Anda di halaman 1dari 19

MODAL KERJA

modal keria (working capita) perusahaan adalah investasi jangka pendek neto yang Maiperlukan
untuk menjalankan aktivitas harian. Pengukuran dan pengungkapan al kersa pada laporan kenangan
telah dianggap sehagai fungsi akuntansi yang seai n beberapa dekade, schingga kegunaan konsep
analisis keuangan ini diterima hampir pertanyaan. Ini bukan untuk mengatakan bahwa konsep tersebut
tidak menghalirkan rapa masalah serius, seperti (1) inkonsistensi dalam pengukuran berbagai komponen
odal keria. (2) perbedaan opini tentang hal-hal yang harus dimasukkan sebagai clemen- damen modal
kerja, dan (3) kurangnya presisi dalam arti istilah-istilah kunci tertentu yang ul andil dalam
mendefinisikan elemen-clemen modal kerja, seperti likuiditas (liquidity) dn lancar (current). Bab ini
membahas dasar dari konsep modal kerja. mengkaji konsep dan komponen-komponennya sebagaimana
yang dapat dipahami saat ini, menggambarkan bugaimana kecukupan posisi modal kerja perusahaan
dapat dievaluasi, dan membahas bagaimana konsep tersebut dapat dimodifikasi untuk menambah
manfaatnya.

 PENGEMBANGAN KONSEP MODAL KERJA

Konsep modal kerja berasal dari perbedaan di antara modal tetap dan modal yang beredar pada
awal abad keduapuluh. Sebagaimana yang dicatat di Rab i. pada saat itu, akuntansi berada pada tahap
yang belum matang dan konsep-konsep seperti aset, liabilitas. pendapatan, dan beban tidak dapat
dipahami secara jelas.' Dorongan terhadap definisi mndal tetap dan modal yang beredar berasal dari
keputusan pengadilan tentang legalitas dividen di Britania Raya. Sebagaimana yang didefinisikan
pertama kali, nodal tetap (fixed tapital) adalah uang yang dikeluarkan langsung tertanam dan untuk
semua, sementara modal yang beredar (circulating capital) didefinisikan sebagai komponen-komponen
persediaan dalam perdagangan, yang dipisahkan dari dan digantikan oleh komponen- komponen yang
serupa dalam aktivitas bisnis yang biasa.

Definisi-definisi ini tidak langsung diterima oleh para anggota profesi akuntan. beberapa di
antaranya takut bahwa masyarakat umum akan salah menginterpretasikan perbedaan tersebut. Segera
setelahnya, akuntan Inggris dan Amerika mulai memeriksa desar penilaian dari berbagai aset dan
memberi perhatian lebih pada metode akuntansi ng disebut sistem pencatatan ganda (double-uccount
system). Sistem ini membagi uporan posisi keuangan secara horizontal menjadi dua bagian. Bagian atas
berisi semua set jangka panjang, modal, utang, dan angka penyeimbang yang merepresentasikan
perbedaan di antara modal dan liabilitas jangka panjang, serta aset jangka panjang. Ragian wah berisi
semua aset lainnya, liabilitas jangka pendek, dan angka penyeimbang dari bagian atas.

Selama periode yang sama ini. gagasan terkait likuiditas (liquidity), kemampuas mengklasifikasikan
aset pada laporan kenangan. Skema klasifikasi likuiditas dimaksalkan perusahaan untuk membayar
ufangnya, telah ditetapkan sebagai dasat unuk untuk melaporkan salvabilitas perusahaan padda jangka
pendek; namun, muncul kre yang menyatakan bahwa skema tersebut bertentangan dengan konsep
keberlanjutan waha. Meskipun demikian, konsep likuiditas terus memperoleh penerimaan di antata
pura akuntan dan pengguna lapooran keuangan dan disertakan oleh Paton ketika ia menul tentang
perbedaan di antara aset tetap dan aset lancar." Paton mencatat bahwa lamanya umur ekonomis,
tingkat penggunaan, dan metode konsumsi adalah faktor penting dalam membedakan aset tetap dan
aset lancar. Dia menguraikan faktor-faktor ini sebagai berikt Aset tetap, tetap berada di perusahaan
selama dua periode atau lebih, sementara aset lancar digunakan lehih cepat: aset tetap dapat dikenakan
beban selama banyak periode, sementara aset lancar digunakan lebih cepat; dan aset letap digunakan
seluruhnya untuk menyediakas serangkaian layanan yang serupa, sementara aset lancar justru
dikonsumsi.

Selama tiga dekade pertama abad keduapuluh, sebagian besar pengguna di Amerika Serikat
memandang laporan posisi keuangan sebagai laporan keuangan yang utama. Selama periode ini,
laporan keuangan disusun berdasarkan kegunaannya bagi para kreditur, sementara investor dibiarkan
membuat keputusannya atas dasar apa pun yang menurut mereka berlaku. Pada tahun 1936, AICPA
berusaha mengubah sudut pandang ini dengan mengakui berbagai sudut pandang yang berbeda dari
para kreditur dan investor.

"Sebagai aturan, kreditur lebih tertarik terutama pada likuiditas perusahaan bisnis beserta sifat dan
kecukupan modal kerjanya; karenanya rincian aset lancar dan liabilitas jangka pendek baginya
relatiflebih penting daripada rincian aset dan liabilita jangka panjang Dia juga memiliki ketertarikan riil
dalam laba, karena kemampuan untuk membayar kembali pinjaman mungkin tergantung pada
besarnya keuntungan perusahaan. Dari sudut pandang investor, umumnya diakui bahwa kapasitas
pendapatan sangat penting dan bahwa akun laba setidaknya sama pentingnya dengan laporan posisi
keuangan"

Pada tahun 1940-an, konsep modal kerja sebagai dasar untuk menentukan likuiditas telah terbentuk
dengan baik, meskipun ada beberapa ketidaksepakatan mengenai arti tepatnya. Kebingungan terpusat
pada bagaimana mengidentifikasi aset lancar dan apakah klasifikasi harus didasarkan pada komponen-
komponen yang akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek atau yang dapat dikonversi menjadi
kas. Pada saat ini, aturan satu tahun sebagai dasar untuk mengklasifikasikan aset lancar atau tidak lancar
sudah terbentuk cukup baik. Tetapi Anson Herrick yang merupakan anggota aktif AICPA, mulai
menunjukkan beberapa kekeliruan dari aturan satu tahun.

Herrick fokus pada perbedaan dalam penyusunan laporan untuk keperluan kredit dan investasi,
serta mencatat beberapa inkonsistensi dalam praktik yang berlaku saat in seperti menyertakan
persediaan dalam klasifikasi saat ini ketika perputarannya mungkin memakan waktu lebih dari satu
tahun, sementara mengecualikan piutang dagang karena lebih dari satu tahun setelah tanggal laporan
posisi keuangan. Pikirannya dirangk dalam pernyataan berikut:

"Tidak logis untuk mengadopsi praktik yang dapat menghasiikan perbedaan besar di antara jumlah
aset lancar neto yang dilaporkan . dan jumlah yang akan ditunjukkan jika laporan harus disusun
beberapa hari sebelumnya atau lebih lambat"

Sebagai pengganti aturan satu tahun, Herrick mengusulkan siklus operasi loperating wiet whagai
dasar untuk mengklasifikasikan aset sebagat aset lancar. Pebedaan ini didasarkan pula perbedaan
substansi ekonomi aset, baik sebagai modal tetap maupun modal yang beredar,
Pada tahun 1947, Ilerrick menjadi anggota komite, Committee on Accounting hdure yang
mengeluarkan Accounting Research Bulletin (ARB) Nn, 0 Pernyataan ini mvndefinisikan aset lancar
sebagai "kas atau sumber daya lain yang biasanya didentifikasi whigan aset yang secara wajar
diharapkan dapat divealisasi secara tunai atau dijual atau dikonsumsi selama siklus operasi bisnis yang
normal." Liabilitas jangka pendek dalefinisikan sebagai "utang atau kewajihan, likuidasi atau
pembayaran yang secara wajar diharapkan memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang
dapat digolongkan dengan tepat sebagai aset lancar atau penciptaan liabilitas jangka pendek lainnya."
Saklus nesi (apenating cyvle) kemudian didefinisikan sebagai "rata-rata waktu memberikan antara
perolehan bahan baku atau layanandan realisasi kas akhir." Komite nenetapkan satu tahun sebagai
dasar pengklasifikasian ketika siklus operasi lebih k dari satu tahun." Meskipun perbedaan ini sedikit
dimodifikasi oleh ARB No. 43, dasarnya tetap ada dan baru-baru ini ditegaskan kembali di dalam ARB
No. 115 hat FASB ASC 330), sebagaimana yang akan dibahas nanti di bab ini.

