Jadi, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dngan cara demikianlah maka ilmu
pengetahuan dapat digunakan untuk mewujudkan rahmat Allah di muka bumi,
mengingat semua ilmu hakikatnya berasal dari Allah SWT.
Oleh sebab itu, umat Islam tidak perlu ragu dalam menerima ilmu pengetahuan
dari manapun, karena tidak ada hubungannya dengan agama. Pendapat yang demikian,
berakibat terjadinya sikap sekularisme dalam islam. Jika demikian, lantas apa
hubungannya antara Al-Quran dengan ilmu pengetahuan atau sains? Hal ini pun juga
sudah sempat menjadi perselisihan antara pendapat para ulama yang sudah
berlangsung cukup lama.
Semantara ini, ada seorang ahli keislaman yang berpendapat bahwa ilmu
menurut Al-Quran yaitu mencakup segala macam pengetahuan yang berguna bagi
manusia dalam kehidupannya, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan
datang. Untuk pendapat yang satu ini memang sudah tidak diragukan lagi, mengingat Al-
Quran adalah kitab Allah yang telah terbukti kebenarannya yang tidak diragukan lagi dan
mengingat pula bahwa ilmu pengetahuan datangnya dari Allah SWT.
Selanjutnya, terdapat pandangan bahwa di dalam Al-Quran terdapat isyarat-
isyarat, petunjuk, dan dorongan dari ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan seluruh
umat manusia untuk mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, yang diperlukan bukan dilihat dari banyaknya berbagai teori dalam Al-Quran,
tetapi dari segi spiritnya, atau dorongannya.
Dengan cara demikian, maka setiap orang akan mengkaji Al-Quran dengan
sungguh-sungguh dan akan menghasilkan berbagai temuan ilmiah. Namun demikian,
temuan-temuan tersebut agar tidak dimutlakkan, dan tidak dianggap sebagai satu-
satunya kebenaran, melainkan dianggap sebagai temuan yang bersifat temporer, dan
masih dapat diperbaharui dan dikembangan dengan akal dan kemampuan manusia
dalam memanfaatkan segala pengetahuan yang Allah berikan.
Dalam Alquran banyak sekali kisah kisah yang didalamnya ada iman yang
melahirkan pendidikan karakter, diantarnya dari kisah Nabi yusuf, yang tidak hanya
memiliki ketampanan di luar namun didalam hatinya juga, kisah Nabi musa, Nabi isa,
Nabi Adam, Nabi Muhamad, dll. Kisah tersebut kita bisa mengetahui bahwa setelah kita
beriman kepada Allah sebagai pondasi teologis utama, pada akhirnya syariah dan akhlak
akan menjadi implementasinya.
Karakter yang dikembangkan dalam surat Luqman selanjutnya yaitu pada ayat
13 tentang makna inna al-syirka la zhulmun al-azhim yang artinya mempersekutukan
Allah merupakan kezaliman yang besar. Ayat ini menekankan pentingnya keimanan
sebagai pondasi utama setiap manusia. Sehingga setiap manusia muslim diwajibkan
mempercayai dengan sepenuh hati adanya Allah SWT. Perbuatan tidak mempercayai
atau mempersekutukan Allah disebut syirik, syirik adalah perbuatan mempersekutukan
Allah dengan makhluk-Nya, seperti patung, pohon besar, batu, dan lainnya.
Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman yang besar, karena perbuatan itu berarti
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Sebagai umat Islam telah diketahui bahwa
tauhid merupakan asas puncak dan tertinggi dalam Islam, sehingga perbuatan
mengingkari tauhid dengan menyekutukan Allah merupakan dosa besar yang tidak
dapat ditolerir, kecuali dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha) .
