuai konteks kerap digunakan untuk memperjelas definisi,
hubungan sebab akibat, ataupun kronologi terjadinya suatu fenomena.

 Kata ganti benda


Subjek yang dijelaskan menggunakan kata ganti benda (nonpersona), seperti itu, ini,
dan tersebut. Teks eksplanasi juga hanya fokus pada hal umum, seperti gempa bumi,
banjir, hujan, dan udara.

Menulis Teks Eksplanasi


Dalam membuat teks eksplanasi, kita dapat menggunakan dua pola pengembangan,
yaitu pola pengembangan sebab akibat dan pola pengembangan proses. Berikut
langkah-langkah menulis teks eksplanasi.

1. Menentukan topik yang menarik


Tentukan fenomena alam, sosial, atau budaya yang ingin kamu sajikan. Misalnya
proses terjadinya pasang surut air laut.

2. Membuat rancangan kerangka/teks


Buatlah kerangka karangan berdasarkan struktur teks eksplanasi, yaitu identifikasi
fenomena, penggambaran rangkaian kejadian, dan ulasan.

3. Mengumpulkan referensi
Cantumkan fakta dan data yang kamu kumpulkan pada bagian penggambaran
rangkaian kejadian.

4. Mengembangkan teks
Kembangkan kerangka karangan hingga menjadi teks eksplanasi yang utuh.

5. Menyunting teks
Periksa dan baca kembali teks yang telah kamu buat. Suntinglah jika ada ada kalimat
yang tidak sesuai atau kesalahan dalam penulisan.

Contoh Teks Eksplanasi


Contoh Teks Eksplanasi 1 dan Pembahasan
Bacalah contoh teks eksplanasi berikut untuk memudahkanmu dalam memahami
karakteristik teks eksplanasi.

Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan bangunan bersejarah Buddha terbesar di Dunia. Candi
Borobudur sudah dibangun jauh sebelum Angkor Wat di Kamboja dan katedral-katedral
agung di Eropa. Candi ini dibangun pada tahun 824 M, yaitu masa Raja Samaratungga
dari Dinasti Syailendra. Kini, Candi Borobudur menjadi tempat ziarah umat Buddha dari
berbagai negara seperti China, India, Tibet, dan Kamboja.

Candi Borobudur berada di Jawa Tengah, di puncak bukit dengan pemandangan di


sekitarnya berupa sawah-sawah yang subur dan bukit-bukit. Luas candi Borobudur
adalah 123 x 123 m3 yang tersusun atas 1 stupa induk, 72 stupa terawang, dan 504
patung Buddha. Selain itu, ada pula 2672 panel relief yang jika disusun berjajar bisa
mencapai 6 km.
Pada 1814, Sir Thomas Stamford Raffles menemukan Candi Borobudur dalam kondisi
rusak. Ia mengusulkan agar candi tersebut dibersihkan dan dilakukan pemugaran.
Proyek restorasi Borobudur pun dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910. Kemudian
dengan bantuan UNESCO, restorasi kedua dilaksanakan pada bulan Agusutus 1913
sampai tahun 1983. Pada 1991, Borobudur ditetapkan sebagai warisan dunia.
Keindahan dan kemegahan Candi Borobudur menjadi daya tarik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Candi Borobudur juga menjadi salah satu destinasi wajib jika
berkunjung ke Yogyakarta.

Dapatkah kamu memahami dan mengidentifikasi isi teks tersebut? Mengapa teks
tersebut termasuk ke dalam teks eksplanasi? Teks tersebut termasuk teks eksplanasi
karena menjelaskan suatu peristiwa, yaitu terbentuknya Candi Borobudur. Berikut
penjelasannya berdasarkan struktur dan ciri-ciri teks eksplanasi.

 Struktur teks eksplanasi


Berdasarkan strukturnya, teks eksplanasi diawali dengan pernyataan umum. Pada teks
tersebut, di awal paragraf dijelaskan secara umum mengenai Candi Borobudur.

“Candi Borobudur merupakan bangunan bersejarah Buddha terbesar di Dunia. Candi


Borobudur sudah dibangun jauh sebelum Angkor Wat di Kamboja dan katedral-katedral
agung di Eropa.”

Kemudian, teks dilanjutkan dengan deretan penjelas yang berisi perincian bentuk dan
hal yang terjadi pada Candi Borobudur.

“Candi Borobudur berada di Jawa Tengah, di puncak bukit dengan pemandangan di


sekitarnya berupa sawah-sawah yang subur dan bukit-bukit. Luas candi Borobudur
adalah 123 x 123 m3 yang tersusun atas 1 stupa induk, 72 stupa terawang, dan 504
patung Buddha.”
“Pada 1814, Sir Thomas Stamford Raffles menemukan Candi Borobudur dalam kondisi
rusak. Ia mengusulkan agar candi tersebut dibersihkan dan dilakukan pemugaran.”

Teks pun ditutup dengan bagian interpretasi/penafsiran dan simpulan dari pertanyaan
utama, yaitu mengapa Candi Borobudur menjadi warisan dunia.

“Pada 1991, Borobudur ditetapkan sebagai warisan dunia. Keindahan dan kemegahan
Candi Borobudur menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Candi
Borobudur juga menjadi salah satu destinasi wajib jika berkunjung ke Yogyakarta.”

 Ciri-ciri teks eksplanasi


Fenomena yang dijelaskan dalam teks tersebut berdasarkan konteks ilmiah, yaitu
berupa fakta tentang terbentuknya suatu candi yang megah sejak ratusan tahun lalu.
Teks tersebut juga bersifat logis atau masuk akal dan objektif dengan didukung teori
yang relevan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterangan waktu dan tempat.
“Candi Borobudur berada di Jawa Tengah, di puncak bukit dengan pemandangan di
sekitarnya berupa sawah-sawah yang subur dan bukit-bukit. Luas candi Borobudur
adalah 123 x 123 m3 yang tersusun atas 1 stupa induk, 72 stupa terawang, dan 504
patung Buddha.”
“Proyek restorasi Borobudur pun dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910.”

Teks tersebut juga memaparkan suatu fenomena berdarkan fakta dengan tujuan
menambah pengetahuan pembaca. Fenomena tersebut juga terjadi secara alami dan
melalui jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu, teks tersebut tidak berusaha
memengaruhi pembaca dan menjelaskan suatu proses yang alami.

Contoh Teks Eksplanasi 2


Bacalah teks berikut dan jelaskan mengapa teks tersebut merupakan teks eksplanasi
dengan menganalisis ciri-ciri dan strukturnya.

Fluktuasi Industri Batik Indonesia


Industri batik di Indonesia tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa yang kemudian
menjadi nama dari jenis-jenis batik, seperti batik Pekalongan, batik Yogyakarta, dan
batik Cirebon. Setiap batik di daerah tersebut memiliki kekhasan motif masing-masing.
Misalnya, batik Pekalongan dikenal dengan motif flora dan fauna yang berwarna-warni,
serta desainnya tidak terpaku dengan pakem, seperti pada batik Solo dan Yogyakarta.

Saat ini, industri batik mengalami fluktuasi. Tidak ada industri batik yang dapat bertahan
secara terus menerus. Walaupun sempat maju dan berkembang pesat pada
tahun1970-an, beberapa industri batik di Jawa mengalami penurunan produksi. Di
Yogyakarta misalnya, unit usaha batik tersisa 400 dari yang sebelumnya 1.200 unit. Hal
yang sama terjadi di Kabupaten Gunug Kidul, unit usaha batik tulis hanya tersisa 8 unit
dari sebelumnya mencapai 107 unit. Akan tetapi, situasi industri batik Pekalongan
menunjukkan kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Terdapat 1.719 unit usaha batik
yang tersebar di tiga kecamatan.

Permasalahan yang dihadapi industri batik di antaranya adalah perkembangan


teknologi tekstil yang semakin pesat. Selain itu, kurangnya bahan baku juga ikut
memengaruhi produksi batik. Pengusaha batik harus mengimpor bahan baku yang
dibutuhkan sehingga biaya produksi jadi meningkat. Peningkatan biaya produksi
tersebut berdampak pula pada peningkatan harga jual, sehingga pengusaha terpaksa
mengurangi jumlah produksi.

Tanda Baca

Tanda baca seperti tanda titik (.),  koma (,),  tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pastinya
sudah tidak asing bagi teman-teman. Di dalam sebuah kalimat, sangat mudah sekali
teman-teman menemukan tanda-tanda baca tersebut. Namun selain empat tanda baca
itu, ternyata masih ada beberapa tanda baca yang penting kamu ketahui penulisan dan
penggunaannya dalam sebuah kalimat.

Penulisan dan Penggunaan Tanda Baca yang Benar


Macam macam tanda baca.

Pemakaian dan penulisan tanda baca memang terkesan sepele, namun jika tidak
tepat, makna dari sebuah kalimat bisa berubah. Karena hal tersebutlah, penting
mengetahui berbagai penulisan dan pemakaian tanda baca-tanda baca yang ada
dalam bahasa Indonesia, seperti di bawah ini.

Tanda Titik (.)


Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat. Menjadi
penanda akhir dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah kalimat.
Namun, ada juga beberapa penulisan dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya yang
harus kamu pahami.

 Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi. Sebagai contoh, tanda ini
ditaruh setelah yang merupakan singkatan yang terhormat, hlm. yang merupakan
singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan singkatan dari atas nama.
 Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun
tujuan pada surat.
 Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang yang
diambilnya, contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang
merupakan sarjana ekonomi, maupun S.Hum yang merupakan singkatan
dari sarjana humaniora.
 Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun
tabel.
 Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu
dengan yang lain.
Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing
House.
 Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun
kelipatannya dan dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.
Contoh: Saat ini, jumlah penduduk Jakarta hampir menembus 11.000.000 jiwa.

Tanda Tanya (?)


Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam kalimat.
Berfungsi sebagai penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi
tanda titik (.) di akhir kalimat. Hanya saja, jika (.) lebih mengarah pada kalimat
pernyataan, tanda tanya (?) cenderung mengarah pada  kalimat yang bersifat
pertanyaan.

Tanda Seru (!)


Satu lagi tanda baca yang sering menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat
adalah tanda seru (!). Tanda baca yang satu ini membentuk sebuah kalimat menjadi
bersifat perintah atau seruan. Akan tetapi, penggunaan tanda seru (1) juga biasa
berfungsi untuk menegaskan, mengajak, atau memengaruhi seseorang.
Tanda Koma (,)
Ada beberapa fungsi dari tanda koma (,) yang cenderung ditemukan dalam percakapan
ataupun kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah pemakaian dan penulisan tanda koma (,)
yang tepat dalam bahasa Indonesia.

 Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang memiliki subjek, objek, maupun
keterangan yang lebih dari dua. Pemakaiannya selalu berada di akhir kata yang
dirincikan. Khusus pada kata terakhir, pastikan (,) berada
sebelum dan maupun atau  yang menjadi kata hubung.

Contoh: Ibu membeli ayam, telur, sayuran, dan bumbu dapur di pasar.


 Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk
kalimat.
Contoh: Karena hujan lebat dan tidak membawa payung, Rina menjadi telat pulang ke
rumah.
 Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika
petikannya berada belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan
langsung. Namun, jika petikan kalimat langsungnya mendahului pengujar, tanda
koma (,) diletakkan di akhir petikan, sebelum tanda kutip (“).
Contoh:
1. Melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi basah kuyub, ibu
lantas berkata, “Kamu pasti tidak bawa payung.”
2. “Kamu pasti tidak bawa payung,” kata ibu saat melihat Andy tiba di rumah
dengan kondisi basah kuyub.
 Menjadi pemisah antara nama dengan gelar.
Contoh: Akhirnya, ia berhasil menjadi sarjana dan kini ia bergelar Ayuningtias, S.E.
 Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.
Contoh: Christian, Diego. 2016. Kepada Gema. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di
catatan kaki.
Contoh: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 150), hlm. 20.
 Mengapit keterangan tambahan di dalam kalimat.
Contoh: Pria yang hampir berusia 80 tahun tersebut, Pak Kusnan, rutin berjalan pagi
keliling kompleks tiap harinya.

Tanda Titik Dua (:)


Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang satu
ini masih penting digunakan dalam beberapa tipe tulisan, seperti berikut ini.

 Dipakai untuk membatasi antara sebuah keterangan dengan rinciannya.


Contoh: Menjelang tahun ajaran baru, ibu sibuk membelikan kamu perlengkapan
sekolah: seragam, sepatu, peralatan tulis, juga tas.
 Dipakai dalam dialog pada naskah drama yang membatasi antara pengujar dan
kalimat yang diucapkan.
 Dipakai sebagai batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam daftar
pustaka.
 Dipakai sebagai pembatas keterangan dalam tulisan yang bersifat laporan.
Contoh:
Nama                                    :
Tempat Tangga lahir         :
Alamat                                  :

Tanda Titik Koma (;)


Pada dasarnya, tanda baca yang satu ini bersifat hampir sama dengan tanda koma (,)
di dalam kalimat. Namun, titik koma (;) baru digunakan jika ada dua penempatan tanda
koma (,) yang salah satunya bersifat lebih tinggi daripada yang lain. Contohnya
pada kalimat majemuk yang memiliki rincian di dalamnya.
Contoh: Sebelum pergi berlibur; aku sudah menyiapkan berbagai perlengkapan yang
dibutuhkan, mulai dari pakaian, tiket hotel, kamera, sampai peralatan mandi.

Tanda Hubung (-)


Tanda baca yang satu ini juga termasuk yang sering dijumpai penggunaannya dalam
kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang membaut tanda hubung
harus dicantumkan dalam sebuah kalimat.

 Dipakai sebagai penghubung antara kata-kata yang mengalami pengulangan.


Contoh: Anak-anak bermain di taman hingga menjelang senja.
 Dipakai sebagai penghubung antara imbuhan Indonesia dengan kata asing.
Contoh: Riasan wajahnya begitu rapi karena di-make up langsung oleh perias
profesional.

Tanda Pisah (—)


Sepintas tanda baca yang satu ini mirip dengan tanda hubung (-), hanya saja
bentuknya lebih panjang. Namun, tentu penggunaannya berbeda. Berikut ini adalah
pemakaian dan penulisan tanda pisah (—) yang tepat dalam bahasa Indonesia.

 Seperti fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai
pengapit keterangan tambahan dalam sebuah kalimat.
 Menjadi pengganti kata sampai atau hingga dalam keterangan waktu.
Contoh:  Acara perpisahan pada malam itu berlangsung pukul 20.00—23.00.

Tanda Petik (‘…’)


Ada dua pemakaian tanda petik yang penting dalam kalimat di bahasa Indonesia,
seperti berikut ini.

 Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak sebenarnya.
 Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam kalimat.

Tanda Kutip (“…”)


Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik.
Hanya saja, fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda kutip
(“…”) yang tepat kalimat di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

 Dipakai untuk mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul
karangan lain yang berlum diterbitkan.
Contoh: Skripsinya berjudul “Analisis Perbandingan Dongeng-dongeng Nusantara dengan
Cerita Rakyat dari Negara Lain”.
 Dipakai sebagai pengapit kalimat langsung.
Contoh: Pak RT menyampaikan, “Mulai bulan depan, besar iuran kebersihan akan
ditingkatkan menjadi dua kali lipat daripada semulai.”

Tanda Garis Miring (/)


Sering dianggap sebagai tanda baca yang kurang formal, sebenarnya garis miring (/)
punya peran penting dalam persuratan, yaitu menjadi pembatas dalam nomor surat.
Selain itu, pada dasarnya fungsi tanda baca ini adalah menggantikan kata tiap.

Kalimat Aktif dan Pasif

Kalimat Aktif dan Pasif – Pengantar


Bukan hanya bahasa Inggris yang memiliki pola aktif dan pasif untuk kalimat-
kalimatnya. Pada kenyataannya, teman-teman juga akan menemukan pola kaimat aktif
dan kalimat pasif di bahasa Indonesia. Tentunya, pola kedua jenis kalimat ini berbeda
dengan bahasa asing lainnya. Bahasa Indonesia memiliki pola khusus untuk membuat
kedua jenis kalimat tersebut, baik aktif maupun pasif.
Pengertian Kalimat Aktif dan Pasif
Sebelum semakin jauh membahas tentang pola kalimat aktif dan pasif, alangkah lebih
bijak jika kamu mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian keduanya. Hemat
kata, sebenarnya perbedaan dan definisi kalimat aktif dan pasif terletak pada
subjeknya. Yang dikategorikan sebagai kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya
menjadi pelaku dari sebuah pekerjaan ataupun kejadian. Sementara itu, pada kalimat
pasif, subjek justru dikenai sebuah pekerjaan.
Contoh:

Kalimat Aktif:

Ayah memperbaiki rantai sepeda milik adik.


S                P                           O

Kalimat Pasif:

Rantai sepeda milik adik diperbaiki oleh ayah.


S                                 p                   O
Keterangan: S = subjek, P = predikat, O = objek

Kedua kalimat di atas memiliki pola yang sama, yaitu S-P-O. Akan tetapi, kamu bisa
melihat ada perbedaan subjek dan objek di kedua jenis kalimat tersebut. Pada kalimat
aktif, subjek menjadi pelaku yang melakukan pekerjaan atau predikat. Sementara itu,
pada kalimat pasif, rantai sepeda milik adik yang menjadi subjek justru menjadi sesuatu
yang dikenai predikat atau bisa dibilang menjadi bahan pekerjaannya.
     

Contoh di atas merupakan satu keadaan yang digambarkan dalam dua model kalimat,
baik aktif maupun pasif. Ini menunjukkan bahwa kedua jenis kalimat tersebut sama-
sama bisa diubah ke dalam bentuk yang berbeda. Model kalimat tersebut kerap disebut
kalimat aktif ataupun pasif transitif. Akan tetapi, ada juga kalimat aktif maupun pasif
yang tidak dapat diubah ke bentuk kebalikannya. Kalimat dengan keadaan demikian
disebut sebagai kalimat aktif intrasitif maupun kalimat pasif intrasitif. Model kalimat
intransitif tersebut terjadi karena di dalamnya tidak mengandung objek ataupun
pelengkap.

Contoh Kalimat Aktif Intrasitif:

Rian mengigau sepanjang malam.
S              P                Ket. waktu
Contoh Kalimat Pasif Intrasifif:

Rumahnya sedang direnovasi.
S                            P

Ciri-ciri Kalimat Aktif


Berikut ini adalah beberapa ciri lain dari kalimat aktif:

1. Predikatnya Cenderung Memiliki Imbuhan me- ataupun ber-


Jika masih kerap kesulitan membedakan subjek yang melakukan pekerjaan atau
dikenai pekerjaan, kamu juga bisa mendeteksi kalimat aktif dari imbuhan yang
membentuk predikatnya. Pada kalimat aktif, imbuhan me- ataupun ber- cenderung
mengikat predikat yang menggambarkan suatu tindakan ataupun pekerjaan dalam
sebuah kalimat.
Contoh:

Ibu menggandeng tangan adik selama berbelanja di pusat perbelanjaan.


S           P                           O                             Ket. Waktu
2. Predikatnya Bisa Berupa Kata Aus
Yang dimaksud kata aus adalah kata yang tidak perlu lagi mendapat imbuhan saat
menjadi predikat. Jika ditambahkan imbuhan, makna kata tersebut menjadi berubah
dan tidak sesuai lagi dengan yang dimaksud. Kalimat aktif yang memakai kata aus di
posisi predikatnya cenderung menjadi kalimat aktif intrasitif, meskipun ada juga
beberapa kasus yang kalimat berpredikat kata ausnya dapat dibubuhi objek sehingga
bisa diubah ke bentuk pasif.  Beberapa contoh kata aus, antara lain tidur, makan,
tinggal,  dan mandi. Jika kata-kata tersebut dipaksa mendapat
imbuhan me- ataupun ber-, maknanya bisa berubah jauh. Jadi, jika pada sebuah kalimat
kamu menemukan kata-kata aus ini di bagian predikat, sudah bisa dipastikan kalimat
tersebut adalah kalimat aktif.
Contoh:

Ia tinggal di Tangerang.
S     P         Ket. Tempat

Ciri-ciri Kalimat Pasif


Berikut ini adalah ciri-ciri lain dari kalimat pasif, di luar fungsi subjeknya.

1. Predikatnya Cenderung Berimbuhan di-, ter-, atau ke-an


Jika kamu menemukan kalimat yang bagian predikatnya dibubuhi ketiga imbuhan
ataupun afiks di atas, sudah bisa dipastikan kalimat tersebut tergolong pasif. Hal ini
karena ketiga afiks tersebut secara tidak langsung membuat subjek menjadi pihak yang
dikenai atau menjadi “korban”.
Contoh:

Koruptor tersebut dibekuk oleh penyidik KPK melalui operasi tangkap tangan.


S                         P                       O                                      Ket. Cara
2. Memiliki Pronomina Persona yang Bergabung dengan Predikat
Pronomina persona adalah kata ganti untuk merujuk orang pertama, kedua, maupun
ketiga, yaitu ku-, kau-, ataupun –nya.  Di dalam kalimat, pronomina persona biasa
merujuk ke posisi subjek maupun objek. Namun apabila letaknya bergabung dengan
predikat, bisa dipastikan bahwa kalimat tersebut tergolong pasif karena pronominal
personanya mengarah ke objek.
Contoh:

Buku itu dibacanya berulang kali.


S              P+O          Ket. Cara

Kata Majemuk

Kata Majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang pada akhirnya memiliki
makna baru. Bentuk kata ini akan dengan mudah teman-teman temukan dalam
pelajaran Bahasa Indonesia selain kalimat majemuk kalimat majemuk. Namun, teman-
teman harus jeli untuk membedakannya dengan frasa sebab keduanya berbeda jenis

Dalam kasus penggabungan kata dengan bentuk frasa, teman-teman akan menyadari
bahwa kata yang satu merupakan inti, sedangkan kata yang lain menjelaskan ataupun
menerangkan kata intinya. Tiap morfem dasar yang membentuknya berkedudukan
sama. Tidak ada morfem yang bersifat menjelaskan atau dijelaskan. Alhasil, di sini
kalian akan menemukan makna baru dari gabungan dua kata dasar, yang mungkin saja
artinya jauh berbeda dengan makna per katanya.

Ciri-ciri Kata Majemuk


Agar tidak bingung untuk membedakannya, ada baiknya teman-teman mengetahui  ciri-
ciri sebuah kata majemuk, yaitu sebagai berikut:

1. Tidak Bisa Disisipi


Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa,
kalian dapat mengetesnya dengan memberikan sisipan di antara dua kata dasar
pembentuknya. Umumnya, sisipannya berupa preposisi atau kata depan.  Jika
gabungan kata tersebut dapat disisipi, berarti ia hanyalah bentuk frasa. Namun jika
ketika disisipi maka artinya berubah, berarti ia dapat dikategorikan sebagai kata
majemuk.

Contoh: “kacamata” tidak dapat diganti menjadi “kaca dari mata” ataupun “kaca pada
mata”. Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjad “sakit di mata” atau
“sakit pada mata”.
2. Tidak Dapat Diperluas
Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan). Khusus untuk
kata majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus
mencakup kedua kata pembentuknya. Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu
katanya bisa diperluas dengan pembubuhan afiks.

Contoh: “kereta api” tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian.
Namun, harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang
membentuknya. Maka, kereta api baru dapat diperluas menjadi perkeretaapian.

3. Posisi Tidak Dapat Ditukar


Kata-kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak
dapat menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan
hilang atau berubah total.

Contoh: “angkat kaki” memiliki makna ‘pergi’.  Namun jika posisi kata-kata dasar yang
membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas.

Penulisan
Dalam bahasa Inggris, penulisan kata majemuk sudah pasti digabung antar-unsurnya.
Akan tetapi, di bahasa Indonesia, masih ada yang tiap unsurnya ditulis terpisah dan ada
yang digabung. Jika penulisan tiap unsurnya terpisah, maka bentuknya disebut tidak
senyawa. Sementara itu, yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai
kata majemuk senyawa.
Contoh:
Majemuk Senyawa         : matahari, kacamata, saputangan, dukacita, sukacita, segitiga
Majemuk Tidak Senyawa          : kereta api,  rumah sakit, mata kaki, harga diri

Makna
Selain dari segi penulisannya, kita juga dapat membedakannya berdasarkan
maknanya. Berikut ini pengklasifikasian berdasarkan maknanya:

1. Idiom
Sebuah kata majemuk dapat digolongkan menjadi idiom apabila tidak ada lagi makna
salah satu kata dasar yang mengarah pada makna baru kata tersebut. Hemat kata,
yang berupa idiom adalah kata bermakna baru yang artinya melenceng dari makna
kata-kata dasar yang membentuknya.

Contoh: harga diri dan matahari


2. Semi-idiom
Pada jenis yang satu ini, kalian masih bisa menemukan makna asli dari satu kata dasar
yang membentuknya. Namun, makna tersebut mengalami pergeseran sehingga artinya
agak berubah.

Contoh kata majemuk: rumah sakit dan buku tulis

Puisi Lama dan Jenis-jenisnya

Puisi menjadi tulisan sastra yang begitu akrab di telinga banyak orang. Apalagi
sekarang, teman-teman bisa membuat puisi tanpa beragam syarat ataupun ketentuan.
Inilah yang disebut sebagai puisi modern. Namun, tahukah kalian bahwa puisi sudah
berkembang dari zaman lampau dan memiliki banyak jenis? Tidak seperti puisi modern
yang cenderung bebas,  puisi lama memiliki berbagai ketentuan dalam pembuatannya.
Berikut ini pembahasan lengkapnya.

Pengertian Puisi Lama


Apa perbedaan puisi lama dan puisi baru? Secara mudahnya, puisi lama adalah jenis
puisi yang terikat beragam aturan dari segi  rima, bait, hingga suku katanya. Tiap
jenisnya memiliki ketentuan yang berbeda dengan jenis lainnya. Berikut ini adalah
beragam jenisnya beserta aturan yang mengikatnya.

Jenis-jenis Puisi Lama

Pantun
Jenis puisi lama yang satu ini pastinya sudah akrab di telinga kalian. Berasal dari
kata panutun asal Minangkabau, jenis yang satu ini awalnya dipakai untuk menjalin
pergaulan di masyarakat. Mengenai ciri-ciri dari pantun pun cukup banyak, seperti di
bawah ini.
1. Tiap bait terdiri atas empat baris.
2. Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
3. Memiliki rima a-b-a-b
4. Baris pertama dan kedua berisi sampiran, yakni kata-kata pembuka yang tidak
atau kurang berkaitan dengan maksud pantun.
5. Baris ketiga dan keempat berisi isi dari puisi ini.
Contoh:

Berjalan di terik hingga lena


Haruslah beristirahat agar tiada mati
Gerutu itu tiada berguna
Rasa syukurlah yang buat hidup berarti

Karmina
Memiliki syarat yang tidak berbeda jauh dengan pantun, karmina bisa dibilang adalah
jenis pantun  singkat. Ciri-cirinya sendiri sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan
pantun, seperti di bawah ini.

1. Tiap bait terdiri atas dua baris.


2. Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata
3. Rima ada di tiap frasa dengan pola a-b-a-b
4. Frasa pertama di baris pertama berima sama dengan frasa pertama di baris
kedua, begitu pula dengan frasa selanjutnya di tiap baris.
5. Baris pertama adalah sampiran, sedangkan isi ada di baris kedua.
Contoh:

Dahulu parang sekarang besi


Dahulu sayang sekarang benci

Talibun
Jika karmina dapat dikatakan sebagai puisi singkat, talibun adalah sebaliknya. Jenis
puisi lama yang satu ini seperti pantun, namun memiliki baris yang lebih panjang.
Berikut ini adalah aturannya:

1. Tiap baitnya memiliki baris berjumlah genap, namun lebih dari empat.
2. Jumlah suku kata tiap baris berkisar 8—12.
3. Memiliki rima a-b-c-a-b-c.
4. Setengah dari jumlah baris per bait di bagian awal adalah sampiran, selanjutnya
isi.
Contoh:

Mencari batu sepanjang lima senti


Batu diambil lalu letakkan sejajar
Jangan lupa diatur mengelilingi gelas
Jika setiap hari bermain tiada henti
Tak pernah ada waktu untuk belajar
Jangan kaget nantinya tinggal kelas

Seloka
Jika dilihat dari strukturnya, jenis puisi lama yang satu ini sangat mirip dengan pantun.
Yang paling membedakan keduanya adalah letak isi. Berikut ini adalah ciri lain dain
seloka.

1. Tiap bait minimal terdiri atas empat baris, dapat lebih asal genap.
2. Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
3. Tiap baris adalah isi puisi.
4. Memiliki rima a-b-a-b
Contoh:
Warna merah menghias kuku
Cantik nia kala dipandang
Sang istri menjadi sendu
Karena mertua tak kunjung bertandang

Mantra
Tidak ada ciri khusus untuk mantra. Puisi lama yang dianggap memiliki kekuatan gaib
ini dapat dikatakan sebagai jenis puisi lama yang pertama kali berkembang. Satu-
satunya ciri khas dari mantra adalah ada sebagian kata-kata yang diulang untuk
memberi rasa sugesti bagi yang mendengar.

Syair
Jenis yang satu ini lebih ke arah bercerita. Mengenai aturannya sendiri, antara lain
sebagai berikut.

1. Tiap bait terdiri atas empat baris.


2. Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
3. Setiap baris adalah isi dan saling berkait.
4. Memiliki rima a-a-a-a.
Contoh:

Pada zaman dahulu kala


Tersebutlah sebuah cerita
Tentang negeri yang aman sentosa
Dipimpin raja nan bijaksana

Gurindam
Jika karmina dapat dikatakan sebagai pantun singkat, gurindam adalah syair yang
singkat. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

1. Tiap bait terdiri atas dua baris.


2. Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
3. Memiliki rima a-a.
4. Tiap baris adalah isi.
Contoh:

Kurang pikir kurang siasat


Tentu dirimu akan tersesat

Fakta dan Opini

Teman-teman pasti pernah mendengar istilah mengenai fakta dan opini. Dalam


kehidupan sehari-hari, kedua istilah ini bahkan kerap menjadi rujukan untuk menilai
benar atau tidaknya sebuah berita yang dituliskan maupun disiarkan. Dalam
perbincangan sehari-hari pun, kedua bentuk ini kerap dijumpai dari pernyataan
seseorang maupun perkataan teman-teman sendiri.
Baik fakta maupun opini pun akan mudah teman-teman temukan dalam kalimat. Lalu,
bagaimana cara menentukan sebuah kalimat atau pernyataan itu adalah opini ataupun
fakta? Tentu pertama-tama, teman-teman harus mengerti terlebih dahulu mengenai
pengertian dan ciri-ciri dari fakta maupun opini.

Pengertian Fakta dan Opini


Fakta adalah pernyataan yang menampilkan situasi riil dari sebuah masalah ataupun
kejadian. Karena hal inilah, bisa dikatakan bahwa kebenaran sebuah fakta sudah teruji.
Di dalam fakta, tidak ada lagi pendapat antara orang yang satu ataupun yang lain. Yang
ada hanyalah situasi nyata yang memang telah terbukti dan terverifikasi.

