Anda di halaman 1dari 147

MODUL 1

PEMASANGAN INFUS DENGAN BAIK DAN BENAR


(MENYIAPKAN OBAT, PRIMING DAN PENGGUNAAN PERALATAN)

TERUMO INDONESIA
ACADEMY TRAINING DEPARTMENT
JANUARI 2013
Tingkat penyerapan
Model pembelajaran
90
90
80 75
70
60
50
50
40
30
30
20
20
10
10 5
0

2
DASAR DASAR TERAPI CAIRAN

TERUMO Academy Training Department 3


No USIA TOTAL CAIRAN TUBUH
TERHADAP BERAT BADAN

1. BAYI < 1 tahun 80 – 85%

2. BAYI > 1 tahun 70 – 75%

3. DEWASA 50 – 60%

TERUMO Academy Training Department 4


PERBEDAAN MENDASAR CAIRAN
EKSTRASELULAR & INTRASELULAR
EKSTRASELULER INTRASELULER
KATION ANION KATION ANION
Na+ 142 Cl- 108 Na+ 14 Cl- 4

K+ 4,2 HCO3- 24 K+ 140 HCO3- 10

Mg++ 0,8 Mg++ 20 Phosphat


NUTRIENTS
O2, glucose, asam lemak, asam amino
NUTRIENTS
Protein dengan konsentrasi tinggi
AIR
CO2, Ureum, Asam urat, air dan lain lain

Terumo Academy Training Department 6


PRINSIP DASAR TERAPI CAIRAN
A. RESUSITASI: mengganti kehilangan cairan
abnormal, yang terjadi secara akut.
Perdarahan, Diare, Muntah

B. RUMATAN: mengganti cairan harian yang


hilang: IWL, urin: pasien anoreksi

C. KOREKSI: Melakukan koreksi keseimbangan


asam-basa, keseimbangan elektrolit
Terumo Academy Training Department 7
SELEKSI CAIRAN INTRA VENA

RESUSITASI
Ringer Acetat
Ringer Laktat
NaCl 0.9%
RUMATAN
D5W
KOREKSI
NaHCO3 8.4%
KCl 15%
NaCl 0.3%

TERUMO Academy Training Department 8


THERAPY CAIRAN

RESUSITASI RUMATAN

KRISTALOID KOLOID ELEKTROLIT NUTRISI

Mengganti kehilangan Mengganti kehilangan


cairan akut/ cairan cairan harian /cairan
patologis (perdarahan, fisiologis(IWL, urine, faeces)
kehilangan cairan GI) dan support nutrisi
Terumo Academy Training Department 9
CAIRAN KRISTALOID CAIRAN KRISTALOID
CAIRAN KOLOID
RUMATAN: D5W RESUSITASI: RL

INTRAVASCULAR INTRAVASCULAR INTRAVASCULAR

INTERTSISIAL INTERTSISIAL INTERTSISIAL

INTRACELLLULAR INTRACELLULAR INTRACELLULAR

Cairan didistribusikan
Cairan didistribusikan ke Sebagian besar cairan
ke kompartemen
kompartemen hanya berada di
ekstrasel
Terumo Academy Training Department 10
ekstrasel & intrasel intravascular
Jenis cairan intravena

 Cairan Kristaloid Cairan yang mengandung ion (garam)


dengan Berat Molekul rendah < 8000 Dalton) dengan atau
tanpa glukosa. Cairan ini memiliki tekanan onkotik rendah
sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler.

• Cairan Hipotonik
• Cairan Isotonik
• Cairan Hipertonik

11
Jenis cairan intravena

 Cairan Koloid : Cairan yang mengandung zat dengan Berat


Molekul tinggi > 8000 Dalton. Cairan ini memiliki tekanan
onkotik tinggi sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di
ruang intravaskular.

• Produk darah
• Koloid sintetik

12
Perbandingan KOLOID & KRISTALOID

KOLOID KRISTALOID
1 Berat Molekul besar > 8000 dalton 1 Berat Molekul kecil < 8000 dalton
2 Tidak larut sempurna 2 Larut sempurna
3 Tahan 4-6 jam dalam Intra Vena 3 Tahan 2-3 jam dalam Intra Vena
4 Cepat meningkat dalam sirkulasi 4 Lambat meningkat dalam sirkulasi
5 Mengandung protein 5 Mengandung elektrolit
6 Jumlah koloid sebanding dengan 6 Jumlah kristaloid 3-4 kali volume
volume darah yang hilang darah yang hilang
7 Harga lebih mahal 7 Harga lebih murah
TERUMO Academy Training Department 13
Cairan Contoh
Isotonik Ringer Laktat (275 mOsm/L)
Ringer ( 275 mOsm/L)
Normal Saline (308 mOsm/L)
D5W (260 mOsm/L)
5% albumin (308 mOsm/L)
Hetastarch (310 mOsm/L)

Hipotonik Half-normal saline (154 mOsm/L)


0.33% sodium chloride ( 103mOsm/L)
Dextrose 2.5% in water (126 mOSm/L)

Hipertonik Dextrose 5% in half normal saline (406 mOsm/L)


Dextrose 5% in normal saline (560 mOsm/L)
Dextose 5% in lactated Ringer’s (575 mOsm/L)
3% sodium chloride ( 1.025 mOsm/L)
7.5% sodium chloride (2400 mOsm/L)

14
Pengertian cairan IV: tonisitas

Cairan isotonik memiliki Cairan hipotonik memiliki Cairan hipertonik memiliki


osmolaritas kurang lebih osmolaritas lebih rendah osmolaritas lebih tinggi dari
sama dengan serum. Karena dari serum. Cairan akan serum. Cairan akan terdorong
tinggal dalam ruang berpindah dari kompartemen ke kompartemen
intravaskular , cairan intravaskular, menghidrasi intravaskular , dari sel dan
mengekspansi kompartemen sel dan kompartemen kompartemen interstitial
intravaskular dan merupakan interstitial
pilihan terbaik untuk hidrasi
15
How isotonic solution affect cells

240-340 mOmsm

Blood vessel
Normal cell
How hypotonic solution affect cells

< 240 mOsm

Blood vessel
Normal cell
How hypertonic solution affect cells

> 340 mOsm

Blood vessel
Normal cell
HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN DALAM
PENCAMPURAN OBAT
DAN PRIMING

TERUMO Academy Training Department 19


TEMPAT PENUSUKAN KANTONG INFUS

1. Buka segel

2. Desinfeksi 3. Tusukkan spike ke


bagian karet bagian IN, pada karet
dengan alkohol
70%

TERUMO Academy Training Department 20


10TS01
“COARING”

Pada saat menusuk dengan jarum, karet pada botol infus atau
vial, dapat terpotong dan ikut teraspirasi dan tercampur

Coaring sangat mudah terjadi

Jika jarum diputar Jika menusuk dengan sudut

TERUMO Academy Training Department 21


BAGIAN-BAGIAN INFUS SET

Jarum spike Selang Tengah


Drip Chamber
Selang
(DEHP Free)
Klem
Lock Connector

(Fitur)
• Spike terbuat dari bahan plastik yang kecil terhubung dengan
selang tengah, drip chamber dan selang.
• Tidak perlu melakukan pemisahan pada saat membuang jarum,
sehingga terhindar dari resiko tertusuk.
• Ujung spike sangat baik sehingga mudah pada saat menusuk karet
dan mengurangi resiko terjadi “coaring”.

TERUMO Academy Training Department 22


MENCEGAH SPIKE BENGKOK/ PATAH (1)

Phenomena

• Ketika menusuk karet pada botol


infus, jarum spike ditemukan
bengkok atau rusak.

Penyebab

• Ketika menusuk karet, posisi spike menyudut,


menusuk pada sudut, kekuatan lateral pada
saat menusuk.
• Pada saat menusuk, tangan memegang drip
chamber pada bagian bawah dari titik tengah
sehingga spike mejadi tidak stabil. Dengan
mudah beban terbentuk ke arah horizontal
dengan sangat mudah

TERUMO Academy Training Department 23


MENCEGAH SPIKE BENGKOK/ PATAH (2)

Cara Penggunaan

(Terkait dengan cara penggunaan : Lampiran cara penggunaan dan hal-hal yang
harus diperhatikan)
• Menusuk dengan posisi menyudut dan menusuk tidak pada bagian yang telah
ditentukan akan menyebabkan spike patah atau rusak.

Pegang spike seperti pada contoh gambar akan


menghindari resiko spike patah atau rusak.

TERUMO Academy Training Department 24


PENGISIAN DRIP CHAMBER
Terlalu banyak
Tetesan tidak
dapat dihitung

Batas tinggi
cairan
Tetesan infus yang cepat,
Terlalu sedikit Jika drip chamber tiba-
Cairan diisi pada saat jatuh akan
tiba miring (diagonal)
membuat udara ikut masuk
½ bagian

Udara akan
masuk

TERUMO Academy Training Department 25


10TS01

医薬品との
MATERIAL
相互作用について ALAT

TERUMO Academy Training Department 26


ALAT-ALAT KESEHATAN DENGAN BAHAN PVC

SAAT KETIKA DIGUNAKAN KE


PEMBUANGAN PASIEN

TERJADI PELARUTAN DARI


INSINERATOR DENGAN SELANG DIKARENAKAN TERJADI PENEMPELAN
TEMPERATUR ADANYA KONTAK DENGAN DARI OBAT-OBAT
(DIBAWAH 800°C) ZAT KIMIA TERTENTU TERTENTU PADA
DINDING SELANG

ADSORPSI
DAIOKISIN DEHP OBAT

POLUSI TOKSISITAS PENURUNAN


LINGKUNGAN TESTIS EFEK OBAT

TERUMO Academy Training Department 27


Terjadi perlekatan zat Zat aktif diserap kedalam Komponen selang ikut
aktif pada dinding selang terlarut pada cairan
selang

TERUMO Academy Training Department 28


ADSORPSI/ BAGIAN DALAM BAGIAN LUAR
S
PERLEKATAN SELANG SELANG
E
L
A
N
G

SET INFUS
(SELANG)
INSULIN

TERUMO Academy Training Department 29


PERUBAHAN DOSIS INSULIN

Dosis awal
Rata- insulin
rata 40IU/ NC-
dosis H700ml
yang dengan
tersisa kecepatan
58ml/jam

TERUMO Academy Training Department 30


SORPTION/ BAGIAN DALAM BAGIAN LUAR
S
PENYERAPAN SELANG SELANG
E
L
A
N
G

SET INFUS
(SELANG)

NITROGLISERIN

TERUMO Academy Training Department 31


PERUBAHAN DOSIS NITROGLISERIN

Rata-
rata
dosis Dosis awal
yang Nitrogliserin
tersisa dengan
kecepatan
60ml/jam

TERUMO Academy Training Department 32


ELUTION/ BAGIAN DALAM BAGIAN LUAR
TUBE
PELARUTAN SELANG SELANG

Partikel

SET INFUS
(SELANG)

DEHP

TERUMO Academy Training Department 33


DE

DEHP

TERUMO Academy Training Department 34


HASIL PENELITIAN PADA TIKUS YANG DIBERIKAN DEHP DALAM JUMLAH BESAR

Diberikan hormon Endokrin


melalui infus

Ukuran testis normal Ukuran testis mengecil

13/1/2001 Berita dari NHK

TERUMO Academy Training Department 35


MENCEGAH UDARA MASUK DALAM ALIRAN INFUS (2)

• Cara Penggunaan
 Cairan yang digunakan harus dalam suhu ruangan.
 Sebaiknya jangan mencampurkan obat pada saat priming,
gunakan alat untuk mencampurkan obat.
 Bila tidak ada instruksi, pada saat pencampuran obat dengan
cairan infus sebaiknya cairan infus yang dicmpurkan tidak
terlalu banyak.
(Ada kemungkinan udara tercampur didalam selang)
 Setelah melakukan priming, botol infus dan selang infus jangan
ditaruh dalam posisi miring.
 Jangan mengganti cairan infus ketika cairan infus di drip
chamber kosong.
(Jika udara tercampur diselang, akan menyebabkan cairan infus
sulit menetes)

TERUMO Academy Training Department 36


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS

Kondisi pasien
Kondisi rute cairan infus
Kondisi botol infus
Jenis cairan infus
Posisi roler klem

TERUMO Academy Training Department 37


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS (1)

Kondisi Pasien
Kondisi vena (posisi tubuh)
Posisi ujung jarum/ kateter (ujung
jarum/ kateter menempel pada
dinding vena)
Cairan infus merembes

TERUMO Academy Training Department 38


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS (2)

Kondisi rute cairan infus


 Selang sambungan infus
terlepas
 Selang tertekan atau tertekuk
 Tinggi permukaan cairan
pada tiang

TERUMO Academy Training Department 39


TINGGI TIANG INFUS

Permukaan Cairan Posisi Berdiri

90-100 cm

Posisi kateter

Posisi Berbaring

Tinggi tempat penusukan dengan permukaan cairan infus harus 90-100 cm

TERUMO Academy Training Department 40


Pressure Equivalents
Head Height Water Pressure Mercury
2.7 inches 0.1 psi 5 mmHg
5.4 inches 0.2 psi 10 mmHg
13.5 inches 0.5 psi 25 mmHg
27 inches 1.0 psi 50 mmHg
36 inches 1.3 psi 67 mmHg

•Psi = pounds per square inch


•1 psi is the weight excerted by a column of water 27 inches high on one
square of area
•Mercury (Hg) is 13.6 times as heavy as water
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS (3)

Kondisi Botol Infus


 Jumlah cairan yang tersisa di
botol infus
 Ada tidaknya jarum udara

TERUMO Academy Training Department 42


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS (4)
Jenis Cairan Infus
• Konsentrasi atau
kepekatan cairan
• Walaupun jumlah
tetesan dan waktu
pemberian sama
jumlah cairan infus
yang keluar akan
berbeda

TERUMO Academy Training Department 43


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS (5)

Posisi Roler Klem


• Dekat dengan posisi pasien
 Mudah dirubah-rubah
 Mudah tertindih badan pasien
• Selang mudah tertarik sehingga lepas

• Resiko terjadi over dosis karena bolus

TERUMO Academy Training Department 44


Perhitungan Kecepatan Aliran Cairan

Perhitungan kecepatan aliran tergantung dari


jenis tubing intra vena yang digunakan

 Makrodrip : 20 tts/ml
 Mikrodrip: 60 tts/ml
MENGHITUNG TETESAN INFUS

RUMUS

Jumlah cairan yang akan diberikan (ml) X 20 *)


-------------------------------------------------------------------------------------------------------- = ………… Tetes/menit

Lamanya pemberian infus X 60 menit

*) Sesuai dengan set infus yang digunakan


1ml = 20 tetes
Menghitung CEPAT

• Tetesan Infus :
Jml Cairan (ml)/hr X faktor tetes = tts/mnt
Lama pemberian (jam) X 60 menit

Cara Cepat : 1 ml = 20 tetes  Jml cairan/jam/3


1 ml = 60 tetes  Jml cairan/jam/1
PENGGUNAAN ALAT-ALAT
YANG BERHUBUNGAN DENGAN
SET INFUS DAN HAL-HAL YANG
HARUS DIPERHATIKAN

TERUMO Academy Training Department 48


THEREE WAY STOP COCK

TERUMO Academy Training Department 49


FITUR DAN STRUKTUR
3-WAY STOP COCK
Pada saat menggunakan
cap untuk 3-way stop
cock harus menggunakan
yang baru dan steril.

TERUMO Academy Training Department 50


3-WAY STOP COCK
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
• Merupakan sumber terjadinya infeksi
(Catatan)
• 45-50% kontaminasi bakteri dari 3-way stop cock
(Guideline)
• Jangan menggunakan 3-way stop cock dengan infus
kecuali di Ruang Operasi dan ICU ~Evidence based
infection control Hospital Infection Control Association
Nation University of Medicine
(Insiden report dalam penggunaan 3-way stop cock)
• Lupa membuka atau menutup 3-way stop cock
• Posisi 3-way tidak tepat
TERUMO Academy Training Department 51
3 KONDISI YANG MENYEBABKAN 3-WAY STOP COCK RUSAK
1. Bahan terbuat dari polycarbonate (PC), ABS, PMMA
(acrylic).
2. Cairan infus atau obat-obatan yang mengandung
alkohol, minyak (Emulsi lemak, obat anti kanker,
diprivan, dll)
3. Obat yang dimasukan dengan dipaksa.

TERUMO Academy Training Department 52


NEEDLESS SYSTEM
SURPLUG

TERUMO Academy Training Department 53


Needleless Aman untuk staff Medis

Meminimalkan resiko Needle stick injuries

Closed System Aman untuk Pasien

Meminimalkan resiko CR - BSI


Mekanisme Surplug
Elastisitas dari silicone rubber memungkinkan
Port dari SurPlug terbuka & tertutup

Silicone
rubber
MENDESINFEKSI TEMPAT PENUSUKAN SURPLUG

INSTRUKSI PADA KEMASAN


PERINGATAN : Sebelum pengambilan darah atau penyuntikan harus mendesinfeksi
dengan alkohol (povidone). Pencampuran alkohol dan povidone pada saat desinfeksi
(meningkatkan resiko bakteri yang masuk)

Metode Cara Desinfeksi


Usap dengan
Bersihkan permukaan
alkohol swab. dengan alkohol swab,
pegang pada bagian
leher. Bersihkan dengan
memutar sebanyak 3 kali

Harus dipastikan
Setelah
melakukan melakukan
desinfeksi sampai desinfeksi
なでるだけ kering dengan sambungkan
sendirinya agar
tidak terjadi dengan syringe
kontaminasi atau selang infus
TERUMO Academy Training Department 56
Reference
Operability and Safeness of using Surplug
Expert Nurse 18 (9) : 74-77 , 2002 Yukiko Kanda Fuch
<Result of bacterial cultivation ,after using SurPlug>
・Hematological internal medicine
・Number of case 20

Hematopoietic stem cell transplantation 7


Chemotherapy 7
Steroid therapy 2
・Period :Ave 3.5days(3~5Days)
・Number of access :Ave 9.3(3~20)、Max 20
Number of culture microbe
Surplug Number Bacterial Positive
medium anaerobes fungus rate( % )
PV Line 9 0 0 0 0
CV Line 9 0 0 0 0
PICC Line 2 0 0 0 0
total 20 0 0 0 0
Reference
Vol.20 No.4 2005 273-274 Japanese Society of Environmental Infections
Bacterial Contamination of Three-Way Stopcock and Closed-type Infusion Device
Used in Central Venous Catheter.
(Saiseikai Yamaguchi General Hospital,Yamaguchi University Hospital )

- Patients who needed Multilumen central venous catheters.


