Anda di halaman 1dari 11

YAYASAN ANANTA BHAKTI

SMA SANTA THERESIA KALANGAN SENDIRI


www.st.theresia-jkt.sch.id

MODUL

K.D. 3.2
ELASTISITAS BAHAN

1
Siswa dapat:
1. Menjelaskan sifat elastis dan plastis suatu bahan
2. Menentukan modulus elastisitas suatu bahan
3. Menjelaskan konsep tegangan dan rengangan
4. Menentukan tetapan suatu pegas
5. Menerapkan Hukum Hooke
6. Menentukan energi potensial suatu pegas atau susunan pegas
7. Menentukan konstanta pegas pengganti susunan seri
8. Menentukan konstanta pegas mengganti susunan paralel
9. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak
10. Kerelaan untuk aktif terlibat dalam karya dan pelayanan
11. Mempunyai sikap proaktif salam kegiatan pembelajaran.
12. Mempunyai semangat kepedulian terhadap kebersihan ruangan
dan hemat listrik.

2
3
A. PENDAHULUAN
Coba kalian amati benda benda disekitar kita, adakah benda itu sesuai dengan judul modul ini?
Benda yang akan kita bahas adalah benda benda yang memiliki sifat unik, yaitu: “kembali ke
bentuk semula” jika ditekan atau ditarik. Pernahkah anda mengamati benda atau kejadian
seperti pada gambar ?

Benda diatas adalah contoh benda dengan besar elastisitas tertentu, sehingga dapat
digunakan untuk beberapa alat seperti gambar. Dapatkah anda menyebutkan bagian mana
yang memiliki sifat kenyal sehingga alat tersebut dapat berfungsi sesuai kegunaanya ?

Karet yang digunakan pada ban kendaraan memiliki sifat elastis. Ketika ban mengalami tekanan
dari beban kendaraan atau terkena ketukan saat melintasi rintangan di jalan, karet ban akan
mengalami deformasi (perubahan bentuk atau ukuran) sementara dan kemudian kembali ke
bentuk semula. Sifat elastis ini membantu dalam meredam guncangan dan meningkatkan
kenyamanan serta keamanan saat berkendara.

Pegas digunakan dalam sistem suspensi kendaraan yaitu untuk mengabsorpsi dan meredam
getaran dan goncangan saat kendaraan melaju di jalan yang tidak rata. Pegas ini menyimpan
energi potensial elastis saat terjadi deformasi akibat guncangan dan kemudian melepaskan
energi tersebut untuk mengembalikan kendaraan ke posisi semula.

Elastisitas benda merujuk pada sifat benda ketika mengalami perubahan bentuk sementara
ketika diberikan gaya dan kemudian kembali ke bentuk aslinya setelah gaya tersebut di
lepaskan. Dalam hal ini elastisitas menggambarkan kemampuan benda untuk mengembalikan
bentuk seperti semula setelah mengalami deformasi.

Elastisitas benda bergantung pada sifat material benda itu sendiri. Benda yang memiliki
elastisitas yang baik dapat mengalami deformasi dalam batas tertentu tanpa mengalami
kerusakan permanen. Ketika beban atau gaya yang bekerja pada benda tidak melebihi batas
elastisitasnya, benda akan mengembalikan bentuknya secara reversibel. Akan tetapi, apabila
gaya yang diberikan lebih dari batas elastis benda, benda tidak dapat kembali ke bentuk
semula meskipun gaya tersebut hilangkan. Benda secara permanen akan berubah bentuk.

4
Gambar 1. Grafik hubungan gaya dengan pertambahan panjang pegas
Gambar grafik di atas menunjukkan bahwa, garis lurus OA menunjukkan bahwa gaya F akan
sebanding dengan pertambahan panjang pegas (∆L). Ketika gaya F diperbesar lagi
sampai melampaui titik A, ternyata garis pada grafik sudah tidak lurus lagi. Hal ini menunjukkan
batas linieritas pegas sudah terlampaui, namun pegas masih bisa kembali kebentuk semula. Oleh
karena itu, daerah yang dibatasi oleh titik O sampai B disebut daerah elastis. Apabila
gaya F semakin diperbesar hingga melewati titik B, batas elastisitas sudah terlampaui.
Akibatnya, setelah gaya F dihilangkan, pegas tidak bisa kembali ke bentuk semula
(pegas akan bersifat plastis). Jika gaya F terus diperbesar sampai titik C, pegas akan patah.

B. TEGANGAN (STRESS)
Tegangan juga didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan strukturmolekul atau
penampang benda. Tegangan dapat dirumuskan seperti :
𝐹
𝜎=
𝐴
Dengan :
𝜎 = tegangan (N/m2 atau Pa)
F = gaya (N)
A = luas penampang atau luas permukaan (m)

C. REGANGAN (STRAIN)
Rengangan adalah perubahan panjang per satuan panjang. Misal karena gaya F, benda
berubah panjangnya sebesar ∆L.
∆𝐿
𝑅𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐿

5
Gambar 2. (a.b) Sebuah batang karet ditarik dengan gaya F akan menyebabkan terjadi
perubahan panjang.

(c) Grafik hubungan antara tegangan dan rengangan. Tegangan dan rengangan sebanding
sampai titik A. Bila tegangan terus diberikan sampai titik B antara tegangan dan rengangan
tidak linier lagi akan patah di titik C.

D. MODULUS YOUNG (MOBULUS ELASTISITAS)


Perbandingan tegangan terhadap regangan pada daerah grafik yang linear adalah konstan,
besarnya konstanta dinamakan Modulus Young diberi simbol E atau sering disebut modulus
elastis.

𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐸=
𝑟𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

𝐹. 𝐿
𝐸=
𝐴. ∆𝐿

Dengan :
E = Modulus Ypung (N/m2)
F = gaya (N)
L = panjang mula-mula (m)
A = luas penampang (m2)
∆L = pertambahan panjang (m)

6
E. HUKUM HOOKE
“Apabila pegas di tarik dengan suatu gaya tanpa melampaui batas
elastisitasnya, pada pegas akan bekerja gaya pemulih yang sebanding dengan
simpangan benda dari titik simbangnya tetapi arahnya berlawanan dengan
arah gerak benda”
-Robert Hooke-

Secara matematis, hukum Hooke dinyatakan sebagai berikut :


𝐹𝑝 = −𝑘. ∆𝑥

Dengan :
Fp = haya pemulih (N)
∆x = simpangan pegas (m)
k = tetapan pegas (N/m)

*tanda negatif pada hukum Hooke bermakna bahwa gaya pemulih pada pegas selalu
berlawanan dengan arah simpangan pegas.

Gambar 3. Pegas di rengangkan dan Pegas di tekan sejauh ∆𝑥

Ketika pegas ditarik ke kanan dengan gaya F (seperti terlihat pada gambar nomor 1 diatas),
pegas akan mengalami gaya pemulih (𝐹𝑝) yang arahnya ke kiri. Gaya pemulih tersebut
menyebabkan pegas kembali ke posisi semula setelah gaya F dihilangkan. Kedua gaya tersebut
bernilai sama karena merupakan pasangan aksi-reaksi.
Sedangkan ketika pegas ditekan (dimampatkan oleh gaya dorong (seperti terlihat pada
gambar nomor 2 diatas)), pegas akan mengalami gaya pemulih (𝐹𝑝) yang arahnya ke kanan
(berlawanan dengan arah gaya dorong F). Gaya pemulih tersebutmenyebabkan pegas kembali
ke posisi semula setelah gaya F dihilangkan. Arah gaya pemulih selalu berlawanan dengan
arah gaya yang diberikan.

