Anda di halaman 1dari 4

Mekanisme Terjadinya Penuaan

Penuaan merupakan proses perubahan fisiologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap

organisme. Dalam proses penuaan, terjadi penurunan fungsi organ-organ secara bertahap

yang terjadi pada manusia, tumbuhan, hewan, dan juga organisme bersel satu. Penuaan telah

terjadi pada saat manusia baru sajalahir. Tanda-tanda fisiologis yang terjadi ialah

menurunnya jumlah sel jaringan, melambatnya metabolisme, serta menigkatnya resiko

terjadinya penyakit. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penuaan seperti stress,

olahraga berlebihan, merokok, dan adanya radiasi sinar ultraviolet. (Pangkahila, 2011).

Ada beberapa teori penuaan, pertama yaitu teori program genetik (genetic

programming theory) dimana teori ini berpendapat bahwa penuaan dan usia hidup organisme

ditentukan oleh faktor genetik. Yang kedua adalah teori kerusakan primer (primary damage

theory) yang menyebutkan bahwa penuaan terjadi oleh karena akumulasi kerusakan pada

organisme akibat faktor-faktor perusak yang multipel. Termasuk didalamnya adalah teori

wear-and-tear, teori error catastrophe, teori radikal bebas, teori kerusakan DNA, teori

membran sel (Park dan Yeo, 2013).

Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear and

tear dan teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas termasuk

dalam teori wear and tear, sedangkan teori program diantaranya terbatasnya replikasi sel,

proses imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2011).

1. Teori Wear and Tear

Menurut teori ini, penuaan terjadi jika sel ataupun jaringan tubuh yang dipakai atau

disalahgunakan secara terus menerus menjadi rusak atau habis. Teori“pakai” dan “rusak”

ini diperkenalkan oleh Dr. August Weismann, biologis dari Jerman tahun 1882

(Pangkahila, 2011; Jin, 2010).


a. Teori DNA Damage Kerusakan pada DNA akan terus terjadi pada setiap sel

organisme hidup. Sebagian dapat diperbaiki, tetapi sebagian lagi terakumulasi pada

saat DNA Polimerase. Proses perbaikan lainnya tidak bisa memperbaiki

kerusakansama atau secepat waktu kerusakan itu muncul pertama kali. Kerusakan

DNA yang terus menerus ini terjadi juga pada sel mamalia yang tidak dapat

membelah. Seiring bertambahnya usia mutasi genetik mulai terjadi, menyebabkan sel

mengalami malfungsi. Kerusakan DNA pada mitokondria juga mengakibatkan

disfungsi mitokondria. Restriksi kalori ditemukan dapat meningkatkan usia hidup

hewan coba sejak tahun 1930 (Park dan Yeo, 2013; Jin, 2010).

b. Glikosilasi

Glikosilasi merupakan ikatan kovalen antara gula darah dan hemoglobin pada sel

darah merah. Proses glikosilasi ini penting untuk penyakit-penyakit degeneratif

seperti diabetes. Pada kondisi normal tanpa diabetes, hanya sekitar 4,5% sampai 6%

gula darah yang berikatan dengan hemoglobin. Banyaknya ikatan kovalen ini dapat

diketahui dengan mengukur Hemoglobin A1c (HbA1c). Jika kadar HbA1c ini terlalu

tinggi maka akan memperburuk struktur dan fungsi sel. Pada organ-organ yang tidak

tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh darah, saraf perifer, dan lensa mata,

glukosa akan diabsorbsi dengan mudah sehingga terjadi kekakuan arteri, hilangnya

fungsi saraf, dan katarak. Pada diabetes proses penuaan ini merupakanrole model dari

proses penuaan pada kondisi lainnya (Pangkahila, 2011).

c. Teori Radikal Bebas

Teori ini dikenalkan oleh Dr.Gerschman pada tahun 1954,lalu dikembangkan oleh Dr.

Denham Harman yang menegaskan bahwa superoksida dan radikal bebas lain

mengakibatkan kerusakan pada komponen makromolekul sel dan organ. Radikal

bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan. Makromolekul seperti gula, asam nukleat, protein, dan lipid mudah

diserang radikal bebas. Ikatan single- dan double- asam nukleat dapat berikatan

dengan molekul lain karena rusak, dan dapat berikatan dengan basa atau kelompok

gula lain (Pangkahila, 2011; Jin, 2010).

2. Teori Program

Teori ini mengemukakan bahwa penuaan mengikuti suatu jam biologik, kemungkinan

merupakan lanjutan dari sistem yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan masa

kecil. Pengaturan ini bergantung pada perubahan ekspresi gen yang berpengaruh pada

respon pemeliharaan, perbaikan, dan pertahanan.

Teori ini terbagi menjadi tiga sub kategori :

a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel

Panjang telomere (enam nukleotida sekuen DNA yaitu TTAGGG) yang terletak pada

ujung chromosome strandsberpengaruh pada kehidupan sel. Telomere mempengaruhi

fungsi sel punca pada organ yang pergantian selnya tinggi. Pada replikasi sel,

telomere mengalami pemendekan setiap kali terjadi pembelahan sel. Setelah beberapa

kali pembelahan sel, telomere telah dipakai dan pembelahan sel berhenti. Proses

telomere ini menentukan rentang usia sel yang pada akhirnya juga rentang usia pada

organisme itu sendiri (Pangkahila, 2011).

b. Teori Immunologi

Sistem imun akan mengalami penurunan dengan berjalannya waktu, hal ini

mengakibatkan ketahanan tubuh organisme semakin rentan terhadap resiko terjadinya

penyakit infeksi dan menyebabkan penuaan yang berujung kematian. Efektivitas

maksimal dari sistem imun ialah sewaktu pubertas dan akan menurun seiring

bertambahnya usia (Jin, 2010).


c. Teori Neuroendokrin

Hormon dihasilkan oleh beberapa organ yang dikontrol oleh hipotalamus di otak.

Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu, contohnya poros

hipotalamus-hipofise-testis, poros hipotalamus-hipofise-suprarenalis, dan lain-lain.

Fungsi hormonal lebih optimal saat usia muda dibandingkan dengan usia tua

(Pangkahila, 2011).

Anda mungkin juga menyukai