Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN OBSERVASI PENERAPAN PANCASILA SILA KE-2

DI DAERAH MANDAILING NATAL

Naomi Eventy Fier Sitorus


5193131001

Dosen Pengampu:
Drs. Yushar, M.Si.

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut Nurdiaman dan Setijo, Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
pengertian bahwa bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya selaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, sama
hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan keturunan. Sebagai
orang yang beragama, manusia diwajibkan untuk bersikap baik dan saling mengasihi
kepada sesama manusia dan makhluk Tuhan lainya, dan tidak membeda-bedakan. Nilai-
nilai sakral dalam pancasila sila ke-2 prinsip budaya harus dihormati oleh setiap warga
Negara Indonesia. Dalam hal ini saya selaku mahasiswa Pendidikan Elektro melakukan
observasi di Kecamatan Natal untuk memenuhi tugas dalam bentuk laporan observasi
terkait penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan
Kecamatan Natal. Laporan hasil observasi ini disusun guna mememenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Pancasila. Dengan adanya observasi ini diharapkan kita dapat
mengetahui bagaimana kita peka terhadap lingkungan sekitar dan dengan harapan adanya
kepedulian tersebut menganut nilai pancasila agar terciptanya ideologi yang harmonis
2. Tujuan Penyusunan Laporan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan laporan
observasiini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui makna sila ke-2 dan tingkat kepekaan masyarakat terhadap
lingkungan
2. Mengetahui penyimpangan terhadap sila ke-2 di Kecamatan Natal
3. Memenuhi tugas Pancasila
3. Manfaat Observasi
Setelah melakukan observasi di Kecamatan Natal diharapkan kita dapat memahami
penanaman nilai pancasila di dalam masyarakat umum.
4. Metode Yang Digunakan
1. Observasi/Pengamatan
BAB II
PEMBAHASAN

Hasil observasi penerapan sila ke-2 yang telah dilakukan di daerah Madina (Mandailing Natal)
dapat diketahui masyarakat Mandailing Natal adalah masyarakat yang menjunjung nilai budi
luhur, kekerabatan, adat dan istiadat yang masih dijunjung tinggi. Dalam pandangan penulis,
meskipun masih kedaerahan, didaerah ini tidak lagi menggunakan mindset kuno berupa
diskriminasi terhadap suatu kultur tertentu, dikarenakan di daerah Madina sudah banyak suku yang
datang dan menetap di Madina, yaitu suku Nias, suku batak Toba, suku Jawa serta suku-suku yang
lain. Mereka saling berbaur satu sama lain dan tetap berinteraksi secara normal.

Nilai gotong royong masihlah dijunjung oleh


masyarakat Madina. Gotong royong masih sering
dilakukan masyarakat di Madina selain untuk
menjaga kebersihan juga untuk menjaga
kebudaya gotong royong itu sendiri. Dapat
diketahui juga bahwa masih banyak daerah rawan
banjir di Madina apalagi saat musim penghujan,
seperti pada saat terjadi banjir di Natal yang mengakibatkan jalan dan beberapa jembatan terputus,
disinilah juga terjadi gotong royong antar masyarakat dan apparat yang bersama-sama
memperbaiki dan membersihkan lingkungan dan memberi bantuan kepada masyarakat yang
terdampak banjir.

Diketahui bahwa penyalahgunaan narkotika


termasuk melanggar Pancasila sila ke-2, karena
kemanusiaan yang adil dan beradap berarti adalah
makhluk yang beradap dan berbudi luhur
\diciptakan untuk tidak saling merugikan. Dan
didaerah Madina banyak ditemukan peredaran
maupun ladang-ladang ganja yang luasnya tidak
kecil. Pada tanggal 12 juni 2020 lalu, ditemukan 8 hektar ladang ganja Mandailing Natal
(Kompas.com). Dengan predikat penghasil ganja nasional terbesar nomor 2, masyarakatnya
hingga anak dibawah umur di daerah Madina sudahlah banyak yang terjerat dengan narkotika. Hal
ini sangat disesalkan karena, bukan hanya merugikan orang lain tetapi merugikan diri sendiri
apalagi melunturkan nilai yang terkandung pada sila ke-2 Pancasila serta merusak generasi bangsa.

Begitu juga dengan pernikahan dini merupakan


bentuk pelanggaran HAM, khususnya hak Kesehatan
reproduksi dan bertentangan dengan esensi ajaran
agama yang intinya menghargai manusia dan
kemanusiaan. Puluhan siswa kelas 12 di Madina
mengundurkan diri dalam ujian nasional karena lebih
memilih menikah muda (Sindonews.com).
Ketidaksadaran akan bahaya pernikahan dini, bisa
menyebabkan meningkatnya angka kehamilan yang
tidak diinginkan, aborsi, jumlah anak terlantar,
meningkatnya angka perceraian serta pengangguran di
daerah Mandailing Natal. Hal ini menimbulkan citra yang tidak baik bagi Mandailing Natal.

Anda mungkin juga menyukai