PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proses biologis, sosio emosional dan kognitif. Tingkah laku yang tidak normal
adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga,
ketika dilahirkan. Orang tua akan merasa senang dan bahagia apabila anak
yang dilahirkan memiliki kondisi fisik dan psikis yang sempurna. Sebaliknya,
orang tua akan merasa sedih apabila anak yang dilahirkan meiliki kondisi fisik
bukan murni milik anak tunagrahita. Diluar sana, masih ditemukan bagaimana
1
standar kelas. Asumsi yang berkembang adalah bahwa, anak-anak akan
terperosok kedalam napsu yang tak terkendali dan impuls yang meledak-ledak;
orang dengan IQ tinggi dapat menjadi pilot yang tak cakap dalam kehidupan
20% bagi kesuksesan dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor lain.
Salah satu kecerdasan yang selama ini sering diabaikan adalah kecerdasan
emosional. Banyak para guru melihat perkembangan dan kemajuan anak pada
kemajuan anak. Keterampilan ini dapat diajarkan kepada siapapun, lebih dini
disamakan dengan idiot, padahal belum tentu semua anak retradasi mental
adalah idiot. Idiot hanyalah istilah bagi anak retradasi mental dalam taraf yang
menimbulkan berbagai macam reaksi orang tua yang memiliki anak retradasi
mental, seperti: orang tua mengucilkan atau tidak mengakui sebagai anak yang
mental. Disisi lain, ada pula orang tua yang memberikan perhatian lebih pada
dengan meminta bantuan para ahli yang dapat menangani anak retradasi
mental. Orang tua merupakan orang yang terdekat bagi penyandang retaldasi
tersebut. Orang tua akan merasa kaget bahkan menolak serta tidak menyangka
jika harus berada dalam situasi seperti itu, dan yang pasti mereka tidak siap
perubahan sikap penerimaan orang tua ini dipengaruhi berbagai macam faktor,
salah satunya adalah informasi yang diterima oleh para orang tua baik dari
surat kabar cetak maupun elektronik, sesama orang tua penyandang retaldasi
lebih dapat menerima keadaan anaknya daripada orang tua yang tidak
memiliki pengetahuan yang tepat tentang retaldasi mental akan dapat mengerti
bagaimana keadaan seorang anak retaldasi mental baik secara fisik maupun
emosinya, mereka pun akan turut serta dalam kegiatan yang melibatkan peran
orang tua.
Jumlah anak dengan retaldasi mental adalah 2,3%. Atau 1,95% anak
usia sekolah, 40% atau 3:21 pada data Sekolah Luar Biasa terlihat dari
orang, 60% diderita anak laki-laki dan 40% diderita anak perempuan. Data
tahun 2013 dari Dinas Sosial Kota Bengkulu yang bekerjasama dengan Forum
terdapat 104 anak penyandang cacat dengan jenis kecacatan yang berbeda
anak retaldasi mental dengan anak yang selalu aktif masuk sekolah berjumlah
28 orang.
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah Dari uraian diatas, maka rumusan masalah pada
Anak retardasi mental dengan Sikap Penerimaan Orang Tua terhadap Anak
Kepahiang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sikap Penerimaan Orang Tua terhadap Anak Anak dengan retaldasi mental
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi usia pada orang tua yang memiliki anak
Kepahiang
b. Untuk mengetahui distribusi jenis kelamin pada anak dengan retaldasi
orang tua yang memiliki anak dengan retaldasi mental di Sekolah Luar
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
tentang retaldasi mental dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak
selanjutnya dengan variabel dan tempat yang sama dalam waktu yang
berbeda atau dengan varibel yang sama dengan tempat yang berbeda.
E. Keaslian Penelitian