Anda di halaman 1dari 10

P-ISSN: 2541-2418; E-ISSN: 2541-2434

Indonesian Journal of Ijiece, Vol. 4, No. 2, December 2019 (155-164)


Islamic Early Childhood Education  2019 Association of Indonesian Islamic Kindergarten
Teachers Education Study Program

Visualisasi Video Pembelajaran dalam Melatih


Kemampuan Mencuci Tangan bagi Anak Tunagrahita
Kategori Sedang di SLB Negeri 2 Padang
Wildan Dari, Irdamurni

Received: 06 08 2019 / Accepted: 12 08 2019 / Published online: 12 08 2019


© 2019 Association of Indonesian Islamic Kindergarten Teachers Education Study Program

Abstrak Penelitian ini di latarbelakangi oleh permasalahan yang ditemukan di kelas VII SLB Negeri
2 Padang pada siswa tunagrahita kategori sedang pada bulan Januari 2019. Peneliti menemukan
seorang siswa yang belum bisa mencuci tangan dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah metode latihan menggunakan video pembelajaran efektif untuk meningkatkan
kemampuan mencuci tangan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil
penelitian pada kondisi awal yaitu 12,90%. Setelah dilaksanakan siklus I hasil pertemuan pertama
(22,58%), pertemuan kedua (32,25%), pertemuan ketiga (38,70%) dan pertemuan keempat (48,38) .
Hasil siklus II pertemuan pertama (58,06%), pertemuan kedua (67,74%), pertemuan ketiga (74,19%)
dan pertemuan ke empat (77,41%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode latihan
menggunakan video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan mencuci tangan bagi siswa
tunagrahita kategori sedang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa metode latihan dengan video
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan mencuci tangan.
Kata kunci: visualisasi video pembelajaran, kemampuan mencuci tangan, anak tunagrahita

Abstract This research is motivated by a problem found in class VII SLB Negeri 2 Padang in
moderate retardation students in January 2019. Researchers found a student who could not wash
their hands properly. This study aims to determine whether the training method using effective
learning videos to improve the ability to wash hands. This study uses a class action research method
consisting of two cycles, each cycle consisting of planning, action, observation and reflection. The
results of the study in the initial conditions were 12.90%. After the first cycle, the results of the first
meeting (22.58%), the second meeting (32.25%), the third meeting (38.70%) and the fourth meeting
(48.38). The results of the second cycle of the first meeting (58.06%), the second meeting (67.74%),
the third meeting (74.19%) and the fourth meeting (77.41%). These results indicate that the training
method using video learning can improve the ability to wash hands for mentally retarded students
in the moderate category. From these results it can be seen that the training method with learning
videos can improve the ability to wash hands.
Keywords: visualization of learning videos, ability to hand wash, mentally retarded children

Pendahuluan
Kebersihan diri menjadi hal yang sangat penting bagi manusia demi hidup sehat dan nyaman,
karena di dalam jiwa yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Bahkan di dalam ajaran agama Islam
kebersihan merupakan bagian dari iman (Rabiatul, Apuanor, & Sudarmono, 2018). Tentu tidak
dapat dipungkiri bahwa kebersihan sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari,
karena harus menjaga kesehatan diri itu sendiri. Kesehatan perlu dijaga sejak dini karena dapat
memberikan dampak positif terhadap lingkungan (Rita, 2016). Kebersihan dibutuhkan oleh

