2015
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24065
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Displacement of The Hip (DDH)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Developmental
Displacement of The Hip (DDH)”
Adapun maksud penyusunan karya ilmiah ini untuk menambah keilmuan dan guna
pendidikan bagi peserta didik khususnya di Departemen Orthopaedi & Traumatologi.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua yang turut membantu dalam
penyusunan karya ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Harapan saya
bahwa karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan semoga dapat
bermanfaat bagi semua orang.
Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan
yang saya miliki. Namun saya tetap akan berusaha untuk membuat karya ilmiah ini
menjadi sempurna dan dapat diterima oleh masyarakat semua. Terima kasih
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4. Patogenesis
Meskipun Developmental Dysplasia of the Hip ini paling sering hadir pada
saat lahir, mungkin juga berkembang selama tahun pertama anak hidup.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bayi yang kakinya yang dibungkus erat
dengan pinggul dan lutut lurus berada pada risiko yang lebih tinggi terutama
untuk terjadinya Developmental Dysplasia of the Hip setelah lahir.8
Selama masa anak-anak, beberapa perubahan timbul, beberapa
diantaranya menunjukkan displasia primer pada acetabulum dan/ atau femur
proksimal, tetapi kebanyakan diantaranya muncul karena adaptasi terhadap
ketidakstabilan menetap. Caput femoris mengalami dislokasi dibagian posterior,
2.1.5. Diagnosis1
Anamnesis, klinis, dan radiografis yang ditemukan pada anak dengan DDH
dibedakan sesuai kelompok umur tertentu karena sangat beragamnya tampilan
yang dapat ditemukan sesuai kelompok umur tersebut. Diagnosis dini menjadi
10
11
3 Bulan – 18 Bulan
Pada kelompok umur ini, kontraktur adduksi semakin terlihat dan
menyebabkan tanda fisik seperti adanya batasan saat abduksi pasif yang semakin
terlihat, adanya pemendekan kaki yang abnormal, serta penonjolan pinggul yang
semakin jelas dan progresif. Pada dislokasi unilateral, pemendekan paha paling
terlihat saat posisi supine pinggul difleksikan dan tinggi kedua lutut dibandingkan
yang akan memperlihatkan lutut yang abnormal lebih pendek (tanda Galeazzi).
12
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1248135-workup#a0720
accessed at june 7, 2015
Dislokasi dikonfirmasi dengan merasakan pinggul yang keluar masuk dari
sendi pinggul saat melakukan tes Ortolani. Pada dislokasi komplit, manuver tarik-
dorong pada femur akan menampilkan fenomena teleskop saat femur bergerak
dari dan ke dalam paha.
Pada pemeriksaan penunjang radiografi dapat ditemukan kelandaian
eksesif dari bagian acetabulum yang sudah terosifikasi (indikasi dari displasia
acetabular dan maldireksi), ossifikasi yang terlambat pada caput femoris, dan
berbagai derajat dari caput femoris yang berpindah baik ke arah atas dan lateral.
18 Bulan – 5 Tahun
Pada kelompok umur ini, anak sudah dapat berjalan dan tanda klinis yang
terlihat semakin jelas. Ketika anak diminta untuk berdiri pada satu kaki (yang
abnormal), otot abduksi pinggul tidak memiliki titik tumpu sehingga tidak dapat
menahan pada posisi pelvis sehingga jatuh ke arah yang berlawanan; anak, untuk
mempertahankan keseimbangannya, membengkokkan badannya ke arah yang
terlibat. Hal ini menandakan tanda Tredelenburg yang positif.
Anak juga berjalan pincang atau timpang, menandakan
ketidakseimbangan panjang kedua kakinya. Pada dislokasi unilateral, anak akan
berjalan dengan membengkokkan badannya ke arah yang abnormal saat
13
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1248135-workup#a0720
accessed at june 7, 2015
2.1.6. Penatalaksanaan
14
15
Pembebatan.
Tujuan pembebatan adalah mempertahankan panggul agak berfleksi dan
berabduksi; posisi ekstrim dihindari dan sendi – sendi harus dimungkinkan untuk
melakukan sedikit gerakan dalam bebat. Untuk bayi yang baru lahir, popok dobel
atau bantal abduksi yang empuk cukup memadai. Bebat Von Rosen adalah suatu
bebat lunak yang berbentuk – H yang bermanfaat karena mudah digunakan.
Pengikat pelvic (Pelvic Harness) lebih sulit dipakaikan tetapi lebih banyak
memberi kebebasan kepada anak sementara posisi masih dipertahankan. Cara
yang tidak terlalu rumit dan yang paling tidak disenangi ibu yaitu penggunaan
plaster lutut dengan batang melintang yang mempertahankan pinggul dalam 90o
fleksi dan sekitar 45o abduksi, atau 10o lebih besar dari sudut dimana sentakan ke
dalamnya dapat diraba.7,10
Tiga aturan pembebatan yang terbaik adalah :
1. Pinggul harus direduksi sebagaimana mestinya sebelum dibebat
2. Posisi ekstrim harus dihindari
3. Pinggul harus dapat digerakkan.
16
Follow up
Tindakan apapun yang telah diambil, follow up tetap diteruskan hingga
anak dapat berjalan. Kadang – kadang sekalipun dengan terapi yang paling hati-
hati, panggul dapat memperlihatkan tingkat displasia acetabulum tertentu di
kemudian hari. 7,11
Reduksi tertutup
Cara ini ideal tetapi memiliki risiko rusaknya pasokan darah pada caput
femoris dan menyebabkan nekrosis. Untuk memperkecil risiko ini dilakukan
reduksi berangsur- angsur, traksi dilakukan pada kedua kaki secara vertikal dan
17
Operasi
Kalau setiap tahap reduksi konsentrik belum dicapai, diperlukan operasi
terbuka.
18
19
2.1.8. Prognosis
Dislokasi yang direduksi lebih awal memberikan prognosis lebih baik.
Bahkan di kondisi terbaik hanya sekitar setengah atau dua pertiga dari pasien
yang diobati setelah tahun pertama kehidupan yang bebas dari masalah secara
permanen. Redislokasi bertahap atau subluksasi yang sering, nyeri dari
perubahan degenerative sekunder sering berkembang setelah dewasa. Karena
itu, penting bahwa, melalui pemeriksaan yang cermat dari setiap bayi baru lahir,
dislokasi kongenital terdeteksi dalam minggu pertama kehidupan, ketika
pengobatan sederhana hampir selalu dapat menjamin perkembangan normal
dari pinggul.6
20
21
22