Lukman juga memberikan pelajaran kepada anak anaknya. Mulai dari beriman
kepada Allah, tidak menyekutukan Allah, menghormati orang tua meskipun berbeda
paham, tidak boleh sombong, tidak boleh merendahkan orang lain dengan sebutan yang
hina dll. Lukman juga berkata tentang iman, taqwa dan tawakal adalah sebuah kesatuan
yang akan menyelamatkan manusia dalam meraih ridho Allah “Wahai anakku, Dunia ini
merupakan sebuah lautan yang dalam, telah banyak orang-orang yang hanyut
kedalamnya, mak jadikanlah iman sebgai kapalmu di dunia ini, taqwa sebagi isinya, dan
tawakal sebagai layarnya. Mudah-mudahan dengan demikian engkau bisa selamat dan
saya kwatir engkau tidak bisa selamat” .
Salah satu landasan normatif pendidikan karakter adalah berasal dari kitab suci
suatu agama. Dalam konteks agama Islam, Al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman
dan rujukan utama dalam bertingkah laku. Larangan mempersekutukan Allah dalam
Islam mutlak ditaati dan dilaksanakan karena merupakan perintah dan ajaran agama
sebagai bentuk pengakuan terhadap kekuasaan Allah SWT. Landasan normatif tersebut
dibutuhkan mengingat bahwa nilai dan norma tidak bersifat netral tetapi memiliki
keperpihakan pada sumber yang lebih tinggi. Demikian pentingnya pendidikan karakter
keimanan yang berbasis nilai religius karena merupakan kebenaran wahyu Tuhan atau
disebut juga konservasi moral.
Dengan mempelajari ilmu falak atau ilmu hisab, kita dapat memastikan
matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa, melakukan rukyatul hilal dengan
tepat ke posisi hilal.
Dengan demikian, ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan
dalam melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah mereka yang selalu
memperhatikan matahari dan bulan untuk mengingat Allah” (HR. Thabrani).
Metode ini memperhitungkan besar sudut kiblat pada bola bumi. Ketika ingin
mengetahui arah kiblat maka secara otomatis perhitungan yang dimaksud adalah untuk
mengetahui arah menuju Ka’bah di Mekah dilihat dari suatu tempat di permukaan Bumi.
Perhitungan arah kiblat dilakukan dengan menggunakan prinsip ilmu ukur segitiga bola.
Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 titik yang diperlukan, yaitu: titik A, terletak di lokasi
yang akan dihitung arah kiblatnya, titik B terletak di Ka’bah, dan titik C terletak di kutub
Utara. Metode pengukuran dengan mengetahui azimuth kiblat dapat diaplikasikan di
lapangan dengan menggunakan alat bantu seperti yang akan dijelaskan di bawah ini
yaitu:
Theodolit merupakan salah satu alat ukur sudut digital yang dapat
dikategorikan paling akurat untuk mengukur kiblat. Di samping theodolit, ada
Total Station yang dilengkapi dengan piranti Global Positioning System (GPS)
sebagai pemandu arah dan posisi. Sistem kerja alat ini pada dasarnya sama yaitu
dengan bantuan sinar matahari untuk mengetahui posisi azimuth matahari, dari
posisi tersebut dapat diketahui arah utara sejati yang digunakan untuk
menentukan arah kiblat tempat tersebut. Aplikasi sudut kiblat dengan alat ini
tergolong cukup akurat. Terbukti dengan pengecekan kembali yang telah penulis
lakukan pada beberapa masjid dan mushalla, hasil aplikasi sudut kiblat dengan
theodolit sama dengan hasil metode rashdul kiblat. Untuk mendapatkan hasil
pengukuran dengan theodolit yang akurat, maka dibutuhkan data yang akurat
pula. Data titik koordinat suatu tempat yang digunakan dalam penentuan arah
kiblat sebaiknya diperoleh dari GPS. GPS (Global Positioning System) merupakan
sebuah alat penerima informasi waktu dan posisi secara pasti dan benar karena
menggunakan data satelit yakni kode tertentu yang dikirimkan oleh satelit ke
penerima GPS (Abidin, 2000: 43).
2) Segitiga Kiblat
Selain tergantung pada penentuan arah utara sejati, tentu saja haruslah
sangat berhatihati ketika memposisikan Rubu’ Mujayyab sejajar utara atau barat
sejati dan khoit rubu’ ditarik sebesar sudut kiblat, karena ketika satuan jaib yang
kecil yang ada satuannya adalah menit terkadang menimbulkan kesalahan
dalam penarikan khoit. Di samping itu, data yang dipakai dalam rubu’ mujayyab
masih kasar dan sulit untuk dideteksi. Sehingga metode ini digolongkan pada
metode pengukuran yang kurang akurat.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan, tingkat akurasi dari metode segitiga
sikusiku ini tergantung pada beberapa hal, yaitu: ketepatan jam yang digunakan
untuk acuan pengukuran, ketepatan pengambilan data lintang dan bujur Ka’bah
dan tempat yang diukur arah kiblatnya sesuai dengan konsep geografik atau
geosentriks, ketepatan data deklinasi dan equation of time yang digunakan,
serta ketelitian pengambilan bayangan benda dari tingkat yang benar-benar
berdiri tegak lurus di tempat yang benar-benar datar.
Dengan kata lain, metode pengukuran arah kiblat dengan segitiga siku-siku
dari bayangan matahari setiap saat akan menghasilkan arah kiblat yang akurat
bilamana data-data pendukungnya akurat. Bila data-data pendukungnya akurat,
maka arah kiblat yang dihasilkan dapat menyamai hasil arah kiblat dengan alat
theodolit dan GPS, dan rashdul kiblat.
5) Kompas
Pengukuran arah kiblat maupun arah utara dengan berbagai model kompas
termasuk kompas kiblat, masih memiliki kesalahan/ penyimpangan bervariasi
sesuai dengan deklinasi magnetik suatu tempat. Sehingga menurut penulis,
kompas hanya digunakan sebatas ancar-ancar saja, karena melihat bukti di
lapangan ketika dilakukan pengukuran di daerah yang banyak terdapat baja,
besi, atau medan listrik, dapat mengganggu penunjukan arah utara dan selatan
sejati.
Waktu rashdul kiblat ini adalah waktu transit matahari di atas Ka’bah,
sehingga dalam proses perhitungannya perlu dihitung meridian pass pada hari
tersebut dengan cara mengurangi waktu zawal (pkl. 12.00 MMT) dengan nilai
e.445
MP = pkl.12.00 – e
Waktu zawal di Mekah pada tanggal 28 Mei 2010 adalah pkl. 11: 57: 15
MMT, sehingga untuk mengetahui deklinasi pada jam tersebut446 dilakukan
cara interpolasi dengan mengambil data dari ephemeris atau program WinHisab
yaitu:
0 pkl. 11: 00: 00 MMT/ pkl. 08: 00: 00 GMT = 210 27’ 41”
0 pkl. 12: 00: 00 MMT/ pkl. 09: 00: 00 GMT = 210 28’ 05”
0 pkl. 11: 57: 15 MMT/ pkl. 09: 57: 15 GMT = 210 28’ 3,9”
Deklinasi matahari pada saat zawal di atas Ka’bah sebesar 210 28’ 3,9”.
Artinya pada waktu tersebut nilai deklinasi matahari hampir sama dengan
lintang Ka’bah geografik (210 25’ 21,17”). Waktu inilah yang merupakan waktu
di mana bayang-bayang setiap benda yang berdiri tegak lurus di permukaan
Bumi dapat menunjukkan arah kiblat.
