Anda di halaman 1dari 18

“Landasan Pendidikan Indonesia”

Dosen Pengampu :Dr. H.Ansari, M.Ag.

DI SUSUN OLEH:

KHOIRUNNISA HASIBUAN (0305183174)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pemakalah ucapkan atas kehadiran Allah Swt. dimana atas karunia
dan rahmat-Nya pemakalah dapat menyusun makalah “Landasan Pendidikan Indonesia” ini,
untuk memenuhi tugas. Pemakalah berharap makalah ini dapat sebagai acuan pembelajaran
dan juga pengetahuan.

Menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, maka pemakalah berharap
bahwa pembaca dapat mengoreksi atau memberikan saran kepada pemkalah untuk perbaikan
yang lebih baik kedepannya. Pemakalah juga meminta maaf apabila terdapat beberapa
tatanan atau kesalahan dalam penulisan didalam makalah ini.

Pemakalah juga tak luput mengucapkan terimakasih kepada para pembaca yang sudah
berpartisipasi dalam perbaikan dan menyempurnakan makalah ini. Semoga para pembaca
dapat mengerti akan apa yang telah pemakalah sajikan didalam makalah ini.

Kisaran, 12 Desember 2020

Pemakalah

i
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2

A. Landasan Hukum Pendidikan........................................................................... 2


B. Landasan Agama.............................................................................................. 8
C. Landasan Historis............................................................................................. 10
D. Landasan Sosial Budaya................................................................................... 11
E. Landasan Psikologis......................................................................................... 13

BAB II PENUTUP...................................................................................................... 14

A. Kesimpulan....................................................................................................... 13

Daftar Pustaka............................................................................................................ 15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


A. . Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor vital dalam kehidupan manusia. Setiap
individu membutuhkan pendidikan agar meraka dapat mempertahankan hidup mereka dan
juga agar mereka dapat diterima di dalam pergaulan. Sebenarnya bukan hanya manusia
yang melakukan proses belajar, hewan pun sebenarnya melakukan proses belajar, hanya
saja dalam prosesnya hewan lebih mengandalkan instinganya.
Landasan pendidikan merupakan fondasi untuk memperkuat dan memperkokoh dunia
pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia dalam rangka untuk membangun dan
menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu.Oleh karena itu, pengetahuan
landasan pendidikan merupakan sarana untuk memberikan dasar-dasar pemahaman
tentang pendidikan secara komprehensif integral.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landsan hukum pendidikan?
2. Apa yang dimaksudlandsan agama?
3. Apa yang dimaksud dengan landasan historis?
4. Bagaimana peran landasan sosial budaya pada pendidikan?
5. Bagaimana peran landasan psikologis pada pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui tentang landasan hukum pendidikan
2. Agar pembaca mengetahui tentang landasan agama
3. Agar pembaca mengetahui tentang landasan historis
4. Agar pembaca mengetahui tentang landasan sosial budaya
5. Agar pembaca mengetahui tentang landasan psikologis

1
BAB II
PENDAHULUAN

A. Landasan Hukum Pendidikan


Kata “landasan” dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Landasan hukum seseorang guru boleh mengajar misalnya, adanya keputusan tentang
pegangan sebagai guru. Landasan atau dasar seseorang menjadi guru adalah surat
keputusan itu beserta hak-haknya. Surat keputusan itu merupakan titik tolak untuk
seseorang bisa melaksanakan pekerjaan sebagai guru. Begitu pula halnya mengapa anak-
anak sekarang diwajibkan belajar paling sedikit sampai tingkat SLTP (wajib belajar 9
tahun) adalah dilandasi atau didadasari atau bertolak belakang dari peraturan pemerintah
tentang Pendidikan Dasar dan ketentuan tentang wajib belajar.1

Perlu diketahui bahwa hukum tidak selalu dalam bentuk tertulis. Seringkali aturan
itu dalam bentuk lisan, tetapi diakui dan diataati oleh masyarakat. Hukum adat misalnya,
banyak yang tidak tertulis, dituurnkan secara lisan turun temurun di masyarakat, yang
merupakan kebiasaan yang sangat kuat mengikat masyarakat. Hukum seperti ini juga di
landasi pendidikan. 2

Landasan hukum pendidikan merupakan seperangkat peraturan dan perundang-


undangan yang menjadi panduan pokok dalam pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia. Peraturan yang satu dan yang lain seharusnya saling melengkapi. Permasalahan
yang saat ini terjadi adalah perundangan dan peraturan yang ada belum sepenuhnya
terlaksana dengan baik.Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal. Kata
“landasan” dalam hukum memiliki arti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat dimulainya suatu perbuatan. Dalam
bahasa Inggris, landasan disebut dengan foundation, yang jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia memiliki arti fondasi.