 PENGGUNAAN SAAT INI


Konsep modal kerja memberikan informasi yang berguna dengan memberikan indikasi krkait
likuiditas entitas dan tingkat proteksi yang diberikan kepada para kreditur jungka pendek. Secara
khusus, penyajian modal kerja dapat dikatakan menambah aliran informasi kepada pengguna
laporan keuangan dengan (i) menunjukkan jumlah margin atau penyangga (buffer) yang tersedia
untuk memenuhi kewajiban saat ini, (2) menyajikan arus aset lancar dan liabilitas jangka pendek dari
periode sebelumnya, dan (3) menyajikan informasi yang menjadi dasar prediksi bagi arus masuk dan
arus keluar di masa depan. Pada bagian berikut, kita dapat memeriksa pengukuran komponen-
komponen yang termasuk modal kerja.
 KOMPONEN KOMPONEN MODAL KERJA
Definisi aset lancar dan liabilitas jangka pendek berdasarkan ARB No. 43 (lihat FASB ASC 210-10
45) mencakup contoh-contoh dari setiap klasifikasi sebagai berikut:
 ASET LANCAR
1. Kas yang tersedia untuk operasi saat ini dan komponen-komponen yang setara dengan kas .
2. Persediaan barang dagangan, bahan baku mentah, barang dalam proses, barang jadi,
perlengkapan operasi, serta pemeliharaan bahan baku dan suku cadangnya yang umum.
3. Putang usaha dagang- piutang wesel, dan piutang lain yang dapat diterima.
4. Piutang dari pejabat, karyawan, rekanan, dan lain-lain yang dapat ditagih/ dikumpulkan
dalam aktivitas bisnis yang biasa untuk kurun waktu satu tahun.
5. Angsuran piutang atau piutang usaha yang ditangguhkan dan piutang wesel Y umumnya
sesuai dengan praktik perdagangan yang normal dan persyaratan yang ditetapkam dalam
bisnis.
6. Sekuritas yang dapat diperdlagangkan yang merepresentasikan investasi kas yang ditetapkan
dalam bisnis. tersedia untuk operasi saat ini.
7. Beban dibayar dimuka, seperti asuransi, bunga, sewa, pajak, royalti yang tidak digunakan,
layanan iklan yang telah dibayar tetapi belum diterima sa perlengkapan operasi.
 LIABILITAS JANGKA PENDEK
1. Kewajiban untuk komponen-komponen yang telah disertakan ke dalam siklus oper seperti
utang yang timbul dalam perolehan bahan baku dan persediaan yang skan digunakan untuk
memproduksi barang atau dalam menyediakan layanan yang skan ditawarkan untuk dijual.
2. Pembayaran yang diterima dimuka dari pengiriman barang atau pemberian layanan.
3. Utang yang timbul dari operasi yang terkait langsung dengan siklus operasi, seperi utang
upah, utang gaji dan komisi, utang sewa, utang royalti, dan utang pendaen serta utang pajak
lainnya.
4. Liabilitas lain yang mana likuidasi reguler dan biasa diharapkan akan terjadi dal waktu yang
relatif singkat, biasanya 12 bulan, juga dimaksudkan untuk disertal seperti utang jangka
pendek yang timbul dari perolehan aset modal, jatuh te kewajiban jangka panjang secara
berseri, jumlah yang perlu dikeluarkan dalam w satu tahun berdasarkan ketentuan dana
cadangan, dan kewajiban lembaga yang timb dari pengumpulan atau penerimaan kas atau
aset lainnya untuk akun pihak ketiga.

Komponen-komponen ini sekarang akan ditinjau secara lebih terinci.

 ASET LANCAR
 Kas
Pengukuran kas yang akurat penting bukan hanya karena kas merepresentasikan jumlah
sumber daya yang tersedia untuk memenuhi situasi darurat, tetapi juga karena sebagian
besar pengukuran akuntansi didasarkan pada arus kas masuk dan arus kas keluar yang aktual
atau diharapkan. Kemampuan untuk memproyeksikan arus kas di masa depan sangat
penting bagi para investor, kreditur, dan manajemen yang akan memungkinkan kelompok-
kelompok ini untuk menentukan (1) ketersediaan kas demi memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo, (2) ketersediaan kas untuk membayar dividen, dan (3) jumlah kas menganggur (idle
cash) yang dapat diinvestasikan dengan aman untuk penggunaan di masa depan. Pengukuran
kas biasanya termasuk menghitung tidak hanya kas yang adi di tangan (petty cash) dan di
bank, tetapi juga commercial paper yang resmi, seperti ce pribadi, cek kasir, dan wesel aksep
(bank draft).
Jumlah kas yang diungkapkan sebagai aset lancar harus tersedia untuk penggunaan sa ini
dan tidak tunduk pada batasan apa pun. Sebagai contoh, kas yang merupakan cadangan
tidak boleh dilaporkan sebagai aset lancar karena dimaksudkan untuk digutaa membeli
investasi jangka panjang atau membayar kembali utang jangka panjang.
Ini juga menjadi hal yang biasa bagi bank untuk meminta sebagian dari jumlan e dipinjam
agar tetap ada di deposito selama periode pinjaman. Deposito ini disebut saide kompensasi
(compensating balance). Jenis perjanian ini memiliki dua pengaruh Ini mengurangi jumlah
kas yang tersedia untuk penggunaan saat ini, dan meningkatkan suku bunga efektif pada
pinjaman.
 Setara Kas
Perusahaan-perusahaan sering kali menginvestasikan kelebihan kas dari kebutuhan
mendesak dalam jangka pendek ke investasi yang sangat likuid. Apakah kas yang ada Setara
Kas i ungan, di deposito, atau diinvestasikan dalam investasi jangka pendek yang mudah
komersikan menjadi kas tidak relevan dengan penilaian pengguna laporan keuangan hadap
likuiditas dan arus kas di masa depan. Investasi dana menganggur dalam bentuk untuk
mendapatkan bunga adalah bagian dari kebijakan manajemen kas perusahaan. Kebijakan ini
berbeda dengan investasi modal dengan harapan mendapat tangan dari perubahan harga
yang diinginkan yang mungkin dihasilkan dari perubahan suku bunga atau faktor lainnya.
Untuk membedakan di antara manajemen dan kebijakan investasi, SFAS No. 95 (lihat FASB
ASC 230-10-20) mendefinisikan ra kas sebagai investasi jangka pendek yang memenuhi dua
kriteria berikut: Mudah hewersi menjadi sejumlah kas yang diketahui, dan itu cukup dekat
dengan tanggal jatuh nva, sehingga nilai pasarnya relatif tidak sensitif terhadap perubahan
suku bunga.
Umumnya, hanya investasi yang dibeli dalam waktu tiga bulan dari nilai jatuh temponya
Vng akan memenuhi kriteria ini. Contoh setara kas adalah investasi jangka pendek dalam
ughan treasury AS, commercial paper, dan dana pasar uang. Pembelian dan penjualan
Inrestasi ini dipandang sebagai bagian dari aktivitas manajemen kas perusahaan dan bukan
sebagai bagian dari aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi. Selain itu, Financial
Accounting Standards Board (FASB) mencatat bahwa berbagai tipe perusahaan di industri
yang berbeda mungkin mengikuti strategi manajemen dan investasi kas yang berbeda.
Akbatnya, setiap perusahaan harus mengungkapkan kebijakannya untuk memperlakukan
komponen-komponen tersebut sebagai setara kas, dan setiap perubahan dalam kebijakan u
harus diperlakukan sebagai perubahan dalam prinsip akuntansi yang memerlukan penyajian
kembali laporan keuangan tahun sebelumnya.
 Investasi Sementara
Dalam hal saldo kas dan setara kas yang lebih besar dari yang diperlukan untuk
menyediakan operasi saat ini, disarankan untuk menginvestasikan dana menganggur ampai
dana tersebut dibutuhkan, Investasi yang diklasifikasikan sebagai aset lancar harus Nap
dipasarkan dan dimaksudkan untuk dikonversi menjadi kas dalam siklus operasi atau lu tahun,
tergantung mana yang lebih lama, Investasi jangka pendek pada umumnya brdakan dari
setara kas dengan perspektif investasi yang relatif lebih lama, dengan tingkat imbal hasil yang
relatif lebih tinggi.
Dalam teorinya, prosedur-prosedur yang digunakan untuk melaporkan nilai investasi nara
pada laporan posisi keuangan harus memberikan indikasi sumber daya yang Vn nedia untuk
penggunaan di masa depan bagi para investor-yaitu, jumlah kas ang dapat dihasilkan dari
pelepasan sekuritas-sekuritas ini. Sebagian besar investasi nara tidak seperti aset lainnya, yang
mana pengukuran nilainya yang ditentukan objektif tersedia dari hari ke hari di pasar
sekuritas. Oleh karena itu, para akuntan T mengelompokkan metode yang tepat untuk
digunakan menilai investasi sementara. "A metode alternatif untuk melaporkan investasi
sementara telah menjadi perdebatan: Biaya historis (historical cost), nilai paar (market value),
dan blaya perolehan atau har pasar, mana vang lehuh rendah (lower of cost or market).
Metode biaya historis (historical cost) melaporkan investasi sementara dengan bi
perolehan sampai pelepasannya. Para pendukung biaya historis percaya bahwa harg
pembelian yang terverifikasi secara objektif memberikan informasi yang paling relevn terkait
investasi kepada para pembuat keputusan. Mereka juga berpendapat bahwa har pasar saat ini
tidak memberikan informasi yang lebih baik tentang harga di masa depus daripada biaya awal
dan hanya keuntungan dan kerugian yang dircalisasi yang sehanna dilaporkan pada lapvran
laha rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Investasi yang dilaporkan berdasarkan nilai pasar (market value) disesuaikan untuk
mencerminkan perubahan nilai ke atas dan ke bawah, dan perubahan tersebut dilaporkan
sebagai keuntungan atau kerugian pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehent lain.
Pendukung metode nilai pasar menyatakan bahwa jumlah saat ini merepresentasikan sumber
daya saat ini yang akan diperlukan untuk memperoleh sekuritas yang sama sekarang, serta
jumlah yang akan diterima dari penjualan sekuritas. Selain itu, me mencatat bahwa nilai wajar
ditentukan secara objektif sebagai biaya historis unnd sebagian besar investasi, dan juga
menyajikan informasi yang lebih tepat waktu terk pengaruh memiliki investasi.
Metode biaya perolehan atau harga pasar, mana yang lebih rendah (Lower of Cor or
Market-LCM), sebagaimana yang didefinisikan sebelumnya, hanya melaporkan penyesuaian ke
bawah dari nilai investasi sementara. Para pendukung metode ini percan bahwa metode ini
memberikan penilaian laporan posisi keuangan dan laporan laba rua dan penghasilan
komprehensif lain yang lebih konservatif bagi para pengguna. Mereka berpendapat bahwa
penilaian konservatif diperlukan untuk menghindari informasi yang menyesatkan bagi para
investor.
Perlakuan akuntansi untuk investasi sementara dalam sekuritas yang dapat
diperdagangkan telah berkembang dari waktu ke waktu. FASB pertama kali mempelajari
akuntansi untuk investasi sementara ketika nilainya jatuh di bawah biaya perolehan dalam
merespons kondisi pasar saham pada tahun 1973 dan 1974. Selama periode itu. pasar saham
sangat menurun dari tingkat sebelumnya dan kemudian membuat adanya pemulihan secara
parsial. Pergerakan umum harga saham selama periode ini memiliki dua pengaruh utama pada
pelaporan keuangan untuk investasi:
1. Beberapa perusahaan menggunakan metode biaya historis dan tidak menurunkan
investasinya untuk mencerminkan harga pasar; oleh karenanya, mereka menyertakan
portofolio investasinya dengan jumlah di atas harga pasar saat ini.
2. Beberapa perusahaan menggunakan metode LCM, menilai investasinya berdasarkan nlai
pasar, dan menurunkan investasinya ke harga saat ini ketika pasar saham mencapai tingka
terendah. Pemulihan secara parsial yang dialami oleh pasar saham selanjutnya tidak dap
tercermin pada laporan keuangan masing-masing perusahaan karena GAAP AS saat tidak
mengizinkan pencatatan nilai pemulihan ini. Akibatnya, perusahaan-perusahaan
menyertakan investasinya pada jumlah di bawah biaya perolehan dan nilai pasar sat ini.
Selanjutnya, FASB mengeluarkan SFAS No. 12, "Akuntansi untuk Sekuritas Terte yang
Dapat Diperdagangkan (Accounting for Certain Marketable Securities)" (kemudan
digantikan), yang berupaya meringankan permasalahan ini" Berdasarkan ketentuan di SFAS
No. 12, sekuritas ekuitas yang dapat diperdagangkan akan diklasifikasikan sehaga aset lancar
yang dinilai berdasarkan biaya perolehan gabungannya atau nilai pasar, mana yang lebih
rendah pada setiap tanggal laporan posisi keuangan. Penentuan ini dilakukan dengan
membandingkan total biaya perolehan seluruh portofolio investasi sementara deckuritas
ekuitas terhadap total nilai pasarnya. Kerugian dan pemulihan selanjutnya (Ayai pada biaya
historis) dalam nilai pasar disertakan sehagai pendapatan. Ketika pasar tanggal laporan posisi
keuangan kurang dari hiaya pereolehannya, perbedaannya akan pada laporan posisi
keuangan melalui akun penilaian yang diimbangi dengan Aun investasi sementara.
Jika semua atau sebagian dari portofolio dijual, keuntungan atau kerugian diakui pada t
penjualan dengan membandingkan biaya awal sekuritas yang dijual dengan hasil dari alan.
Akun penilaian tidak dipengaruhi oleh penjualan sekuritas. Perubahan dalam un penilaian
dicatat pada tanggal laporan posisi keuangan dengan membandingkan Aa sekuritas yang
tersisa dengan nilai pasarnya untuk menentukan saldo yang diecrlukan dalam akun
penilaian. Jika tidak ada sekuritas yang tersisa, seluruh akun penilaian akan dihilangkan.
Hal tersebut telah diantisipasi bahwa ketentuan dari SFAS No. 12 akan mengizinkan
investor mengevaluasi pengelolaan portofolio investasi sementara, Sebagai contoh,
dimungkinkan untuk membandingkan perubahan tahunan dalam nilai pasar portofolionya
dengan seluruh tren di pasar saham agar dapat menilai dampak strategi investasi sementara
manajemen.
SFAS No. 12 hanya merujuk pada sekuritas ekuitas yang dapat diperdagangkan dan tidak
mengubah perlakuan akuntansi yang diperlukan untuk jenis investasi sementara lainnya.
seperti investasi jangka pendek dalam sekuritas utang (misalnya, wesel). Dalam GAAP
konvensional, investasi sementara lainnya akan dilaporkan dengan menggunakan metode
biaya perolehan atau LCM. Namun, dengan metode biaya perolehan, kerugian hanya diakui
jika ada penurunan nilai yang permanen. Pemulihan selanjutnya dalam nilai pasar untuk
sekuritas-sekuritas yang mengalami penurunan nilai secara permanen tidak diakui.
Selanjutnya, kekhawatiran mulai ditunjukkan terkait perlakuan akuntansi yang berbeda
yang diperbolehkan untuk investasi dalam ekuitas daripada sekuritas utang. Pertanyaan-
pertanyaan juga diajukan terkait pelaporan penurunan nilai, tetapi bukan pelaporan
apresiasi. Selain itu, masalah perdagangan keuntungan juga muncul. Perdagangan
keuntungan (gains trading) adalah praktik menjual sekuritas yang mengapresiasi nilai untuk
mengakui keuntungan seraya memiliki sekuritas dengan kerugian yang belum direalisasi.
Sebagai hasil dari kekhawatiran tersebut, FASB melakukan proyek untuk menangani
akuntansi, baik bagi ekuitas maupun sekuritas utang. Proyek ini terbatas cakupannya karena
tidak semua aset keuangan disertakan (misalnya, piutang), dan persyaratan akuntansi saat
ini untuk liabilitas keuangan juga tidak berubah. Hasil dari proyek ini adalah diterbitkannya
SFAS No. 115, "Akuntansi untuk Investasi Tertentu dalam Utang dan Sekuritas Ekuitas
(Accounting for Certain Investments in Debt and Equity Securities)" (lihat FASB ASC 320).
Sampai periode tahunan yang dimulai setelah tanggal 15 Desember 2017, FASB ASC 320-
10-25 mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk mengklasifikasikan ekuitas dan sekuritas
utang ke dalam salah satu dari tiga kategori berikut:
1. Sekuritas perdagangan (trading securities). Sekuritas yang dimiliki untuk dijual
kembali.
2. Sekuritas yang tersedia untuk dijual (securities available for sale). Sekuritas yang
tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas perdagangan atau sekuritas yang dimiliki
hingga jatuh tempo.
3. Sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo (securities held to maturity). Sekuritas
utang yang mana entitas pelaporan memiliki tujuan positif dan kemampuan untuk
menahan sekuritas tersebut hingga jatuh tempo.