Wildan Dari dan Irdamurni


Universitas Negeri Padang, Padang

wildandarry@gmail.com
VISUALISASI VIDEO PEMBELAJARAN Wildan Dari dan Irdamurni

semua orang di dunia ini, baik itu laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun kecil, dan
normal maupun anak berkelainan yang disebut Anak Berkebutuhan Khusus (Tri, Asep, & Ganda,
2016). Anak berkebutuhan akan melalui semua masalah yang berhubungan dengan
keterbatasannya. Semua masalah perlu diselesaikan dengan cara diberikan pelayanan yang baik,
dilatih semua kemampuan maupun keterampilannya (Abdullah, 2013). Meskipun memiliki
hambatan namun ABK masih bisa dikembangkan kemampuan bina dirinya dengan dilatih secara
rutin. Salah satu ABK yang masih bisa dilatih kemampuan bina dirinya yaitu anak tunagrahita.
Tunagrahita atau anak yang memiliki gangguan intelegensi adalah anak yang memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata, memiliki hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan,
kurang mampu dalam berpikir abstrak, anak tunagrahita kurang atau tidak mampu dalam segala
hal, tidak hanya dalam sehari dua hari namun untuk selama-lamanya (Irdamurni, 2018).
Klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga yaitu tunagrahita kategori ringan atau disebut
anak mampu didik, anak tunagrahita kategori sedang atau disebut dengan mampu latih dan anak
tunagrahita berat yang disebut mampu rawat (A. Siti & Mega, 2019). Salah satu anak tunagrahita
yang sangat perlu di latih bina dirinya yaitu anak tunagrahita kategori sedang.
Anak tunagrahita kategori sedang merupakan anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang
rendah di banding siswa normal pada umumnya, sehingga menyebabkan kemampuan merawat
dirinya sangat rendah sekali, mereka butuh bimbingan khusus untuk merawat dirinya sendiri
(Irdamurni, 2018). Tanpa bantuan orang lain mereka tidak bisa merawat dirinya sendiri.
Rendahnya kemampuan merawat diri bagi siswa tunagrahita kategori sedang menyebabkan
kondisi fisiknya kurang terawat dengan baik. Kondisi ini menyebabkan siswa tunagrahita menjadi
tidak terawat, bau, kotor, sehingga banyak di jauhi oleh orang-orang di sekitarnya (Putra &
Kasiyati, 2019).
Program khusus bina diri ini di berikan agar siswa tunagrahita kategori sedang mampu
untuk mandiri. Bina diri memiliki istilah-istilah asing seperti self help, self care, dan activity daily
living. Bina diri merupakan kegiatan latihan atau pembinaan dalam memelihara, menolong,
mengurus merawat, atau membina diri (Pravita, Dwi, & Usep, 2014). Pendapat lain menjelaskan
bahwa bina diri adalah sebuah program pendidikan untuk ABK dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari supaya siswa tunagrahita bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini
disebabkan karena tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa tunagrahita yang rendah (Anggraini
& Marlina, 2018).
Salah satu pendidikan bina diri yang sangat di perlukan adalah pendidikan mencuci tangan
dengan benar dan bersih. Mencuci tangan merupakan tindakan untuk membersihkan tangan dan
jari-jari menggunakan air atau cairan lainnya agar tangan menjadi bersih, terhindar dari kuman
penyakit, juga merupakan salah satu bagian dari ritual keagamaan seperti berwudlu, dan lain-lain
(Hudzaifah, 2017). Sebagaimana yang terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) program khusus di
Sekolah Luar Biasa yaitu mampu membersihkan dan menjaga kesehatan badan dengan cara yang
benar. Indikator dari program khusus di SLB yaitu memelihara kebersihan tangan dan kaki.
Tangan merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling banyak mengandung kotoran.
Setiap bersalaman atau memegang sesuatu akan ada bibit penyakit yang menempel pada kulit
tangan manusia. Misalnya saat mengeringkan tangan dengan lap yang ada di dapur, memegang
gagang pintu, memegang telepon, dan benda-benda lainnya. Oleh karena itu tangan sangat
mudah terkena bibit penyakit apa saja. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu
contoh dari perilaku hidup sehat (Purwandari, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 25 Januari 2019 di SLB
N 2 Padang, peneliti menemukan siswa yang berinisial RPI yang sudah berusia 18 tahun di kelas
VII C1, berjenis kelamin laki-laki. Setiap selesai belajar siswa selalu mencuci tangan sendiri

156
Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education Vol. 4 No. 2, December 2019: 155-164

dengan air kran, namun siswa hanya sekedar mencuci tangan tanpa benar-benar membersihkan
kotoran pada tangan. Siswa hanya membasahkan tangan dan tidak menggosok tangannya
kemudian langsung pergi, setelah di periksa tangan siswa masih kotor. Program bina diri Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) sudah di buat oleh guru di sekolah, namun dalam penerapannya
belum maksimal. Dalam pembelajaran CTPS guru hanya menggunakan media berupa gambar
langkah-langkah mencuci tangan yang ada di kertas, dan guru menjelaskan dengan metode
ceramah sehingga siswa kurang tertarik. Guru juga sudah melakukan praktik langsung namun
hanya beberapa kali saja dalam jangka waktu yang tidak berulang-ulang sehingga siswa mudah
lupa. Sedangkan program bina diri pada siswa tunagrahita kategori sedang memerlukan metode
yang di senangi siswa dan harus sering di lakukan praktik langsung dalam jangka waktu yang
rutin.
Melihat kasus tersebut, maka peneliti tertarik untuk meningkatkan kemampuan bina diri
mencuci tangan pakai sabun pada anak tunagrahita dengan metode latihan menggunakan video
pembelajaran. Metode latihan atau drill yaitu metode yang sering digunakan untuk siswa
tunagrahita agar dapat melatih kebiasaan-kebiasaan baik pada siswa seperti melatih ketangkasan,
ketepatan, dan keterampilan (Citra, Irdamurni, & Zulmiyetri, 2013). Video pembelajaran adalah
Video pembelajaran adalah gambar-gambar bergerak yang di proyeksikan dengan proyektor atau
komputer sehingga gambar terlihat hidup. Video pembelajaran dapat bergerak, dilihat dan di
dengar untuk memberikan informasi, mengajarkan keterampilan, mempermudah memahami
konsep-konsep yang kurang jelas, dan lain-lain (Arsyad, 2009). Alasan peneliti memilih media
video pembelajaran yaitu karena dari pengamatan peneliti siswa lebih tertarik untuk melihat
video-video atau menonton gambar-gambar yang bergerak di layar HP, laptop dan TV. melalui
video langkah-langkah CTPS siswa di harapkan mampu melakukan praktik mencuci tangan
dengan bersih dan benar usai menonton video.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah Untuk mengubah atau memperbaiki cara
mengajar guru agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar (Indah & Nurhastuti,
2018). Kemudian untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan mencuci tangan pakai sabun
dengan metode latihan menggunakan video pembelajaran dan untuk mengetahui apakah metode
latihan dengan menggunakan media video pembelajaran efektif untuk meningkatkan
kemampuan mencuci tangan pakai sabun pada siswa tunagrahita kategori sedang.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VII C1
SLB N 2 Padang. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang ada di kelas kemudian
dilaksanakan oleh guru yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru atau dosen dan kualitas
siswa (Dini & Suwarno, 2016). Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu masalah yang menggunakan siklus dalam pelaksanaannya agar hasil belajar
di kelas meningkat. Kelas merupakan tempat terjadi proses belajar mengajar oleh guru dan siswa.
Subjek penelitian ini yaitu satu orang anak tunagrahita kategori sedang yang berinisial RPI
di kelas VII C1 SLB N 2 Padang, berjenis kelamin laki-laki. Dalam pelaksanaan penelitian ini
peneliti berkolaborasi dengan guru kelas di mana peneliti sebagai pemberi tindakan dan guru
sebagai pengamat.
Penelitian ini menggunakan 2 siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak empat
kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi (Yanti
& Irdamurni, 2019). Teknik pengumpulan data PTK adalah tes, observasi, dan
dokumentasi(Nurhasanah, 2017). Penelitian ini juga menggunakan Analisis data. Menganalisis
data merupakan sebuah proses menginterpretasikan dan mengolah data (Atmaja, 2018). Analisis

157
VISUALISASI VIDEO PEMBELAJARAN Wildan Dari dan Irdamurni

data dalam penelitian tindakan kelas berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif yaitu
berupa nilai hasil belajar siswa yang dapat dianalisis secara deskriptif dan data Kuantitatif yaitu
data yang berupa kalimat informasi yang menggambarkan tentang tingkat pemahaman siswa
dalam menguasai materi pelajaran.
Analisis data juga terbagi menjadi tiga bagian yakni, pertama reduksi data merupakan
kegiatan menyeleksi data yang cocok dengan fokus masalah. Pada kegiatan ini peneliti
mengumpulkan semua data yang digunakan, kemudian dikelompokkan berdasarkan hipotesis
atau masalah yang ada. Reduksi data dalam penelitian ini yaitu tentang bagaimana cara
meningkatkan kemampuan mencuci tangan pakai sabun pada anak tunagrahita. Setelah data
dianalisis barulah dapat diketahui hasil yang sudah tercapai oleh siswa. Kedua mendeskripsikan
data yang dilakukan dengan bentuk narasi, grafik atau tabel sehingga data bisa bermakna. Ketiga
membuat kesimpulan adalah analisis lanjutan dari reduksi data dan deskripsi data, sehingga
peneliti dapat menyimpulkan data dengan benar(Iskandar, 2011). Data kuantitatif yaitu untuk
memperoleh hasil nilai akhir dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor yang diperoleh
Rumus ∶ X 100%
Jumlah skor maksimal

Hasil Penelitian dan Analisis


Berdasarkan asesmen yang peneliti lakukan, terdapat seorang siswa yang mengalami kesulitan
dalam mencuci tangan pakai sabun. Setelah diberikan tindakan dengan menggunakan metode
latihan dengan menggunakan video pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan tes kemampuan
awal berupa tes perbuatan. Pada tes tersebut peneliti menyediakan alat dan bahan yang digunakan
untuk mencuci tangan pakai sabun dan menyuruh anak praktik mencuci tangan pakai sabun.
Setelah diamati ternyata kemampuan siswa dalam mencuci tangan pakai sabun masih
sangat rendah, bahkan siswa belum terlalu mengenal alat dan bahan yang digunakan untuk
mencuci tangan pakai sabun dan proses pelaksanaannya. Siswa masih kesulitan dalam melakukan
beberapa langkah mencuci tangan pakai sabun dengan benar. Siswa hanya bisa melakukan
langkah-langkah seperti menghidupkan dan mematikan air kran, kemudian hanya menggosok
telapak tangan sebentar dan langsung di bilas.
Seperti yang telah ada dalam kisi-kisi penelitian, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini yaitu meningkatkan kemampuan bina diri mencuci tangan pakai sabun. Adapun nilai yang
didapatkan pada kemampuan awal adalah 12,90%. Dapat dilihat pada gambar 1.

Kemampuan Awal
14
hasil kemampuan awal siswa
dalam mencuci tangan pakai

12
10
8
6
sabun

4 Kemampuan awal
2
0
RC
Nama siswa

Gambar 1. Hasil Kemampuan Awal Siswa

158
Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education Vol. 4 No. 2, December 2019: 155-164

Dari grafik di atas, dapat dilihat kemampuan siswa dalam mencuci tangan pakai sabun
masih sangat rendah. Setelah diketahui kemampuan awal, maka perlu dilakukan tindakan
selanjutnya dengan menggunakan metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas VII C1 di SLB N 2 Padang.
Kondisi yang terdapat pada siswa ini muncul keinginan peneliti untuk meningkatkan bina
diri mencuci tangan pakai sabun. Setelah di diskusikan dengan guru kelas siswa ini memang
belum mampu mencuci tangan dengan baik dan benar. Mengatasi permasalahan yang ditemukan
peneliti dan guru kelas maka untuk meningkatkan kemampuan bina diri mencuci tangan pakai
sabun pada siswa tunagrahita kategori sedang ini yaitu dengan menggunakan metode latihan
dengan menggunakan video pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan
kemampuan bina diri mencuci tangan pakai sabun pada siswa tunagrahita kategori sedang.
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, di mana peneliti sebagai pelaksana
dan guru kelas sebagai pengamat. Kemudian peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk
mendapatkan masukan agar tindakan yang akan dilakukan selanjutnya mencapai hasil yang
diinginkan.
Analisis data ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada bab I. Jawaban dan
penjelasan dari rumusan masalah yaitu, bagaimana proses pelaksanaan mencuci tangan pakai
sabun melalui metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran bagi anak tunagrahita
kategori sedang?, apakah metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran efektif untuk
meningkatkan kemampuan mencuci tangan pada siswa tunagrahita kategori sedang?. Untuk
menjawab rumusan masalah ini, maka peneliti menggunakan grafik yang menjelaskan tentang
hasil penelitian yang menggambarkan peningkatan tingkat kemampuan siswa dalam mencuci
tangan pakai sabun.
Proses pelaksanaan mencuci tangan pakai sabun melalui metode latihan dengan
menggunakan video pembelajaran bagi anak tunagrahita kategori sedang yaitu tahap awal
pembelajaran, (a) pada tahap awal memulai pelajaran peneliti menjelaskan tentang topik
pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan manfaat pembelajaran, kemudian peneliti
mempersiapkan alat, bahan seperti sabun cuci tangan, lap tangan, air kran (dikamar mandi) dan
media video pembelajaran yang berikan langkah-langkah mencuci tangan dengan baik dan benar.
(b) proses pembelajaran di awali dengan salam, menyiapkan siswa untuk belajar, berdo’a dan
melakukan apersepsi, kemudian guru masuk pada kegiatan inti yang di awali dengan
menyampaikan topik pembelajaran, tujuan dan manfaat mencuci tangan. Setelah itu peneliti
mengajak siswa untuk menonton video pembelajaran yang berisi langkah-langkah mencuci
tangan sambil menjelaskan setiap langkah-langkahnya. Setelah itu peneliti bertanya jawab dengan
siswa mengenai isi video tersebut, mulai dari menyebutkan dan menunjukkan alat dan bahan
yang digunakan serta bagaimana langkah-langkah mencuci tangan. Kemudian setelah selesai
proses tanya jawab dengan siswa, peneliti mengajak siswa untuk latihan atau praktik mencuci
tangan di kamar mandi, agar peneliti mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mencuci
tangan. Setelah selesai mencuci tangan kemudian peneliti, guru kelas dan siswa kembali ke kelas.
Di kelas peneliti melihat tangan siswa apakah sudah bersih atau masih ada sisa-sisa kotoran yang
menempel. (c) Setelah itu peneliti masuk pada kegiatan penutup berupa evaluasi terhadap latihan
mencuci tangan yang dilakukan siswa, menyimpulkan pelajaran hari itu, menyampaikan pesan-
pesan moral, kemudian diakhiri dengan berdoa dan salam.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal sebelum diberikan tindakan secara optimal, siswa
belum bisa melakukan tahap-tahap mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar.
Kemampuan bina diri mencuci tangan pakai sabun melalui metode latihan dengan menggunakan
video pembelajaran setelah diberi tindakan pada siklus I. Pelaksanaan dalam siklus I ini peneliti
memberi tindakan melalui metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran. Bentuk

