Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROKEL


(untuk memenuhi tugas keperawatan anak)

Disusun Oleh :
Nama : Rosdiana Dewi
Nim : 171030100142

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKeS WIDYA DHARMA HUSADA TENGERANG
KOTA TANGERANG SELATAN
MEI 2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada
transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di
sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di
sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang
tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis.
Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi,
sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus
spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas
terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih. Jarang
sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan,
sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika
vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan
rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga
perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan
rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong”
hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.
Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hidrokel terjadi akibat adanya
kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam
skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian Hidrokel?
2. Apa saja etiologi Hidrokel?
3. Klasifikasi Hidrokel
4. Gambar Hidrokel?
5. Manifestasi Klinis Hidrokel?
6. Komplikasi pada Hidrokel?
7. Pencegahan pada Hdrokel?
8. Pendekatan Teori Keperawatan Anak Pada Hidrokel?
9. Pathway Hidrokel
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell (ronggga atau celah yang
mana diartikan sebagai adanya penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika
vaginalis. (Behram. 2000) Hidrokel merupakan penimbunan cairan dalam selaput yang
membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis.
Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan
penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan
peritonium mengalir melalui saluran yang terbuka teersebut dan terperangkap didalam
skrotum sehingga skrotum membengkak. (Pramono, Budi .2008).

B. Etiologi

1.Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :
a. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau
b. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi
cairan hidrokel.
2.Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab
sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau
epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.

C. Tanda Dan Gejala

1. Pembesaran skrotum dan perasaan berat.


2. Biasanya nyeri ringan kecuali di sebabkan oleh infeksi epididimis akut.

D. Klasifikasi

1. Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :


a. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika
akan diabsorpsi.
b. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu
masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan
oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena
suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah
yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
2. Menurut letak kantong hidrokel dari testis, yaitu :
a. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.
Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
b. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah cranial dari
testis,sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong hidrokel.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
c. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi
kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.

E. Gambar Hidrokel
F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.
Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan
teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang.
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada
pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang
terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan
ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila dilakukan


transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang dengan masa gelap
oval dari bayangan testis. Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan
transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien. Dengan hasil
usg berwarna keabu-abuan.

H. Penatalaksanaan Medis

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika
hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.

1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang
kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi
pada hidrokel adalah :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.
b. Indikasi kosmetik.
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.

2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan
herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan
eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Padahi drokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in
toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan
diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan berupa
hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan anestesi umum ataupun regional
(spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini tidak
begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun jika setelah
diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong.

I. Komplikasi

1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor.


2.Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan
fungsi seksualnya.
3. Infeksi testis.

J. Pencegahan

Hidrokel pada bayi baru lahir tidak dapat dicegah karna kondisi telah berkembang
sebelum kelahiran. Namun perawatan sebelum bayi lahir dapat dilakukan untuk membantu
mencegah hidrokel pada bayi laki-laki. Pada laki-laki dewasa, untuk mencegah hidrokel
sebaiknya menghindari daerah kelamin dari cedera misalnya mengikuti aturan keselamatan
ketika sedang berolahraga. Pilihan gaya hidup sehat, berolahraga, makan-makanan yang
bergizi seimbang, dan menghindari penyakit menular seksual juga dianjurkan untuk
membantu mencegah hidrokel (Belville & Swierzewski, 2011).
K. Pathway
Asuhan Keperawatan Hidrokel

A. Kasus
An. S usia 12 tahun datang kerumah sakit islam sultan agung semarang diantar oleh ibunya
dengan keluhan sulit buang air kecil, bengkak dan nyeri pada testis yang menjalar hingga
perut, dan tidak bisa menahan nyeri, serta demam sudah 2 hari. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan hasil: TTV : TD: 120/70 mmhg, N: 95x/menit, S: 38ᵒc, RR:
20x/menit.

