Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “BERBAGAI PERGOLAKAN DI DALAM NEGERI” sesuai dengan waktu yang telah di
tetapkan. Shalawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepad Nabi Muhammad SAW.
Yang telah menjadi motivator sejati bagi kita semua. Semoga dengan adanya penyusunan
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan referensi pembaca. Amin.
Daftar isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………
Daftar isi……………………………………………………………………..................................
BAB I Pendahuluan .……………………………………………………………………………..
I. Latar Belakang…………………………………………………...............................
II. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
III. Tujuan…………………………………………………………………………………….
        BAB II Pembahasan …………………………………………………………..............................
1. Konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Ideologi……………………
2. Konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Kepentingan…………….
3. Konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Sistem Pemerintahan…
BAB III Penutup……………………………………………………………………………………..
 Kesimpulan …………………………………………………………………………………
 Saran …………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Pada masa penjajahan banyak terjadi pergolakan – pergolakan yang terjadi baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya dengan cara mengupas pergolakan yang
terjadi di dalam negeri siswa dapat dengan mudah mempelajari perjuangan yang di
lakukan baik pemerintah maupun para pejuang kita dalam menghadapinya.
Maka tidak salah, dalam makalah ini kami membahas tentang “ perjuangan
menghadapi pergolakan dalam negeri”
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Ideologi
2. Bagaimana konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Kepentingan
3. Bagaimana konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Sistem
Pemerintah
III. Tujuan
Agar siswa dapat dengan mudah memahami materi tentang “ Perjuangan Menghadapi
Pergolakan dalam Negeri”
BAB II
PEMBAHASAN

1. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.


Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan
DI/TII dan peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme,
sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama. Perlu
diketahui bahwa menurut Herbert Feith, seorang akademisi Australia, aliran politik besar
yang terdapat di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan (terutama dapat dilihat sejak
Pemilu 1955) terbagi dalam lima kelompok : nasionalisme radikal (diwakili antara lain oleh
PNI), Islam (NU dan Masyumi), komunis (PKI), sosialisme demokrat (Partai Sosialis
Indonesia/ PSI), dan tradisionalis Jawa (Partai Indonesia Raya/ PIR, kelompok teosofis/
kebatinan, dan birokrat pemerintah/pamongpraja). Pada masa itu kelompok-kelompok
tersebut nyatanya memang saling bersaing dengan mengusung ideologi masing-masing.
1.Pemberontakan PKI Mandium tahun 1948

Pemberontakan PKI Madiun berawal dari upaya Amir Syarifuddin menjatuhkan Kabinet
Hatta. Pada tanggal 26 Februari 1948 ia membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) di
Surakarta.

FDR menerapkan strategi :

1. Dalam parlemen FDR mengusahakan terbentuknya Front Nasional yang


mempersatukan sebagai sosial politik dalam rangka menggulingkan kabinet Hatta.
2. FDR berupaya menumbuhkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan
dengan cara pemogokan umum dan berbagai bentuk pengacauan.
3. FDR menjadikan Madiun sebagai basis pemerintahan dan Surakarta sebagai daerah
kacau (untuk mengalihkan perhatian dan menghadang TNI

2. Pemberontakan DI/TII

Penandatanganan Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948 sebagai salah


satu upaya untuk mengakhiri pertikaian Indonesia Belanda, ternyata telah menimbulkan
dampak baru terhadap fase perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta. Penandatangan
perjanjian tersebut tidak saja mempunyai akibat di bidang politik, melainkan juga
berpengaruh di bidang militer Negara RI, sebagai konsekwensi logis dari hasil kristalisasi
nilai-nilai pertemuan antara pihak-pihak yang mengadakan perundingan.

KOndisi ini dijelaskan oleh Disjarahad (1982) bahwa di dalam bidang politik pemerintahan
RI dapat kita lihat dengan jelas. Daerah RI sesuai dengan keputusan Linggajati hanya
meliputi pulau Jawa, Sumatra dan Madura semakin dipersempit, lebih-lebih lagi beberapa
kota besar dari ketiga pulau tersebut di atas diduduki Belanda.

