Anda di halaman 1dari 62

TUGAS KELOMPOK

PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM PRAKTIK

KEBIDANAN KOMUNITAS

Dosen Pengampu :Hj. Isnaniah, S.ST.,M.PH

Disusun Oleh :

Miliani nur : P07124118212

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN

DIPLOMA III KEBIDANAN SEMESTER IV A

TAHUN 2020
PENDAMPINGAN BUKU KIA

( IBU HAMIL, IBU BERSALIN DAN BAYI BARU LAHIR )

A. Pengertian Pendampingan BukuKIA


Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat
bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih
berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol untuk
mengambil suatu keputusan. ( Hendro, Subagyo 2015).
Pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun
kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang
didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari,
oleh, dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan
dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai
manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ( Hendro, Subagyo 2015).

B. Peran Pendampingan Buku KIA

Kelompok perlu didampingi karena mereka merasa tidak mampu


mengatasi permasalahan secara sendirian dan pendamping adalah
mendampingi kelompok. Dikatakan mendampingi karena yang melakukan
kegiatan pemecahan masalah itu bukan pendamping. Pendamping hanya
berperan untuk memfasilitasi bagaimana memecahkan masalah secara
bersama-sama dengan masayarakat, mulai dari tahap mengidentifikasi
permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada
implementasinya ( Hendro, Subagyo2015).

Hubungan yang dibangun oleh pendamping adalah hubungan konsultatif


dan partisipatif. Dengan adanya hubungan itu,maka peran yang dapat
dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan
adalah peran motivator, peran fasilitator dan peran katalisator (Hendro,
Subagyo 2015)
C. Pendampingan Buku KIA pada Ibu Hamil

Tenaga kesehatan memastikan pemahaman ibu, suami, keluarga atau


pengasuh terkait pesan – pesan yang tertera di buku KIA menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 :

1. Pelayanan pemeriksaan ibu hamil dan kapan mereka harus kontrol


kehamilan.
Pemeriksaan pada ibu hamil antara lain :
a. Pengukuran tinggi badan cukup satukali
b. Pengukuran tekanan darah(tensi)
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas(LiLA)
d. Pengukuran tinggi Rahim
e. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut
jantung janin
f. Penentuan status Imunisasi TetanusToksoid(TT)
g. Pemberian tablet tambahdarah
h. Teslaboratorium
i. Konseling ataupenjelasan
j. Tenaga kesehatan memberi penjelasan
k. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan, Jika ibu
mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil
(Kemenkes,2015).

Segera ke dokter atau bidan jika terlambat datang bulan.


Periksa kehamilan paling sedikit 4 kali selama kehamilan

a. 1 kali pada usia kandungan sebelum 3bulan.


b. 1 kali usia kandungan 4 - 6bulan.
c. 2 kali pada usia kandungan 7 - 9 bulan

2. Perawatan sehari hari termasuk pemenuhan gizi pada saat hamil


a. Makan beragam makanan secara proporsional dengan pola gizi
seimbang dan 1 porsi lebih banyak daripada sebelum hamil.
b. Istirahat yang cukup
c. Menjaga kebersihan diri
d. Boleh berhubungan suami istri selama hamil, tanyakan kepada
petugas kesehatan cara yang aman
e. Aktivitas fisik
3. Apa saja yang harus dihindari selama kehamilan.
4. P4K.
5. Menyambut persalinan agar aman dan selamat, persiapan melahirkan,
informasi tanda persalinan.
6. Deteksi dini tanda bahaya pada kehamilan
Adapun komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi antara lain:
a. Perdarahan pervaginam
b. Penglihatan kabur
c. Bengkak diwajah dan jari- jaritangan
d. Keluar cairan pervaginam
e. Gerakan janin tidakterasa
f. Nyeri perut yang hebat
7. Masalah pada kehamilan dan keluarga berencana

D. Pendampingan Buku KIA pada Ibu Bersalin

1. Proses melahirkan termasuk tanda bahaya persalinan.


a. Proses melahirkan
1) Didahului dengan mulas teratur, semakin lama semakin kuat
dansering.
2) Pada kehamilan pertama, bayi biasanya lahir
setelah 12 jam sejak mules teratur. Pada
kehamilan kedua dan kehamilan berikutnya,
biasanya bayi lahir setelah 8 jam sejak
mulesteratur. Ibu masih boleh berjalan, makan
dan minum. Selama proses melahirkan
sebaiknya ibu didampingi suami dankeluarga.
3) Jika terasa sakit, tarik nafas panjang lewat
hidung, lalu keluarkan lewat mulut.
4) Jika terasa ingin buang air besar segera beritahu
bidan/dokter. Bidan atau dokter akan
mengarahkan/ memimpin ibu mengejan sesuai
dengan dorongan rasa ingin mengejan
yangtimbul.

b. Tanda Bahaya PadaPersalinan


1) Pendarahan lewat jalan lahir
2) Tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalanlahir
3) Ibu mengalamikejang
4) Ibu tidak kuatmengejan
5) Air ketuban keruh danberbau
6) Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
(Kemenkes, 2015)
2. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
Setelah bayi lahir dan sehat segera lakukan inisiasi menyusu
dini(IMD).IMD adalah segera meletakkan bayi di dada ibu (ada kontak
kulit ibu dan kulit bayi sekurang-kurangnya 1 jam untuk memberikan
kesempatan kepada bayi menyusu sesegeramungkin).IMD merangsang
keluarnya ASI, memberi kekebalan pada bayi serta meningkatkan
kekuatan batin antara ibu dan bayinya. IMD mencegah pendarahan pada
ibu (Kemenkes, 2015).

E. Pendampingan Buku KIA pada Bayi Baru Lahir

Perawatan bayi baru lahir

1. Pemberian ASI.
2. Menjaga bayi tetap hangat.
3. Pelayanan pada saat kunjungan neonatal
4. Tanda bahaya pada bayi barulahir.
5. Pelayanan essensial pada bayi baru lahir dan cuci tangan dengansabun.

PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


KOMUNITAS

KONSEP SUMBER DAYA KELUARGA

A.Sumber Daya Keluarga


Deacon dan Firebaugh (1988) mendefinisikan sumber daya sebagai alat atau
bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi keinginan.
Sedangkan Rettig dan Leichtentritt (1988) mendefinisikannya sebagai segala
bentuk komoditi, baik secara materi dan non-materi yang bisa memuaskan
kebutuhan fisik dan psikologis individu

B. Klasifikasi Sumber Daya Keluarga


Guharja (1993), menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya sumber daya
keluarga terdiri dari:
1. Sumber daya manusia.
2. Sumber daya Non Manusia / Materi
3. Sumber daya waktu

C. Penggunaan Sumber Daya Keluarga


Guhardja (1993) menjelaskan bahwa setiap sumber daya yang masuk dalam
sistem keluarga akan digunakan dalam beberapa alternatif tindakan oleh keluarga.
Berbagai bentuk penggunaan sumber daya tersebut meliputi
1. Pertukaran
2. Konsumsi
3. Proteksi
4. Transfer
5. Produksi
5. Tabungan
7. Investasi
D. Cara Mengukur Sumber Daya Keluarga
Juniarti (2008), menjelaskan bahwa sumber daya keluarga dapat diukur
dengan ukuran:
1. Uang
Uang merupakan suatu sumber daya dan sekaligus dapat dijadikan sebagai
alat pengukur/ ukuran dari sumber daya.

2. Waktu
Waktu merupakan sumber daya yang tidak dapat ditambah,
diakumulasi atau diganti. Sumber daya waktu yang dipunyai oleh setiap
orang adalah sama yaitu sebesar 24 jam sehari

Sumber daya keluarga merupakan modal yang harus dikelola dengan baik
oleh seluruh anggota keluarga untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Sumber
daya keluarga terdiri dari: sumber daya manusia, sumber daya waktu, dan sumber
daya materi. Dalam mengelola sumber daya keluarga, keluarga perlu melakukan
tahapan perencanaan, pelaksanaa, monitoring dan evaluasi.

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 29 juni ditetapkan sebagai hari keluarga nasional,
Keberhasilan program keluarga berencana (KB) merupakan gerakan KB
yang berkembang menjadi gerakan keluarga sejahtera, sehingga Angka
kelahiran (total fertility rate), jumlah rata-rata anak dalam keluarga
menurun dari 5,6 orang (th 1970), menjadi 2,78 orang per keluarga pada
tahun 1997.
Berdasarkan pasal 4 uu no 12 tahun 1992, ditetapkan tujuan
pembangunan keluarga sejahtera:
1. Mengembangkan kualitas keluarga dapat timbul rasa aman,
tenteram harapan masa depan lebih baik
2. Mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin

B. DEFINISI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUARGA


SEJAHTERA

1. Keluarga Sejahtera
a. Dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah
b. Mampu memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materiil yang
layak
c. Bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
d. Memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antar anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
2. Keluarga
Unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas: suami- isteri atau
suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
3. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan, untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia, sejahtera
4. Kualitas Keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, mental, spiritual dan
nilai-nilai agama, dasar mencapai keluarga sejahtera

C. TAHAPAN KELUARGA

1. Keluarga Pra Sejahtera


2. Keluarga Sejahtera Tahap 1
3. Keluarga Sejahtera Tahap 2
4. Keluarga Sejahtera Tahap 3
5. Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus
1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal
Contoh : pengajaran, agama, sandang, pangan, papan, kesehatan
2. Keluarga Sejahtera Tahap 1
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis keluarga
Contoh : pendidikan, kb, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan
3. Keluarga Sejahtera Tahap 2
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan
psikologis tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan.
Contoh : menabung dan memperoleh informasi
4. Keluarga Sejahtera Tahap 3
5. Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pada tahapan
keluarga 1 dan 2 namun belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) maksimal terhadap masyarakat dan berperan secara aktif
dalam masyarakat
6. Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga
pada tahapan 1 sampai dengan 3

D. INDIKATOR KELUARGA SEJAHTERA


Terdapat 23 indikator yang menggambarkan tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
pengembangan keluarga.
1. Keluarga Pra Sejahtera
a. Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianutnya masing-
masing
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Memiliki pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Memiliki rumah yang sebagian besar lantainya bukan dari tanah
e. Membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan.
Termasuk bila keluarga adalah pasangan usia subur yang ingin
menjadi akseptor kb

2. Keluarga Sejahtera Tahap 1


Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator 1-5 (Pada
keluarga pra sejahtera), tetapi belum mampu untukmelaksanakan
indikator sebagai berikut:
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut
agama yang dianut masing-masing
b. Makan daging/ ikan/ telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali
dalam seminggu
c. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
d. Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2
e. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing
f. Paling kurang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun
keatas mempunyai penghasilan tetap.
g. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga yang berumur
10 sd 60 tahun
h. Anak usia sekolah (7- 15 tahun bersekolah).
i. Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur (PUS) saat ini memakai kontrasepsi.
3. Keluarga Sejahtera Tahap 2
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indicator 1 – 14 (pada
keluarga sejahtera 1), tetapi belum mampu melaksanakan indikator
sebagai berikut:
a. Upaya keluarga meningkatkan / menambah pengetahuan agama
b. Keluarga mempunyai tabungan
c. Makan bersama paling kurang sekali sehari
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
e. Rekreasi bersama/ penyegaran paling kurang sekali dalam sebulan
f. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, tv, majalah
g. Anggota keluarga mampu menggunakan transportasi

4. Keluarga Sejahtera Tahap 3


Bila keluarga seudah mampu melaksanakan indikator 1- 21 (pada
tahapan keluarga sebelumnya), tetapi belum mampu melaksanakan
indikator sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan secara teratur (dalam waktu tertentu)
secara sukarela dalam bentuk materi kepada masyarakat.
b. Aktif sebagai pengurus yayasan / institusi dalam kegiatan
kemasyarakatan.

5. Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus


Bila keluarga sudah mampu melaksanakan seluruh indikator
keluarga sejahtera yang berjumlah 23
E. Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera

Diatur melalui PP no 21 th 1994, pasal 2:

Pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan


kualitas keluarga diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu oleh
masyarakat dan keluarga.

Tujuan:

Mewujudkan keluarga kecil bahagia, sejahtera bertaqwa kepada tuhan


yme, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun
diri sendiri dan lingkungannya.

F. Pokok- Pokok Kegiatan Pembangunan Keluarga Sejahtera


1. Pembinanaan Ketahanan Fisik Keluarga
Kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan ketahanan fisik
keluarga
Contoh: pembinaan gizi keluarga termasuk gizi ibu hamil, stimulasi
pertumbuhan balita, pembinaan kesehatan lingkungan keluarga, usaha
tanaman obat keluarga, dan lain-lain.
2. Pembinanaan Ketahanan Fisik Non Keluarga
Kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan ketahanan non fisik
keluarga
Contoh: pembinaan kesehatan mental keluarga, stimulasi
perkembangan balita, konseling keluarga, dan lain-lain.

TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari
dua atau lebih alternatif. Dasar pengambilan keputusan adalah tindakan
pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi
yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara alternatif-
alternatif yang dimungkinkan

B. TUJUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Tunggal , yaitu Sekali diputuskan tidak ada kaitannya dengan


masalah lain.

2. Ganda, Suatu keputusan yang diambilya sekaligus memecahkan dua


masalah atau lebih yang sifatnya kontradiktif maupun tidak kontradiktif.

C. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Penetapan tujuan →Mengidentifikasi masalah→Mengembangkan
berbagai alternatif solusi→Evaluasi dan memilih sebuah
alternatif→Melaksanakan keputusan→Evaluasi, pengendalian tindakan
koreksi
D. UNSUR-UNSUR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Beberapa pilihan yang tersedia.
2. Hal-hal yang diluar kendali pengambil keputusan
3. Hasil
E. TAHAP-TAHAP PENGAMBIL KEPUTUSAN

1. TAHAP DETERMINISTIK/ PENENTUAN


Tahap ini merupakan penentuan variabel yang mempengaruhi
keputusan, saling dihubungkan dan ditentukan nilainya.
2. TAHAP PROBABILISTIK
Tahap ini merupakan penentuan besarnya ketidakpastian yang
melingkupi variabel-variabel penting (penetapan preferensi atas
risiko).
3. TAHAP INFORMASIONAL
4. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui apakah perlu mengumpulkan
informasi tambaham untuk mengurangi ketidakpastian.
F. KATEGORI KEPUTUSAN
1. Keputusan dalam keadaan ada kepastian
2. Keputusan dalam keadaan ada resiko
3. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian
4. Keputusan dalam keadaan ada konflik
G. TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
Keputusan yang dilakukan oleh kelompok (dapat berbentuk
panitia, tim, gugus tugas, komite dan lainnya. Perbandingan antar
keputusan individu dengan kelompok memerlukan kriteria seperti :
 Akuritas keputusan
 Kreativitas
 Komitmen dan penerimaan
 Waktu dan biaya

1. Teknik Brainstorming
Untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu
singkat.
2. Teknik Delphi
Mengkombinasikan informasi dan wawasan dari para pengambil
keputusan dengan menghilangkan kelemahan interaksi tatap muka à
kuesioner
3. Teknik Kelompok Nominal
Penggabungan dua teknik sebelumnya

Beberapa Teknik yang Digunakan di dalam Mengambil Keputusan


METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN
ILMIAH

1. Rumuskan A. Rumuskan persoalan keputusan


persoalan B. Kumpulkan informasi
2. Lakukan C. Cari alternatif tindakan
penelitian D. Lakukan analisis alternatif yang fisibel
3. Kembangkan E. Pilih alternatif terbaik
hipotesis F. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya
4. Uji hipotesis
5. Analisis hasil
6. Tarik
kesimpulan

H. MANAJEMEN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

I. TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Strategis
Keputusan yang dicirikan oleh ketidakpastian besar dan
berorientasi pada masa depan (ekspansi pasar, merger, diversifikasi
produk, dan sebagainya)
2. Taktis
Keputusan yang dicirikan oleh ketidakpastian besar dan
berorientasi pada masa depan (ekspansi pasar, merger, diversifikasi
produk, dan sebagainya)
3. Teknis/operasional
Proses untuk mengusahakan agar tugas-tugas spesifik
diimplementasi secara efektif dan efisien (menyetujui/ menolak
kredit, pengawasan proses, penetapan waktu, alokasi pekerja,
penerimaan dan pengiriman barang, dan sebagainya)

Rangkuman materi pemberdayaan keluarga

Materi : Manajemen Keuangan dan Pendapatan

A. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti masing-
masing dan di satukan menjadi satu kesatuan yang komplit. Menurut
G.R.Terry, manajemen adalah “Suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah
tujuan-tujuan organisasianal atau maksud-maksud yang nyata”.

B. Tujan Manajemen Keuangan

Menurut Kasmir 2012 tujuan Manajemen Keuangan adalah untuk


memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat
perusahaan di jual, maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin.
Seorang manajemen  juga harus mampu menekan arus peredaran uang agar
terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan.

Manajemen keuangan yang efisien memenuhi adanya tujuan yang


digunakan sebagai standar dalam memberi penilaian keefisienan yaitu, tujuan
normatif manajemen keuangan adalah memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan, seperti :

1. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat


ditempuh dengan memaksimumkan nilai perusahaan. Secara konseptual jelas
sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan yang mempertimbangkan
faktor risiko.

2. Manajemen harus mempertimbangkan kepentingan pemilik, kreditor


dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. Memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham lebih menekankan pada aliran kas dari
pada laba bersih dalam pengertian akuntansi.

3. Tidak mengabaikan social objectives dan kewajiban sosial, seperti


lingkungan eksternal, keselamatan kerja, dan keamanan produk.

C. Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Mulyadi 2010 manajemen keuangan memiliki fungsi-fungsi, yaitui :

1. Perencanaan Keuangan

Manajemen keuangan berfungsi untuk membuat rencana pemasukan dan


pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.

2. Penganggaran Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi menjadi tindak lanjut dari perencanaan
keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.

3. Pengelolaan Keuangan

Dengan adanya manajemen keuangan maka perusahaan dapat


menggunakan dana untuk memaksimalkan dana yang ada dengan
berbagai cara.

4. Pencarian Keuangan

Dalam hal ini, manajemen keuangan berfungsi mencari dan


mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan
perusahaan.

5. Penyimpanan Keuangan

Manajemen keuangan berfungsi mengumpulkan dana perusahaan serta


menyimpan dana tersebut dengan aman.

6. Pengendalian Keuangan

Dalam hal ini manajemen keuangan berfungsi untuk melakukan evaluasi


serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.

7. Pemeriksaan Keuangan

Untuk melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar
tidak terjadi penyimpangan.

E. Tujuh Prinsip Manajemen Keuangan

Ada 7 Prinsip dari manajemen yang harus diperhatikan.

1. Konsistensi (consistency)
Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten dari
waktu ke waktu. Ini tidak berarti  bahwa sistem keuangan tidak boleh
disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang
tidak konsisten tehadap manajemen keuangan merupakan suatu tanda
bahwa manipulasi di pengelolaan keuangan.

2. Akuntabilitas(accountability)

Akuntabilitas adalah kewajiban ,moral atau hukum, yang melekat


pada individu, kelompok atau organisasi. Organisasi harus dapat
menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumber dayanya dan apa yang
telah dia capai sebagai pertanggumg jawaban kepada pemangku
kepentingan dan penerima manfaat.

3. Transparansi (transparancy)

Organisasi harus terbuka berkenaan dengan


pekerjaannya,menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan
aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan. Termasuk didalamnya,
menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap, dan tepat waktu
serta dapat dengan mudah dpat diakses oleh pemangku kepentingan dan
penerima manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini
mengindikasikan ada sesuatu hal yang disembunyikan.

4. Kelangsungan hidup (integrity)

Agar keuangan terjaga pengeluaran organisasi ditingkat stratejik


maupun operational harus sejalan /disesuaikan dengan dana yang
diterima. Kelangsungan hidup atau (viability)merupakan suatu ukuran
tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi.

5. Integritas (integrty)

Dalam melaksanankan kegiatan operationalnya ,  individu yang


terlibat harus mempunyai integritas yang baik. selain itu, laporan dan
catatan keuangan harus tetap dijaga integritasnya melalui kelengkapan
dan keakuratan pencatatan keuangan.

6. Pengelolaan (stewardship)

Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah


diperoleh  dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

7. Standar akutansi (accounting standarts)

Sistem akuatansi dan keuangan yang diguanakn organisasi harus


sesuai dengan prinsip dan standart akutansi yang berlaku umum.

F. Aktivitas manajemen Keuangan

Menurut Mulyadi 2010 manajemen keuangan berhubungan dengan 3


aktivitas, yaitu :

1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan


dana pada berbagai aktiva.  Alokasi dana berbentuk:

a. Financial assets (aktiva finansial) yaitu selembar kertas berharga yang


mempunyai nilai pasar karena mempunyai hak memperoleh penghasilan,
misalnya: saham, sertifikat deposito, atau obligasi.

b. Real assets (aktiva riil) yaitu aktiva nyata: tanah, bangunan, peralatan.

2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber


dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal
perusahaan.
3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan
dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.

G.  Analisis Sumber Dana dan Penggunaannya

Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan


menjadi enam jenis yaitu :

1. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan


untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.

2. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak


dana yang di-supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan
dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan.

3. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas


manajemen dalam menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis harta.

4. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas


manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan
investasi perusahaan.

5. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa


baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan
ekonomi dan industri.

6. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang


paling lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi
pengaruh dari rasio risiko dengan rasio hasil pengembalian.

Materi : Manajemen Waktu dan Tenaga


A. Pengertian Manajemen Waktu dan Tenaga

Manajemen waktu adalah Proses Pribadi, harus Sesuai Dengan Gaya &
Lingkungan Anda Sendiri. Manajemen waktu yang baik dibutuhkan suatu
sistem agar antara waktu dan pekerjaan keduanya bisa mendapat bagian yang
sama.

B. Langkah Dalam Manajemen Waktu

1. Perencanaan langkah pertama, lakukan perencanaan jadwal kerja.

2. Mengurangi Waktu Perjalanan, Langkah ini memberi dampak cukup


signifikan terhadap pola manajemen waktu kerja dan keluarga.

3. Mencari Tempat Kerja Dekat Rumah, pilihlah tempat kerja yang jaraknya
lebih dekat dengan rumah. Secara signifikan hal ini juga dapat menambah
waktu pertemuan bersama keluarga.

4. Batasi Perjalanan Dinas, Jika ingin menerapkan sistem manajemen waktu


yang baik, batasi perjalanan dinas. Ada banyak sekali fasilitas komunikasi
melalui sambungan internet yang bisa dipakai untuk berhubungan dengan
relasi bisnis dari luar daerah.

5. Menomorsatukan Prioritas, langkah terbaiknya adalah menyelesaikan


tugas yang jadi prioritas utama.

6. Selalu Disiplin, Banyak orang mengatakan bahwa disiplin adalah kunci


kesuksesan. Tetapi selain itu disiplin juga bisa membuat kita mempunyai
kesempatan lebih banyak untuk bertemu keluarga.

7. Target, jangan pasang target terlalu tinggi dalam pekerjaan tetapi tetap
disesuaikan dengan kemampuan.
Materi : Pendamping Buku KIA pada ibu hamil

A. Pengertian Pendampingan Buku KIA


Pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun
kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang
didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari,
oleh, dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan
dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai
manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ( Hendro, Subagyo 2015).

B. Peran Pendampingan Buku KIA


Hubungan yang dibangun oleh pendamping adalah
hubungankonsultatifdanpartisipatif.Denganadanyahubunganitu,makaperan
yang dapat dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi
pendampingan adalah peran motivator, peran fasilitator dan peran
katalisator(Hendro, Subagyo 2015)

C. Pendampingan Buku KIA pada Ibu Hamil


Tenaga kesehatan memastikan pemahaman ibu, suami, keluarga atau
pengasuh terkait pesan – pesan yang tertera di buku KIA menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 :

1. Pelayanan pemeriksaan ibu hamil dan kapan mereka harus kontrol


kehamilan.
Pemeriksaan pada ibu hamil antara lain :
a. Pengukuran tinggi badan cukup satukali
b. Pengukuran tekanan darah(tensi)
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas(LiLA)
d. Pengukuran tinggi Rahim
e. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan
denyut jantung janin
f. Penentuan status Imunisasi TetanusToksoid(TT)
g. Pemberian tablet tambahdarah
h. Teslaboratorium
i. Konseling ataupenjelasan
j. Tenaga kesehatan memberi penjelasan
k. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan, Jika
ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat
hamil (Kemenkes,2015).
2. Segera ke dokter atau bidan jika terlambat datang
bulan. Periksa kehamilan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan

a. 1 kali pada usia kandungan sebelum 3bulan.

b. 1 kali usia kandungan 4 - 6bulan.

c. 2 kali pada usia kandungan 7 - 9 bulan


3. Perawatan sehari hari termasuk pemenuhan gizi pada saat hamil
a. Makan beragam makanan secara proporsional dengan pola gizi
seimbang dan 1 porsi lebih banyak daripada sebelum hamil.
b. Istirahat yang cukup
c. Menjaga kebersihan diri
d. Boleh berhubungan suami istri selama hamil, tanyakan kepada
petugas kesehatan cara yang aman
e. Aktivitas fisik
4. Apa saja yang harus dihindari selama kehamilan.
5. P4K.
6. Menyambut persalinan agar aman dan selamat, persiapan melahirkan,
informasi tanda persalinan.

7. Deteksi dini tanda bahaya pada kehamilan


Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan
oleh seorang bidan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan
pendeteksiaan dini adanya komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi
selama kehamilan. Adapun komplikasi ibu dan janin yang mungkin
terjadi antara lain :
a. Perdarahan pervaginam
b. Penglihatan kabur
c. Bengkak diwajah dan jari- jaritangan
d. Keluar cairan pervaginam
e. Gerakan janin tidakterasa
f. Nyeri perut yang hebat

Masalah pada kehamilan dan keluarga berencanaa

Konsep Pemberdayaan Daya Keluarga Melalui Kegiatan Ekonomi


Kreatif Untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga

A. Pemberdayaan Ekonomi
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Istilah pemberdayaan semakin populer dalam konteks
pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Pemberdayaan ini
berkembang dari realitas individu atau masyarakat yang tidak berdaya
atau pihak yang lemah (powerless). Ketidakberdayaan atau memiliki
kelemahan dalam aspek: pengetahuan, pengalaman, sikap,
keterampilan, modal usaha, networking, semangat, kerja keras,
ketekunan, dan aspek lainnya. Kelemahan dalam berbagai aspek tadi
mengakibatkan ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kemiskinan.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan
dengan kekuasaan (power). Istilah kekuasaan seringkali identik dengan
kemampuan individu untuk membuat dirinya atau pihak lain
melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan tersebut baik untuk
mengatur dirinya, mengatur orang lain sebagai individu atau
kelompok/ organisasi, terlepas dari kebutuhan, potensi, atau keinginan
orang lain.
Pemberdayaan tidak sekedar memberikan kewenangan atau
kekuasaan kepada pihak yang lemah saja. Dalam pemberdayaan
terkandung makna proses pendidikan dalam meningkatkan kualitas
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mampu berdaya,
memiliki daya saing, serta mampu hidup mandiri. Upaya tersebut
merupakan sebuah tahapan dari proses pemberdayaan dalam
mengubah perilaku baru yang lebih baik, dalam meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan manusia.
Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber-sumber
daya secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari, kehidupan
manusia sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi.

2. Proses dan Tujuan Pemberdayaan Ekonomi


Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai peroses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.7
Sebagai proses, pemberdayaan merujuk kepada kemampuan, untuk
berpartisipasi memperoleh kesempatan dan atau mengeakses
sumberdaya dan layanan yang diperlukan guna memperbaiki mutu
hidup (baik secara individual, kelompok, dan masyarakat dalam arti
luas).
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaa
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi
mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas
oleh struktur sosial yang tidak adil).

3. Prinsip-prinsip Pemberdayaan
Prinsip pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:
a. Kegiatan pemberdayaan didasarkan kepada kebutuhan, masalah,
dan potensi sasaran. Hakikatnya, setiap manusia memiliki
kebutuhan dan potensi dalam dirinya. Proses pemberdayaan
dimulai dengan menumbuhkan kesadaran kepada sasaran akan
potensi dan kebutuhannya yang dapat dikembangkan dan
dierdayakan untuk mandiri. Proses pemberdayaan juga dituntut
berorientasi kepada kebutuhan dan potensi yang dimiliki sasaran.
b. Sasaran pemberdayaan adalah sebagai subjek atau pelaku dalam
kegiatan pemberdayaan, oleh karena itu sasaran menjadi dasar
pertimbangan dalam menentukan tujuan, pendekatan dan bentuk
aktivitas pemberdayaan.
c. Pemberdayaan berarti menumbuhkan kembali nilai, budaya dan
kearifan-kearifan lokal yang memiliki nilai luhur dalam
masyarakat. Budaya dan kearifan lokal seperti sifat gotong royong,
kerjasama, hormat kepada yang lebih tua, dan kearifan lokal
lainnya sebagai jati diri masyarakat perlu ditumbuh kembangkan
melalui berbagai bentuk pemberdayaan sebagai modal sosial dalam
pembangunan
d. Pemberdayaan merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu,
sehingga dilakukan secara bertahap, dan berkesinambungan. Tahap
ini dilakukan secara logis dari yang sifatnya sederhana menuju
yang komplek.
e. Kegiatan pendampingan atau pembinaan perlu dilakukan secara
bijaksana, bertahap, dan berkesinambungan.kesabaran dan kehati-
hatian dari agen pemberdayaan perlu dilakukan terutama dalam
menghadapi keragaman karakter, kebiasaan, dan budaya
masyarakat yang sudah tertanam lama.
f. Pemberdayaan tidak bisa dilakukan dari salah satu aspek saja,
tetapi perlu dilakukan secara holistik terhadap semua aspek
kehidupan yang ada dalam masyarakat.
g. Pemberdayaan perlu dilakukan terhadap kaum peremuan terutama
remaja dan ibu-ibu muda sebagai potensi besar dalam
mendongkrak kualitas kehidupan keluarga dan pengentasan
kemiskinan.
h. Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat memiliki kebiasaan
untuk terus belajar, belajar sepanjang hayat (lifelong
learning/education). Individu dan masyarakat perludibiasakan
belajar menggunakan berbagai sumber yang tersedia. Sumber
belajar tersebut bisa: pesan, orang (termasuk masyarakat
disekitarnya), bahan, alat, teknik, dan juga lingkungan disekitar
tempat mereka tinggal. Pemberdayaan juga perlu diarahkan untuk
menggunakan prinsip belajar sambil bekerja (learning by doing).
i. Pemberdayaan diarahkan untuk menggerakkan partisipasi aktif
individu dan masyarakat seluas-luasnya. Partisipasi ini dimulai dari
tahapan perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi,
termasuk partisipasi dalam menikmati hasil dari aktivitas
pemberdayaan

B. Ekonomi Kreatif
1. Pengertian Ekonomi Kreatif
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan
masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang,
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat
digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis
barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi,
sekarang dan dimasa depan, kepada berbagai individu dan golongan
masyarakat.
Definisi ekonomi kreatif adalah sebuah konsep diera ekonomi baru
yang mengintensifkan informasi dan kreatifitas dengan mengandalkan
ide dan keluasaan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai
faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
Ekonomi kreatif adalah suatu konsep untuk merealisasikan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berbasis kreativitas.
Pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tidak
terbatas, yaitu, ide, gagasan, bakat dan kreativitas. Nilai ekonomi dari
suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan
baku atau sistem produksi seperti di era industri, tetapi lebih kepada
pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan
teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing
dipasar dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja,
tetapi harus bersaing berbasiskan kreativitas, inovasi dan imajinasi.
Jadi, yang dimaksud ekonomi kreatif dalam penelitian ini adalah
ekonomi suatu penciptaan berbasis ide-ide dan kreativitas sumber daya
manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi.

2. Pokok-pokok Ekonomi Kreatif


Kreasi adalah penciptaan dimana daya kreasi merupakan faktor
dalam industri kreatif dengan melibatkan segala hal yang
berhubungann dengan cara-cara mendapatkan input,menyimpannya
dan mengolahnya. Sehingga daya kreativitas, keterampilan dan bakat,
orisinalitas ide adalah faktor suplai yang paling penting.
Daya kreasi adalah kekuatan yang unik dan berbeda serta orisinil,
produk tersebut mampu berkompetisi modal dasar yang sama, namun
ada yang mengasahnya dan menjadikan sebagai pekerjaan. Industri
berbass kreativitas menjadi industry yang maju pesat sehingga daya
kreasi tidak boleh dianggap sebagai hal yang remeh dan hanya menjadi
sambilan belaka.

Terdapat 3 hal pokok yang menjadi dasar dari ekonomi kreatif,


antara lain kreativitas, penemuan dan inovasi, yaitu:
a. Kreativitas
Dapat dijabarkan sebagai suatu kapasitas atau kemampuan
untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik, fresh dan
dapat diterima umum. Juga bisa menghasilkan ide baru atau praktis
sebagai solusi dari suatu masalah, atau melakukan sesuatu yang
berbeda dari yang sudah ada. Seseorang yang memiliki kreativitas
dan dapat memaksimalkan kemampuan itu, bisa menciptakan dan
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri beserta
orang lain.
b. Penemuan
Istilah ini menekankan pada menciptakan sesuatu yang
belum pernah ada sebelumnya dapat diakui sebagai karya yang
mempunyai fungsi yang unik atau belum pernah diakui
sebelumnya.
c. Inovasi
Sesuatu transformasi dari ide atau gagasan dengan dasar
kreativitas dengan memanfaatkan penemuan yang sudah ada untuk
menghasilkan suatu produk atau proses yang lebih baik, bernilai
tambah, dan bermanfaat.

C. Pendapatan Ekonomi
1. Pengertian Pendapatan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendapatan adalah hasil
kerja (usaha dan sebagainya). Sadono Sukirno mendefinisikan
pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk
atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan.
Pendapatan adalah arus kas masuk atau peningkatan lain dari suatu
asset suatu entitas atau pelunasan utang-utangnya (atau kombinasi dari
keduanya) yang dihasilkan dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa, atau aktifitas-aktifitas lainnya yang merupakan operasi
utama atau operasi sentral yang berkelanjutan dari entitas tersebut.
2. Jenis-jenis Pendapatan
Ada beberapa jenis pendapatan yaitu:
a. Pendapatan Aktif
Pendapatan Aktif atau earning income adalah pendapatan
yang dihasilkan karena bekerja secara aktif. Contoh : pendapatan
seorang karyawan atau seorang pemilik usaha.
b. Pendapatan Portofolio
Pendapatan Portofolio akan didapatkan jika berinvestasi
pada produk-produk keuangan, misalnya: Reksadana, Obligasi atau
saham.
c. Pendapatan Pasif
Pendapatan pasif adalah pendapatan yang dihasilkan sebuah
sistem yang bekerja menghasilkan uang. Misal: Royalti dari
menulis buku, rekaman.

Macam-macam pendapatan ditinjau dari bentuknya ada tiga, yaitu:


a. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang
yang biasanya diterima sebagai balas jasa prestasi sumber-sumber
utamanya yaitu gaji atau upah.
b. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang bersifat
reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan
diterima dalam bentuk barang.
c. Pendapatan selain penerimaan uang dan barang adalah segala
penerimaan yang bersifat transfer redistribusi dan biasanya
membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.

3. Ekonomi Keluarga
Definisi Ilmu Ekonomi mempelajari bagaimana manusia
menggunakan sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi
keinginannya yang tidak terbatas. Ilmu ekonomi dibagi menjadi dua,
yaitu ekonomi mikro dan makro. Ekonomi mikro adalah salah satu
cabang ilmu ekonomi yang pembahasannya menitikberatkan pada
prilaku ekonomi individu rumah tangga, perusahaan dan pasar.
pembahasan mengenai perekonomian secara keseluruhan.
Ilmu ekonomi mikro memberikan suatu metode kepada seseorang
atau suatu rumah tangga untuk mengelola sumberdaya ekonomi yang
dimiliki agar dapat dimanfaatkan secara efisien. Sedangkan ekonomi
makro adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang menitikberatkan
pembahasan mengenai perekonomian secara keseluruhan.
Didalam ekonomi mikro membahas tentang perilaku individu
rumahtangga, maka dalam ekonomi makro, pembahasannya mengenai
perilaku rumah tangga adalah semua rumah tangga yang terdapat
dalam suatu perekonomian.
Istilah keluarga (families) adalah orang-orang yang memiliki ikatan
sosial-biologis melalui pernikahan, kelahiran, tidak hidup bersama, dan
menggunakan sumber daya secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama.
Ekonomi keluarga merupakan salah satu unit kajian ekonomi pada
unit paling kecil (keluarga) dari sistem ekonomi yang lebih besar,
semisal perusahaan dan negara.
Istilah ekonomi keluarga harus didahului dengan penjelasan
tentang konsep ekonomi. Ekonomi sebagai disiplin ilmiah termasuk ke
dalam ilmu sosial yang mengkaji masalah utama yakni kelangkaan,
suatu kondisi yang disebabkan oleh kombinasi yang tidak seimbang
antara keinginan yang tidak terbatas dan sumber daya yang terbatas.
Baik keluarga maupun organisasi formal, keduanya dibentuk untuk
memperoleh keuntungan. Keuntungan sebagai faktor yang memotivasi
dan mempengaruhi prilaku manusia, baik itu keluarga maupun
organisasi sosial lain semisal perusahaan dan sejenisnya. Kajian
ekonomi keluarga merupakan kajian ekonomi yang dikhususkan pada
keluarga, bukan pada lembaga ekonomi lain seperti perusahaan,
pemerintah, dan sebagainya.

KEBUTUHAN DAN IKLIM KEHIDUPAN


KELUARGA

A. Kebutuhan Keluarga
Keluarga merupakan suatu kelompok sosial pertama dan utama
yang ada di dalam masyarakat, atau sering diartikan bahwa keluarga
merupakan suatu unit masyarakat terkecil yang dalam hubungannya
dengan individu sering dikenal dengan sebutan primary group,
keluarga merupakan sekumpulan orang (suami isteri dan anak) yang
hidup bersama untuk waktu selama mungkin dan mempunyai tujuan,
kehidupan keluarga mula - mula terbentuk dari ikatan atau perjanjian
dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin untuk mengadakan
hubungan sosialisasi melalui ikatan biologis, sosisal dan religius
dengan rasa penuh kasih dan sayang, kemudian dari persekutuan
hidup tersebut melahirkan keturunan baru yang disebut dengan anak
sebagai penerus kehihupan selanjutnya, dan timbullah apa yang
disebut keluarga.
Maciver dan Page (M.I Soelaeman, 1994 : 9) menyebutkan lima
ciri khas yang menandai dan yang umum mengenai keluarga
yaitu :
a. Adanya hubungan yang berpasangan antara kedua jenis (pria
dan wanita).
b. dikukuhkan oleh suatu perkawinan.
c. adanya pengaruh terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan
dalam rangka hubungan tersebut.
d. Adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama.
Diselenggarakannya kehidupan berumah tangga

1. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang pokok, dasar, atau
utama yang harus dipenuhi seseorang. Kebutuhan yang lain tidak
bisa terpenuhi ketika kebutuhan utama ini belum terpenuhi.
Contoh Beberapa Kebutuhan Primer
a. Sandang (Pakaian) ialah untuk melindungi dari panas dan
dingin, meliputi baju dan celana.
b. Pangan (Makan) yakni salah satu kebutuhan untuk makan
dan minum untuk mendapat energi beraktivitas.
c. Papan (Rumah) sebagai tempat tinggal dan tempt berlindung.
d. Kesehatan yaitu agar manusia tetap bertahan hidup.
e. Pendidikan ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder adalah suatu bentuk dari kebutuhan nomor
dua yang dipenuhi setelah kebutuhan primer.Kebutuhan sekunder
bersifat melengkapi kebutuhan primer.
Contoh Beberapa Kebutuhan Sekunder
a. Handphone atau Smartphone untuk keperluan komunikasi
dan hiburan.
b. Komputer atau laptop untuk dapat membantu menyelesaikan
tugas dan pekerjaan serta keperluan hiburan.
c. Internet untuk bisa membantu mengakses informasi dan
komunikasi.
d. Kendaraan pribadi untuk suatu keperluan transportasi dan
mobilitas, seperti sepeda, sepeda motor, dan mobil.
e. Alat elektronik ialah meliputi TV, radio, mesin cuci, kipas
angin, AC, kulkas, kamera, microwave, dan lain-lain.
3. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan Tersier merupakan kebutuhan yang terdapat setelah
kebutuhan primer dan sekunder jika telah terpenuhi. Kebutuhan
tersier sering disebut dengan kebutuhan akan barang
mewah.Kebutuhan tersier ini bersifat prestisius.Kebutuhan tersier
ini bertujuan untuk meningkatkan status sosial seseorang atau
berkaitan dengan memenuhi kebutuhan hobby yang dimilikinya.
Contoh Beberapa Kebutuhan Tersier
a. Kendaraan mewah yaitu seperti mobil sport, motor sport, jet
pribadi, kapal pesiar, dan lain-lain.
b. Perhiasan untuk bisa meningkatkan sebuah status sosial,
seperti cincin emas, kalung berlian, gelang mutiara, dan
sebagainya.
c. Rumah mewah juga yang termasuk rumah bertingkat,
apartemen, villa, rumah dengan kolam renang, dan
sebagainya.
d. Pakaian branded ini dari brand dan merk terkenal yang
harganya mahal.
e. Aksesoris dan barang-barang antik yang mahal seperti
lukisan, guci, vas bunga, jam tangan, dan aksesoris lainnya.
f. Liburan ke luar negeri yang akan menghabiskan biaya
akomodasi dan transportasi lebih tinggi.

B. . Fungsi - fungsi keluarga


Keluarga yang merupakan suatu unit sosial terkecil yang terdiri
dari ayah ibu dan anak mempunyai fungsi selain sebagai penerus
keturunan dan pemenuhan kebutuhan biologis, mempunyai fungsi
lainnya, secara khusus di kelompokkan oleh M.I Soelaeman (2004 :
85 - 115) kedalam 8 fungsi yaitu :
1. Fungsi edukasi

Fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya


serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya dalam fungsi
edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaannya melainkan
menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang
mendasari upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan
pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyediaan dana dan
sarananya pengayaan wawasan dan lainnya yang ada kaitannya
dengan upaya pendidikan itu.

2. Fungsi Proteksi / Perlindungan


Fungsi keluarga yang memberikan perlindungan kepada
seluruh anggota keluarga khususnya anak-anak dari rasa aman,
tenang dan tentram, melindungi dari pengaruh yang tidak baik
yang mungkin mengancamnya dari lingkungan hidupnya dan
melindungi dari ketidakmampuan bergaul dengan lingkungan
pergaulannya
3. Fungsi Afeksi / perasaan
Fungsi keluarga yang menitik beratkan pada pemberian dan
pernahaman perasaan kepada seluruh anggota keluarga khususnya
anak-anak didalam keluarga seluruh anggota keluarga
berkomunikasi tidak hanya menggunakan mata dan telinga
melainkan dengan perasaan.

4. Fungsi Religius
Fungsi keluarga yang berkewajiban memperkenalkan dan
mengajak anggota keluarga serta anak pada kehidupan beragama,
dengan tujuan bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah
agama melainkan untuk menjadi insan beragama, sebagai abdi
yang sadar akan kedudukannya sebagai mahluk yang diciptakan
dan dilimpahi nikmat tanpa henti sehingga menggugahkan untuk
mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah
dan menuju ridhoNya
5. .Fungsi ekonomis
Fungsi keluarga yang sangat vital sekali bagi kehidupan
keluarga dimana keluarga mempunyai kewajiban untuk
mensejahterakan anggota keluarganya untuk kelangsungan hidup
keluarga selanjutnya. Fungsi ekonomis ini meliputi pencarian
nafkah, perencanaannya serta pembelanjaan dan pemanfaatannya.
6. Fungsi biologis
Fungsi keluarga yang sangat penting juga berhubungan
pemenuhan kebutuhan - kebutuhan biologis anggota keluarga
diantaranya adalah akan keterlindungan fisik dari rasa lapar, haus
kedinginan kepanasan kelelahan dan kebutuhan seksual bagi
pasangan suami istri kebutuhan seksual ini selain untuk
mencurahkan rasa kasih sayang juga untuk mendapatkan
keturunan.
Fungsi keluarga yang sangat penting juga berhubungan
pemenuhan kebutuhan - kebutuhan biologis anggota keluarga
diantaranya adalah akan keterlindungan fisik dari rasa lapar, haus
kedinginan kepanasan kelelahan dan kebutuhan seksual bagi
pasangan suami istri kebutuhan seksual ini selain untuk
mencurahkan rasa kasih sayang juga untuk mendapatkan
keturunan.
Fungsi - fungsi keluarga diatas baik secara umum ataupun
secara khusus apabila berjalan dengan baik akan turut pula
mempengaruhi jiwa seluruh anggota keluarga khususnya anak
dalam bertindak, bersikap dan berkepribadian dalam kehidupannya
sehari - hari baik dalam lingkungan keluarga ataupun diluar
lingkungan

C. Pengertian iklim kehidupan keluarga


Dapat dikatakan bahwa sebuah keluarga yang baik ialah tergantung
pada suasana kehidupan keluarga itu sendiri sebelum individu
melakukan sosialisasi lebih jauh dengan kelompok sosial yang ada
dimasyarakat, terlebih dahulu ia mengadakan sosialisasi melalui
interaksi dengan anggota - anggota keluarga dilingkungan
keluarganya sendiri apabila individu melakukan interaksinya dalam
keluarga dapat berjalan dengan suasana yang baik maka individu itu
akan melakukan interaksi / sosialisasi diluar keluarganya dengan baik
pula hal ini sejalan dengan pendapat Haesman (Dedi Supriadi, 1985 :
41) yang menyebutkan bahwa : “ Jika interaksi diantara para anggota
keluarga berlangsung dengan baik maka iklim kehidupan keluarga
akan baik pula sebaliknya jika interaksi yang terjalin dalam keluarga
itu kurang baik maka keluarga hanya akan menjadi tempat tinggal
tanpa memiliki makna bagi pengembangan diri para anggota
keluarganya.
M.I Soelaeman (1994 : 48) mengartikan iklim kehidupan keluarga
itu “ sebagai suasana yang dihayati dalam keluarga “ lebih jauh
Sunaryo Kartadinata (1983 : 46) menyebutkan bahwa : “ Fakta
penentu dari kehidupan keluarga terhadap perkembangan kepribadian
anak adalah iklim kehidupan keluarga sebagai suasana psikologis
yang dirasakan dan berpengaruh terhadap kecenderungan pola prilaku
anggota keluarga tersebut, khusunya anak-anak”.
Dengan demikian iklim kehidupan keluarga ini seolah-olah
mengandung semacam muatan, nuansa dan warna kehidupan tertentu
dalam keluarga yang bersangkutan yang akhirnya dapat menciptakan
semacam kondisi bagi lahirnya perbuatan tertentu misalnya anak
akan melakukan perbuatan untuk belajar kreatif apabila dalam
keluarga tercipta suatu iklim dan situasi yang kiranya dapat
menimbulkan untuk berkreativitas.
KONSEP DASAR BUKU KIA

A. Pentingnya Pemahaman Dan Penggunaan Buku Kia Bagi Tenaga


Kesehatan
1. Manfaat Buku KIA
a. Sebagai media KIE
Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama
yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman ibu,
suami dan keluarga/pengasuh anak dipanti /lembaga
kesejahteraan sosial anak akan perawatan kesehatan ibu
hamil sampai anak usia 6 tahun. Buku KIA berisi informasi
kesehatan ibu dan anak yang sangat lengkap termasuk
imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan, serta upaya promotif dan
pereventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan
anak.
b. Sebagai dokumen pencatatan pelayanan KIA
Buku KIA selain sebagai media KIE juga sebagai alat bukti
pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan berkesinambungan yang dipegang oleh ibu
atau keluarga.. Karena pencatatan pada Buku KIA
digunakan sebagai bahan bukti :
- memantau kesehatan ibu dan anak termasuk mendeteksi
secara dini masalah kesehatan ibu dan anak
- memastikan terpenuhi haknya mendapat pelayanan
kesehatan ibu dan anak secara lengkap dan
berkesinambungan
- yang digunakan pada sistem jaminan kesehatan pada saat
mengajukan klaim pelayanan
- untuk menerima bantuan bersyarat pada program
pemerintah atau swasta. selain fungsi yang telah disebutkan
Buku KIA juga sebagai sarana komunikasi antara pemberi
pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan.

2. Manfaat Buku KIA dikaitkan dengan tugas pokok tenaga kesehatan


a. mendukung program pemerintah untuk peningkatan
kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak
b. mendorong tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan
sesuai dengan standar
c. mendorong kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
anak

B. Sasaran Buku Kia & Juknis Penggunaan Buku Kia


1. Sasaran
a. Sasaran langsung Buku KIA :
Setiap ibu hamil mendapat Buku KIA, menggunakan
sampai masa nifas sedangkan anak menggunakan Buku
KIA sampai usia 6 tahun.
Sejak kehamilan ibu diketahui kembar maka ibu hamil
diberi Buku KIA sejumlah janin yang dikandungnya (jika
kembar 2 diberi tambahan 1, jika kembar 3 diberi tambahan
Buku KIA 2 dst).
Jika buku KIA hilang maka selama persediaan masih ada,
ibu/anak mendapat Buku KIA baru.
b. Sasaran tidak langsung Buku KIA :
Suami/anggota keluarga lain, pengasuh anak di
panti/lembaga kesejahteraan sosial anak.
Kader
Tenaga kesehatan yang berkaitan langsung memberi
pelayanan kesehatan ibu dan anak (antara lain dokter,
bidan, perawat, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas
laboratorium)
Penanggung jawab dan pengelola program KIA Dinkes
Kabupaten/Kota selain memfasilitasi penerapan buku KIA
di wilayahnya juga memastikan kesinambungan
ketersediaan dan pemanfaatan buku KIA.
2. Sasaran Juknis Penggunaan Buku KIA
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak (antara lain dokter, bidan, perawat, petugas gizi, petugas
imunisasi, petugas laboratorium) dan kepala institusi fasilitas
pelayanan kesehatan.

C. Cara Menggunakan Buku KIA


1. Penggunaan Buku KIA oleh ibu, suami, keluarga dan pengasuh
anak di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak
Ibu, suami, keluarga dan pengasuh anak di panti/lembaga
kesejahteraan social anak :
a. selalu membawa buku KIA baik pada saat ke fasilitas
kesehatan (Puskesmas, klinik, Rumah Sakit, praktik dokter
maupun praktik bidan), ke Posyandu, Kelas Ibu (Kelas Ibu
Hamil dan Kelas Ibu Balita), Pos PAUD dan BKB.
b. menyimpan Buku KIA dan menjaga dengan baik agar tidak
rusak atau hilang. Catatan yang tercantum pada Buku KIA
merupakan dokumen pribadi dan hanya diperlihatkan
kepada petugas kesehatan.
c. berperan aktif membaca dan mengerti isi Buku KIA dengan
benar, jika ada yang tidak dipahami mereka bertanya pada
kader dan petugas kesehatan. Hal ini agar mereka dapat
melakukan perawatan kesehatan ibu dan anak dengan
benar, berupaya mendapatkan pelayanan KIA yang
komprehensif dan berkesinambungan, dapat mendeteksi
sedini mungkin kelainan atau penyakit yang dialami serta
mencari pertolongan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
d. tenaga kesehatan memfasilitasi pemahaman mereka akan
Buku KIA, untuk mempermudah pemahaman setiap pokok
bahasan, mereka diminta membaca lebih dahulu untuk
pertemuan berikutnya dan menyiapkan pertanyaan yang
akan diajukan untuk hal-hal yang belum dimengerti.
e. memberi tanda (√) dengan pensil atau pulpen pada bagian
yang telah dipahami dan diterapkan. Untuk hal yang belum
dipahami dan atau belum diterapkan mereka bertanya pada
tenaga kesehatan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci
dan mendapatkan saran yang paling sesuai dengan kondisi
ibu dan anak saat itu.
f. memberi tanda (√) pada kotak setelah mendapatkan
pelayanan. Untuk menghindari kesalahan maka tenaga
kesehatan perlu menjelaskan setiap pelayanan yang
diberikan pada ibu dan anak, seperti; pelayanan
pemeriksaan kehamilan, pelayanan kesehatan ibu nifas,
pelayanan neonatal essensial dan pelayanan kesehatan
neonatus.

Langkah- langkah mempelajari Buku KIA;


a. Masa Kehamilan
Pada saat hamil, ibu, suami dan keluarga membaca dan
memahami informasi terkait dengan;
1) Pelayanan pemeriksaan ibu hamil dan kapan
mereka harus control kehamilan, perawatan sehari
hari termasuk pemenuhan gizi pada saat hamil,
yang harus dihindari selama kehamilan, P4K,
Menyambut Persalinan agar aman dan selamat,
persiapan melahirkan, informasi tanda persalinan,
deteksi dini tanda bahaya pada kehamilan,
masalah pada kehamilan dan Keluarga Berencana.
2) Proses melahirkan termasuk tanda bahaya pada
persalinan, melaksanakan inisiasi menyusu dini
(IMD), tanda bayi baru lahir sehat, pelayanan
essensial pada bayi baru lahir dan cuci tangan
dengan sabun
b. Masa Nifas
Pada saat nifas dan masa neonatus (bayi usia 0-28 hari) Ibu,
suami dan keluarga/pengasuh anak di panti/lembaga
kesejahteraan sosial anak membaca dan memahami
informasi terkait:
1) Perawatan ibu nifas, hal-hal yang harus dihindari
pada masa nifas, cara menyusui bayi, cara
memerah dan menyimpan ASI, tanda bahaya pada
ibu nifas dan Keluarga Berencana.
2) Perawatan bayi baru lahir (pemberian ASI,
menjaga bayi tetap hangat, pelayanan pada saat
kunjungan neonatal serta tanda bahaya pada bayi
baru lahir)
Uraian di bawah ini lebih menekankan pada anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun dimana secara garis besar
informasi mencakup;
1) tanda anak sehat,
2) pertumbuhan dan perkembangan anak,
3) pola asuh anak termasuk anak dengan disabilitas,
4) perawatan sehari-hari (kebersihan anak, perawatan
gigi, kebersihan lingkungan, lindungi anak dari
bahaya seperti benda-benda yang berbahaya,
tenggelam dan kecelakaan lalu lintas),
5) kebutuhan air minum,
6) perawatan anak sakit,
7) imunisasi,
8) pemenuhan kebutuhan gizi,
9) stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak, dan
10) upaya melindungi anak dari kekerasan dan
pelecehan seksual.
Berikut penekanan informasi yang harus dibaca dan
dipahami oleh ibu, suami, keluarga dan pengasuh anak di
panti /lembaga kesejahteraan sosial anak menurut tahapan
umur:
Pada bayi baru lahir sampai bayi usia 6 bulan
1) ASI Eksklusif
2) Imunisasi
3) Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
4) Stimulasi dan tahapan perkembangan bayi sampai
usia 3 bulan dan bayi usia 3-6 bulan.
5) Melindungi bayi dari tindakan kekerasan
Pada bayi usia 6 bulan - 12 bulan
1) ASI diteruskan sampai anak usia 2 tahun
2) Lengkapi imunisasi dasar
3) Tahapan pemberian makanan pendamping ASI
(jenis, jumlah dan frekwensi pemberian)
4) Cara pembuatan MP ASI
5) Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
6) Stimulasi dan tahapan perkembangan bayi pada
usia 6 -12 bulan
7) Melindungi bayi dari tindakan kekerasan dan
pelecehan seksual
Pada anak usia 1-2 tahun
1) Pemberian makanan keluarga dengan pola gizi
seimbang, makanan selingan.
2) tetap diberikan sampai anak usia 2 tahun
3) Imunisasi lanjutan (DPT-HB-Hib usia 18 bulan,
campak 24 bulan).
4) Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
5) Stimulasi dan perkembangan anak pada usia 1-2
tahun.
6) Melindungi anak dari tindakan kekerasan dan
pelecehan seksual
Pada anak usia 2-6 tahun
1) Pemberian makanan keluarga, anak dapat diberi
makanan orang dewasa yang porsinya ditambah
secara bertahap, makanan selingan,
2) Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
3) Stimulasi dan tahapan perkembangan anak pada
usia 3 tahun, 5 tahun dan 6 tahun serta anjuran
untuk mengikuti kegiatan anak usia dini (PAUD).
4) Melindungi anak dari tindakan kekerasan dan
pelecehan seksual

2. Penggunaan Buku KIA oleh Kader


Kader perlu memiliki Buku KIA, mempelajari dan memahami
pesan-pesan yang ada dalam Buku KIA, hal ini karena kader:
a. menggunakan Buku KIA sebagai media penyuluhan
kesehatan ibu dan anak
b. memfasilitasi ibu, keluarga/pengasuh anak agar mematuhi
jadwal pemberian pelayanan kesehatan ibu dan anak
termasuk imunisasi.
c. bertugas mengisi KMS
d. memberi vitamin A dan mencatat pada Buku KIA.
e. sebagai penghubung masyarakat dengan tenaga kesehatan
untuk memastikan penggunaan Buku KIA oleh
masyarakat.
3. Penggunaan Buku KIA oleh tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan sebagai penanggung jawab wilayah dan pemberi
pelayanan KIA harus memfasilitasi pemahaman dan penerapan
Buku KIA oleh ibu, suami, keluarga dan pengasuh anak di
panti/lembaga kesejahteraan sosial anak dan kader.

D. Cara Mengisi Buku Kia


Pada Buku KIA terdapat halaman-halaman yang sudah ditetapkan diisi
ibu/suami/keluarga/ pengasuh anak di panti/lembaga kesejahteraan sosial
anak, bagian yang diisi kader maupun yang diisi oleh tenaga kesehatan
(bidan/perawat/dokter/petugas gizi/petugas imunisasi).
Pengisian kotak cek list dengan tanda (√) oleh
ibu/suami/keluarga/pengasuh anak di panti/lembaga kesejahteraan sosial
anak dilakukan bilamana:
1. Mereka telah mendapatkan pelayanan tersebut;
Pelayanan pemeriksaan kehamilan (1-3)
Pelayanan kesehatan ibu nifas (13)
Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir (kunjungan neonatal)
(36)
2. Mereka paham dan menindaklanjuti melaksanakan stimulasi
sebagaimana pesan yang disampaikan di Buku KIA. Mereka
mengecek apakah perkembangan bayi dan anak sesuai dengan
yang ada di Buku KIA;
perkembangan bayi umur 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12
bulan
perkembangan anak umur 2 tahun, 3 tahun, 5 tahun dan 6 tahun
bilamana diperlukan kader dapat membantu ibu/keluarga/pengasuh anak
untuk mengisi kotak cek list dengan tanda (√)
Memberi tanda (√) juga dilakukan oleh ibu/pengasuh anak bila telah
memahami isi pesan yang disampaikan dalam Buku KIA, antara lain;
1. Pada masa kehamilan; perawatan sehari-hari (4), yang harus
dihindari ibu selama hamil (5), persiapan melahirkan/bersalin (6),
makanan bergizi selama kehamilan (7), tanda bahaya pada
kehamilan (8), masalah lain pada masa kehamilan(9)
2. Pada persalinan; tanda awal persalinan (10), proses melahirkan
(11), tanda bahaya pada persalinan (12),
3. Pada masa nifas; perawatan ibu nifas (13), perawatan ibu nifas
(13), hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin selama Nifas (14),
cara menyusui yang benar (15), cara memerah dan menyimpan ASI
(16), tanda bahaya pada Ibu nifas (17), Keluarga Berencana (18),
cuci tangan pakai sabun (28)
Bagian Buku KIA yang diisi oleh kader
1. KMS untuk perempuan
2. KMS untuk laki-laki
3. Catatan Pemberian Vitamin A
Bagian Buku KIA yang diisi oleh tenaga kesehatan
1. Identitas Keluarga (iv)
2. Menyambut Persalinan (19)
3. Stiker P4K
4. Catatan Kesehatan Ibu Hamil (20-23)
5. Catatan Kesehatan Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir
(24-25)
6. Catatan Kesehatan Ibu Nifas (26-27)
7. Keterangan Lahir (29 & 31)
8. Catatan Hasil Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (37)
9. Catatan Imunisasi Anak (38-39)
10. Catatan Hasil Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (40)
11. Nasehat pemenuhan gizi & pemberian makan (65)
12. Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
a. Tabel Pelayanan (68)
b. Grak BB Laki-Laki menurut PB/TB sejak lahir-2 tahun (69)
c. Grak BB Laki-Laki menurut PB/TB umur 2-5 tahun (70)
d. Grak BB Perempuan menurut PB/TB sejak lahir-2 tahun
(71)
e. Grak BB Perempuan menurut PB/TB umur 2-5 tahun (72)
f. Grak TB Laki-Laki menurut Umur dari sejak lahir – 6
bulan (73)
g. Grak TB Laki-Laki menurut Umur 6 bulan – 2 tahun (74)
h. Grak TB Laki-Laki menurut Umur 2 tahun – 5 tahun (75)
i. Grak TB Perempuan menurut Umur dari sejak lahir – 6
bulan (76)
j. Grak TB Perempuan menurut Umur 6 bulan – 2 tahun (77)
k. Grak TB Perempuan menurut Umur 2 tahun – 5 tahun (78)
l. Grak Lingkar Kepala Anak Perempuan (79)
m. Grak Lingkar Kepala Anak Laki-laki (80)
13. Catatan Kesehatan Anak (81-83)
Bagian Buku Kia Yang Diisi Oleh Ibu/Suami/Keluarga
1. Pelayanan pemeriksaan kehamilan (hal 1-3)
2. Kelas ibu (hal 3)
3. Perawaatan sehari-hari (hal 4)
4. Yang dihindari ibu selama hamil (hal 5)
5. Persiapan melahirkan/bersalin (hal 6)
6. Masalah lain pada masa kehamilan (hal 9)
7. Tanda awal persalinan (hal 10)
8. Proses melahirkan (hal 11)
9. Tanda bahaya pada persalinan (hal 12)
10. Perawatan ibu nifas (hal 13)
11. Hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin selama nifas (hal 14)
12. Cara menyusui yang benar (hal 15)
13. Cara memerah dan menyimpan ASI (hal 16)
14. Tanda bahaya pada ibu nifas (hal 17)
15. Keluarga berencana (hal 18)
16. Cuci tangan paki sabun (hal 28)
17. Pelayanan essrnsial pada bayi baru lahir oleh bidan/perawat/dokter
(hal 33)
18. Perawatan bayi baru lahir (hal 34-36)
19. Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir (kunjungan neonatal)
(hal 34)
20. Anak usia 29 hari – 6 tahun (hal 41-50)
”Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Puskesmas”
A. Definisi
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan atau psemberkuasaan dapat dipahami sebagai upaya
memberikan atau meningkatkan kekuasaan (power) kepada pihak
yang lemah atau kurang beruntung, dimana pemberdayaan
dilaksanakan dengan bertolak dari situasi ketidak berdayaan yang
dialami oleh sekolompok masyarakat baik secara perseorangan,
kelompok maupun komunitas.
2. Masyarakat
Menurut Paul B.Horton, mengatakan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang relatif mandiri dengan bersama dalam
jangka waktu cukup lama
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada umumnya
mempunyai ciri-ciri dengan kriteria;
a. Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangnya terdiri
atas dua orang.
b. Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup
lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia
baru. Sebagai akibat dari hidup bersama, timbul sistem
komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan
antarmanusia.
3. Program
Program dapat bermacam-macam wujudnya ditinjau dari berbagai
aspek, yakni tujuan, jenis, jangka waktu, luas, sempitnya,
pelaksana, sifatnya dan sebagainya.
4. Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas
merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
5. Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Puskesmas
Pemberdayaan masyarakat jenis ini dilakukan melalui program
puskesmas yang merupakan organisasi kesehatan fungsional dan
juga merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Program yang diadakan puskesmas untuk
memberdayakan masyarakat adalah posyandu.

B. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah akronim dari Pos Pelayanan Keluarga Berencana
- Kesehatan Terpadu, merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersama Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi.
2. Tujuan dan Manfaat Posyandu
a. Tujuan Posyandu
Menurut Suharsimi (1998), tujuan umum dari posyandu
adalah menunjan percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sedangkan
tujuan khusus posyandu yaitu:
1) Meningkatkan peran masyarakat dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2) Meningkatnya peran lintas sektor dalam
penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
3) Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
b. Manfaat Posyandu
1) Bagi Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
b) Memperoleh bantuan secara
profesional dalam pemecahan
masalah kesehatan teruta terkait kesehatan
ibu dan anak.
2) Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh
Masyarakat
a) Mendapatkan informasi terdahulu tentang
upaya kesehatan yang terkait dengan
penurunan AKI dan AKB.
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam
membantu masyarakat menyelesaikan
masalah kesehatan terkait dengan penuruna
AKI dan AKB.
3) Bagi Puskesmas
a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagi pusat
penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat
dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai
kondisi setempat.
4) Bagi Sektor Lain
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat
dalam pemecahan masalah sektor terkait,
utamanya yang terkait dengan upaya
penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi
setempat.
b) Meningkatkan efisiensi memlalui pemberian
pelayanan secara terpadu sesuai dengan
tupoksi masing-masing sektor.
3. Sasaran dan Fungsi Posyandu
a. Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya :
1) Bayi
2) Anak Balita
3) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu
menyusui
4) Pasangan Usia Subur (PUS)
b. Fungsi Posyandu
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam
alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada
masyarakat dan antarsesama masyarakat dalam
rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB
4. Kegiatan Pokok Posyandu
a. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
b. KB (Keluarga Berencana)
c. Imunisasi
d. Gizi
e. Penanggulangan diare
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)
5. Pelaksanaan Layanan Posyandu
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan
sistem 5 meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
• Imunisasi
• Pemberian vitamin A dosis tinggi.
• Pembagian pil KB atau kondom.
• Pengobatan ringan.
• Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK
sedangkan meja V merupakan meja pelayanan medis.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)
6. Keberhasilan Posyandu
a. Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik
b. Keberhasilan Posyandu berdasarkan:
D : Baik/ kurangnya peran serta masyarakat
N : Berhasil tidaknya program posyandu.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)
7. Kegiatan Posyandu
a. Jenis pelayanan minimal kepada anak
1) Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak,
perhatian harus diberikan khusus terhadap anak
yang selama ini 3 kali tidak melakukan
penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik
sesuai umurnya dan anak yang pertumbuhannya
berada di bawah garis merah KMS.
2) Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin
A.
b. Pelayanan tambahan yang diberikan
1) Pelayanan ibu hamil dan menyusui.
2) Program Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
yang diintegenerasikan dengan program Bina
Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain
lainnya.
(Bagian Kependudukan dan Biostatik FKM USU. 2007)
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah
kegiatan baru disamping lima kegiatan utama yang telah
ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru
tersebut misalnya:
- Bina Keluarga Balita (BKB);
- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
- Bina Keluarga Lansia (BKL);
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
- Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
(Pusat Promosi Kesehatan.2012)
8. Penyelenggaraan Posyandu
a. Penyelenggara Posyandu
Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan bendahara.
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu:
1) Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.
2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif
tinggi, dan mampu memotivasi masyarakat.
3) Bersedia bekerja secara sukarela bersama
masyarakat.
(Pusat Promosi Kesehatan.2012)
b. Waktu dan Lokasi Posyandu
Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau
dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan
perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun oleh
swadaya masyarakat. Tempat penyelenggaraan kegiatan
Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat.
(Pusat Promosi Kesehatan.2012)
9. Pembentukan Posyandu
Langkah-langkah pembentukan Posyandu.
a. Mempersiapkan para petugas/aparat sehingga bersedia
dan memiliki kemampuan mengelola serta membina
Posyandu.
b. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh
masyarakat sehingga bersedia mendukung
penyelenggaraan Posyandu.
c. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) agar masyarakat
mempunyai rasa memiliki, melalui penemuan sendiri
masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki.
d. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu dengan
kegiatan pemilihan pengurus dan kader, orientasi
pengurus dan pelatihan kader Posyandu, pembentukan
dan peresmian Posyandu, serta penyelengaraan dan
pemantauan kegiatan Posyandu.
(Pusat Promosi Kesehatan.2012)

“MENGIDENTIFIKASI MASALAH DALAM KELUARGA


SEKALIGUS PEMBINAAN KELUARGA”

A. Pengertian Masalah Keluarga


Masalah keluarga artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak
teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk
mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja, mereka
melawan orangtua, dan terjadi pertengkaran terus menerus antara ibu
dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak.

B. Jenis-Jenis Masalah , Faktor Dan Pembinaan Mengatasi Masalah Keluarga


Ada sejumlah masalah di dalam sebuah keluarga. Masalah tersebut bisa
berdiri sendiri tetapi kecenderungannya saling berkaitan satu sama lain.
Beragam masalah keluarga diantaranya:
1. Masalah Perekonomian
Keluarga miskin masih besar jumlahnya di negeri ini. Berbagai
cara diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.
Akan tetapi tetap saja kemiskinan tidak terkendali. Terakhir
pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) pada tahun
2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak terhadap keluarga.
Jika kehidupan emosional suami isteri tidak dewasa, maka akan
timbul pertengkaran.
a. Faktor-faktor Penyebab dari masalah perekonomian :
1) Keadaan ekonomi keluarga yang lemah
berpengaruh pada sandang, pangan, papan yang
baik.
2) Penghasilan istri yang lebih besar.
3) Gaya hidup yang berbeda.
b. Pembinaan mengatasi masalah Perekonomian :
1) Terbuka
Hal pertama yang harus dilakukan untuk
menghindari keuangan adalah bersikap terbuka.
Selalu diskusikan semua keputusan yang
menyangkut keuangan, seperti pengeluaran,
pemasukan, tabungan, dan lainnya.
2) Tentukan tujuan jangka panjang
Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan
bijak dalam melihat masa depan.
3) Menabung
Anda tak harus menabung banyak di bank, namun
sediakan tabungan kecil di rumah yang bisa Anda
isi setiap minggu.
4) Sisihkan ‘uang senang-senang’
Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau bersenang.
5) Bekerjasama untuk mengatur keuangan
Pastikan Anda dan pasangan saling bekerjasama
untuk mengatur keuangan. Jangan terlalu
mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan
pengeluaran atau pengaturan keuangan.
6) Memiliki usaha sampingan
Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko
sembako ,maka sedikit demi sedikit keluarga
tersebut tidak kekurangan kebutuhan ekonomi
karena saling membantu antara suami dan isteri.
2. Masalah Kesehatan
Kesehatan sangatlah penting bagi diri kita karena jika diantara
anggota keluarga kita sering sakit-sakitan maka pengeluaran untuk
dokter, obat-obatan dan rumah sakit akan bertambah.
a. Faktor-faktor penyebab dari masalah kesehatan adalah :
1) Biaya kesehatan semakin mahal tidak sebanding
dengan pendapatan per capita
2) Beragam penyakit semakin bermunculan bersamaan
dengan makin majunya ilmu kedokteran
b. PembinaaMengatasi masalah kesehatan :
1) Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi
dengan baik
Ajarkan anak hidup sehat dimulai dari “diri sendiri”.
Dapat dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki
adalah karena “upaya” kita sendiri.
2) Makan makanan sehat
Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja
bagi penyediaan energi untuk tubuh, tetapi juga
merupakan kebutuhan penting untuk kesehatan dan
kelangsungan hidup.
3) Memelihara Kesehatan Lingkungan
Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan
lingkungan yang sehat. karena itu, kondisi
lingkungan perlu benar-benar diperhatikan agar
tidak merusak kesehatan.
3. Masalah Seksual
Hubungan seksual yang tidak harmonis menjadi salah satu pemicu
konflik dalam kehidupan rumah tangga, Banyak pasangan tidak
menyadari pentingnya hubungan seksual ini.
a. Faktor-faktor penyebab masalah seksual adalah :
1) Kurang puas terhadap pelayanan dari pasangan.
2) Hubungan seks tidak dapat dikendalikan
mengakibatkan pertambahan anggota keluarga.
b. Pembinaan mengatasi masalah seksual :
1) Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu.
Bicarakan semua masalah seks yang Anda rasakan
bersama pasangan, biar pasangan tahu problem seks
yang sedang Anda alami.
2) Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi
dini adalah tidak bisa menahan emosi seks ketika
bersetubuh. Kebanyakan pria selalu ingin cepat
ejakulasi.
3) Menghalangi semua permasalahan terbawa ke
tempat tidur. Hindari berhubungan seks bila amarah
dan kejengkelan masih bersemayam di hati.
4. Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya
masalah di dalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada
suami-isteri, maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat
dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami-isteri yang
pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku
keluarga.
a. Faktor-faktor penyebab masalah pendidikan adalah :
1) Pendidikan yang tidak seimbang antara suami dan
istri.
2) Berpengaruh pula segala keputusan yang akan
diambil dalam keluarga.
3) Pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan
yang rendah.
b. Pembinaan mengatasi masalah pendidikan :
Untuk masalah pendidikan dalam keluarga memiliki arti
yang sangat komplek, karena pada dasarnya pendidikan di
indonesia tergantung pda latar belakang masing-masing
keluarga, tetapi tinggal bagaimana masing2 keluarga
menerapkanya diantaranya
1) Mengikuti wajib belajar 9th.
2) Memprogram dan merencanakan pendidikan dengan
baik untuk keluarga.
3) Memberikan kebebasan memilih pendidikan yang
akan ditempuh anggota keluarga.
5. Masalah Pekerjaan
Peluang kerja semakin terbatas tidak sebanding dengan jumlah
pencari kerja.
a. Faktor-faktor penyebab masalah pekerjaan adalah :
1) Orang tua sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan nya.
2) Tidak punya pekerjaan atau baru di PHK.
b. Pembinaan mengatasi masalah pekerjaan :
1) Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang
baik antar keluarga masalah pekerjaan agar salah
satu di antara suami atau isteri dapat mengerti dan
memahami beban pekerjaan masing-masing yang
sedang di jalankan sehingga tidak ada kesalah
pahaman.
6. Masalah Agama
Agama sangat penting peranannya dalam membangun keluarga
bahagia.
a. Faktor-faktor penyebab masalah agama adalah :
1) Perbedaan agama antara suami dan isteri.
2) Jauh dari agama hanya mementingkan materi dan
duniawi semata maka tinggal menunggu kehancuran
keluarga tersebut saja.
b. Pembinaan mengatasi masalah agama :
1) Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri.
2) Lebih memahami agama masing-masing pasangan
sehingga tidak muncul permasalahan diantara
pasangan.
3) Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang
pencipta.
7. Masalah Komunikasi
Masalah komunikasi merupakan masalah fundamental yang
menentukan kebahagiaan keluarga, kesenjangan komunikasi sering
memicu timbulnya permasalahan lain yang lebih kompleks dan
perlu disadari bahwa apapun permasalahan dalam keluarga (suami-
isteri dan anak) solusinya melalui proses komunikasi yang baik.
a. Faktor-faktor penyebab masalah komunikasi :
1) Anak yang takut kepada orang tua.
2) Orang tua sering cekcok.
3) Kakak adik tidak cocok.
4) Orang tua tidak adil.
5) Tidak cocok antara mertua dan menantu.
6) Masalah dengan para tetangga.
b. Pembinaan mengatasi masalah komunikasi :
1) Luangkan waktu untuk mendengarkan.
2) Berusaha untuk komunikasi intens dengan anggota
keluarga yang lain.
3) Buat tradisi keluarga.
4) Pergi berlibur bersama.
KELUARGA, SISTEM KELUARGA DAN ELEMEN KELUARGA

A. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih


memiliki hubungan darah dan bersatu.
Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam
satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan
darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya.
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak yang belum
menikah disebut keluarga batih.

Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga


batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23)
1. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi
yang menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban
diperoleh dalam wadah tersebut.

2. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara


materil memenuhi kebutuhan anggotanya.

3. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah


pergaulan hidup.

4. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami


proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia
mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.

5. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang


terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk
menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan
dan pemeliharaan anak.

Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver and
Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota -


anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap
kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

B. Definisi Keluarga

Menurut Fitzpatrick (2004) dalam Lestari (2012), definisi tentang


keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu:
1. Definisi struktural

Keluarga didefinisikan berdasarkan keberadaan atau


ketidakberadaan anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan
kerabat lainnya.
2. Definisi fungsional

Keluarga didefinisikan melalui peran dan fungsi-fungsi


psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan,
sosialisasi, dukungan emosi dan materi, maupun pemenuhan peran-
peran tertentu.
3. Definisi intersaksional

Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki rasa


kedekatan satu sama lain dengan adanya rasa identitas sebagai
keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman
historis, maupun cita-cita masa depan.
Definisi ini memfokuskan keluarga dalam melaksanakan
fungsinya.

C. Hubungan Dalam Keluarga

Hubungan keluarga merupakan suatu ikatan dalam keluarga yang


terbentuk melalui masyarakat.
Ada tiga jenis hubungan keluarga yang dikemukakan oleh Robert R. Bell
(Ihromi, 2004: 91), yaitu:
1. Kerabat dekat (conventional kin)

2. Kerabat jauh (discretionary kin)

3. Orang yang dianggap kerabat (fictive kin)

D. Keluarga Sebagai Sistem

Sistem merupakan kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang


saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keluarga sebagai sistem mempunyai sub-sistem yaitu anggota, fungsi,
peran, aturan, budaya, dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan
dalam kehidupan keluarga.
Adanya keterkaitan hubungan dan ketergantungan antar sub-sistem
yang merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat dapat memengaruhi
supra- sistemnya.

E. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dalam melaksanakan fungsi menggambarkan bentuk


keluarga dalam masyarakat.
Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi Friedman (1998; 2002),
ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:
1. Struktur peran keluarga

2. Nilai atau norma keluarga

3. Pola komunikasi keluarga

4. Struktur kekuatan keluarga

Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, menurut


Leslie&Korman (1989) dalam Suprajitno (2003) diasumsikan bahwa:
1. Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan


masalah individu dan lingkungannya.
3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat
mempengaruhi kelompok lain.

4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari


nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.

Menurut Lee (1982) dalam Lestari (2012), berdasarkan tipe keberadaan,


keluarga dapat dibagi menjadi keluarga inti (nuclear family) dan keluarga
besar (extended family). Dalam keluarga inti maupun keluarga besar,
hubungan setiap komponen bersifat saling membutuhkan dan mendukung
layaknya persahabatan.

F. Fungsi Keluarga

Keluarga sejahtera dapat dicapai apabila setiap keluarga menerapkan


fungsi- fungsi yang menjadi prasyarat, acuan dan pola hidup setiap
keluarga, dalam upaya membangun kehidupan keluarga yang berkualitas.
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998; 2002) adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function)

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and


social placement function)

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

4. Fungsi ekonomi (the economic function)

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care


function)

Di Indonesia, berdasarkan UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun


1994, fungsi keluarga dengan bentuk operasional yang dapat dilakukan
terbagi menjadi:
1. Fungsi keagamaan

2. Fungsi sosial budaya

3. Fungsi cinta kasih

4. Fungsi perlindungan

5. Fungsi reproduksi
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan

7. Fungsi ekonomi

8. Fungsi pembinaan lingkungan.

G. Dukungan Keluarga

1. Menurut Friedman (1998; 2002), dukungan keluarga adalah sikap,


tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota
keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
lingkungan kelurga. Anggota keluarga memandang bahwa
seseorang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

2. Menurut Caplan (1976) dalam Friedman (1998; 2002), dukungan


keluarga terbagi menjadi:

a. Dukungan informasi

b. Dukungan penilaian

c. Dukungan instrumental

d. Dukungan emosional

PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN GENDER


A. Gender
Perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sebagai hasil konstruksi sosial yang
dapat berubah dan diubah sesuai perubahan zaman
Perbedaan makna Sex dan Gender :
1. Sex
a. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Perempuan
menghasilkan sel telur, hamil dan melahirkan. Laki-laki
menghasilkan sperma (kodrat)
b. Sama diseluruh dunia
c. Tidak berubah dari waktu
d. Tidak mungkin dipertukarkan
2. Gender
a. Merupakanperbedaan peran, hak dan kewajiban, kuasa dan
kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
masyarakat. Perbedaan gender bukan kodrat, melainkan buatan
manusia.
b. Tidak sama, tergantung budaya maupun perkembangan
masyarakatnya
c. Berubah dari waktu ke waktu.
d. Memungkinkan untuk dipertukarkan dipertukarkan
B. Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan
Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun realita yang
terjadi ternyata telah melahirkan berbagai bentuk ketidakadilan gender
yang termanifestasikan dalam bentuk ketidakadilan dalam kehidupan
masyarakat.
C. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender yang Berkembang di Masyarakat
1. Marginalisasi
2. Subordinasi
3. Pandangan Steriotip
4. Kekerasan terhadap Perempuan
5. Beban Kerja
D. VISI dan MISI Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia
1. Visi
Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, kesejahteraan dan
perlindungan anak dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Misi
a. Meningkatan Kualitas Hidup Perempuan
b. Memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik
dan jabatan publik
c. Menghapuskan segala bentuk tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak
d. Meningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
e. Meningkatkan pelaksanaan dan memperkuat kelembagaan
pengarusutamaan gender
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat
E. Tujuan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan
1. Untuk meningkatkan status, posisi dan konfdisi perempuan agar dapat
mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki
2. Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria dan
bertaqwa serta terlindungi
F. Strategi Nasional Program Pemberdayaan Perempuan
1. Pembangunan nasional berperspektif gender dan peduli anak
2. Pengembangn kemitrasejajaran yang harmonis antara perempuan dan
laki-laki
3. Pengembangn kemitraan dan jaringan kerja
4. Pengembangan indikator
5. Pengembangan sistem penghargaan
6. Perluasan pendidikan bagi anak perempuan
7. Pengembangan sistem informasi manajemen
G. Isu Gender
1. Isu Gender Bidang Pendidikan
2. Isu Gender Bidang Ekonomi
3. Isu Gender Bidang Kesehatan
4. Isu Gender Dalam Keluarga
5. Isu Gender Dalam Bidang Politik
H. Faktor-faktor Penyebab
1. Berkembangnya Ideologi Patriarki ( Konstruksi sosial masyarakat
yang menomor duakan perempuan )
2. Paham ideologi patriarki yang masih melekat kuat pada sebagian
besar masyarakat (termasuk dalam rumah tangga)
3. Relasi gender yang tidak seimbang
4. Tingkat pendidikan perempuan yang rendah
5. Ketidak terlibatan perempuan dalam penentuan keputusan pada
berbagai masalah kehidupan

MANAJEMEN WAKTU DAN TENAGA


A. Pengertian
Manajemen waktu adalah Proses Pribadi, harus Sesuai Dengan Gaya &
Lingkungan Anda Sendiri
Manajemen waktu yang baik dibutuhkan suatu sistem agar antara waktu
dan pekerjaan keduanya bisa mendapat bagian yang sama.
B. Perencanaan
Sebagai langkah pertama, lakukan perencanaan jadwal kerja.
C. Mengurangi Waktu Perjalanan
Langkah ini memberi dampak cukup signifikan terhadap pola manajemen
waktu kerja dan keluarga.
D. Mencari Tempat Kerja Dekat Rumah
Alternatif berikutnya, pilihlah tempat kerja yang jaraknya lebih dekat
dengan rumah. Secara signifikan hal ini juga dapat menambah waktu
pertemuan bersama keluarga.
E. Batasi Perjalanan Dinas
Jika ingin menerapkan sistem manajemen waktu yang baik, batasi
perjalanan dinas. Ada banyak sekali fasilitas komunikasi melalui
sambungan internet yang bisa dipakai untuk berhubungan dengan relasi
bisnis dari luar daerah.
F. Selalu Disiplin
Banyak orang mengatakan bahwa disiplin adalah kunci kesuksesan. Tetapi
selain itu disiplin juga bisa membuat kita mempunyai kesempatan lebih
banyak untuk bertemu keluarga.
G. Target
Jangan pasang target terlalu tinggi dalam pekerjaan tetapi tetap
disesuaikan dengan kemampuan.
Intinya, bersikaplah bijaksana ketika membuat sistem manajemen waktu
agar tidak saling bertubrukan. Jangan sampai ada satu yang terbengkalai,
karena bisa memicu terjadinya masalah dalam kehidupan berumahtangga
apalagi jika sudah punya anak.

Anda mungkin juga menyukai