Anda di halaman 1dari 19

STATISTIKA BISNIS

MODERASI DAN MEDIASI

KELOMPOK 3 :

I Wayan Kani Arta (2081611009)

Kadek Gita Amdika Putri (2081611019)

Ni Putu Eka Kartika Putri (2081611020)

Ni Wayan Diah Puspita Sari (2081611024)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
I. REGRESI DENGAN VARIABEL MODERATOR

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi baik memperlemah atau


memperkuat hubungan antara variabel independen ke dependen.

Model Hubungan Moderasi

X Y

Berbeda dengan variabel intervening, variabel moderator tidak menyaratkan


adanya hubungan antara X ke M. Contohnya adalah pengaruh motivasi terhadap kinerja.
Seseorang yang punya motivasi yang kuat akan mempengaruhi kinerjanya, dan akan
semakin baik jika ia memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Di sini, pendidikan
ditempatkan sebagai variabel moderator yang akan menaikturunkan pengaruh motivasi
terhadap kinerja.
Terdapat tiga metode yang digunakan untuk melakukan uji regresi dengan
variabel moderasi yaitu:
 Uji Interaksi atau sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA)
merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian dari dua atau lebih variabel
independent.
 Uji Nilai Selisih Mutlak dilakukan dengan mencari nilai selisih mutlak dari
variabel independent
 Uji Residual dilakukan dengan menguji pengaruh deviasi hubungan antar variabel
independent
Contoh Kasus :
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah lingkungan kerja memoderasi
hubungan antara program pelatihan dan prestasi kerja. Data dikumpulkan dari 15
karyawan pada sebuah perusahaan.
 Judul: Pengaruh pelatihan terhadap prestasi kerja dengan lingkungan kerja
sebagai variabel moderasi.
 Perumusan Masalah: Apakah lingkungan kerja memoderasi hubungan antara
pelatihan dengan prestasi kerja ?
 Hipotesis: Lingkungan kerja memoderasi hubungan antara pelatihan dengan
prestasi kerja.
Hipotesis:
Ho : b3= 0 : Lingkungan kerja tidak memoderasi hubungan pelatihan terhadap prestasi
kerja.
Ha : b3  0:Lingkungan kerja memoderasi hubungan pelatihan terhadap prestasi kerja.
Ho diterima Jika  > 0,05
Ha diterima Jika   0,05

Pelatihan Prestasi Kerja

Lingkungan Kerja

Uji Interaksi
Uji interaksi dilakukan dengan cara mengalikan dua atau lebih variabel bebasnya. Jika
hasil perkalian dua varibel bebas tersebut signifikan maka variabel tersebut memoderasi
hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantungnya.
Persamaan Regresi Moderasi dengan uji iterasi: Y = a + b1X1 + b2X2+b3X1X2 + 
Y = Nilai yang diramalkan
a = Konstansta
b1 = Koefesien regresi untuk X1
b2 = Koefesien regresi untuk X2
b3 = Koefesien variabel moderasi
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel Moderasi
X1X2 = Interaksi
 = Nilai Residu
Sampel adalah 15 karyawan, data yang dikumpulkan:

Dengan Menggunakan Program SPSS:


Langkah Langkah:
Buka file : Regresi Moderasi
Kalikan variabel X1 dengan Variabel X2 langkah sebagai berikut:
– Transform  Compute….
– Tuliskan X3 pada kotak Target Variable
– Pada kotak Numeric Expression ketikan X1*X2
– OK
Analyze  Regression  Linear...
Masukan variabel Y pada kotak Dependent
X1, X2, X3 pada kotak Independent
Abaikan pilihan yang lain  OK
Kesimpulan: Berdasarkan hasil output didapat bahwa tingkat signifikasi dari interaksi
sebesar 0.466 > 0.05 (tidak signifikan) sehingga kita menerima H0 atau menolak H1 yang
berarti bahwa : Lingkungan kerja tidak memoderasi hubungan antara pelatihan dengan
prestasi kerja atau lingkungan kerja bukan merupakan variabel moderating.

