PENDAHULUAN
1
2
melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan
cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3 – 4 mm), Derajat 4
pertumbuhan pterigium melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan5.
Prinsip penanganan pterigium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian
obat-obatan jika pterigium masih derajat 1 dan 2, sedangkan tindakan bedah
dilakukan pada pterigium yang melebihi derajat 26.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katarak
2.1.1 Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin
(cataracta) yang berarti air terjun.6,7 Katarak adalah keadaan dimana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu
keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak merupakan perubahan lensa mata
yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa
yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.8
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Amerika Serikat dapat
diidentifikasi adanya katarak terjadi pada sekitar 10% orang, dan angka
kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara
65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih
dari 75 tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih
sering pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan
Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita
yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.6,7,8,9
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul
lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus
siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal
sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi
lensa perlahan-lahan berkurang.Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang
mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik
kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.6,7 Etiologi dan patogenesis katarak
sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Pada katarak yang terkait
usia, kerusakan foto-oksidatif pada serat-serat membran dan protein lensa
dikatakan menjadi penyebab utama. Beberapa penelitian menunjukkan
peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione dan penurunan
antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase pada penderita katarak senilis.
Teori stres oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis. Selain itu, seiring
dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan akumulasi pigmen di dalam
lensa, juga penambahan cairan dan pemecahan protein lensa yang membuat
berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Sebagian
katarak berhubungan dengan penyakit mata lain (seperti retinitis pigmentosa
dan miopia tinggi) atau penyakit sistemik spesifik (misalnya diabetes mellitus
dan galaktosemia).7,8
terpapar radiasi seperti pilot dan astronot. Kekurangan gizi khususnya zat
antioksidan seperti beta-karoten, selenium, vitamin C dan E juga dapat
mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak.6,9,11
Secara umum ada dua proses patogenesis katarak yaitu:
a. Hidrasi
Terjadi perubahan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan
cairan di antara celah-celah serabut lensa.
b. Sklerosis
Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah
tengah sehingga bagian tengah (nukleus) menjadi lebih padat, mengalami
dehidrasi serta penimbunan kalsium dan pigmen.7,10
tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila
sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.8,9
akan terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi
miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa.Dapat menyebabkan
silau terutama bila menyetir pada malam hari.12,15
Pada katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior. Celah
terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif
(benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama.13
Katarak imatur pada stadium yang lebih lanjut, akan terjadi kekeruhan
yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga
masih terdapat bagian bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini
terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan
lebih sempit.6,7
Katarak matur
lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata
depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium
ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.13,15
Katarak nuklearis merupakan yang paling banyak terjadi.
Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya
karena proses penuaan. Keluhan yang biasa terjadi: (1) menjadi lebih
rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat
melepas kaca matanya, (2) setelah mengalami penglihatan kedua ini
(melihat dekat tidak perlu kaca mata) penglihatan mulai bertambah kabur
atau lebih menguning dan lensa lebih coklat, (3) menyetir malam silau dan
sukar, dan (4) sukar membedakan warna biru dan ungu.11,14
14
Pemeriksaan klinis:
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.
Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur, lensa
akan mengeriput.9,14,16,17
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah
lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat
menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum
pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada
katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan
retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan.7,14,18
faktor penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang penting antara lain:
apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi,
apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi,
apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk perawatan postoperatif, apakah
opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler pasien.17,18
Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif sementara untuk fungsi
visual pasien katarak. Sebagi contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan
koreksi untuk penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat
membantu pada katarak aksialis yang kecil dengan cahaya yang lewat melalui
bagian perifer lensa. Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat
dilakukan. Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula pada
hewan. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-lowering agent, aspirin,
glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di
pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin®, Quinax®,
Catarlen® dan Karyuni®.10,18
Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan alat
bantu optik bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8, dan
4x lebih dekat ke objek, penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu
membaca dan kerja dekat. Katarak akan mengurangi kontras dan menyebabkan
kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan penyebaran warna,
intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada
kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.13
Pasien dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk
memperbaiki tajam penglihatannya (visus). Kemauan untuk dioperasi ini biasanya
datang bila sudah terjadi gangguan pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Keputusan
untuk melakukan operasi harus didasarkan pada kebutuhan visual pasien dan
potensi kesembuhannya. Secara umum, indikasi operasi katarak bila terdapat
kondisi tidak stereopsis, penyusutan lapangan pandang perifer dan gejala
anisomethrophia. Indikasi medikal dilakukannya operasi termasuk pencegahan
komplikasi seperti glaukoma fakolitik, glakukoma fakomorfik, uveitis dan
dislokasi lensa ke bilik mata depan. Indikasi tambahannya adalah untuk diagnosis
17
Indikasi:
ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur utama pada operasi katarak.
Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat, kemampuan ahli
bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan pengeluaran nukleus dan
korteks lensa melalui kapsula anterior, meninggalkan kapsula posterior.
Prosedur ini memiliki beberapa keuntungan dibanding ICCE karena dilakukan
dengan insisi yang lebih kecil, maka trauma endothelium kornea lebih sedikit,
astigmatisma berkurang, jahitannya lebih stabil dan aman. Kapsula posterior
yang intak akan mengurangi resiko keluarnya vitreous intraoperatif, posisi
fiksasi IOL lebih baik secara anatomi, mengurangi angka kejadian edema
makular, kerusakan retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris dan
vitreous yang terjadi dengan pergerakan saccus (endophtalmodenesis), adanya
barrier restriksi perpindahan molekul aquous dan vitreous, mengurangi akses
bakteri terhadap cavitas vitreous untuk endophtalmitis dan mengeleminasi
18
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatik. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrom, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.10,11
Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (Phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan sangat kecil (sekitar 2-3mm) dikornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa intra Okular yang dapat dilipat dimasukan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari.
Keuntungan : lebih cepat dan tidak menimbulkan luka operasi yang lebar
sehingga penyembuhan operasi sangat cepat.
Kerugian : alat yang mahal dan diperlukan tenaga profesional untuk
melaksanakan operasi ini.
Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut
afakia. Tanda tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil
hitam. Pada keadaan ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia
tinggi absolut), terjadi gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke
retina lebih banyak, dan dapat terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka
operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya
dapat melihat jauh dan ditambah dengan S +3.0 D untuk penglihatan dekatnya.
Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu:8,12
Insersi lensa intraokuler/IOL (pseudofakia)
20
2.2. Pterigium
2.2.1 Definisi
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk
segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah
interpalpebra. Pterigium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi.
Asal kata pterigium adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya
sayap20.
2.2.2 Epidemiologi
Pterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah
iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan
kering. Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi pterigium. Prevalensi
pterigium meningkat dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari
kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara 20 dan 49. Kejadian berulang
(rekuren) lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali
lebih resiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok,
pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah21
21
2.2.4 Patogenesis
Etiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini
lebih sering pada orang yang tinggal di daerah iklim panas. Oleh karena
itu gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon
terhadap faktor-faktor lingkungan seperti paparan terhadap matahari
(ultraviolet), daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau
22
faktor iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang
disebabkan kelainan tear film menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru
merupakan salah satu teori. Tingginya insiden pterigium pada daerah
dingin, iklim kering mendukung teori ini.
Ultraviolet adalah mutagen untuk p53 tumor supresor gene pada
limbal basal stem cell. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta
diproduksi dalam jumlah berlebihan dan menimbulkan proses kolagenase
meningkat. Sel-sel bermigrasi dan angiogenesis. Akibatnya terjadi
perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial
fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva terjadi degenerasi elastoik
proliferasi jaringan vaskular bawah epithelium dan kemudian menembus
kornea. Kerusakan pada kornea terdapat pada lapisan membran bowman
oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular, sering disertai dengan inflamasi
ringan. Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia24.
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada
keadaan defisiensi limbal stem cell, terjadi pembentukan jaringan
konjungtiva pada permukaan kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah
pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis,
kerusakan membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda
ini juga ditemukan pada pterigium dan karena itu banyak penelitian
menunjukkan bahwa pterigium merupakan manifestasi dari defisiensi atau
disfungsi limbal stem cell. Kemungkinan akibat sinar ultraviolet terjadi
kerusakan limbal stem cell di daerah interpalpebra22.
Pemisahan fibroblast dari jaringan pterigium menunjukkan
perubahan phenotype, pertumbuhan banyak lebih baik pada media
mengandung serum dengan konsentrasi rendah dibanding dengan
fibroblast konjungtiva normal. Lapisan fibroblast pada bagian pterygium
menunjukkan proliferasi sel yang berlebihan. Pada fibroblast pterigium
menunjukkan matrix metalloproteinase, dimana matriks ekstraselluler
berfungsi untuk jaringan yang rusak, penyembuhan luka, mengubah
bentuk. Hal ini menjelaskan kenapa pterigium cenderung terus tumbuh,
invasi ke stroma kornea dan terjadi reaksi fibrovaskular dan inflamasi22.
23
antara head, cap dan body dan pseudopterigium cenderung keluar dari
ruang fissura interpalpebra yang berbeda dengan true pterigium21,22.
2.2.7 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan pterigium dibagi 2, yaitu cukup dengan
pemberian obat-obatan jika pterigium masih derajat 1 dan 2, sedangkan
tindakan bedah dilakukan pada pterigium yang melebihi derajat 2.
Tindakan bedah juga dipertimbangkan pada pterigium derajat 1 atau 2
yang telah mengalami gangguan penglihatan. Pengobatan tidak diperlukan
karena bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila
pterigium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata
dekongestan. Lindungi mata yang terkena pterigium dari sinar matahari,
debu dan udara kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda
radang beri air mata buatan bila perlu dapat diberikan steroid. Bila terdapat
delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila
diberi vasokonstriktor maka perlu kontrol dalam 2 minggu dan bila telah
terdapat perbaikan pengobatan dihentikan.27
Indikasi untuk eksisi pterigium adalah ketidaknyamanan yang
menetap termasuk gangguan penglihatan, ukuran pterigium >3-4 mm,
pertumbuhan yang progresif menuju tengah kornea atau visual axis dan
adanya gangguan pergerakan bola mata. Eksisi pterigium bertujuan untuk
mencapai keadaan normal yaitu gambaran permukaan bola mata yang
licin. Teknik bedah yang sering digunakan untuk mengangkat pterigium
adalah dengan menggunakan pisau yang datar untuk mendiseksi pterigium
ke arah limbus. Walaupun memisahkan pterigium dengan bare sclera ke
arah bawah pada limbus lebih disukai, namun tidak perlu memisahkan
jaringan tenon secara berlebihan di daerah medial, karena kadang-kadang
dapat timbul perdarahan oleh karena trauma tidak disengaja di daerah
jaringan otot. Setelah dieksisi, kauter sering digunakan untuk mengontrol
perdarahan.28
28
Teknik Pembedahan
Tantangan utama dari terapi pembedahan pterigium adalah kekambuhan,
dibuktikan dengan pertumbuhan fibrovascular di limbus ke kornea.
Banyak teknik bedah telah digunakan, meskipun tidak ada yang diterima
secara universal karena tingkat kekambuhan yang variabel. Terlepas dari
29
Terapi Tambahan
Tingkat kekambuhan tinggi yang terkait dengan operasi terus
menjadi masalah, dan terapi medis demikian terapi tambahan telah
dimasukkan ke dalam pengelolaan pterygia. Studi telah menunjukkan
bahwa tingkat rekurensi telah jatuh cukup dengan penambahan terapi ini,
namun ada komplikasi dari terapi tersebut.20
MMC telah digunakan sebagai pengobatan tambahan karena
kemampuannya untuk menghambat fibroblas. Efeknya mirip dengan
iradiasi beta. Namun, dosis minimal yang aman dan efektif belum
ditentukan. Dua bentuk MMC saat ini digunakan: aplikasi intraoperative
MMC langsung ke sclera setelah eksisi pterigium, dan penggunaan obat
tetes mata MMC topikal setelah operasi. Beberapa penelitian sekarang
menganjurkan penggunaan MMC hanya intraoperatif untuk mengurangi
toksisitas.29
31
2.2.8 Komplikasi
Pterigium dapat menyebabkan komplikasi seperti scar (jaringan
parut) pada konjungtiva dan kornea, distorsi dan penglihatan sentral
berkurang, scar pada rektus medial dapat menyebabkan diplopia.30,31
Komplikasi post eksisi pterigium, yaitu:
Infeksi, reaksi benang, diplopia, scar kornea, conjungtiva graft
longgar, dan komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola
mata, vitreous hemorrhage atau retinal detachment
Penggunaan mytomicin C post dapat menyebabkan ectasia atau
melting pada sklera dan kornea
Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterigium adalah rekuren
pterigium post operasi. Simple eksisi mempunyai tingkat rekuren
yang tinggi kira-kira 50-80 %. Dapat dikurangi dengan teknik
conjungtiva autograft atau amnion graft.
Komplikasi yang jarang adalah malignant degenerasi pada
jaringan epitel di atas pterigium.31
2.2.9 Prognosa
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa
tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi, kebanyakan
pasien setelah 24 jam postop dapat beraktivitas kembali. Pasien dengan
rekuren pterigium dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan autograft
atau transplantasi membran amnion.31