- The bacterium mixing situation of the infusion set that had
been
used for 72 hours was confirmed.
3wsc SurePlug
Group Group
Sample 148 152

Bacterial 17 0
contamination
Rate 11.5% 0%

Bacterial Contamination of 3WSC Lumen


CHATETER RELATED-BLOOD STREAM
INFECTION/ INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER
• Beberapa penyebab CR-BSI
 Teknik Aseptik pada saat insersi
 Manajemen selang infus
 Kebersihan tangan petugas
 Kimiawi
 Cara penutupan pada saat pemberian secara
intermiten.

• Ada beberapa macam teknik cara mengatasi CR-BSI


• Akhir-akhir ini ada beberapa cara perawatan yang
berhubungan dengan CR-BSI

TERUMO Academy Training Department 59


HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN SAAT
MENGGUNAKAN SET INFUS

TERUMO Academy Training Department 60


PEMBERIAN TRANSFUSI DARI
SELANG TRANSFUSI
• Pada prinsipnya pemberian darah harus dari satu selang
• Jika sulit memastikan apakah vena masih dalam kondisi utuh dan
baik, lakukan hal dibawah ini :
1) Sebelum pemberian dan sesudah pemberian darah selang
harus dibilas dengan normal saline.
2) Sedapat mungkin menggunakan selang transfusi yang tidak
terlalu panjang.
3) Setelah pemberian transfusi selang harus diganti kurang dari 24
jam
• Efek samping yang diakibatkan oleh obat :
1) Calsium → pembekuan darah
2) Glukosa → hemolisis, hemaglutinin
3) Antibiotik → perubahan warna, pembekuan darah
4) Non streroid, Anti Inflamatory → menghambat fungsi trombosit

TERUMO Academy Training Department 61


IV. KARAKTERISTIK
SURSHIELD SURFLO

TERUMO Academy Training Department 62


BAGIAN-BAGIAN DARI SURSHIELD SURFLO

Hub Kateter Safety Cover Filter Penutup

Kateter
Jarum Hub Jarum Filter

• Pada saat mencabut jarum, secara otomatis ujung jarum tertup


dengan safety cover sehingga mencegah resiko tertusuk jarum.
• Cara penggunaan surshield surflo dengan kateter intravena
konvensional.
• Pada bagian dalam jarum terdapat alur khusus, yang merupakan
ketepatan posisi kateter dalam vena (flash back baru)
TERUMO Academy Training Department 63
MUDAH MEMASTIKAN KATETER MASUK VENA

• FLASH BACK BARU :


menjamin ketepatan
posisi kateter dalam vena
• Filter cap akan terlihat
berwarna merah jika
jarum masuk kedalam
vena.
• Ujung kateter akan
berwarna merah jika
posisi kateter tepat
didalam vena

TERUMO Academy Training Department 64


V. CARA PENGGUNAAN
SURSHIELD SURFLO &
HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN

TERUMO Academy Training Department 65


POINT 1 MEMBERI KEPASTIAN PENEMPATAN
KATETER DI DALAM VENA

Pada bagian hub jarum terdapat indikator yang memudahkan memastikan


jarum masuk dalam vena

TERUMO Academy Training Department 66


POINT 2 KONDISI JARUM SUDAH TERLIHAT MERAH
TETAPI KATETER BELUM MASUK KEDALAM VENA

Vena tertusuk oleh


Memastikan darah mengalir jarum, darah mengalir
dengan melihat aliran darah pada bagian filter cap,
kearah hub sedangkan bagian
kateter belum masuk
kedalam vena. Kondisi
seperti ini kadang-
kadang terjadi

TERUMO Academy Training Department 67


POINT 3 KONDISI KATETER SUDAH
BERADA DI DALAM VENA
Ketika kateter masuk kedalam
vena, pada bagian ujung
kateter akan berwarna merah
sehingga mudah untuk
memastikan posisi kateter Indikator yang memastikan
kateter masuk kedalam
vena

TERUMO Academy Training Department 68


POINT 5 POSISI KATETER DIDALAM VENA, CABUT JARUM

Pada saat mencabut jarum,


safety pada ujung jarum akan
tertutup secara otomatis

TERUMO Academy Training Department 69


POINT 6 MENGHENTIKAN PERDARAHAN, MENCEGAH KATETER BERGERAK
DENGAN MENEKAN BAGIAN HUB DAN MENARIK JARUM

Posisi jari memegang


hub

Jangan menarik jarum


dengan memutar dapat
Jangan menarik jarum tanpa menyebabkan protector tip
Jangan menarik jarum memegang hub kateter, dapat tertinggal didalam hub
dengan posisi miring menyebabkan kateter tertarik kateter

TERUMO Academy Training Department 70


VI. CARA PENGGUNAAN DRESSING FILM &
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

TERUMO Academy Training Department 71


CARA MENEMPEL DRESSING FILM
1. Lepaskan kertas penutup sebagian 2. Tempelkan sebagian dressing film
gunakan kedua tangan

4. Lepaskan plastik penutup dressing film 3. Tempelkan sebagian lagi dengan


menggunakan satu tangan
TERUMO Academy Training Department 72
CARA MELEPAS DRESSING FILM
Lepaskan dressing film sedikit,
dengan tangan yang lain, tekan
kateter dan tarik dressing secara
pararel

Tarik dressing dengan satu


tangan lainnya memegang
kulit pasien. Lepaskan semua
bagian dressing yang
menempel pada kulit pasien.