Transfer sekuritas di antara katrgori kategari investasi dicatat pada nilai wajar Pada
tanggal transfer, keuntungan atan kerugian dari sekuritas yang dimilis dan direalisasi
dicatat sehagai berikut:

1. Untuk sekuritas yang ditrasfer dari kategori perdagangan, keuntungan atas keragan
yang dimiliki dlan belum direalisasi akan diakui dalam laha, selingga tidak diperlekan
pengakuan tambahan,
2. Untuk sekuritas yang ditransfer ke dalam kategori perlagangan, keuntungan at
kerugian yang dimiliki dan belum direalisasi pada tanggal transfer langsung diak
dalam laha.
3. Untuk sekuritas utang yang ditransfer ke dalam kategori tersedia untuk dijual dau
kategori dimiliki hingga jatulh tempu, keuntungan atau kerugian yang dimiliki dan
helum direalisasi akan diakui dalanı penghasilan komprehensif lain.
4. Untuk sekuritas utang yang ditransfer ke kategori dimiliki hingga jatuh tempu dan
kategori tersedia untuk dijual, keuntungan atau kerugian yang dimiliki dan helum
dircalisasi terus dilaporkan dalam akumulasi penghasilan komprehensif lain, tetapi
diamortisasi selama sisa jangka waktu sekuritas sebagai penyesuaian terhadap bunga
menggunakan cara yang mirip dlengan amortisasi premi atau diskonto.

Persyaratan ini diadopsi agar dapat lebih jauh mencegah perdagangan keuntungan.
Jika semua transfer dapat dilakukan pada nilai wajar dan semua keuntungan dan kerugian
yang dimiliki dapat segera diakui dalam laba, maka kemungkinan transfer bersifat diskre
untuk mengakui laha akan diblarkan terbuka. Pendekatan yang diadopsi mirip dengan
mengakui keuntungan dan kerugian yang dimiliki dengan cara yang konsisten dengaa
kategori yang mana sekuritas tersebut sedang ditransfer.

Selanjutnya, banyak individu dalam lembaga keuangan yang mulai mengkritik


ketentuan SFAS No. 115 dan berpendapat bahwa semua perubahan nilai instrumen
keuangan harus tercermin pada laporan laha rugi dan penghasilan komprchensif lain."
Akibatnya, FASB dan International AccHunting Standards Board (IASB) memprakarsai
proyek bersama untuk meningkatkan dan mencapai konvergensi dari masing masing
slandarnya pada akuntansi untuk investasi.

Ulasan ini dan krisis ekonomi tahun 2008 menyebabkan FASB menerbitkan usulan
Accounting Standards Update (ASU), "Akuntansi untuk Instrumen Keuangan da Revisi
Akuntansi untuk Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai (Accounting for Finan Instruments
and Revisions to the Acunting for Derivatives and Hedging Activities)" pa bulan Mei 2010.
Selanjutnya, setelah mempertimbangkan komentar-komentar a diterima pada usulan
ASU ini, FASB mengeluarkan revisi usulan Accounting Standard Update. Instrumen
Keuangan-Keseluruhan (Subtopik 825-10): Pengakuan dan Dengukuran Aset Kenangan
dan Läabilitas Keuangan (Financial Instruments-Overall Nuhtepic 825-10): Recagnition
and Measurement of Financial Assets and Financial Liahilities)" pada bulan Februari 2013.
ASU ini sangat mirip dengan IFRS No. 9. ustrumen Keuangan (Financial Instrunents)" yang
dikeluarkan IASB."

Setelah mempertimbangkan kembali umpan balik dari para pemangku kepentingan,


FASB menyimpulkan bahwa biaya dan kompleksitas yang diperkenalkan oleh ASU yang
dircvisi tidak dapat dijustifikasi dengan manfaatnya. Oleh karena itu, FASB memutuskan
untuk mempertahankan ketentuan utama dari GAAP untuk instrumen keuangan seperti
ne saat ini dimuat di dalam FASB ASC. Sebagai gantinya, FASB memutuskan untuk
pelakukan perbaikan yang ditargetkan untuk meningkatkan model pelaporan bagi
instrumen keuangan, seraya berusaha memberikan informasi yang lebih bermanfaat
kepada pengguna laporan keuangan, dan juga mempertimbangkan peluang untuk
konvergensi akuntansi atas instrumen-instrumen keuangan dengan IASB.

Selanjutnya, pada tanggal 5 Januari 2016, FASB mengeluarkan Accounting Standards


Update 2016-01. "Instrumen Keuangan-Keseluruhan (Subtopik 825-10): Pengakuan dan
Pengukuran Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan (Financial Instruments- Overall
(Subtopic 825-10): Recognition and Measurement of Financial Assets and Financial
Liabilities)."" Berdasarkan ketentuan dari ASU ini, semua investasi ekuitas pada entitas
yang tidak dikonsolidasi (selain yang dicatat menggunakan metode akuntansi ekuitas)
akan diukur pada nilai wajar, dan semua perubahan nilai wajar akan dilaporkan pada
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Tidak akan ada lagi perbedaan di
antara sekuritas "perdagangan" dan sekuritas "yang tersedia untuk dijual," sementara
perubahan nilai wajar dari investasi ekuitas yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai
"tersedia untuk dijual" tidak akan lagi dilaporkan dalam penghasilan komprehensif lain
untuk sekuritas ekuitas dengan nilai wajar yang dapat ditentukan. ASU ini tidak
mengubah perlakuan FASB ASC 320 untuk sekuritas utang. ASU 2016-01 berlaku bagi
perusahaan publik dan swasta, organisasi nirlaba, dan program imbalan kerja yang
memiliki aset keuangan atau utang liabilitas keuangan dan efektif untuk perusahaan
publik pada tahun fiskal yang dimulai setelah tanggal 15 Desember 2017." Masalah ini
dibahas secara lebih mendalam di Bab 10.

