Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “(INTRA
UTERINE DEVICES = IUD)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pelayanan KB
yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan
kemudahan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung
jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin, 2003).
      Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi tersebut
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya
selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah
keberhasilan mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun
keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain dapat diamati dari
semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi(prevalensi). Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah
suntik(21,1%), pil(19,4%), AKDR(18,1%), Norplan(16%), Sterilisasi wanita(3%),
Kondom(0,7%), Sterilisasi pria(0,4%), dan sisanya merupakan peserta KB tradisonal yang
masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala maupun senggama
terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi ketiga. Sedangkan
dalam program BKKBN memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR terutama adalah
CuT380 A yang menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak semua klien berminat
terhadap alat kontrasepsi AKDR dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut
efek samping, takut proses pemasangan , dilarang oleh suami, dan kurang mengetahui tentang
KB AKDR. Maka dari itu penulis ingin mencoba membahas makalah dengan judul “Kontrasepsi
IUD “.

2.1  Tujuan

1.      Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum pelayanan kontrasepsi KB terutama AKDR atau IUD.
2.      Tujuan Khusus
1)      Mengetahui tentang pengertian AKDR
2)      Untuk mengetahui tentang jenis-jenis AKDR
3)      Untuk mengetahui tentang mekanisme kerja AKDR
4)      Untuk mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi pemakaian AKDR
5)      Untuk mengetahui tentang keuntungan dan kerugian memakai metode kontrasepsi AKDR
6)      Untuk mengetahui tentang cara penanganan dari efek samping AKDR
7)      Untuk mengetahui tentang hal-hal apa saja yang harus diketahui akseptor KB.
BAB II

TINJAUAN TEORI

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


(INTRA UTERINE DEVICES = IUD)

2.1    PENGERTIAN

1.      Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan
berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)
2.      AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat
dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
3.      AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim
melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)

2.2    JENIS-JENIS AKDR

1.      AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR
telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam
sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
a.       Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi
1)      Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T
2)      Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
b.      Menurut Tambahan atau Metal
1)      Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, ML-Cu 375
2)      Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan
yang dari jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkanluasnya kawat halus
tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2
2.      IUD yang mengandung hormonal
a.       Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.Mengandung 38 mg
progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari. Tabung insersinya
berbentuk lengkung, Daya kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified withdrawal)
b.      LNG-20
      Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di
Finlandia. Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100 wanita per tahun.
Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi
dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan hait yan sangat
sedikit.

2.3    MEKANISME KERJA

1.      Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat
bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan
lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti
kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam
rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang
mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma
(Prawirohardjo, 2005).
2.      Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang
terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-
sifat dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi,
penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR
yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar
prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3.      Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah
transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak
terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa
kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya
implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim
4.      Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c.       AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat
sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi
d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
2.4    EFEKTIVITAS IUD

1.      Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuition rate) yaitu beberapa lama
IUD tetap tinggal dalam uteri tanpa:
a.       Ekspulsi
b.      Terjadinya kehamilan
c.       Pengangkatan/pengeluaran karena alasa-alasan medis atau pribadi.
2.      Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:
a.       IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya
b.      Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.
c.       Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan parietas diketahui :
1)      Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD
2)      Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka ekspulsi dan
pengangkatan /pengeluaran IUD.

2.5    KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN AKDR ATAU IUD

1.      Keuntungan
a.       Keuntungan AKDR Non hormonal (Cu T 380A):
1)      Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan
dalam 1 tahun pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
2)      AKDR dapat efektf segera setelah pemasangan
3)      Metode jangka panjang
4)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5)      Tidak mempengaruhi hubungan sexual
6)      Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk hamil
7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)
8)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
10)  Dapat digunakan sampai menopause
11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

b.      Keuntungan IUD hormonal adalah:


1)      Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe
2)      Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae(Asherman’s Syndrome)
2.      Kerugian
a.       Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:
1)      Perubahan siklus haid
2)      Haid lebih lama dan banyak
3)      Perdarahan(spotting) antarmenstruasi
4)      Disaat haid lebih sakit
5)      Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
6)      Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
7)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
8)      Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
9)      Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
10)  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan
normal.

b.      Kerugian IUD hormonal:


1)      Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
2)      Harus diganti setelah 18 bulan
3)      Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak(spotting)
4)      Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
5)      Efek samping dan komplikasi IUD hormonal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1)      Pada saat insersi
a)      Rasa sakit atau nyeri
b)      Muntah, keringat dingin
c)      Perforasi uterus
2)      Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari:
a)      Rasa sakit dan perdarahan
b)      Infeksi
c)      Kehamilan intra-uterine
d)     Kehamilan ektopik
e)      Ekspulsi

2.6    INDIKASI PEMAKAIAN AKDR ATAU IUD

1.      Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert


a.       Usia reproduktif
b.      Keadan nullipara
c.       Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d.      Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f.       Resiko rendah dari IMS
g.      Tidak menghendaki metode hormonal
h.      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i.        Perokok
j.        Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k.      Gemuk ataupun yang kurus
l.        Sedang menyusui
2.      Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T-380A):
a.       Penderita tumor jinak payudara
b.      Epilepsi
c.       Malaria
d.      Tekanan darah tinggi
e.       Penyakit tiroid
f.       Setelah kehamilan ektopik
g.      Penderita DM

2.7    KONTRAINDIKASI PEMAKAIAN AKDR

1.      Sedang hamil
2.      Perdarahan vagina yang tidak diketaui
3.      Sedang menderita infeksi genetalia
4.      Penyakit trifoblas yang ganas
5.      Diketahui menderita TBC velvik
6.      Kanker alat genital
7.      Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm

2.8     CARA PEMASANGAN AKDR/IUD

1.      Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD


a.       Bivale speculum
b.      Tanekulum(penjepit portio)
c.       Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)
d.      Forsep
e.       Gunting
f.       Bengkok larutan antiseptic
g.      Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT
h.      Kasa atau kapas
i.        Cairan DTT
j.        Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
k.      AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masih belum rusak dan terbuka
l.        Aligator(penjepit AKDR)

2.      Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T


Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui
servikalis.
a)      Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran dan posisi uterus
b)      Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik
c)      Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik
Iinspekulum, servik ditampilkan dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik, penjepit
dilakukan kira-kira 2cm dari osteum uteri externum, dengan cunan bergerigi Saturday
d)     Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk menentukan
arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum. Tentukan
arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang dari 5 cm atau kavumuteri terlalu
sempit, insersi AKDR jangan dilakukan
e)      Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai
dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-kadang terdapat
tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian pemasangan diulangi
e)
f)       AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat
pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi
perforasi oleh AKDR
g)      Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDR ditinggalkan 2-3cm.
     3. Cara pencabutan AKDR
a.    Mengeluarkan AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid
b.    Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar
perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga
osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR
dikeluarkan seperti di atas
c.       Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan mikro kuret. Kadang-
kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
d.      Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
e.       AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek
samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya
AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T
1-2 tahun.

2.9    PENANGANAN EFEK SAMPING AKDR(Cu T-380A)

1.      Amenora
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas
AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat,
atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan
ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati
dan diperhatikan
2.      Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan. Tanggulangi
penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk
sedikt meringankan. Apabila klien menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien
menentukan metode kontrasepsi yang lain.
3.      Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan.
Beri ibu profen(800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan
tablet besi(1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3bulan).
4.      Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas.
Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran
endoservik dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih)
setelah masa haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau
pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah
AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain.
5.      Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat
dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila
PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain
sampai masalahnya teratasi.

2.10 KUNJUNGAN ULANG

1.      1 bulan pasca pemasangan


2.      3 bulan kemudian
3.      setiap 6 bulanberikutnya
4.      1 tahun sekali
5.      bila terlambat haid 1 minggu
6.      perdarahan banyak dan tidak teratur.

2.11ANGKA KEGAGALAN IUD

1.      Belum ada IUD yang 100% efektif


2.      Angka kegagalan untuk:
a.       IUD pada umumnya: 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun
b.      Lippes Loop dan First Generation Cu IUD: 2 kehamilan per 100 wanita per tahun.
c.       Second Generation Cu IUD <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dan 1,4 kehamilan per 100
wanita setelah 6 tahun pemakaian.

2.12 INFORMASI UMUM

1.      AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan


2.      AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama.
3.      Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan.
4.      Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak
5.      AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien
BAB III

PENUTUP

3.1    KESIMPULAN

1.      AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat
dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
2.      Jenis-jenis AKDR / IUD yaitu AKDR hormonal dan non hormonal
3.      Mekanisme kerja IUD yaitu Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi,
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dll.
4.      Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:
a.       IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya
b.      Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.
c.       Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
5.      Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama.
Perdarahan (spotting) antar menstruasi. Disaat haid lebih sakit. Kerugian IUD hormonal yaitu
Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD, harus diganti setelah 18 bulan
6.      Indikasi pemakaian AKDR atau IUD yaitu Usia reproduktif, Keadan nullipara, Menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Menyusui yang menginginkan menggunakan alat
kontrasepsi, Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, dll.
7.      Kontraindikasi pemakaian AKDR yaitu Sedang hamil, Perdarahan vagina yang tidak diketaui,
Sedang menderita infeksi genetalia, Penyakit trifoblas yang ganas, Diketahui menderita TBC
velvik
8.      AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan, AKDR dapat keluar dari uterus
secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama, Kemungkinan terjadi perdarahan
(spotting) beberapa hari setelah pemasangan, Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama
dan lebih banyak, AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.

3.2    SARAN

1.      Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR


Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan
cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2.      Bagi tenaga kesehatan
a.       Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang
baik dan sesuai prosedur.
b.      Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP


Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari
Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Jakarta: YBP-SP
Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Riswindarto http://pendidikan-dan-kesehatan.blogspot.com/2012/05/makalah-pelayanan-kb-iud.html D
iakses tanggal 28 Maret 2013 Pukul 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai