TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Psoriasis
2.1.1. Definisi
2.1.2. Epidemiologi
2.1.3. Etiopatogenesis
2
Pasien dengan psoriasis memiliki predisposisi genetik. Lokus
gennya sudah ditentukan. Faktor yang memicunya mungkin tidak
diketahui pada kebanyakan kasus, tetapi kemungkinan imunolgis.
3
Lesi pertama biasanya muncul setelah infeksi saluran nafas atas
.Bila kedua orang tua mengidap psoriasis, risiko seorang mendapat
psoriasis adalah 41%, bila dialami salah satunya 14%, bila 1 saudara
kandung terkena 4%, dan turun menjadi 2% bila tidak ada riwayat
keluarga.Psoriasis Suspectibility 1 atau PSORS1 (6p21.3) adalah
salah satu lokus genetik pada kromosom yang berkontribusi dalam
patogenesis psoriasis. Beberapa alel HLAyang berkaitan adalah HLA
B13 dan HLA DQ9. HLA Cw6 merupakan alel yang terlibat dalam
patogenisis artritis psoriatika serta munculnya lesi kulit yang lebih
dini, HLA CW6 akan mempersentasikan antigen ke sel CD 8+ 2.
3
2.1.4. Faktor Predisposisi
4
Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi
tetapi tidak mengganggu rambut. Penampilan berupa infiltrat
eritematosa, eritema yang muncul bervariasi dari yang sangat cerah
biasanya diikuti gatal sampai merah pucat. Pada lidah dapat dijumpai
plak putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik.
Fenotip psoriasis dapat berubah-ubah, dari asimtomatik sampai
dengan generalisata (eritroderma). Stadium akut dapat dijumpai pada
orang muda, tetapi dalam waktu tidak terlalu lama dapat berjalan
kronik residif 1.
a) Psoriasis plakat
5
kulit kepala terserang. Uji auspitz ternyata tidak spesifik untuk
psoriasis, karena uji positif dapat dijumpai pada dermatitis
seboroik dan dermatitis kronis lainnya1.
b) Psoriasis inversa
c) Psoriasis gutata
Jenis ini khas pada dewasa muda, bila terjadi pada anak sering
bersifat swasirna. Bentuk spesifik yang dijumpai adalah lesi
papul eruptif berukuran 1-10 mm berwarna merah salmon,
menyebar secara diskret secara sentripetal terutama badan, dapat
mengenai ekstremitas dan kepala. Infeksi streptococcus beta
hemolitikus dalam bentuk faringitis, laringitis, atau tonsilitis
sering mengawali munculnya psoriasis gutata pada pasien
dengan predisposisi genetik1.
d) Psoriasis pustulosa
6
dengan vesikel bening, vesikopustul, pustul yang parah dan
makulopapular kering coklat. Bentuk kronik disebut
akrodermatitis kontinua supuratica dari hallopeau, ditandai
dengan pustul yang muncul pada ujung jari tangan dan kaki, bila
mengering menjadi skuama yang meninggalkan lapisan merah
kalau skuama dilepas. Psoriasis pustulosa jenis von Zumbusch
terjadi bila pustul yang muncul sangat parah dan menyerang
seluruh tubuh, sering diikuti dengan gejala konstitusi. Keadaan
ini bersifat sistemik dan mengancam jiwa. Tampak kulit yang
merah, nyeri, meradang dengan pustul milier tersebar diatasnya.
Pustul terletak nonfolikuler, putih kekuningan, terasa nyeri,
dengan dasar eritematosa. Pustul dapat bergabung membentuk
lake of pustul, bila mengering dan krusta lepas meninggalkan
lapisan merah terang1.
e) Eritroderma
f) Psoriasis kuku
7
sumur dangkal (pits). Bentuk lainnya adalah kuku berwarna
kekuning-kungingan disebut yellowish dis coloration atau oil
spots, kuku yang terlepas dari dasarnya (onikolisis),
hiperkeratosis subungual merupkan penebalan kuku dengan
hiperkeratotik, abnormalitas lempeng kuku berupa sumur-sumur
kuku yang dalam dapat membentuk jembatan-jembatan
mengakibatkan kuku hancur dan splinter haemorhagge1.
g) Psoriasis artritis
8
kali dan masih banyak dijumpai sel epidermis meningkat 3-5 kali dan
masih banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basa. Ujung rete ridge
berbentuk gada yang sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya.
Tampak hiperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau
menghilangnya stratum granulosum. Pembuluh darah di papila
dermis yang membengkak tampak memanjang, melebar dan
berkelok-kelok. Pada lesi awal di dermis bagian atas tepat di bawah
epidermis tampak pembuluh darah dermis yang jumlahnya lebih
banyak daripada kulit normal. Infiltrat sel radang limfosit, makrofag,
sel dendrit dan sel mast terdapat sekitar epidermis. Gambaran spesifik
psoriasis adalah bermigrasinya sel radang granulosit limfositik
berasal dari ujung subset kapiler dermis mencapai bagaian atas
epidermis yaitu lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut
mikroabses. Munro atau pada lapisan spinosum yang disebut
spongiosum pustules of Kogoj1.
9
5=70-89%, dan 6=90-100% dari body surface area (BSA). Skor > 12
berarti psoriasis berat, skor 7-12 berarti psoriasis sedang, skor <7
berarti psoriasis ringan11.
Gambar 2.1
a) Pengobatan Topikal
1. Topikal kotrikosteroid
10
diminati karena efektif, relatif cepat, ditoleransi dengan baik,
mudah digunakan, dan tidak terlalu mahal dibanding alternatif
terapi lainnya. KT diklasifikasikan menjadi tujuh kelas
menurut sistem Amerika dengan kelas I merupakan super poten
dan kelas VII menunjukkan potensi yang paling rendah. Pada
dewasa dianjurkan pemberian KT poten tidak melebihi 45 gram
per minggu atau KT potensi menengah tidak melebihi 100 gram
per minggu. Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per
hari tergantung dermatosis dan area yang terkena. Pengolesan
lebih dari 2 kali tidak memberikan perbedaan bermaknan,
bahkan dapat mengurangi kepatuhan pasien. Bila menggunakan
potensi sedang atau kuat, cukup dioleskan 1 kali sehari. Perlu
diingat bahwa makin sering dioleskan makin mudah terjadi
takifilaksis. Lama pemakaian tidak lebih dari 4-6 minggu untuk
steroid potensi lemah, dan tidak lebih dari 2 minggu untuk
potensi kuat10. Obat topikal paling efektif untuk mencapai
peningkatan perbaikan yang cepat dengan menggunakan
kortikosteroid tipe super poten yang mempunyai efek samping
yang harus dipehatikan dengan ketat 1.
11
dan inflamasi dari
xerosis.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Pada pasien dengan Hipersensitivitas terhadap Pada pasien
kortikosteroid, riwayat hipersensitivitas clobetasol proprionate atau dengan riwayat
penyakit karena virus, terhadap diflorasone dan kortikosteroid lain, hipersensitivitas
infeksi bakteri dan beberapa komponen dari rosasea, dermatitis terhadap salah
jamur, akne, rosasea sediaan. perioral, infeksi virus satu komponen
dan dermatitis perioral, kutaneus primer, lesi kulit sediaan.
hindari kontak dengan terinfeksi oleh bakteri,
mata virus dan jamur, akne,
anak < 1 tahun, erupsi
karena popok, pruritus
genital dan perianal,.
Hidari penggunaan pada
wajah, daerah berambut,
paha, dan mata, ibu hamil,
laktasi.
Efek Samping Rasa terbakar atau Penyerapan sistemik Perubahan berupa atrofi Efek samping
panas, nyeri tersengat, setelah pemberian dapat kulit lokal, perubahan yang umum yaitu
gatal, iritasi, kulit mengakibatkan pigmentasi kulit menyengat
kering, folikulitis, manifestasi dari Cushing (hipopigmentasi), reaksi dan rasa terbakar,
hipertrikosis, erupsi Syndrom, hiperglikemia, hipersentivitas, rasa kemerahan, galat,
menyerupai akne, dan glukosuria dalam terbakar, iritasi, perih, kulit kering, dan
hipopigmentasi, beberapa pasien. Efek nyeri, gatal, kulit pecah- folikulitis. Efek
dermatitis perioral, samping lokal meliputi pecah (striae), kulit kering, samping yang
dermatitis kontak gatal, rasa terbakar, folikulitis, hipertrikosis, serius meliputi
alergi, maserasi kulit, iritasi, kulit kering, erupsi menyerupai akne, jerawat, infeksi
infeksi sekunder, atrofi folikulitis, hipertrikosis, hipopigmentasi, dermatitis kulit,
kulit, striae dan erupsi menyerupai perioral, dermatitis kontak hiperglikemia dan
miliaria. akneformis, alergi, maserasi kulit, Cushing Syndrom
hipopigmentasi, infeksi sekunder, miliaria.,
dermatitis perioral, pelebaran pembuluh darah,
dermatitis kontak alergi, dan Cushing Syndrom.
maserasi kulit, infeksi
sekunder, atrofi kulit,
striae dan miliaria.
12
setempat, hipopigmentasi, dermatitis perioral, menghambat
penyembuhan ulkus, infeksi mudah terjadi dan meluas,
gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur. Selain itu peru
dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis ialah menurunnya
respon kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat
yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek
vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari, efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan
menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan10.
2. Kalsiprotriol
13
Kalsiprotriol adalah analog vitamin D yang mampu
mengobati psoriasis ringan-sedang. Mekanisme kerja dari
sediaan ini adalah antiproliferasi sel, dan meningkatkan
diferensiasi juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari
keratinosit maupun limfosit. Tidak seefektif kortikosteroid
superpoten, tetapi tidak memiliki efek samping yang
mengancam seperti kortikosteroid. Kalsiprotriol tersedia dalam
bentuk krim, salap atau solusio yang dipakai 2x sehari,
sedangkan bentuk salap cukup 1x sehari, dengan konsentrasi
0,005%. Kalsipotriol efeknya tidak akan menurun walau
digunakan dalam waktu jangka panjang. Respons terapi terlihat
lebih lambat bahkan awalnya tampak lesi menjadi merah.
Penyembuhan baru tampak setelah pemakaian obat 14-78 hari.
Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa terbakar dapat timbul pada
awal keberhasilan terapi.Vitamin D dan kortikosteroid poten
mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila
dibandingkan dengan vitamin D tunggal atau kortikosteroid13.
14
satu sampai dua kali, penggunaan sekali atau dua kali
menunjukan hasil yang sama pada penurunan skor PASI .
Penggunaan selama 4 minggu, dapat menurunkan skor PASI
mencapai 75% dari 73,3% subjek yang menggunakan kombinasi
dibandingkan 48,3% subjek yang menggunakan kalsipotriol
monoterapi15.
3. Retinoid topikal
15
fototoksik. Tazarotene 0,1% lebih efektif dibanding 0,05% pada
pemakaian 12 minggu sediaan ini lebih efektif dibanding
vehikulum dalam meredakan skuama dan infiltrat psoriasis1.
b) Fototerapi
16
PUVA yang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa,
karsinoma sel basal dan melanoma malignan1.
c) Pengobatan Sistemik
17
Gambar 2.2
Gambar 2.3
2.1.9. Prognosis
18
2.2. Dermatitis Numularis
2.2.1. Definisi
2.2.2. Epidemiologi
19
Mengeluh sangat gatal yang bervariasi dari ringan sampai
berat. Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin
berbatas tegas yang terbentuk dari papul dan papulovesikel
yang berbentuk konfluens. Lambat laun vesikel pecah dan
terjadi eksudasi pin point. Selanjutnya eksudat mengering dan
menjadi krusta kekuningan. Pada tepi plak dapat muncul lesi
papulovesikuler kecil yang kemudian berkonfluens dengan plak
tersebut sehingga meluas. Diameter plak biasanya 1-3 cm,
walau jarang, lesi dengan diameter 10 cm pernah dilaporkan.
Kulit disekitar lesi biasanya normal, namun bisa jadi kering.
Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga menyerupai lesi
dermatomikosis. Dalam 1-2 minggu lesi memasuki fase kronik
berupa plak dengan skuama dan likenifikasi. Jumlah lesi dapat
hanya satu atau multipel dan tersebar pada ekstremitas bawah
atau simetris. Distribusi lesi yang klasik adalah pada aspek
ekstensor ekstremitas. Pada perempuan, ekstremitas atas
termasuk punggung tangan lebih sering terkena. Selain itu
kelainan dapat pula ditemukan di badan4
2.3.1. Definisi
2.3.2. Epidemiologi
20
di dunia merupakan 47% sumber dari kasus tinea korporis. Tinea
korporis terjadi pada laki-laki dan perempuan, mengenai semua
umur tapi lebih sering pada remaja. Tinea korporis diperoleh
dari hewan lebih umum pada anak-anak 6.
21
kruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh T.rubrum
biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea ungium8.
22