 Piutang
Istilah piutang (receivables) mencakup berbagai macam klaim yang dimiliki terhadap
pihak lain. Piutang diklasifikasikan ke dalam dua kategori untuk penyajian laporan
keuangan, yakni: piutang usaha dan piutang bukan usaha.
Saldo piutang yang beredar sering kali merupakan sumber utama dari arus kas masuk
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Oleh karena itu, komposisi saldo ini harus
dievaluasi secara cermat, sehingga pengguna laporan keuangan tidak akan disesatkan.
Untuk komponen yang diklasifikasikan sebagai piutang, baik jumlah yang akan diterima
maupun perkiraan tanggal jatuh tempo harus didasarkan pada estimasi yang masuk akal.
Idealnya, setiap perusahaan hanya akan melakukan penjualan tunai. Namun,
mengingat sifat masyarakat ekonomi kita, sebagian besar perusahaan harus memberikan
berbagai jenis kredit. Bisnis melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan
penjualan, tetapi ketika kredit diprrpantang, kerugian akihat tidak adanya pembayaran
selalu terja Setelah bisnis memutuskan untuk menjual secara kredit. perusahaan dapat
mencatat kredit macet (piutang tak tertagih hal debt dengan salah satu dari prosedur
berikut:
1. Piutang tak tertagih yang dicatat ketika kerugian diketahui (metode penghapuan
langsung).
2. Piutang tak tertagih yang diestimasi pada akhir periode akuntansi (metode estima
atan metode penyisihan).

Dengan metode penghapusan langsung (direct write off method), kerugian dicatat
kerika akun pelanggan tertentu diputuskan tidak dapat ditagih. Sering kali, penentuan ini
tidak dilakukan sampai satu perinde akuntansi berikutnya setelah tahun penjualan.
Permasalahan dengan pendekatan ini adalah bahwa jumlah yang dilaporkan sebagai
piutang pada laporan posisi keuangan dilehihsajikan karena itu termasuk jumlah yang
tidak diperkirakan perusahaan akan diterima; dengan demikian. pendapatan untuk
periode tersebut jaga dilebihsajikan. SFAS No. 5 (lihat FASB ASC 450-20-25) memberikan
penyelesaian terhadap permasalahan ini dengan mensyaratkan estimasi kerugian yang
akan timbul keti kemungkinan suatu aset mengalami penurunan nilai atau liabilitas telah
terjadi, dan jun kerugian dapat diperkirakan. Oleh karena kondisi ini biasanya dipenuhi
untuk akun yane tid dapat tertagih, yang mana sebagian besar perusahaan
memperkirakan adanya kredit macet.

Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan taksiran kerugian dar
tidak terbayarnya piutang usaha yang beredar: estimasi kerugian yang didasarkan pads
penjualan tahunan, atau taksiran kerugian yang didasarkan pada saldo piutang usabu
yang beredar. Ketika taksiran kerugian didasarkan pada penjualan tahunan, proses
penandingan ditingkatkan karena beban terkait langsung dengan pendapatan yang
menyebabkan adanya beban. Di sisi lain, ukuran yang lebih tepat atas kerugian yang
dapat diantisipasi biasanya dapat dilakukan dengan meninjau umur dan karakteristik
berbagai piutang usaha. Ketika jumlah kerugian didasarkan pada piutang usaha yang
beredar, saldo neto dari akun aset sangat mirip dengan jumlah yang diharapkan dapat
dikumpulkan di masa depan (nilai realisasi bersih-net realizable value).

Dengan meningkatnya penekanan pada laporan laba rugi dan penghasilan


komprehensif lain sebagai laporan keuangan yang utama, sebagian besar akuntan
sekarang merekomendasikan estimasi kerugian berdasarkan penjualan dan kemudian
memberikan ukuran yang lebih baik untuk modal kerja. Namun, di mana kebijakan
penjualan dan kredit relatif stabil, kecil kemungkinan bahwa penggunaan kedua metode
estimasi ini akan berdampak secara material terhadap beban piutang tak tertagih yang
dilaporkan. Beberapa akuntan juga menyarankan bahwa piutang harus dicantumkan pada
nilai sekarang dengan menerapkan faktor diskonto. Tetapi akuntan yang lain berpendapat
bahwa perlakuan ini biasanya tidak dianggap perlu karena periode penagihan (atau
diskonto) yang relatif pendek yang ikut andil untuk sebagian besar piutang usaha.
Kesimpulan FASB atas pendekatan aset dan liabilitas juga memiliki implikasi pada
permasalahan ini. Berdasarkan ketentuan dari SFAS No. 114, "Akuntansi oleh Kreditur
terkait Penurunan Nilai Pinjaman (Accounting by Creditors for the Impairment of a Loan)"
(lihat FASB ASC 310-10-35), para kreditur saat ini harus mengevaluasi probabilitas bahwa
piutang akan tertagih. Jika ditentukan bahwa jumlah tertentu mungkin tidak akan
tertagih. maka nilai sekarang dari ekspektasi pembayaran kas di masa depan harus
dihitung Ketika nilai sekarang ini kurang dari nilai tercatat dari jumlah yang jatuh tempo,
maka kerugian akan diakui dan dibebankan pada beban piutang tak tertagih, sementara
piutang dikurangi melalui penyisihan penilaian. Alternatifnya, kerugian penurunan nilai
dapat diukur berdasarkan nilai pasar wajar atas piutang atau, jika dijaminkan, nilai pasar
waja dari agunan. Definisi dari kemungkinan kerugian adalah bahwa peristiwa di masa
depan yang kemungkinan akan terjadi konsisten dengan definisi yang diberikan di dalam
SFAS No 5 "Akuntansi untuk Kontingensi (Accounting for Contingencier)".