TERUMO Academy Training Department 73


POIN 4 JANGAN MENARIK DRESSING FLIM SEPERTI TAMPAK
PADA GAMBAR, KARENA DAPAT MERUSAK KULIT PASIEN

TERUMO Academy Training Department 74


MODUL 3
PEMASANGAN INFUS
DENGAN BAIK DAN BENAR
(PELAKSANAAN PROSEDUR
PERSIAPAN OBAT DAN PRIMING)

TERUMO INDONESIA ACADEMY TRAINING DEPARTMENT


JANUARI 2013

TERUMO Academy Training Department 75


MENGECEK INDIKASI OBAT
• Periksa 6 Benar dan ada/
tidak alergi
• Mencocokkan instruksi dokter
di status pasien, periksa 6
Benar, dan tanda tangan.
• Periksa ada/ tidak alergi,
kontra indikasi dan ADL.
• 6 BENAR
1. Benar Obat
2. Benar Dosis
3. Benar Rute
4. Benar Waktu
5. Benar Pasien
6. Benar Tujuan

TERUMO Academy Training Department 76


~ MENGECEK OBAT ~
• Double Check
• Pengecekan obat harus
dilakukan oleh minimal
2 orang atau lebih.
• Mencocokan obat
dengan instruksi dokter
dan tujuan pengobatan.

TERUMO Academy Training Department 77


MELAKUKAN PRIMING
• Peralatan yang dibutuhkan
• Cairan infus
• Infus set (pilih berdasarkan
cara pemberian, waktu,
konsentrasi obat)
• Extention tube (jika
diperlukan)
• Alkohol swab
• Sarung tangan
• Baki yang sudah didesinfeksi

TERUMO Academy Training Department 78


~ MELAKUKAN PRIMING ~
• Mengecek keamanan
peralatan yang
digunakan
• Tanggal kadaluarsa atau
tanggal kesterilan alat.
• Periksa apakah packing
basah, rusak, kotor atau
terkontaminasi.

TERUMO Academy Training Department 79


~ MELAKUKAN PRIMING ~
• PRIMING
1) Buka set infus,
extension tube, taruh
diatas baki yang
sudah didesinfeksi,
dekatkan klem
dengan drip chamber
dan tutup klem.
2) Sambungkan set infus
dengan extension
tube, pastikan
sambungan kuat.

TERUMO Academy Training Department 80


~ MELAKUKAN PRIMING ~
3) Desinfeksi tempat
penusukan dengan alkohol
swab, perhatikan resiko
terjadi “coaring” dari
tempat penusukan.
4) Pastikan menusukan spike
dengan baik ke kantong/
botol infus sehingga tidak
mudah terlepas.
Tekan
5) Tekan drip chamber dengan
pelan
perlahan-lahan sehingga pelan

terisi cairan infus 1/3~1/2


bagian.
TERUMO Academy Training Department 81
~ MELAKUKAN PRIMING ~
6) Buka klem perlahan-lahan, Mengisi sampai
pegang ujung selang infus, bagian ujung
selang
alirkan cairan infus sampai
ujung selang terisi cairan.
Jangan mengisi selang
sampai cairan keluar, agar
mengurangi resiko
kontaminasi.
7) Pastikan di selang tidak
ada udara dan dibagian
sambungan tidak ada
rembesan, persiapan
priming sudah selesai.

TERUMO Academy Training Department 82


PERSIAPAN PERALATAN MEMASANG INFUS DENGAN SURSHIELD SURFLO

• Persiapan peralatan yang diperlukan


• Siapkan peralatan yang diperlukan di atas
baki atau trolley yang sudah didesinfeksi
 1 orang perawat dalam persiapan
menggunakan 1 buah baki
• Cairan infus yang sudah di priming
• Surshield Surflo
• Alkohol swab
• Dressing Film
• Plester
• Sarung tangan
• Instruksi dokter
• Tourniquet
• Perlak pengalas
• Bantal
• Alkohol untuk mencuci tangan
• Bengkok
• Tempat boks jarum

TERUMO Academy Training Department 83


I. PERSIAPAN PEMASANGAN INFUS

Terumo Academy Training Department 84


1. PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
• Priming atau persiapan obat
sudah selesai
• Surshield surflo atau wing needle
• Alkohol swab
• Dressing film
• Plester
• Sarung tangan
• Instruksi dokter
• Tourniquet
• Perlak
• Bantalan
• Alkohol untuk cuci tangan
• Bengkok
• Tempat sampah untuk jarum

Terumo Academy Training Department 85


2. MENGECEK IDENTITAS PASIEN
• Minta pasien menyebutkan nama lengkap.
• Minta pasien memperlihatkan gelang pasien.
• Cocokkan identitas pasien dengan status pasien.
• Jika pasien tidak dapat ditanya, cocokkan nama
ditempat tidur pasien dan konfirmasi dengan
keluarga.

Terumo Academy Training Department 86


3. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT
MEMBERIKAN PENJELASAN KE PASIEN
• Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti oleh pasien.
• Penjelasan yang harus disampaikan.
• Perhatikan ekspresi wajah pasien.
• Setelah menjelaskan, berikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya.
• Jika tidak dapat menjawab pertanyaan pasien, koordinasikan
dengan dokter untuk memberikan penjelasan ulang.
• Perawat harus memperhatikan penjelasan yang diberikan jangan
sampai membuat pasien cemas.
• Setelah memberi penjelasan, minta pasien menandatangani
formulir informed consent.
• Jika pasien tidak sadar atau tidak dapat menerima penjelasan serta
tidak dapat memberikan persetujuan, diwakilkan oleh keluarga.

Terumo Academy Training Department 87


4. MENGECEK DATA PASIEN
• Ada/ tidak alergi obat-obatan, alergi lateks
dan kontra indikasi tertentu.
• Pasien sudah kencing.
• Kondisi pasien memungkinkan untuk dipasang
infus.
• Pasien harus memahami penjelasan yang
diberikan oleh dokter dan perawat serta
memberikan persetujuan pemasangan infus.

Terumo Academy Training Department 88


5. MENENTUKAN LOKASI PEMASANGAN INFUS

Tempat Penusukan dan V. Mediana Basilika Vena Basilika


anatomi pembuluh darah
V. Mediana Sefalika

Vena Sefalika Vena Basilika

V. Great Saphenous
Vena Basilika

Vena Sefalika
Vena Dorsalis Pedis
Vena Dorsal Metakarpal

Terumo Academy Training Department 89


Memahami kondisi Vena

90-95% pasien di RS mendapatkan terapi intravena.

Dengan memahami anatomi vena akan meningkatkan


pengetahuan tentang bagaimana melakukannya
pemasangan infus dengan baik dan benar.
Anatomi dan Fisiologi Vena
Vena tidak sama dengan arteri.
Ciri-ciri vena:
• 1). Superficial
• 2). Warna merah gelap, terletak lebih pada
permukaan kulit.
• 3). Tidak didapati aanya denyutan

Anatomi Vena
- Tunica Adventitia
- Tunica Media
- Tunica Intima
- Valves
Tunica Adventitia
lapisan terluar vena

• Jaringan penghubung

• Terdiri atas: arteri


dan vena, mensuplai
darah dinding vena
Tunica Media
lapisan teangah vena

• Terdiri dari ujung saraf


dan jaringan otot

• Respon vasokonstriktif
terjadi pada lapisan ini
Tunica Intima
lapisan terdalam vena

 Satu lapis dari lapisan endothelial

 Tidak terdapat ujung saraf

 Pada saat terjadinya trauma,


lapisan ini akan terjadi agregasi
trombosit

 PHLEBITIS berawal dari sini


Valves/ Katup
didapat hampir di semua vena

• Mencegah aliran balik

• Terutama pada extremitas


yang lebih bawah dan vena
yang lebih panjang

• Dilatasi vena umumnya


terjadi pada vena yang
berkatup
Vena pada Extremitas Atas
 Vena Digital
Seluruh area jari-jari, terasa lebih nyeri
mudah infiltrasi, sulit dilakukan
immobilisasi. HENDAKNYA MENJADI
PILIHAN TERAKHIR
 Vena Metacarpal
Lokasi diantara persendian
Terbentuk dari gabungan vena digital
Pada pasien geriatri, turgor kulit dan Digital
jaringan ikat/lemak sudah berkurang.
Dengan menggunakan vena pada area ini
dapat lebih berhasil
Vens of the Upper Extremities
• Cephalic (Intern’s Vein)
-Starts at radial aspect of wrist
-Access anywhere along entire length
(BEWARE of radial artery/nerve)

• Medial Cephalic (“On ramp” to


Cephalic Vein)
-Joins the Cephalic below the elbow bend
-Accepts larger gauge catheters, but may
be a difficult angle to hit and maintain
Vena pada Extremitas Atas
• Vena Basilika
Berasal dari vena metacarpal di sisi
ulnaris dan berada di sepanjang lengan
bagian medialis, vena ini sering terabaikan,
tetapi dengan menekuk siku, vena ini akan
tampak.

• Vena Basilika Medialis


Vena Basilika berjalan sejajar
dengan tendon, sehingga tidak
mudah ditentukan.

WASPADA terhadap A. Brachialis


dan persarafan.
Menentukan Vena
1. Gunakan ”feeling” bukan penglihatan. Vena yang baik
adalah yang lurus teraba bulat, tetapi tidak selalu terlihat.
2. Gunakan kompres hangat dan gantungkan lengan agar
vena terisi dengan darah.
3. Gunakan torniquet atau lakukan kompresi dengan manset
manometer <10mmHg. Aliran arteri berlanjut dengan
vasokonstriksi vena maksimal.
4. Jika pasien tidak alergi terhadap latex, gunakan torniquet
latex agar kongesti vena lebih baik.
5. Hindari area persendian
6. Awali menggunakan gauge yang terkecil
7. Dahulukan penggunaan area distal lebih dulu dengan
pemakaian gauge kateter yang terpendek dan terkecil
untuk pemberian terapi IV yang baik.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN VENA

• Keinginan pasien adalah hal yang utama.


• Memilih pembuluh darah yang besar dan elastis.
• Bagian dari tempat yang dikeluhkan pasien harus
dihindari.
• Pilih tangan yang jarang digunakan oleh pasien.
• Pilih daerah yang mudah dilakukan fiksasi.
• Hindari daerah persendian.
• Tingginya resiko phlebitis dan terjadinya thrombus,
hindari memasang infus di ekstermitas bawah.
• Hindari melakukan penyuntikan didaerah yang sama
lebih dari 2 kali, pilihlah dari bagian tengah.

Terumo Academy Training Department 100


MELAKUKAN HAND HYGIENE
• Hand Hygiene
• Sebelum melakukan
prosedur lakukan hand
hyigene.

TERUMO Academy Training Department 101


6. HAND HYGIENE & MEMAKAI SARUNG TANGAN

• Mencuci tangan dengan


air mengalir dan sabun
atau alkohol. Selesai
cuci tangan pakai
sarung tangan (jika
perlu kenakan masker).

Terumo Academy Training Department 102


TERUMO Academy Training Department 103
7. MEMASANG TOURNIQUET
• Pasang tourniquet dibagian
tengah dengan jarak 7-20cm
dari lokasi penusukan.
• Jari tangan yang akan
ditusuk menggengam,
pastikan vena dan alirannya.
• Tourniquet, memudahkan
melihat atau meraba vena
• Jika memasang tourniquet
lebih dari 2 menit, harus
dilepaskan dulu agar darah
dapat mengalir.

Terumo Academy Training Department 104


8. MENDESINFEKSI DAERAH PENUSUKAN

• Mendesinfeksi daerah
penusukan dengan
alkohol swab dari arah
tengah keluar searah
jarum jam.

Terumo Academy Training Department 105


9. MENUSUKAN JARUM
• Pegang jarum dengan
lubang jarum mengarah
keatas.
• Regangkan kulit dengan
cara memegang 3-5 cm
dibawah daerah
penusukan, agar vena
stabil.
• Tusukan jarum dengan
sudut 15-20°.
Terumo Academy Training Department 106
10. AMANKAN PEMBULUH DARAH
&MELEPASKAN TOURNIQUET
• Tusukan ujung jarum dan
pastikan darah mengalir pada
filter cap .
• Lanjutkan menusukan jarum
sampai bagian kateter
berwarna merah. Hal ini
menunjukan kateter sudah
masuk pembuluh darah dan
lanjutkan memasukan kateter.
 Surshield Surflo (Flash Back
tipe), Surflo Flash
• Pastikan jarum tidak mengenai
saraf dan arteri.
• Lepaskan tourniquet.

