Anda di halaman 1dari 8

TEORI DASAR

Gaya pegas sering disebut dengan gaya elastis atau karet karena gaya pegas
memiliki bentuk yang dapat berubah menjadi lebih panjang dari bentuk semula.
Padahal kenyataanya, pegas dihasilkan dari benda dengan bahan logam dan
tidak memiliki kelenturan. Hanya saja karena adanya gaya yang dihasilkan
itulah, benda berbahan logam menjadi bersifat elastis.

Hukum Hooke

Hukum Hooke merupakan hukum yang berkaitan dengan gaya elastis yang ada
di dalam pegas atau per. Teori ini dikemukakan oleh ilmuwan asal Inggris,
Robert Hooke.
Robert Hooke membagi benda ke dalam dua jenis, yaitu bersifat plastis dan
juga elastis. Benda bersifat plastis ini merupakan benda yang tidak
mengalami perubahan saat diberi gaya (tarik).
Sedangkan benda elastis adalah benda yang bisa mengalami perubahan saat
diberi gaya, benda itu juga bisa kembali ke bentuk semulanya setelah tidak
diberi gaya. Contohnya adalah karet, shock breaker, dan busur panah.
Dalam penelitiannya Robert Hooke melakukan percobaan dengan benda elastis
dan kemudian ia mengamati terkait dengan hubungan gaya terhadap gaya
pegas. Hasilnya, Hooke mengatakan bahwa besar gaya akan berbanding lurus
dengan jarak kembalinya pegas atau per ke posisi awal.

Bunyi Hukum Hooke

“Jika gaya tarik yang diberikan pada sebuah benda pegas tidak melebihi batas
elastisnya, maka pertambahan panjang benda yang terjadi menjadi sebanding
dengan gaya tarik yang diberikan”.
Timbulnya gaya pegas dikarenakan adanya sifat elastik, sifat lenting pegas atau
karet gelang. Sifat elastik tersebut dimiliki oleh benda yang jika diubah
bentuknya dan kemudian dilepaskan kembali maka bentuk benda tersebut akan
kembali ke bentuk asal atau bentuk semula.

Karena gaya pegas disebabkan oleh sifat elastik maka gaya pegas disebut juga
dengan gaya elastik atau gaya lenting.

Gaya pegas terjadi pada benda-benda lenting yang bentuknya diubah, misalnya
gaya pegas yang muncul pada bambu yang dibengkokkan atau busur panah
yang ditarik. Dibawah ini beberapa contoh benda yang memiliki gaya pegas.
Contoh Benda Memiliki Gaya Pegas
Gaya pegas yang terjadi belum tentu karena benda memiliki sifat elastis, berikut
ini beberapa contoh benda yang memiliki gaya pegas dan digunakan dalam
kebutuhan sehari-hari, antaralain:

 Jam kasa memiliki nilai gaya pegas yang berfungsi untuk memberikan
informasi lokasi kapal pada saat berada di tengah laut.
 Sambungan komponen persneling pada kendaraan memanfaatkan gaya
pegas untuk dapat bekerja dengan baik.
 Teleskop memiliki sistem kerja yang dapat digunakan untuk melihat
benda luar angkasa agat terlihat lebih dekat.
 Mikrosop berfungsi untuk melihat benda atau komponen kecil yang tak
tampak kasat mata.
 Ayunan juga menerapkan sistem gaya pegas.
 Alat ukur gravitasi bumi juga menggunakan pegas.

Rumus Gaya Pegas

F = k.x

Keterangan:
F = gaya yang diberikan pada suatu pegas (N)
k = konstanta yang dimiliki pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas akibat dari gaya (m)
berikut ini fenomena-fenomena dari pegas yang secara sistematis ditulisakan
dengan berbagai rumus dibawah ini:

1. Tegangan
Tegangan adalah keadaan dimana sebuah benda mengalami pertambahan
panjang akibat gaya yang diberikan pasa salah satu ujungnya. Berikut rumus
yang digunakan:

σ = F/A

Keterangan:

F : gaya (N)

σ : tegangan (N/m2 atau Pa)

A :luas penampang (m2)

2. Modus Elastisitas

Perbedaan antara regangan dan tegangan yang dialami sebuah benda yang
disebut dengan modus elastisitas. Rumus yang digunakan yaitu:

E = σ/e

Keterangan:

σ = tegangan (N/m2 atau Pa)