Uji Selisih Mutlak


Uji selisih nilai mutlak dilakukan dengan cara mencari selisih nilai mutlak terstandarisasi
diantara kedua variabel bebasnya. Jika selisih nilai mutlak diantara kedua variabel bebasnya
tersebut signifikan positif maka variabel tersebut memoderasi hubungan antara variabel bebas
dan variabel tergantungnya.
Langkah Langkah:
Buka file : Regresi Moderasi
Tranformasi X1 dan X2 dalam bentuk standardize
– Analyse Descriptive Statistics Descriptive-aktifkan save standardize…..
– Masukan X1 dan X2 ke Variables
– OK
Kurangi dan absolutkan variabel X1 dengan Variabel X2 langkah sebagai berikut:
– Transform  Compute….
– Tuliskan X3 pada kotak Target Variable
– Pada kotak Numeric Expression ketikan abs (ZX1-ZX2)
– OK

Analyze  Regression  Linear...


Masukan variabel Y pada kotak Dependent
ZX1, ZX2, X3 pada kotak Independent
Abaikan pilihan yang lain  OK
Kesimpulan
Dilihat dari hasil ouput didapatkan hasil selisih nilai mutlak adalah signifikan (p =
0.000 < 0.005) maka disimpulkan bahwa : Lingkungan kerja memoderasi hubungan antara
pelatihan dengan prestasi kerja atau lingkungan kerja merupakan variabel moderating.

Uji Residual
Uji residual berfokus dari uji ini adalah ketidakcocokkan (lack of fit) yang dihasilkan dari
deviasi hubungan linier antar variabel independent. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual
didalam regresi. Jika variabel terikat Y diregresikan terhadap nilai absolut residual ternyata
signifikan dan negatif maka dikatakan terjadi moderasi.
Langkah Langkah:
Munculkan nilai residual Unstanstandardisze
– Analyse RegresiLinear…..
– Masukan X1 (variabel bebas )ke independent dan X2 (variabel moderasi )ke
Dependent
– Klik Save, pilih Residual unstandardize
– OK
Absolutkan variabel Res_1 dengan langkah sebagai berikut:
– Transform  Compute….
– Tuliskan X3 pada kotak Target Variable
– Pada kotak Numeric Expression ketikan abs (Res_1)
– OK

Regresikan X3 terhadap Y
Analyze  Regression  Linear...
Masukan variabel X3 (ABSRES) pada kotak Dependent
Y (variabel dependen)  pada kotak Independent
Abaikan pilihan yang lain  OK
Kesimpulan
Dari hasil output di atas angka koefisien regresi bernilai positif (5.062E-03) dan tidak
signifikan (p= 0.815 > 0.05) . Jadi dapat disimpulkan bahwa Lingkungan tidak kerja
memoderasi hubungan antara pelatihan dengan prestasi kerja atau lingkungan kerja bukan
merupakan variabel moderasi.
II. REVIEW ARTIKEL
TOPIK : MODERASI
JUDUL ARTIKEL: Pengalaman Memoderasi Penilaian Resiko Kecurangan, Skeptisisme,
Beban Kerja pada Kemampuan Mendeteksi Kecurangan
PENULIS : Kiswanto
Panji Aziz Maulana
VARIABEL : Kemampuan mendeteksi kecurangan(KMK)
Penilaian resiko kecurangan (FRA)
Skeptisisme professional (SKEP)
Workload (WL)
Pengalaman (EXP)
METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sample Penelitian
Populasi penelitian iniadalah seluruh auditor yang bekerja pada Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP )Provinsi Jawa Tengah dengan 172 populasi
jumlah auditor. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 52 atau30% dari total
populasi, ini didasarkan pada konsep representatif (Joseph, Odhiambo, &
Byaruhanga,2015).
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh secara
langsung dari responden melalui kuesioner. Penyebaran kuesioner yang dilakukan
secara accidental random menyebabkan kuesioner yang kembali sebanyak 41. Hal
ini disebabkan karena load pekerjaan responden pada saat pengambilan data
sedang penuh dan sedang melaksanakan penugasan audit di luar kota, maka
hanya 41 kuesioner yang kembali dari 60 yang disebarkan oleh peneliti.
3. Operasionalisasi Variabel
- Kemampuan mendeteksi kecurangan(KMK)
Indikator : Gejala-gejala kecurangan yang berhubungan dengan :
a. Lingkungan perusahaan,
b. Pelaku Catatan keuangan dan praktik akuntansi
- Penilaian resiko kecurangan (FRA)
Indikator :
a. Pemisahan tugas
b. Otorisasi transaksi dan aktivitas
c. Dokumentasi dan pencatatan yang memadai
d. Pengendalain fisik atas aset dan dokumen
e. Penilaian independen ataskinerja
- Skeptisisme professional (SKEP)
a. Interogatif
b. Kehati-hatian
c. Rasa ingin tahu
d. Percaya diri
e. Keyakinan
- Workload (WL)
a. Jumlah penugasan audit
b. Waktu pengauditan
c. Pembatasan lingkup audit
d. Pengalaman (EXP)
e. Lamanya pengalaman sebagai auditor
f. Banyaknya penugasan yang pernah dialami
4. Pengujian Instrumen Penelitian
kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dilakukan uji validitas dan reliabilitas
terlebih dahulu untuk memastikan bahwa kuesioner tersebut sudah valid dan reliabel.
5. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah uji statistik deskriptif, uji
instrument kuesioner yang terdiri dari uji validitas dan reliablitas, kemudian untuk
pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dan Moderated
Regression Analysis (MRA).
6. Dengan persamaan :