7
Gambar 4. Grafik hubungan gaya terhadap pertambahan panjang.

Perhatikan gambar 5. Jika pegas mula-mula panjangnya 𝑋0 digantung pada statif, kemudian
pada ujung pegas digantung beban atau ditarik dengan gaya F, maka pegas akan bertambah
panjang menjadi 𝑋, dengan pertambahan panjang pegas ∆𝑋 . Maka berlaku persamaan
sebagai berikut :

• Besaran gaya tarik = berat beban


• F = gaya berat
• Jadi :

𝐹= 𝑊
𝑊 = 𝑚. 𝑔

• Sedangkan dari persamaan Hukum Hooke :


𝐹 = 𝑘. ∆𝑥
*tanda (-) digunakan untuk arah saja.

Gambar 5. Pegas

Sehingga dari kedua persamaan tersebut :


𝐹 = 𝑚. 𝑔 − − − (1)
𝐹 = 𝑘. ∆𝑥 − − − (2)
Persamaan (2) disubtitusikan ke persamaan (1)
𝑚. 𝑔
𝑘=
∆𝑥
Dimana : k = konstanta pegas (N/m)
m = massa beban (kg)
∆𝑥 = pertambahan panjang pegas (m)
g = percepatan gravitasi bumi = 10 m/s

8
F. RANGKAIAN SUSUNAN PEGAS
1. Rangkaian Seri Pegas

Gambar 6. Rangkaian seri pegas


Gaya tarik yang dialami masing-masing pegas sama dengan gaya tariknya.
Fpegas gabungan = F1 = F2
Pertambahan panjang pegas yang disusun seri merupakan junlah pertambahan panjang
ketiga pegas.
∆𝑥 = ∆𝑥1 = ∆𝑥2
Jadi tetapan pegas, yang disusun seri :
1 1 1 1
= + +⋯+
𝑘𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑘1 𝑘2 𝑘𝑛
Dengan :
kseri = ks = tetapan pegas susunan seri (N/m)
k1 = konstanta pegas 1 (N/m)
k2 = konstanta pegas 2 (N/m)

2. Rangkaian Paralel Pegas

Jika F diberikan pada dua pegas yang di susun parale. Maka pertambahan panjang pegas
total ∆𝑥 sama dengan pertambahan panjang masing-masing pegas.
∆𝑥 = ∆𝑥1 = ∆𝑥2
Sedangkan gaya tarik yang dialami :
Fpegas gabungan = Fp1 + Fp2
Sehingga :
Fpegas gabungan = Fp1 + Fp2
kp∆𝑥= k1∆𝑥+ k2∆𝑥
∆𝑥
kp∆𝑥= (k1+ k2)∆𝑥
Jadi tetapan pegas susunan paralel :
kp = k1+k2+....+kn

9
Dengan :
kparalel= kp= tetapan pegas susunan paralel (N/m)
k1= konstanta pegas 1
k2= konstanta pegas 2

G. ENERGI POTENSIAL ELASTIK PEGAS


Energi potensial pegas adalah energi potensial saat pegas direngangkan atau dimampatkan.
Secara matematis, energi potensial dirumuskan sebagai berikut :
1
𝐸𝑝 = 𝑘(∆𝑥)2
2
Dengan :
Ep= energi potensial pegas (Joule)
k = konstanta pegas (N/m)
∆𝑥= perubahan panjang pegas (m)

Grafik 1. Gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas (∆𝑥)

Energi potensial pegas = luas daerah yang diarsir


1
= 2 𝑘(∆𝑥)2

Dengan :
Ep = energi potensial pegas (Joule)
k = konstanta pegas (N/m)
∆𝑥 = pertambahan panjang pegas

10
Refrensi

Ir. Marthen Kanginan, M.Sc, Fisika XI kelas XI, Penerbit Erlangga, 2007
Bob Foster, Akselerasi Fisika untuk SMA Kelas XI, Penerbit Duta, 2018

11

Anda mungkin juga menyukai