1. Pengertian Landasan Hukum


1
Maunah, Binti. 2009. “Landasan Pendidikan”. (Yogyakarta : Teras), h.17
2
Date, Pirdata. 1997.”Landasan Kependidikan”. (Jakarta : PT. Rineka Cipta), h.40

2
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau titik tolak. Sementara itu kata
hukum dapat dipandang sebagai auran baku yang patut ditaati. Hukum atau aturan baku
nya tidak selalu dalam bentuk tulis. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku
sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu,
dalam hal kegiatan pendidikan.
a. Menurut Utretch, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan atau perintah-
perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
oleh karena itu, harus ditaati oleh masyarakat tersebut.3
b. Menurut Hans Kelsen, hukum adalah taat aturan (rule) sebagai sistem aturan-
aturan tentang perilaku manusia.4
2. Pendidikan Menurut UUD 1945
 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pada Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pendidikan terdapat pada
Alinea Keempat.
 Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal-
pasal yang berkaitan dengan pendidikan Bab XIII yaitu pasal 31 dan pasal 32. Pasal
31 ayat 1 berisi tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan,
sedangkan pasal 31 ayat 2-5 berisi tentang kewajiban negara dalam pendidikan. Pasal
32 berisi tendang kebudayaan. Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang
saling mendukung satu sama lain.
 Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Undang-undang ini memuat 59 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-
istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan , hak-hak warga
negara untuk memperoleh pendidikan, satuan jalur dan jenis pendidikan, jenjang
pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, sumber daya pendidikan, kurikulum,
hari belajar dan libur sekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran serta masyarakat,
badan pertimbangan pendidikan nasional, pengelolaan, pengawasan, ketentuan lain-
lain, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

3
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Cipta Adtya Bakti, 2005), h. 38.
4
Jimly Asshidique & Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, (Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan MK-RI,
2006), h. 13

3
Undang-undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional,
juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum(istilah-istilah terkait
dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip
penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
stándar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan
pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan,
ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Undang undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-
istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip
profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik,
hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi bagi guru dan
dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan
dan ketentuan penutup.
 Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Undang-undang ini memuat 97 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan Umum,
Lingkup, Fungsi dan Tujuan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan, Badan
Standar Nasional Pendidikan, Evaluasi, Akreditasi, Sertifikasi, Penjamin Mutu,
Ketentuan peralihan, ketentuan penutup. Menurut peraturan pemerintah yang
dimaksud dengan: “standar nasional pendidikan adalah kriteria mnimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

a. Pengertian Pendidikan
Menurut UU RI NO. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

4
dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
b. Tujuan Pendidikan
UU RI No.20 Tahun 2003 juga menjelaskan bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
c. Jenis-Jenis Pendidikan
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, jenis pendidikan adalah kelompok yang
didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. UU
RI No.20 Tahun 2003 juga menjelaskan bahwa ada berbagai jenis-jenis
pendidikan, yaitu:
 Pendidikan Formal
 Pendidikan Dasar
 Pendidikan Menengah
 Pendidikan Tinggi
 Pendidikan Nonformal
 Pendidikan Informal
 Pendidikan Anak Usia Dini
 Pendidikan Kedinasan
 Pendidikan Keagamaan
 Pendidikan Jarak Jauh
 Pendidikan Khusus
 Pendidikan Layanan Khusus

5
b. Kewajiban Belajar
Menurut pasal 34 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang wajib belajar,
diajabarkan sebagai berikut:
 Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat
mengikuti program wajib belajar.
 Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya.

4. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


Di UU RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen terdapat pengertian guru, tugas
pokok guru, fungsi guru, kode etik guru dan guru profesional sebagai berikut :5
a. Guru
 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
 Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
 Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan
fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan
pendidikan tinggi.
b. Tugas Pokok Guru
Tugas utama guru menurut Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen dan PP No. 74 Tahun 2007 Tentang Guru adalah berbunyi “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
1. Mendidik

5
UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

6
Mendidik dapat diartikan sebagai usaha dalam mengantarkan anak didiknya ke arah
kedewasaan secara jasmani maupun rohani. Mendidik dikatakan sebagai upaya
pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik.6 (Sardiman, 2005: 51).
2. Mengajar
Mengajar adalah proses mentransfer pengetahuan dan informasi sebanyak-
banyaknya kepada para siswa sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah
ditetapkan (kognitif).
3. Membimbing
Membimbing merupakan proses untuk menyampaikan bahan ajar untuk mentransfer
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan pendekatan tertentu sesuai dengan
karakter siswa dan juga dimaksudkan sebagai membantu siswa agar menemukan
potensi dan kapasitasnya serta bakat dan minat yang dimiliki siswa.
4. Mengarahkan
Mengarahkan diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada
siswa untuk dapat mengikuti apa yang harus dilakukan agar seluruh tujuan dapat
tercapai. Mengarahkan bukan berarti memaksa.
5. Melatih
Melatih adalah membimbing, memberi contoh dan petunjuk praktis yang berkaitan
dengan gerakan, ucapan dan perbuatan lainnya dalam rangka mengembangkan
keterampilan siswa (psikomotorik).
6. Menilai
Menilai merupakan kegiatan mengukur yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui
tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar mengajar di kelas.
7. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses yang sistematis untuk menentukan keputusan sampai
sejauh mana tujuan program telah dicapai. Evaluasi ini ditujukan untuk mendapatkan
data dan informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan,
perkembangan dan pencapaian belajar siswa serta keefektifan pengajaran guru.

c. Fungsi Guru

 Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat


dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
6
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), h. 51.

7
 Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.

d. Kode Etik Guru


Kode etik guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga negara.

e. Guru Profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Seorang guru yang menjadi pekerjaan profesional harus memiliki dan melengkapi
berbagai administrasi guru sebelum mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik.

B. Landasan Agama
Agama atau “religi” berasal dari bahasa latinrelegere yang berarti kumpulan
atau bacaan.adapun secara istilah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia
dengan kekuatan ghaibyang harus dipatuhi; kekuatan ghaib tersebut menguasai
manusia; berarti pula mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang memengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia. Agama dapat pula berarti ajaran-ajaran yang
diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu,
anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia
terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga setiap
pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di dalammnya. Aturan-
aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai pedoman bagi pemeluknya
untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila aturan tersebut dilanggar maka
dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi juga lingkungan sekitar.
Agama dalam konsep-konsep di atas bersifat universal dan sederhana.
Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dikenakan kepada semua agama yang

8
dikenal selama ini. Bila konsep-konsep tersebut dipaksakan sama untuk semua agama,
maka konsekuensi yang diterima adalah adanya pluralisme agama. Padahal tidak
semua agama menyepakati adanya pluralisme. Bila berbicara tentang agama maka
tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Agama selalu bersifat pendidikan karena di
dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis. Lain halnya bila
berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan agama. Namun
dalam proses pendidikan maka pendidikan harus sejalan dengan agama dan saling
melengkapi sehingga output yang dihasilkan oleh pendidikan bersifat
syamil/menyeluruh/paripurna. Hal ini sesuai dengan Visi Kementrian Pendidikan
Nasional tahun 2025 yaitu menghasilkan insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
(insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas adalah
cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual dan cerdas kinestetis.
Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata dilakukan
hanya dengan transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman nilai-nilai
moral yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat di dalam agama. Hal ini
dilakukan agar output pendidikan yang dihasilkan tidak hanya cerdas secara ilmu dan
pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak dan moral yang baik. Akhlak dan moral
inilah yang menjadi penyeimbang dan penggerak output pendidikan sehingga tidak
lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil yang dicapainya. “Science
without religion is blind, and religion without science is lame”. (Albert Einstein)
Negara indonesia memiliki 5 Agama, dimana setiap agama memiliki penganut
ajaran masing-masing. Adapun ke 5 agama tersebut antara lain, Hindu, Buda,
Protestan, Katolik dan Islam. Maka setiap agama memiliki landasan agamis terhadap
pendidikan. Karena landasan agama terhadap pendidikan merupakan landasan yang
paling mendasari dari landasan-landasan pendidikan lainnya. Sebagai contoh ialah
Agama islam, landasan tersebut diciptakan oleh Allah SWT. Landasan agama berupa
firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist berupa risalah yang
dibawakan oleh Rasulullah SAW untuk umat manusia yang berisi tentang tuntutan-
tuntutan atau pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun akhirat, serta merupakan rahmat untuk seluruh alam.

C. Landasan Historis

9
Landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan
pandangan ke masa lalu. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses
perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa
yang lampau. Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan
Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan
retrospektif.Sejarah atau history adalahkeadaan masa lampau dengan segala macam
kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh
dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya. Sejarah telah memberi penerangan, contoh,
dan teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan
peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang. Generasi muda
dapat belajar dari informasi-informasi ini terutama tentang kejadian-kejadian masa
lampau dan memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan diri mereka.

Landasan historis pendidikan merupakan seperangkat konsep dan praktik masa


lampau sebagai titik tolak sistem pendidikan masa kini yang terarah ke masa depan.
Pendidikan masa kini tidak terwujud begitu saja secara tiba-tiba, melainkan merupakan
kesinambungan dari pendidikan pada masa lampau. Contohnya, konsep atau semboyan
tut wuri handayani yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara sejak zaman pergerakan
nasional sampai saat ini masih dianut dan diaplikasikan dalam pendidikan kita,
sedangkan konsep dan praktik pendidikan yang bersifat dualistik dan aristokratis pada
zaman penjajahan Belanda diperbaiki dengan pendidikan yang bersifat demokratis.

Landasan historis pendidikan Indonesia, antara lain mencakup landasan historis


pendidikan (1) zaman purba, (2) zaman kerajaan Hindu-Budha, (3) zaman kerajaan
Islam. (4) zaman pengaruh Portugis dan Spanyol, (5) zaman kolonial Belanda, (6)
zaman pendudukan Jepang, (7) pendidikan periode 1945-1969, dan (8) pendidikan
pada masa PJP I (1969)-1993).

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip
yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri
khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri

10
bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun mendalam
yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional.
Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah
bangsa.

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila
tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis Pancasila.

D. Landasan Sosial Budaya


Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun
dengan aspek budaya dalam pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang
tidak dimasuki unsur budaya. Pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau
kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan
berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan7. Berikut akan dibahas
mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
1. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian
sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi
pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi (1)
interaksi guru-siswa; (2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra
sekolah; (3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan (4) sistem masyarakat
dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
2. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang
7
Made Pidarta, 2009.Landasan Kependidikan:Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. (Jakarta : Rineka
Cipta), hal. 39

11
sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk
perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan
kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi
aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah
cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, bisa dikatakan bahwa,
kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-
nilai, kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki
oleh semua anggota masyarakat.

E.Landasan Psikologis
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan
usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikir, dan belajar.
Dengan demikian, psikologi adalah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan.
Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-
gejala psikologis  dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan
psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik
memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif. Antara psikologi dengan
pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek
pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis  dari
manusia.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan atau dasar seseorang menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta
hak-haknya. Surat keputusan itu merupakan titik tolak untuk seseorang bisa melaksanakan
pekerjaan sebagai guru. Begitu pula halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan
belajar paling sedikit sampai tingkat SLTP (wajib belajar 9 tahun) adalah dilandasi atau
didadasari atau bertolak belakang dari peraturan pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan
ketentuan tentang wajib belajar. jenis-jenis landasan pendidikan ada 4 yaitu landasan
hukum pendidikan, landasanagama, landasan historis, landasan sosial budaya, dan
landasan psikologis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Binti Maunah.(2009).Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit Teras.


Pirdata.Date 1997.Landasan Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Asshidique, Jimly.Ali Safa’at.(2006)Teori Hans Kelsen tentang Hukum,Jakarta: Sekjen dan
Kepaniteraan MK-RI.
Raharjo, Satjipto. (2005)Ilmu Hukum.Bandung: Cipta Adtya Bakti.
UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
M.Sardiman A.(2005)Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Press.
Pirdata.Date 1997.Landasan Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

14

Anda mungkin juga menyukai