Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI KULIAH

“ Pengantar Akuntansi Forensik”

DI SUSUN

OLEH

Nursafitri (105731108317)

KELAS: KU2

MATA KULIAH AKUNTANSI FORENSIK

DOSEN PENGAMPU: WA ODE RAYYANI, SE., M.Si., Ak., CA.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK

1. Akuntansi Forensik

Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau


pengungkapan motive pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan
hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan
sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan
ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara
sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption dan
misappropriation of asset.

Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan


hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses
pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif .

Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal dengan
sebutan dokter forensik, namun “ahli lainnya” yang dalam hal ini termasuk juga akuntan belum
banyak dikenal sebutannya sebagai akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan
pendapat hukum dalam pengadilan (litigation), namun juga berperran dalam bidang hukum
diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu merumuskan alternatif
penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya
menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak. Untuk menjadi seorang akuntan
forensik harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat.


2. Pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour).
3. Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive,
pressure, attitudes, rationalization, opportunities).
4. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti
hukum).
5. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling).
6. Pemahaman terhadap pengendalian internal.
7. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada
mindset (kerangka pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.
Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exeption, oddities, irregularities) dan
pola tindakan (product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions)
seperti pada audit umum.

Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada analytical review dan
teknik wawancara mendalam (in depth interview) walaupun seringkali masih juga
menggunakan teknik audit umum seperti pengecekan fisik, rekonsiliasi, konfirmasi dan lain
sebagainya. Akuntansi forensik biasanya memfokuskan pada area-area tertentu (misalnya
penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjasi tindak kecurangan baik dari
laporan pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya kecurangan (red flag),
petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan terbongkas
karena tip off ata ketidaksengajaan (accident).

2. Mengapa Akuntansi Forensik?

Fraud   sangat merugikan berbagai pihak karena dapat menghancurkan


pemerintahan maupun bisnis. Fraud  berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya. Pada
dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah  fraud   dalam arti yang luas. Association of
Certified Fraud Examiners mengelompokkkan  fraud   dalam tiga kelompok yaitu corruption 
(korupsi), asset misappropriation (penjarahan aset), dan fraudulent financial
statement  (laporan keuangan yang dengan sengaja dibuat menyesatkan).

Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus lagi daripada
akuntan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi fraud
auditor  atau fraud examiner  yang memiliki spesialisasi dalam bidang fraud .

Sorotan utama mengenai  fraud  pada umumnya dan korupsi pada khususnya adalah
pada kelemahan corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi, tetapi prinsip
umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi maupun pemerintahan. Di
Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi dari para penyelenggara
negara dan dari kajian mengenai integritas yang dibuat KPK.

Salah satu dampak kelemahan governance adalah adanya fraud  atau perkara


korupsi yang melibatkan para penyelenggara negara. Sedangkan dampak kelemahan
governance  di korporasi lebih kepada pengaruh di pasar modal yaitu harga saham
perusahaan akan lebih rendah dimana seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau
mereka kalau mereka mempunyai good corporate governance (tata kelola perusahaan yang
baik).

Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai Indonesia antara lain
adalah Corruption Perceptions Index   (CPI), Global Corruption Barometer   (GCB), Bribe
Payers Index   (BPI), Political and Economic Risk Consultancy  (PERC), dan Global
Competitiveness Index  (GCI).

 Survei Integritas oleh KPK

Setiap tahun KPK melakukan survei integritas. Survei ini merupakan wewenang KPK
dalam pelaksanaan tugas koordinasi dan supervisi. KPK berwenang melakukan
pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang melaksanakan
pelayanan publik. Berbeda dengan indeks tentang korupsi yang dibahas sebelumnya,
indeks integritas yang diterbitkan KPK tidaklah semata-mata didasarkan atas persepsi.
Tujuan survei ini adalah sebagai berikut:

1. Menelusuri akar permasalahan korupsi di sektor pelayanan publik.


2. Mengubah perspektif layanan dari orientasi lembaga penyedia layanan publik
atau petugasnya (sisi penawaran) ke perspektif pelanggan (sisi permintaaan).
3. Mendorong lembaga publik mempersiapkan upaya pencegahan korupsi yang
efektif di wilayah dan layanan yang rentan terjadinya korupsi.

Anda mungkin juga menyukai