 Persediaan
Istilah persediaan (inventory) pada awalnya didefinisikan di dalam APR No. 43 (ihat
FASB ASC A 10 20) selhagai berikut:
"Persediaan menunjuk pada gubungan komponen kompunen milik pribadi yang una
berwujud yang (1) dimiliki untuk dijal dalm aktivitas hisnis yang bhiasa, (2) date
delam proses produksi untuk penjualan semacam itu, atau (3) saat ini sedang
dikonsumsi dalam pronduksi harang atan jasa yang akan terselia untuk dijual ".
Penilaian persediaan sangat penting karena dua alasan. Pertama, persediaan
umumnya metupakan bagian utama dari aset lancar, konsekuensinya, persediaan memiliki
dampak wenting terhadap meodal kerja dan posisi perusahaan saat ini. Kedua, penilaian
persediaan memiliki dampak besar dan langsung pada jumlah laba neto yang dilaporkan.
Prosedur penilaian persediaan berbeda dari prosedur penilaian yang terkait dengan
kas, gtara kas, investasi sementara, dan piutang. Jumlah yang diungkapkan untuk kas,
setara kas, investasi sementara, dan piutang adalah perkiraan jumlah dana yang
diharapkan akan diterima dari aset ini. Jumlah persediaan yang diungkapkan pada laporan
keuangan tidak merepresentasikan penerimaan kas di masa depan yang diharapkan akan
dihasilkan. Sebaliknya, jumlah ini merepresentasikan nilai akuisisi dari biaya yang
diharapkan dapat menghasilkan pendapatan di masa depan.
Penilaian persediaan yang tepat didasarkan pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1. Berapakah jumlah barang yang tersedia?
2. Apakah asumsi arus biaya yang paling masuk akal bagi perusahaan?
3. Apakah nilai pasar persediaan menurun sejak perolehannya?
 Jumlah Persediaan
Pertanyaan terkait jumlah persediaan yang diajukan sebelumnya termasuk
menentukan jumlah barang yang ada dengan perhitungan aktual, catatan perpetual,
atau prosedur estimasi.
Bisnis yang mengeluarkan laporan keuangan auditan biasanya diharuskan untuk
benar- benar menghitung semua komponen persediaan setidaknya sekali setahun,
kecuali jika metode lain memberikan keyakinan yang memadai bahwa angka persediaan
tersebut benar.
Ketika perhitungan persediaan digunakan untuk menentukan persediaan akhir,
seperti dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system), ekspektasinya
adalah bahwa semua barang yang tidak ada saat ini telah terjual. Namun, faktor-faktor
lain, seperti keusangan dan pencurian, harus dipertimbangkan. Ketika jumlah
persediaan ditentukan dengan metode catatan perpetual (perpetual records method),
semua komponen persediaan ditabulasi saat pembelian dan penjualan terjadi. Jumlah
yang dihasilkan dimuat di dalam catatan akuntansi, dan jumlah persediaan yang ada
harus sama. Namun, perhitungan persediaan perpetual tidak mencerminkan kesalahan
akuntansi atau deplesi persediaan karena pencurian, keusangan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, perlu kiranya untuk memverifikasi catatan perpetual dengan jumlah
persediaan aktual setidaknya setahun sekali. Pengendalian akuntansi atas periediaan
ditingkatkan dengan penggunaan sistem perpetual karena perbedaan di antara jumlah
fisik dan jumlah vang diberikan oleh catatan perpetual memberikan infotm penting hagi
perusahaan tidak hanya untuk menelusuri persediaannya, tetapi yoa untak melihat
perhedaan yang signifikan di antara tingkat persediaan aktual dan tingkan persediaan
yang diharapkan. Namun, sistem perpetual harus digunakan hanya ketika manfaat yang
diperoleh dari memelihara catatan lebih besar daripada biaya menyimpan catatan.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, seperti penggunaan harcode, semakin banyak
bisnis yang saat ini dapat menggunakan persediaan perpetual; yang mana di masa lalu,
metode pengendalian persediaan ini sering kali dicadangkan hanya untuk harang
barung dengan harga tinggi dan volume rendah, seperti mobil.
Metode estimasi (estimation method) digunakan ketika tidak mungkin atau tidak
untuk menghitung atau menyimpan catatan perpetual atas persediaan. Dua meto dapat
digunakan untuk memperkirakan persediaan adalah metode laba bruto dan metede
retail. Metade laha bruto (gross profit method) menghitung persediaan akhir berbaside
dolar dengan mengurangkan estimasi biaya penjualan dari beban pokok barang yang
tersedia.
Metode ini sangat berguna dalam memperkirakan persediaan untuk laporan
keuangan interim atau dalam menghitung kerugian akibat kecelakaan, seperti kebakar
atau pencurian. Metode retail (retail method) paling sering digunakan ketika barang
dagangan tersedi untuk dijual secara langsung ke pelanggan, seperti di pusat
perbelanjaan atau toko diske (Hershey menggunakan metode retail untuk beberapa
komponen persediaannya). Dengan metode ini, nilai retail persediaan dihitung dengan
mengurangkan harga retail barane yang dijual dari harga retail barang yang tersedia.
Persediaan berdasarkan biaya peroleh selanjutnya dihitung dengan menerapkan
persentase markup ke persediaan akhir pada harga retail.
Meskipun mendekati nilai-nilai laporan posisi keuangan, baik metode laba brute
maupun metode retail, gagal memberikan semua informasi yang tersedia bagi
manajemen mengenai jumlah dan harga satuan dari komponen-komponen persediaan
tertentu. Oleh karena kedua metode memperkirakan persediaan akhir berdasarkan
catatan penjualan, tidak ada metode yang dapat memastikan saldo persediaan yang
dihitung secara fisik. Untuk alasan ini, jumlah aktual barang yang tersedia harus dibuat
setiap tahunnya.
 Asumsi Arus
Secara historis, penandingan biaya dengan pendapatan yang terkait telah menjadi
tujuan utama dalam penilaian persediaan. Meskipun beban pokok penjualan adalah sisa
karena merupakan hasil dari penentuan biaya persediaan akhir, penilaian laporan posisi
keuangan sering kali dianggap sebagai sekunder dari penentuan pendapatan. Setiap
asumsi arus yang dibahas selanjutnya memerlukan adanya pertukaran di antara
penilaian aset dan penentuan pendapatan. Empat metode yang diterima secara umum
digunakan untuk menjelaskan arus barang dari pembelian ke penjualan: identifikasi
khusus; masuk pertama, keluar pertama (first in, first out); masuk terakhir, keluar
pertama (last in, first out); dan rata-rata (averaging).
Apabila penandingan yang tepat di antara beban dan pendapatan adalah tujuan
utama dari penilaian persediaan, maka identifikasi khusus (specific identification) dari
seliap komponen barang dagangan yang dijual mungkin menjadi metode yang paling
sesul. Namun, metode ini bahkan memiliki konten informasi yang rendah untuk
pembaca laporan posisi keuangan karena penilaian persediaan dengan biaya awal
umuma memiliki sedikit keterkaitan dengan ekspektasi di masa depan, Dengan metode
identilika khusus, biaya persediaan ditentukan dengan menyimpan catatan terpisah
untuk selap komponen yang diperoleh dan menjumlahkan biaya komponen persediaan
yang di akhir setiap periode akuntansi. Sebagian besar perusahaan menemukan bahwa
biaj pencatatan yang diperlukan terkait dengan prosedur melebihi manfaat yang
diharapkan. Sehingga mereka beralih ke metode lain. Identifikasi khusus paling
memungkinkan ketika volume penjualan rendah dan biasa masing-masing komponen,
seperti perhiasan, mobil, dan kapal pesiar.
Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama-MPKP(First In, Fird Cut-FIFO) didasarkan
puda sejumlah asumsi tentang arus aktual barang dagangan di seluruh perusahaan; pada
daarnya ini merupakan perkiraan identifikasi khusus. Dalam kehanyakan kasus, asumsi
ini sesnai dengan realita karena komponen terlama di dalam persediaan adalah barang
ang ingin dijual terlebih dahulu oleh manajemen, dan jika terdapat barang yang mudah
rusak, maka barang terlama harus dijual secara lebih cepat atau barang-harang tersebut
alan rusak/usang.
Asumsi arus FIFO memenuhi biaya historis dan prinsip penandingan karena jumlah
Ancatat mntuk beban pokok penjualan sama dengan jumlah yang akan dicatat dengan
netode identifikasi khusus jika arus aktual barang berdasarkan FIFO. Selain itu, penilaian
pesediaan yang tidak terjual yang dilaporkan di laporan posisi keuangan lebih
menyerupai penggantian barang-barang yang lersedia dan dengan demikian
memungkinkan una laporan keuangan untuk mengevaluasi arus modal kerja di masa
depan secara kurat. Namun, dampak inflasi telah menyebabkan para akuntan
mempertanyakan trieginan mereka menggunakan FIFO. Termasuk biaya unit yang lebih
lama dan lebih lah dalam beban pokok penjualan selama periode inflasi yang
menyebabkan angka kha neto meningkat yang pada akhirnya dapat menyesatkan
pengguna laporan keuangan. Angka laba yang meningkat ini juga dapat mengakibatkan
adanya pembayaran pajak setghasilan tambahan. Namun, karena sebagian besar
perusahaan memutar persediaannya dengan cukup cepat, argumen ini menjadi bahan
perdebatan dalam banyak kasus.
Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama-MTKP (Last In, First Out-LIFO) merupakan
metode penilaian persediaan yang didasarkan pada asumsi bahwa biaya ini harus
disesuaikan dengan pendapatan saat ini. Sebagian besar pendukung LIFO mengutip
prinsip perandingan sebagai dasar pendiriannya, dan mereka berpendapat bahwa
dekade inflasi yang hampir tanpa gangguan mengharuskan LIFO digunakan agar lebih
mendekati angka laba neto aktual. Argumen ini juga didasarkan pada keyakinan bahwa
perubahan tingkat harga harus dhilangkan dari laporan keuangan. Pada dasarnya LIFO
adalah penyesualan tingkat harga secara parsial (lihat Bab 17 untuk pembahasan lebih
lanjut tentang penyesuaian tingkat harga). Likuidasi LIFO menghasilkan distorsi laba.
Likuidasi LIFO terjadi ketika tingkat persediaan yang normal terdeplesi. Artinya, jika
tingkat persediaan turun di bawah. jumlah unit yang normal di setiap tahunnya, maka
biaya komponen-komponen tersebut yang lebih lama dan biasanya lebih rendah
dibebankan pada beban pokok penjualan dan disesuaikan dengan nilai dolar pendapatan
penjualan saat ini, yang mengakibatkan peningkatan jumlah laba neto tersebut tidak
berkelanjutan. Ketika likuidasi LIFO yang ailainya material terjadi, SEC mengharuskan hal
tersebut diungkapkan di dalam laporan 10-K perusahaan. Informasi ini biasanya juga
disertakan di dalam laporan tahunan Perisahaan kepada pemegang saham, Sebagai
contoh, Rite Aid melaporkan likuidasi LIFO senilai $38.867 juta pada tahun 2014.
Dorongan tambahan untuk penggunaan LIFO dalam laporan keuangan eksternal h
persyaratan Internal Revenue Service yang diberlakukan oleh Kongres pada akhir d 1930-
an, yang mana metode ini harus digunakan untuk tujuan pelaporan ketika "panakan
untuk tujuan pajak penghasilan. LIFO dapat menghasilkan penghematan yang cukup
besar, sepanjang beban pokok penjualan berdasarkan LIFO dan FIFO bala. Manfaat pajak
ini dihitung sebagai selisih beban pokok penjualan dengan tarif marginal perusahaan.
Konsekuensinya, banyak perusahaan yang mungkin tidak DNunakan LIFO untuk tujuan
pelaporan, tetapi melakukannya karena pertimbangan pajak penghasilan.
Namun demikian. beberapa akuntan berpendapat bahwa aturan kepatuhan LIO
memaksa para manajer menyesatkan pemegang saham, haik dalam laporan keuangan
maupun SPT pajak. Para akuntan ini mengeklaim hahwa pelaporan keuangan akan
memberikan informasi yang lebih bermanfaat, dan ekonomi akan menjadi lebih
produktif dan makmur, jika aturan tersebut dihilangkan. Mereka berpendapat babwa
kekurangan LIFO adalah deskripsi yang tidak lengkap dari hasil operasi dan deskryi yang
menyimpang dari posisi keuangan, yang menciptakan dilema bagi manajer korpnra. lika
mereka ingin meminimalkan pajak dengan memilih LIFO, aturan kepatuhan memaksa
mereka untuk menmpublikasikan laporan keuangan yang melaporkan hasil
menyesatkan. Artinya, identifikasi khusus atas komponen persediaan yang terjual sg
dengan biaya perolehannya pada harga jual, dan FIFO merupakan pendekatan baik
untuk identifikasi khusus. Jika mereka ingin laporan yang menggambarkan k pembelian
persediaan dan keputusan pemasaran yang lebih lengkap, mereka mem FIFO, tetapi
hanya dengan mengharuskan korporasi membayar lebih banyak pajak.
Sebuah survei terbaru melaporkan bahwa 176 dari 500 perusahaan yang disurv
menggunakan LIFO untuk sebagian penilaian persediaannya." Namun, penggunaan LIFO
telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena inflasi telah menjadi faktor v
kurang begitu penting.
LIFO dan FIFO memberikan dua penilaian persediaan yang sangat berbeda. Nilu
persediaan dari semua metode penetapan biaya persediaan lainnya berada di antara
nijai LIFO dan FIFO. Oleh karena potensi untuk nilai persediaan dan beban pokok
penjualan sangat berbeda di antara kedua metode ini, SEC mengharuskan perusahaan
yang menggunakan LIFO untuk menyediakan kepada para pembaca laporan keuangan
jumlah cadangan LIFO yang dimilikinya (selisih di antara LIFO dan FIFO), sehingga para
investor dapat mengonversi angka laporan keuangan dari LIFO ke FIFO dan kemudian
membuat perbandingan yang lebih baik di seluruh perusahaan. Sebagai contoh, investor
dapat mengonversi laporan posisi keuangan dari LIFO ke FIFO dengan menambahkan
cadangan LIFO ke aset lancar perusahaan yang menggunakan LIFO dan kemudian
membandingkan modal kerja perusahaan tersebut dengan modal perusahaan lain yang
menggunakan FIFO. Hershey menilai beberapa persediaannya dengan metode LIFO.
Perusahaan melaporkan cadangan LIFO sebesar $172.108,000 pada tahun 2014.
Pada dasarnya, teknik rata-rata (averaging techniques) adalah posisi kompromi di
antara FIFO dan LIFO. Ketika rata-rata digunakan, setiap pembelian memengaruhi
penilaian persediaan dan beban pokok penjualan. Oleh karena itu, rata-rata tidak
menghasilkan kesesuaian yang baik di antara biaya dengan pendapatan atau penilaian
persediaan yang tepat dalam kondisi pasar yang berfluktuasi. Pendukung rata-rata
mendasarkan argumennya pada perlunya penyajian secara berkala, Artinya, semua
transaksi selama periode akuntansi dipandang mencerminkan periode secara
keseluruhan daripau mencerminkan masing-masing transaksi, Para pendukung rata-rata
berpendapat bae laporan keuangan harus mencerminkan operasi periode secara
keseluruhan daripad sebagai serangkaian transaksi.
Ketika metode rata-rata yang digunakan adalah rata-rata tertimbang (weighted
avenagel atau rata-rata bergerak (moving weighted average), klaim dapat dibuat bahwa
beban pe penjualan harus mencerminkan total operasi periode. Namun, penilaian
persediaan yang dihasilkan tidak merepresentasikan ekspektasi arus kas di masa depan.
Jika metoeuna rata sederhana yang digunakan, penilaian yang dihasilkan dapat
mengakibatkan adanya harga satuan yang sepenuhnya terdistorsi ketika ukuran lot dan
harga berubah.
Fluktuasi Pasar
Banyak akuntan menganjarkan menilai persediaan pada harga pasar karena mereka
pencaya hahwa aset lancar harus mencerminkan nilai saat ini. Ini mungkin menambah
on informasi modal kerja, tetapi sampai saat ini dektrin konservatisme telah dilihat
engesampingkan keunggulan yang diklaim oleh para pendukung penilaian saat ini.
Namun ikian, ketika nilai persediaan menurun. GAAP AS saat ini menyatakan bahwa
harga pal masa depan akan bergerak ke arah yang samta dlan bahwa kerugian di maa
depan yang kuntisipasi harus dilaporkan di periode yang sama dengan penuruman
persediaan. Dengan n bin, perusahaan harus menggunakan metode biaya perolehan
atau harga pasar, mana wang lebih rendah (Lower of Cost or Market-LCM) untuk menilai
persediaan.
AICPA telah memberikan definisi berikut untuk digunakan dalam menerapkan aturan
LCM pada persediaan:
Seperti yang digunakan dalam frasa blaya perolehan atau harga pasar, mana yang
iebile rendah, istilah pasar berarti biaya penggantian satt ini (dengan menmbeli
atau mereproiduksi, tergantung kasusnya) kecuali:
1. Harga pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih (misalnya, perkiraan harga
jual dalam aktivitas bisnis yang biasa dikurangi biaya penyelesalan dan
pelepasan yang dapat diprediksi).
2. Harga pasar tidak boleh kurang dari nilai realisasi bersih dikurangi penyisihan
untuk perkiraan margin laba yang normal."

