Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN STATUS PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI

DESA BLOROK KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

ABSTRAK

Lansia merupakan sesorang yang telah mencapai usia 60 tahun lebh yang ditandai adanya masalah
kesehatan sebagai akibat proses penuaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
status psikososial dengan kualitas hidup lansia di Desa Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
Kendal. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, metode penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini responden lansia yang berusia 60
tahun ke atas dengan jumlah 170 responden, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Alat ukur berupa kuesioner berjumlah dua (status psikososial dan kualitas hidup lansia). Analisa data
menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan umur responden lebih
banyak berumur 60-69 tahun dengan jumlah 146 responden (85,9%) dari total keseluruhan 170
responden, mayoritas berjenis kelamin perempuan113 orang (66,5%), pendidikan SD 100 orang
(58,8%), bertempat tinggal bersama keluarga 146 orang (85,9%). Status psikososial lansia dengan
mayoritas psikososial sehat sebanyak 112 orang (65,9%). Lansia dengan kualitas hidup baik sebanyak
123 orang (72,4%). Hasil uji korelasi spearman rank menunjukan adanya hubungan antara status
psikososial dengan kualitas hidup lansia dengan p value 0,000 (< 0,05). Bagi lansia diharapkan bisa
menjaga kondisi psikososialnya dengan cara mempertahankan interaksi sosialnya, menjaga kondisi
kesehatan fisik, psikologis, dan lingkungannya.

Kata Kunci : status psikososial, kualitas hidup lansia

ABSTRACT

Elderly is someone who has reached the age of 60 years who are marked by health problems as a
result of the aging process. The purpose of this research was to know the relationship between
psychosocial status and the quality oflife of the elderly in Blorok, Brangsong,Kendal. This research
uses quantitative design, descriptive correlational research method with cross sectionalapproach. The
sample in this research were elderly respondents aged 60 years and over with a total of 170
respondents, who were selected using a purposive sampling technique. Measuring instruments in the
formof a questionnaire amounted totwo (psychosocial status and quality of lifeofthe elderly). The data
analysis used the Spearmanrank correlation test. The results showed the age of respondents more
aged 60-69 years with the number of 146 respondents (85.9%) of the total 170 respondents, the
majority were 113 women (66.5%), educated elementary 100 people (58.8%) , livedwith a family of
146 people (85.9%). Psychosocial status of the elderly with the majority of healthy psychosocial as
many as 110 people (65.9%). Elderly with good quality of life as many as 123 people (72.4%).
Spearman rank correlation test results indicate a relationship between psychosocial status with the
qualityof life of the elderly with a p value of 0,000 (<0.05). The elderly are expected to be able to
maintain their psychosocial condition by maintainingtheir social interactions,physical health
conditions, psychological and environment.

