TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
a. Untuk mengetahui keefektifan jus belimbing wuluh dan belimbing manis dalam
menurunkan tekanan darah.
b. Untuk mengetahui manfaat jus belimbing wuluh dan belimbing manis dalam
menurunkan tekanan darah pada lansia.
c. Untuk mengetahui pengaruh jus belimbing wuluh dan belimbing manis dalam
menurunkan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi.
TINJAUAN PUSTAKA
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan
berasal dari kepulauan Maluku (Indonesia) tetapi dari sumber lain juga mengatakan
belimbing wuluh ditanam di Asia sampai perbukitan Asia Tenggara, dan tanaman ini tersebar
secara luas di Indonesia. Belimbing wuluh dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga
dataran tinggi yang kurang dari 750 dpl. Tanaman ini biasanya banyak ditanam dengan cara
cangkok, biji, atau persemaian benih setelah dibersihkan dan dikeringkan beberapa hari.
Belimbing wuluh ini dapat berbuah sepanjang tahun, khususnya pada musim kemarau.
Buahnya khas dan kandungan kimia berupa glukosa, vitamin B, vitamin C, bunganya
berkhasiat untuk antipiretik dan ekspektoran (Elsa Brina, 2018).
Pohon Belimbing wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 meter dengan
diameter batang berdiameter hanya sekitar 30cm, dan batang yang tidak begitu besar.
Belimbing wuluh ini ditanam bebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dipekarangan rumah.
Batangnya bergelombang kasar , pendek, dan cabangnya hanya sedikit. Daunnya membentuk
kelompok menyirip bergantian, panjangnya 30-60 cm dan berkelompok pada akhir cabang.
Biasanya pada setiap daun terdapat 11-45 pasang daun yang berbentuk oval. Bungnya kecil,
muncul langsung dari batang dengan tangkai bunga yang berbulu. Mahkota bunganya
berjumlah lima, warna putih, kuning atau ungu. Buahnya berbentuk elips seperti torpedo
dengan Panjang 4-10 cm. warnanya hijau Ketika masih muda dengan kelopak yang tersisa
menempel diujung. Ketika masak buahnya berwarna kuning. Daging buah berair dengan rasa
sangat masam hingga manis dan segar. Kulit buahnya mengkilap dan tipis. Bijinya kecil,
datar, coklat, dan di tutupi dengan lender (Elsha Brina,2018)
2.1.2 Kandungan Belimbing Wuluh
1. Kalium Sitrat
Kalium sitrat berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan
meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. (Putri, 2011)
2. Kandungan Flavanoid
Flavanoid akan mempengaruhi kerja angiostensin converting enzym (ACE),
penghambatan ACE akan menghambat perubahan angiostensin I menjadi
angiostensin II yang menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi perifer
turun dan dapat menurunkan tekanan darah (Safitri,2015)
3. Saponin
Saponin memiliki khasiat diuretic yang menurunkan volume plasma dengan cara
mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga dapat menyebabkan
penurunan cardiac output (Asprilia,2016)
Menurut Rahayu (2013) kandungan kimia dalam 100 gram buah belimbing wuluh
yaitu flavonoida dan triterpene saponin, sedangkan kandungan vitamin dan mineral dalam
100 gram belimbing wuluh adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Vitamin dalam 100 gram Buah Belimbing Wuluh
Vitamin Jumlah
Riboflavin 0,03 mg
Vitamin B1 0,010 mg
Niasin 0,3 mg
Asam askorbat 15,6 mg
Karoten 100 µg
Vitamin A 12 mg
Vitamin C 18 mg
Tabel 2.2 Komposisi Mineral dalam 100 gram Buah Belimbing Wuluh
Mineral Jumlah
Fosfor 11 mg
Kalsium 8 mg
Besi 0,4 mg
2.1.3 Manfaat Belimbing Wuluh
Menurut Nuraini (2014) bagian tumbuhan untuk mengobati penyakit adalah daun,
bunga, dan buah. Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan belimbing wuluh
diantarnya sebagai berikut :
1. Batuk
Rebus segenggam daun belimbing wuluh, segenggam bunganya, dan 2 buah blimbing
wuluh dalam 2 gelas air dan gula batu hingga airnya menjadi 1 gelas, kemudian saring
dan minum 2 kali sehari.
2. Pegal Linu
Lumatkan 1 genggam daun belimbing wuluh muda. 10 biji cengkeh, dan 15 biji lada
lalu dilumurkan pada bagian tubuh yang pegal.
3. Tekanan darah tinggi
Cuci bersih 3 butir buah belimbing wuluh lalu potong menjadi beberapa bagian.
Rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring hasil rebusan,
lalu minum sekaligus setelah sarapan. Untuk pencegahan, minum 3 hari sekali dengan
jumlah yang sama.
4. Rematik
Tumbuk segenggam daun belimbing wuluh sampai halus, beri kapur sirih kemudian
gosokan pada bagian tuubuh yang sakit.
5. Sakit gigi berlubang
Cuci 5 buah belimbing wuluh sampai bersih lalu makan dengan sedikit garam.
Kunyah buahnya pada bagian gigi yang berlubang.
Belimbing manis memiliki nama ilmiah Averrhoa carambola L., dan memiliki
berbagai nama daerah yaitu blimbing legi (Jawa), bilimbing amis (Sunda), balireng (Bugis),
dan bainang sulapa (Makasar). Sedangkan nama asing belimbing manis dalam bahasa cina
adalah yang tao dan dalam bahasa inggris adalah sweet starfruit (Hariana, 2007). Tanaman
belimbing manis berbentuk kecil dan menarik, tumbuh lambat dengan batang pohon yang
kecil atau berbentuk semak, memiliki banyak batang, tingginya bisa sampai 5-7 meter, dan
diameter penjalarannya bisa mencapai 20-25 kaki (Dasgupta, 2013).
2.2.1 Kandungan Belimbing Manis
Menurut (Dasgupta, 2013) kandungan kimia buah belimbing manis dalam 100 gram
yaitu saponin, alkaloid, flavonoid sedangkan kandungan mineral, asam amino, dan vitamin di
jelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Kandungan Mineral dalam 100 gram Buah Belimbing Manis
Mineral Jumlah
Kalsium (Ca) 3 mg
Besi (Fe) 0,08 mg
Magnesium (Mg) 10 mg
Phosphorus (P) 12 mg
Kalium (K) 133 mg
Natrium (Na) 2 mg
Zinc (Zn) 0,12 mg
Copper (Cu) 0,137 mg
Mangan (Mn) 0,037 mg
Tabel 2.4 Kandungan Asam Amino dalam 100 gram Buah Belimbing Manis
Tabel 2.5 Kandungan Mineral dalam 100 gram Buah Belimbing Manis
Vitamin Jumlah
Vitamin C 34,4 mg
Thiamine 0, 014 mg
Riboflavin 0,016 mg
Niasin 0,367 mg
Folate, DFE 12 µg
Vitamin A 61 IU
Vitamin E 0,15 mg
2.2.1 Manfaat Belimbing Manis
Buah, bunga, daun, dan akar belimbing manis dapat digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit berikut (Hariana, 2011) :
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Lanjut usia merupakan apabila telah berusia 60 tahun atau lebih, karena factor tertentu
tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun social
(Nugroho, 2012).
Berikut ini adalah Batasan-batasan lanjut usia menurut World Health Organization
(WHO) dalam (Aspiani, 2014) :
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Sistem Pendengaran
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata 50% terjadi pada usia
diatas 60 tahun.
b. Sistem Persyarafan
Mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,
menurutnya lapang pandang, berkurang luas pandangannya.
d. Sistem Kardiovaskular
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis, serta perubahan ukuran dan
bentuk-bentuk sel epidermis mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan
produksi serum menurun dan gangguan pigmentasi kulit.
f. Sistem Endokrin
Menurunnya daya pertukaran gas, serta menurunnya sekresi hormone kelamin,
misalnya progesterone, estrogen, dan testosterone, menurunnya aktivitas tiroid,
menurunnya BMR (Basal Metabilic Rate).
g. Sistem Muskuloskeletal
Persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut, dan mengalami
skelerosis. Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) sehingga
pergerakan menjadi lambat, otot-otot menjadi kram dan tremor.
h. Sistem Persyarafan
Mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.
i. Sel
Menurunnya proporsi sel di otak, ginjal, darah, dan hati, berkurangnya cairan
tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
j. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan erakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan
toraks berkurang.
k. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.
l. Perubahan Psikologis
Masalah psikologis pertama yaitu dialami oleh golongan lansia ini adalah
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi saat ini,
antara lain yaitu kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Stereotipe psikoloogis lansia biasanya sesuai dengan pembawaannya
pada waktu muda.
Tekanan darah adalah darah yang di pompa oleh ventrikel kiri dan masuk ke aorta
mengakibatkan tekanan meningkat sampai puncak yang disebut sebagai tekanan sistol,
kemudian tekanan akan turun sampai titik terendah yang disebut diastole (Wiarto, 2013).
Sedangkan menurut Moniaga (2012) Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah
dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh
manusia. Darah dengan lancer beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sebagai media
pengangkut oksigen serta zat lain yang di perlukan untuk kehidupan sel-sel di dalam tubuh.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa.
Tekanan darah biasanya tidak sama sepanjang hari. Saat pemeriksaan yang paling baik adalah
Ketika bangun tidur pagi, karena setelah beraktivitas tekanan darah akan naik. Jika keadaan
tidak memungkinkan, tekanan darah dapat diukur setelah beristirahat dulu selama lima
hingga sepuluh menit. Tekanan darah anatara orang yang satu dengan lainnnya tentu berbeda,
hal yang mempengaruhi tekanan darah seseorang adalah aktivitas keseharian yang
dilakukannya, pola makan, gaya hidup, lingkungan, dan faktor psikologis seseorang
(Noviyanti, 2015).
2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung atau cardiac
output (CO) dan tekanan pembuluh darah perifer (Muttaqin, 2011). Menurut Guyton dan Hall
dalam Wiarto (2013). Curah jantung adalah jumlah darah yang di pompa ke dalam aorta oleh
jantung setiap menit dan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi. Curah jantung di
pengaruhi oleh isi sekuncup atau setrok volume (SV) dan dipengaruhi oleh nadi atau heart
rate (HR).
Isi sekuncup adalah volume darah yang dipompa jantung setiap kali jantung berdenyut
yang normalnya adalah 70 ml (Wiarto, 2013). Isi sekuncup di pengaruhi oleh tekanan
pengisian (preload) yaitu suatu kekuatan yang dibentuk oleh otot jantung dan (afterload) yaitu
tekanan yang harus dilawan oleh pompa jantung, sehingga apabila afterload meningkat
tekanan darah juga akan meningkat atau jika terjadi stenosis (penyempitan) pada katup aliran
keluar (Ward et al.2009). sedangkan nadi adalah denyut nadi atau jantung dalam 1 menit.
Jantung disuplai oleh 2 komponen sistem saraf otonom yaitu saraf simpatik yang jika
dirangsang akan meningkat denyut nadi dan saraf parasimpatik yang jika dirangsang akan
menurunkan denyut nadi (Wiarto, 2013)
Hipertensi adalah the silent killer dimana pengobatan sering terlambat. Dari
laporan WHO, dari jumlah 50% penderita hipertensi diketahui 25% diantara 50%
mendapat pengobatan, namun hanya 12,5%yang diobati dengan baik. Jumlah
hipertensi di Indonesia kurang lebih 70 juta orang atau sekitar 28% dari jumlah
penduduk, namun hanya 24% yang hipertensinya terkontrol (Sartik dkk, 2017).
a) Ras
Orang dengan kulit hitam mempunyai tekanan darah lebih tinggi bila
dibandingkan dengan orang yang berkulit putih hal ini karena adanya
perbedaan dari maturitas.
b) Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaiko dkk mendapatkan secara
signifikan bahwa tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah pada perempuan.
c) Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik
Anak dengan orang tua yang mengalami hipertensi mempunyai resiko lebih
besar dibandingkan anak dengan orang tua yang tidak mengalami hipertensi,
bila kedua orang tua mengalami hipertensi sekitar 4-15 kali beresiko
diturunkan kepada anak. Jika hanya satu orang tua saja yang mengalami
hipertensi 12,8% keturunannya yang akan mengalami hipertensi.
d) Obesitas
Sudah lama diketahui bahwa penyakit hipertensi berhubungan erat dengan
obesitas.
e) Konsumsi garam
Dalam mengkonsumsi garam yang berlebih sering sekali dikaitkan dengan
kejadian hipertensi. Pada beberapa penelitian yang dilakukan mendapatkan
hasil bahwa dalam mengurangi konsumsi garam dapat menurunkan tekanan
darah pada sistolik rata-rata 3-5 mmHg, efek ini lebih besar pada lansia atau
orang tua.
Berikut ini adalah patofisiologi hipertensi menurut (Susilo & Wulandari, 2011)
Renin dan juga angiostensin memegang peran penting dalam mengatur
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak sebagai
substrat protein plasma untuk memisah angiostensin I, yang kemudian akan diubah
oleh converting enzym dalam paru menjadi angiostensin II lalu menjadi
angiostensin III. Angiostensin II dan juga III mempunyai vasokontriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan juga merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermanfaat dalam hipertensi terutama pada
aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis,
angiostensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada
ekskresi garam ( Natrium ) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Jantung akan memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya arteri yang besar kehilangan kelenturanya dan akan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Meningkatnya tekanan darah pada dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari biasanya dan akan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada lanjut usia, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf ataupun hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatkan tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh yang meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sistem saraf simpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or- flight
(reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di daerah
tertentu misalnya pada otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih
banyak akan mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan
meningkatkan volume darah. Faktor stres merupakan satu faktor pencetus
terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin
dan norepinefrin
a) Diuretik
Hidroklorotiazid yaitu diuretic yang sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Obat antihipertensi dapat menyebabkan retensi
cairan, karena itu sering kali diuretic diberikan bersama antihipertensi.
b) Simpatolik
Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik), penghambat
adrenergik alfa dan adrenergic beta, dan penghambat neuron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik.
c) Penghambat Adrenergik –alfa
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergic alfa 1, menyebabkan
vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
d) Penghambat neuron adrenergik (Simpatolitik yang Bekerja Perifer)
Penghambat neuron adrenergik yaitu obat antihipertensi yang cukup
kuat menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan
norepinefrin menjadi berkurang dan akan menyebabkan curah jantung maupun
tahanan vaskular periver menurun. Reserpin dan guanelidin dipakai untuk
mengendalikan hipertensi yang paling berat.
e) Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah, terutama pada pembuluh
darah arteri,sehingga menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi akan
menyebabkan tahanan darah turun dan natrium serta air tertahan sehingga
menyebabkan edema perifer, oleh karena itu diuretic dapat diberikan bersama-
sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema.
f) Antagonis Angiostensin (ACE Inhibitor)
Obat golongan ini menghambat enzim angiostensi (ACE) yang
nantinya akan menghambat pembentukan angiostensin II (vasokontriktor) dan
menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron akan meningkatkan retensi
natrium dan juga ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium
diekskresikan bersama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah
ketiga angiostensin dan dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang
tinggi.
Saponin mempunyai khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma dengan cara
mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium sehingga dapat menyebabkan penurunan
cardiac output (Asprilia, 2016). Flavonoid akan mempengaruhi kerja angiotensin converting
enzym (ACE), penghambatan ACE akan menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II, yang menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi perifer turun dan
dapat menurunkan tekanan darah (Safitri, 2015).
BAB 3
Mg K
Saponin Vit C Ca Flavonoid
Vasodilatasi Pembuluh
Darah
Preload Keterangan
Afterload Simpatetik Parasimpatetik Viskositas
:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Efektifitas Jus Belimbing Wuluh dan Belimbing Manis
Terhadap Perubahan Tekanan Darah