Sementara itu, banyak juga pendapat yang mengemukakan tentang arti sebuah opini.
Salah satunya adalah Leonardo W.  Dood via Sumirat (2004) yang menyatakan, opini
adalah suatu sikap atau pendapat seseorang mengenai sebuah persoalan ataupun
keadaan yang pernah maupun sedang terjadi. Opini antara satu orang dengan orang
lainnya cenderung tidak sama sebab dipengaruhi pola pikir, pengetahuan, serta
lingkungannya dalam menanggapinya situasi ataupun persoalan tersebut.

Ciri-ciri Fakta dan Opini


Baik fakta maupun opini memiliki ciri-cirinya tersendiri yang membedakan satu sama
lain. Berikut ini adalah ciri khas dari keduanya yang bisa dilihat dari sebuah kalimat.

Ciri-ciri Kalimat Fakta


1. Memiliki Data Akurat

Dalam kalimat fakta, teman-teman cenderung bisa menemukan ada data yang jelas
terhadap suatu peristiwa. Di dalam kalimat, data tersebut dapat berupa bilangan
statistic, tanggal dan waktu kejadian, maupun hal lain yang telah terverifikasi.

Contoh: Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus terakhir pada 2010 mencapai
lebih dari 237 juta jiwa.

2. Bersifat Objektif

Yang dimaksud objektif dalam kalimat fakta adalah pernyataan yang terdapat di
dalamnya bersifat umum dan telah diakui kebenarannya oleh banyak pihak, khususnya
oleh badan atau lembaga resmi.

Contoh: Berdasakan catatan Komnas Perempuan, angka kekerasan dalam rumah


tangga pada 2015 meningkat sebesar 9 persen dibandingkan pada 2014.
3. Benar-benar Terjadi

Sebuah kalimat dapat dianggap sebagai fakta jika pernyataan di dalamnya


memaparkan situasi yang benar-benar terjadi. Benar-benar terjadi berarti kamu bisa
melihatnya dengan mata kepala sendiri ataupun mendengar laporan beritanya dari
orang yang berwenang.

Contoh: Sepeda motor tersebut menabrak seorang anak kecil yang tengah
menyeberang jalan.

Ciri-ciri Kalimat Opini


1. Mengandung Pendapat Pribadi ataupun Orang Lain

Yang namanya opini, berarti dalam kalimat tersebut kamu akan menemukan pendapat
dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Dalam beberapa kasus, pada kalimat opini
ditemukan pernyataan dari orang yang sudah terkenal sehingga terkesan sebagai fakta.
Padahal, perkataan orang tersebut juga masih sebatas pendapat yang belum bisa
dibuktikan kebenarannya.

Contoh: Kapolsek menduga ada pihak yang sengaja membakar ruko-ruko di daerah
Tangerang tersebut.

2. Bersifat subjektif

Hampir sama dengan ciri pertama, ciri kedua dari kalimat opini adalah pernyataan yang
dipaparkan dalam kaimat cenderung subjektif. Artinya, hal-hal yang dikemukakan hanya
menurut salah satu pihak sehingga tidak bisa dikatakan netral.

Contoh: Saya yakin dia berselingkuh dengan pacar saya.

3. Memiliki Kata-kata yang Bersifat Relatif

Pada kalimat opini, kamu akan cenderung menemukan kata yang bersifat relatif. Yang
dimaksud relatif di sini adalah kata atau frasa tersebut cenderung bisa berubah
bergantung siapa yang mengucapkannya. Kata-kata yang termasuk relatif, di antaranya
paling, lebih, agak, ataupun biasanya.

Contoh: Semakin mendekati hari pelaksanaan pemilihan kepala daerah, biasanya black
campaign semakin gencar dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Pantun – Pengertian, Jenis-jenis, dan Contoh Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang masih terkenal sampai sekarang.
Teman-teman pun pasti setidaknya pernah mendengar pantun tidak hanya di dalam
pelajaran bahasa Indonesia, melainkan juga di acara-acara hiburan adat sampai
program hiburan komedi di stasiun televisi. Karena berbagai hal ini pulalah, tidak ada
alasan untuk enggan untuk mempelajari pantun dan jenis-jenisnya.

Selain bisa menambah pengetahuanmu dan meningkatkan kemampuan dalam pelajaran,


memahami pantun dan jenis-jenisnya dapat membuat kamu semakin kreatif ketika berinteraksi
dengan orang lain dan mau memberi hiburan atapun nasihat kepada sahabat-sahabatmu.
Pengertian Pantun
Hemat kata, pantun adalah jenis puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empak baris
serta memiliki sampiran dan isi. Sebelum mengenal apa saja jenis dari pantun, ada
baiknya teman-teman memahami dengan baik dulu ciri-ciri dari jenis puisi lama yang
satu ini. Tentu saja ini agar kalian dapat dengan mudah mengklasifikasikan sebuah
puisi lama itu layak disebut pantun atau tidak. Memahami ciri-ciri pantun juga membuat
kalian akan lebih mudah membuat jenis puisi yang satu ini.
Ciri-ciri Pantun
Jenis puisi lama yang asal bermula dari kata patuntun ini pada dasarnya diharapkan
dapat menjadi penuntun hidup bagi orang yang mendengar maupun membacanya.
Tidak hanya sekadar berisi nasihat dan imbauan, penyampaiannya pun memiliki cirri
khas yang begitu kental, seperti berikut ini.

1. Tiap Bait Terdiri atas Empat Baris


Jika prosa mengenal ada paragraf untuk tiap rangkaian kalimat yang berada dalam satu
gagasan utama, jenis puisi lebih akrab menyebutnya sebagai bait. Tiap bait biasanya
berisi untaian kata-kata yang berada dalam satu gagasan dan umumnya mempunyai
ciri khas tersendiri bergantung jenis puisinya.

Khusus untuk pantun, puisi lama yang satu ini memiliki ciri khas kuat, yaitu tiap baitnya
selalu terdiri atas empat baris. Barisan kata-kata pada pantun dikenal juga dengan
sebutan larik.

2. 8-12 Suku Kata di Tiap Baris


Mulanya pantun cenderung tidak dituliskan, melainkan disampaikan secara lisan.
Karena itulah, tiap baris pada pantun dibuat sesingkat mungkin, namun tetap padat isi.
Oleh karena alasan inilah, tiap baris pada pantun umumnya terdiri atas 8—12 suku
kata.

3. Memiliki Sampiran dan Isi


Salah satu keunikan pantun yang membuatnya menjadi begitu mudah diingat adalah
jenis puisi lama yang satu ini tidak hanya padat berisi, melainkan juga memiliki
pengantar yang puitis hingga terdengar jenaka. Pengantar tersebut biasanya tidak
berhubungan dengan isi, namun menjabarkan tentang peristiswa ataupun kebiasaan
yang terjadi di masyarakat. Pengantar isi pantun inilah yang kerap dikenal sebagai
sampiran.
Untuk masalah penempatannya di dalam pantun, sampiran akan selalu berada di baris
pertama dan kedua. Sementara itu, isi pantun menyusul di posisi baris ketiga sampai
keempat.

4. Berima a-b-a-b
Rima atau yang juga biasa disebut dengan sajak adalah kesamaan bunyi yang terdapat
dalam puisi. Biasanya, jenis-jenis puisi lama kental akan rima, termasuk dengan
pantun. Khusus untuk pantun, jenis puisi yang satu ini memiliki ciri khas yang begitu
kuat, yakni rimanya adalah a-b-a-b.

Yang dimaksud dengan rima a-b-a-b adalah ada kesamaan bunyi antara baris pertama
dengan ketiga pantun dan baris kedua dengan baris keempat. Jadi, kesamaan bunyi
pada pantun selalu terjadi antara sampiran dan isi.

Jenis-jenis Pantun
Setelah memahami ciri-ciri pantun, kini saatnya teman-teman juga mengenal jenis-jenis
pantun yang biasa diujarkan ataupun dituliskan seseorang. Berikut ini adalah jenis-jenis
pantun berdasarkan tema isinya.

1. Pantun Nasihat
Pada dasarnya, pantun dibuat untuk memberi imbauan dan anjuran terhadap
seseorang ataupun masyarakat. Karena itulah, tema isi pantun yang paling banyak
dijumpai berjenis pantun nasihat. Pantun yang satu ini memiliki isi yang bertujuan
menyampaikan pesan moral dan didikan.

Contoh:
Di jalan tak sengaja berjumpa daun sugi
Ingat manfaat, lantas cepat dibawa
Tiada belajar tiada yang rugi
Kecuali diri sendiri di masa tua

2. Pantun Jenaka
Sesuai namanya, jenis pantun yang satu ini memang memiliki kandungan isi yang lucu
dan menarik. Tujuannya tak lain untuk memberi hiburan kepada orang yang mendengar
ataupun membacanya. Tidak jarang pula, pantun jenaka digunakan untuk
menyampaikan sindiran akan kondisi masyarakat yang dikemas dalam bentuk ringan
dan jenaka.

Contoh:
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa

3. Pantun Agama
Jenis pantun yang satu ini memiliki kandungan isi yang membahas mengenai manusia
dengan pencipta-Nya. Tujuannya serupa dengan pantun nasihat, yaitu memberikan
pesan moral dan didikan kepada pendengar dan pembaca. Akan tetapi, tema di pantun
agama lebih spesifik karena memegang nilai-nilai dan prinsip agama tertentu.

Contoh:
Kalau sudah duduk berdamai
Jangan lagi diajak perang
Kalau sunah sudah dipakai
Jangan lagi dibuang-buang

4. Pantun Teka-teki
Jenis pantun yang satu ini selalu memiliki ciri khas khusus di bagian isinya, yakni
diakhiri dengan pertanyaan pada larik terakhir. Tujuan dari pantun ini umumnya untuk
hiburan dan mengakrabkan kebersamaan.

Contoh:
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian, saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?

5. Pantun Berkasih-kasihan
Sama dengan namanya, isi dari jenis pantun yang satu ini erat kaitannya dengan cinta
dan kasih sayang. Umumnya, pantun berkasih-kasihan tenar di kalangan muda-mudi
Melayu untuk menyampaikan perasaan mereka kepada kekasih maupun orang yang
disukainya.

Contoh:

Jelas sudah muram si duda


Karena kasihnya tiada lagi asa
Tiada detik bias wajah dinda
Hingga lapar tak lagi terasa

6. Pantun Anak
Tidak hanya untuk orang dewasa, pantun bisa juga disampaikan untuk anak-anak.
Tentu saja isinya lebih ringan dan menyangkut hal-hal yang dianggap menyenangkan
oleh si kecil. Tujuan awal dari jenis pantun yang satu ini adalah untuk mengakrabkan
anak dengan pantun, sekaligus memberikan didikan moral bagi mereka.

Contoh:

Kita menari ke luar bilik


Sembarang tari kita tarikan
Kita bernyanyi bersama adik
Sembarang lagi kita nyanyikan

Kalimat Efektif

Membuat sebuah kalimat tentu bukan hal yang sulit bagi teman-teman. Namun, apakah
kalimat yang dibuat tersebut sudah termasuk kalimat efektif? Pada dasarnya, sebuah
kalimat dapat dibentuk oleh klausa yang terdiri atas subjek dan predikat dengan
penambahan objek, pelengkap, maupun keterangan yang diakhiri dengan tanda baca
titik (.), tanya (?), atau seru (!). Jika tidak tepat, penambahan-penambahan tersebut
dapat membuat kalimat yang dibuat menjadi tidak efektif, loh.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah
kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa
Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah
kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).
Syarat Kalimat Efektif
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau
tidak.

1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat.
Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata
tidak tepat ejaannya.

2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin
guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika
memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal
kalimat.

3. Tidak Boros dan Bertele-tele


Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata
dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan
ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian
tuangkan.

4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis,
dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari
kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.

Ciri-ciri Kalimat Efektif


Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu
kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita
katakan efektif.            

1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya.
Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang
menyangkut ciri-ciri yang satu ini.

a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.

b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan
pelaku di dalam kalimat tersebut.

Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:


Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya


menjadi perluasan dari subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)

d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih
ke arah menggabungkan subjek yang sama.

Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)

2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian
tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada
dua hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak
efektif. Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata
bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan
dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.

Contoh Kata Jamak:


Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-


siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu
kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.

Contoh Kata Sinonim:


Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk  dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan


arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena
sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika
menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam
ruang kelas—kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan
kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur.

3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah
berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-,
selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)

4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek
penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat
tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah,
larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah  atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang
kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat.
Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar
pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah ulasan penulis terhadap isu yang sedang hangat di masyarakat
secara menyeluruh. Jenis tulisan non-fiktif yang satu ini biasa dijumpai di surat kabar,
ditulis oleh pemimpin redaksi ataupun editor media tersebut. Karena umumnya ditulis di
surat kabar dan dilakukan oleh sang editor, tajuk rencana dikenal pula dengan sebutan
editorial.

Isi dari tajuk rencana merupakan penggabungan dari fakta yang ada di lapangan serta
opini dari sang penulis. Tujuan penulisannya adalah untuk menginformasikan,
menyimpulkan, dan jika mampu memberikan solusi atas permasalahan yang sedang
diperbincangkan. Pengupasan isu secara menyeluruh dimaksudkan juga untuk
memengaruhi para pembaca agar ikut berpikir soal topik tersebut. Karena hal itu pula,
selalu ditampilkan masalah secara kronologis agar pembaca yang belum mengetahui
persoalannya juga dapat mengerti dan terlibat dalam pemikiran yang disampaikan.

Ciri-ciri Tajuk Rencana


Sebuah tulisan berupa tajuk rencana memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Berisi ulasan masalah secara kronologis.


2. Mengandung opini dari sang penulis.
3. Menyampaikan saran yang dianggap dapat menjadi solusi atas topik masalah
yang sedang diulas.

Struktur Tajuk Rencana


Berikut ini struktur yang harus selalu ada dalam setiap pembuatan tulisannya:

a. Judul
Pilihlah judul yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam tajuk tersebut dan
buatlah judul seprovokatif mungkin guna mengundang minat membaca orang yang
melihatnya.

b. Latar Belakang Masalah


Bagian ini seperti sinopsis, paparkanlah masalah yang hendak dibahas secara sepintas
agar pembaca tertarik melanjutkan bacaannya.

c. Persoalan
Setelah membahas sepintas masalah yang diulas, penulis dapat melanjutkannya
dengan menerangkan persoalan yang terjadi hingga menjadi isu. Tuturkanlah tiap
peristiwa secara kronologis agar mudah dimengerti pembaca. Jika memang ada tokoh-
tokoh terkait yang dianggap penting, cantumkanlah dalam tulisan.

d. Opini
Sehabis mengulas isu secara menyeluruh, penulis dapat menyampaikan
pandangannya. Opini tersebut harus bersifat netral dan tidak memihak.

e. Saran
Karena fungsinya untuk memberikan informasi dan solusi, tiap tajuk rencana pasti
mengandung saran yang dianggap ideal oleh penulis untuk menyelesaikan
permasalahan yang sedang dibahas.

f. Kesimpulan
Setelah menyampaikan ulasan masalah, opini, hingga saran, harus ditutup secara
elegan dengan pemberian kesimpulan dari penulis. Kesimpulan dapat berupa ringkasan
dari segala yang sudah dipaparkan sebelumnya.

Syarat-syarat Sebuah Tajuk Rencana


Agar tujuan, ciri-ciri, dan struktur tajuk rencana dapat tersampaikan dengan baik, ada
beberapa sifat tulisan ini yang harus diperhatikan sebagai syarat. Berikut ini adalah
beberapa syarat yang mutlak harus dimiliki:

a. Bahasa Semiformal
Tulisan ini biasa didapati di surat kabar sehingga tidak dapat digolongkan menjadi
tulisan yang ilmiah. Karena hal ini pula, bahasa yang digunakan tidak harus sangat
baku dan formal. Gunakanlah bahasa semiformal yang akrab kalian jumpai sehari-hari,
namun dengan ejaan dan kaidah yang baik dan benar.

b. Isi Singkat dan Padat


Tajuk rencana bukanlah esai atau makalah. Cukup tuliskan masalah dan opini secara
ringkas. Hindari pernyataan yang berulang-ulang. Meskipun demikian, pastikan
masalah, opini, dan saran tersampaikan dengan baik dan menyeluruh.

c. Pilih Isu yang Relevan


Tajuk rencana bersifat memberikan informasi dan pandangan terkini mengenai topik
hangat di masyarakat. Jadi saat menulisnya, pastikan isu yang kalian pilih merupakan
persoalan yang memang ramai diperbincangkan dan berdampak besar bagi kehidupan
masyarakat.

d. Harus Fungsional
Tulisan yang dibuat bukanlah hanya untuk memaparkan masalah, namun juga
mengemukakan gagasan penyelesaian persoalan. Pastikan saran solusi tersebut
masuk akal dan dapat diaplikasikan agar tajuk rencana kalian benar-benar fungsional
dalam membantu masalah yang sedang dihadapi masyarakat.

Unsur Intrinsik Puisi

Jika mendengar istilah “karya sastra”, teman-teman pasti akan membayangkan karya
bersifat imajinasi yang bisa tersaji dalam bentuk karangan bebas ataupun tulisan
dengan permainan kata dan rima. Karangan bebas kerap disebut sebagai prosa dan
terbagi dalam banyak jenis, mulai dari novel, novelet, hingga cerpen. Sementara itu,
tulisan dengan permainan kata dan bunyi dikenal dengan istilah puisi.

Semua karya sastra tentu memiliki unsur pembangunnya, yang di antaranya berupa
unsur intrinsik. Namun, ternyata unsur intrinsik puisi maupun prosa cukup berbeda. Jika
sebelumnya kita telah membahas unsur intrinsik yang membangun sebuah cerpen, kali
ini kita akan membahas unsur intrinsik yang ada pada karya sastra berupa puisi.

2 Jenis Unsur Intrinsik Puisi


Secara umum, unsur intrinsik pada sebuah puisi dapat dibagi menjadi dua, yakni unsur
batin dan unsur fisik. Berikut ini adalah ulasan mengenai kedua unsur intrinsik tersebut.

Unsur Batin
Unsur intrinsik yang satu ini sering disebut juga sebagai unsur isi dan mencakup
permasalahan dan emosi yang terdapat pada karya sastra tersebut. Berikut adalah
beberapa pembagian unsur batin dalam intrinsik sebuah puisi.
1. Tema
Sepanjang apa pun puisinya, hanya terdapat satu tema yang dibicarakan. Yang
dimaksud dengan tema di sini adalah persoalan ataupun ide utama yang disajikan
dalam tulisan tersebut. Sebagai contoh, tema tentang negara, tema tentang cinta,
ataupun tema tentang masalah sosial.

2. Amanat
Selaras dengan tema, amanat dari sebuah puisi cenderung tidak berbeda jauh dengan
tema yang sedang diperbincangkan di dalamnya. Sebagai contoh, ketika mendapati
puisi tentang masalah sosial, mungkin saja di dalamnya terdapat amanat mengenai
ajakan untuk mengurangi kesenjangan sosial yang semakin melebar.

3. Emosi
Dibandingkan dengan prosa, karya sastra dalam bentuk puisi lebih jelas menyampaikan
perasaan dari penulisnya. Perasaan tersebut dapat tertuang dalam karya puisinya dan
dapat dirasakan oleh teman-teman ketika membacanya. Unsur intrinsik puisi berupa
emosi ini biasanya juga menyangkut perasaan pengarang terhadap tema yang sedang
dibicarakannya. Contohnya, ada perasaan marah ketika membicarakan korupsi atau
ada perasaan sedih ketika membicarakan kemiskinan.

4. Tonasi
Ketika menyampaikan perasaan dalam tulisan di puisi, pembaca dapat menangkap
tonasi ataupun nada seperti apa yang sedang dipakai oleh penulis. Bisa saja walaupun
kecewa, puisi tersebut dikarang dalam bentuk nada yang ringan, namun menyindir.
Bisa juga kita menemukan puisi yang seakan mengajak kita untuk mengamini hal yang
tertuang di dalamnya. Hal tersebut terjadi karena ada tonasi persuasif di dalamnya.

Unsur Fisik
Jika unsur intrinsik puisi berupa unsur batin lebih melihat kepada isi puisi, berbeda
dengan unsur fisik yang merupakan unsur pembangun puisi secara struktur. Dalam
unsur fisik ini, dapat ditemukan ciri khas sebuah puisi dibandingkan karya sastra berupa
prosa.

1. Diksi
Teman-teman mungkin merasa puisi terdengar lebih “nyastra” dengan kata-katanya
yang tidak umum. Pemilihan kata-kata pada puisi tersebut termasuk dalam unsur
intrinsik puisi berupa unsur fisik yang dikenal sebagai diksi.
2. Gaya Bahasa
Tidak hanya bermain di pemilihan kata-kata, dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai
rangkaian kata yang bersifat konotatif, berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri.
Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa dalam puisi. Biasanya tiap penulis cenderung
memiliki gaya bahasanya sendiri, yang paling mudah dilihat melalui majas-majas,
seperti personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan tak jarang ada yang menggunakan
majas ironi.
3. Rima
Keunikan lain dalam sebuah puisi adalah ditemukannya kesamaan nada di beberapa
bagian baris ataupun larik. Kesamaan nada atau bunyi tersebut disebut dengan istilah
rima. Rima bisa dijumpai tidak hanya di akhir tiap larik atau baris, namun dapat juga
berada di antara tiap kata dalam baris. Rima yang kuat biasa dijumpai pada jenis-
jenis puisi lama atau klasik. Sementara itu, puisi modern biasanya sudah tidak terlalu
bermain rima.
4. Tipografi
Puisi tidak hanya bermain di kata-kata, melainkan juga di bentuknya. Hal inilah yang
dimaksud dengan tipografi, yaitu bentuk puisi secara kasat mata. Secara umum,
mungkin teman-teman menemukan puisi dalam bentuk baris, namun ada juga puisi
yang disusun dalam bentuk fragmen-fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai
apel, zigzag, ataupun model lainnya.
Penulisan Daftar Pustaka

Teman-teman pernah mendengar istilah plagiat? Situasi ini bisa terjadi karena penulis
tidak mencantumkan sumber asli dari bahan tulisan yang dibuatnya. Dalam dunia
sekolah pun, teman-teman bisa saja terjebak dalam keadaan ini jika tidak mampu
menuliskan sumber referensi dari makalah yang dibuat dengan baik dan benar.

Walaupun terkesan mudah, nyatanya masih banyak yang kesulitan menerapkan


penulisan daftar pustaka yang benar dalam akhir tulisannya. Tanda baca dan urutan
selama penulisannya menjadi momok yang membuat seseorang terburu malas untuk
mencantumkan berbagai referensi sumber dari tulisannya.

Supaya teman-teman tidak dicap sebagai plagiat dan dapat menuliskannya secara
tepat, berikut ini panduan cara menulis daftar pustaka yang tepat sesuai dengan jenis
sumber yang dipakai.

Penulisan Daftar Pustaka dari Sumber Buku


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis daftar pustaka dari sumber
buku. Namun, hal paling utama adalah memperhatikan urutan dan tanda bacanya.
Berikut adalah urutan sebuah referensi dari buku.

1. Nama
Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu menuliskan nama belakang
penulis terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu
cantumkan nama depan dan tengah penulis buku tersebut. Jika buku tersebut
merupakan karya dari dua penulis atau lebih, hanya penulis pertama yang urutan
namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada setelahnya dengan urutan yang
sesuai nama aslinya. Jika pada buku tersebut nama penulis dicantumkan lengkap
dengan gelar pendidikan atau gelar lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu dituliskan.

2. Tahun Terbit
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-teman gunakan sebagai
referensi. Jangan terkecoh pada angka tahun cetakan awal sebab bisa saja buku yang
kamu pakai merupakan cetakan kedua, ketiga, ataupun terakhir.

3. Judul Buku
Tuliskan judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa, penulisan judul dibuat
dengan italic (miring).

4. Kota dan Nama Penerbit


Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku adalah mencantumkan
kota penerbitan dan nama penerbit yang mencetak buku tersebut. Dahulukan penulisan
nama kota, baru diikuti dengan nama penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua (:).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan. Pastikan teman-
teman menggunakan tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama, tahun terbit, judul
buku, hingga kota dan nama penerbit.

Contoh Daftar Pustaka dari Buku

Data Buku:
Judul     : Family Medical Care Volume 4
Penulis                : Dr. John F. Knight
Penerbit              : Indonesia Publishing House
Kota Penerbit    : Bandung
Tahun Terbit      : 2001

Cara Penulisan:
Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung: Indonesia Publishing
House.

Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel dalam Jurnal, Koran, atau Majalah
Tidak berbeda jauh dengan penulisan dari sumber berupa buku, teman-teman pun
perlu mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan nama
penerbit. Hanya saja, ada perbedaan penulisan untuk beberapa urutan tersebut, yakni
sebagai berikut.

1. Nama
Pastikan nama yang teman-teman tulis dalam daftar pustaka artikel tersebut adalah
penulis artikelnya, bukan editor dari jurnal, koran, ataupun majalah yang menjadi
sumber referensi.

2. Judul
Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi. Penulisan tidak
dengan format italic, melainkan tegak lurus dengan pemberian tanda kutip (“) pembuka
dan penutup. Setelah itu, lanjutkan dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah
yang memuat artikel tersebut. Penulisan nama jurnal, majalah, atau koran baru dicetak
miring. Ikutkan di halaman berapa artikel tersebut dimuat yang ditulis dalam tanda
kurung [(…)].
Contoh Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel Jurnal

Data Artikel:
Judul Jurnal        : Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1
Judul Artikel       : Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota
Pangkalpinang
Penulis                 : Umar Solikhan
Penerbit              : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kota Terbit          : Pangkalpinang
Tahun Terbit      : 2013

Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik
Kota Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume
1 (hlm. 123-129). Pangkalpinang: Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Penulisan Daftar Pustaka dari Internet


Selain artikel cetak, tidak jarang seseorang mengambil sumber tulisannya dari artikel-
artikel di internet (dalam jaringan.daring/online). Untuk penulisan daftar pustaka dari
internet seperti ini, urutannya adalah sebagai berikut:

1. Nama
Cara penulisan nama untuk artikel daring tidak berbeda dengan penulisan nama dari
sumber buku maupun artikel cetak.

2. Tahun Penayangan
Tuliskan tahun penayangan dari artikel tersebut.

3. Judul
Judul artikel daring tidak ditulis secara italic, melainkan hanya diapit tanda kutip (“).
4. URL
Jangan lupa menyalin alamat URL dari artikel tersebut agar dapat diakses jika ada yang
ingin membuktikan kesahihannya.

5. Waktu Pengambilan
Di bagian akhir, jangan lupa mencantumkan waktu pengambilan artikel daring itu
secara lengkap, yakni tanggal dan jam saat kamu mengunduh ataupun menjadikannya
referensi.

Selain urutan, masalah tanda batas dalam daftar pustaka artikel internet/daring agak
berbeda dengan penulisan dari sumber cetak. Tanda titik (.) sebagai batas hanya
berlaku untuk mengakhiri nama penulis dan tahun penayangan. Sementara itu,
pembatasan dari judul ke URL dan dari URL ke waktu pengambilan data berupa tanda
koma (,).

Contoh Daftar Pustaka dari Internet (Artikel Daring)

Data Artikel:
Judul                     : Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global?
Penulis                 : Jeko Iqbal Reza
Tanggal Tayang : 29 Agustus 2015
Waktu Akses      : 10 Februari 2016, pukul 10.27
URL                      : http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan-
pemanasan-global

Cara Penulisan:
Reza, Jeko Iqbal. 2015. “Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global”,
http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan-pemanasan-global,
diakses pada 10 Februari 2016 pukul 10.27.
Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah sebuah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Setiap
kalimat selalu memiliki klausa yang merupakan paduan antara satu subjek dan predikat,
serta bisa ditambahi objek, pelengkap, maupun keterangan. Jadi, kalimat ini merupakan
sebuah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek, predikat, objek, ataupun
pelengkap. Teman-teman bisa menemukan adanya penggabungan ataupun perluasan
di salah satu bagian kalimat tersebut.

Untuk menandai antarklausa, biasanya yang bersifat penggabungan akan ditemukan


keberadaan kata hubung (konjungsi). Namun, teman-teman mungkin juga tidak
menemukan keberadaan kongjungsi di sebuah kalimat majemuk yang sifatnya
perluasan.

Jenis-jenisnya di bahasa Indonesia pun tidak terbatas pada sifatnya yang


menggabungkan atau memperluas. Dilihat berdasarkan hubungan antarklausa, berikut
ini lima pengklasifikasiannya yang ada di pelajaran Bahasa Indonesia.

Kalimat Majemuk Setara


Kalimat ini memiliki dua klausa yang sifatnya sederajat yang digabungkan melalui
konjungsi. Artinya, kedua klausa bersifat koordinatif sehingga masing-masing dapat
berdiri menjadi kalimat sendiri apabila konjungsinya dilepaskan. Konjungsi yang biasa
menggabungkan dua atau lebih klausa pada kalimat ini di antaranya dan, sementara,
dan lalu.

Contoh Kalimat Majemuk Setara:


Klausa 1          : kakak bertanding sepak bola
Klausa 2          : adik menonton di pinggir lapangan
Gabungan        : Kakak bertanding sepak bola, sementara adik menonton di pinggir
lapangan.

Baik Klausa 1 maupun Klausa 2 merupakan bentuk klausa utuh yang setidaknya
memiliki subjek dan predikatnya masing-masing. Karena itu, kalaupun tidak
dihubungkan dengan konjungsi sementara, keduanya masih dapat berdiri menjadi
kalimat yang sempurna.

Kalimat Majemuk Rapatan


Hampir sama seperti bentuk sebelumnya, klausa-klausanya sebenarnya dapat berdiri
sendiri-sendiri. Hanya saja, pada jenis ini, akan ditemukan unsur klausa yang berulang.
Perulangan unsur tersebut biasa dipisahkan dengan konjungsi dan,
serta,  atau juga; ataupun tanda koma (,).
  

Contoh:
Klausa 1          : Indra menghadiri konferensi ilmiah tersebut
Klausa 2          : Ratih menghadiri konferensi ilmiah tersebut
Gabungan        : Indra dan Ratih menghadiri konferensi ilmiah tersebut.

Klausa 1 dan Klausa 2 sebenarnya memiliki predikat dan objek yang sama, namun
subjeknya ( Indra, Ratih) berbeda. Karena itulah, dalam penggabungannnya, hanya
subjeknya yang dirapatkan dengan konjungsi dan.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Pernah mendengar ada induk kalimat dan anak kalimat? Di jenis kalimat majemuk
bertingkat, teman-teman akan menemukannya, yaitu kalimat yang memiliki dua klausa
atau lebih yang hubungannya tidak sejajar. Karena ketidaksejajaran tersebut, salah
satu klausa tidak dapat berdiri sendiri.