Keywords : psychosocial status with the qualitylife of the elderly

1
2

PENDAHULUAN disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan


World Healt Organizationtahun (2010) sosial yang dapat digolongkan menjadi empat
menyatakan bahwa lansia merupakan tahapan tahap, yaitu lansia mengalami kelemahan,
lanjut dari suatu proses kehidupan yang di keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan
tandai dengan proses degenaratif secara keterhambatan yang terjadi dalam proses
alamiah yang berakibat mengalami penurunan menua (Ekawati, 2014).
kemampuan fisik dalam beradaptasi dengan
masalah psikososial dan lingkungan. Manusia Selain hal tersebut lansia juga mengalami
yang masuk dalam tahapan lansia adalah berbagai masalah kesehatan sebagai akibat
manusia yang memasuki usia 60 tahun keatas. proses penuaan. Perubahan kesehatan yang
Proses penuaan yang menjadikan lansia mulai dialami lansia meliputi segi fisik, psikologis,
kesulitan dalam melakukan activity daily life sosial dan lingkungan. Perubahan kondisi fisik
(ADL) secara mandiri sehingga lansia menjadi yang dialami lansia seperti terserang berbagai
mengalami ketergantung pada orang lain penyakit kronis antara lain hipertensi,
(Osman, 2012). atritisrheumathoid, Diabetes Militus, stroke,
fraktur tulang serta penurunan fungsi panca
Populasi lansia mengalami peningkatan dari indra. Perubahan fisik yang dialami oleh lansia
tahun ke tahun. Angka lansia di dunia berdampak pada masalah psikologis lansia
meningkat dari tahun 2015 yang mencapai 9,1 (Rohmah, 2012).
juta jiwa menuju tahun 2030 yang di
proyeksikan lansia meningkat sekitar 56% Bertambahnya usia lansia akan mengalami
menjadi 1,4 milyar (United Nations, 2015). beberapa permasalahan diantaranya adalah
Hal ini juga terjadi di Asia tenggara, populasi masalah fisik dan psikologis, Masalah fisik
lansia pada tahun 2000 mencapai sekitar yang muncul diantaranya perubahan postur
5.300.000 atau setara (7,4%), pada tahun 2010 tubuh. Perubahan postur tubuh yang dialami
mengalami peningkatan mencapai 24.000.000 oleh lansia menimbulkan masalah sosial dan
jiwa atau sekitar (9,77%), dan pada tahun 2050 ekonomi, dimana lansia mulai mengalami
di proyeksikan akan meningkat 3 kali lipat masa pensiun. Selain itu proses degeneratif
mencapai sekitar 142.000.000 jiwa mempengaruhi produktifitas kinerja, sehingga
(WHO,2016). Demikian pula di Indonesia, lansia di anggap sudah tidak dapat bekerja
angka lansia di Indonesia pada tahun 2016 secara maksimal. Hal tersebut menyebabkan
mencapai 22,6 juta jiwa atau setara (8,75%) pendapatan lansia mulai berkurang.
yang di proyeksikan akan meningkat pada
tahun 2030 mencapai sekitar 41 juta jiwa atau Perubahan yang terjadi pada lansia tentunya
setara (13,82%) (Badan Pusat Statitik, 2016). akan menjadi suatu stressor bagi lansia. Yang
Jumlah lansia di Indonesia tersebar di seluruh menyebabkan masalah atau gangguan
wilayah provinsi.Salah satunya provinsi Jawa psikologis, salah satunya adalah rasa takut
Tengah, yang menempati peringkat kedua akan kematian, merasa bosan dan tidak
dengan jumlah lansia terbanyak. Menurut BPS berguna. Semula lansia memiliki kebiasaan
(2018) jumlah lansia tahun 2017 mencapai bertemu dengan rekan kerja sekarang lansia
2.826.507 jiwa, dan pada tahun 2018 jumlah hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan
lansia meningkat mencapai sekitar 2.933.346 kegiatan apapun, serta adanya penyakit
jiwa. Sedangkan pada tahun 2017 di wilayah membuat lansia kurang bersosialisasi dengan
kabupaten Kendal jumlah lansia mencapai lingkungan (Chaichanawirote, 2011).
69.964 dan meningkat pada tahun 2018
mencapai 72.737 lansia. jumlah lansia di Desa Pengaruh yang muncul dari perubahan yang
Blorok pada tahun 2017 mencapai 223 jiwa dialami oleh lansia jika tidak teratasi dengan
dan pada tahun 2019 meningkat mencapai 250 baik, akan mempengaruhi kesehatan secara
jiwa (Puskesmas Brangsong 1, 2019). menyeluruh. Permasalahan fisik, psikologis,
sosial dan lingkungan yang dialami oleh lansia
Peningkatan jumlah penduduk lansia sering dikaitkan dengan perubahan psikososial
menimbulkan dampak dalam kehidupan. lansia (Yuliati, 2017).Hal semula dikemukakan
Dampak yang utama dari peningkatan lansia oleh Azizah (2011) yang menyatakan proses
adalah meningkatnya ketergantungan lansia. menua akan terjadi bersamaan dengan
Ketergantungan yang dialami lansia kelemahan, keterbatasan fungsional,
3