KMK= α + β1FRA+ β2SKEP – β3WL + β4EXP + ε


Keterangan :
KMK : Kemampuan mendeteksi kecurangan
FRA : Penilaian resiko kecurangan
SKEP : Skeptisisme professional
WL : Workload
EXP : Pengalaman
α : Konstanta
β : Koefisien regresi
ε : error
Persamaan 1 digunakan untuk menguji pengaruh langsung antara penilaian resiko
kecurangan,skeptisisme profesional, dan pengalaman terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan, sedangakan persamaan 2 digunakan untuk menguji
variabel moderasi antara Penilaian resiko kecurangan yang dimoderasi pengalaman
terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.
7. Pengujian Hipotesis

Dengan persamaan satu dapat simpulkan bahwa hanya variabel penilaian resiko
kecurangan yang berpengaruh signifikan. Hal initerlihat dari t-hitung sebesar 2,856
>2,081 dan signifikansi 0,007 <0,05. Variabel Skeptisisme berpengaruh signifikan
positif yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung 5,126 >2,081 dengan signifikasi
sebesar 0,007<0,05. Variabel Beban Kerja diketahui berpengaruh signifikan positif
dengan nilai t-hitung sebesar 3,353>2,081 dengan nilai signifikasisebesar 0,000<0,05,
namun karena hipotesis yangdikembangkan adalah negatif maka hasil ini ditolak.
Sedangkan, variabel Pengalaman tidak berpengaruh yang ditunjukkan dengan t-
hitung sebesar 2,114>2,081 dengan nilai signifikansi 0,041<0,05. Selain itu
persamaan 1 juga menunjukkan bahwa variabel penilaian resiko kecurangan,
skeptisisme, beban kerjadan pengalaman mampu berpengaruh terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan sebesar 62,60% yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R2
Sebesar 0,626, sedangkan sisanya sebesar 37,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak
diteliti dalam model penelitian ini.
Hasil pengujian MRA, dimana diketahui bahwa pengalaman (EXP) mampu
memoderasi pengaruh antara Penilaian resiko kecurangan terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi sebesar dibawah
0,05.
SIMPULAN

III. UJI MEDIASI

Variabel mediasi atau sering disebut juga variable intervening adalah variabel yang secara
teoritis memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui
hubungan yang tidak langsung. Variabel ini merupakan variabel penyela, atau mediator
antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi variabel dependen.

Dengan demikian, variabel intervening (mediator) dikatakan memberikan pengaruh atas


variabel independen terhadap variabel dependen. Sugiyono (2007) memberikan contoh
sebagai berikut:

Penghasilan (X) -> Gaya Hidup (M) -> Harapan Hidup (Y)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa,

1) Penghasilan mempengaruhi gaya hidup


2) Gaya hidup mempengaruhi harapan hidup
3) Karena adanya variabel gaya hidup ini maka hubungan yang terjadi antara
penghasilan (X) ke harapan hidup (Y) menjadi hubungan yang tidak langsung karena
dimediasi oleh gaya hidup (M)