Selanjutnya, Dewan mengakui adaya kekhawatiran yang didengar dari para pemangku
kepentingan bahwa pedoman LCM tidak perlu terlalu rumit karena terdapat beberapa
potensi hasil, dan pada bulan Juli 2015, mereka mengeluarkan Accounting Standards
Update 2015-11 sebagai bagian dari inisiatif penyederhanaannya. ASU ini mengubah
FASB ASC Topic 330 dengan meminta entitas menilai persediaannya dengan metode FIFO
atau biaya rata-rata untuk menerapkan LCM dengan menggunakan biaya perolehan dan
nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Perusahaan menilai persediaannya
menggunakan LIFO atau metode persediaan retail yang tidak tunduk pada amandemen
ini. Dewan menyimpulkan bahwa kompleksitas yang melekat dalam metode penilaian
persediaan dapat menghasilkan biaya transisi yang signifikan yang tidak akan dijustifikasi
dengan manfaat yang dihasilkannya.

Penggunaan aturan LCM untuk persediaan konsisten dengan karakteristik kualitatif


dari informasi akuntansi yang dimuat di dalam SFAC No. 8, serta definisi aset dan
kerugian yang dimuat di dalam SFAC No. 6. Artinya, ketika biaya persediaan melebihi
manfaat yang diharapkan, pengurangan persediaan ke nilai pasarnya adalah ukuran yang
lebih baik dari manfaat yang diharapkan di masa depan.
Kritik utama terhadap aturan LCM adalah bahwa aturan ini hanya diterapkan untuk
penyesuaian ke bawah; oleh karena itu, kerugian yang dimiliki diakui, dan keuntungan
yang dimiliki diabaikan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kritik ini belum dianggap
penting seperti mempertahankan laporan keuangan konservatif, dan pentingnya konsep
konservatisme ditegaskan kembali oleh FASB dalam SFAC No. 5. Selain itu, penerapan
aturan LCM membuat persediaan dilaporkan pada nilai utilitas yang diharapkan dan
dalam pelaporan "laba normal" ketika persediaan tersebut terjual. Hasilnya beban
dikurangsajikan pada periode penjualan, yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
Oleh para pengguna eksternal.

 Dibayar Dimuka
Komponen komponen dibayar dimuka (prepaid) dihasilkan dari pencatatan manfan yang
diharapkan di masa depan atas layanan yang akan diberikan. Komponen-komponen ini tidak
merepresentasikan aset lancar dalam artian bahwa komponen-komponen ini akan dikonversi
menjadi kas, tetapi lebih dalam artian bahwa komponen-komponen ini memerlukan
penggunaan aset lancar selama siklus operasi jika komponen-komponen in tidak ada.
Pengukuran komponen dibayar dimuka umumnya merupakan hasil yang tersi, pengisian
tanggal kedaluwarsanya biaya menjadi beban, dan sedikit perhatian diberikan pada penilaian
laporan posisi keuangan. Dua metode kedaluwarsanya biaya yang digunakan dalam
pengukuran komponen dibayar dimuka: (1) identifikasi khusus dan waktu. Identifikasi khusus
digunakan ketika komponen-komponen tersebut dikons seperti perlengkapan kantor,
sementara waktu digunakan ketika tidak ada aset berwujud dan hak-hak yang terbukti selama
periode tertentu, seperti asuransi yang belu kedaluwarsa atau sewa dibayar dimuka.
Dalam kebanyakan kasus, metode amortisasi adalah konsekuensi kecil kare immaterialitas
relatif dari komponen-komponen ini. Namun, jika terjadi pembayaran dimuka yang cukup
besar, kehati-hatian harus dilakukan untuk memastikan hab metode alokasi logis dalam situasi
tersebut.
 LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pengakuan liabilitas sering kali merupakan hasil dari keharusan untuk mengakui suatu aset atau
beban saat fokus perhatian bukan pada liabilitas. Namun, pengakuan terhadag liabilitas jangka
pendek dapat secara signifikan memengaruhi posisi modal kerja perusahaan. Liabilitas jangka
pendek yang paling sering ditemui adalah utang, tangguhan, dan jatuh tempo dari utang jangka
panjang saat ini.
 Utang
Pengukuran utang biasanya tidak menimbulkan kesulitan khusus karena jumlah kewajiban
biasanya ditetapkan oleh transaksi dan melibatkan janji untuk membayar pada tanggal
berikutnya. Seperti halnya piutang pencatatan diskon dari nilai nominal tidak dianggap perlu
karena periode utang umumnya singkat. Namun, apabila bunga tidak secara khusus dinyatakan
dalam wesel bayar, APB Opinion No. 21, "Bunga atas Piutang dan Utang (Interest on Receivables
and Payables)" (lihat FASB ASC 835-30), mensyaratkan bahwa bunga dihitung untuk jenis wesel
tertentu" (lihat Bab 11). Selain wesel bayar dan utang usaha, dividen dan pajak
merepresentasikan utang yang membutuhkan penggunaan dana saat ini.
 Tangguhan
Tangguhan adalah liabilitas yang penyelesaiannya membutuhkan pemberian layanan
daripada pembayaran uang. Contoh tangguhan termasuk langganan majalah yang
pembayarannya dilakukan di muka, pembelian tiket penerbangan di muka, dan s yang belum
merupakan pendapatan. Ketiganya mirip dengan beban dibayar dimuka. yas mana mereka
umumnya merupakan hasil sisa dari pengukuran jumlah lain. Dalam hal jumlah yang diukur
adalah pendapatan, sementara hal itu merupakan beban dalam ka dibayar dimuka.
Penempatan tangguhan di bagian liabilitas jangka pendek dari laporan posisi telah dikritik
dengan alasan bahwa hal tersebut adalah liabilitas yang tidak memiliki pihak pengeklaim. Tetapi
kecuali jika tangguhan itu lear biana besar, kecil kemungkinan peatatan tangouhan sebagai
liabilitas akan berdampak pada penyajian laprran keuangan. Kehati-hatian harus diherikan untuk
memastikan bahwa perusahaan tilak melaporkan unguhan sehagai pendapatan sebelum benar-
benat dipetoleh dan untuk menentukan Aatma akun tangguhan tidak digunakan sebagai
penyisihan tamhahan untuk akun yang ak dapat ditagih.
 Jatuh Tempo Saat Ini
Tidak seperti kehanyakan aset, liabilitas dapat ditransfer dari jangka panjang ke klasifikasi sut
ini seiring berlalunya waktu. Ketika penbayaran utang jangka panjang pada periode
alermbutuhkan penggunaan dana saat ini, GAAP AS menetapkan hahwa jumlah ini saaluifikasikan
sebagai lancar/jangka pendek. Di sisi lain, tidak semna jatuh tempo kanalasifikasikan sebagai
liabilitas jangka pendek. Ketika liabilitas jangka panjang kearik keluar dari dana khusus atau
dengan menerbitkan tambahan utang jangka ang kewajiban tidak boleh diklasifikasikan sebagai
lancarljangka pendek.
Klasifikasi jatuh tempo saat ini yang tepat adalah penting karena dampaknya terhadap ivailan
modal kerja. Ketika ketentuan yang memadai sebelumnya tidak dibuat untuk rik jatuh tempo saat
ini, perusahaan dapat menemukan dirinya dalam posisi modal kerja ng lemah, dan sumber modal
masa depan yang bisa menguap.
 MANAJEMEN MODAL KERJA
Manajemen modal kerja adalah strategi yang berfokus pada mempertahankan tingkat efisien
komponen modal kerja, aset lancar, dan liabilitas jangka pendek. Tujuan dari nanajemen modal kerja
adalah memastikan balwa perusahaan memiliki arus kas yang memadai untuk memenuhi kewajiban
utang jangka pendek dan beban operasionalnya. Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengarahi
oleh faktor internal dan eksternal:
 Faktor Internal:
1. Ukuran perusahaan dan tingkat pertumbuhan
2. Struktur organisasi
3. Kecanggihan manajemen modal kerja
4. Posisilaktivitas/kapasitas peminjaman dan investasi
 Faktor Eksternal:
1. Layanan perbankan
2. Suku bunga
3. Teknologi baru dan produk baru
4. Ekonomi
5. Pesaing

Aspek, utama dari manajemen modal kerja adalah menilai likuiditas perusahaan. Lamanya siklus
operasi perusahaan juga berdampak pada posisi likuiditasnya. Artinya, akin lama siklus operasinya,
semakin besar kebutuhan terhadap likuiditas. Efektivitas odal kerja perusahaan didasarkan pada siklus
operasi dan konversi kasnya" dan dengan mbandingkan efektivitas perusahaan dengan industri dan
perusahaan sejenis. Masalah Niditas dapat muncul dari kegagalan mengubah aset lancar menjadi kas
secara tepat ktu atau dari kerugian berlebihan akibat kredit macet. Beberapa rasio, selain modal erja,
tersedia untuk membantu mengevaluasi likuiditas perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai