Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN 1 Mata Kuliah : Kep. Maternitas Nama : Arumingtyas P. Tingkat/Semester : 1/1 Tempat Praktek : RSUD dr. Darsono / R.

Seruni
Disetujui
LAPORAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA Clinical Instructure Clinical Teacher

PENDAHULUAN PASIEN DENGAN CYSTOMA OVARII


………………………………………….. ………………………………..

A. Pengertian
Kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium
yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, 2011)
B. Etiologi
Berdasarkan (Smelzer & Bare, 2010), penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan
pembentukan hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum
indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan
dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
C. Manifestasi Klinik
Berdasarkan (Mansjoer, 2010), gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
D. Patofisiologi
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2010) menyatakan bahwa fungsi ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah satu
pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan gagal
melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut menjadi kista
E. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Winkjosastro, 2011) bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker atau kista
F. Penatalaksanaan
Winkjosastro (2011) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi
seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
e. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan
analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
f. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan.
Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu
di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini
dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi
medis pasca bedah sesuai anjuran.
H
HALAMAN 2 CLINICAL PATHWAY

(Smeltzer & Bare, 2010)


HALAMAN 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CYSTOMA OVARII

Model konsep askep : SDKI, SIKI, SLKI

EVALUASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN
(KRITERIA KEBERHASILAN)
1. Data Demografi Nyeri akut Manajemen Nyeri (I. 08238) Tingkat nyeri menurun
Identitas pada klien yang harus Observasi (L.08066)
diketahui diantaranya: nama, 1. Identifikasi lokasi, Kriteria Hasil
umur, agama, pendidikan, karakteristik, durasi, frekuensi, 1. Kemampuan menuntaskan
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, kualitas, intensitas nyeri aktivitas meningkat
jenis kelamin, status perkawinan, 2. Identifikasi skala nyeri 2. Keluhan nyeri menurun
dan penanggung biaya. 3. Identifikasi respon nyeri 3. Meringis menurun
2. Keluhan utama non verbal 4. Sikap protektif menurun
Biasanya klien mengeluh nyeri 4. Identifikasi faktor yang 5. Gelisah tidur menurun
perut bawah yang hilang timbul memperberat dan memperingan 6. Menarik diri menurun
dan durasinya makin meningkat nyeri 7. Berfokus pada diri sendiri
3. Riwayat penyakit saat ini 5. Identifikasi pengetahuan menurun
Klien mengeluh nyeri perut bawah dan keyakinan tentang nyeri 8. Diaforesis menurun
saat perubahan posisi dan dapat 6. Identifikasi pengaruh 9. Perasaan depresi (tertekan)
meningkat dengan aktivitas, budaya terhadap respon nyeri menurun
vertigo, muntah proyektil, 7. Identifikasi pengaruh nyeri 10. Perasaan takut mengalami
perubahan mental seperti pada kualitas hidup cedera berulang menurun
disorientasi, letargi, papiledema, 8. Monitor keberhasilan 11. Anoreksia menurun
penurunan tingkat kesadaran, terapi komplementer yang sudah 12. Perineum terasa tertekan
penurunan penglihatan atau diberikan menurun
9. Monitor efek samping 13. Uterus teraba membulat
penglihatan double,
penggunaan analgetik menurun
ketidakmampuan sensasi
Terapeutik 14. Ketegangan otot menurun
(parathesia atau anasthesia),
1. Berikan teknik nonfarmakologis 15. Pupil dilatasi menurun
hilangnya ketajaman atau
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. 16. Muntah menurun
diplopia.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi 17. Mual menurun
4. Riwayat penyakit dahulu
musik, biofeedback, terapi pijat, 18. Frekuensi nadi membaik
Klien pernah mengalami penyakit
aroma terapi, teknik imajinasi 19. Pola napas membaik
serupa
terbimbing, kompres 20. Tekanan darah membaik
5. Riwayat penyakit keluarga
hangat/dingin, terapi bermain) 21. Proses berpikir membaik
Adakah penyakit yang diderita
2. Control lingkungan yang 22. Fokus membaik
oleh anggota keluarga yang
memperberat rasa nyeri (mis. 23. Fungsi berkemih membaik
mungkin ada hubungannya
Suhu ruangan, pencahayaan, 24. Perilaku membaik
dengan penyakit klien sekarang,
kebisingan) 25. Nafsu makan membaik
yaitu riwayat keluarga dengan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 26. Pola tidur membaik
kista ovarium.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
nyeri dalam pemilihan strategi
Perubahan kepribadian dan
meredakan nyeri
perilaku klien, perubahan mental,
Edukasi
kesulitan mengambil keputusan,
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
kecemasan dan ketakutan
pemicu nyeri
hospitalisasi, diagnostic test dan
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
prosedur pembedahan, adanya
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
perubahan peran.
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Data fokus dari status
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
obstetrikus, meliputi :
untuk mengurangi rasa nyeri
a. Menstruasi : menarche, lama,
Kolaborasi
siklus, jumlah, warna dan bau
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
b. Riwayat perkawinan : berapa
jika perlu
kali menikah, usia perkawinan
Pemberian Analgetik (I.08243)
Pengkajian pasca operasi rutin :
Observasi
a. Kaji tingkat kesadaran
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
b. Ukur tanda-tanda vital
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
c. Auskultasi bunyi nafas
intensitas, frekuensi, durasi)
d. Kaji turgor kulit
2. Identifikasi riwayat alergi obat
e. Pengkajian abdomen: inspeksi
3. Identifikasi kesesuaian jenis
ukuran dan kontur abdomen,
analgesik (mis. Narkotika, non-
auskultasi bising usus, palpasi
narkotika, atau NSAID) dengan
terhadap nyeri tekan dan
tingkat keparahan nyeri
massa, tanyakan tentang
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum
perubahan pola defekasi, kaji
dan sesudah pemberian analgesik
status balutan
5. Monitor efektifitas analgesik
f. Kaji terhadap nyeri atau mual
g. Palpasi nadi pedalis secara
Terapeutik
bilateral
1. Diskusikan jenis analgesik yang
h. Periksa laporan operasi
disukai untuk mencapai analgesia
terhadap tipe anestesi yang optimal, jika perlu
diberikan dan lamanya waktu di 2. Pertimbangkan penggunaan infus
bawah anestesi. kontinu, atau bolus opioid untuk
i. Kaji status psikologis pasien mempertahankan kadar dalam
setelah operasi serum
3. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
Ansietas Reduksi Ansietas Tingkat ansietas menurun
Kriteria Hasil :
1. Perilaku sesuai anjuran
Observasi meningkat (5)
1. Identifikasi saat tingkat anxietas 2. Kemampuan menjelaskan
berubah (mis. Kondisi, waktu, pengetahuan suatu topik
stressor) meningkat (5)
2. Identifikasi kemampuan mengambil 3. Pertanyaan tentang masalah
keputusan yang dihadapi menurun (5)
3. Monitor tanda anxietas (verbal dan 4. Persepsi yang keliru terhadap
non verbal) masalah menurun (5)
Terapeutik
5. Menjalani pemeriksaan yang
1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk
tidak tepat menurun (5)
menumbuhkan kepercayaan
6. Perilaku (5)
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat
anxietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan  realistis
tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis, relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih’
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing)
Kerusakan integritas kulit Perawatan Integritas Kulit (I.11353) Integritas kulit dan jaringan
Observasi meningkat (L.14125)
1. Identifikasi penyebab gangguan Kriteria Hasil
integritas kulit (mis. Perubahan 1. Elastisitas meningkat
sirkulasi, perubahan status nutrisi, 2. Hidrasi meningkat
peneurunan kelembaban, suhu 3. Perfusi jaringan meningkat
lingkungan ekstrem, penurunan 4. Kerusakan jaringan
mobilitas) menurun
Terapeutik 5. Kerusakan lapisan kulit
1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah menurun
baring 6. Nyeri menurun
2. Lakukan pemijatan pada area 7. Perdarahan menurun
penonjolan tulang, jika perlu 8. Kemerahan menurun
3. Bersihkan perineal dengan air 9. Hematoma menurun
hangat, terutama selama periode 10. Pigmentasi abnormal
diare menurun
4. Gunakan produk berbahan 11. Jaringan parut menurun
petrolium  atau minyak pada kulit 12. Nekrosis menurun
kering 13. Abrasi kornea menurun
5. Gunakan produk berbahan 14. Suhu kulit membaik
ringan/alami dan hipoalergik pada 15. Sensasi membaik
kulit sensitif 16. Tekstur membaik
6. Hindari produk berbahan dasar 17. Pertumbuhan rambur
alkohol pada kulit kering membaik
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotin, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkat asupan buah
dan saur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ektrime
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
Perawatan Luka (I.14564 )
Observasi
1. Monitor karakteristik luka (mis:
drainase,warna,ukuran,bau)
2. Monitor tanda –tanda infeksi
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitar daerah
luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan NACL
atau pembersih non toksik,sesuai
kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berika salep yang sesuai di kulit
/lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahan kan teknik seteril saaat
perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap
dua jam atau sesuai kondisi pasien
10. Berika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
12. Berikan terapi TENS (Stimulasi
syaraf transkutaneous), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tandan dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi
makan tinggi kalium dan protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement
(mis: enzimatik biologis mekanis,
autolotik), jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Risiko infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539) Tingkat infeksi menurun
Observasi (l. 14137)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi Kriteria Hasil
lokal dan sistemik 1. Kebersihan tangan
Terapeutik meningkat
1. Batasi jumlah 2. Kebersihan badan
pengunjung meningkat
2. Berikan perawatan 3. Nafsu makan meningkat
kulit pada area edema 4. Demam menurun
3. Cuci tangan 5. Kemerahan menurun
sebelum dan sesudah kontak 6. Nyeri menurun
dengan pasien dan lingkungan 7. Bengkak menurun
pasien 8. Vesikel menurun
4. Pertahankan teknik 9. Cairan berbau busuk
aseptik pada pasien berisiko tinggi menurun
Edukasi 10. Sputum berwarna hijau
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi menurun
2. Ajarkan cara mencuci tangan 11. Drainase purulen menurun
dengan benar 12. Piuna menurun
3. Ajarkan etika batuk 13. Periode malaise menurun
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi 14. Periode menggigil menurun
luka atau luka operasi 15. Letargi menurun
5. Anjurkan meningkatkan asupan 16. Gangguan kognitif menurun
nutrisi 17. Kadar sel darah putih
6. Anjurkan meningkatkan asupan membaik
cairan 18. Kultur darah membaik
Kolaborasi 19. Kultur urine membaik
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, 20. Kultur sputum membaik
jika perlu 21. Kultur area luka membaik
22. Kultur feses membaik
23. Kadar sel darah putih
membaik

Sumber Pustaka :
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media
Wiknjosastro, Hanifa. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai