Anda di halaman 1dari 52

PENDAHULUAN

•Penilaian tanda-tanda vital (vital signs) atau cardinal sign adalah


prosedur rutin kedokteran. Kadang-kadang menentukan fungsi-
fungsi internal dari tubuh.

• Pemeriksaan vital signs meliputi :


• Suhu tubuh
• Nadi
• Nafas / respirasi
• Tekanan darah
• Disebut vital signs karena pentingnya pengukuran
terhadap tanda-tanda tersebut.
• Mengindikasikan respon tubuh terhadap rangsangan
dari luar baik fisik, lingkungan atau psikologis.
• Dengan VS kadang-kadang dapat menemukan
perubahan-perubahan yang terjadi secara mendadak
sebagai akibat dari kondisi kondisi yang berubah
• VS adalah bagian dari penilaian fisik rutin selain
pemeriksaan fisik rutin untuk menilai tanda-tanda dan
gejala penyakit.
KAPAN MEMERIKSA VITAL SIGNS
1. Pasien masuk
2. Berdasarkan permintaan dokter atau kebijakan institusi atau praktek standar
3. Ketika melakukan pemeriksaan ke pasien di rumah
4. Sebelum dan sesudah indakan operasi atau prosedur diagnostic invasive
5. Sebelum dan sesudah mendapatkan obat ataupun terapi yang dapat berefek ke fungsi
kardiovaskular, respirasi dan suhu .
6. Ketika kondisi umum pasien berubah
7. Sebelum, sesudah atau selama intervensi perawatan yang mempengaruhi VS
8. Kerika pasien melaporkan adanya gejala atau perubahan fisik
SUHU TUBUH

• Keseimbangan antara lingkungan internal


dan eksternal tubuh atau
• Keseimbangan antara panas yang
diproduksi oleh tubuh dan kehilangan
panas tubuh
• Diukur dengan unit derajat
• Jaringan tubuh dan sel berfungsi baik
pada suhu 36 – 38 oC
• Suhu terendah pada pagi hari dan tertinggi
pada petang
2 Jenis panas tubuh

1. “CORE Temperatu re"- 2. Suhu permukaan


temperature dari jaringan Suhu kulit, jarimgan
tubuh bagian dalam seperti subkutan dan lemak
rongga tengkorak, dada,
abdomen, dan panggul Naik dan turun
berhubungan dengan
Secara relatif tetap konstan
lingkungan
(37 °C/ 98 °F)
Pengukuran yang tepat Bervariasi dari 20 °C (68
dilakukan dengan °F) - 40 °C (104 °F)
menggunakan kateter
pulmonal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
panas tubuh

1. BMR- ( B a s a l m e t a b o l i c r a t e / 3. Hormon thyroxin, peningkatan menyebakan


Laju metabolisme basal)- laju meningkatnya metabolisme sel di seluruh
penggunaan energy di tubuh tubuh.  Ch e m ic al th e rm o g e n e s i s ,
untuk mendukung aktifitas
esensial seperti pernafas, yaitu stimulasi panas tubuh melalui
berjalan, dll. Angka ini peningkatan metabolisme seluler.
menurun sesuai dengan usia
4. Stimulasi simpatis  pelepasan dan
2. Aktifitas otot, meningkatkan,
cth : berjalan, jogging, dll nor epinefrin meningkatkan
metabolieme sel

5. Demam – meningkatkan laju


metabolisme  meningkatkan suhu
tubuh
Jenis kehilangan panas
• RADIASI (60%): pemindahan panas dr
permukaan suatu objek ke permukaan
lain tanpa ada kontak
• KONVEKSI (2%): penyebaran panas krn
pergeseran antara daerah2 yg
kepadatannya tdk sama
• ex: tubuh pd udara dingin, panas
hilang krn pakai AC/kipas angin
• EVAPORASI (25%) : penguapan,
kompres hangat, tepid sponge
• KONDUKSI (3%): pemindahan panas kpd
objek lain dgn kontak lgsg tanpa gerakan yg
jelas
• ex: berbaring di lantai yg dingin,
kompres dingin
Faktor-factor yang mempengaruhi panas tubuh