ketidakmampuan, dan keterhambatan yang dalam peran sosial di masyarakat yang


berdampak pada masalah psikososialnya. berdampak pada kualitas hidup lansia
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Friedman & Schustack, 2008; Wirakusuma,
Nurhidayat (2011) menyatakan bahwa masalah 2008).
psikososial yang dialami lansia disebabkan
karena adanya rasa takut akan kematian, Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa
penyakit kronik yang dialami lansia, dan Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
masalah sosial ekonomi karena lansia sudah Kendal pada tanggal 24 September 2019
tidak produktif. terhadap 25 lansia didapatkan hasil bahwa 3
lansia mengalami penurunan pendengaran
Masalah psikologis pada lansia berpengaruh sehigga menyebabkan lansia mengalami
pada kualitas hidup lansia, sehingga kesusahan dalam menanggapi komunikasi saat
berdampak pada perasaan kesepian, berinteraksi, 9 lansia mengalami stress karena
keterasingan dari lingkungan, ketidak masa pensiun seingga merasa dirinya sudah
berdayaan, ketergantungan, kurangnya tidak berguna lagi, 10 lansia mengalami
kepercayaan diri pada lansia dan keterlantaran kesepian karena kematian pasangan hidup
yang nantinya lansia menjadi walaupun kebutuhannya tercukupi, 3 lansia
depresi.Perubahan psikososial yang dialami menderita penyakit kronis sehingga
lansia dapat diukur melalui produktivitas dan menghambat lansia untuk bersosial.
identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
pekerjaan pada masa pensiun (purna tugas). tertarik ingin melakukan penelitian karena
Seseorang akan mengalami kehilangan, seperti penting untuk diteliti tentang “Hubungan
kehilangan finansial (pendapatan berkurang), Status Psikososial Dengan Kualitas Hidup
kehilangan status pekerjaan (dulu mempunyai Lansia di Desa Blorok Kecamatan Brangsong
jabatan atau posisi yang cukup tinggi dan Kabupaten Kendal”.
lengkap dengan fasilitasnya), kehilangan
teman, rekan kerja, kenalan, kehilangan METODE
pekerjaan atau kegiatan dan merasakan serta Jenis penelitian ini menggunakan desain
sadar akan kematian, perubahan cara hidup, penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
biaya pengobatan yang kian bertambah, adanya deskriptif korelasional dengan pendekatan
penyakit kronis yang diderita, dan Cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
ketidakmampuan, serta timbulnya kebutaan, adalah lansia yang ada di Desa Blorok
ketulian, gangguan gizi akibat kehilangan Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
jabatan, dan rangkaian kehilangan seperti sebanyak 170 lansia.. Teknik sampling dalam
kehilangan hubungan dengan teman, keluarga, penelitian ini adalah menggunakan purposive
hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik sampling. Alat penelitian ini menggunakan
berpengaruh terhadap gambaran diri, kuesioner. Analisis data menggunakan
perubahan konsep diri, (Nugroho (2008). univariat dan bivariat.

Hal ini juga didukung oleh penelitian


Wikananda (2015) menyatakan perubahan
kualitas hidup cenderung mengarah ke arah
yang kurang baik, yang dihubungkan dengan
lingkungan sosial, ekonomi lansia seperti
berhenti bekerja karena pensiun, kehilangan
anggota keluarga, teman dan ketergantungan
kebutuhan hidup. Masalah tersebut yang
nantinya mengarah pada kondisi psikososial
lansia Perubahan kondisi psikososial yang
dialami lansia harus mendapatkan perhatian
atau penanganan serius. Perubahan yang terjadi
akan berdampak pada gangguan keseimbangan
yang nantinya membawa lansia kearah negatif,
kerusakan, atau kemerosotan, serta perubahan
HASIL
4

Karakteristik Lansia
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden
Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
Usia
60-69 tahun (Lansia Muda) 146 85,9
70-79 tahun (Lansia Madya) 21 12,4
>80 tahun (Lansia Tua) 3 1,8
Total 170 100,0
Jeniskelamin
Laki-laki 57 33,5
Perempuan 113 66,5
Total 170 100,0
Pendidikan
Tidak sekolah 35 20,6
SD 100 58,8
SMP 30 17,6
SMA 5 2,9
Total 170 100,0
Tempat tinggal
Sendiri 24 14,1
Bersama Keluarga 146 85,9
Total 170 100,0
Status Psikososial
Tidak sehat 58 34,1
Sehat 112 65,9
Total 170 100,0
Kualitas hidup
Kurang baik 47 27,6
Baik 123 72,4
Total 170 100,0

Tabel 1 menunjukan frekuensi berdasarkan keluarga sebanyak 146 responden (85,9%).


usia lansia mayoritas berusia 60-69 tahun Frekuensi berdasarkan variabel status
(lansia muda) sebanyak 146 responden psikososial mayoritas lansia yang tidak
(85,88%), berjenis kelamin perempuan mengalami masalah status psikososial
sebanyak 113 (66,47%), frekuensi berdasarkan sebanyak 112 responden (65,88%). Frekuensi
pendidikan mayoritas berpendidikan SD kualitas hidup mayoritas lansia mempunyai
sebanyak 100 responden (58,82%), dengan kualitas hidup baik sebanyak 123 responden
mayoritas tempat tinggal lansia bersama (72,35%).
.
Tabel 2
Hubungan status psikososial dengan kualitas hidup lansia
Kualitas Hidup Total P
Kurangbaik Baik value
Status Tidak 29 29 58 0,000
Psikososial Sehat 17,1% 17,1% 34,1%
Sehat 18 94 112
10,6% 55,3% 65,9%
Total 47 123 170
27,6% 72,4% 100,0%
5

Dari 112 responden yang memiliki psikososial menurunkan kerentanan terhadap penyakit
sehat diantaranya 94 (55,3%) responden tertentu, yang pada umunya kuaitas hidup
memiliki kualitas hidup baik, Sedangkan 58 menurun dengan meningkatnya usia. Hasil
(34,1%) responden yang memiliki psikososial penelitian Indriani (2017) tentang hubungan
tidak sehat, 29 (17,1%) responden diantaranya tingkat ketergantungan lansia dalam
memiliki kualitas hidup kurang baik. beraktivitas sehari-hari dengan kualitas hidup
lansia di Desa Tempel- Bumiayu Kecamatan
Hasil uji korelasi bivariat Sperman didapat Weleri menyimpulkan bahwa lansia yang
koefisiensi korelasi antara kondisi psikososial berusia 60-74 tahun rentan mengalami masalah
dengan kualitas hidup lansia diketahui bahwa psikososial karena proses menua.
nilai signifikansi p value = 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (α <0,05) sehingga Ha diterima Hasil penelitian menunjukkan jumlah
artinya ada hubungan yang signifikan. perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Berdasarkan hasil r hitung didapatkan hasil yaitu berjumlah 113 orang responden (66,5%).
sebesar 0,360 artinya terdapat hubungan yang Data dari Population Reference Bureau (2011)
linear positif atau hubungan cukup kuat antara juga menunjukkan bahwa usia harapan hidup
status psikososial dengan kualitas hidup lansia. perempuan lebih panjang dibandingkan laki-
Sehingga kondisi psikososial seseorang dalam laki, maka jumlah penduduk lanjut usia
keadaan baik, maka akan mempengaruhi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
kualitas hidup menjadi baik. laki. Hal ini menunjukkan lansia perempuan
lebih baik kualitas hidupnya dibandingkan
lansia laki-laki
PEMBAHASAN
Karakteristik Lansia Hasil penelitian didapatkan mayoritas kualitas
Mayoritas responden berusia 60-69 tahun hidup lansia perempuan yakni sebesar 84
(85,9%).Sesuai dengan pendapat Darmojo responden dengan kualitas hidup baik. Sesuasi
(2014) dalam Dian, (2019), dimana sekarang dengan pernyataan Monks (2013) bahwa
ini umur harapan hidup orang Indonesia sudah gender adalah salah satu faktor yang
naik, bisa sampai 60-69 tahun. Hasil ini mempengaruhi kualitas hidup. Adanya
mendukung pernyataan Butar (2012) yang perbedaan antara perempuan dan laki-laki,
menyatakan bahwa pada umumnya kualitas dimana kualitas hidup perempuan cenderung
hidup menurun dengan meningkatnya usia. lebih baik daripada kualitas hidup laki-laki.
Monks (2013) juga mengatakan bahwa usia
adalah salah satu factor yang mempengaruhi Pendidikan responden, didapatkan bahwa
kualitas hidup. sebagian besar responden berpendidikan SD
yaitu 100 orang responden (58,8%). Hal
Usia lansia mengalami proses penuaan yang tersebut menunjukkan bahwa tingkat
tidak dapat dihindarkan. Lansia mengalami pendidikan lansia mayoritas masih rendah.
berbagai kemunduran fungsi dari berbagai Pendidikan merupakan modal dalam
organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel pengembangan kognitif, kognitif dapat
karena proses menua, sehingga produksi menjadi mediator antara suatu kejadian dan
hormon, enzim, dan zat-zat yang diperlukan perasaan, sehingga kurangnya pendidikan
untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang dapat menjadi salah satu faktorlansia
(Maryam, 2011). Penelitian Maya (2017) menderita masalah psikososial (Khan, 2009).
menemukan adanya perbedaan yang terkait
dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian
yang penting bagi individu. Lansia yang dalam Dian, (2019) tentang hubungan sindrom lemah
usia masih muda mempunyai harapan hidup dengan kualitas hidup lansia dimana mayoritas
yang lebih tinggi, sebagai tulang punggung pendidikan lansia yang tinggal di Desa Sumur
keluarga, sementara yang tua menyerahkan berpendidikan SD yaitu sebanyak 57,7%.
keputusan pada keluarga atau anak-anaknya Semakin tinggi tingkat pendidikan akan
(Butar, 2012). semakin meningkat kualitas hidup, hal ini
dikarenakan pendidikan merupakan faktor
Usia berkaitan dengan kualitas hidup lansia penting sebagai dasar untuk dapat mengerti
karena usia dapat meningkatkan atau tentang penyakit dan pengelolaannya, sehingga
6

dapat meningkatkan kualitas hidup Status Psikososial lansia


(Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
170 responden diperoleh bahwa mayoritas
Beck (1997) dalam Stewart (2014) responden memiliki kondisi kesehatan
menyebutkan bahwa secara umum diketahui psikososial sehat, yaitu sebanyak 112 orang
pendidikan merupakan modal awal dalam responden (65,9%). Perubahan psikososial
pengembangan kognitif, dimana kognitif dapat merupakan tekanan mental (stressor
menjadi mediator antara suatu kejadian mood, psikososial) sehingga sebagian individu dapat
sehingga kurangnya pendidikan dapat menjadi menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan
faktor resiko lansia menderita masalah berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya
psikologis. Hasil penelitian didapatkan 100 (Fatimah, 2010). Hasil yang sama juga
responden bahwa lansia yang bersekolah diperoleh dari penelitian Maya (2017) tentang
hingga lulus SD lebih tinggi dibandingkan hubungan antara kondisi kesehatan psikososial
lansia yang menempuh pendidikan hingga dengan tingkat kemandirian aktivitas lansia
lulus SMP. mayoritas responden memiliki kondisi
kesehatan psikososial sehat yaitu sebanyak 96
Sebagian besar responden bertempat tinggal responden. Hal ini dikarenakan responden
bersama keluarga yaitu sebanyak 146 yang ditemukan mayoritas tinggal bersama
responden (85,9%). Lingkungan tempat tinggal keluarga.Berkumpul bersama keluarga yang
merupakan salah satu faktor lain yang terdapat anak, cucu merupakan support system
mempengaruhi kualitas hidup lansia (Lestari, yang paling utama bagi lansia, dimana
2017).Hasil yang sama juga diperoleh dari keluarga dapat membantu lansia menghadapi
penelitian Putri, Fitriana, Ningrum dan Sulastri masalah kesehatannya termasuk masalah
(2014 ) tentang perbedaan kualitas hidup lansia psikososialnya.
yang tinggal bersama keluarga dan panti
dimana mayoritas lansia bertempat tinggal Penelitian ini menunjukkan mayoritas lansia di
bersama keluarga yaitu sebanyak (65,0%). sayangi dan dicintai oleh keluarganya, selain
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian itu lansia juga mengatakan bahwa kehidupan
Ermawati, (2010) yang menyebutkan lansia sekarang menyenangkan karena bisa
yang tinggal di masyarakat memiliki kedekatan berkumpul bersama keluarga.Lansia juga
dengan keluarga, dimana keluarga merupakan mempunyai tempat untuk bberkeluh kesah
sumber dukungan emosional. Dukungan yang serta merasa sangat di pedulikan di lingkungan
diterima dari berbagai pihak tersebut akan rumahnya.Penelitian ini juga didukung oleh
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Maryah (2016) menunjukkan bahwa ada
Sebanyak 84 dari 170 lansia perempuan yang hubungan antara dukungan keluarga dengan
kualitas hidupnya baik mengatakan bahwa kemandirian lansia dalam pemenuhan
dukungan yang paling dibutuhkan saat masa kebutuhan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan
tua dan pesiun adalah dukungan serta perhatian teori Darmojo (2014) bahwa dukungan
keluarga, dimana lansia menganggap masa tua keluarga mempunyai peran penting dalam
adalah masa menurunnya kondisi kesehatan, menunjang kemandirian lansia. Karena
ekonomi. Hal ini lansia membutuhkan keluarga memiliki kedekatan dan keterikatan
dukungan keluarga dalam membantu baik fisik maupun emosional yang dapat
menghadapi masa tuanya. meningkatkan kualitas hidup lansia.

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang Hasil penelitian ini juga didukung oleh
diberikan keluarga kepada lansia, dimana Mendoko (2017) mengenai perbedaan status
dukungan ini sangat dibutuhkan lansia selama psikososial lansia yang tinggal di Panti dengan
menjalani kehidupannya sehingga lansia yang tinggal bersama keluarga, yang
merasa diperhatikan dan dihargai.Sebagaimana menunjukkan bahwa lingkungan tempat
penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2011), tinggal yang berbeda mengakibatkan
dalam penelitiannya tentang hubungan fungsi perubahan peran lansia dalam menyesuaikan
keluarga dan kualitas hidup lansia juga diri. Lansia yang tinggal bersama keluarga di
menunjukkan hasil bahwa lansia dengan fungsi rumah secara fisik, psikologis, dan
keluarga yang baik memiliki kualitas hidup kepuasannya terhadap lingkungan lebih tinggi
yang baik pula. daripada lansia yang tinggal di Panti, hal ini
7