Terdapat 4 (empat) jenis peran dan signifikansi variabel mediasi, yaitu:


a. Mediasi penuh: Variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen, namun variabel independen berpengaruh sangat nyata terhadap variabel
mediasi, dan selanjutnya variabel mediasi berpengaruh sangat nyata terhadap variabel
dependen.
b. Mediasi parsial: Secara lanhsung variabel independen berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen, namun variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel
mediasi, dan selanjutnya variabel mediasi berpengaruh sangat nyata terhadap variabel
dependen
c. Mediasi tak konsisten: Jika secara langsung variabel independen tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel dependen yang disertai dengan adanya perubahan tanda,
misalnya yang seharusnya positif menjadi negative, demikian juga sebaliknya, namun
variabel independen berpengaruh sangat nyata terhadap variabel mediasi , dan
selanjutnya variabel mediasi berpengaruh sangat nyata terhadap variabel dependen.
d. Bukan mediasi: Jika secara langsung variabel independen berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen , dan variabel independen berpengaruh sangat nyata terhadap
variabel mediasi, namun selanjutnya variabel mediasi tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen.

Secara sederhana, peran variabel mediasi dapat dilihat dari signifikansi hubungannya. Namun
lebih ilmiah, pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang
dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel. Uji Sobel ini dilakukan
dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel dependen terhadap variabel
dependen melalui variabel mediasi/intervening.

Dari gambar tersebut, dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

M = α + aX + ε1

Y = α + bM + cX + ε2
Oleh karena bertujuan untuk menguji peran suatu variabel, maka model yang digunakan
adalah tidak standar. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara
mengalikan koefisien tak standar jalur X -> M (a) dengan jalum M-> Y (b) atau ab.

Untuk menguji signifikansi tidak langsung maka menghitung nilai t dari koefisien ab
digunakan rumus sebagai berikut:

ab
z=
S ab

Untuk mengetahui pengambilan keputusan uji hipotesa, maka dilakukan dengan cara
membandingkan p-value dan alpha (0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika p-value ≥ alpha (0,05) atau z hitung ≤ z table = 1.96, maka H 0 diterima yang
berarti M bukan variabel mediasi
 Jika p-value < alpha (0,05) atau z hitung > z table = 1.96, maka H0 ditolak yang berarti
M merupakan variabel mediasi

IV. REVIEW ARTIKEL MEDIASI


Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit dengan
Prosedur Audit sebagai Pemediasi

Tinjauan
Kualitas audit merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan oleh pengguna laporan
auditan. Karena, opini audit akan menjadi dasar para investor dan calon investor untuk
mengambil keputusan. jika laporan keuangan auditan itu tidak diaudit oleh auditor yang
berkualitas, maka opini yang dihasilkan juga tidak berkualitas dan akan menyebabkan
kekeliruan pengguna laporan untuk mengambil keputusan. Davidson dan Neu (1993)
mengungkapkan bahwa kualitas audit merupakan salah satu faktor yang berdampak pada
kredibilitas informasi keuangan.
Kualitas audit yang tinggi diasumsikan memiliki informasi yang lebih akurat. Namun
keputusan-keputusan itu harus mempertimbangkan risiko terjadinya salah saji material
termasuk potensi terjadinya fraud, bias, dan risiko bisnis. Selanjutnya, setiap keputusan itu
harus melalui proses audit, oleh karena itu sangat dianjurkan bahwa pengambil keputusan
audit adalah auditor yang berpengalaman.
Alasannya adalah bahwa kantor akuntan public yang besar akan memiliki sumber daya yang
sangat mapan. Mereka tidak takut kehilangan klien dan bahkan mereka dapat memberikan
pendidikan tambahan kepada para auditornya agar mereka dapat memperoleh pembaruan
informasi atas profesi mereka. Hal ini juga didukung oleh penelitian Davidson dan Neu
(1993) yang mengungkapkan bahwa kantor akuntan public yang besar memiliki sumber daya
yang cukup untuk meningkatkan kualitas audit mereka. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit, kemudian
lanjutan dari penelitian ini adalah untuk menentukan indikator yang tepat dalam mengukur
konstruk kualitas audit nantinya.
Kemudian, penelitian ini juga pada akhirnya akan menghasilkan model pengukuran kualitas
audit yang akan digunakan oleh peneliti selanjutnya. Auditor yang kompeten adalah auditor
yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang
benar dan menggunakan penyampelan yang benar. Kemampuan tersebut hanya dimiliki oleh
kantor akuntan yang masuk 8 besar (the big 8). Titman dan Trueman (1986) berpendapat
bahwa auditor yang memiliki kualitas yang tinggi akan mengenakan fee audit yang tinggi
atas pekerjaannya. Selain itu, mereka akan memberikan informasi yang tepat dan
mencerminkan informasi yang ada pada perusahaan. Penelitian ini didukung oleh Lee (1993),
yang berpendapat bahwa untuk kantor akuntan dan klien dengan ukuran yang kecil akan
terdapat kemungkinan kantor akuntan tersebut sangat tergantung kepada fee audit sehingga
menyebabkan mereka tidak memiliki independensi dalam melakukan auditnya.
Artinya, audit merupakan sebuah motivasi untuk merespon risiko. Kemudian, ketidakpastian
yang bermakna bahwa konsekuensi laporan audit mengandung ketidakpastian dan tidak dapat
amati. Selanjutnya, keunikan yaitu perusahaan klien, tim audit dan kontrak audit adalah
berbeda satu sama lainnya. Proses artinya bahwa audit adalah aktivitas yang sistematis dan
terakhir, keputusan professional merupakan tindakan yang dilakukan oleh auditor tergantung
dari
ketepatan penggunaan pengetahuan dan kemampuan profesional. Independensi merupakan
sikap yang sangat diperlukan oleh auditor untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Oleh
karena itu, independensi merupakan salah satu objek yang sering diteliti sebagai variabel
yang mempengaruhi kualitas audit. Sabarudinsyah (2007) menyatakan bahwa secara spesifik,
pengalaman itu dapat diukur dari lamanya waktu yang telah ditempuh seorang auditor bekerja
sebagai auditor.
Pengalaman yang diakibatkan dari perilaku terhadap tugas yang dilakukan secara berulang
menyebabkan, tugas-tugas tersebut dapat dilakukan dengan baik. Selanjutnya, Wedemeyer
(2010) mengungkapkan bahwa seorang auditor harus memiliki sikap kehati-hatian
professional agar tidak terjadi salah saji material atas hasil auditnya. Ketika auditor itu
memiliki pengalaman, maka auditor tersebut akan lebih memiliki sikap kehati-hatian dan
akan berdampak kepada kualitas auditnya. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian
Purba (2013) yang menunjukkan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit. Selain itu, Wardoyo dan Seruni (2011) mengungkapkan bahwa auditor yang
memiliki pengalaman yang banyak akan memiliki pertimbangan professional yang tinggi atas
kualitas bahan buti audit yang dikumpulkannya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seorang
auditor itu memiliki pengalaman, maka mereka akan lebih
berhati-hati dalam bertindak dan semakin patuh untuk mengikuti prosedur audit.

Metode
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi determinasi tingkat materialitas ketika melakukan audit. Penelitian ini
memberikan sedikit variasi pada model penelitian yaitu meletakkan variabel prosedur audit
sebagai pemoderasi, yang diharapkan dapat memberikan informasi bahwa variabel prosedur
audit ini akan memperkuat pengaruh semua faktor yang mempengaruhi kualitas audit..
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu hasil jawaban responden
atas kuesioner yang disebarkan kepada sampel penelitian. Data ini akan diolah dan dianalisis
untuk memperoleh kesimpulan atas hasil penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden dan akan diisi oleh responden yang bersangkutan. Pengisian kuesioner dapat
dilakukan pada hari yang sama, atau jika kondisi tidak memungkinkan pengisian kuesioner
akan diberi rentang selama satu minggu sejak penyerahan kepada responden.
Penelitian ini memiliki 3 (tiga) variabel yang menduduki fungsingnya masing-masing.
Variabel bebas (independent variable) di penelitian ini yaitu independensi merupakan tidak
berpihaknya auditor baik untuk kepentingan diri sendiri, maupun orang lain ketika
menjalankan tugasnya.

Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel para auditor yang telah berpengalaman mengaudit selama
minimal 1 (satu) tahun. Selain itu sampel juga disebar kepada auditor yang memiliki jenjang
penentu keputusan di pekerjaan lapangan yang berhubungan dengan kualitas audit. Namun,
untuk pengujian kualitas data pada variabel pengalaman kerja harus mengeliminasi
pernyataan nomor lima, sedangkan fee audit, tekanan waktu dan prosedur audit harus
mengeliminasi pernyataan nomor satu. Responden tidak dibatasi untuk usianya.

Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis di penelitian ini menggunakan analisis jalur dalam hal ini prosedur audit
merupakan variabel pemediasi kualitas audit. Berikut ulasan hasil uji hipotesis.