Bagian klausa inilah yang akan menjadi anak kalimat dalam kalimat tersebut.
Sementara itu, klausa yang mampu berdiri sendiri kalaupun dipisahkan dari kalimat
majemuk tersebut disebut sebagai induk kalimat. Kedua bagian kalimatnya biasanya
dihubungkan dengan konjungsi, seperti ketika, walaupun, sebab, karena, dan meskipun.

Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat:


Klausa 1          : Lia kerap terlambat datang ke sekolah
Klausa 2          : rumahnya jauh
Gabungan        : Lia kerap terlambat datang ke sekolah karena rumahnya jauh.

Klausa 1 merupakan induk kalimat karena memiliki unsur klausa yang lengkap, yakni
subjek (Lia) dan predikat (terlambat). Karena hal tersebut jugalah, Klausa 1 dapat
berdiri sendiri menjadi sebuah kalimat utuh. Sementara itu, Klausa 2 hanya memiliki
predikat (rumahnya) sehingga tidak dapat menjadi kalimat utuh yang membutuhkan
subjek.

Kalimat Majemuk Perluasan


Selain bentuk sebelumnya yang salah satu klausanya tidak memiliki unsur yang
sempurna, ada juga kalimat majemuk perluasan yang anak kalimatnya merupakan
perluasan dari salah satu bagian unsur klausa yang ada. Anak kalimat tersebut
biasanya dihubungkan dengan konjungsi yang.
Contoh:
Klausa 1          : laptopnya mulai rusak
Klausa 2          : laptopnya dibeli pada lima tahun lalu
Gabungan        : Laptopnya yang dibeli pada lima tahun lalu mulai rusak.

Kedua klausa di atas sebenarnya memiliki unsur yang sempurna, minimal subjek dan
predikat. Namun, Klausa 2 dapat dipakai untuk menjelaskan subjek pada Klausa 1.
Untuk menggabungkannya, diberikan konjungsi yang setelah subjek yang serupa dari
kedua klausa tersebut (laptop).

Kalimat Majemuk Campuran


Sesuai dengan namanya, jenis kalimat yang satu ini memiliki penggabungan antara
bentuk kalimat setara ataupun rapatan dengan kalimat majemuk bertingkat. Di
dalamnya, teman-teman bisa menemukan dua buah konjungsi atau lebih yang sifatnya
menjadi kata hubung koordinatif maupun bukan. Jumlah klausanya pun lebih dari dua.

Contoh Kalimat Majemuk Campuran:


Klausa 1          : aku bermain basket di lapangan terbuka
Klausa 2          : rayi bermain basket di lapangan terbuka
Klausa 3          : anto bermain basket di lapangan terbuka
Klausa 4          : hujan
Gabungan        : Aku, rayi, dan anto bermain basket di lapangan terbuka, meskipun
hujan.

Klausa 1-3 merupakan induk kalimat yang dapat digabung menjadi kalimat majemuk
rapatan sebab memiliki predikat, objek, dan keterangan yang sama. Sementara
itu, hujan yang merupakan klausa tidak sempurna menjadi anak kalimat.
Majas – Macam-macam Majas, Pengertian, dan Contoh

Pengertian Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah
pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek
tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya,
majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.

Macam-macam Majas
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu
majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini ulasannya.

Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan,
ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai
beberapa subjenisnya.

1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya
manusia.

Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku
untuk segera bermain di pantai.

2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan.

Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan


tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan
pemberian kata sambung bagaikan, bak,  ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki
wajah yang sangat mirip.

4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk
akal.

Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.
Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.

5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan
yang lebih halus.

Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel.


Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.

6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda
umum.

Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada
air mineral.

7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak,
bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang
berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.


Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.

9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok
totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu,
sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan
keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.

Contoh:

Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-
turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya
dalam ungkapan.

Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis
ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan
ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang
sebaliknya.

Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.

4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya
diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali  atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di
perbatasan.

Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir
seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu
sebagai berikut.

1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa
ditiduri.

2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.


3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan
pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis
ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif,
namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat
menjelang hari raya?

4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki
asuransi kesehatan.

5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya


sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.

6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam
berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai
anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai
epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau
ujaran.

Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga
saling menyayangi.

Unsur Intrinsik Cerpen

Cerpen atau cerita pendek adalah jenis prosa singkat yang pastinya sudah tidak asing
di telinga teman-teman. Jalan cerita yang tidak terlalu panjang dan singkat membuat
jenis prosa ini banyak digemari sebab tidak diperlukan waktu lama untuk menuntaskan
membacanya. Sama seperti prosa-prosa lainnya, cerpen juga memiliki unsur-unsur
yang membangun, yang terbagi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik
cerpen.

Dalam materi kali ini, kita membahas unsur intrinsik cerpen yang merupakan unsur-
unsur pembangun sebuah prosa yang bisa dijumpai dalam ceritanya.

6 Unsur Intrinsik Cerpen


Secara umum, setiap membaca cerpen, kalian akan menemukan enam unsur
pembentuk cerita seperti di bawah ini.

1. Tokoh dan Penokohan


Setiap cerita pasti memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemain di dalamnya. Tidak hanya
menjadi tokoh yang diam, pemain-pemain dalam sebuah prosa memiliki sikap dan
peran dalam membentuk cerita. Karena itulah, unsur instrinsik cerpen berupa tokoh dan
penokohan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Ketika menemukan seorang tokoh dalam cerita, secara tidak langsung kamu akan
digiring untuk mengetahui peran dan sikapnya dalam suasana yang hendak dibangun
pada cerpen tersebut. Sikap dan peran tersebutlah yang disebut sebagai penokohan,
sementara nama-nama dari tiap pemain disebut sebagai tokoh.

2. Alur
Sebagian orang sulit membedakan alur dengan jalan cerita. Padahal, simpelnya, alur
adalah rangkaian cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat (kausalitas) sehingga
membentuk suatu kesatuan. Sementara itu, jalan cerita hanyalah rangkaian cerita yang
berbentuk kronologis dari awal sampai akhir, tanpa disertai hubungan kausalitas yang
kuat.

Secara sederhana, alur memiliki beberapa tahapan, mulai awalnya pengenalan, konflik,
komplikasi (kerumitan), klimaks, leraian, sampai pada penyelesaian. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing bagian alur.

a. Pengenalan

Pada tahap ini, pembaca dikenalkan pada tokoh, penokohan, hingga latar sebuah
cerita.

b. Konflik

Setelah itu, pembaca akan dihadapkan pada bagian cerita yang menampilkan masalah
utama dari kisah. Masalah bisa menyangkut persoalan dalam diri sang tokoh,
perselisihan dengan tokoh lain, sampai antara satu tokoh dan lingkungannya. Untuk
cerpen, biasanya hanya ada satu konflik yang membangun kisahnya.                          

c. Klimaks

Ketika masalah sudah mencapai puncaknya, itulah yang dikenal dengan istilah klimaks.
Di tahap ini pembaca bisa mendapatkan puncak ketegangan dari persoalan yang
diusung pengarang.

d. Leraian

Setelah mencapai puncak, persoalan akan menemui titik balik yang cenderung
menurun. Tingkat ketegangan berkurang karena masalah sedang menuju pada tahap
akhir.

e. Penyelesaian

Tahap akhir yang dimaksud adalah penyelesaian. Pada bagian ini, semua masalah
diuraikan dan didapati solusinya. Namun, ada juga cerpen yang membuat
penyelesaiannya secara terbuka sehingga bagian solusi tidak diceritakan.

Kelima bagian alur di atas tidak mesti terjadi secara berurutan. Apalagi pada cerpen-
cerpen modern, kamu bisa saja menjumpai kisah yang dimulai dari klimaks dan
berujung pada klimaks juga.

Selain memiliki tahapan, alur sebuah cerita juga memiliki jenisnya masing-masing.
Secara umum, ada tiga jenis alur yang bisa ditemukan pada cerpen.

a. Alur Maju

Pada model alur ini, cerita dijabarkan secara kronologis dan mengikuti ketentuan waktu
yang selalu bertambah. Untuk cerita dengan alur maju, tahapan alurnya cenderung
konvensional, yaitu pengenalan-konflik- klimaks, leraian-penyelesaian.
b. Alur Mundur

Model alur ini biasanya menampilkan konflik atau penyelesaian terlebih dahulu. Dari
sana, barulah diceritakan ulang mengenai tahapan masalah yang membentuk alur
sehingga terkesan waktunya bergerak mundur dan disebut sebagai alur mundur.

c. Alur Kilas Balik (Flash Back)


Alur kilas balik merupakan penggabungan alur maju yang disertai kilasan-kilasan kisah
yang sifatnya mengenang atau mengingat. Kenangan ini diceritakan pula secara detail
untuk membangun kelengkapan cerita.

3. Latar
Unsur intrinsik cerpen yang satu ini sering disebut sebagai setting dan mencakup tiga
hal di dalamnya, yakni latar waktu, latar tempat, dan latar suasana yang membangun
sebuah peristiwa. Pada intinya, latar merupakan gambaran suasana yang terjadi pada
sebuah cerita.
a. Latar Waktu

Menggambarkan kapan peristiwa dalam kisah tersebut terjadi.

b. Latar Tempat

Menggambarkan di mana dan lokasi tempat terjadinya peristiwa.

c. Latar Suasana

Menggambarkan cara peristiwa itu terjadi dan perasaan yang dialami para tokoh.

4. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan bagian unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan pencerita
yang mengisahkan cerpen tersebut. Dalam prosa, umumnya ada dua jenis sudut
pandang, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

a. Sudut Pandang Orang Pertama

Model sudut pandang yang satu ini biasa diceritakan oleh kata ganti orang pertama,
yaitu “aku”. Pencerita sebagai aku bisa memiliki dua peran, yakni dia sebagai pemeran
utama cerita tersebut ataupun dia hanya sebagai pengamat dari tokoh-tokoh lain yang
diceritakannya.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga

Sudut pandang yang memakai orang ketiga ditandai dengan penggunaan kata ganti
“dia” untuk menunjuk para tokoh yang bermain dalam cerita. Model sudut pandang ini
juga dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah sudut pandang orang ketiga
sebagai narator serbatahu yang bisa menjelaskan isi hati dan rahasia dari peristiwa-
peristiwa yang dialami tokoh. Yang kedua adalah sudut pandang orang ketiga sebagai
tokoh bawahan yang berfungsi sebagai pengamat.