dikarenakan lansia memiliki keterikatan mengalami penurunan fungsi serta rentan


dengan rumahnya, sehingga lansia merasa terhadap penyakit sehingga memicu
memiliki kontrol, rasa aman, dan perasaan terganggunya psikologi (Nugroho, 2008 dalam
yang positif dan lansia yang bertempat tinggal Dian 2019). Penelitian yang dilakukan oleh
di rumah mempunyai pertahanan koping yang Rohmah (2012) yang menyebutkan bahwa
baik dalam menghadapi suatu permasalahan faktor psikologi merupakan faktor yang paling
sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup dominan atau berpengaruh terhadap kualitas
lansia sendiri (Hutapea, 2007, dalam Maya hidup lansia.hal ini sejalan dengan teori yang
2017). dikemukakan oleh Felce dan Perry (1996)
dalam Rohmah (2012) yang menyebutkan
Kualitas Hidup Lansia faktor psikologis merupakan faktor penting
Penelitian yang dilakukan terhadap 170 orang bagi individu untuk melakukan kontrol
responden diperoleh bahwa sebagian besar terhadap segala sesuatu dalam hidupnya.
responden memiliki kualitas hidup baik, yaitu Apabila lansia mengalami gangguan psikologi
sebanyak 123 orang responden (72,4%). secara otomatis lansia akan mengalami
Kualitas hidup adalah tingkatan yang penurunan interaksi sosial. Oleh karena itu,
menggambarkan keunggulan seorang individu semakin baik psikologi pada lansia maka akan
yang dapat dinilai dari kehidupan mereka, semakin baik pula kualitas hidupnya.
dapat tetap merasa nyaman fisik, psikologis,
social, maupun spiritual, serta optimal Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas
memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan hidup lansia adalah faktor kesehatan fisik. Hal
dirinya maupun orang lain (Blane & ini disebabkan karena kesehatan fisik
Montgomery, 2008). Berdasarkan hasil data mencakup banyak hal yang meliputi kesehatan
kuesioner mayoritas responden yang berjenis organ-organ maupun sistem tubuh, dan
kelamin perempuan memiliki kualitas hidup terhindar dari penyakit.Oleh sebab itu,
yang baik dan lansia merasa cukup puas kesehatan fisik merupakan salah satu hal yang
dengan kesehatan serta tempat tinggal mereka berpengaruh terhadap kualitas hidup
juga pelayanan kesehatan yang disediakan, lansia.Faktor kesehatan fisik yang berpengaruh
sehingga lansia merasa aman dan nyaman terhadap kualitas hidup lansia juga ditunjukkan
(kuesioner WHOQOL). Ditinjau dari konteks oleh aktivitas fisik lansia.berdasarkan hasil
budaya dan system nilai dimana laki-laki serta studi, lansia yang aktif mengikuti kegiatan
perempuan itu tinggal dan berhubungan dan/atau program penunjang kesehatan fisik
dengan standar hidup, harapan kesenangan, seperti olahraga, serta aktivitas fisik lain
dan perhatian mereka (Papalia, 2014). cenderung memiliki kualitas hidup baik.

Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang Seiring dengan aktivitas fisik yang diikuti oleh
sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik lansia secara langsung akan mempengaruhi
individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan sosial lansia tersebut. Hubungan
hubungan individu dengan lingkungan atau faktor sosial dengan kualitas hidup lansia
perubahan kondisi fisik dapat berpengaruh berdasarkan hasil studi menunjukkan adanya
terhadap kualitas hidup lansia.Faktor kesehatan hubungan yang signifikan.Banyak lansia yang
fisik yang berpengaruh terhadap kualitas hidup kesusahan untuk berjalan sehingga membatasi
lansia ditunjukkan oleh aktivitas fisik lansia hubungan sosialnya dengan lingkungan
(Darmojo, 2014).Hal ini didapatkan hasil disekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian indikator angket sebagian dari lansia angket 95 dari 170 lansia menyatakan rasa
menyatakan kepuasan terhadap kesehatannya sakit fisik mencegah lansia dalam melakukan
sangat kurang. aktivitas sesuai kebutuhannya. Faktor
hubungan sosial di sini mencakup hubungan
Faktor psikologi merupakan faktor yang paling lansia dengan orang lain, kehidupan seksual
dominan dan memiliki pengaruh terbesar lansia, serta dukungan sosial yang diberikan
terhadap kualitas hidup lansia. Hal ini kepada lansia. hal-hal tersebut mempunyai
disebabkan karena psikologi dapat berdampak pengaruh besar terhadap kesejahteraan hidup,
terhadap banyak hal seperti kesehatan fisik, ketenangan batin, serta rasa aman.Hal tersebut
hubungan sosisal, serta lingkungan. Lansia dibuktikan dengan hasil angket bahwa
merupakan tahap dimana organ-organ tubuh sebagian lansia dari 170 responden
8

menyatakan kurang puas terhadap Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
kesehatannya dan menyatakan kurang puas Fitri (2011) di dapatkan hasil bahwa
dengan kehidupan seksualnya, serta lansia menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan
merasa kurang terhadap dukungan yang fisik akanmengakibatkan lansia secara
diberikan oleh teman disekitarnya. perlahan menarik diri dari hubungan dengan
masyarakat sekitar sehingga interaksi sosial
Hasil kuesioner didapatkan bahwa akses menjadi menurun. Interaksi sosial merupakan
terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan kebutuhan setiap individu sampai akhir hayat,
salah satu hal yang diperhatikan untuk termasuk lansia. Individu akan mengalami
menunjang kualitas hidup lansia.hasil kesepian (lonelinnes) ketika tidak memiliki
penelitian dikuatkan oleh Coons dan Kaplan lawan interaksi untuk berbagi masalah
(1994) dalam Larasati (2012) mengatakan (Annida, 2010).
bahwa setiap orang memiliki hidup yang
berbeda tergantung dari masing-masing Penelitian yang dilakukan oleh Tami (2014)
individu dalam menyikapi permasalahan yang menunjukkan bahwa interaksi sosial
terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, kualitas hidup lansia di Kecamatan
tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif Talamanrea. Penelitian ini menunjukkan 93
maka akan buruk pula kualitas hidupnya. dari 170 lansia menyatakan lebih suka tinggal
dirumah daripada pergi keluar rumah.
Hubungan psikososial dengan kualitas Penelitian serupa yang dilakukan oleh
hidup lansia Rahmianti (2014) menunjukkan adanya
Hasil penelitian hubungan status psikososial hubungan yang signifikan antara interaksi
dengan kualitas hidup lansia diperoleh angka sosial dengan kualitas hidup lansia Suku Bugis
korelasi sebesar 0,360 artinya tingkat kekuatan di Kelurahan Sapanang Kabupaten Pangkep.
hubungan (korelasi) antara variabel status Lansia perlu diberi kesempatan untuk
psikososial dengan kualitas hidup lansia sangat berkumpul dengan orang lain sehingga dapat
kuat. Hasil analisa hubungan dua variabel mempertahankan komunikasi, keterampilan,
tersebut memiliki nilai signifikasi p=0,000, serta menunda kepikunan. Lansia dengan
karena p=0,000 < 0,01 atau 0,05 maka ada keterlibatan sosial yang lebih besar cenderung
hubungan, artinya hipotesis dapat diterima. memiliki semangat dan kepuasan hidup sendiri
Hasil penelitian ini dikuatkan oleh penelitian sehingga mampu menunjang kualitas
Nugroho (2008) mengatakan bahwa perubahan hidupnya.
fungsi psikososial lansia berpengaruh terhadap
kualitas hidup lansia. Pendapat di atas sesuai dengan teori Burns
(2000) dalam Dian (2019) menyatakan bahwa
Maryam (2008) dalam Dian (2019) Perubahan fisiologis dan psikososial akan
menyebutkan bahwa lansia ditandai dengan sangat terlihat pada masa-masa lansia, semua
perubahan fisik maupun psikososial, yang akan perubahan tersebut akan mengakibatkan
mempengaruhi kehidupannya. Perubahan ini penurunan kualitas hidup pada lansia. Jadi
sangat berpengaruh pada kualitas manusia akan diliputi rasa khawatir apabila
hidupnya.Studi oleh Surprenant dan Neath memasuki masa lansia. Hurlock (2008),
(2007) dalam Dian (2019) menunjukkan mengatakan bahwa perubahan yang dialami
bahwa kualitas hidup lanjut usia dipengaruhi oleh setiap orang terutama pada lansia akan
oleh beberapa aspek, yaitu ekonomi, sosial dan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
psikososial. Lansia yang ekonominya memadai tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola
memiliki kualitas hidup tinggi, sedangkan hidupnya, bagaimana sikap yang ditujukan
lansia yang ekonominya rendah kualitas hidup apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal
juga rendah. Aspek sosial pada lansia yang ini tergantung dari pengaruh perubahan
sering bersosialisasi akan mengalami kualitas terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
hidup yang tinggi karena sering berbincang-
bincang sehingga terhibur dan tidak merasa
kesepian
9

SIMPULAN DAN SARAN Annida.(2010). Memahami kesepian.


