IMUNISASI
DI PMB M
Miliani nur
P07124118212
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia
kebidanan yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu
dianggap profesi mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini
mulai dimasuki unsur hukum. Salah satu tujuan dari hukum atau peraturan atau
deklarasi atau kode etik kesehatan atau apapun namanya adalah untuk
melindungi kepentingan pasien disamping mengembangkan kualitas profesi
bidan atau tenaga kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan
kepentingan tenaga kesehatan merupakan salah satu penunjang keberhasilan
pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus
(lex spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan
hak asasi manusia memperoleh kesehatan (the Right to health care). Masing-
masing pihak, yaitu yang memberi pelayanan (medical providers) dan yang
menerima pelayanan (medical receivers) mempunyai hak dan kewajiban yang
harus dihormati.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa
yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed
consent (persetujuan penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Imunisasi?
2. Apa saja tujuan dari Imunisasi?
3. Apa saja jenis-jenis Imunisasi?
4. Kapan imunisasi di lakukan?
5. Pentingnya informed consent dan informed choice pada ibu dan ayah bayi
C. Tujuan
Mengetahui apa yang dimaksud dengan imunisasi, mengetahui tujuan dari
imunisasi, mengetahui jenis-jenis imunisasi, dan mengetahui kapan saja
imunisasi dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang .
B. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat
(populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat
pada keberhasilan imunisasi cacar variola.
C. Manfaat Imunisasi
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya
dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan
oleh :
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga
yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.
D. Dampak Imunisasi
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara individu,
sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Secara
individu, apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan
terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang
mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi), makin terlihat
penurunan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
E. Jenis-jenis Imunisasi
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat
sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan
sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel
memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara
cepat dapat merespon
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya.
Antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan
terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus. Mekanisme
kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui netralisasi toksin,
opsonisasi, atau bakteriolisis. Kerja antibodi terhadap infeksi virus melalui
netralisasi virus, pencegahan masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel
natural-killer untuk melawan virus. Dengan demikian pemberian antibodi
akan menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi karena tidak melibatkan
sel memori dalam sistem imunitas tubuh, proteksinya bersifat sementara
selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien, dan perlindungannya
singkat karena tubuh tidak membentuk memori terhadap patogen/ antigen
spesifiknya
No Usia Imunisasi
.
1. 0-7 hari Hepatitis B (HB-0)
2. 1 bulan BCG dan Polio 1
3. 2 bulan DPT-HB-HIb 1 dan Polio 2
4. 3 bulan DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3
5. 4 bulan DPT-HB-Hib 3,Polio 4 dan IPV atau
Polio suntik
6. 9 bulan Campak atau MR
Catatan : Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
(PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI DEPKES)
Jadwal Pemberian Imunisasi wajib Pada bayi
Vaksin Pemberian Interval Umur Keterangan
BCG 1x 4 minggu 0-11 bulan Minimal,
(minimal) tidak ada
batasan
DPT 3x 4 minggu 2-11 bulan maksimal
(minimal)
C. Vaksin Tetanus
Macam vaksin tetanus :
1. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif seperti tetanus toxoid yaitu
racun kuman tetanus yang dilemahkan.
a) Kemasan tunggal (TT)
b) Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
c) Kemasan dengan vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT)
d) Serum yang mengandung kekebalan pasif terhadap tetanus (AST) anti
tetanus serum.
1) Penyebab : Closridium Tetani
2) Penularan : Kuman masuk lewat lika anaerob seperti suplai darah
kurang, kotor, luka tusuk, tembak.
3) Tanda/gejala : Kejang dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut
yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka
(trismus).
D. Jadwal Pemberian Vaksin DPT
1. Pada bayi umur antara 2-11 bulan sebanyak 3x pemberian secara suntikan
dengan selang 4 minggu secara IM
2. Imunisasi ulang lainnya diberikan setelah umur 1,5-2 tahun
3. Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1 SD)
4. Diulang lagi umur 10 tahun (menjelang tamat SD)
5. Bagi yang tidak mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT
sebanyak 2x dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc IM
6. Apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada waktu bayi
maka tetap diberikan 2x suntikan.
7. Bila bayi mempunyai riwayat kejang sebaiknya DPT diganti dengan DT
dengan cara pemberian yang sama dengan DPT
E. Persyaratan Pemberian vaksin DPT
1. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa
berlaku
2. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
3. Mengetahui jadwal vaksinasi
4. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
5. Memperhatiakan dosis yang akan diberikan yaitu 0,5 cc
F. Efek Samping
1. Demam tinggi
2. Pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan selama 1-2 hari.
3. Kadang-kadang demam tinggi dan kejang
G. Kontra Indikasi Pemberian DPT
1. Anak sedang sakit parah
2. Ada riwayat kejang bila demam atau panas tinggi
3. Penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik)
H. Kekebalan aktif yang diperoleh dari vaksin DPT
1. Vaksin difteri 80-95%
2. Vaksin pertusis 50-60%
3. Vaksin tetanus 90-95%
I. Hal-hal yang mungkin Diperhatikan
1. Pemberian imunisasi DPT 3x dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4
minggu secara IM
2. Vaksin yang digunakan jangan sampai beku
3. Sisa vaksin yang sudah dibuka harus dibuang.
J. Reaksi yang Mungkin Terjadi
1. Nyeri pada tempat penyuntikan
2. Kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan, ini
akan sembuh sendiri dan tidak prlu pengobatan.
3. Panas, akan sembuh dalam 1-2 hari. Reaksi ini disebabkan oleh komponen
pertusis dari vaksin DPT.
K. Penyimpanan
1. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8 C dan jangan sampai beku sebab
pembekuan akan merusak potensi vaksin.
L. Persiapan pemberian vaksin DPT
1. Menyiapkan vaksin DPT
2. Sebelum membuka vaksin lihatlah terlebih dahulu labelnya
3. Kocok terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur
4. Cara mengisi semprit DPT
5. Buka tutup metal dengan gergaji ampul
6. Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah
7. Ambil spuit 2 cc
8. Pasanglah jarum DPT ke semprit
9. Usaplah udara kedalam spuit sebanyak 0,6 cc
10. Tusukkan jarum kedalam flakon melalui tutup karet
11. Masukkan udara kedalam flakon dan usaplah vaksin sebanyak 0,6 cc
kedalam semprit.
12. Cabut jarumdari flakon, semprit ditegakkan, lurus ke atas untuk melihat
gelembung udara, apabila ada gelembung udara ketuklah pelan-pelan
supaya gelembung naik ke atas, lalu dorong-dorong piston sampai ukuran
0,5 cc.
a) Mengatur posisi bayi
b) Bayi dipangku ibunya
c) Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang
sisi luar tanga kiri bayi
d) Tangan kanan bayi melingkar kebadan ibu
e) Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat
13. Cara penyuntikan
a) Tempat yang paling baik adalah di bagian paha sebelah luar
b) Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik
c) Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari
d) Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah
e) Tusukkan jarum tegak lurus kebawah melalui kulit anatara jari anda sampai
ke dalam otot
f) Tarik piston sedikit untuk menyakinkan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah
g) Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
h) Cabut jarumnya
14. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Pemberian 3 kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu, secara IM
b) Vaksin yang digunakan jangan sampai beku
c) Sisa vaksin yang sudah dibuka harus di buang
A. KASUS
Hari/Tanggal Pengkajian : 29-9-2020
Jam : 05.00 WITA
PENGKAJIAN
1. Identitas Bayi
a. Nama Bayi : By. N
b. Tanggal Lahir :
c. Umur : 2 bulan
d. Jenis Kelamin : Perempuan
PROLOG
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaaan Umum
a. Kondisi Umum : compos mentis
b. Kemampuan menghisap : bayi mampu menhisap dengan kuat
c. Gerak : gerakan aktif dan menangis kuat
d. Warna : kemerahaan
e. TTV : N: 144x/menit, S: 37 C, respirasi:44x/menit
Pemeriksaan Fisik
Analisa
Bayi Ny. D usia 2 bulan ingin imunisasi Penta 1 dan polio 2
Penatalaksanaan
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Bidan tampak mencuci tangan
2. Pemeriksaan antopometri dan TTV
3. Menjelaskan klien akan di imunisasi pentabio (Difteri Pertusis Tetanus,
influenza, Hepatitis B) dan melakukan inform consent sebelum injeksi pada
klien dan ibu klien
4. Menginjeksikan vaksin pentabio dan memberikan tetesan vaksin polio
5. Observasi reaksi imunisasi dan setelah imunisasi, bebas alergi, bebas respon
inflamasi lokal, tidak ada bengkak
6. Menjelaskan kepada Ibu mungkin klien akan mengalami demam sebagai
efek samping imunisasi pentabio, namun tidak ada efek samping dari
imunisasi polio
7. Menjelaskan pada Ibu untuk tidak menyusui klien sekitar 10-15 menit agar
imunisasi polio dapat bekerja baik, tidak dimuntahkan kembali
8. Memberitahukan jadwal imunisasi berikutnya yaitu pentabio 2 dan polio 3
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. edisi 6.
Penerbit Gramedia: Jakarta.