1. Umur, infant sangat dipengaruhi oleh suhu, anak-anak lebih


labil disbanding orang dewasa dan orang dewasa
2. Variasi diurnal (irama Circadian) – suhu tubuh secara normal
berubah sepanjang hari sebanayak 1.0 oC antara pagi-pagi
dan petang
Titik tertinggi suhu tubuh biasanya dicapai antara jam 8.pm
dan 12 tengah malam dan terendah pada waktu tidur antara
jam 4 subuh s.d jam 6 pagi
3. Aktivitas
4. Hormon, wanita biasanya mengalami fluktuasi hormone
daripada laki-laki, progesterone pada wanita meningkatkan
suhu tubuh
5. Stres, epinefrin dan norepinefrin meningkatkan aktivitas
metabolic dan produksi panas
PERUBAHAN PERUBAHAN SUHU TUBUH
1. DEMAM
• Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal yang dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri maupun oleh bahan-
bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu
• Demam pada umumnya diartikan sebagai suhu tubuh diatas 37,2°C
diukur per aksila
Tempat Jenis Termometer Rentang suhu Demam (°C)
Pengukuran tubuh normal (°C)
Aksila Air raksa, eletronik 34,7-37,2 37,3

sublingual Air raksa, elektronik 35,5-37,5 37,6

Rektal Air raksa, elektronik 36,6-37,9 38

Telinga Emisi infra merah 35,7-37,5 37,6


2. Kelelahan akibat panas
• Kelelahan akibat panas terjadi apabila diaphoresis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
sangat panas.
• Tindakan yang pertama yaitu memindahkan klien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Hipertermia yaitu peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidak mampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas
atau menurunkan produksi panas.

4. Heatstroke
Akibat pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi
Heatstroke dengan suhu >40,5⁰C mengakibatkan kerusakan
jarungan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus
terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas akibat hipotermia.

Jika suhu tubuh turun ke 35⁰C klien gemetar yang tidak


terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menilai. Jika suhu tubuh menurun dibawah 34,4⁰C
frekuensi jantung pernafasan dan tekanan dalam turun,
lanjut  klien akan mengalami disritmia jantung,
kehilangan kesadaran dan tidak responsif terhadap
stimulus nyeri.
Hipotermia berat  tanda klinis yang mirip dengan
orang mati tidak ada respon terhadap stimulus dan
nadi serta pernafasan sangat lemah
THERMOMETERS – 3 JENIS

• Glass mercury – air raksa yang


merespon terhadap panas

• Elektronic – Sensitif terhadap panas


(dalam detik), dipakai pada
oral/axilla/rectal. Penggunaan
dengan menggunakan baterai.

• Infrared
Route Normal Range ºF / ºC tempat
Oral 98.6 ºF / 37.0 ºC Mulut

Tympanic 99.6 ºF / 37.6 ºC telinga

Rectal 99.6 ºF / 37.6 ºC Rectum

Axillary 97.6 ºF / 36.6 ºC Axilla (ketiak)


VITAL SIGNS: PENGUKURAN SUHU

• Mengukur sampai
sepersepuluh derajat
• Suhu oral
• Tunggu kira-kira 15
menite sesudah makan,
minum atau merokok
• Tempatkan di bawah
lidah
• Suhu Tympanic
• Cara yang paling tepat

• Dewasa – Tarik telinga ke atas


dan belakang

• Anak-anak – Tarik telinga ke


bawah dan belakang

• Cara yang cepat, mudah dan


disukai di bagian anak
• Suhu Rektal
• Prosedur pengamanan Standard –
sarung tangan
• Pasien diposisikan pada satu sisi (lebih
disukai sebelah kiri) atau pada
lambung
• Lumasi ujung thermometer
• Secara perlahan dimasukkan ke dalam
anus
• ½ inch untuk anak
• 1 inch untuk dewasa
• Pertahankan posisi thermometer pada
saat pengukuran
• Suhu aksilla
• Suhu temporal
• Posisikan pasien duduk atau berbaring
• Temporal scanner
• Tempatkan ujung thermometer di
bagian tengan aksilla dengan • Noninvasive, cepat
• Tempatkan ujung termometer di tengah • Stroke scanner di dahi, melintasi
aksila dengan poros menghadap ke arteri temporal
depan
• Probe harus menyentuh semua sisi
kulit
• Perlu diperhatikan
• Pengukuran suhu dihentikan jika
anak menangis atau jadi gelisah
• Gelisah akan meningkatkan
nadi, laju pernafasan dan
tekanan darah
• Pengukuran per Oral tidak cocok
pada anak di bawah 5 tahun
• Rata-rata suhu normal dengan
pengukuran oral adalah 37 oC.
Suhu rektal lebih tinggi daripada
suhu oral ±0,4 -0,5 oC. Suhu
aksila lebih rendah dari suhu
oral sekitar 0,5 oC - 1 oC
Oral No hot or cold drinks or smoking Leave in place 3 min
Posterior sublingual pocket – 20 min prior to temp. Must be
under tongue (close to carotid awake & alert.
artery) Not for small children (bite down)
Axillary Non invasive – good for children. Leave in place 5-10 min.
Bulb in center of axilla Less accurate (no major bld Measures 0.5 C lower than oral
Lower arm position across chest vessels nearby) temp.

Rectal When unsafe or inaccurate by Leave in place 2-3 min.


Side lying with upper leg flexed, mouth (unconscious, disoriented or Measures 0.5 C higher than oral
insert lubricated bulb (1-11/2 inch irrational)
adult) (1/2 inch infant) Side lying position – leg flexed
Ear Rapid measurement 2-3 seconds
Close to hypothalmus – sensitive Easy assessibility
to core temp. changes Cerumen impaction distorts
Adult - Pull pinna up & back reading
Child – pull pinna down & back Otitis media can distort reading
• Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari
ventrikel kiri) dan ke paru (dari ventrikel kanan).

• Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan


kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh.

• Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan


yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan
sebagai denyut nadi.

• Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui


frekuensi denyut jantung dalam 1 menit.
Kita biasanya menghitung nadi selama 15 atau 30 detik dan mengalikan
dengan 4 atau 2 untuk mendapatkan frekuensi/laju dalam 1 menit

Perhatikan irama, apakah teratur, jika tidak


 periksa selama 60 detik
Apabila iramanya tidak teratur
(irregular) harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac
auscultation) pada apeks jantung.
Prosedur pemeriksaan
a. arteri radialis
 Penderita dapat dalam posisi duduk atau
berbaring. Lengan dalam posisi bebas
dan rileks.
 Periksalah denyut arteri radialis di
pergelangan tangan dengan cara
meletakkan jari telunjuk dan jari tengah
atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan
manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
 Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi
(jumlah) per menit, irama (teratur atau
tidaknya), pengisian, dan dibandingkan
antara arteri radialis kanan dan kiri .
b. Arteri carotis

 Perabaan nadi dapat memberikan gambaran


tentang aktivitas pompa jantung maupun keadaan
pembuluh itu sendiri.
 Kadang-kadang nadi lebih jelas jika diraba pada
pembuluh yang lebih besar, misalnya arteri karotis.
 pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri
tidak boleh bersamaan
Bersihkan earpices dengan alkoho; sebelum
dan sesudah pemakaian
Hangatkan diafragma dalam genggaman
sebelum menempatkan
Tahan diafragma di tempat dimana terdapat
arteri
Jangan membiarkan selang menyentuh
apapun pada waktu sedang dipergunakan
• Dengan menggunakan STETHOSCOPE
• Dihitung dengan meletakkan stesthoscop di
jantung
• Hitung selama 1 menit
• Denyut jantung normalnya berbunyi LUB DUB
untuk dihitung sebagai 1 denyut jantung (jangan
dipisahkan)
• Apeks jantung diperiksa pada orang yang kena
penyakit jantung, yang mempunyai irama tidak
teratur atau sedang menkonsumsi obat yang
dapat berefek ke jantung
• Apeks dan arteri radialis seharusnya seimbang
• Kadang-kadang denyut jantung tidak cukup kuat untuk sampai dapat teraba pada arteri
radialis, yang menyebabkan denyut radialis lebih sedikit disbanding denyut apeks
• Seorang menghitung di apeks dan orang yang lain di arteri
Penilaian
 Hasil pemeriksaan nadi/arteri :
• Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada
dewasa : 60-100 kali/menit)
• Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit,
sedangkan bradikardia bila frekuensi nadi< 60
kali/menit
• Irama nadi: Normal irama teratur
• Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat,
sangat kuat
• Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku
• Perbandingan nadi/arteri kanan dan kiri (Normal :
nadi kanan dan kiri sama)
• Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan
frekuensi denyut jantung (Normal : tidak ada
perbedaan).
Abnormalitas nadi
 Pulsus defisit: frekuensi nadi/arteri lebih rendah daripada
frekuensi denyut jantung (misalnya pada fibrilasi atrium).
 Pulsus seler (bounding pulse, collapsing pulse, water-hammer pulse,
Corrigan's pulse), disebabkan upstroke dan downstroke mencolok
dari pulsus, misalnya pada tirotoksikosis, regurgitasi aorta, hipertensi,
Patent Ductus Arteriosus (PDA), fistula arteriovenosus.
 Pulsus tardus (plateau pulse) : disebabkan karena upstroke dan
downstroke yang per- lahan, misalnya pada stenosis katup aorta
berat.
 Pulsus alternan : perubahan kuatnya denyut nadi yang disebabkan
oleh kelemahan jantung, misalnya pada gagal jantung, kadang-
kadang lebih nyata dengan auskultasi saat mengukur tekanan
darah.
 Pulsus bigeminus : nadi teraba berpasangan dengan
interval tak sama dimana nadi kedua biasanya lebih
lemah dari nadi sebelumnya. Kadang-kadang malah
tak teraba sehingga seolah-olah merupakan suatu
bradikardia atau pulsus defisit jika dibandingkan denyut
jantung.
 Pulsus paradoksus : melemah atau tak terabanya nadi
saat inspirasi. Sering lebih nyata pada auskultasi saat
pengukuran tekanan darah, dimana pulsus terdengar
melemah saat inspirasi, dan biasanya tak melebihi 10
mmHg. Bisa pula disertai penurunan tekanan vena
jugularis saat inspirasi, misalnya pada gangguan restriksi
pada effusi perikardium, tamponade perikardium,
konstriksi perikard, sindrom vena kava superior, atau
emfisema paru.
Hitung nafas
 Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak
disadari), diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan.
 Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis
berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan
mengembangkan paru-paru. Dinding dada akan
bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan
diafragma terdorong ke bawah.
 Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis,
diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali
ke posisi semula.
Persiapan pemeriksaan :
 Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur terlentang.
 Dokter
meminta ijin kepada pasien untuk membuka
baju bagian atas.
Prosedur
 Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan nafas pasien
secara menyeluruh tanpa pasien mengetahui saat kita
menghitung frekuensi nafasnya. Posisi pemeriksa ada di
bottom penderita di dekat telapak kaki pasien atau di
samping kanan.
 Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral,
pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding
dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal,
epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan
aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior
rongga dada.
 Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga,
menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan
diameter anteroposterior rongga dada.
2. Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan
telapak tangan untuk merasakan naik turunnya
gerakan dinding dada.
3. Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran
stetoskop diletakkan pada dinding dada di luar
lokasi bunyi jantung. Pemeriksaan ini digunakan
sebagai konfirmasi dari inspeksi yang telah
dilakukan.
Interpretasi pemeriksaan frekuensi
dan irama pernapasan :

• Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1


menit dengan inspeksi. Pemeriksa juga dapat
melakukan konfirmasi pemeriksaan dengan cara
palpasi atau menggunakan stetoskop. Gerakan naik
(inhalasi) dan turun (ekshalasi) dihitung 1 frekuensi
napas. Normalnya frekuensi nafas orang dewasa
sekitar 14 – 20 kali per menit dengan pola nafas yang
teratur dan tenang.
• Irama pernapasan : reguler atau ireguler
TACHYPNEA – RESPIRATORY RATE > 20
BRADYPNEA – RESPIRATORY RATE < 12
DYSPNEA – NAFAS PENDEK– KESUKARAN BERNAFAS
APNEA – TIDAK BERNAFAS
HYPERVENTILATION – RESPIRASI CEPAT DAN DALAM
HYPOVENTILATION – RESPIRASI LAMBAT DAN DANGKAL
Pemeriksaan Tekanan Darah

 Tekanan darah diukur menggunakan


manometer berisi air raksa. Alat itu dikaitkan
pada kantong tertutup yang dibalutkan
mengelilingi lengan atas (bladder&cuff).
 Tekanan udara dalam kantong pertama
dinaikkan cukup di atas tekanan darah sistolik
dengan pemompaan udara ke dalamnya.
 Ini memutuskan aliran arteri brakhial dalam
lengan atas, memutuskan aliran darah ke
dalam arterilengan bawah.
 Kemudian, udara dilepaskan secara
perlahan-lahan dari kantong untuk
mendengarkan kembali denyut dalam lengan
bawah
Jenis Tekanan darah
1. Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum
dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel kiri.
2. Tekanan darah diastolik
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum
dinding arteri pada saat relaksasi ventrikel kiri
3. Tekanan arteri atau tekanan nadi.
Tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan
diastolik.
Prosedur pemeriksaan :
 Pemilihan sphymomanometer (blood pressure
cuff)
 Sphygmomanometer adalah alat yang
digunakan untuk pengukuran tekanan darah,
yang terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air
raksa.
 Dalam melakukan pemeriksaan ini harus
diperhatikan :
 Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas cuff
(12 - 14 cm pada dewasa). Bladder

 Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.


 Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.
Persiapan pengukuran tekanan darah

Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :


 Pasien dalam kondisi tenang.
 Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang
mengandung kafein minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
 Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
 Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
 Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
 Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi
pasien berbaring, duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi
pasien.
 Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis
kurang lebih pada level setinggi jantung.
 Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit
diatas pinggangdan kedua kaki menapak di lantai.
 Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan
agar posisi manometer selalu vertikal, dan pada waktu
membaca hasilnya, mata harus berada segaris
horisontal dengan level air raksa.
 Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit
setelah pengukuran pertama.
Bunyi Korotkoff Deskripsi
Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan cuff diturunkan perlahan.
Begitu bunyi ini terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan pada manometer
dinilai sebagai tekanan sistolik.

Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir

Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras

Fase 4 Bunyi menjadi meredam

Fase 5
Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff turun lagi
sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan yang ditunjukkan manometer pada fase
ini dinilai sebagai tekanan diastolik
Adapun Prosedur Pengukuran Tekanan Darah terdiri dari 2
teknik :
1. Palpatoir
 Siapkan tensimeter dan stetoskop.
 Posisi pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri tergantung tujuan
pemeriksaan
 Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian.
 Pasang bladder sedemikian rupa sehingga melingkari bagian tengah
lengan atas dengan rapi, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar.
Bagian bladder yang paling bawah berada 2 cm/ 2 jari diatas fossa
cubiti.
 Posisikan lengan sehingga membentuk sedikit sudut (fleksi) pada siku.
 Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di
sebelah medial tendo muskulus biceps brachii.
 Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan
pada cuff, perkirakan tekanan sistolik palpatoirdengan
meraba arteri brachialis/arteri radialis dengan satu jari
tangan sambil menaikkan tekanan pada cuff sampai
nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan
 30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk
menghindari ketidaknyamanan pasien dan untuk
menghindari auscultatory gap. Setelah menaikkan
tekanan cuff 30 mmHg tadi, longgarkan cuff sampai
teraba denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik
palpatoir).Kemudian kendorkan tekanan secara komplit
(deflate).
 Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan
didapatkan tekanan darah sistolik dan tidak bisa untuk
mengukur tekanan darah diastolik.
2. Auskultatoir
 Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat
diketuk dengan jari.
 Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di
atas arteri brachialis.
 Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa
bulb sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30
mmHg.
 Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
 Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana
bunyi Korotkoff I terdengar pertama kali. Ini merupakan
hasil tekanan darah sistolik.
 Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V
(bunyi terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan
darah diastolik.
 Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal
diulang 3 kali. Hasilnya diambil rata- rata dari hasil
pemeriksaan tersebut.
Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe
VII (JNC-VII)

Klasifikasi TekananDarah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)

Normal <120 atau <80


Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stage 2 >160 atau >100
o Umur – Tekanan darah meningkat ketika seorang menjadi lebih tua
o GENDER – Wanita biasanya mempunyai tekanan darah lebih rendah disbanding pria
o Volume darah – Perdarahan berat akan merendahkan tekanan darah
o STRESS – HEART RATE dan tekanan darah meningkat sebagai bagian dari respon tubuh terhadap stress
o Nyeri – meningkatkan tekanan darah
o EXERCISE – meningkatkan HEART RATE dan tekanan darah
o Berat badan – Tekanan darah lebih tinggi pada orang yang kelebihan berat badan
o RAS – Kulit hitam umumnya mempunyai tekanan darah lebih tinggi disbanding kulit putih
o DIET – Diet tinggi Natrium meningkatkan volume cairan dan meningkatkan tekanan darah
o Obat-obatan – diminum untuk menurunkan tekanan darah
o POSISI – Tekanan darah lebih rendah pada posisi berbaring

Anda mungkin juga menyukai