Disusun Oleh
Kelompok 2 :
SEMESTER IV A
2020
KONSEP DASAR
2
C. Tahapan Masa Nifas
Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :
1. Periode Immediate Postpartum atau Puerperium dini
Merupakan masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur
melakukan pemeriksaaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,
tekanan darah dan suhu.
2. Periode Intermedial atau Early Postpartum (24 jam – 1 minggu)
Di fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu
cukup mendapatkan makanna dan cairan, serta ibu dapat menyusui
bayinya dengan baik.
3. Periode Late Postpartum (1 – 5 minggu)
Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari – hari serta konseling KB.
3
9. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda – tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
10. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
11. Memberikan asuhan secara profesional.
4
4. Pemberian ASI awal.
5. Mengajarkan cara memperat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi
7. Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bdan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi baru lahir dalam keadaan baik.
5
post partum dialami ibu selama masa nifas.
2. Memberikan konseling KB secara dini.
6
3) Perubahan Normal Uterus Selama Postpartum
7
Lochea ini muncul pada hari 3 sampai hari ke 7 masa
postpartum berwarna merah kuning dan sisa darah
bercampur lendir.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leokusit, dan robekan / laserasi
plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14
postpartum.
d) Lochea Alba / Putih
Mengandung leokusit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
e) Lochea Purulenta
Merupakan lochea terjadi karena infeksi, keluar cairan
seperti nanah, dan berbau busuk.
f) Lochiostatis
Merupakan lochea yang tidak lancar keluarnya.
b. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama – sama dengan uterus.
Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2 – 3 jari,
pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.
c. Ovarium dan Tuba Falopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan
progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal
balik dari siklus menstruasi. Dimana dimulainya kembali proses
ovulasi sehingga wanita bisa hamil kembali.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali
secara bertahap dalam 6 – 8 minggu postpartum. Penurunan
8
hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan
mokusa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu ke 4.
e. Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
kecil daripada biasanya, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito bregmatika bila ada laserasi penjahitan dan perawatan.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan
terjadi hal demikian karena inaktifitas motilitas usus karena kurangnya
keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan
defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena adanya
luka episiotomi, pengeluaran cairan yang berlebihan waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemorroid. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet atau makanan yang mengandung
serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil
dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah
atau gliserin spuit atau berikan obat laksan yang lain.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
a. Diuresis Postpartum
Diuresis dapat terjadi setelah 2 – 3 hari postpartum. Diuresis
terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan
kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal
postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan
hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistansi pada saat
kala II persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama
9
proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya
trauma pada saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat
berkurang setelah 24 jam postpartum.
b. Komposisi Urine
Glilokusuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan yang telah
berakhir. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal
yang normal. Blood Urea Nitrogen (BUN) yang meningkat selama
pasca partum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
Pemecahan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan
proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita
melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50 % wanita. Asetonuria
bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi
persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai
dehidrasi.
c. Trauma pada Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema,
sering kali disertai di daerah – daerah kecil hemoragi.
Uretra dan meatus urinarium bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa
nyeri pada panggul yang timbul akbiat dorongan saat melahirkan,
laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah
refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis
pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
4. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur – angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jauh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum
10
menjadi kendor. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6 – 8
minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat – serat
elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya
uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak akibat
besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan
kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
5. Perubahan Sistem Endokrin
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut :
a. Hormon Plasenta
Penurunan hormon Human Placental Lactogen (HPL),
estrogen dan progesteron serta plasental enzyme insulinase
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah
menurun secara bermakna pada nifas. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai
10 % dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan pada hari ke 3 postpartum.
b. Hormon Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kalenjar otak bagian belakang.
Selama tahap kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus kembali ke
bentuk normal.
c. Hormon Prolaktin
Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21
hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan
otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi
11
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel
ovulasi dan menstruasi.
d. Hormon Estrogen dan Progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume
darah. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang
sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
e. Hormon Hipofisis dan fungsi ovarium
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
berperan dalam menekan ovulasi karena kadar hormon FSH
terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui,
disimpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika
kadar prolaktin meningkat. Pada wanita menyusui kadar prolaktin
tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar
prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap
kali menyusui dan banyak makanan tambahan yang diberikan.
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
6. Perubahan Kardiovaskular
Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali
normal pada akhir minggu ke 3 postpartum. Pada persalinan
pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc, bila kelahiran
melalui sectio caeseria kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi akan
naik dan pada sectio caesaria haemokosentrasi cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4 – 6 minggu.
12
7. Perubahan Sistem Hematologi
Pada 2 – 3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun
sekitar 2 % atau lebih. Kira – kira selama kelahiran dan masa
postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 250 – 500 ml. Pada
minggu pertama postpartum berkisar 500 – 800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel
darah merah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan
hematokrit dan hemoglobin hari ke 3 – 7 postpartum dan akan
kembali normal dalam 4 – 5 minggu.