E = modulus elastisitas (N/m)

e = regangan

3. Regangan

Perbandingan antar panjang awal benda dengan pertambahan panjang disebut


dengan Regangan. Hal ini terjadi karena gaya yang diberikan atau dihilangkan
pada sebuah benda. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

e = ΔL/ Lo
Keterangan:

e = regangan

Lo = panjang mula-mula (m)

ΔL = pertambahan panjang (m)

4. Hubungan Gaya Tarik Dengan Modulus Young

Hubungan gaya tarik dan modulus Young secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:

E = σ/e

E = (F/A)/( ∆L/Lo)

E = F/A = E ∆L/Lo

Keterangan:

E = modulus elastisitas (N/m)

e = regangan

σ = tegangan (N/m2 atau Pa)

A = luas penampang (m2)

∆L = pertambahan panjang (m)

Lo = panjan awal (m)


5. Mampatan

Mampatan adalah kondisi yang mirip dengan regangan, perbedaannya hanya


pada arah perpindahan yang terjadi setelah gaya yang diberikan pada sebuah
benda. Pada saat mampatan diberikan gaya, maka molekul sebuah benda akan
bergeser ke dalam. Kondisi ini membuat benda kembali merapat.

Hukum Hooke pada Susunan Pegas

Susunan pegas terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Susunan Seri

Susunan seri ini merupakan kondisi dimana dua pegas mengalami tetapan
pegas yang sama dalam sebuah rangkaian seri, maka panjang dari pegas itu
akan berubah menjadi 2 kali lipat. Persamaannya adalah:

Ks = ½ k

Keterangan:

Ks = Persamaan Pegas

k = konstanta pegas (N/m)

Sementara persamaan untuk pegas yang disusun secara seri adalah:

Ks = k/n

Keterangan:

n = Jumlah pegas

2. Susunan Paralel

Susunan paralel adalah kondisi ketika pegas disusun paralel maka pegas akan
tetap seperti bentuk awal, tetapi luas dari penampangnya berubah menjadi 2x
lipat dari semula jika pegas disusun dua buah. Persamaannya adalah:

Kp = 2k
Keterangan:

Kp = Persamaan pegas pada susunan paralel

k = konstanta pegas (N/m)

Sedangkan persamaan juka pegas memiliki tetapan yang sama dan disusun
secara paralel persamaannya adalah:

Kp = nk

Keterangan:

n = Jumlah pegas

Energi Potensial Pegas

Pegas yang diberi gaya tarik atau gaya tekan akan memiliki energi potensial.
Sifat elastis pada pegas membuat energi potensial bergantung pada besar
gaya yang diberikan untuk meregangkan sebuah benda.
Usaha yang dilakukan pada Gaya F untuk menarik sebuah pegas sehingga
bertambah panjang sebesar X besarnya sama dengan perubahan energi
potensial dari pegas.

Bagian gambar yang terarsir merupakan usaha sama dengan perubahan energi
potensial. Maka rumus yang digunakan untuk menghitung energi potensial
adalah sebagai berikut:
Ep = ½ k Δx2

Keterangan :
K = konstanta pegas (N/m)
Ep = energi potensial pegas (J)
Δx = pertambahan panjang pegas (m)

Rangkaian Pegas
Pegas juga memiliki rangkaian yang disebut dengan rangkaian pegas. Bentuk
dari rangkaian pegas akan menentukan nilai konstanta pegas total yang
nantikan dapat menentukan nilai dari gaya pegas itu sendiri. Pegas memiliki 2
model rangkaian yaitu Rangkaian Pegas Seri dan Rangkaian Pegas parallel

Rangkaian Pegas Seri


Jika terdapat dua pegas dnegan tetapan yang sama disusun seri, maka
panjang pegas akan menjadi 2x lipat, sehingga penulisan rumus secara
sistematis adalah sebagai berikut:

Ks = ½ k

Sedangkan persamaan untuk n pegas yang disusun seri adalah sebagai


berikut:

Ks = k/n

Keterangan :
Ks = persamaan pegas
k = konstanta pegas (N/m)
n = jumlah pegas

Rangkaian Pegas paralel


Jika pegas disusun paralel, maka panjang pegas akan tetap sama dengan
panjang pegas semula, akan tetapi luas penampangnya akan lebih besar
sehingga penulisan rumus secara sistematis adalah sebagai berikut:

Kp = 2k

Sedangkan persamaan n untuk pegas yang disusun secara paralel adalah


sebagai berikut

Kp = n.k

Keterangan:
Kp= persamaan pegas susunan paralel
k = konstanta pegas (N/m)
n = jumlah pegas

Anda mungkin juga menyukai