Independensi terhadap kualitas audit


Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai pengaruh langsung variabel Independensi terhadap
prosedur audit adalah 0,252 dengan angka signifikansi 0,043. Sedangkan hasil pengujian
prosedur audit terhadap kualitas audit 0,490 dengan angka signifikansi 0,005. Atas hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa variabel prosedur audit merupakan variabel pemediasi
antara variabel Independensi terhadap Kualitas Audit. Angka signifikansi pada hasil
pengujian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas, maka diperlukan
sikap independensi yang diatur oleh prosedur audit. meskipun independensi sendiri telah
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, namun untuk menghasilkan audit yang
berkualitas, sikap independen tersebut harus mengikuti prosedur audit yang telah disusun
sebelum pekerjaan audit dilakukan.

Fee audit terhadap kualitas audit


Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai pengaruh langsung variabel fee audit terhadap
prosedur audit adalah 0,145 dengan nilai signifikansi 0,212. Sedangkan hasil pengujian
prosedur audit terhadap kualitas audit adalah 0,490 dengan nilai signifikansi 0,005. Atas hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa prosedur audit merupakan variabel pemediasi. Hasil
pengujian langsung antara fee audit terhadap kualitas audit menunjukkan nilai -0,100 dengan
nilai signifikansi 0,344. Pengaruh langsung yang terjadi menunjukkan pengaruh negatif
meskipun tidak signifikan. Nilai statistik pengaruh langsung fee audit terhadap kualitas audit
menunjukkan bahwa semakin tinggi fee audit maka kualitas audit akan semakin menurun.
Besaran audit tidak dapat menjadi tolok ukur hasil audit itu berkualitas atau tidak.
Bagaimanapun prosedur audit merupakan faktor yang paling berpengaruh untuk menentukan
kualitas audit. Meskipun fee audit itu besar, namun pada praktiknya tidak sesuai dengan
prosedur audit, maka dapat dipastikan bahwa hasil auditnya juga buruk

Pengalaman audit terhadap kualitas audit


Hasil uji statistik pengaruh langsung pengalaman audit menunjukkan nilai sebesar 0,302
dengan nilai signifikansi 0,117. Sedangkan pengaruh tak langsung menunjukkan bahwa nilai
pengaruh audit terhadap kualitas audit adalah 0,490 dengan nilai signifikansi 0,005. Hal ini
menunjukkan bahwa prosedur audit merupakan variabel pemediasi pengaruh variabel
pengalaman audit terhadap kualitas audit. Sedangkan nilai pengaruh langsung antara
pengalaman audit terhadap kualitas audit adalah 0,083 dengan nilai signifikansi 0,636. Hasil
ini menunjukkan bahwa untuk mencapai hasil audit yang berkualitas, pengalaman audit
bukan merupakan hal yang signifikan, namun kualitas audit itu dapat dicapai dengan
prosedur audit yang baik. Meskipun level professional auditor sudah terkategori banyak
pengalaman dan mampu mendeteksi kekeliruan sejak dini, namun mereka harus mengikuti
prosedur audit yang telah disusun sebelumnya untuk menghasilkan laporan audit yang
berkualitas.

Tekanan waktu terhadap kualitas audit


Nilai pengujian statistik pengaruh langsung adalah sebesar 0,020 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,892. Sedangkan niai pengaruh tek langsung terhadap kualitas audit menunjukkan
nilai 0,490 dengan nilai signifikansi 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur audit
merupakan variabel pemediasi pengaruh tekanan waktu terhadap kualitas audit. Sedangkan
nilai pengaruh langsung tekanan waktu terhadap kualitas audit adalah 0,154 dengan nilai
signifikansi 0,249. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa auditor yang mengalami tekanan
yang tinggi, akan menghasilkan audit yang berkualitas, namun dampaknya tidak
menunjukkan hal yang signifikan. Namun, dalam hal ini dibutuhkan prosedur audit yang
dapat menggiring auditor untuk memberikan hasil audit yang berkualitas terhadap pengguna
laporan keuangan. Bagaimanapun, untuk menghasilkan audit yang berkualitas, diperlukan
prosedur audit yang baik. Atas hasil pengujian ini, nilai signifikansi tidak mendukung
penelitian Sofiani dan Tjondro (2014) yang mengungkapkan bahwa ketika auditor memiliki
tekanan waktu, maka mereka akan memberikan justifikasi yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai