Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Praktik Mata Kuliah Perencanaan Program Promosi
Kesehatan
Dosen Pembimbing :
Fenti Yulianti.SST.,MKM
Dra.Hj Iryanti,S.Kp.,M.Kes
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Maka tak heran jika penggunaan gawaipun meningkat. Di Indonesia rata-rata anak
menghabiskan waktunya sehari-hari selama lebih dari satu jam untuk menonton televisi
(54,4%), memutar video (30%), membaca buku (8,2%),mengoperasikan komputer
(32,5%),dan 67,3% bermain game elektronik.
Hal ini tentu berisiko terhadap kesehatan mata, yang mana tidak baik apabila mata
terus melihat ke layar digital seperti handphone atau laptop karena dapat menyebabkan
berbagai macam keluhan pada mata. Mulai mata lelah, mata kering yang disebabkan
oleh paparan layar yang terlalu lama dan lensa mata cembung menjadi berlebihan
karena jarak yang terlalu dekat dari layar.
Oleh karena itu, penting diadakannya penyuluhan (KIE) mengenai kesehatan mata
terhadap sasaran sekunder yaitu guru karena guru dapat menjadi jembatan agar
informasi dapat tersampaikan dengan efektif kepada murid/siswa. Karena mata
merupakan salah satu indra terpenting yang menunjang aktivitas sehari-hari yang
tentunya harus dijaga.
1.2 Analisis
1.2.1 Penilaian Sosial
Fase yang pertama, Menganalisis kualitas hidup individu atau
masyarakat yang sumbernya langsung dari masyarakat. Selama pandemi
covid-19, orang tidak dapat keluar rumah secara bebas, kecuali orang yang
memiliki kepentingan seperti bekerja atau hal penting lainnya. Hal itu tentu
membuat banyak orang bosan hanya berdiam diri di rumah, maka orang
cenderung untuk mencari kebahagiaanya sendiri di rumah. Kebahagiaan itu
seperti bermain game online, streaming Youtube dan juga bertemu dengan
teman-teman dari berbagai daerah secara virtual.
Di Jawa Barat sendiri, Durasi penggunaan gawai meningkat selama
masa pandemi. Berdasarkan penelitian RSCM FK UI pada April-Juni 2020,
terjadi peningkatan waktu rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 jam per
hari dan peningkatan kecanduan internet pada remaja dan anak-anak
sebesar 19,3 persen.
Hal ini tentu berisiko terhadap kesehatan mata, yang mana tidak baik
apabila mata terus melihat ke layar digital seperti handphone atau laptop,
apalagi anak-anak yang cenderung tidur larut malam gara-gara keasyikan
menonton serial drama kesukaannya. Dr Alex Ng Lap Ki, spesialis oftamologi
di klinik kesehatan mata di Central and Kowloon, mengatakan masalah mata
salah satu efek samping pandemi virus corona. Beliau pun menghubungkan
banyak gejala ini dengan penyakit mata kering. Mata kering terjadi ketika
seseorang tidak menghasilkan cukup air mata untuk melumasi mata secara
memadai.
1.2.2 Penilaian Epidemiologi
Menurut penelitian, beberapa bulan terakhir, sekitar 65 persen anak-anak
menjadi kecanduan game karena banyak menghabiskan waktu di rumah juga
akibat perkembangan teknologi. Mereka tidak dapat menjauhkan diri dari
perangkat cerdas seperti ponsel dan laptop, bahkan selama 30 menit.
Anak-anak kerap menangis, mengekspresikan kemarahan, tidak
mendengarkan orang tua mereka. Mereka menunjukkan perilaku yang
mudah marah ketika diminta untuk berhenti menggunakan perangkat
tersebut. Perkembangan teknologi dan pandemi Covid-19 membuat anak
semakin sering menggunakan gawai dalam waktu lama, yang berpotensi
menyebabkan miopia.
- Faktor Genetik
Saat pandemi, semakin banyak anak dan remaja yang mengidap rabun
jauh (miopia) atau yang lebih dikenal sebagai mata minus. Miopia dapat
terjadi karena faktor genetika (keturunan), miopia tinggi atau berat di atas
ukuran 6 dioptri, hampir dipastikan karena faktor bawaan atau keturunan.
Orang yang membawa genetic myopia dari orang tuanya, cenderung
berpotensi lebih tinggi mengidap myopia dibanding dengan orang yang
tidak memiliki genetic dari keluarganya, terlebih dalam situasi pandemic
dimana intensitas penggunaan gawai meningkat.
- Faktor Perilaku
Lebih sering bermain gadget karena bosan di rumah, sehingga
mencari kebahagiaan sendiri melalui gadget
- Faktor Lingkungan
Adanya penetapan Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Jaringan (Daring)
1.3 Tujuan
Munculnya pandemi covid-19 yang belum kunjung selesai,mengharuskan kegiatan
seperti sekolah dilakukan secara online. Hal ini mengakibatkan anak-anak
menghabiskan waktu didalam rumah dengan bermain gawai/gadget namun hal ini
menimbulkan beberapa masalah Kesehatan salah satunya adalah penyakit pada mata
karena terlalu lama menatap layar gadget. Untuk itu kegiatan ini bertujuan untuk
mengurangi resiko masalah Kesehatan mata pada anak ditengah pandemi Covid19
1.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini dibagi menjadi tiga sasaran, yaitu :
Sasaran primer : Anak usia sekolah (13-15 tahun)
Sasaran sekunder: Orang tua dan Guru
Sasaran tersier : Kepala sekolah
1.5 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan Kesadaran dalam menjaga
Kesehatan Mata ditengah pandemi. Dengan diberikannya pengetahuan tentang dampak
dari menggunakan gadget secara berlebihan dan mencegah dengan cara merelaksasi
mata 20 detik setiap 20 menit sekali.
BAB II
RENCANA KEGIATAN
2.1 Perencanaan
2.1.1 Input
- Sumber daya yang tersedia dalam organisasi (panitia dan penyuluh)
- Komitemen dari seluruh anggota organisasi
- Adanya tanggung jawab dari seluruh anggota organisasi
- Adanya aplikasi yang menunjang untuk dapat melakukan kegiatan secara
online
- Adanya dukungan dari PGRI Kota Bandung
- Adanya dukungan dari pihak Kepala Sekolah
2.1.2 Output
- Adanya program Gerakan Relaksasi Mata 20 Detik (GERSAMA 20)
- Adanya media (Poster)
NO Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1. Pembagian kepanitiaan dan
penyusunan proposal
2. Mengadvokasi PGRI dan
Kepala Sekolah
3. Mengundang Guru untuk
mengikuti KIE (Penyuluhan)
2. Pembuatan form pendaftaran
3. Pembuatan Therm Of
Refference
4. Sewa zoom meeting
6. Konfirmasi jumlah peserta
7 Pelaksanaan
8. Evaluasi
2.1.1 Susunan Acara
2.2 Strategi
2.2.1 Advokasi
Strategi Advokasi digunakan pada saat mengadvokasi Kepala
Sekolah dan Organisasi PGRI Kota Bandung agar dapat turut serta berperan
dalam mendukung Program Gersama 20
2.4.2 Proses
- Adanya dukungan dari pihak kepala sekolah untuk program
- Adanya dukungan dari PGRI Kota Bandung
- Antusias guru dalam mengikuti Penyuluhan (KIE) program Gersama 20
- Tersebarnya media poster dan informasi kepada Murid/siswa
- Adanya perubahan perilaku murid/siswa sehingga dapat menerapkan
Gersama 20 dalam kehidupan sehari-hari
2.4.3 Output
65% Murid/siswa menerapkan Gersama 20 dalam kehidupan sehari-hari
3.1 Kesimpulan
Selama Pandemi Covid-19, orang tidak dapat keluar rumah secara bebas, kecuali
orang yang memiliki kepentingan seperti bekerja atau hal penting lainnya. Hal itu tentu
membuat banyak orang bosan hanya berdiam diri di rumah, maka orang cenderung
untuk mencari kebahagiaanya sendiri di rumah. Kebahagiaan itu seperti bermain game
online, streaming Youtube dan juga bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah
secara virtual. Bahkan, Pandemi Covid-19 ini mengharuskan pembelajaran jarak jauh
demi memutus mata rantai penularan. Maka tak heran jika penggunaan gawai selama
Pandemi Covid-19 meningkat.
Di Jawa Barat, durasi penggunaan gawai meningkat selama masa pandemi.
Berdasarkan penelitian RSCM FK UI pada April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu
rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 jam per hari dan peningkatan kecanduan
internet pada remaja sebesar 19,3 persen.
Hal ini tentu berisoko terhadap kesehatan mata, yang mana tidak baik apabila mata
terus melihat ke layar digital seperti handphone atau laptop karena dapat menyebabkan
berbagai macam keluhan pada mata. Mulai mata lelah, mata kering yang disebabkan
oleh paparan layar yang terlalu lama dan myopia.
Oleh karena itu, kami melaksanakan Program GERSAMA 20 untuk mencegah
terjadinya masalah terhadap mata melalui penyuluhan (KIE) mengenai kesehatan mata
kepada sasaran sekunder yaitu guru, karena guru dapat menjadi jembatan agar
informasi dapat tersampaikan dengan efektif kepada murid/siswa.