47-52
GAMBARAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG I
KABUPATEN BADUNG BALI 2015
47
http://isainsmedis.id/ojs/
ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 7 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER, HAL. 47-52
48
http://isainsmedis.id/ojs/
ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 7 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER, HAL. 47-52
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Petang I oleh kelompok usia 60-64 tahun dan kelompok
berdasarkan faktor risikonya sebagai langkah usia 65-69 tahun. Jumlah sampel perempuan lebih
pertama dalam penentuan usaha promotif dan banyak dibandingkan laki-laki, yaitu masing-masing
preventif dalam menghadapi permasalahan lansia. sebanyak 57,8% dan 42,2%. Berdasarkan tingkat
Dari hasil evaluasi ini diharapkan dapat menambah pendidikan, sebagian besar sampel berpendidikan
referensi yang menunjang bagi ilmu pengetahuan rendah yaitu sebesar 84,4%.
khususnya ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan Ditinjau dari status pernikahan, lebih dari
masyarakat. separuh sampel (57,8%) berstatus menikah.
Jumlah sampel yang tidak bekerja sedikit lebih
METODE banyak dibandingkan yang masih bekerja.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi
deskriptif cross sectional. Sampel pada penelitian Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi sampel
ini adalah penduduk lanjut usia yaitu mereka yang Karakteristik Frekuensi %
berusia 60 tahun atau lebih yang bertempat tinggal Usia 60-64 tahun 27 30
di wilayah kerja Puskesmas Petang I. Adapun besar 65-69 tahun 20 22,2
sampel yang diperlukan adalah 85 orang; jumlah ≥70 tahun 43 47,8
ini didapat berdasarkan rumus sampel cross- Jenis kelamin Laki-laki 38 42,2
sectional dengan metode koreksi sampel apabila Perempuan 52 57,8
populasi kurang dari 10.000 orang (Z=1,96; Tingkat pendidikan Rendah 76 84,4
p=0,633; q=0,367; d=10%; N=1527). Sampel Tinggi 14 15,6
diambil dengan menggunakan multistage random Status pernikahan Menikah 52 57,8
sampling. Kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu Tidak menikah 38 42.2
sampel bertempat tinggal di wilayah kerja Status pekerjaan Bekerja 42 46,7
Puskesmas Petang I. Tidak bekerja 48 53,3
Data yang dikumpulkan berupa data primer. Total 90 100
Peneliti melakukan wawancara langsung terhadap
sampel meliputi karakteristik sosiodemografi (usia, Tabel 2. Distribusi status depresi sampel
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status Status Depresi Frekuensi Persentase
pernikahan, dan status pekerjaan) serta status Depresi 22 24,4
depresi. Status depresi dinilai dengan Tidak depresi 68 75,6
menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale Jumlah 90 100
versi pendek yang terdiri atas 15 pertanyaan.
Masing-masing pertanyaan dapat dijawab dengan Tabel 2 menggambarkan distribusi status depresi
“ya” atau “tidak”, yang akan memberikan satu poin sampel yang diteliti. Berdasarkan hasil konversi
untuk salah satu jawaban tersebut. Selanjutnya Geriatric Depression Scale, didapatkan bahwa
semua poin dijumlahkan dan diinterpretasikan: 0-4 sampel yang mengalami depresi sebanyak 22
menunjukkan tidak depresi dan skor ≥5 orang (24,4%), sedangkan yang tidak mengalami
mengindikasikan depresi. depresi lebih dari tiga kali lipatnya yakni sebanyak
Analisis data dilakukan secara deskriptif 68 orang (75,6%).
menggunakan perangkat lunak komputer. Adapun Distribusi status depresi sampel berdasarkan
hal yang dianalisis antara lain: analisis univariat variabel karakteristik sosiodemografi ditunjukkan
terhadap karakteristik sosiodemografi sampel, dalam Tabel 3. Secara umum didapatkan distribusi
analisis univariat terhadap frekuensi status sampel yang tidak mengalami depresi pada setiap
depresi, dan tabulasi silang antara karakteristik kategori di masing-masing variabel lebih tinggi
sosiodemografi sampel dengan status depresi. dibandingkan dengan yang mengalami depresi.
Berdasarkan usia, proporsi kejadian depresi
HASIL paling tinggi ditemukan pada kelompok usia 70
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan tahun ke atas yakni sebanyak 12 orang (27,9%),
usia, sampel penelitian didominasi oleh kelompok diikuti oleh kelompok usia 65-69 tahun sebanyak 5
usia 70 tahun ke atas yaitu sebesar 47,8%, diikuti
49
http://isainsmedis.id/ojs/
ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 7 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER, HAL. 47-52
orang (25%), dan kelompok usia 60-64 tahun Dilihat dari tingkat pendidikan, proporsi
sebanyak 5 orang (18,5%). Terdapat depresi lebih tinggi ditemukan pada sampel yang
kecenderungan peningkatan angka depresi seiring berpendidikan rendah yakni sebanyak 21 orang
dengan pertambahan usia seperti yang terlihat (27,6%). Hanya sebanyak satu orang (11,1%)
pada Tabel 3. sampel yang berpendidikan tinggi yang mengalami
Proporsi depresi pada sampel perempuan depresi.
lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampel laki- Angka depresi ditemukan lebih tinggi pada
laki, hampir mencapai dua kali lipatnya. Dalam sampel yang tidak menikah, hampir mencapai dua
penelitian ini, ditemukan sebanyak 16 sampel kali lipat jika dibandingkan dengan sampel yang
perempuan (30,8%) mengalami depresi, sedangkan menikah. Proporsi depresi pada sampel yang tidak
sampel laki-laki yang mengalami depresi hanya bekerja lebih tinggi yaitu 16 orang (33,3%)
sebanyak 6 orang (15,8%). dibandingkan dengan mereka yang bekerja yakni
hanya sebanyak 6 orang (14,3%).
50
http://isainsmedis.id/ojs/
ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 7 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER, HAL. 47-52
merasa lebih nyaman dan bahagia, sehingga dapat menyatakan bahwa gangguan depresi mayor lebih
6
menjauhkannya dari risiko depresi. sering dialami individu yang bercerai atau lajang
11
Hasil analisis mengenai status depresi dalam dibandingkan dengan yang menikah. Seseorang
penelitian ini diperoleh bahwa proporsi depresi yang berstatus duda/janda atau tidak menikah
pada kelompok usia 70 tahun ke atas lebih tinggi berisiko hidup sendiri, di mana hidup sendiri juga
dibandingkan dengan dua kelompok usia lainnya merupakan faktor risiko terjadinya depresi pada
serta terdapat kecenderungan peningkatan angka lansia. Lansia yang masih memiliki pasangan hidup
depresi seiring bertambahnya usia. Temuan ini akan memiliki tempat untuk saling berbagi dan
sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang mendukung dalam menghadapi masa tua, sehingga
dilakukan oleh Veer-Tazelaar yang menunjukkan memiliki risiko depresi yang lebih rendah.
bahwa prevalensi depresi meningkat sejalan dengan Dilihat dari status pekerjaan, angka depresi
12
bertambahnya usia lansia. Seiring bertambahnya dalam penelitian ini dua kali lipat lebih tinggi pada
usia, maka akan terjadi peningkatan morbiditas, lansia yang tidak bekerja. Ini didukung oleh hasil
penurunan status fungsional, serta adanya paparan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
berbagai faktor risiko dan pengalaman hidup yang 63,2% lansia yang tidak bekerja menderita depresi,
dapat mempengaruhi kejiwaan lansia, sehingga sedangkan di antara lansia yang bekerja yang
6
berisiko menempatkan lansia dalam keadaan menderita depresi hanya 26,3%. Perilaku hidup
depresi. aktif merupakan salah satu cara mencegah
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa jumlah terjadinya depresi, dan bekerja merupakan salah
lansia perempuan yang mengalami depresi lebih satu bentuknya. Namun, perubahan fisik yang
mendominasi dibandingkan jumlah lansia laki-laki terjadi akibat proses penuaan akan mempengaruhi
yang mengalami depresi, hampir mencapai dua kali kemampuan lansia dalam melakukan pekerjaan
lipatnya. Hal ini dapat disebabkan karena yang memerlukan tenaga, sehingga akan
perempuan umumnya memiliki ambang stres yang membatasi mereka dalam bekerja. Lansia yang tidak
lebih rendah dibandingkan laki-laki. Secara alamiah, bekerja cenderung akan memiliki sedikit aktivitas
depresi yang lebih sering ditemukan pada dan banyak waktu kosong. Minimnya aktivitas ini
perempuan merupakan dampak dari perubahan akan mendorong munculnya rasa jenuh pada lansia,
13
biologis terutama hormonal. yang dapat berujung pada terjadinya depresi.
Ditinjau dari tingkat pendidikan, sebanyak Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan
27,6% responden berpendidikan rendah mengalami bekerja adalah melakukan sesuatu yang dapat
depresi. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang menghasilkan uang. Hal tersebut secara tidak
dilakukan oleh Suardana, yang menunjukkan bahwa langsung menunjukkan bahwa lansia yang tidak
proporsi depresi pada lansia yang berpendidikan bekerja cenderung akan kehilangan sumber
rendah lebih besar dibandingkan proporsi depresi finansial sehingga memiliki penghasilan yang lebih
pada lansia berpendidikan sedang/menengah dan rendah. Menurut Djernes, depresi cenderung lebih
6
tinggi. sering ditemukan pada lansia dengan penghasilan
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku yang rendah, karena lansia tersebut akan
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, mengalami permasalahan khususnya dalam hal
maka ia akan semakin mudah menerima informasi ekonomi yang dapat menambah beban
15
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang pikirannya.
dimiliki. Di samping itu, pendidikan juga merupakan
modal awal dalam perkembangan kognitif, di mana SIMPULAN
kognitif tersebut dapat menjadi mediator antara Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
suatu kejadian dan mood, sehingga kurangnya bahwa responden yang mengalami depresi
pendidikan dapat menjadi faktor risiko lansia sebanyak 22 orang (24,4%), sedangkan yang tidak
14
menderita depresi. mengalami depresi lebih dari tiga kali lipatnya yakni
Berkaitan dengan status pernikahan, proporsi sebanyak 68 orang (75,6%). Proporsi kejadian
depresi dalam penelitian ini ditemukan lebih tinggi depresi paling tinggi ditemukan pada kelompok usia
pada responden yang tidak menikah. Hal ini 70 tahun ke atas. Ditinjau dari jenis kelamin, angka
didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang depresi lebih tinggi pada responden perempuan
51
http://isainsmedis.id/ojs/
ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 7 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER, HAL. 47-52
52
http://isainsmedis.id/ojs/