B. Analisa Data

Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi TTD


15/06/19 DS: Klien mengatakan Pembengkakan Gangguan rasa
Jam nyeri pada skrotumnya pada skrotum nyaman, Nyeri
08:00 menjalar sampai keperut. karena proses akut
DO: Klien tampak penyakit
meringis kesakitan.
Pengkajian nyeri
P: nyeri skrotum
meningkat saat klien
tidur dan habis
melakukan aktifitas.
Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk.
R: nyeri dibagian
skrotum menjalar sampai
keperut.
S: skala nyeri 6-7.
T: nyeri selama 1-2 jam
per hari.
15/06/19 DS: Klien mengatakan Psikologis: Gangguan pola
Jam sulit tidur sejak dirawat kecemasan, pola tidur
09:00 karena rasa nyeri, dan aktivitas,
tidur sekitar 2-3 jam kelelahan,
pada malam hari kurangnya
DO: Klien tampak pucat, istirahat pada
lemah, kurang bergairah, malam hari,
TTV: TD: 120/70 mmhg, kurangnya jam
RR: 20x/menit, S: 38ᵒc, tidur akibat
N: 95x/menit. nyeri.
15/06/19 DS: Keluarga Proses infeksi Hipertermia
Jam mengatakan anaknya
10:00 demam sudah 2 hari
yang lalu
Keluarga mengatakan
anaknya menggigil
DO: TTV: TD:
120/70mmhg, RR:
20x/mnt, S: 38ᵒc, N:
95x/mnt

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut b/d Pembengkakan pada skrotum karena
proses penyakit.
2. Gangguan pola tidur b/d Psikologis: kecemasan, pola aktivitas, kelelahan,
kurangnya istirahat pada malam hari, kurangnya jam tidur akibat nyeri.
3. Hipertermi b/d Proses infeksi.

D. Intervensi

Tgl/jam Dx.Kep Tujuan & Kriteria Hasil Planning TTD


16/06/19 1 Setelah dilakukan tindakan  Lakukan
Jam keperawatan selama 2x24 jam pengkajian nyeri
08:00 klien merasa nyaman, dan secara
berkurangnya rasa nyeri menjadi komprehensif
skala 3 dengan criteria hasil: termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol nyeri karakteristik,
(tahu penyebab nyeri, durasi, frekuensi,
mampu menggunakan kualitas, dan factor
tehnik nonfarmakologi presipitasi
untuk mengurangi nyeri,  Observasi reaksi
mencari bantuan). nonverbal dari
 Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan  Bantu pasien dan
menggunakan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan
 Mampu mengenali nyeri menemukan
(skala, intensitas, dukungan
frekuensi, dan tanda  Kontrol
nyeri) lingkungan yang
 Menyatakan rasa nyaman dapat
setelah nyeri berkurang mempengaruhi
 Tanda vital dalam nyeri seperti suhu
rentang normal ruangan,
 KU baik pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi factor
presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi:
napas dalam,
relaksasi, distraksi,
kompres
hangat/dingin
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: Ketorolac
3x1 Amp IV,
Ranitidin 2x1 Amp
IV
 Tingkatkan
istirahat
 Berikan informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik pertama
kali

16/06/19 2 Setelah dilakukan tindakan  Determinasi efek-


Jam keperawatan 2x24 jam gangguan efek medikasi
09:00 pola tidur klien dapat teratasi terhadap pola tidur
dengan kriteria hasil:  Jelaskan
 Jumlah jam tidur dalam pentingnya tidur
batas normal yang adekuat
 Pola tidur, kualitas dalam  Fasilitasi untuk
batas normal mempertahankan
 Perasaan fresh sesudah aktivitas sebelum
tidur/istirahat tidur (membaca)
 Mampu mengidentifikasi  Ciptakan
hal-hal yang lingkungan yang
meningkatkan tidur nyaman
 Kolaborasi
pemberian obat
tidur
 Kaji ulang pola
tidur klien
 Monitor TTV
 Pantau KU
16/06/19 3 Setelah dilakukan tindakan  Observasi keadaan
Jam keperawatan selama 2x24 jam umu klien
10:00 maka An. K tidak mengalami  Monitor vital sign
hipertermi dengan kriteria hasil: klien (suhu & nadi)
TTV: TD: 120/70 mmhg, RR:  Beri kompres
20x/mnt, S: 37ᵒc, N: 95x/mnt hangat pada kening
klien
 Anjurkan pada
klien untuk
meningkatkan
istirahat
 Kolaborasi
pemberian inus RL
20tts/mnt, injeksi
Ceftriaxone
2x500mg

E. Implementasi

Tgl/jam Dx.kep Implementasi Respon Klien TTD


17/06/06 1  Kaji nyeri secara DS: Klien mengatakan
Jam komprehensif masih merasakan nyeri
08:00 DO: Klien tampak
meringis mengerutkan
dahi, skala nyeri 5-6
Jam DS: Klien mengatakan
10:00  Ajarkan klien teknik bersedia diajari
relaksasi distraksi DO: Klien tampak
mengikuti perintah
Jam DS: Klien mengatakan
11:30  Berikan analgetik untuk nyeri sudah berkurang
mengurangi nyeri: sedikit
Ketorolac 3x1 Amp IV, DO: TTV: TD:
Ranitidin 2x1 Amp IV 120/70mmhg, N:
 Monitor TTV 95x/menit, S: 36ᵒc, RR:
 Pantau KU 20x/menit

17/06/19 2  Kaji pola tidur DS: Klien mengatakan


Jam masih kurang tidur
14:00 kemarin, dan tidur hanya
3 jam saja semalam
DO: Klien tampak
Jam  Jelaskan pentingnya tidur kelelahan, kurang
15:00 yang adekuat kepada klien semangat
DS: Klien mengatakan
 Memberikan fasilitas susah untuk tidur saat
Jam aktivitas sebelum tidur rasa nyeri dibagian
17:00 pada klien (membaca) skrotum terasa
DO: Klien tampak
mendengarkan penjelasan
DS: Klien mengatakan
Jam akan mencobanya saat
20:00  Ciptakan suasana yang sulit tidur kembali pada
nyaman malam hari
DO: Klien tampak senang
Jam
21:00  Berikan obat tidur jika DS: Klien merasa
klien kesulitan tidur pada nyaman pada malam hari
malam hari DO: -
Jam DS: Klien bersedia untuk
21:30 meminum obat tidur agar
 Monitor TTV dapat tidur
DO: -
DS: -
DO: TD: 110/70 mmhg,
N: 89x/mnt, S: 36ᵒc, RR:
20x/mnt
17/06/19 3  Mengobservasi keadaan DS: Klien mengatakan
Jam umum klien suhu tubuhnya sudah
22:00  Memonitor vital sign klien menurun
(suhu & nadi) DO: TTV: S: 36ᵒc, N:
 Memberikan kompres 89x/mnt
hangat pada klien Tubuh klien teraba
 Menganjurkan klien untuk normal, panas berkurang
istirahat Klien tidak tampak terjadi
 Memberikan infuse RL dehidrasi selama adanya
20tts/mnt demam
 Memberikan injeksi
ceftriaxone 2x500mg

F. Evaluasi

Tgl/jam Dx.Kep Evaluasi TTD


17/06/19 1 S: Klien mengatakan masih nyeri
Jam O: Klien tampak meringis, skala 5-
08:00 6
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Jam 2 S: Klien mengatakan tidur hanya 3
14:00 jam
O: Klien tampak masih kelelahan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Jam 3 S: Klien mengatakan suhu
15:00 badannya sudah normal
O: Tubuh klien teraba normal, tidak
Nampak dehidrasi selama demam,
S: 36ᵒc, N: 89x/mnt

Anda mungkin juga menyukai