Higroma Subdural
Higroma Subdural
PENDAHULUAN
Lebih dari 80% penderita cedera yang datang ke ruang emergensi selalu
disertai dengan cedera kepala. Sebagian besar cedera kepala ini disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas berupa tabrakan sepeda motor, mobil, dan penyeberang
jalan yang ditabrak. Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda
senjata api, golok, parang, batang kayu, palu, dan sebagainya) dan lain-lain.1
sebagian dari mereka tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang
Cedera kepala dapat melibatkan setiap komponen yang ada, mulai bagian
terluar (scalp) sampai bagian terdalam (intrakranial) yang tiap komponen tersebut
terkait erat dengan mekanisme cedera yang terjadi. Dengan demikian cedera yang
terjadi dapat berupa cedera jaringan lunak, fraktur tulang kepala, dan cedera otak.
Salah satu cedera otak yang dimaksud adalah hematom subdural. Hematom
subdural ini sering sukar dibedakan dari higroma subdural, yang juga merupakan
subdural kronis.1
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus higroma subdural yang terjadi pada
seorang anak perempuan berusia 5 bulan yang dirawat di ruang anak Rumah Sakit
Ulin Banjarmasin.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI KEPALA
a. Kulit Kepala :
1. skin
2. connective
5. perikranium
b. Tulang tengkorak atau kranium terdiri dari kalvarium dan basis kranii.
Rongga tengkorak dasar dibagi atas tiga fosa yaitu : fosa anterior, media
dan posterior. Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media
tempat lobus temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagi batang otak
c. Meningen
d. Otak
3
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum dan batang otak.
kecepatan 30 ml/jam.
f. Tentorium
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fossa kranii media) dan
pengumpulan cairan LCS di dalam ruang subdural. Kelainan ini agak jarang
ditemukan dan dapat terjadi karena robekan selaput araknoid yang menyebabkan
cairan LCS keluar ke ruang subdural.7 Dengan demikian higroma subdural serupa
dengan hematom subdural kronik (HSD kronik) . Hematom subdural kronis ini
merupakan salah satu dari lesi fokal primer pada cedera otak yang terjadi akibat
trauma kapitis.1
Lesi ini terjadi akibat laserasi arteri/vena kortikal pada saat terjadi akselerasi dan
4
deselerasi. Pada anak dan usia lanjut sering disebabkan ‘bridging vein’ yang
1. Akut
2. Subakut
3. Kronis
Jika gejala timbul setelah 3 minggu. Hematom subdural kronis sering terjadi
pada usia lanjut, dimana adanya atrofi otak menyebabkan jarak antara
III. PENYEBAB
Post-trauma kecelakaan
5
Higroma subdural akut dan kronik merupakan komplikasi post-operasi
yang umum terjadi dari pintasan ventrikuler, marsupialisasi kista araknoid dan
tindakan reseksi suatu lesi desak ruang pada ventrikel lateral yang menyebabkan
subdural akut
higroma subdural pada pasien Acute subdural hematoma (ASDH) atau hematom
subdural akut, yang kemudian mengalami resolusi spontan cepat dalam waktu 9
akut merupakan kumpulan darah segar di bawah lapisan duramater, yang biasanya
cukup besar untuk menekan otak dan menyebabkan kematian hingga 60-80%
kasus. Resolusi spontan cepat pada kasus hematom subdural akut sangat jarang
terjadi. Salah satu mekanisme resolusi spontan yang pernah dilaporkan adalah
6
Komplikasi dari tindakan anestesi
subdural dan hematom sulit dilakukan dan mungkin artifisial, sebab higroma
suatu kasus higroma subdural yang terjadi setelah tindakan anestesia spinal.
dari anestesia spinal. Penyebab komplikasi ini yang mungkin terpikirkan adalah
kebocoran LCS melalui fistula dural yang terbentuk akibat tindakan punksi.
of the brain), dengan konsekuensi berupa peregangan dan rembesan dari vena-
pengecilan otak pada alkoholik dan pintasan ventrikuler juga merupakan faktor
ada tetap belum diketahui dengan jelas. Vandenberg menggunakan MRI dan
IV. DIAGNOSIS
namun penggalian diagnosis hanya dari anamnesis atau riwayat trauma tidak
bersifat definitif karena terdapat beberapa laporan data evolusi CT Scan dan
7
klinis.7,8 Dengan demikian, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, diperlukan
meliputi:9, 10
Gambaran klinis
meski sering tanpa disertai tanda-tanda fokal. Penyembuhan cedera otak primer
yang biasanya berupa memar otak, terganggu akibat adanya higroma ini.8
8
V. TERAPI
operasi. Di sentra Rumah Sakit Ulin, salah satu kriteria dilakukan operasi adalah
BAB III
9
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita
Nama penderita : An A
Umur : 5 bulan
Pendidikan : SD
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
II. ANAMNESIS
10
1. Keluhan utama : kejang
sehingga yang tampak hanya bagian mata warna putih. Hal ini
hidung maupun telinga. Kira-kira 6 hari lalu anak kejang, saat kejang
tidak sadar. Anak juga kemudian ada muntah 2x dalam 1 hari sebanyak
2-3 sendok makan tiap muntah. Anak tampak pucat setelah kecelakaan
penurun panas, tidak ada kejang lagi, tidak ada keluar darah dari
11
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : riwayat ketuban pecah 14 jam
Riwayat natal :
Tempat : Rumah
4. Riwayat perkembangan :
Merangkak : -
Duduk : -
Berdiri : -
Berjalan : -
Riwayat imunisasi
12
Nama Dasar Ulangan
(umur dalam hari/bulan) (umur dalam bulan)
BCG 27 -
Polio 0 2 3 4 -
Hepatitis B 0 1 6 -
DPT 2 3 4 -
Campak -
5. Makanan :
6. Riwayat keluarga :
= pasien
Susunan keluarga
13
Bayi tinggal bersama ibu dan ayahnya di sebuah rumah yang terbuat
GCS : 3– 2 – 3
2. Pengukuran
Tanda vital:Tensi :
Suhu : 40,1OC
( % standar BB/TB)
Lingkar kepala : 44 cm
Kelembaban : cukup
14
Lain-lain : Tidak ada
UUB : Datar
UUK : Datar
Pupil : Diameter : 2 mm / 2 mm
Simetris : Isokor
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
15
Hidung : Bentuk : Dalam batas normal
Lain-lain : -
Pucat / tidak
Tremor / tidak
Kotor / tidak
5. Leher :
16
- Vena Jugularis : Pulsasi : Tidak meningkat
6. Toraks :
Pernapasan : Abdominal
b. Jantung :
17
Batas atas : ICS II LPS Dex – ICS IV LPS Sin
Lokasi : -
Punctum max : -
Penyebaran : -
7. Abdomen :
Lain-lain : -
Ukuran : -
Lokasi : -
Permukaan : -
Konsistensi : -
Ascites : (-)
8. Ekstremitas :
18
Umum : Akral hangat, tidak ada edema dan
Neurologis :
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Reflek fisiologis BPR: + BPR: + BPR: + BPR: +
KPR: + KPR: + KPR: + KPR: +
Reflek patologis Hoffman:- Hoffman:- Hoffman:- Hoffman:-
Tromner:- Tromner:- Tromner:- Tromner:-
Sensibilitas Normal normal normal normal
Tanda meningeal Kaku Kaku Kaku kuduk Kaku
kuduk kuduk Tidak ada kuduk
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
19
Urin : -
Feses : -
V. RESUME
Nama : An. A
Umur : 5 bulan
Berat badan : 8 kg
Uraian : riwayat KLLD (+) 9 hari lalu, kejang (+), muntah (+), pucat
(+), demam (+). Sekarang demam (+), kejang (-), muntah (-).
20
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
Tensi : -
Suhu : 40,1oC
Toraks / paru : retraksi (-), Sn. Bronkovesikuler, rhi (-/-), whh (-/-)
Genital : ♀ normal
VI. DIAGNOSIS
1. Diagnosa banding :
21
2. Diagnosa kerja : observasi konvulsi e.c Trauma kapitis + subdural
hygroma
3. Status Gizi :
VII. PENATALAKSANAAN
O2 2 lpm nasal
IVFD D% ¼ NS 9 tpm
Inj.trixone 2x250 mg
- CT Scan
IX. PROGNOSIS
22
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
X. PENCEGAHAN
Pemeriksaan Tanggal
18 19 20 21 22 23 24
Subjektif
Kejang - - - - - - -
Panas + - - + - + -
Muntah - - - - - - -
Menangis - - + + + + +
tidak kuat kuat kuat kuat
kuat
Menyusu - - - - + + +
kuat kuat kuat
BAB - - - + - - -
cair 3x
BAK + + + + + + +
Objektif
GCS 3-2-3 3-2-3 3-3-4 3-4-5 3-4-5 3-5-5 3-5-5
SaO2 (%) 86 100
dengan dengan
½ lpm 3 lpm
Kulit =
Anemis - - - - - - -
Ikterik - - - - - - -
Kelembaban + + + + + + +
cukup
Turgor cepat + + + + + + +
kembali
Kepala =
Mesosefali + + + + + + +
UUB datar + + + + + + +
Mata =
Anemis + + + + + + +
- - - - - - -
23
Ikterik - - - - - - -
Edem
Hidung =
PCH - - + - - - -
Sekret - - - - - - -
Telinga =
Sekret - - - - - - -
Mulut =
Mukosa bibir + + + + + + +
basah
Sianosis - - - - - - -
Leher =
Kaku kuduk - - - - - - -
Tortikolis - - - - - - -
Thorak =
Simetris + + + + + + +
Retraksi - - - - - - -
subcostal
Paru =
SN.Br.vesikuler + + + + + + +
Rh - - - - - - -
Wh - - - - - - -
Cor =
SiS2 tunggal + + + + + + +
Bising - - - - - - -
Abdomen +
Supel + + + + + + +
H/L/M tidak + + + + + + +
teraba
BU (+) normal + + + + + + +
Ekstremitas
Akral hangat + + + + + + +
Edem - - - - - - -
Parese - - - - - - -
24
180
160
140
120
Nadi
100
80 RR
60 Suhu
40
20
0
18 19 20 21 22 23 24
Assesment
Observasi konvulsi + + + + + + +
e.c trauma capitis +
Higroma subdural +
Penatalaksanaan
Terapi konservatif: + + + + + + +
O2 2 lpm nasal
IVFD D% ¼
NS 9 tpm
Inj.trixone
2x250 mg
P.O : sanmol
3x1 cth
Stesolid rectal
5 mg bila
kejang
Tranfusi darah +
PRC 80 cc
NGT +
Cek DL, GD, +
elektrolit
Observasi ketat + + +
cairan masuk &
keluar
Rawat ICU + + + +
Rawat bersama +
dengan bedah
Pasien pulang pada tanggal 25 Oktober 2008. Sebelumnya pasien dikonsulkan ke dr. SpBS,
advis: terapi konservatif
25
BAB IV
DISKUSI
Sejak lahir hingga remaja, otak dan bagian intrakranial lainnya akan
kepala yang terjadi pada masa ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang
u diketahui terkait perbedaan cedera kepala pada anak dan dewasa antara
lain:1
Kandungan air dalam otak saat lahir mencapai 90%, dan berkurang
Otak bayi baru lahir belum mengalami myelinisasi. Proses ini baru
dimulai sejak saat lahir hingga 4 tahun dimana semua traktus yang
26
Perbandingan antara otak dan LCS lebih kecil pada neonatus dan
Sutura masih terbuka dan mobile, fontanella masih terbuka sampai usia
metabolisme otak yang lebih rendah. Aliran darah ini akan mencapai
Pada tahun pertama, rasio kepala terhadap badan relatif besar dengan
Kejang post trauma dini yang terjadi pada 1 jam pertama setelah kejang
mencapai 30% kasus. Kejang ini lebih sering ditemukan pada cedera kepala berat
dengan frekuensi 2-3% dari seluruh cedera kepala yang memerlukan perhatian
medis. Kejang ini tidak memerlukan pengobatan kecuali jika kejang berlanjut atau
timbul setelah 1 jam pertama. Kadang-kadang bisa timbul status epileptikus post
trauma. Keadaan ini harus diobati dan prognosisnya baik, tidak seperti status
kepala. Tiap kali kejang beberapa puluh ribu neuron akan mati dan beberapa
puluh ribu lainnya akan cedera. Kejang umumnya post traumatik disebabkan oleh
27
1. Kejang post traumatika dini. Merupakan kejang yang timbul dalam 24 jam
2. Kejang post traumatika awal. Merupakan kejang yang terjadi antara hari ke-1
3. Kejang post traumatika lanjut. Merupakan kejang yang timbul lebih dari 1
timbul secara berulang-ulang dan bukan disebabkan oleh hal lain kecuali
trauma kapitis.
terjadi pada anak-anak dan biasanya akan menghilang dengan sendirinya (Self
scanning.2 Keadaan timbulnya status epileptikus post trauma pada usia 2 tahun
pertama harus diobati dan biasanya berprognosis baik, tidak seperti status
Pada kasus ini diagnosis Observasi konvulsi e.c trauma kapitis + higroma
Keluhan utama yang mendorong orang tua membawa anaknya adalah adanya
atau nilai GCS rendah (kurang dari 9). Sedangkan pemeriksaan penunjang CT
28
Scan menunjukkan suatu massa higroma subdural. Pada kasus ini, selama
Dimana tindakan operasi berupa dekompresi diindikasikan oleh adanya lesi massa
desak ruang yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, bila tidak ada
1. Knock down atau induced coma dimana aktivitas neuron diturunkan dan
intrakranial menurun.
4. Mannitol 20% intravena dengan dosis 1-2 mg/kgbb yang diberikan secara
2. Muntah proyektil
29
3. Peningkatan tekanan darah
4. Bradikardi
Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa perawatan konservatif (non
pergeseran midline melebihi 5 mm, tidak terdapat massa dengan volume melebihi
atas :1
2. Grade 2 : cisterna masih tampak, midlini shift < 5 mm, tidak terdapat
3. Grade 3 : Cisterna kompres atau hilang, midline shift < 5 mm, tidak
CT scan pada anak yang dibuat beberapa hari kemudian (7-10 hari setelah
cedera) sering memperlihatkan dilatasi ventrikel ringan dan sering disertai koleksi
CSS ekstraserebral didaerah frontal. Koleksi CSS ini bukan subdural hygrome dan
tidak membutuhkan operasi drainage.1 Pada kasus ini CT scan dilakukan setelah 9
Kebocoran CSS pada cedera kepala akan berhenti sendiri. Jika robekan
durameter terjepit pada garis fraktur dan menyebabkan kebocoran terus menerus,
maka perlu tindakan operatif. Pengobatan non operatif dapat dicoba hingga dua
30
minggu dengan berbagai manipulasi, misalnya dengan pemberian asetazolamid
Dari segi mortalitas dan morbiditas secara neurologis, hasil akhir cedera
kepala pada anak biasanya baik. Mortalitas mencapai 10-20% pada anak dengan
GCS 8 atau kurang. Pada beberapa laporan, anak dengan GCS 5 atau lebih tanpa
literatur lain prognosis higroma sendiri berprognosis baik, tetapi prognosis lebih
ditentukan oleh cedera otak primernya. 8 Pada kasus ini, cedera kepala terjadi
pada anak dengan komplikas post trauma berupa subdural higroma tanpa adanya
perawatan intesif care (PICU) dan tidak diketahui dengan jelas adanya cedera otak
primer karena pada pemeriksaan CT scan tidak ditemukan cedera otak primer dan
CT-scan dilakukan setelah 9 hari post cedera kepala yang dapat mengaburkan
adanya subdural higroma. Sehingga prognosis pada kasus ini adalah dubia ad
bonam.
31
BAB III
PENUTUP
kesadaran atau nilai GCS rendah (kurang dari 9) dan pemeriksaan penunjang CT
32
Scan. Terapi yang diberikan berupa perawatan konservatif. Prognosis pada kasus
ini adalah dubia ad bonam. Pasien dipulangkan pada tanggal 25 Oktober 2008
dengan keadaan membaik dibandingkan keadaan pada saat masuk Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
3. Listiono LD. Ilmu bedah saraf satyanegara Edisi III. Jakarta: Gramedia, 1990.
h.175
33
4. Zanini MA, Resende LAL, Freitas CCM, Yamashita S. Traumatic Subdural
Hygroma Five Cases With Changed Density And spontaneous resolution. Arq
Neuropsiquiatr 2007;65(1):68-72
8. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC, 1997.
h.1110
9. Kerr RCS, Maartens N. The cranium (scalp, skull, brain). Dalam: Bailey
Surgical textbook. h.382
10. Anonym. Traumatic brain injury. 2002. [online] available from URL:
http://www.braininjury.com/
11. Stein SC. Chronic subdural hematoma. 2008. [online]. Available from URL:
http://www.medlink.com/
Laporan Kasus
HIGROMA SUBDURAL
34
Oleh :
Pembimbing :
November, 2008
35