159
VISUALISASI VIDEO PEMBELAJARAN Wildan Dari dan Irdamurni

kegiatan yang direncanakan yaitu membuat RPP dan PPI, menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk pembelajaran (F. Siti, 2017). Kemampuan siswa pada siklus I dapat dilihat pada
gambar 2.

Siklus I
60
Hasil kemampuan siswa

50
40
pada siklus I

Pertemuan 1
30
Pertemuan 2
20
Pertemuan 3
10
Pertemuan 4
0
RC
Nama Siswa

Gambar 2. Hasil Kemampuan Siswa pada Siklus I

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat kemampuan siswa selama empat kali pertemuan,
yang mana hasilnya yaitu pada pertemuan pertama siswa RC (22,58%), pertemuan ke dua (32,25
%), pertemuan ke tiga (38,70%) dan pertemuan ke empat (48,38). Data yang diperoleh selama
empat pertemuan tersebut dapat dilihat bahwa siswa mengalami peningkatan dalam mencuci
tangan pakai sabun dengan menggunakan metode latihan dengan menggunakan video
pembelajaran meskipun tidak naik secara signifikan.
Berdasarkan hasil siklus I yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, maka guru
menjelaskan kembali permasalahan yang tampak. Permasalahan yang dihadapi pada awal siklus
I yaitu siswa masih kesulitan membedakan alat dan bahan namun sudah bisa menyebutkan apa
saja perlengkapan mencuci tangan yang diperlukan, dan siswa masih belum melakukan semua
langkah-langkah mencuci tangan seperti menggosok punggung tangan, menggosok sela-sela jari,
menggosok ibu jari dan menggosok kuku jari. Sebelum memasuki langkah-langkah mencuci
tangan guru meminta siswa untuk menonton video pembelajaran tentang mencuci tangan pakai
sabun.
Pada siklus I siswa mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk mencuci tangan,
hanya saja ketika disuruh menyebutkan alat, siswa justru menyebutkan bahan, begitu pun
sebaliknya. Namun hal demikian tidak terlalu di permasalahkan karena siswa sudah tau semua
perlengkapan yang digunakan untuk mencuci tangan tersebut. Siswa lebih kesulitan dalam
melakukan langkah-langkah mencuci tangan karena tidak melakukan beberapa langkah seperti
menggosok punggung tangan, sela-sela jari tangan, menggosok ibu jari dan kuku jari. Dari
permasalahan yang tampak pada siklus I ini untuk itu peneliti dan guru kelas kembali merancang
pembelajaran untuk dilaksanakan di siklus II.
Hasil pengamatan peneliti dan guru kelas terlihat anak lebih suka dan tertarik untuk
melihat langkah-langkah mencuci tangan ini dengan sebuah media video pembelajaran karena
sebelumnya guru kelas tidak menggunakan video pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik
dan tidak mau belajar. Pada siklus I siswa mengalami peningkatan dalam tahap-tahap mencuci
tangan meskipun belum signifikan dan belum memenuhi hasil yang di harapkan atau belum