5. Gaya Bahasa dan Penceritaan


Dalam sebuah cerpen, kamu akan menemukan banyak kiasan ataupun bahasa yang
terkesan lebih lembut atau lebih kasar. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Setiap
pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda dan ini juga berhubungan dengan
penceritaan yang dibangunnya pada sebuah cerpen.
Gaya bahasa biasanya berbentuk majas untuk merefleksikan atau mengasosiasiakan
sebuah kalimat. Ada juga gaya bahasa yang menampilkan makna-makna konotatif
untuk memperindah tampilan cerita.

6. Tema dan Amanat


Tema sebuah cerita akan selalu berhubungan dengan amanat yang hendak
disampaikan oleh pengarah dalam pengisahannya. Jadi, sulit untuk memisahkan kedua
unsur ini guna berdiri sendiri-sendiri.

Meskipun berkaitan, tema dan amanat memiliki arti yang berbeda sebagai unsur
intrinsik cerpen. Tema adaah gagasan dasar yang ada dalam sebuah cerita. Sebagai
contoh ketika membaca cerpen tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu akan
menemukan ide cerita yang mengangkat masalah nasionalisme ataupun sikap rela
berkorban.

Sementara itu, amanat merupakan nilai-nilai yang bisa dipetik dalam kisah yang dibaca.
Nilai tersebut akan selalu berhubungan dengan tema yang mendasari cerpen tersebut.
Contohnya lagi, masih dengan cerpen tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu bisa
menemukan pesan untuk mencintai tanah air ataupun untuk selalu mengenang jasa
para pahlawan.

Cara Menulis Resensi

Resensi adalah model tulisan yang secara umum menyinggung ikhtisar sekaligus


ringkasan dari karya yang dinilai untuk bisa diperoleh keunggulan maupun
kelemahannya. Hal ini bertujuan memberikan pandangan bagi pembaca dan calon
pembaca mengenai karya tersebut. Teman-teman pasti sudah sering melihat tulisan
berupa resensi yang menyampaikan keunggulan dan kekurangan dari sebuah novel,
cerpen, naskah drama, ataupun film.

Ada dua hal yang ditekankan dalam penulisannya, yaitu informasi dan evaluasi. Penulis
harus bisa memberikan pembaca gambaran lengkap mengenai informasi karya yang
dinilai, tanpa membuat calon pembaca karya tersebut merasa penulis spoiler terhadap
isi cerita. Sementara itu, evaluatif berarti tulisan tersebut mesti mampu memaparkan
keunggulan dan kelemahan karya secara objektif.

Berikut ini adalah beberapa poin yang harus selalu tercantum dalam sebuah resensi
yang benar dan baik. Teman-teman pun pasti tidak akan kesulitan melakukan penulisan
yang sifatnya menilai ini.

Unsur-unsur Resensi
1. Judul
Sama seperti jenis-jenis tulisan lain, resensi mesti memiliki judul yang menarik untuk
menarik orang supaya mau membacanya. Judulnya haruslah selaras dengan masalah
yang dibahas di bagian isi tulisan.

2. Data Karya
Bagian awal selalu menampilkan data lengkap dari karya yang diulas. Berikut
adalah daftar data yang harus selalu dicantumkan ketika meresensi sebuah karya,
khususnya untuk buku yang paling sering menjadi objek resensi.
Data Buku:
1. Judul Buku

Jangan lupa menuliskan judul buku secara lengkap, termasuk subjudul dan volume
buku tersebut.

2. Pengarang

Apabila buku yang diresensi adalah buku lokal, kamu cukup menuliskan pengarang dari
karya tersebut. Namun, jika buku tersebut merupakan terjemahan, selain menuliskan
nama pengarang, cantumkan pula nama penerjemah buku.

3. Penerbit

Tulislah nama perusahaan yang menerbitkan buku tersebut beserta lokasi kota
penerbitan.

4. Tahun Terbit

Pastikan tahun terbit yang kamu tulis merupakan waktu pencetakan buku yang kamu
resensi. Untuk itu, cantumkan pula edisi cetakan pada data ini.

5. Dimensi

Yang dimaksud dengan dimensi adalah ukuran buku tersebut, mulai dari panjang, lebar,
dan tinggi buku; sekaligus jumlah halaman.

6. Harga Buku

Karena bertujuan memberikan pandangan kepada pembaca, harga buku pun mesti
dicantumkan.

Dalam menulis data buku, kamu tidak perlu membuatnya dalam bentuk uraian kalimat.
Cukup cantumkan semua data secara lengkap dalam bentuk daftar.

3. Ikhtisar
Setelah data karya lengkap, barulah penulisan dilanjutkan ke bagian pencantuman
ikhtisar. Harus dibedakan antara ikhtisar dan ringkasan isi. Ketika menulis ikhtisar
berarti kamu bisa membuat sinopsis cerita secara bebas, tanpa urutan kronologis.
Sebaliknya, ringkasan mesti mengikuti urutan alur karya secara tepat.

Saat menulis ikhtisar, ingatlah untuk tidak “membocorkan” keseluruhan isi cerita, yang
bisa membuat resensi tersebut dianggap spoiler. Biasanya ikhtisar dibuat sampai
bagian klimaks, tanpa menyinggung masalah leraian ataupun penyelesaian dari isi
karya yang dinilai.
4. Penilaian
Jika ikhtisar telah dibuat, kamu bisa melanjutkan menuliskan bagian penilaian pada
resensi tersebut. Cantumkanlah keunggulan dan kelemahan karya secara objektif,
caranya dengan melihat unsur intrinsiknya. Sebagai contoh, kamu bisa menilai alur
cerita maupun gambaran penokohan yang kuat atau tidak. Bukan hanya masalah isi
cerita, jenis kertas yang digunakan sampai harganya pun bisa dikomentari.

5. Penutup
Di bagian penutup resensi, kamu bisa memberikan kritik dan saran terhadap pengarang
dan penerbit karya. Tidak hanya itu, kamu juga dapat memberikan pandangan
mengenai target pasar yang cocok untuk menikmati karya itu.

Paragraf – Pengertian dan Jenis-jenis Paragraf

Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu rangkaian kalimat yang memiliki suatu gagasan utama. Dalam
artikel ataupun model tulisan lainnya, teman-teman pasti sudah tidak asing menemui
rangkaian paragraf yang berisi tentang keseluruhan isi dari tulisan tersebut. Terdapat
berbagai jenis paragraf, yang diklasifikasikan menurut letak gagasan utamanya dan
menurut tujuannya.

Jenis Paragraf Menurut Letak Gagasan Utama

Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:

Paragraf Deduktif
Jenis ini memiliki gagasan atau pikiran utama di bagian awal rangkaian kalimat.
Biasanya, pada paragraf deduktif, gagasan utamanya berada di kalimat pertama.
Sementara itu, kalimat-kalimat lainnya berisi penjelasan yang mendukung gagasan
utama yang telah dipaparkan di awal.

Paragraf Induktif
Berkebalikan dengan yang sebelumnya, gagasan utama pada jenis paragraf induktif
baru bisa ditemukan di bagian akhir dari rangkaian kalimat dan lebih sering berada di
kalimat terakhir. Gagasan utama di akhir ini bersifat menyimpulkan inti dari kalimat-
kalimat penjelas yang berada di kalimat sebelumnya.

Paragraf Campuran
Yang dimaksud paragraf campuran adalah gabungan gagasan utama yang berada di
awal dan akhir rangkaian kalimat. Gagasan di kalimat awal biasanya berupa inti pikiran
dari paragraf tersebut. Sementara itu, di bagian akhir kembali ditekankan mengenai
gagasan utama dengan kalimat yang mungkin saja berbeda dari kalimat gagasan
utama di awal.

Jenis Paragraf Menurut Tujuannya


Isi dari paragraf tentunya memiliki berbagai tujuan. Ada yang sifatnya memaparkan,
mengajak, mendebat, dan lain-lain. Berdasarkan tujuan dari isinya, paragraf dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis.

Paragraf Narasi
Isi dari jenis paragraf ini bersifat menceritakan suatu hal secara kronologis. Untuk yang
bersifat naratif, tiap kalimatnya disusun secara runtut sehingga memudahkan pembaca
membayangkan kejadian atau peristiwa yang tengah diceritakan. Karena sifatnya yang
“bercerita”, pembaca akan menemukan sudut pandang dalam kalimat-kalimat di
paragraf tersebut. Jenis ini biasanya dijumpai pada cerpen, novel, ataupun prosa bebas
lainnya.

Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah jenis paragraf yang isinya berupa penjelasan untuk
memaparkan fakta-fakta yang ada. Karena fakta yang menjadi dasarnya, tulisan-tulisan
eksposisi cenderung bersifat ilmiah. Tujuannya adalah memberikan informasi yang
detail kepada pembaca. Ciri-cirinya adalah memiliki fakta yang jelas dari berita ataupun
penelitian dan tidak mencampurkan pendapat penulis di dalamnya. Model seperti ini
cenderung dijumpai pada artikel-artikel berita.

Paragraf Argumentasi
Jenis paragraf yang bertujuan memberikan pandangan kepada para pembacanya ini
tidak hanya menyajikan fakta ataupun isu permasalahan dalam isinya, namun juga
memberikan pendapat-pendapat dari sang penulis. Jadi, data maupun fakta hanyalah
pelengkap dari opini sang penulis. Pada jenis paragraf argumentasi, akan dijumpai
kesimpulan dari rentetan pendapat penulis di dalam rangkaian kalimat tersebut.
Kesimpulan tersebut cenderung diletakkan di akhir paragraf.
Paragraf Persuasi
Hampir sama dengan paragraf argumentasi, paragraf persuasi biasanya menampilkan
pendapat-pendapat dari sang penulis terhadap suatu berita atau isu tertentu.
Perbedaannya, kalimat-kalimat yang isinya bertujuan memengaruhi pembaca ini
cenderung mengandung kata-kata ajakan atau imbauan, seperti ayo dan mari. Kata dan
gaya bahasa yang digunakan pun dipilih yang semenarik mungkin untuk semakin
meyakinkan pembaca atas ajakan tersebut.

Paragraf Deskripsi
Jenis paragraf yang satu ini bertujuan membuat pembaca dapat merasakan ataupun
membayangkan hal yang dideskripsikan secara jelas dan nyata, seolah-olah pembaca
dapat melihat, mendengar, ataupun mencecap objek yang dijelaskan tersebut. Karena
itulah, isinya merupakan gambaran lengkap dari sebuah objek yang disusun dalam
kalimat-kalimat.

Anda mungkin juga menyukai