3. Gerakan 30 September 1965

Terdapat enam teori mengenai peristiwa kedeta G30S thn 1965


1. Gerakan 30 September merupakan persoalan internal Angkatan Darat
2. Dalang Gerakan 30 September adalah dinas intelijen Amerika Serikat (CIA)
3. Gerakan 30 September merupakan pertemuan antara kepentingan Inggris-AS
4. Soekarno adalah dalang gerakan 30 September
5. Tidak ada pemeran tunggal dan scenario besar dalam peristiwa Gerakan 30
September (teori chaos)
6. Dalang gerakan 30 September adalah PKI
2. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkait dengan kepentingan
(vested interest).
Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS dan Andi
Aziz.Vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu
kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk mengontrol suatu sistem sosial atau
kegiatan untuk keuntungan sendiri. Mereka juga sukar untuk mau melepas posisi atau
kedudukannya sehingga sering menghalangi suatu proses perubahan. Baik APRA, RMS dan
peristiwa Andi Aziz, semuanya berhubungan dengan keberadaan pasukan KNIL atau
Tentara Kerajaan (di) Hindia Belanda, yang tidak mau menerima kedatangan tentara
Indonesia di wilayah-wilayah yang sebelumnya mereka kuasai. Dalam situasi seperti ini,
konflikpun terjadi.
1. Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) atau Kudeta 23 Januari

Gerakan APRA dipimpin oleh Kapten Westerling, gerakan ini didasarkan adanya
kepercayaan akan datangnya Ratu Adil yang akan membawa mereka ke suasana yang
aman dan tentram.Tujuan gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk Negara
Federal di Indonesia dan memiliki tentara sendiri pada negara-negara bagian RIS.
Kemudian diketahui bahwa dalang gerakan APRA adalah Sultan Hamid H, seorang
Menteri Negara pada Kabinet RIS. Dengan keberhasilan APRIS menumpas gerakan APRA,
maka keamanan di wilayah Jawa Barat berhasil dipulihkan kembali.
2. Peristiwa Andi Aziz

Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Andi seorang mantan perwira KNIL
Sulawesi Selatan. Berawal dituntutan pasukan Andi Azis yang menginginkan hanya
pasukan APRIS dari unsure KNIL yang bertanggung jawab atas keamanan Negara
Indonesia Timur (NIT). Pemberontakan bertujuan untuk mempertahankan
NIT.Keamanan di markas mendatangkan battalion TNI dibawah pimpinan Mayor H.U.
Worong. Pada tanggal 5 April 1950 pasukan Andi Azis bergerak menduduki tempat-
tempat penting seperti lapangan terbang dan kantor telekomunikasi. Pasukan ini juga
menyerang pos-pos polisi militer dan menon aktifkan Panglima Temtorium Indonesia
Timur A.J Maloginta.

Pada tanggal 18 April 1950 pemerintah memerintah Andi Azis melaporkan diri ke
Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia kemudian diajukan ke
makamah militer dan dijatuhkan hukuman mati.Guna menumpas pemberontakan
pemerintah menggelar Operasi Militer yang dipimpin oleh Kolonel Kawilorong pasukan
APRIS dapat merebut Makassar dan sekitarnya dapat dibersihkan dari pasukan KNIL.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan(RMS)

Gerakan Republik Maluku Selatan dipelopori oleh Mr. Dr. Cristian Robert Steven
Soumokil (mantan Jaksa Agung negara Indonesia Timur) dibantu oleh Manusama. Ia
berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah, NTT (Negara Indonesia Timur) yang
menjadi bagian RIS. Manusama menghasut para rajapati (kepala desa) untuk setuju
mendirikan RMS melalui rapat umum di kota Ambon tanggal 18 April 1950

Pada tanggal 24 April 1950 Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku


Selatan. Pemerintah RIS menempuh cara damai dengan mengirim Dr. J. Leimena. Namun
misi itu ditolak oleh Soumokil. Pemerintah RIS memutuskan untuk melaksanakan
Ekspedisi Militer, pimpinan ekspedisi adalah Kolonel A.E. Kawilarang, secara perlahan
wilayah-wilayah gerakan RMS berhasil diatasi sehingga keamanan di wilayah Maluku
Tengah pulih kembali.

3. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkait dengan sistem


pemerintahan.
Termasuk dalam kategori ini adalah persoalan negara federal dan BFO (Bijeenkomst
Federal Overleg), serta pemberontakan PRRI dan Permesta. Masalah yang berhubungan
dengan negara federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian Linggajati, Indonesia
disepakati akan berbentuk negara serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat
(RIS). RI menjadi bagian RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara
Pasundan, negara Madura atau Negara Indonesia Timur. BFO sendiri adalah badan
musyawarah negara-negara federal di luar RI, yang dibentuk oleh Belanda. Awalnya, BFO
berada di bawah kendali Belanda. Namun makin lama badan ini makin bertindak netral,
tidak lagi melulu memihak Belanda.Pro-kontra tentang negara-negara federal inilah yang
kerap juga menimbulkan pertentangan. Sedangkan pemberontakan PRRI dan Permesta
merupakan pemberontakan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan beberapa daerah di
wilayah Indonesia terhadap pemerintahan pusat.
1. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia /
Perjuangan Rakyat Semesta  ( PRRI-Permesta)
Pemberontakan PRRI/Permesta didahului dengan pembentukan dewan-dewan di
beberapa daerah di Sumatera, antara lain Dewan Banteng di Sumatera Barat oleh Letnan
Kolonel Achmad Husein (20 Desember 1956) ; Dewan Gajah di Medan oleh Kolonel
Maludin Simbolon (22 Desember 1956) dan Dewan Manguni di Manado oleh Letnan
Kolonel Ventje Sumuai (18 Februari 1957). Tanggal 10 Februari 1958 didirikan organisasi
yang bernama Gerakan Perjuangan Menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang
diketuai oleh Letnan Kolonel Achamad Husein. Gerakan Husein ini akhirnya mendirikan
PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berkedudukan di Bukittinggi
dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat presiden. Permesta (Perjuangan Rakyat
Semesta) pada hari berikutnya mendukung dan bergabung dengan PRRI sehingga gerakan
bersama itu disebut PRRI/Permesta. Permesta yang berpusat di Manado tokohnya adalah
Letnan Kolonel Vantje Sumual, Mayor Gerungan, Mayor Runturambi, Letnan Kolonel D.J.
Samba, dan Letnan Kolonel Saleh Lahade.

2. Persoalan Negara Federal dan BFO

Konsep Negara Federal dan “persektutuan Negara Bagian (BFO/ Bijeenkomst Federal
Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia
sendiri setelah kemerdekaan. Setelah Konferensi Meja Bundar/KMB ( 1949) Persaingan
antara golongan federalis dan unitaris semakin lama makin mengarah pada konflik terbuka
di bidang militer,, pembentukan Angkatan Perang RIS telah menimbulkan masalah
psikologis .
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Potensi disentegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar


terjadi bila bangsa Indonesia tidak menyadari adanya potensi semacam itu.

Konflik dan pergolakan yang berlangsung diantara bangsa Indonesia


bahkan bukan saja bersifat internal , melainkan juga berpotensi ikut
campurnya bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa Indonesia.

 Saran

Diharapkan saran atau kritikan dari pembaca agar kedepannya makalah


ini dapat di susun dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

 http:// eriprastia.blogspot.co.id/2013/04/makalah-perjuangan-
menghadapi-pergolakan.html/m=1
 http://googleweblight.com/?
lite_url=http://indonote.blogspot.com/2012/06/perjuangan-
menghadapi-pergolakan -dalam.html&ei=mwwdQCur&lc=id-
ID&sm=890&host=www.google.co.id&ts=1470897095&sig=AKDO
VD67aGN_ZtzRKDawyOVE_sy-lqla9iA

Anda mungkin juga menyukai