8. Perubahan Tanda – Tanda Vital
a. Suhu Badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37, 5˚C -
38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila dalam keadaaan normal suhu badan
akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena
ada pembentukan ASI. Buah dada menjadi bengkak, berwarna
merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis
atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali
permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan
hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum yang tertunda. Sebagian wanita mungkin saja memiliki
apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia) hal ini
terjadi segera setelah kelahiran dan biasa berlanjut sampai
beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa
memiliki angka denyut jantung serendah 40 – 50 detak per menit.
c. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
13
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan.
14
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
ini.
2. Macam-macam Masalah Adaptasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas
a. Postpartum Blues
Periode emosional stress yang terjadi antara hari ketiga dan ke
10 setelah persalinan. Karakteristik : iritabilitas meningkat,
perubahan mood, cemas, pusing, dan perasaan sedih dan
kesendirian. Penyebabnya ada beberapa faktor yang berperan :
1) Perubahan level hormoneyang terjadi secara tepat
2) Ketidaknyamanan yang diharapkan (payudara bengkak, nyeri
persalinan)
3) Kecemasan setelah pulang dari RS/ tempat bersalin
4) BreastFeeding
5) Perubahan pola tidur
6) Managemen
7) Tidak ada perawatan khusus pada postpartum Blues Jika tidak
ada gelaja yang signifikan
8) Empathy dan support dari keluarga dan staff
9) Jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu bantuan profesional
Cara mengatasi postpartumblues
1) Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan
2) Bicarakan rasa cemas yang dialami
3) Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru
setelah melahirkan
4) Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam
mengurus bayi atau rumah tangga
5) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
6) Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi sedang
tidur
7) Berolah raga ringan
15
8) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
9) Dukungan tenaga kesehatan
10) Dukungan suami, keluarga, teman-teman sesama ibu
11) Konsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar
dapat meminimalisir faktor resikolainnya dan membantu
melakukan pengawasan
b. Depresi Postnatal
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Gejala bisa
muncul pada 1 tahun pertama lebih sering pada 4 bulan pertama
setelah persalinan. Gejala ada selama 2 minggu atau lebih. Jika
depresi parah, akan mengganggu kegiatan seperti makan, tidur dan
berpikir. Adapun gejala dari depresi postnatal adalah :
1) Sering menangis
2) Sulit tidur
4) Gelisah
16
2) Tidur dan makan yang cukup
3) Olahraga
c. PsikosisPostPartum
1) Gangguan tidur
2) Cepat marah
3) Gaya bicara keras
4) Menarik diri dari pergaulan
17
Tahap pertama dari kesedihan adalah adanya syok yang
merupakan respon individual terhadap hilangnya sesuatu, (misal,
manifestasi tindakandalam bentuk penolakan, tidak percaya,
marah, takut, putus asa, merasa sendiri, kesepian, sedih, merasa
terisolasi, menangis, menarik diri, mudah tersinggung, prustasi,
kehilangan kesedihan). Manisfestasi fisik dari
distresssomaticbiasanya berlangsung antara 20-60 menit.
Kehilangan BB nafas cepat, anoreksia, insomnia, kelelahan,
gelisah, tidak bisa mengendalikan diri, sulit bernafas, nyeri kepala,
dan kelemahan pada lengan.
Tahap kedua dari kesedihan adalah merasa menderita pada
tahap ini. Ibu mulai bisa menerima kenyataan yang ada kadang ibu
masih sering terlihat menangis bila melihat kejadian tersebut.
Tahap ketiga ibu sudah bisa menerima kenyataan yang ada dan
mulai mempersiapkan perannya kembali.
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama
bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses
kesembuhan karena habis melahirkan dan untuk memproduksi air susu
yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat 3 kali
dari kebutuhan biasa makanan yang dikonsumsi berguna untuk
melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan, dalam tubuh, proses
memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi
bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
18
menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting karena bayi akan
tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar, sebab ASI
mengandung DHA. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh ibu
saat menyusui, terkait dengan pemenuhan gizi bagi bayi, antara lain :
19
termasuk sumber tenaga adalah yaitu beras, sagu, jagung, dan
tepung terigu, havermountdan ubi.
b. Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-
sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging, ayam, hati,
telur, susu, dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang
merah, kacang hijau, kedelai, tahu, dan tempe) sumber protein
terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju, ketiga makanan
tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi, dan vitamin B
c. Sumber pengatur dan pelindung (Mineral, Vitamin dan Air)
Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (dianjurkan
ibu untuk minum setiap kali habis menyusui). Sumber zat pengatur
dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-
buahan segar.
1) Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang-
kacangan dan sayuran berwarna hijau
2) Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak
sumbernya : susu, keju, dan daging
3) Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusu karena
dibutukan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta
menambah sel darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen
mencukupi kebutuhan sumber zat besi antara lain : kuning
telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran
hijau
4) Yodium
20
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental
dan kekerdilan fisik yang serius sumbernya : minyak ikan, ikan
laut, dan garam beryodium
5) Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi
anak sumbernya : susu dan keju
1) Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi, dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi sumber : kuning telur, hati, mentega,
sayuran berwarna hijau dan buah berwana kuning (wortel,
tomat, dan nangka) selain itu ibu menyusui juga mendapat
tambahan berupa kapsul vitamin A (200.000 IU)
2) Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu
metabolisme, karbohidrat secara cepat oleh tubuh, nafsu makan
baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan
sumbernya : hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan, tomat,
jeruk, nanas, dan kentang bakar
3) Vitamin B2 (Ribuflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu
makan, pencernaan, system urat syaraf jaringan kulit dan mata
sumber : hati, kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan, dan
sayuran berwarna hijau
4) Vitamin B3 (Niacin)
Disebut juga NitocinAcid, dibutuhkan dalam proses
pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf, dan pertumbuhan
sumber : susu, kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging
ayam, kacang-kacangan, beras merah, jamur, dan tomat
21
5) Vitamin B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta
kesehatan gigi dan gusi sumber : gandum, jagung, hati, dan
daging
6) Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan
jaringan syaraf sumber : telur, daging, hati, keju, ikan laut, dan
kerang laut
7) FolicAcid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan perkembangan sel
darah merah dan produksi inti sel sumber : hati, daging, ikan,
jeroan, dan sayuran hijau
8) Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat
(untuk penyembuhan luka) pertumbuhan tulang, gigi, dan gusi,
daya tahan terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada
pembuluh darah, sumber : jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu
biji, mangga, pepaya, dan sayuran
9) Vitamin D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi,
serta penyerapan kalsium dan fosfor, sumbernya antara lain :
minyak ikan, susu, margarin, dan penyinaran kulit dengan sinar
matahari pagi (sebelum pukul 09.00)
10) Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses
pembekuan darah normal. Sumber vitamin K adalah kuning
telur, hati, brokoli, asparagus, dan bayam
22
2. Ambulasi
a. Miksidisebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4
jam.
4. Kebersihan Diri
a. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume
saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar didaerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga
dengan pakaian dalam agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah
sekitarnya akibat lochea.
b. Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormonesehingga keadannya
menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan
23
lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan
wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih
setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioneryang
cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat dan
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan
ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih
banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar
kulit tetap kering.
d. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara
2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrumatau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak
lecet
3) Apabila lecet sangat berat diistirahatkan selama 24jam, ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan Paracetamol1
tablet setiap 4-6 jam
e. Perawatan Perineum dan Vagina
Perawatan luka Perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci
daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB
yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah
anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjurkan untuk mencuci
tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila
pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut
dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar
matahari dan disetrika
24
5. Istirahat
6. Seksual
8. Keluarga Berencana
25
penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode
amenorhelaktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko.
Tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
26
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS
Ibu Ayah
PROLOG
Ibu melahirkan pada hari jumat, 13 maret 2020 pukul 07.00 WITA. Lahir spontan
belakang kepala, bayi lahir segera menangis, berjenis kelamin perempuan dengan
berat badan 2,600 gram, panjang badan 48,5cm, lingkar kepala 33 cm dan tidak
terdapat luka perinium.
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak dapat tidur nyenyak karena bayi sering terbangun saat
malam.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, berat badan 55 kg, tinggi
badan 150 cm, tekanan darah 100/70 mmHg, pernafasan 24x/menit, nadi
27
82x/menit, suhu 36,40C, TFU pertengan pst-simpisis, kontraksi uterus baik, lochea
sanguilenta, laserasi jalan lahir tidak ada,eliminasi ibu BAK sebanyak 4-5 kali
dalam sehari dan BAB 2 hari 1 kali, ibu tidak mengalami tanda bahaya pada masa
nifas dan ibu sudah melakukan kunjungan nifas sebanyak 2 kali di nakes terdekat,
kebiasaan ibu masa nifas adalah tidak tidur di pagi hari dan makan makanan yang
berminyak dan berlemak serta ibu belum ingin menggunakan kontrasepsi dengan
alasan karena menunggu setelah 40 hari.
ANALISA
P1A0 postpartum hari ke- 6.
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan ibu
2. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya bahwa bayinya terbangun pada
malam hari adalah normal. Bayi terbangun karena bayi lebih banyak
menghabiskan waktu tidurnya pada siang hari dan juga karena bayi lapar saat
malam hari.
3. Menganjurkan pada ibu bahwa ibu dapat beristirahat sebentar pada siang hari
agar tidak terlalu lelah pada malam hari saat menyusui nanti.
28
4. Menganjurrkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya dan melakukan
perawatan sehari-hari seperti memandikan bayinya dan melakukan perawatan
talipusat.
5. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang di rebus atau dikukus jika ibu
tidak ingin makanan yang berlemak dan berminyak seperti tempe kukus dan
jangan lupa untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan juga agar ibu tidak
mengalami sembelit dan produksi ASI ibu lancar.
29
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Taufan.dkk. 2014. Buku Ajar Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta :
Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : CV. Trans Info
Media
Sari, Eka Puspita dan Kurnia Dwi Rimandini. 2014. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas (Postnatal Care). Jakarta : CV. Trans Info Media
Wulandari, Setyo Reno dan Sri Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing
30