Sehingga diketahui selisih waktu di antara 2 lokasi yaitu 04j 20m 41,7d
(65o 10’ 25,44” x 4’). Jadi waktu Rashdul kiblat di Indonesia bagian barat yaitu
dengan menambah 04j 20m 41,7d yaitu 16:17:56,7 WIB (dibulatkan pukul 16:18
WIB), dan untuk Indonesia bagian tengah yaitu tinggal menambah satu jam yaitu
pkl. 17:18 WIT, dan Indonesia bagian timur yaitu tinggal menambah dua jam
yaitu pkl. 18:18 WITA.
Kemudian riskannya ketika mengambil data dari google earth yang bisa
menyebabkan kesalahan sistemik. Maksudnya, ketika satu titik kita ambil jika
sumber gambar wilayah tersebut sudah berubah sekitar 1 cm, maka akan
menimbulkan pergeseran sesuai dengan perubahan tadi. Selain itu penerapan
sudut yang diperhitungkan program tidak dapat diaplikasikan di lapangan.
Dengan mengamati, maka akan hanya dapat mengetahui apakah arah bangunan
mushala dan masjid tersebut sudah mengarah kiblat dengan benar atau belum.
Sehingga, dari hal ini metode peta satelit ini tetap menjadi salah satu metode
pengamatan untuk menentukan arah kiblat, akan tetapi dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang telah disebutkan di atas.
Kedudukan Matahari pada waktu shalat menurut hukum Islam dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Untuk menghitung awal waktu salat, data – data yang diperlukan antara lain:
Lintang dan bujur tempat, deklinasi, tinggi matahari, saat matahari berkulminasi, sudut
waktu matahari, dan ikhtiyat.
1) Zuhur
Waktu zuhur telah didefenisikan dalam beberapa cara pada literatur fikih:
Sudut Matahari adalah fungsi yang kontiniu sepanjang waktu dan hanya
memiliki satu titik puncak yang menunjukkan tepatnya tengah hari. Sehingga
berdasarkan dua defenisi, zuhur dapat segera dimulai setelah Tengah Hari.
T : arctan (r/d) /2 π × 24 × 60 × 60
15
Dalam perhitungan waktu zuhur dalam dalam urumus umum
perhitungannya kita akan melihat rumus sebagai berikut:
Jika rumus (2) disesuaikan kembali posisinya maka akan terlihat seperti
berikut:
t- Bujur Pengamat – Bujur Tolok Daerah
Waktu Dzuhur : 12 – EoT - + ikhtiyat
15
2) Asar
Dengan:
ø = Lintang Tempat
ƍ = Deklinasi Matahari
e = Equation of time
3) Magrib
4) Isya
5) Subuh
Kriteria dari waktu subuh sendiri adalah kebalikan dari waktu Isya, yaitu
dimulai sejak muncul cahaya fajar di langit timur. Defenisi utamanya sendiri
merujuk kepada peningkatan kecerlangan cahaya di langit setelah munculnya
cahaya zodiak. Perbedaan kriteria dalam konversinya pada ketinggian matahari
pun terlihat pada penelitian di berbagai tempat. Di indonesia sendiri
menggunakan ketinggian 20 derajat dibawah ufuk sebelah timur. Hal ini dapat
dilihat misalnya pendapat ahli falak terkemuka indonesia yaitu Saadoe’ddin
Djambek yang disebut – sebut sebagai pembaru pemikiran hisab di indonesia.
Beliau menyatakan bahwa waktu subuh dimulai dengan tampaknya fajar
dibawah ufuk sebelah timur dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Menurutnya dalam ilmu falak saat tampaknya fajar didefenisikan dengan posisi
matahari sebesar 20 derajat dibawah ufuk timur. Senada dengan Abdur Rachim
yang menyebutkan bahwa waktu subuh ditandai dengan tampaknya fajar sidiq
dan dianggap masuk waktu subuh ketika matahari 20 derajat dibawah ufuk. Jadi
jarak zenit matahari berjumlah 110 derajat (90 derajat + 20 derajat). Sementara
batas akhir waktu subuh adalah waktu syuruq (terbit), yaitu = -01 derajat.
Cos ø, Cos ƍ