Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Psoriasis

2.1.1. Definisi

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar


genetik yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan
diferensiasi sel epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga
adanya pengaruh sistem saraf1. Lesi yang khas adalah papul dan plak
yang kronis, berulang, bersisik. Dapat juga terjadi erupsi pustular
dan eritroderma7.

2.1.2. Epidemiologi

Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1-11,8% di berbagai


populasi dunia. Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%) 2.

Psoriasis muncul lebih sedikit banyak pada perempuan


dibandingkan laki-laki3. Penyakit ini terjadi pada segala usia,
tersering pada usia 15-30 tahun. Puncak usia kedua adalah 57-60
tahun. Bila terjadi pada usia dini (15-25 tahun), terkait HLA (Human
Lekocyte Antigen) I antigen (terutama HLA-CW6), serta ada riwayat
keluarga, lesi kulit akan lebih luas dan resisten 2

2.1.3. Etiopatogenesis

Psoriasis melibatkan hiperproliferasi dari keratinosit di epidermis,


dengan peningkatan pergantian sel epidermis. Penyebab peningkatan
penggantian keratinosit tidak diketahui. Tetapi,adanya peran
lingkungan, genetik, dan faktor imunologis 3 .

2
Pasien dengan psoriasis memiliki predisposisi genetik. Lokus
gennya sudah ditentukan. Faktor yang memicunya mungkin tidak
diketahui pada kebanyakan kasus, tetapi kemungkinan imunolgis.
3
Lesi pertama biasanya muncul setelah infeksi saluran nafas atas
.Bila kedua orang tua mengidap psoriasis, risiko seorang mendapat
psoriasis adalah 41%, bila dialami salah satunya 14%, bila 1 saudara
kandung terkena 4%, dan turun menjadi 2% bila tidak ada riwayat
keluarga.Psoriasis Suspectibility 1 atau PSORS1 (6p21.3) adalah
salah satu lokus genetik pada kromosom yang berkontribusi dalam
patogenesis psoriasis. Beberapa alel HLAyang berkaitan adalah HLA
B13 dan HLA DQ9. HLA Cw6 merupakan alel yang terlibat dalam
patogenisis artritis psoriatika serta munculnya lesi kulit yang lebih
dini, HLA CW6 akan mempersentasikan antigen ke sel CD 8+ 2.

Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang


melibatkan berbagai sitokin, kemokin maupun faktor pertumbuhan
yang mengakibatkan gangguan regulasi keratinosit, sel-sel radang,
dan pembuluh darah, sehingga lesi tampak menebal dan berskuama
tebal berlapis.Aktivasi sel T dalam pembuluh limfe setelah sel
makrofag penangkap antigen (APC) melalui major histocompability
complex (MHC) mempersentasikan antigen tersangka dan diikat oleh
sel T naif. Pengikatan sel T terhadap antigen tersebut selain melalui
reseptor sel T harus dilakukan pula oleh ligaan dan reseptor tambahan
yang dikenal dengan kostimulasi. Setelah sel T teraktivasi sel ini
berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori kemudian masuk
dalam sirkulasi sistemik dan bermigrasi ke kulit1. Pada epidermis
akan terdapat banyak sel T yang aktif, yang dapat memicu proliferasi
keratinosit3. Sel T serta keratinosit yang teraktivasi akan melepaskan
sitokin dan kemokin, dan menstimulasi inflamasi lebih lanjut. Selain
itu kedua komponen ini akan memproduksi tumor necrosis factor
(TNFɑ), yang mempertahankan proses inflamasi 2.

3
2.1.4. Faktor Predisposisi

1. Trauma fisikal (fenomena Koebner) adalah faktor mayor


memunculkan lesi; menggosok, menggaruk dan termal
menstimulasi proliferasi psoriasis1.

2. Bakteri,virus, dan jamur merupakan faktor pembangkit psoriasis.


Endotoksin bakteri, berperan sebagai superantigen dapat
mengakibatkan patologik dengan aktivasi sel limfosit T,
makrofag, sel langerhans dan keratinosit. Penelitian sekarang
menunjukan bahwa superantigen streptokokus dapat memicu
ekspresi antigen limfosit kulit yang berperan dalam migrasi sel
limfosit1.

3. Stress merupakan faktor yang menjadi pencetus yang mungkin


diperentarai mekanisme neuroimunologis, pada orang dewasa
berpengaruh 40% dan lebih tinggi pada anak-anak1

4. Obat-obatan : beta-bloker, ACEI, antimalaria, litium, nonsteroid


antiinflamasi, gembfibrosil dan beberapa antibiotik1

5. Kegemukan, obesitas, diabetes melitus maupun sindroma


metabolik dapat memperparah kondisi psoriasis1

6. Konsumsi alkohol diduga juga mencetuskan terjadinya psoriasis7

2.1.5. Gambaran Klinis

Gambaran klasik berupa papul eritematosa dengan skuama putih


keperakan, lamelar, dan mudah dilepas akibat garukan disertai titik-
titik pendarahan bila skuama dilepas (Auspitz sign), papul kemudian
menjadi plak yang bergabung membentuk pola polisklik atau
serpiginosa7.Berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat
menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simetris1.

4
Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi
tetapi tidak mengganggu rambut. Penampilan berupa infiltrat
eritematosa, eritema yang muncul bervariasi dari yang sangat cerah
biasanya diikuti gatal sampai merah pucat. Pada lidah dapat dijumpai
plak putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik.
Fenotip psoriasis dapat berubah-ubah, dari asimtomatik sampai
dengan generalisata (eritroderma). Stadium akut dapat dijumpai pada
orang muda, tetapi dalam waktu tidak terlalu lama dapat berjalan
kronik residif 1.

Klasifikasi psoriasis, antara lain :

a) Psoriasis plakat

Kira-kira 90% pasien mengalami psoriasis vulgaris, dan biasanya


disebut psoriasis plakat kronik. Lesi ini biasanya dimulai dengan
makula eritematosa berukuran kurang dari 1 cm atau papul yang
melebar ke arah pinggir dan bergabung beberapa lesi menjadi
satu, berdiameter 1 sampai beberapa sentimeter. Lingkaran putih
pucat mengelilingi lesi psoriasis plakat yang disebut dengan
Woronoff’s ring. Dengan proses pelebaran lesi yang berjalan
bertahap maka bentuk lesi dapat beragam seperti bentuk utama
kurva linear (psoriasis girata), lesi mirip cincin (psoriasis anular),
dan papul berskuama pada mulut folikel polisebaseus (psoriasis
folikularis). Psoriasis hiperkeratotik tebal berdiameter 2-5 cm
disebut plak rupioid, sedangkan plak hiperkeratotik tebal
berbentuk cembung menyerupai kulit tiram disebut plak
ostraseus. Umumnya dijumpai di skalp, siku, lutut, punggung,
lumbal dan retroaurikular, biasanya bilateral,seringkali simetris
(pada area predileksi), dan sering pada daerah terbuka. Hampir
70% pasien mengeluh gatal, rasa terbakar dan nyeri, terutama bila

5
kulit kepala terserang. Uji auspitz ternyata tidak spesifik untuk
psoriasis, karena uji positif dapat dijumpai pada dermatitis
seboroik dan dermatitis kronis lainnya1.

b) Psoriasis inversa

Ditandai dengan letak lesi di daerah intertriginos, tampak lembab


dan eritermatosa. Bentuknya agak berbeda dengan psoriasis
plakat karena nyaris tidak berskuama dan merah merona,
mengkilap, berbatas tegas, sering kali mirip dengan ruam
intertrigo, misalnya infeksi jamur. Lesi dijumpai di daerah aksila,
fosa antekubital, poplitea, lipat inguinal, inframamae, dan
perineum1.

c) Psoriasis gutata

Jenis ini khas pada dewasa muda, bila terjadi pada anak sering
bersifat swasirna. Bentuk spesifik yang dijumpai adalah lesi
papul eruptif berukuran 1-10 mm berwarna merah salmon,
menyebar secara diskret secara sentripetal terutama badan, dapat
mengenai ekstremitas dan kepala. Infeksi streptococcus beta
hemolitikus dalam bentuk faringitis, laringitis, atau tonsilitis
sering mengawali munculnya psoriasis gutata pada pasien
dengan predisposisi genetik1.

d) Psoriasis pustulosa

Manifestasi psoriasis dapat pula komplikasi lesi klasik dengan


pencetus putus obat kortikosteroid sistemik, infeksi, ataupun
pengobatan topikal bersifat iritasi. Psoriasis pustulosa lokalisata
pada palmoplantar menyerang daerah hipotenar dan tenar,
sedangkan pada daerah plantar mengenai sisi dalam telapak kaki
atau dengan sisi tumit. Perjalanan lesi kronis residif dimulai

6
dengan vesikel bening, vesikopustul, pustul yang parah dan
makulopapular kering coklat. Bentuk kronik disebut
akrodermatitis kontinua supuratica dari hallopeau, ditandai
dengan pustul yang muncul pada ujung jari tangan dan kaki, bila
mengering menjadi skuama yang meninggalkan lapisan merah
kalau skuama dilepas. Psoriasis pustulosa jenis von Zumbusch
terjadi bila pustul yang muncul sangat parah dan menyerang
seluruh tubuh, sering diikuti dengan gejala konstitusi. Keadaan
ini bersifat sistemik dan mengancam jiwa. Tampak kulit yang
merah, nyeri, meradang dengan pustul milier tersebar diatasnya.
Pustul terletak nonfolikuler, putih kekuningan, terasa nyeri,
dengan dasar eritematosa. Pustul dapat bergabung membentuk
lake of pustul, bila mengering dan krusta lepas meninggalkan
lapisan merah terang1.

e) Eritroderma

Lesi jenis ini harus dibedakan menjadi dua bentuk; psoriasis


universialis yaitu lesi psoriasis plakat (vulgaris) yang hampir
seluruh tubuh, tidak diikuti gejala demam atau menggigil, dapat
disebabkan kegagalan terapi psoriasis. Bentuk kedua adalah
bentuk yang lebih akut sebagai peristiwa mendadak vasodilatasi
generalisata, keadaan ini dapat dicetuskan oleh infeksi, tar, obat
atau putus obat kortikosteroid. Kegawatdaruratan dapat terjadi
disebabkan terganggunya sistem panas tubuh, payah jantung,
kegagalan fungsi hati dan ginjal1.

f) Psoriasis kuku

Hampir dijumpai pada 40-50% kasus, meningkat siring durasi


dan ekstensi penyakit. Kuku jari tangan berpeluang lebih sering
terkena. Lesi beragam, terbanyak 65% kasus merupakan sumur-

7
sumur dangkal (pits). Bentuk lainnya adalah kuku berwarna
kekuning-kungingan disebut yellowish dis coloration atau oil
spots, kuku yang terlepas dari dasarnya (onikolisis),
hiperkeratosis subungual merupkan penebalan kuku dengan
hiperkeratotik, abnormalitas lempeng kuku berupa sumur-sumur
kuku yang dalam dapat membentuk jembatan-jembatan
mengakibatkan kuku hancur dan splinter haemorhagge1.

g) Psoriasis artritis

Manifestasi pada sendi sebanyak 30% kasus. Psoriasis tidak


selalu dijumpai pada pemeriksaan kulit, tetapi seringkali pasien
datang pertamakali datang untuk keluhan sendi. Keluhan pasien
yang sering dijumpai adalah artritis perifer, entesitis, tenosivitis,
nyeri tulang belakang dan atralgia non spesifik, dengan gejala
kekakuan sendi pada pagi hari, nyeri sendi persisten, atau nyeri
sendi fluktuatif bila psoriasis kambuh1.

2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis psoriasis hampir selalu dibuat berdasarkan


penemuan secara klinis. Dapat dibantu dengan pemeriksaan Auspitz
sign ( titik-titik perdarahan bila skuama diangkat), fenomena tetesan
lilin (digores benda agak tajam, maka bagian bening akan tampak
lebih putih, bentuk linear) dan fenomena Koebner (munculnya lesi
serupa setelah 3 minggu di tempat gooresan atau gosokan). Biopsi
kulit dapat mengkonfirmasi psoriasis, biasanya untuk kasus atipikal
atau menyingkirkan keadaan lain pada kasus yang tidak pasti2.
Gambaran histopatologi didapatkan pada psoriasis plakat yang matur
dijumpai tanda spesifik berupa penebalan dengan elongasi seragam
dan penipisan epidermis di atas papila dermis. Masa sel epidermis 3-5

8
kali dan masih banyak dijumpai sel epidermis meningkat 3-5 kali dan
masih banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basa. Ujung rete ridge
berbentuk gada yang sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya.
Tampak hiperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau
menghilangnya stratum granulosum. Pembuluh darah di papila
dermis yang membengkak tampak memanjang, melebar dan
berkelok-kelok. Pada lesi awal di dermis bagian atas tepat di bawah
epidermis tampak pembuluh darah dermis yang jumlahnya lebih
banyak daripada kulit normal. Infiltrat sel radang limfosit, makrofag,
sel dendrit dan sel mast terdapat sekitar epidermis. Gambaran spesifik
psoriasis adalah bermigrasinya sel radang granulosit limfositik
berasal dari ujung subset kapiler dermis mencapai bagaian atas
epidermis yaitu lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut
mikroabses. Munro atau pada lapisan spinosum yang disebut
spongiosum pustules of Kogoj1.

2.1.7. Tata Laksana

Penetapan keparahan psoriasis penting dilakukan untuk


menentukan pengobatan, diperkirakan 40 cara dipakai untuk
penilaian tersebut. Pengukuran keparahan psoriasis yang biasa
dilakukan di lapangan antara lain : luas permukaan badan (LPB),
psoriasis area severity index (PASI), dermatology life quality index
(DLQI)1.

Cara menghitung Psoriasis area severity index (PASI) yaitu dari


intensitas dan body surface area (BSA) dari plak psoriatik yang
dihitung secara terpisah pada empat daerah anatomi (kepala, badan,
ekstremitas atas dan bawah). Intensitas eritema, deskuamasi, dan
indurasi di nilai menggunakan skala 0-4. Skala 0 berarti tidak ada,
skala 1 ringan, 2 sedang, 3 berat, dan 4 sangat berat. Persentase
keterlibatan keempat wilayah anatomi menggunakan skala dari 0-6, o
berarti tidak ada, 1 = 1-9%, 2=10-29%, 3 = 30-49%, 4= 50-69%,

9
5=70-89%, dan 6=90-100% dari body surface area (BSA). Skor > 12
berarti psoriasis berat, skor 7-12 berarti psoriasis sedang, skor <7
berarti psoriasis ringan11.

Pada psoriasis ringan-sedang, terapi yang dipilih adalah terapi


topikal, sedangkan indikasi pengobatan sistemik pada psoriasis antara
lain, PASI >10, PASI < 10 tapi diikuti keterlibatan kepala, wajah,
kuku, palmoplantar,atau bagian genital, psoriasis terkait dengan
gejala berat yang tidak dapat dikendalikan oleh pengobatan topikal;
penyakit berdampak parah pada kualitas hidup (mis., DLQI ≥10).
Terakhir, kehadiran arthritis psoriatik aktif dapat memerlukan
perawatan sistemik secara independen dengan skor PASI 12.
Penggunaan terapi topikal berdasarkan derajat dan lokasi lesi
digambarkan pada gambar13 2.1

Gambar 2.1

Terapi Topikal untuk Manajemen Psoriasis.

a) Pengobatan Topikal

1. Topikal kotrikosteroid

Bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi, dan


vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan
psoriasis secara tunggal atau kombinasi. Terapi jenis ini masih

10
diminati karena efektif, relatif cepat, ditoleransi dengan baik,
mudah digunakan, dan tidak terlalu mahal dibanding alternatif
terapi lainnya. KT diklasifikasikan menjadi tujuh kelas
menurut sistem Amerika dengan kelas I merupakan super poten
dan kelas VII menunjukkan potensi yang paling rendah. Pada
dewasa dianjurkan pemberian KT poten tidak melebihi 45 gram
per minggu atau KT potensi menengah tidak melebihi 100 gram
per minggu. Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per
hari tergantung dermatosis dan area yang terkena. Pengolesan
lebih dari 2 kali tidak memberikan perbedaan bermaknan,
bahkan dapat mengurangi kepatuhan pasien. Bila menggunakan
potensi sedang atau kuat, cukup dioleskan 1 kali sehari. Perlu
diingat bahwa makin sering dioleskan makin mudah terjadi
takifilaksis. Lama pemakaian tidak lebih dari 4-6 minggu untuk
steroid potensi lemah, dan tidak lebih dari 2 minggu untuk
potensi kuat10. Obat topikal paling efektif untuk mencapai
peningkatan perbaikan yang cepat dengan menggunakan
kortikosteroid tipe super poten yang mempunyai efek samping
yang harus dipehatikan dengan ketat 1.

Pada tabel 2.1 dapat dilihat perbandingan obat


kortikosteroid topikal super poten13.

Tabel 2.1 perbandingan obat kortikosteroid topikal super poten.

Perbandinga Betamethasone Disflorasone diacetat Clobetasol proprionate Halobetasol


n dipropionaate 0,05% 0,05% 0,05% Proprionate
0,05%
Indikasi Psoriasis, dermatitis, Inflamasi dan pruritus Pengobatan jangka pendek Inflamasi dan
linken planus, pruritis dari dermatosis yang untuk dermatosis yang pruritus dari
anogenital. Inflamasi responsive terhadap lebih resisten misalnya dermatosis yang
kortikosteroid. eczema yang telah lama, responsive
dan pruritus dari
Umumnya paling efektif linken planus, lupus terhadap
psoriasis yang resisten dalam dermatosis akut eritematosus discoid dan kortikosteroid
atau yang berat dan atu kronik misalnya kondisi lain yang tidak
dermatosis lain yang seboroik, dermatitis memberi respon
responsif terhadap atopic, lokal memuaskan dengan steroid
kortikosteroid neurodermatitis, yang kurang kuat.
anogenital pruritus,
psoriasis, fase akhir
dermatitis kontak alergi

11
dan inflamasi dari
xerosis.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Pada pasien dengan Hipersensitivitas terhadap Pada pasien
kortikosteroid, riwayat hipersensitivitas clobetasol proprionate atau dengan riwayat
penyakit karena virus, terhadap diflorasone dan kortikosteroid lain, hipersensitivitas
infeksi bakteri dan beberapa komponen dari rosasea, dermatitis terhadap salah
jamur, akne, rosasea sediaan. perioral, infeksi virus satu komponen
dan dermatitis perioral, kutaneus primer, lesi kulit sediaan.
hindari kontak dengan terinfeksi oleh bakteri,
mata virus dan jamur, akne,
anak < 1 tahun, erupsi
karena popok, pruritus
genital dan perianal,.
Hidari penggunaan pada
wajah, daerah berambut,
paha, dan mata, ibu hamil,
laktasi.
Efek Samping Rasa terbakar atau Penyerapan sistemik Perubahan berupa atrofi Efek samping
panas, nyeri tersengat, setelah pemberian dapat kulit lokal, perubahan yang umum yaitu
gatal, iritasi, kulit mengakibatkan pigmentasi kulit menyengat
kering, folikulitis, manifestasi dari Cushing (hipopigmentasi), reaksi dan rasa terbakar,
hipertrikosis, erupsi Syndrom, hiperglikemia, hipersentivitas, rasa kemerahan, galat,
menyerupai akne, dan glukosuria dalam terbakar, iritasi, perih, kulit kering, dan
hipopigmentasi, beberapa pasien. Efek nyeri, gatal, kulit pecah- folikulitis. Efek
dermatitis perioral, samping lokal meliputi pecah (striae), kulit kering, samping yang
dermatitis kontak gatal, rasa terbakar, folikulitis, hipertrikosis, serius meliputi
alergi, maserasi kulit, iritasi, kulit kering, erupsi menyerupai akne, jerawat, infeksi
infeksi sekunder, atrofi folikulitis, hipertrikosis, hipopigmentasi, dermatitis kulit,
kulit, striae dan erupsi menyerupai perioral, dermatitis kontak hiperglikemia dan
miliaria. akneformis, alergi, maserasi kulit, Cushing Syndrom
hipopigmentasi, infeksi sekunder, miliaria.,
dermatitis perioral, pelebaran pembuluh darah,
dermatitis kontak alergi, dan Cushing Syndrom.
maserasi kulit, infeksi
sekunder, atrofi kulit,
striae dan miliaria.

Dari tabel diatas, dipilih Betamethasone dipropionaate


0,05% dengan efek samping paling sedikit dibandingkan
kortikosteroid super poten topikal lainnya13.

Kortikosteroid memiliki efek samping yang terjadi apabila


penggunaan kortikosteroid yang lama dan berlebihan,
penggunaan kortikosteroid dengan potensi kuat atau sangat kuat
atau penggunaan secara oklusif. Harus diingat bahwa makin
tinggi potensi kortikosteroid makin cepat tejadinya efek
samping. Gejala efek samping antara lain atrofi, striae atrofise,
telangiektasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis

12
setempat, hipopigmentasi, dermatitis perioral, menghambat
penyembuhan ulkus, infeksi mudah terjadi dan meluas,
gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur. Selain itu peru
dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis ialah menurunnya
respon kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat
yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek
vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari, efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan
menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan10.

Teknik aplikasi pengolesan KT, aplikasi sederhana oleskan


salep tipis merata, pijat perlahan-lahan.9 Penggunaan
kortikosteroid topikal dapat 1-2x, pemberian 1x sehari
menurunkan kejadian efek samping lokalnya. Waktu pemberian
yang tepat adalah saat sesudah mandi karena meningkatkan daya
penetrasi obat dan efektivitasnya9. Perbaikan dicapai dalam
waktu 2-4 pekan. Sediaan dapat berupa salep atau krim. Pada
selap, terdapat indikasi yaitu dermatosis yang dalam dan kronik,
karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibanding bahan
dasar lainnya, dermatitosis yang bersisik dan berkrusta,
kontraindikasi adalah dermatitis madidans, jika kelainan kulit
terdapat bagian tubuh yang berambut. Pada krim, terdapat
indikasi yaitu indikasi kosmetik, dermatosis yang subakut dan
luas,yang dikehendaki adalah penetrasi yang lebih besar
daripada bedak kocok, dan krim boleh digunakan pada daerah
berambut10.

2. Kalsiprotriol

13
Kalsiprotriol adalah analog vitamin D yang mampu
mengobati psoriasis ringan-sedang. Mekanisme kerja dari
sediaan ini adalah antiproliferasi sel, dan meningkatkan
diferensiasi juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari
keratinosit maupun limfosit. Tidak seefektif kortikosteroid
superpoten, tetapi tidak memiliki efek samping yang
mengancam seperti kortikosteroid. Kalsiprotriol tersedia dalam
bentuk krim, salap atau solusio yang dipakai 2x sehari,
sedangkan bentuk salap cukup 1x sehari, dengan konsentrasi
0,005%. Kalsipotriol efeknya tidak akan menurun walau
digunakan dalam waktu jangka panjang. Respons terapi terlihat
lebih lambat bahkan awalnya tampak lesi menjadi merah.
Penyembuhan baru tampak setelah pemakaian obat 14-78 hari.
Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa terbakar dapat timbul pada
awal keberhasilan terapi.Vitamin D dan kortikosteroid poten
mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila
dibandingkan dengan vitamin D tunggal atau kortikosteroid13.

Penggunaan kombinasi dari kalsipotriol dan topikal


kortikosteroid lebih efektif dalam mengobati psoriasis. Dengan
penggunaan kedua obat tersebut bersamaan, dalam beberapa
minggu, lalu menggunakan dosis denyut kortikosteroid pada saat
“weekend” dan kalsipotriol pada saat “weekday”, dan akhirnya
hanya menggunakan kalsiprotiol15.

Penggunaan fixed-dosed telah disetujui FDA (Food and


Drug Administration) untuk digunakan pada psoriasis dengan
umur diatas 12 tahun. Merupakan produk kombinasi yang terdiri
dari 0,005% calcipotriene hydrate, dan 0,05% betametason
diproprionate, dioleskan pada area yang terdapat lesi, 1x sehari
selama 4 minggu, tidak direkomendasikan lebih dari 60 g dan
100 g per minggu, untuk ibu hamil kategori C. Aplikasi
dihentikan ketika psoriasis telah terkontrol. Penggunaan
kombinasi dari calcipotriol/betamethasone dipropionate dapat

14
satu sampai dua kali, penggunaan sekali atau dua kali
menunjukan hasil yang sama pada penurunan skor PASI .
Penggunaan selama 4 minggu, dapat menurunkan skor PASI
mencapai 75% dari 73,3% subjek yang menggunakan kombinasi
dibandingkan 48,3% subjek yang menggunakan kalsipotriol
monoterapi15.

Topikal kortikosteroid menunjukan efek imunosupresifnya,


sedangkan analog vitamin D mempengaruhi diferensiasi
epidermal dan fungsi sel T. Topikal kortikosteroid dapat
menurunkan efek samping iritasi dari analog vitamin D, dan
analog vitamin D menurunkan efek samping dari penggunaan
kortikosteroid topikal15.

Selama beberapa tahun untuk menghindari efek


kortikosteroid super poten, digunakan cara “weekend therapy’
dengan tidak ada yang digunakan pada saat hari kerja. Studi
double-blind menggunakan plasebo sebagai kontrol untuk
melihat apakah penambahan salep Kalsiprotriol 2x kali sehari
pada hari kerja dan salep superpoten (halobetasol) pada akhir
pekan akan menghasilkan manfaat. Tujuh puluh enam persen
pasien yang menggunakan salep halobetasol pada akhir pekan
dan kalsipitriol pada hari kerja mempertahankan remisi selama 6
bulan dibandingkan hanya 40% dari mereka yang menggunakan
kortikosteroid pada hari kerja13 .

3. Retinoid topikal

Acetylenic retinoid adalah asam vitamin A dan sintetik


analog dengan resepto β dan ʮ. Tazaroten menormalkan
proliferasi dan diferensiasi keratinosit serta menurunkan sel
radang. Tazaroten telah disetujui FDA sebagai pengobatan
psoriasis. Reaksi iritasi, juga dapat mengakibatkan reaksi

15
fototoksik. Tazarotene 0,1% lebih efektif dibanding 0,05% pada
pemakaian 12 minggu sediaan ini lebih efektif dibanding
vehikulum dalam meredakan skuama dan infiltrat psoriasis1.

4. Ter dan Antralin

Ter berasal dari destilasi destruktif bahan organik, misal


kayu batubara dan fosil ikan. Tar dapat dikominasikan dengan
ultraviolet B yang dikenal dengan rejimen Goeckerman, yang
meningkatkan khasiatnya. Ter merupakan senyawa aman untuk
pemakaian psoriasis ringan-sedang, namun pemakaiannya
membuat kulit lengket, mengotori pakaian, berbau, kontak iritan,
terasa terbakar dan dapat terjadi fotosintesis.

Antralin disebut sebagai ditranol mempunyai efek


antimitotik dan menghambat enzim proliferasi. Sediaan ini dapat
juga dipakai sebagai kombinasi dengan fototerapi yang dikenal
dengan formulasi ingram. Biasanya dimulai dengan antralin
konsentrasi terendah 0,05 sekali sehari dengan kontak singkat
(15-30%). Obat ini mampu membersihkan lesi psoriasis. Efek
samping yang dijumpai adalah iritasi dan memberikan noda pada
bahan-bahan tenun1.

b) Fototerapi

Fototerapi memiliki kemampuan menginduksi apoptosis,


imunosupresan, mengubah profil sitokin dan mekanisme
lainnya. Psoriasis sedang sampai berat dapat diobat dengan
UVB, kombinasi dengan ter meningkatkan efektivitas terapi.
Efek samping cepat berupa sunburn, eritema, vesikulasi dan
kulit kering. Efek jangka panjang berupa penuaan kulit dan
keganasan kulit yang masih sulit dilakukan. Pemakaian UVB
spektrum sempit lebih dipilih karena lebih aman dibanding

16
PUVA yang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa,
karsinoma sel basal dan melanoma malignan1.

c) Pengobatan Sistemik

Biasanya dipakai pada psoriasis berat termasuk psoriasis


luas, eritroderma atau psoriasis pustulosa generalisata atau
psoriasis artritis1.

Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit, dan


produksi sitokin, oleh karena itu bersifat imunosupresan. Sangat
berkhasiat untuk psoriasis tipe plakat berat rekasitran, dan juga
merupakan indikasi untuk penangan jangka panjang pada
psoriasis berat seperti psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Metrotreksat tidak boleh untuk ibu hamil.
Berinteraksi dengan sejumlah obat, mengganggu fungsi hati dan
sistem hematopoetik. Dosis pemakaian untuk dewasa dimulai
dengan dosis rendah 7,5-15 mg, setiap minggu, dengan
pemantauan ketat pemeriksaan fisik dan penunjang1

2.1.8. Perhitungan Finger Tips Unit pada obat topikal

Kebutuhan pasien setiap kali mengoleskan obat topikal


dapat dihitung menggunakan Fingertip Unit (FTU), yang mana
1 FTU untuk laki-laki setara dengan 0,5 gram setara dengan 312
cm2, sedangkan untuk perempuan 1 FTU setara dengan 0,4 gram
setara dengan 257 cm2. Karena ukuran lesi dalam kasus ini
bersifat regional, maka dapat menggunakan jumlah TFU yang
tertera pada gambar 2.19

17
Gambar 2.2

Pengukuran Finger Tip Unit

Adapun panduan pemberian FTU pada orang dewasa


berdasarkan luar regio, pada foto 2.2.

Gambar 2.3

FTU pada Orang Dewasa Berdasarkan Regio

2.1.9. Prognosis

Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited)


dalam 12-16 minggu tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa
pasien menjadi lesi plakat kronik. Psoriasis tipe plakat kronis
berlangsung seumur hidup, dan interval antar gejala tidak dapat
diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada 50% pasien dalam
waktu yang bervariasi. Eritroderma dan generalized pustular psoriasi
memiliki prognosis yang lebih buruk dengan kecenderungan
menjadipersisten2

18
2.2. Dermatitis Numularis

2.2.1. Definisi

Peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi


berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas,
dengan efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah
pecah 4.

2.2.2. Epidemiologi

Lebih sering terjadi pada pria. Usia puncak awitan pada


kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada wanita usia
puncak terjadi juga pada usia 15-25 tahun. Tidak ditemukan
pada anak, jarang pada anak dibawah satu tahun. Kejadian
meningkat seiring dengan meningkatnya usia 5

2.2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebabnya tidak diketahui. Sebagian besar pasien


dermatitis numularis memiliki riwayat atopi. Berbagai faktor
turut berperan dalam kelainan ini. Pada pasien berusia lanjut
dengan dermatitis numularis didapatkan kelembapan kulit yang
menurun, sebuah studi menemukan fokus infeksi internal
meliputi infeksi gigi, infeksi saluran nafas atas, dan saluran
nafas bawah pada 68% pasien dermatitis numularis. Peranan
alergen lingkungan, misalnya tungau debu rumah dan Candida
albican 4. Lesi dapat muncul setelah trauma(fenomena Koebner).
Pada sejumlah kasus, stres emosional dan minuman
mengandung alkohol dapat pula memicu kekambuhan5.

2.2.4. Gambaran Klinis

19
Mengeluh sangat gatal yang bervariasi dari ringan sampai
berat. Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin
berbatas tegas yang terbentuk dari papul dan papulovesikel
yang berbentuk konfluens. Lambat laun vesikel pecah dan
terjadi eksudasi pin point. Selanjutnya eksudat mengering dan
menjadi krusta kekuningan. Pada tepi plak dapat muncul lesi
papulovesikuler kecil yang kemudian berkonfluens dengan plak
tersebut sehingga meluas. Diameter plak biasanya 1-3 cm,
walau jarang, lesi dengan diameter 10 cm pernah dilaporkan.
Kulit disekitar lesi biasanya normal, namun bisa jadi kering.
Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga menyerupai lesi
dermatomikosis. Dalam 1-2 minggu lesi memasuki fase kronik
berupa plak dengan skuama dan likenifikasi. Jumlah lesi dapat
hanya satu atau multipel dan tersebar pada ekstremitas bawah
atau simetris. Distribusi lesi yang klasik adalah pada aspek
ekstensor ekstremitas. Pada perempuan, ekstremitas atas
termasuk punggung tangan lebih sering terkena. Selain itu
kelainan dapat pula ditemukan di badan4

2.3 Tinea Corporis

2.3.1. Definisi

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak


berambut (glabrosa) pada bagian lain yang tidak termasuk pada
5 tinea lainnya.Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut dan kuku 6.

2.3.2. Epidemiologi

Tinea korporis adalah infeksi yang lebih sering pada iklim


yang panas dan lembab. Tinea rubrum adalah penyebab tersering

20
di dunia merupakan 47% sumber dari kasus tinea korporis. Tinea
korporis terjadi pada laki-laki dan perempuan, mengenai semua
umur tapi lebih sering pada remaja. Tinea korporis diperoleh
dari hewan lebih umum pada anak-anak 6.

2.3.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyakit ini dapat ditularkan autoinokulasi dari bagian lain


di tubuh, contohnya tinea pedis (T.rubrum, T.mentagrophytes).
Kontak langsung atau tidak langsung dari orang lain yang
terkena. Kontak dengan binatang yang memiliki lesi aktif
(T.verrucosum, M.canis), atau jarang dari tanah (M.gypseum) 7.

2.3.4. Gejala Klinis

Dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai


morfologi khas, penderita merasa gatal dan kelainan berabatas
tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit. Lesi bulat
atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang
dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya
lebih tenang (central healing). Kadang-kadang terlihat erosi dan
krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan
bercak-bercak terpisah satu dengan yang lainnya. Kelainan kulit
dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir polisiklik,
karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan
tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-
anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat
infeksi baru pertama kali. Pada tinea korporis yang menahun,
tanda radang akut biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat
terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan
kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea korporis et

21
kruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh T.rubrum
biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea ungium8.

2.3.5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan


diagnosis terdiri atas sediaan langsung dan biakan. Pada
pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan
bahan klinis yng berupa kerokan kulit. Terlebih dahulu tempat
kelainan dibersihkan dengan spuritus 70% kemudian bagian tepi
kelainan sampai dengan bagian sedikit di luas kelainan sisik
kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril. Sediaan basah
dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan KOH, KOH yang digunakan pada
kulit adalah KOH 20%; pada sediaan kulit dan kuku yang
terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat
dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit lama dan/sudah diobati8.

22

Anda mungkin juga menyukai