ABSTRAK
Lansia merupakan sesorang yang telah mencapai usia 60 tahun lebh yang ditandai adanya masalah
kesehatan sebagai akibat proses penuaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
status psikososial dengan kualitas hidup lansia di Desa Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
Kendal. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, metode penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini responden lansia yang berusia 60
tahun ke atas dengan jumlah 170 responden, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Alat ukur berupa kuesioner berjumlah dua (status psikososial dan kualitas hidup lansia). Analisa data
menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan umur responden lebih
banyak berumur 60-69 tahun dengan jumlah 146 responden (85,9%) dari total keseluruhan 170
responden, mayoritas berjenis kelamin perempuan113 orang (66,5%), pendidikan SD 100 orang
(58,8%), bertempat tinggal bersama keluarga 146 orang (85,9%). Status psikososial lansia dengan
mayoritas psikososial sehat sebanyak 112 orang (65,9%). Lansia dengan kualitas hidup baik sebanyak
123 orang (72,4%). Hasil uji korelasi spearman rank menunjukan adanya hubungan antara status
psikososial dengan kualitas hidup lansia dengan p value 0,000 (< 0,05). Bagi lansia diharapkan bisa
menjaga kondisi psikososialnya dengan cara mempertahankan interaksi sosialnya, menjaga kondisi
kesehatan fisik, psikologis, dan lingkungannya.
ABSTRACT
Elderly is someone who has reached the age of 60 years who are marked by health problems as a
result of the aging process. The purpose of this research was to know the relationship between
psychosocial status and the quality oflife of the elderly in Blorok, Brangsong,Kendal. This research
uses quantitative design, descriptive correlational research method with cross sectionalapproach. The
sample in this research were elderly respondents aged 60 years and over with a total of 170
respondents, who were selected using a purposive sampling technique. Measuring instruments in the
formof a questionnaire amounted totwo (psychosocial status and quality of lifeofthe elderly). The data
analysis used the Spearmanrank correlation test. The results showed the age of respondents more
aged 60-69 years with the number of 146 respondents (85.9%) of the total 170 respondents, the
majority were 113 women (66.5%), educated elementary 100 people (58.8%) , livedwith a family of
146 people (85.9%). Psychosocial status of the elderly with the majority of healthy psychosocial as
many as 110 people (65.9%). Elderly with good quality of life as many as 123 people (72.4%).
Spearman rank correlation test results indicate a relationship between psychosocial status with the
qualityof life of the elderly with a p value of 0,000 (<0.05). The elderly are expected to be able to
maintain their psychosocial condition by maintainingtheir social interactions,physical health
conditions, psychological and environment.
1
2
Karakteristik Lansia
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden
Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
Usia
60-69 tahun (Lansia Muda) 146 85,9
70-79 tahun (Lansia Madya) 21 12,4
>80 tahun (Lansia Tua) 3 1,8
Total 170 100,0
Jeniskelamin
Laki-laki 57 33,5
Perempuan 113 66,5
Total 170 100,0
Pendidikan
Tidak sekolah 35 20,6
SD 100 58,8
SMP 30 17,6
SMA 5 2,9
Total 170 100,0
Tempat tinggal
Sendiri 24 14,1
Bersama Keluarga 146 85,9
Total 170 100,0
Status Psikososial
Tidak sehat 58 34,1
Sehat 112 65,9
Total 170 100,0
Kualitas hidup
Kurang baik 47 27,6
Baik 123 72,4
Total 170 100,0
Dari 112 responden yang memiliki psikososial menurunkan kerentanan terhadap penyakit
sehat diantaranya 94 (55,3%) responden tertentu, yang pada umunya kuaitas hidup
memiliki kualitas hidup baik, Sedangkan 58 menurun dengan meningkatnya usia. Hasil
(34,1%) responden yang memiliki psikososial penelitian Indriani (2017) tentang hubungan
tidak sehat, 29 (17,1%) responden diantaranya tingkat ketergantungan lansia dalam
memiliki kualitas hidup kurang baik. beraktivitas sehari-hari dengan kualitas hidup
lansia di Desa Tempel- Bumiayu Kecamatan
Hasil uji korelasi bivariat Sperman didapat Weleri menyimpulkan bahwa lansia yang
koefisiensi korelasi antara kondisi psikososial berusia 60-74 tahun rentan mengalami masalah
dengan kualitas hidup lansia diketahui bahwa psikososial karena proses menua.
nilai signifikansi p value = 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (α <0,05) sehingga Ha diterima Hasil penelitian menunjukkan jumlah
artinya ada hubungan yang signifikan. perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Berdasarkan hasil r hitung didapatkan hasil yaitu berjumlah 113 orang responden (66,5%).
sebesar 0,360 artinya terdapat hubungan yang Data dari Population Reference Bureau (2011)
linear positif atau hubungan cukup kuat antara juga menunjukkan bahwa usia harapan hidup
status psikososial dengan kualitas hidup lansia. perempuan lebih panjang dibandingkan laki-
Sehingga kondisi psikososial seseorang dalam laki, maka jumlah penduduk lanjut usia
keadaan baik, maka akan mempengaruhi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
kualitas hidup menjadi baik. laki. Hal ini menunjukkan lansia perempuan
lebih baik kualitas hidupnya dibandingkan
lansia laki-laki
PEMBAHASAN
Karakteristik Lansia Hasil penelitian didapatkan mayoritas kualitas
Mayoritas responden berusia 60-69 tahun hidup lansia perempuan yakni sebesar 84
(85,9%).Sesuai dengan pendapat Darmojo responden dengan kualitas hidup baik. Sesuasi
(2014) dalam Dian, (2019), dimana sekarang dengan pernyataan Monks (2013) bahwa
ini umur harapan hidup orang Indonesia sudah gender adalah salah satu faktor yang
naik, bisa sampai 60-69 tahun. Hasil ini mempengaruhi kualitas hidup. Adanya
mendukung pernyataan Butar (2012) yang perbedaan antara perempuan dan laki-laki,
menyatakan bahwa pada umumnya kualitas dimana kualitas hidup perempuan cenderung
hidup menurun dengan meningkatnya usia. lebih baik daripada kualitas hidup laki-laki.
Monks (2013) juga mengatakan bahwa usia
adalah salah satu factor yang mempengaruhi Pendidikan responden, didapatkan bahwa
kualitas hidup. sebagian besar responden berpendidikan SD
yaitu 100 orang responden (58,8%). Hal
Usia lansia mengalami proses penuaan yang tersebut menunjukkan bahwa tingkat
tidak dapat dihindarkan. Lansia mengalami pendidikan lansia mayoritas masih rendah.
berbagai kemunduran fungsi dari berbagai Pendidikan merupakan modal dalam
organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel pengembangan kognitif, kognitif dapat
karena proses menua, sehingga produksi menjadi mediator antara suatu kejadian dan
hormon, enzim, dan zat-zat yang diperlukan perasaan, sehingga kurangnya pendidikan
untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang dapat menjadi salah satu faktorlansia
(Maryam, 2011). Penelitian Maya (2017) menderita masalah psikososial (Khan, 2009).
menemukan adanya perbedaan yang terkait
dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian
yang penting bagi individu. Lansia yang dalam Dian, (2019) tentang hubungan sindrom lemah
usia masih muda mempunyai harapan hidup dengan kualitas hidup lansia dimana mayoritas
yang lebih tinggi, sebagai tulang punggung pendidikan lansia yang tinggal di Desa Sumur
keluarga, sementara yang tua menyerahkan berpendidikan SD yaitu sebanyak 57,7%.
keputusan pada keluarga atau anak-anaknya Semakin tinggi tingkat pendidikan akan
(Butar, 2012). semakin meningkat kualitas hidup, hal ini
dikarenakan pendidikan merupakan faktor
Usia berkaitan dengan kualitas hidup lansia penting sebagai dasar untuk dapat mengerti
karena usia dapat meningkatkan atau tentang penyakit dan pengelolaannya, sehingga
6
Dukungan keluarga merupakan dukungan yang Hasil penelitian ini juga didukung oleh
diberikan keluarga kepada lansia, dimana Mendoko (2017) mengenai perbedaan status
dukungan ini sangat dibutuhkan lansia selama psikososial lansia yang tinggal di Panti dengan
menjalani kehidupannya sehingga lansia yang tinggal bersama keluarga, yang
merasa diperhatikan dan dihargai.Sebagaimana menunjukkan bahwa lingkungan tempat
penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2011), tinggal yang berbeda mengakibatkan
dalam penelitiannya tentang hubungan fungsi perubahan peran lansia dalam menyesuaikan
keluarga dan kualitas hidup lansia juga diri. Lansia yang tinggal bersama keluarga di
menunjukkan hasil bahwa lansia dengan fungsi rumah secara fisik, psikologis, dan
keluarga yang baik memiliki kualitas hidup kepuasannya terhadap lingkungan lebih tinggi
yang baik pula. daripada lansia yang tinggal di Panti, hal ini
7
Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang Seiring dengan aktivitas fisik yang diikuti oleh
sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik lansia secara langsung akan mempengaruhi
individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan sosial lansia tersebut. Hubungan
hubungan individu dengan lingkungan atau faktor sosial dengan kualitas hidup lansia
perubahan kondisi fisik dapat berpengaruh berdasarkan hasil studi menunjukkan adanya
terhadap kualitas hidup lansia.Faktor kesehatan hubungan yang signifikan.Banyak lansia yang
fisik yang berpengaruh terhadap kualitas hidup kesusahan untuk berjalan sehingga membatasi
lansia ditunjukkan oleh aktivitas fisik lansia hubungan sosialnya dengan lingkungan
(Darmojo, 2014).Hal ini didapatkan hasil disekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian indikator angket sebagian dari lansia angket 95 dari 170 lansia menyatakan rasa
menyatakan kepuasan terhadap kesehatannya sakit fisik mencegah lansia dalam melakukan
sangat kurang. aktivitas sesuai kebutuhannya. Faktor
hubungan sosial di sini mencakup hubungan
Faktor psikologi merupakan faktor yang paling lansia dengan orang lain, kehidupan seksual
dominan dan memiliki pengaruh terbesar lansia, serta dukungan sosial yang diberikan
terhadap kualitas hidup lansia. Hal ini kepada lansia. hal-hal tersebut mempunyai
disebabkan karena psikologi dapat berdampak pengaruh besar terhadap kesejahteraan hidup,
terhadap banyak hal seperti kesehatan fisik, ketenangan batin, serta rasa aman.Hal tersebut
hubungan sosisal, serta lingkungan. Lansia dibuktikan dengan hasil angket bahwa
merupakan tahap dimana organ-organ tubuh sebagian lansia dari 170 responden
8
menyatakan kurang puas terhadap Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
kesehatannya dan menyatakan kurang puas Fitri (2011) di dapatkan hasil bahwa
dengan kehidupan seksualnya, serta lansia menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan
merasa kurang terhadap dukungan yang fisik akanmengakibatkan lansia secara
diberikan oleh teman disekitarnya. perlahan menarik diri dari hubungan dengan
masyarakat sekitar sehingga interaksi sosial
Hasil kuesioner didapatkan bahwa akses menjadi menurun. Interaksi sosial merupakan
terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan kebutuhan setiap individu sampai akhir hayat,
salah satu hal yang diperhatikan untuk termasuk lansia. Individu akan mengalami
menunjang kualitas hidup lansia.hasil kesepian (lonelinnes) ketika tidak memiliki
penelitian dikuatkan oleh Coons dan Kaplan lawan interaksi untuk berbagi masalah
(1994) dalam Larasati (2012) mengatakan (Annida, 2010).
bahwa setiap orang memiliki hidup yang
berbeda tergantung dari masing-masing Penelitian yang dilakukan oleh Tami (2014)
individu dalam menyikapi permasalahan yang menunjukkan bahwa interaksi sosial
terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, kualitas hidup lansia di Kecamatan
tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif Talamanrea. Penelitian ini menunjukkan 93
maka akan buruk pula kualitas hidupnya. dari 170 lansia menyatakan lebih suka tinggal
dirumah daripada pergi keluar rumah.
Hubungan psikososial dengan kualitas Penelitian serupa yang dilakukan oleh
hidup lansia Rahmianti (2014) menunjukkan adanya
Hasil penelitian hubungan status psikososial hubungan yang signifikan antara interaksi
dengan kualitas hidup lansia diperoleh angka sosial dengan kualitas hidup lansia Suku Bugis
korelasi sebesar 0,360 artinya tingkat kekuatan di Kelurahan Sapanang Kabupaten Pangkep.
hubungan (korelasi) antara variabel status Lansia perlu diberi kesempatan untuk
psikososial dengan kualitas hidup lansia sangat berkumpul dengan orang lain sehingga dapat
kuat. Hasil analisa hubungan dua variabel mempertahankan komunikasi, keterampilan,
tersebut memiliki nilai signifikasi p=0,000, serta menunda kepikunan. Lansia dengan
karena p=0,000 < 0,01 atau 0,05 maka ada keterlibatan sosial yang lebih besar cenderung
hubungan, artinya hipotesis dapat diterima. memiliki semangat dan kepuasan hidup sendiri
Hasil penelitian ini dikuatkan oleh penelitian sehingga mampu menunjang kualitas
Nugroho (2008) mengatakan bahwa perubahan hidupnya.
fungsi psikososial lansia berpengaruh terhadap
kualitas hidup lansia. Pendapat di atas sesuai dengan teori Burns
(2000) dalam Dian (2019) menyatakan bahwa
Maryam (2008) dalam Dian (2019) Perubahan fisiologis dan psikososial akan
menyebutkan bahwa lansia ditandai dengan sangat terlihat pada masa-masa lansia, semua
perubahan fisik maupun psikososial, yang akan perubahan tersebut akan mengakibatkan
mempengaruhi kehidupannya. Perubahan ini penurunan kualitas hidup pada lansia. Jadi
sangat berpengaruh pada kualitas manusia akan diliputi rasa khawatir apabila
hidupnya.Studi oleh Surprenant dan Neath memasuki masa lansia. Hurlock (2008),
(2007) dalam Dian (2019) menunjukkan mengatakan bahwa perubahan yang dialami
bahwa kualitas hidup lanjut usia dipengaruhi oleh setiap orang terutama pada lansia akan
oleh beberapa aspek, yaitu ekonomi, sosial dan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
psikososial. Lansia yang ekonominya memadai tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola
memiliki kualitas hidup tinggi, sedangkan hidupnya, bagaimana sikap yang ditujukan
lansia yang ekonominya rendah kualitas hidup apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal
juga rendah. Aspek sosial pada lansia yang ini tergantung dari pengaruh perubahan
sering bersosialisasi akan mengalami kualitas terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
hidup yang tinggi karena sering berbincang-
bincang sehingga terhibur dan tidak merasa
kesepian
9
Lestari, Dian (2018). Hubungan Sindrom Papalia & Feldman. (2014). Perekambangan
Lansia Lemah Dengan Kualitas Hidup manusia. Jakarta: Salemba Humanika
Lansia. Skripsi. STIKES Kendal.
Population Reference Bureau (2011).World
Lilik, Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Population Data Sheet. Diperoleh pada
Usia. Yogyakarta: Graha Mulia tanggal 2 Februari 2018 dari
http://www.prb.org/Data
Maryah, V. (2016). Hubungan dukungan finder/Geography/Data.aspx?loc=395
keluarga dengan kemandirian lansia
dalam pemenuhan aktivitas sehari- Rohmah et al. (2012).Kualitas Hidup Lansia.
hari di Kota Malang.Diperoleh tanggal Jurnal Keperawatan, 2 (3), 120-132
30 Januari 2018 dari https://publikasi.
unitri.ac.id/index.php/fikes/article/vie Sutikno, E. (2011). Hubungan antara Fungsi
w/428 Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Kedokteran Indonesia, 2 (1),
Maryam, (2011). Mengenal Usia Lanjut dan 73-76.
Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika. Tami, D.R., Bahar, B., Najamuddin, U. (2014).
Hubungan Pola Makan, Status Gizi,
Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan Interaksi Sosial dengan Kualitas
dan perawatannya. Jakarta: Salemba Hidup Lansia di Kecamatan
Medika. Tamalanrea.