160
Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education Vol. 4 No. 2, December 2019: 155-164

mencapai KKM yang di tetapkan sekolah yaitu 70, untuk itu peneliti dan guru kelas melanjutkan
ke siklus II dengan tujuan agar siswa benar-benar mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
Pertemuan pada siklus II dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Siklus I dan II terdapat
perbedaan pada pelaksanaan pembelajarannya, yang mana pada siklus I ketika menonton video
tentang mencuci tangan siswa menonton atau mengamati video pembelajaran terlebih dahulu
kemudian barulah peneliti menjelaskan secara umum, sedangkan pada siklus II peneliti
menjelaskan isi video satu persatu sambil menonton video. Hasil penelitian pada siklus II dapat
dilihat pada gambar 3.

Siklus II
Hasil kemampuan siswa pada siklus II

90
80
70
60
50 Pertemuan 1
40 Pertemuan 2
30
Pertemuan 3
20
10 Pertemuan 4
0
RC
Nama siswa

Gambar 3. Hasil Kemampuan Siswa pada Siklus II

Dapat dilihat gari grafik di atas tingkat kemampuan siswa RC meningkat dengan
menggunakan metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran. Pada pertemuan
pertama siswa RC (58,06%), pertemuan ke dua (67,74%), pertemuan ketiga (74,19%) dan
pertemuan ke empat (77,41%).
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa siswa sudah mengalami peningkatan dalam
mencuci tangan pakai sabun melalui metode latihan menggunakan video pembelajaran,
meskipun siswa belum mencapai seluruh indikator yang di harapkan akan tetapi siswa sudah
mencapai KKM yang di tetapkan.
Berdasarkan pengamatan guru terhadap peneliti pada siklus II telah sesuai dengan program
yang telah di rancang sebelumnya. Siswa dibimbing sampai di rasa sudah paham dengan materi
pelajaran dan siswa dilatih dalam praktik mencuci tangan pakai sabun, dari situlah tergambar
berapa tingkat kemampuan siswa dalam mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar.
Kemudian dilihat dari aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II yaitu siswa
sudah mulai bisa melaksanakan indikator atau langkah-langkah mencuci tangan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil persentase yang diperoleh siswa dan siswa terlihat fokus dan serius dalam
menonton video pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan dan perenungan peneliti dan guru kelas terhadap tindakan yang
dilakukan pada siklus II maka disimpulkan bahwa secara umum penggunaan metode latihan
dengan menggunakan video pembelajaran terhadap kemampuan bina diri mencuci tangan pakai
sabun pada siswa telah menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuan.

161
VISUALISASI VIDEO PEMBELAJARAN Wildan Dari dan Irdamurni

Pembahasan
Proses pelaksanaan mencuci tangan pakai sabun melalui metode latihan dengan menggunakan
video pembelajaran. Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi antara peneliti
dengan guru kelas, di mana peneliti bertindak sebagai pelaksana atau pemberi tindakan dan guru
kelas sebagai pengamat. Selama proses penelitian di lapangan, peneliti melakukan proses
pembelajaran mencuci tangan pakai sabun sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah
disusun, peneliti juga sudah mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk mencuci
tangan sesuai isi dalam video pembelajaran yang telah di buat. Kemudian peneliti memutar video
pembelajaran dan menyuruh siswa untuk menyimak isi video yang berisi tentang mencuci tangan
mulai dari menyiapkan alat dan bahan, sampai pada langkah-langkah mencuci tangan. Di dalam
video juga dijelaskan cara mencuci tangan dengan bentuk tulisan dan suara sehingga video ini
bisa digunakan untuk anak berkebutuhan khusus lainnya dan kemudian peneliti menjelaskan
secara detail isi video kepada siswa sambil mengajak siswa untuk menyebutkan dan menunjukkan
alat dan bahan yang digunakan untuk mencuci tangan.
Ketika pelajaran berlangsung peneliti dan siswa bertanya jawab mengenai materi pelajaran,
jika siswa mengatakan belum paham maka peneliti akan menjelaskan dan membimbing kembali.
Jika siswa berhasil menjawab pertanyaan atau melakukan sesuatu yang di suruh maka peneliti
akan memberikan reward berupa pujian, sehingga siswa makin semangat untuk belajar. Apabila
siswa belum bisa menjawab pertanyaan atau belum mengerti materi pelajaran maka peneliti akan
menjelaskan dan menjelaskan kembali materi pelajaran kepada siswa.
Setelah peneliti menjelaskan kembali isi video kepada siswa lalu peneliti bertanya kembali
kepada siswa mengenai penjelasan isi video. Apabila siswa mulai mengerti barulah peneliti
mengajak siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan mencuci tangan seperti lap tangan dan
sabun cuci tangan untuk memulai praktik mencuci tangan ke kamar mandi. Selama siswa
melakukan praktik mencuci tangan, peneliti bersama guru kelas mengamati proses langkah-
langkah mencuci tangan yang dilakukan siswa. Setelah selesai praktik mencuci tangan kemudian
peneliti bersama guru kelas dan siswa kembali ke kelas.
Setelah melakukan kegiatan inti kemudian peneliti bersama siswa membereskan alat dan
bahan mencuci tangan. Kemudian peneliti memeriksa kebersihan tangan siswa setelah mencuci
tangan, kemudian peneliti mengevaluasi hasil praktik mencuci tangan siswa, jika selama proses
pelaksanaan pembelajaran dan praktik siswa masih belum melakukan dengan benar maka peneliti
menjelaskan apa yang belum bisa dilakukan siswa. Setelah itu peneliti bersama siswa
menyimpulkan materi pelajaran hari itu, mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir dan
peneliti juga memberikan pesan-pesan moral kepada siswa mengenai perlunya mencuci tangan,
kemudian dilanjutkan dengan berdoa dan salam.
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran dan siswa sudah keluar, kemudian
peneliti bersama guru kelas berdiskusi mengenai pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
peneliti bersama siswa. Jika dirasa proses pelaksanaan belum maksimal maka untuk pertemuan
selanjutnya maka sudah harus lebih baik.
Metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran efektif untuk meningkatkan
kemampuan bina diri mencuci tangan pakai sabun bagi anak tunagrahita kategori sedang di SLB
Negeri 2 Padang. Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I kemampuan siswa dalam mencuci
tangan sudah mulai meningkat meskipun belum signifikan dan masih memerlukan bimbingan
dan dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II kemampuan siswa menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan siswa dalam bina diri mencuci tangan pakai sabun melalui metode latihan dengan
menggunakan video pembelajaran. Hasil kemampuan yang diperoleh pada siklus II mengalami
peningkatan yang cukup baik dan pada pertemuan ketiga dan empat hasil kemampuan siswa

162
Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education Vol. 4 No. 2, December 2019: 155-164

dalam mencuci tangan sudah mencapai KKM yang telah di tetapkan sekolah. Hal ini dapat dilihat
pada grafik yang atau hasil yang telah di paparkan pada hasil penelitian.

Simpulan dan Saran


Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan dengan metode latihan dengan menggunakan
video pembelajaran untuk mencuci tangan pakai sabun terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan. Guru tidak terlalu sulit untuk membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran
karena sudah menggunakan video pembelajaran yang sesuai. Hasil penelitian yang diperoleh,
metode latihan dengan menggunakan video pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
mencuci tangan pakai sabun pada anak tunagrahita kategori sedang yang mana hasilnya dapat
dilihat pada hasil masing-masing siklus.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran untuk penelitian yang telah
dilakukan yaitu supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan terlaksana dengan baik, maka
guru harus mempersiapkan model, media dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa. Saran kepada orang tua yaitu agar orang tua lebih rajin untuk mengajak anak
untuk belajar membina dirinya sendiri, dan orang tua juga harus kreatif dalam membantu
mengembangkan kemandirian anak. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa menjadi
referensi untuk pelaksanaan penelitian tindakan selanjutnya.

Daftar Rujukan

Abdullah, N. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Academia, (86), 1–10.
https://www.academia.edu/download/54999478/ABK-SM_1.pdf
Anggraini, I., & Marlina. (2018). Peningkatkan Keterampilan Bina Diri Melalui Teknik Shaping
pada Siswa Tunagrahita Ringan. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 6, 186–191. Online:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/view/101674
Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Atmaja, J. R. (2018). Pendidikan Dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Citra, O., Irdamurni, & Zulmiyetri. (2013). Melatih Keterampilan Merangkai Bunga Akrilik
Melalui Metode Bervariasi Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Penelitian Pendidikan
Khusus, 2(September), 117–128. Online: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/
article/view/2053
Dini, siswani mulia, & Suwarno. (2016). PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Dengan Pembelajaran
Berbasis Kearifan Lokal dan Penulisan Artikel Ilmiah di SD Negeri Kalisube Banyumas.
Khazanah Pendidikan, IX(2). Online: http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/
khazanah/article/view/1062/983
Hudzaifah, P. &. (2017). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Cuci Tangan Siswa Di Sekolah
Dasar Negeri Kota Bandung. Jurnal Keperawatan, 5(1), 6. DOI:
https://doi.org/10.31311/.V5I1.1458
Indah, L., & Nurhastuti. (2018). Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Membuat Mahar Pernikahan dari Uang Kertas Pada Anak Tunarungu.
Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 6, 206–213. Online:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/view/101599

163
VISUALISASI VIDEO PEMBELAJARAN Wildan Dari dan Irdamurni

Irdamurni. (2018). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jawa Barat : Goresan Pena.
Iskandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Nurhasanah, H. (2017). Peningkatan Kemampuan Bina diri Toilet Training Anak Autis Melalui
Metode Latihan(Drill) di Pusat Laayanan Autis Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 149–
158. Online: http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/plb/article/view/6886
Pravita, A. N. C., Dwi, H. W., & Usep, K. (2014). Peningkatan Kemampuan Praktik Bina Diri
Dengan Menggunakan Media Boneka Model Manusia Untuk Siswa Tunagrahita Ringan
SDLB. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa, 163–168. Online:
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppplb/article/view/4319
Purwandari, R. (2013). Hubungan antara Perilaku Mencuci Tangan dengan Insiden Diare pada
Anak Usia Sekolah di Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan, 4(2), 122–130.
https://doi.org/10.22219/JK.V4I2.2362
Putra, M., & Kasiyati. (2019). Meningkatkan Kemampuan Merawat Diri Dalam Keterampilan
Menggosok Gigi Dengan Menggunakan Model Direct Instruction Pada Anak Tunagrahita
Sedang. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 7(157), 235–242.
http://103.216.87.80/index.php/jupekhu/article/view/103809
Rabiatul, A., Apuanor, & Sudarmono. (2018). Analisis Kesadaran Diri Mahasiswa Akan
Kebersihan Lingkungan Kampus STKIP Muhammadiyah Sampit. Jurnal Paedagogie,
VI(2), 1–8. Online: http://ejurnal.stkipmsampit.ac.id/index.php/IlmuPendidik/
article/download/75/69
Rita, A. (2016). Metode Drill Bermedia Flash Card Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan
Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Tunagrahita. Journal of Health Education,
1(1), 37–43. Online: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
article/view/9810
Siti, A., & Mega, I. (2019). Meningkatkan Keterampilan Membuat Pigura Manik-Manik Melalui
Meronce Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 7, 93–98.
Online: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/view/103055
Siti, F. (2017). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Statistik Melalui Model
Group Investigation Pada Siswa Kelas XI IPA 2 Semester 1 SMA 15 Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015. Jurnal Karya Pendidikan Matematika, 4, 56. DOI:
https://doi.org/https://doi.org/10.26714/jkpm.4.1.2017.%25p
Tri, S. M., Asep, A. S., & Ganda, S. (2016). Meningkatkan Keterampilan Makan Menggunakan
Sendok Melalui Teknik Modelling Pada Anak Low Vision Kelas I. Jurnal Penelitian
Pendidikan Khusus, 5, 90–103. Online: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/
jupekhu/article/view/8572
Yanti, S. R., & Irdamurni. (2019). Efektivitas Media Power Point dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Huruf Konsonan pada Anak Tunagrahita Sedang. Jurnal Penelitian
Pendidikan Khusus, 7, 136–141. Online: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/
article/view/103212

164

Anda mungkin juga menyukai