Anda di halaman 1dari 18

MODUL 3

STATIS

LAPORAN PRAKTIKUM
FTI 114 - Praktikum Dasar

Nama : Albert Setiawan


NIM : 2017-0453-0001
Shift/Kelompok : IA/Kelompok 1
Tanggal Praktikum : 16 April 2018
Asisten : Yosua Parlindungan

LABORATORIUM MEKANIKA EKSPERIMENTAL


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2018
I. TUJUAN
1. Mempelajari Kesetimbangan Sistem Dawai.

2. Menganalisis “unknown force” dalam kesetimbangan sistem dawai.

3. Menganalisis “unknown mass” dalam kesetimbangan sistem dawai.

4. Menentukan konstanta pegas dengan prinsip kesetimbangan sistem dawai

II. TEORI DASAR


Keseimbangan sistem dawai dapat dicapai bila resultan vektor dari semua gaya
eksternal yang bekerja pada sistem tersebut sama dengan nol. Berdasarkan prinsip
tersebut, maka besarnya gaya yang tidak diketahui (unknown force) ataupun
massa yang tidak diketahui (unknown mass) dapat dihitung pada saat sistem
berada dalam keseimbangan.
Menurut Hukum I Newton yang berbunyi bila resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda sama dengan nol maka benda yang mula-mula berada dalam keadaan
diam akan tetap diam atau benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan
tetap bergerak tanpa mengalami perubahan kecepatan.
Secara matematis, pernyataan di atas dapat dinyatakan dengan:

∑ F=m∙ a=0 (1)

Di mana ΣF adalah resultan dari semua gaya yang diaplikasikan ke suatu benda.
Hukum III Newton yang berbunyi bila benda pertama mengerjakan suatu gaya
pada benda kedua maka gaya yang dikeluarkan oleh benda pertama akan sama
dengan gaya yang diterima oleh kedua benda, namun hanya arahnya saja yang
berkebalikan atau secara matematis dapat dinyatakan dengan:

F aksi =−Freaksi (2)

Berdasarkan Hukum Newton, partikel dapat diasumsikan berada dalam kondisi


keseimbangan statik (static equilibrium).
Untuk kasus sistem dawai, setiap nodal dapat dianggap sebagai partikel yang
berada dalam keseimbangan statik, sehingga persamaan untuk tiga buah gaya
yang bekerja pada satu buah titik adalah sebagai berikut:
F1 F2 F3
= = (3)
sin α sin γ sin β

Gambar 3.2.1 Gaya pada Sistem Dawai


Dimana:
F1: gaya tegangan tali 1 (N)
F2: gaya tegangan tali 2 (N)
F3: gaya berat dari benda yang digantung (N)

Untuk vektor gaya, dapat direalisasikan sebagai berikut:

F x =F ∙ cos α (4)

F y =F ∙ sin α (5)

Gambar 3.2.2 Vektor Gaya

Hukum Hooke adalah hukum dalam bidang ilmu fisika yang membahas mengenai
gaya yang terjadi karena elastisitas dari sebuah pegas. Besarnya gaya Hooke ini
secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari
posisi normalnya, atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
F=−k ∙ x (6)
Di mana:
F adalah gaya (N)
k adalah konstanta pegas (N/m)
x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya (m)

Energi potensial pegas merupakan salah satu jenis energi potensial yang
berhubungan dengan bahan-bahan elastis. Misalnya saja sebuah pegas sederhana
akan mempunyai energi potensial ketika ditekan (atau diregangkan), karena ketika
dilepaskan, pegas itu dapat melakukan kerja pada sebuah bola seperti yang
ditunjukkan oleh gambar dibawah.

Gambar 3.2.3 Energi Potensial dari Pegas.

Gambar 3.2.4 Gaya Pegas

Pada sebuah pegas yang teregang Gambar 3.2.4(b), gaya FP tidak konstan tetapi
berubah-ubah sepanjang jarak S (secara linier berubah-ubah dari nol pada posisi
tidak teregang sampai kx ketika terentang sepanjang x). Jika FP diasumsikan
sebagai gaya rata-ratanya, maka:
1 1
F p= ( 0+k ∙ x )= kx (7)
2 2
Maka usaha yang dilakukan oleh pegas adalah:
1 1
W =F p ∙ x = kx ∙ x= k x 2 (8)
2 2
Dimana x adalah panjang tekanan atau rentangan pegas yang diukur dari posisi
normal (posisi acuan x = 0). Sehingga diperoleh energi potensial pegas atau
disebut sebagai energi potensial elastik berbanding lurus dengan kuadrat panjang
rentangannya, yaitu:
1
Ep Elastis= k x2 (9)
2
III. PERALATAN PERCOBAAN
1. 1 buah busur derajat

2. Untaian kawat

3. 3 buah katrol plastik

4. 1 set beban

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 3.4.1 Rangkaian Sistem Dawai

1. Rangkailah sistem dawai seperti pada gambar diatas.

2. Pasanglah beban-beban yang telah ditetapkan sesuai dengan letaknya.

3. Kemudian ukurlah sudut-sudut dan pertambahan panjang pegas yang


terbentuk akibat beban yang diberikan pada lembar data.

4. Ulangilah langkah 2 – 3 untuk masing-masing beban yang telah ditetapkan.


V. TUGAS DAN PERTANYAAN

Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan statis dan kesetimbangan
dinamis?

Jawab:

Kesetimbangan statis adalah kesetimbangan yang terjadi ketika posisi benda


berada dalam kondisi diam dan tidak bergerak, (ƩF = 0)

Kesetimbangan dinamis adalah kesetimbangan dimana terdapat dua benda yang


saling memberikan gaya yang sama besar tetapi saling berlawanan tanpa adanya
gangguan dari gaya lain atau benda lain.

2. Jelaskan pengaruh beban yang diberikan terhadap sudut yang terbentuk!

Jawab:

Ketika beban yang berada di bawah lebih besar daripada beban yang ada diatas
maka sudut yang terbentuk terhadap tali pegas dan tali beban bawah akan semakin
besar karena, beban yang berada di bawah akan menarik tali sehingga tali yang
menahan beban di atas akan ikut tertarik. Beban di bawah lebih berat dan sudut
yang terbentuk lebih besar menyebabkan gaya yang bekerja pada pegas akan
semakin besar dan begitu pula sebaliknya.

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi nilai konstanta pegas!

Jawab:

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai konstanta pegas, suhu lingkungan,
jumlah lilitan pegas, dan luas permukaan pegas. Jika suhu lingkungan semakin
tinggi (panas) maka nilai konstanta pegas akan semakin besar karena pegas akan
lebih mudah memuai, sedangkan ketika suhu semakin rendah (dingin) maka nilai
konstanta pegas akan semakin kecil karena pegas akan semakin kaku atau
merapat.
Kemudian jumlah lilitan pegas berpengaruh terhadap nilai konstantas pegas
dikarenakan, semakin banyak lilitan pegas maka pegas akan semakin keras dan
nilai konstanta pegasnya akan semakin besar. Sedangkan ketika pegas mempunyai
lilitan yang semakin sedikit, maka nilai konstanta pegas akan semakin kecil dan
pegas akan mudah ditarik.

Yang terakhir ada luas permukaan pegas, semakin luas permukaan maka nilai
konstanta pegas akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil luas
permukaan maka nilai konstanta pegas akan semakin besar.

4. Jelaskan pengaruh sudut terhadap nilai konstanta pegas dalam percobaan ini!
Jawab:

Semakin besar sudut yang terbentuk terhadap pegas, maka akan semakin besar
konstanta pegas tersebut dikarenakan gaya yang bekerja pada pegas akan semakin
besar juga. Begitu juga sebaliknya semakin kecil sudut yang terbentuk maka akan
semakin kecil konstanta pegasnya karena gaya yang bekerja pada pegas semakin
kecil. Hal ini terjadi karena gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus
dengan konstanta pegas.

VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN, DAN ANALISIS

6.1 Lembar Data

Lembar data dilampirkan di halaman berikutnya


6.2 Perhitungan

1. Hitunglah besar gaya (Fc) serta bandingkan nilai F yang terukur pada pegas!

Jawab:

Fa Fc Fb
= =
sin α sin γ sin β

Fc =?

Percobaan 1

Fa Fc
=
sin α sin γ

F a ∙sin γ
F c=
sin α

F a ∙sin 95 °
F c=
sin114 °

Mencari Fa terlebih dahulu

ma = 25 gram = 0.025 kg

Fa=m a ∙ g

Fa=0.025 ∙(9.81)

Fa=0.24525 N

Sehingga Fa dapat dimasukkan kembali

F a ∙sin 95 °
F c=
sin114 °

0.24525∙ 0.996
¿
0.914

¿ 0.267253 N

Sehingga dapat dibentuk tabel untuk sisanya


Tabel 6.2.1 Hasil Perhitungan Fc

Percobaan ke- γ α F (N)


1 95 114 0.267253
2 99 129 0.311534

Dari hasil perhitungan diatas dapat dibandingkan dengan hasil pengukuran F pada
percobaan.

Tabel 6.2.2 Perbandingan Nilai F

F (N) F (N)
Percobaan ke-
Perhitungan Percobaan
1 0.267253 0.2
2 0.311534 0.25

Dari tabel perbandingan diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak
terlalu besar terhadap nilai F. Perbedaan terbilang tidak terlalu besar karena
perbedaan terletak di dua angka belakang koma.

2. Hitunglah besar konstanta pegas beserta dengan ralat absolut dan relatifnya!

Jawab:

F=−k ∙ x

Percobaan 1

F=0.267253 N

X = 0.4 cm = 0.004 m

F=−k ∙ x
0.267253=−k ∙ 0.004

−0.267253
k= = 66.81318
0.004

Sehingga dapat dibentuk tabel untuk sisanya

Tabel 6.2.3 Hasil Perhitungan Konstanta Pegas

Percobaan ke- X (m) k


1 0.004 66.81318
2 0.005 62.30676

Kemudian mencari kesalahan absolut dan relative konstanta pegas

Percobaan 1

∂k 2 ∂k 2 2
Sk=
√( ∂F )
S F c2 +
∂x ( )
Sx

1 2 −F c 2 2
Sk=
√( Fc )
S F c 2+
x2 ( )
Sx

Karena SFc tidak diketahui, mencari SFc terlebih dahulu

∂ Fc 2 ∂ Fc 2 2 ∂ F c 2 2
S Fc =
√( ∂F ) 2
S Fa +
∂γ( )Sγ +
∂α ( )

1 ∙ sin γ 2 F a ∙ cos γ 2 2 F a ∙ sin γ ∙ cos α 2 2


S Fc =
√( sin α ) 2
S Fa + (sin α ) Sγ +( sin 2 α ) Sα

Karena SFa tidak diketahui, mencari SFa terlebih dahulu

∂ Fa 2 ∂ Fa 2 2
S Fa =
√( ∂ ma ) 2
S ma +
∂g ( )
Sg

Karena g (percepatan gravitasi) merupakan tetapan maka terhitung 0, dan ma


sudah terukur, sehingga SFa menjadi
∂ F a 2 2 ∂ Fa 2 2
S Fa =
√( ∂ ma ) ( )
(0) +
∂g
( 0)

2
S Fa = ( g ) ( 0)2+ ( m a )2 (0)2

S Fa =0

Kemudian masukan SFa ke persamaan SFc

2
1 ∙ sin γ 2 2 F a ∙ cos γ F a ∙ sin γ ∙ cos α 2 2
S Fc =
√( sin α ) (0) + (
sin α
2
Sγ + ) (
sin2 α
Sα )
F a ∙cos γ 2 2 −F a ∙ sin γ ∙ cos α 2 2
S Fc =
√( sin α )Sγ + (
sin2 α
Sα )
2
0.24525∙ cos 95 ° 1 2 −0.24525∙ sin 95 ° ∙ cos 114 ° 2
1 2
S Fc =
√( sin 114 ° )( ) (
2
+
( sin 114 ° )2 )( )2

0.24525∙ (−0.087 ) 2 −0.24525∙ 0.996 ∙(−0.407) 2


S Fc =
√( 0.914 )
( 0.5 )2 +¿
( ( 0.914 ) 2
( 0.5 )2
)
S Fc = √ 0.000136+ 0.0000885

S Fc =0.031959

Kemudian masukan SFc ke dalam persamaan Sk

1 2 −F c 2 2
Sk=
√( Fc) (0.031959)2+

2
x2
Sx ( )
2 2
1 0.001
Sk=
√( 0.267253 )
(0.031959)2+
−0.267253
(
(0.004)2 )( 2 )
Sk=√ 0.01430017+69.75016

Sk=± 8.352512

Sehingga dapat dibentuk tabel untuk sisanya

Tabel 6.2.4 Hasil Perhitungan Sk

Percobaan ke- k Sk
1 66.81318 ±8.352512
2 62.30676 ±6.235825

Menghitung kesalahan minimum dan maksimum

Percobaan 1

k = 66.81318

Kesalahan maksimum

66.81318 + 8.352512 = 75.1656923

Kesalahan minimum

66.81318 - 8.352512 = 58.4606677

Sehingga dapat dibentuk tabel untuk sisanya

Tabel 6.2.5 Hasil Perhitungan Kesalahan Maksimum dan Minimum

Percobaan ke- k Sk Maksimum Minimum


1 66.81318 ±8.352512 75.1656923 58.4606677
2 62.30676 ±6.235825 68.542585 56.070935

Mencari Kesalahan Relatif

Percobaan 1

Sk
S relatif = ∙ 100 %
k

8.352512
S relatif = ∙ 100 %
66.81318

S relatif = 12.50123436 %

Sehingga dapat dibentuk tabel untuk sisanya


Tabel 6.2.6 Hasil Perhitungan Kesalahan Relatif

Kesalahan Relatif
Percobaan ke- Sk
(%)
1 ±8.352512 12.50129436
2 ±6.235825 10.00826395

3. Hitunglah energi potensial yang bekerja pada pegas!

Jawab:

1
Ep Elastis= k x2
2

Percobaan 1

1
Ep= k 1 x 2
2

1
Ep= (66.81318)∙(0.004)2
2

Ep=0.000534505 Joule

Sehingga dapat dibentuk tabel untuk sisanya

Tabel 6.2.7 Hasil Perhitungan Energi Potensial

Percobaan ke- k Ep (Joule)


1 66.81318 0.000534505
2 62.30676 0.000778834

6.3 Analisis

Tabel 6.3.1 Perbandingan Antara Hasil F Perhitungan dan F Percobaan

F (N) F (N)
Percobaan ke-
Perhitungan Percobaan
1 0.267253 0.2
2 0.311534 0.25

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa F atau gaya pegas yang bekerja berbeda.
Tetapi perbedaan tidak terlalu signifikan karena perbedaan terletak di dua angka
di belakang koma. Jadi dapat diasumsikan bahwa hasil perhitungan F dengan hasil
percobaan F sama atau tidak berbeda jauh. Hal tersebut terjadi karena alat
pengukuran pada percobaan masih bersifat konvensional dan kurang akurat
sehingga perlu perhitungan ulang untuk membuktikan hasil F yang didapatkan
sama besar.

Tabel 6.3.2 Hasil Perhitungan Kesalahan Absolut dan Kesalahan Relatif

Percobaan ke- Sk Absolut Sk Relatif (%)


1 ±8.352512 12.50129436
2 ±6.235825 10.00826395

Dari perhitungan kesalahan yang didapat, kesalahan memiliki nilai diatas 5%


sehingga dapat dikatakan percobaan tidak berjalan dengan lancar karena hasil
perhtiungan k yang didapatkan sangatlah tidak akurat. Hal ini terjadi karena
beberapa hal yaitu praktikan tidak menaruh alat pengukur dengan tepat sehingga
titik tali tidak tepat pada tengah alat ukur sudut, alat ukur yang dipakai praktikan
pada saat pengukuran masih konvensional dan tidak memiliki tingkat ketelitian
yang tinggi sehingga praktikan mengukur dengan perkiraan ketika percobaan
terukur tidak tepat pada garis pengukur.

Tabel 6.3.3 Perbandingan Energi Potensial dengan Jarak Renggang Pegas

Percobaan ke- X (m) Ep (Joule)


1 0.004 0.000534505
2 0.005 0.000778834

Dari tabel perbandingan di atas, dapat dilihat bahwa semakin jauh renggangan
pegas dari posisi normalnya, maka energi potensial pegas akan semakin besar
dikarenakan butuh energi yang lebih besar ketika merenggangkan pegas yang
jaraknya jauh ketimbang yang jaraknya lebih dekat. Maka dari itu semakin jauh
jarak renggang pegas terhadap posisi normalnya maka akan semakin besar energi
potensial pegas tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak renggang
pegas tersebut maka akan semakin kecil pula energi potensial pada pegas tersebut.

VII. KESIMPULAN

Dari hasil analisa diatas dapat diambil beberapa kesimpulan:

 Hasil perhitungan F pegas pada percobaan akan sama besar atau tidak
berbeda jauh. Perbedaan terjadi karena alat pengukur yang digunakan pada
saat percobaan mempunyai derajat ketelitian yang rendah, sehingga data
yang terukur kurang akurat.
 Hasil perhitungan kesalahan menununjukkan bahwa kesalahan relatif
memiliki nilai diatas 5%. Hal ini disebabkan karena alat yang
konvensional dan faktor dari praktikan sendiri.
 Dari tabel 6.3.3 dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak renggang
pegas terhadap posisi normalnya maka energi potensial pegas tersebut
akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.

Dari keseluruhan praktikum dapat disimpulkan bahwa percobaan berjalan kurang


lancar

VIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Resnick, H. (1985). Fisika Jilid I. Edisi ketiga. Hal. 415-430. Jakarta:


Erlangga.
2. Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Edisi ketiga: jilid 1. Hal.
317-331. Jakarta: Erlangga.
3. Hibbeler, R.C. (2012). Engineering Mechanics: Statics. New Jersey: Prentice
Hall.
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 Busur

Gambar 9.2 Satu Set Beban


Gambar 9.3 Satu Set Percobaan Hukum Hooke (Statis) dengan 3 Katrol

Anda mungkin juga menyukai