Terumo Academy Training Department 107


MENGAMANKAN KATETER
• Pegang kateter dan tarik
sedikit jarum, sambil
terus memasukan
kateter

Terumo Academy Training Department 108


11. MENARIK JARUM
• Pegang bagian hub
kateter dengan jari
telunjuk dan tekan
ujung kateter dengan
jari tengah, agar darah
tidak mengalir, tarik
jarum perlahan-lahan.
• Pada saat menarik
jarum secara otomatis
protector tip akan
tertutup.

Terumo Academy Training Department 109


12. MEMBUANG JARUM
• Setelah mencabut
jarum masukan
kedalam tempat
sampah jarum, jangan
lakukan re-cap.

Terumo Academy Training Department 110


13. MENYAMBUNGKAN SELANG INFUS
• Buka tutup ujung selang
infus dan sambungkan ke
kateter, pastikan
sambungan kuat.
• Buka klem, pastikan infus
menetes
• Periksa apakah cairan
merebes keluar vena.
• Untuk mencegah darah
mengental, “tekan selang
infus (jangan terlalu kuat)”.
• Tarik selang infus, jangan
sampai terlepas dan fiksasi
dengan plester.

Terumo Academy Training Department 111


14. FIKSASI
• Tempelkan dressing film
antara tempat penusukan
dan kateter.
• Untuk mencegah selang
infus tertarik, selang infus
dibuat “loop/ line” dan
difiksasi dengan plester.
• Berikan label yang berisi
tanggal dan jam
penusukan, nomer IV
kateter serta nama
perawat yang melakukan
penusukan.

Terumo Academy Training Department 112


15. MELEPAS SARUNG TANGAN & HAND HYGIENE

• Lepaskan sarung tangan


dan segera mencuci
tangan dengan alkohol.

Terumo Academy Training Department 113


16. MENGATUR KECEPATAN INFUS
• Kecepatan infus dipengaruhi oleh :
 Tinggi cairan infus dan tempat penusukan
akan mempengaruhi tetesan infus.
 Ekstermitas yang tertekuk akan
mempengaruhi tetesan infus.
 Ujung kateter menyentuh dinding vena
akan mempengaruhi tetesan infus.

Terumo Academy Training Department 114


MENCABUT KATETER

Terumo Academy Training Department 115


23. HAND HYGIENE & MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN

• Mencuci tangan dengan


alkohol atau mencuci
tangan dengan air
mengalir dan sabun,
memakai sarung tangan
yang sesuai dengan
ukuran tangan

Terumo Academy Training Department 116


24. MENCABUT KATETER DAN MENGHENTIKAN PERDARAHAN

• Lepaskan film dressing dengan


menarik dengan sudut 0° (jangan
ditarik kearah atas)
• Tempelkan alkohol swab di tempat
penusukan, lalu cabut jarum
• Taruh kateter di bengkok
• Tekan lokasi penusukan 3-5 menit
dan pastikan darah sudah berhenti
mengalir
• Kaji tanda dan gejala yang
mempengaruhi darah berhenti
misalnya pasien mengkonsumsi obat-
obatan pengencer darah
• Setelah memastikan darah berhenti,
tutup tempat penusukan dengan
plester

Terumo Academy Training Department 117


25. MELEPAS SARUNG TANGAN & MENCUCI TANGAN

• Lepaskan sarung tangan


dan segera mencuci
tangan

Terumo Academy Training Department 118


KOMPLIKASI

Terumo Academy Training Department 119


Sumber kontaminasi potensial

120
INS Visual Infusion Phlebitis (V.I.P.) Score,
2006
IV site appears healthy
No pain at IV site, no erythema,
No swelling
No palpable venous cord (all ages)
0 No signs of phlebitis
OBSERVE CANNULA

• Stop infusion if possible


• Erythema at access site
• With or without pain 1 • Identify additional resources
for management
• Remove IV if symptoms persist

• Erythema • Stop infusion if possible


• Pain at access site
• With or without edema
2 • Identify additional resources
for management
• Remove IV if symptoms persist

• Erythema • Stop infusion if possible


• Identify additional resources

3
• Pain at access site
• With or without edema for management
• Streak formation • Remove IV
• Palpable venous cord • Notify primary service

• Erythema • Stop infusion and establish alternate


• Pain at access site

4
IV site
• With or without edema
• Remove IV and culture site and catheter
• Streak formation
• Palpable venous cord > 1 inch tip
• Purulent drainage • Notify primary service
Terumo Academy Training Department 122
Terumo Academy Training Department 123
Terumo Academy Training Department 124
Terumo Academy Training Department 125
Phlebitis Bacterial
1. Does Not perform properly:
1. Hand Hygiene
2. Skin preparation
3. Aseptic technic procedure
4. Monitoring of IV Site
2. Placement IV catheter too long
3. Medical disposable have been Expired
4. Contamination of devices prior insertion
Phlebitis Chemical

1. Extreme Ph and Osmolarity Solution.


2. There are micro particles were dissolved, which is
formed when medicine particles doesn’t dissolve
perfectly while mixing.
Phlebitis Mechanical
1. Placement vein catheter inappropriate.
2. Intra Venous Catheter size is not suitable with the
vein.
3. Improper catheter placement method
Konplikasi Lokal

Phlebitis

Komplikasi lokal

129
Komplikasi Lokal

Infiltrasi

Komplikasi lokal

130
Komplikasi Lokal

Ekstravasasi

Komplikasi Lokal

131
Komplikasi Lokal

Hematoma

Komplikasi Lokal

132
Komplikasi Sistemik

 Kelebihan cairan

 Septikemia

 Emboli Udara

 Reaksi Alergik

133
Anjuran Dan Larangan
Pada Terapi cairan yang diberikan
melalui Vena Perifer

(CDC GUIDELINE 2011)

134
DO NOT

• Hindari extremitas dengan edema hebat, luka bakar, atau


injuri; kasus seperti ini harus dipikirkan pemasangan IV kateter
di tempat lain.

•Hindari area selulitis, infeksi, karena berresiko terjadi


inokulasi jaringan yang lebih dalam atau aliran darah primer
terkontaminasi bakteri.

•Hindari extremitas dengan fistula; adalah lebih baik untuk


menempatkan IV pada ekstremitas yang lain karena adanya
perubahan dalam aliran pembuluh darah sekunder pada fistula.

135
DO NOT

• Hindari penggunaan jarum baja untuk pemberian


cairan dan obat yang mungkin dapat menyebabkan
nekrose jaringan atau extravasasi.
• Jangan gunakan antibiotik salep oles atau krim
pada tempat kanulasi, kecuali untuk kateter dialisis,
karena berpotensi meningkatkan infeksi jamur dan
resistensi antimikroba.

136
DO NOT

 Hindari area kanulasi kateter dari air atau percikan air.


Mandi diperbolehkan jika tindakan pencegahan untuk
mengurangi kemungkinan organisme masuk ke area kanulasi
kateter dapat dilakukan (melindungi tempat kanulasi kateter
dengan penutup kedap air saat mandi)

Hindari penggunaan profilaksis antimikroba sistemik secara


rutin sebelum kanulasi atau selama penggunaan kateter
intravena untuk mencegah kolonisasi kuman atau CRBSI

 Jangan menyentuh area preparasi.

137
DO NOT
Hindari penggunakan cairan IV setelah tanggal
kedaluwarsanya lewat , setiap cairan yang tampak keruh,
berubah warna, atau dicampur dengan partikulat, atau
cairan yang disegel dalam kemasan, telah dibuka atau
dirusak.

Sebuah kemasan yang rusak tidak dapat menjamin


sterilitas produk, meskipun semua pelindung masih berada
di tempatnya. Cara terbaik adalah membuang set yang
ditemukan tidak lagi orisinal, telah dibuka, atau kemasan
yang rusak.

 Hindari penggunaan IV Set yang mengandung PVC untuk


pemberian nitroglycerin atau emulsi lemak. IV Set yang
khusus /Spesifik diperlukan untuk pemberian infus tsb.
138
DO NOT

 Cairan parenteral steril harus bebas dari microorganisme


hidup dan relative bebas dari partikel and pyrogen.

Sebuah ruangan steril tempat meracik harus dibersihkan


setiap hari dan dipisahkan dari operasional farmasi normal,
spesimen pasien, perlengkapan yang tidak perlu, dan bahan
lain yang menghasilkan partikel.
Contoh
- Arus lalu lintas harus diminimalkan.
- Lantai harus didesinfeksi secara berkala.
- Sampah harus sering dibersihkan secara teratur.

139
DO ...
Pendidikan, Pelatihan dan Staffing
1. Pendidikan bagi tenaga kesehatan tentang indikasi
penggunaan kateter intravena, prosedur kanulasi yang
tepat dan pemeliharaan kateter intravena, serta tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat terkait
penggunaan kateter intravena.

2. Secara berkala lakukan penilaian, pemahaman dan


kepatuhan terhadap pedoman pemasangan dan
pemeliharaan bagi semua personel yang terlibat dalam
kanulasi kateter intravena

3. Menetapkan hanya tenaga terlatih dan kompeten untuk


melakukan kanulasi dan pemeliharaan kateter intravena
perifer dan sentral. 140
DO ...
Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik
Lakukan prosedur cuci tangan, baik dengan menggunakan
sabun dan air atau alkohol (ABHR). Cuci tangan harus
dilakukan sebelum dan setelah meraba tempat kanulasi
kateter serta sebelum dan setelah memasukkan,
mengganti, mengakses, memperbaiki, atau membalut
kateter intravena.
Palpasi dari area kanulasi tidak boleh dilakukan setelah
penerapan antiseptik, kecuali teknik aseptik dipertahankan

2. Menjaga teknik aseptik untuk prosedur kanulasi dan


perawatan kateter intravena.
Cabut kateter intravena perifer jika pasien menunjukkan
tanda-tanda flebitis.
141
DO ...
Pemilihan Kateter intravena dan tempat kanulasi
1. Kateter Intravena Perifer dan Kateter “midline”.
Pada orang dewasa, gunakan area ekstremitas atas-untuk
kanulasi kateter. Ganti kateter intravena dari ekstremitas
bawah ke arah lebih atas sesegera mungkin.

2. Pada pasien anak-anak, ekstremitas atas atau bawah atau


kulit kepala (pada neonatus atau bayi muda) dapat digunakan
sebagai tempat kanulasi kateter intravena.

3. Pilih kateter berdasarkan tujuan dan durasi penggunaan,


pengetahuan akan komplikasi infeksi dan non-infeksi
(misalnya, flebitis dan infiltrasi), dan pengalaman pribadi dari
operator. 142
DO ...
5. Gunakan kateter midline atau periperally inserted central catheter
(PICC), bukan kateter intravena, ketika kemungkinan lama terapi IV
akan melebihi enam hari.

6. Mengevaluasi area kanulasi kateter setiap hari dengan palpasi untuk


melihat keras lembutnya vena jika menggunakan transparan dressing.
Kasa dan balutan tidak perlu diganti jika pasien tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi.
Jika didapatkan adanya “tenderness” setempat atau tanda-tanda lain
dari kemungkinan CRBSI, kasa atau balutan harus diganti serta area
kanulasi perlu diobservasi secara visual.

7. Cabut kateter intravena perifer jika pasien menunjukkan tanda-


tanda flebitis (kehangatan, ada streak formation, eritema atau vena
teraba mengeras), infeksi, atau kateter intravena tidak lagi berfungsi
baik.

143
DO ...
Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik
3.Kenakan sarung tangan bersih, bukan sarung tangan steril,
untuk pemasangan kateter intravaskular perifer, jaga area
kanulasi tidak tersentuh setelah penerapan tehnik aseptik
pada kulit.

4. Pakailah sarung tangan baik bersih maupun steril ketika


mengganti balutan kateter intravaskular.

144
EVALUASI
DO ...
• Observasi pasien setiap 1-2 jam untuk
menentukan kondisi pemasangan dan status
infusan. Ganti IV set tergantung kebijakan
yang ditentukan atau berdasarkan kebutuhan.
• Observasi respon pasien terhadap IV terapi.
• Identifikasi hasil yang tidak diharapkan.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Pencatatan dan pelaporan insersi IV dan
informasi tentang infus dan tempat insersi.
• Catat respon pasien terhadap infus IV dan
pengkajian tempat pemasangan infus.
• Dokumentasikan penggunaan infusion pump.
• Laporkan hasil yang tidak diharapkan ke PJ
atau dokter.
TERIMA KASIH

Terumo Academy Training Department 147

Anda mungkin juga menyukai