Anda di halaman 1dari 26

TENTANG MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

https://desainpembelpai.wordpress.com

A. Pendahuluan

Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Jadi Perencanaan Pengajaran
berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan
tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Karena dengan perencanaan itu, maka seseorang guru akan bisa memberikan pelajaran dengan baik,
karena ia dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel.

Karena membuat perencanaan yang baik, maka seorang akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik.
Seorang bisa menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat pengalaman dan akibat dari
hasil belajar yang terus menerus, walaupun faktor bakat ikut pula berpengaruh.

Dalam menyusun sebuah desain pembelajaran, konsep interaksi merupakan sesuatu cukup dijadikan
yang penting untuk diperhitungkan. Oleh karena hal itu desain pembelajaran tidak dapat digantikan
dengan desain informasi. Interaksi sangat berkaitan dengan keberagaman peserta didik. Hal inilah yang
menuntut designer pembelajaran untuk dapat memunculkan bermacam-macam desain-desain
pembelajaran yang bervariasi.

B. Defenisi Model Desain Pembelajaran

Model merupakan seperangkan prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti
penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.[1]

Desain merupakan sebagai proses pemecahan masalah, tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai
solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.[2]
Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan masalah, dengan
desain seseorang dapat melalakukan pemecahan masalah yang dihadapi.[3]

Desain pembelajaran didefiniskan sebagai prosedur yang terorganisasi diman mencakup langkah-
langkah dalam menganalisis, mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengadakan
evaluasi.[4]

Hal senada diungkapkan oleh Asmadawati dalam bukunya bahwa desain pembelajaran adalah suatu
pemikiran atau persepsi untuk melaksanakan tugas mengajar pengajaran untuk menerapkan prinsip-
prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran. Dengan demikian guru sebagai desainer
pengajar sekaligus sebagai pengelola pengajaran, guru perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan
dalam menyusun desain pengajaran.[5]

Untuk menyusun desain pembelajaran yang baik ada baiknya memperhatikan 8 prinsip yaitu :

1. Tujuan dan sumber yang ada harus jelas sebelum desain disusun.

2. Masing-masing komponen desain harus saling membantu.

3. Proses ditempuh memungkinkan untuk melakukan koreksi terhadap keinginan.

4. Proses desain bersifat berulang-ulang dan saling berinteraksi.

5. Desain pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga harus dapat sejalan dengan
keinginan lainnya.

6. Tidak satu komponen pun yang berubah tanpa menimbulkan pengaruh terhadap komponen lain.

7. Koordinasikan kebutuhan lainnya.

8. Nilai belajar peserta didik berdasarkan tujuan.[6]

C. Pembagian Model Desain Pembelajaran

Dalam desain dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain
pembelajaran dapat diklasifikasikan kepada :[7]

1. Model berorientasi kelas, biasanya ditujukan untuk mendesain level mikro yang hanya dilakukan
setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya Model ASSURE.

2. Model berorientasi produk, merupakan model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu
produk, biasanya media pembelajaran. Contohnya Model Hannfin dan Peck.

3. Model berorientasi system, yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu system
pembelajaran yang cakupannya luas, seperti system suatu pelatihan,kurikum sekolah, dan lain-lain.
Contohnya model ADDIE.

D. Model PPSI

Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang dikembangkan di
Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975.[8] Konsep PPSI model instruksional yang
menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah
komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.[9]

Sedangkan dalam sumber lain dinyatakan bahwa PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. [10]
PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:[11]

Merumuskan tujuan, yaknikemampuan yang harus dicapai oleh sisiwa, ada 4 syarat dalam perumusan
tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat
diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam
setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.

Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-
masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan
ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan.[12] Dalam mengembangkan alat
evaluasi ini perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dari bentuk-bentuk tes yang akan digunakan,
yang bergantung pada hakikat tujuan yang ingin dicapai.[13]

Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar
dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.[14] Dalam menentukan kegiatan, hal yang harus
dilakukan adalah :

a. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan yang akan diperlukan untuk mencapai tujuan.

b. Menetapkan mana dari sekian kegiatan tersebut yang perlu ditempuh,

c. Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan siswa.[15]

Mengembangkan program kegiatam pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran. Menetapkan


metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.

Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra tes, menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.

E. Model Glasser

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran model Glasser
adalah sebagai berikut :[16]

1. Sistem Objektif

Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan objek sesuai dengan materi
pelajaran. Jadi seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran

2. Sistem Input

Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, misalnya terjun
langsung kelapangan.

3. Sistem operator
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaranyang akan
disampaikan kepada siswa sehingga pembelajaran sesuai dengan prosedurnya.

4. Output monitor

Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau perilaku siswa secara tetap atau perilaku
siswa menetap.

F. Model Gerlach dan Ely

Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan secara grafis, suatu metode perencannan
pembelajaran yang sistematis, dan merupakan suatu garis pedoman dalam membuat rencana untuk
kegiatan pembelajaran. Model ini memperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang
lainnya, serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan kedalam suatu rencana untuk
kegiatan pembelajaran.[17]

Adapun komponen-komponen model ini adalah sebagai berikut :[18]

1. Merumuskan tujuan pembelajaran

Dalam tujuan ini merumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki siswa pada tingkat belajar tertentu
siswa dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya, berikut petunjuk praktis
merumuskan tujuan pembelajaran :[19]

a. Formulasikan dalam bentuk operasional.

b. Rumuskan dalam bentuk produk belajar.

c. Rumuskan dalam tingkah laku siswa.

d. Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukkan tingkah laku yang jelas.

e. Rumuskan tujuna dalam tingkat keluasan yang sesuai.

f. Rumuskan kondisi dari tingkah laku.

g. Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.

2. Menentukan isi Materi

Apa yang hendak diajarkan pada siswa hendaknya dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik, untuk
membatasi ruang lingkup dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok
bahasan lain dalam satu mata pelajaran yang sama.[20]

3. Penilaian kemampuan awal

Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi guru agar dapat memberikan porsi
pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, dan berguna untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan, yang dapat dikumpulkan dengan pretes dan mengumpulkan data
pribadi siswa.[21]

4. Menentukan strategi

Dalam tahap ini pengajara harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya,
ada dua macam pendekatan yaitu :

a. Bentuk ekspose, yang lasim dipergunakan pada kuliah-kuliah tradisional, biasanya bersifat satu
arah, pengajar lebih besar peranannya.

b. Bentuk inquiry, lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.[22]

G. Model Mikro

Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi kelas biasanya bertujuan untuk
mendesain pembelajaran miro yang hanya dilakukan setiap 2 jam pelajaran atau lebih.[23]

1. Model PAIKEM

Menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang (pembelajaran Partisifatif, kreatif, aktif,
interaktif, efektif dan menyenangkan).

a. Pembelajaran partisipatif, yaitu melibatkan siswa secara optimal.

b. Pembelajaran aktif, yaitu melibatkan aktivitas siswa.

c. Pembelajaran kreatif, yaitu memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa.

d. Pembelajaran efektif yaitu memberi pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan.

e. Pembelajaran Menyenangkan yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan.[24]

2. Model ASSURE

Sharpm E. Smaldino,James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda mengemukakan sebuah
model desain sistem pembelajaran yang diberi nama dengan model ASSURE.[25] Model ini
dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini dipokuskan pada perencanaan
pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran didalam kelas secara actual.[26]
Dalam pengembangan model desain system pembelajaran ASSURE, penulis smaldino, Russel dan
Molenda mendasari pemikirannya pada pandangan-pandangan-pandangan Robet M. Gagne tentang
peristiwa pembelajaran.[27]

Langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan dalam mendesain sistem pembelajaran dengan Model
ini dapat digambarkan sebagai berikut :[28]

A : Analisis Karakteristik siswa

S : Menetapkan Tujuan Pembelajaran.

S : Seleksi Media, metode dan Bahan.

U : Memanfaatkan Bahan Ajar

R : Melibatkan Siswa dalam Kegiatan pembelajaran.

E : Evaluasi dan Revisi.

Menurut Heinich model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu sebagai berikut :

a. Analyze Learners (Analisis Peserta Didik)

Jika sebuah media pembelajaran digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri belajar, isi
pelajaran yang akan dibuatkankan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri.[29]

b. States Objektif

Difokuskan pada tujuan kognitif, aefektif, dan psikomotorik. Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika
menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Menyatakan tujuan harus
difokuskan pada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.

1) Memilih metode , media, dan materi.

2) Penggunaan media dan bahan,

3) Partisifasi peserta didik dikelas.

4) Penilaian dan revisi.[30]

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. [31]

a. Analisis Pelajar

Menurut Heinich jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan
cirri-ciri pelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri.
Lebih lanjut Heinich, menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga
hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan
awal khusus dan gaya belajar .[32]

b. Menyatakan tujuan

Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku
atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari
pengajaran yang dijalankan. Menyatakantujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan
sikap yang baru untuk dipelajari.[33]

c. Pemilihan Metode, media dan bahan

Heinich menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan
metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk
melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang
telah ditentukan.[34]

d. Penggunaan Media dan bahan

Menurut Heinich terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan,
sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.[35]

e. Partisipasi Pelajar di dalam kelas

Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti
memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi. [36]

f. Penilaian dan Revisi

Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak
pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai pencapaian
pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru
dan penggunaan pelajar.[37]

6. Model Hannafin dan Peck

Model Pengembangan system pembelajran yang berorientasi produk adalah model desain untuk
menghasilkan suatu produk biasanya media pembelajaran.[38]
Model hannapin dan penck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga pase yaitu fase
analisis keperluan, fase desai, dan fase pengembangan implementasi. Model ini adalah model yang
berorientasi pada produk.[39]

Tahap-tahap model hannafin dan Peck adalah sebagai berikut :

a. Tahap analisa kebutuhan, mengidentifikasi kebutuhan yang meliputi kebutuhan dalam


mengembangankan suatu media pembelajaran : [40]

1) Tujuan dan keperluan objek media yang dibuat,

2) Pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,

3) Peralatan dan keperluan media pembelajaran.

b. Setelah semua diidentifikasi, hannfain dan Peck menekankan untuk menjalankan penilaian
terhadap hasil itu sebelum melanjutkan ke tahap desain.[41]

c. Tahap desain, bertujuan untuk mengidektifikasi dan mendokumenkan kaidah yang paling baik
untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut.

d. Tahap pengembangan dan implementasi, penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian
formatif (dikukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah
media selesai dikembangkan). [42]

4. Model Bella H. Banathy

Model ini berorientasi pada tujuan pembelajaran, yang menjadi acuan dalam menetapkan langkah-
langkah pengembangan.[43] Model desain system pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model
Kemp. Model ini memandang bahwa penyusunan system pembelajaran dilakukan melalui tahap-
tahapan yang jelas.[44]

Terdapat enam tahap dalam mendesain suatu program pembelajran yakni :[45]

a. Menganilis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan system maupun tujuan spesifik.

b. Merumuskan criteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

c. Menganilisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan menginventarisasi seluruh kegiatan
belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya.

d. Merancang system, yaitu kegiatan menganisis system menganalisi setiap komponen system,
mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.

e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas system.

f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.


Manakala kita lihat langkah 1-4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan, sedangkan tahap 5
dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dirumuskan.[46]

H. Model Makro

Model berorientasi pada sistem yaitu model desain pembelajran menghasilkan suatu sistemp
pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah.[47]

1. Model ADDIE

Model Berorientasi system yaitu model desain untuk mengasilkan system pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah.[48]

a. Analisis

Langkah analisis terdiri dari dua tahap yaitu :

1) Analisis kinerja, dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang
dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau pemikiran
manajemen,

2) Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk kemampuan-kemampuan atau


kompetensi yang perlu dipelajari siswa untuk meningkatkan kinerja atas prestasi belajar.[49]

b. Desain

Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program pembelajaran yang didesain sehingga program
tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pusat perhatian difokuskan
pada upaya untuk menyelidiki masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Langkah yang penting yang
dilakukan dalam desain ini adalah menentukan pengalaman belajar yang perlu dimiliki oleh siswa selama
mengikuti aktivitas pembelajaran.[50]

c. Pengembangan

Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, member, dan memodifikasi bahan ajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Langkah pengembangan dengan kata lain
mencakup kegiatan memilih dan menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran yang sesuai
untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program pembelajaran.[51]

d. Implementasi

Langkah ini sering diasosiasikan dengan penyelenggara program pembelajaran itu sendiri. Langkah ini
memang mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur
kepada siswa.

e. Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberi nilai terhadap program
pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima sistem dalam
model ADDIE.[52]

2. Model Dick and Cery

Model pengembangan ini juga memiliki kemiripan dengan model Kemp, teatapi ditambah dengan
komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan dilewati
dalam, proses pengembangan dan perencanaan tersebut.[53]

Seperti model Banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick dan Cery harus dimulai dengan
mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan
khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal
siswa terlebih dahulu. Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan
tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni
skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu
dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain ini
adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif[54]

Identifikasi tujuan pembelajaran, menentukan apa yang diharapkan dapat dikuasai siswa, tujuan setelah
pembelajaran.[55] Definisi tujuan mungkin mengacu pada kurikulum tertentuy atau mungkin juga
berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assessment, atau dari pengalaman praktik dengan kesulitan
belajar dikelas.[56]

Analisis pembelajaran, setelah perumusan tujuan, dilakukan analisis pembelajaran untuk


mengidektifikasi keterampilan yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan, prosesnya dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi konsep, aturan, dan informasi yang dibutuhkan siswa, atau mengidentifikasi
langkah dalam urutan yang harus diikuti dalam melakukan proses sesuatu[57]. Analisis ini akan
menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan atau konsep dan menunjukkan kertekaitan
antara konsep tersebut.[58]

Identifikasi Entry Behavior dan Karakteristik siswa, dalam hal ini perlu diidentifikasi kemampuan siswa
sebagai prasyarat sebelum belajar materi pembelajaran yang bersangkutan.[59] Yang penting juga untuk
diidentifikasi adalah karateristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan
aktivitas-aktifitas pengajaran.[60]

Merumuskan tujuan pembelajaran, berdasarkan anilisis pembelajaran dan penyataan dengan tingkah
laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan penyataan khusus tentang apa yang harus dilakukansiswa
setelah menyelesaikan pembelajaran.[61]
Pengembangan tes acuan patokan, pengembagan tes acuan ini didasarkan pada tujuan yang telah
dirumuskan, pengembangan butit assement untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang
diperkirakan dalam tujuan.[62]

Pengembangan strategi Pembelajaran, informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan
mengidektifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir, strategi akan meliputi aktiviats
preinstruksional, penyampaian informasi, praktik, dan balikan, testing, yang dilakuakan lewat aktifitas.
[63]

7. Model Kemp

Model desain system instruksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk
siklus, menurut Kemp pengembangan desain system pembelajaran terdiri atas komponen-komponen
yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.[64]

Model ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan.
Mengembangkan system menurut Kemp darimana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diudah,
dan setip komponen itu memerlkukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal.[65]

Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indoneisa dan beroreintasi pada tujuan, maka
syogyanya proses itu dimulai dari tujuan, model pengembangan system pembelajaran ini memuat
pengembangan perangkat pembelajaran.[66]

Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut kemp adalah sebagai berikut :[67]

a. Hasil yang ingin dicapai,

b. Analisis tes mata pelajaran

c. Tujuan khusus belajar,

d. Aktivitas belajar

e. Sumber belajar,

f. Layanan pendukung,

g. Evaluasi belajar,

h. Tes awal,

i. Karakteristik belajar.

Kesembilan komponen tersebut merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi setelah dievaluasi
baik evaluasi sumatif maupun formatif dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang
ingin dicapai, prioritas dan berbagai kendala yang muncul.[68]

Ada beberapa unsur rencana perangcangan pembelajaran, unsur tersebut adalah :[69]
a. Identifikasi masalah pembelajaran, bertujuan mengidentifitkasi tujuan menurut kurikulum yang
berlaku dengan fakta yang terjadi dilapangan baik menyangkut model, pendekatan, metode, teknik dan
strategi yang digunakan guru.

b. Analisis siswa, dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik siswa yang meliputi
cirri, kemampuan, dan pengalaman.

c. Analisis tugas, adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep,
analisis pemrosesan informasi, dan analisis procedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman
dan penguasaan tentang tugas dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.

d. Merumuskan indicator, berfungsi sebagai : Alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran. Kerangka
kerja dalam merencanakan mengevalauasi hasil belajar siswa. Panduan siswa dalam belajar. [70]

e. Penyusunan instrument evaluasi, bertujuan untuk menilai hasil belajar, criteria yang digunakan
adalah penilaian acuan patokan.

f. Strategi pembelajaran, kegiatan ini meliputi pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan
format, yang dipandang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

g. Pemilihan media atau sumber belajar, dipilih dan disiapkan dengan hati-hati untuk memenuhi
tujuan pembelajaran.

h. Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan semua
kegiatan dan untuk memperoleh alat membuat bahan.[71]

8. Model DSI-PK

Yaitu gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai
proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian
kompetensi. Karakter utama desain berorientasi pencapaian tujuan adalah :

a. Memuat sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa.

b. Menekankan proses pengalaman dengan memperhatikan keregaman tiap individu.

c. Evaluasi hasil dan proses belajar.[72]

Senada dengan pendapat diatas, dalam buku Sanjaya dijelaskan karaktritik model ini sebagai berikut :

a. Model desain yang sederhana yang tahapannya jelas dan praktis.

b. Secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh, sehingga guru-guru tidak
dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang rumit.

c. Merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan.

d. Ditekankan pada penguasaan kompetensi seabgai hasil belajar yang dapat diukur.[73]
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dari tiga bagian penting yaitu sebagai berikut :

a. Analisis kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan
anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan.

b. Pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses


pembelajaran.

c. Pengembangan alat evaluasi, yang memiliki dua fungsi utama yaitu formatif dan sumatif.[74]

9. Model IDI

IDI secara umum memiliki langkah sebagai berikut :[75]

a. Pembatasan, ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu karakteristik siswa, kondisi, sumber-
sumber yang relevan.

b. Pengembangan tujuan yang hendak dicapai.

c. Penilaian.

I. Kesimpulan

Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu
agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Ada beberapa
model desain pembelajaran yaitu: Model Dick and Carrey, Model Kemp, Model ASSURE, Model ADDIE,
Model Hanafin and Peck, Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model PAIKM,
Model IDI, dan lainnya yang telah dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam, Padang : Multicipta, 2012.

Lukmanul Hakim. Perencanaan Pembelajaran Jakarta : Wacana Prima, 2009.

Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp Pengembangan Sistem Pembelajaran,
Jakarta : Pustakaraya, 2013.

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,Jakarta: Kencana, 2011.

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Guru dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta: Kencana, 2012..

[1] Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp Pengembangan Sistem Pembelajaran,
(Jakarta : Pustakaraya, 2013)., h. 197

[2] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Kencana, 2011)., h. 65.

[3] Ibid.

[4] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Guru dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2012)., h. 20.

[5] Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam, (Padang : Multicipta, 2012)., h. 1.

[6] Ibid., h. 2

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, makalh tentang “Model-Model Desain Pembelajaran” ini dapat
hadir di hadapan para pembaca yang budiman. Secara khusus kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberi masukan yang sangat berharga baik dalam tahap rancangan maupun
hasilnya nanti.

Terima kasih yang mendalam juga kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan laporan ini.

Akhirnya tegur sapa, kritik dan saran tetap penulis harapkan dari semua pihak agar yang slah dapat
diperbaiki, yang menyimpang dapat diluruskan dan yang kurang dapat disempurnakan. Semoga laporan
ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jambi, 25 Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

A. Pengertian Model Desain Pembelajaran 4

B. Model-Model Desain Pembelajaran 4


BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan peradaban manusia di era globalisasi membawa wawasan pemahaman dan kesadaran
masyarakat akan pendidikan, yang kemudian muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan akan
kemampuan untuk bertahan dan beradaftasi dalam pergaulan peradaban masyarakat modern. Harapan
muncul karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi (INFOTEK), dan disisi lain muncul juga
kecemasan, yang disebabkan karena adanya perubahan yang sangat cepat menyebabkan kondisi
masyarakat yang dituntut dapat terus beradaptasi.

Lembaga pendidikan sebagai wiyata mandala formal yang diharapkan dapat mempersiapkan generasi
yang berkualitas merupakan dambaan setiap komponen masyarakat. Komponen masyarakat sekolah
yang terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun masyarakat dalam arti luas
yaitu orang tua atau masyarakat lain pengguna pendidikan atau simpatisan yang menaruh perhatian
besar terhadap kuantitas dan kualitas output sekolah.

Dalam hal ini sekolah harus dikelola dan diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat sebagai
“Lembaga Pendidikan yang berkualitas” yang mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan
menghasilkan produk (output) secara optimal. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan pendidikan
sebagai unsur penting dalam kehidupan manusia. Adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia
yang kreatif dan inovatif yang mampu mengisi masa depan yang lebih maju. Manusia memperoleh
sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar.

Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisikondisi tertentu yang dapat diamati, diubah
dan dikontrol. Sebagai bagian penting dalam pendidikan, pendidik dituntut untuk mampu mengelola
dan melahirkan situasi dan kondisi belajar bagi peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan
tertentu yang diharapkan.
Guru dituntut untuk mampu:

a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar.

c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran.

d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku.

e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber.

f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar.

g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya.

h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.

Munculnya keinginan untuk terus mengembangkan pendidikan yang berkualitas memberikan peranan
penting bagi desain pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang bermakna dan menyenangkan.
Desain pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal
dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar yang kondusif bagi peserta
didik.

B. Rumusan Masalahan

Berdasarkan uraian diatas, rumusan permasalahan yang diangkat pada makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian model desain pembelajaran ?

2. Apa saja model-model desain pembelajaran ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diangkat, melalui makalah ini diharapkan dapat meraih tujuan
untuk :

1. Memahami pengertian model desain pembelajaran.

2. Mengetahui model-model desain pembelajaran

D. Manfaat

Melalui penyusunan makalah ini, penyusun yang merupakan kelompok 2 dari para mahasiswa jurusan
pendidikan matematika kelas 5 D semester 5 tahun 2016 selain terpenuhinya tugas mata kuliah Desain
Pembelajaran juga diharapkan mengambil manfaat tentang pengetahuan tentang model-model desain
pembelajaran yang kemudian menjadi bahan inspirasi perubahan dan pengembangan peningkatan
kualitas pembelajaran dalam aktifitas nyata di tempat tugas masing-masing.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Desain Pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

B. Model-model desain pembelajaran

Ada berbagai model desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pendekatan tertentu.
Beberapa model-model desain pembelajaran tersebut adalah :

1. Model Dick and Carey

Dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural.
Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :

a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.

b. Melaksanakan analisis pembelajaran

c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

d. Merumuskan tujuan performansi

e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran

h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif


i. Merevisi bahan pembelajaran

Menurut Prof. Atwi Suparman (Rektor UT), model ini cocok untuk pembelajaran formal di sekolah dan
untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Analisis tentang
media dan metode tidak bersifat argumentatif guna mencapai berbagai alternatif media.

2. Model ASSURE

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.

Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:

a. Analyze Learners

b. States Objectives

c. Select Methods, Media, and Material

d. Utilize Media and materials

e. Require Learner Participation

f. Evaluate and Revise

3. Model Gerlach & Elly

Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang
sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta pembelajaran karena dalam model
ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara
rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu
dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu
rencana untuk mengajar.

Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan
mengajar.

Rincian komponennya adalah sebagai berikut:


a. Merumuskan tujuan pembelajaran (Specification of Object) Tujuan harus bersifat jelas (tidak abstrak
dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai.

b. Menentukan isi materi (Specification of Content) Isi materi harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan lebih
jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok bahasan lainnya.

c. Penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering Bahaviors) Kemampuan awal siswa
ditentukan dengan memberikan tes awal. Mengetahui kemampuan awal ini penting bagi pengajar agar
dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

Tes awal dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Pretest

b. Mengumpulkan data pribadi siswa.

d. Menentukan strategi (Determination of Strategy) Strategi pembelajaran merupakan pendekatan yang


dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan
tugas/evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar.

Menurut gerlach & elly ada 2 bentuk pendekatan, yaitu:

a. Bentuk Ekspository

b. Bentuk Inquiry

e. Pengelompokkan belajar (Organization of Groups) Beberapa pengelompokkan siswa diantaranya;

a. Berdasarkan jumlah siswa

b. Pengelompokkan campuran

c. Gabungan beberapa kelas

d. Sekolah dalam sekolah

e. Taman kependidikan
f. Pembagian waktu (Allocation of Time) Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok
permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola administrasi serta
kegunaan dan minat-minat para siswa.

g. Menentukan ruangan (Allocation of Space) Ada tiga alternatif ruangan belajar agar proses elajar
mengajar dapat terkondisikan;

a. Ruangan-ruangan kelompok besar

b. Ruangan-ruangan kelompok kecil

c. Ruangan untuk belajar mandiri

h. Memilih media (Allocation of Resources) Gerlach & Elly membagi media sebagai sumber belajar
kedalam 5 kategori;

a. Manusia dan benda nyata

b. Media visual proyeksi

c. Media audio

d. Media cetak

e. Media display

i. Evaluasi hasil belajar (Evaluation of Performance) Semua kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil
atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Dalam tahap evaluasi, yang dilihat
bukan hanya hasil belajar siswa, melainkan juga keseluruhan sistem pembelajaran.

j. Menganalisi umpan balik (Analysis of Feed Back) Data dari analisis umpan balik yang diperoleh dari
evaluasi, tes maupun tanggapan-tanggapan tentang kegiatan pembelajaran ini menentukan apakah
sistem, metode maupun media yang dipakai dalam pembelajaran tersebut sudah sesuai untuk tujuan
yang dicapai atau masih perlu untuk disempurnakan. Sehingga untuk kedepannya dapat diperbaiki agar
proses pembelajaran benar-benar berhasil.

4. Model ADDIE
Model desain pembelajaran yang menggunakan 5 tahap/ langkah sederhana dalam pengaplikasinnya.

Desain pembelajaran yang mudah dipelajari. Sesuai dengan namanya tahap/ langkah dalam
pembelajarannya yaitu Analysis, Desain, Development, Implementation, dan Evaluation.

Ada lima langkah yang dikemukakan dalam model ini sesuai dengan namanya, yaitu:

a. Analysis: menganalisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan menentukan
kompetensi siswa.

b. Design: menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar, dan pembelajaran.

c. Development: memproduksi program dan bahan ajar yang akan digunakan dalam program
pembelajaran.

d. Implementation: melaksanakan program pembelajaran dengan menerapkan desain atau spesifikasi


program pembelajaran.

e. Evaluation: melakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

5. Model Degeng

Degeng (1997:13) mengemukakakan delapan langkah disain pembelajaran yang berkonteks model
elaborasi yaitu:

a. Analisis tujuan dan karakteristik Bidang Studi

b. Analisis sumber belajar (kendala)

c. Analisis karakteristik si-belajar

d. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran

e. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran

f. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran

g. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan

h. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

6. Model PPSI
Model gabungan dari perencanaan pengajaran versi Performance Based Teacher Education (PBET),
perencanaan pengajaran sistematika dan perencanaan pengajaran model Davis.

Di Indonesia dikembangkan menjadi PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Istilah sistem
instruksional dalam PPSI, mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem, maka
PPSI juga dapat disebut menggunakan pendekatan yang berorientasikan pada tujuan.

Model pengembangan instruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:

a. Perumusan tujuan, terdiri dari: Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK), TIK ini harus
memenuhi 4 kriteria yaitu:

a) Menggunakan istilah operasional

b) Berbentuk hasil belajar

c) Berbentuk tingkah laku

d) Hanya satu jenis tingkah laku

b. Pengembangan alat evaluasi, meliputi:

a) Menentukan jenis tes yang digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan

b) Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan Kegiatan belajar, meliputi:

a) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

b) Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh

c) Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh

c. Pengembangan program kegiatan, meliputi:

a) Merumuskan materi pelajaran

b) Menerapkan metode yang dipakai

c) Alat pelajaran atau buku yang dipakai

d) Menyusun jadwal

d. Pelaksanaan, meliputi:
a) Mengadakan pre tes

b) Menyampaikan materi pelajaran

c) Mengadakan pos tes

7. Model Kemp

Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah
yaitu :

a. Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.

b. Menganalisis karakteristik peserta didik

c. Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.

d. Menentukan materi pelajaran

e. Menetapkan penjajagan awal (pre test)

f. Menentukan strategi belajar mengajar

g. Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.

h. Mengadakan evaluasi

8. Model ISD (Instructional system design).

Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur terorganisir yang mencakup langkah-langkah


menganalisis, merancang, mengembangkan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. Langkah-langkah
ini dalam setiap poses memiliki dasar yang terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada
proses ISD secara keseluruhan.

Dalam pengutaraannya yang lebih sederhana adalah sebagai berikut :

a. Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari.

b. Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk.

c. Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi pembelajaran.

d. Melaksanakan adalah menggunakan materi dan strategi dalam konteks.


e. Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.

9. Model Pengembangan Instruksional (MPI)

Model Pengembangan Instruksional (MPI) dalam Suparman (2001) dikemukakan ada delapan langkah
yaitu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum;

b. Melakukan analisis instruksional

c. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa

d. Menulis tujuan instruksional khusus;

e. Menulis tes acuan patokan;

f. Menyusun strategi instruksional;

g. Mengembangkan bahan instruksional; dan

h. Mendisain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Desain pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan
tujuan belajar serta sistem penyampaiannya sehingga menjadi acuan dalam pelaksanaannya untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif.

Dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan meminimalisir kesukaran
siswa dalam memahami pembelajaran.

Model-model desain rencana pembelajaran adalah model PPSI, model Kemp, model Gerlach & Elly,
model Dick & Carrey, model ASSURE, model ADDIE, dan model Hanafin and Peck.

Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya
tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan
evaluasi.
Model kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah
dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang
akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.

Model Gerlach & Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena
model ini memperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak
menggambarkan secara rinci setiap komponennya.

Model Dick & Carrey diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di sekolah, juga untuk sistem
pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Model ASSURE merupakan suatu
model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga
model berorientasi kelas.

Model ADDIE menggunakan 5 tahap pengembangan yakni Analysis (analisa), Design (disain
/perancangan), Development (pengembangan), Implementation (implementasi/eksekusi), Evaluation
(evaluasi/ umpan balik).

Setiap model desain pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, dalam pelaksanaannya kondisi siswa,
materi ajar dan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam proses pembelajaran menjadi indikator untuk
memilih model yang sesuai. Setiap upaya yang baik akan sangat bermakna dengan perencanaan yang
matang. Bukankah sebuah kemunkaran yang terencana akan mengalahkan sebuah kebajikan yang tanpa
direncanakan ?

DAFTAR PUSTAKA

Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

mastugino.blogspot.com › UKG

ervindasabila.blogspot.com/p/v-behaviorurldefaultvml-o.html

http://ervindasabila.blogspot.co.id/p/v-behaviorurldefaultvml-o.html

http://fungsidantujuan.blogspot.co.id/2015/02/blog-post.html

Iklan

Anda mungkin juga menyukai