Diperoleh tanggal 15 Januari 2020 dari
Simpulan http://repository.usu.ac.id
Karakteristik lansia mayoritas berusia 60-69
tahun (lansia muda) (85,9%), berjenis kelamin Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) .(2016).
perempuan sebanyak 113 orang (66,5), Jumlah Penduduk menurut Kelompok
berpendidikan SD sebanyak 100 oraang Umur, Jenis Kelamin, Provinsi dan
(58,8%), serta lansia yang bertempat tinggal Kabupaten/kota.
bersama keluarga sebanyak 146 (85,9%).
Mayoritas status psikososial lansia sehat Badan Pusat Statistik. (2018). Kabupaten
sebanyak 112 orang (65,9%). Mayorittas Kendal dalam Angka 2017. (2019
kualitas hidup lansia dalam kategori baik yaitu September 30) Available:
sebanyak 123 orang (72,4). Ada Hubungan http://kendalkab.bps.go.id.
Status Psikososial Dengan Kualitas Hidup
Lansia Di Desa Blorok Kecamatan Brangsong Badan Pusat Statistik. (2018). Provinsi Jawa
Kabupaten Kendal Dengan Nilai p=0,000 (p Tengah dalam Angka 2017. (2019
value ,0,05). September 30) Available:
http://jateng.bps.go.id
Saran
Lansia menerima keadaan penuaan dan selalu Burns, A., (2000). Pemberdayaan Wanita
proaktif terhadap kesehatan dirinya dengan Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
memeriksakan ke pelayanan kesehatan. Lansia Yayasan Essentia Media.
selalu aktif dalam melakukan kegiatan agar
terhindar dari perasaan bosan dan gelisah. Butar, A (2012). Karakteristik Pasien dan
Keluarga dengan lansia diharapkan selalu Kualitas Hidup Pasien gagal Ginjal
memberi dukungan positif dan merawat lansia Kronik yang menjalani terapi
dengan sabar serta penuh kasih sayang. Hemodialisa
Keluarga dapat menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan lansia, seperti mengantar ke Chaichanawirote, U. (2011). Quality of life of
posyandu lansia, menyediakan tongkat atau older adults: the influence of internal
alat bantu berjalan jika lansia mengalami and external factors. Case Western
hambatan berjalan agar merasa nyaman yang Reserve University
berdampak pada kualitas hidup lebih baik.
Darmojo, B. (2014). Geriatri (Ilmu Kesehatan
Lanjut Usia). Jakarta: Badan Penerbit
UCAPAN TERIMA KASIH FKUI
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Lansia Di Desa Blorok Kecamatan Brangsong Ekawati, (2014). Hubungan Antara Fungsi
Kabupaten Kendal yang telah berpartisipasi dan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
bersedia menjadi responden dalam pelaksanaan Lansia. Skripsi.Institut Ilmu Kesehatan
penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan Bhakti Wiyata, Kediri.
terima kasih kepada Kawi, SKM.,M.Kes,
selaku Ketua STIKES Kendal, Kepala Desa Fitri, A. (2011). Interaksi sosial dan kualitas
Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal hidup lansia. Medan: USU medan.
yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian, dan keluarga besar tercinta, serta Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga.
teman-teman seperjuangan khususnya PSIK Jakarta: EGC.
dan teman satu bimbingan.
Hurlock, B. Elizabeth, (2010). Psikologi
DAFTAR PUSTAKA Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi
Alimul Hidayat, A Aziz. 2007. Metode Kelima. Jakarta: Erlangga.
Penelitian Keperawatan dan Teknik Indriani, Rizki Wahyu. (2017). Hubungan
Analisis Data. Jakarta: Salemba Tingkat Ketergantungan Lansia
Medika Dalam Aktivitas Hidup Sehari-hari
10

Dengan Stres Keluarga Di Desa Nugroho.W. (2008). Keperawatan Gereontik


Tempel- Bumiayu Kecamatan Weleri Dan Geriatrik. EdisiKe 3. Jakarta:
Kabupaten Kendal. Jurnal Skripsi. EGC.
STIKES Kendal.
Nurhidayat, (2011). Pengalaman Lanjut Usia
Larasati, (2012). Kualitas HidupWanita Mendapatkan Dukungan Keluarga.
Menopause. Diambiltanggal 25 Januari Skripsi. Universitas Hasanudin,
2018 dari http://www.gunadarma.ac.id/ Makasar.
libary/.../artikel10504128.pdf
Osman,A: Jane, L;Courtney.L,et al. (2012).
Lestari, Bekti Wahyu. (2017). Hubungan The Depression Unxiety Stress Scales-
Dukungan Sosial Teman Sebaya 21 (DASS- 21): Further Examination
Dengan Depresi Pada Lansia Yang of Dimentions, Skill Reliability, And
Tinggal Di Panti Pelayanan Sosial Correlates. Jurnal Of Clinical
Lansia Cepiring Kabupaten Kendal. PsologiVol 68 ISSUE 12.online
Jurnal Skripsi. STIKES Kendal. library.Wiley.com

Lestari, Dian (2018). Hubungan Sindrom Papalia & Feldman. (2014). Perekambangan
Lansia Lemah Dengan Kualitas Hidup manusia. Jakarta: Salemba Humanika
Lansia. Skripsi. STIKES Kendal.
Population Reference Bureau (2011).World
Lilik, Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Population Data Sheet. Diperoleh pada
Usia. Yogyakarta: Graha Mulia tanggal 2 Februari 2018 dari
http://www.prb.org/Data
Maryah, V. (2016). Hubungan dukungan finder/Geography/Data.aspx?loc=395
keluarga dengan kemandirian lansia
dalam pemenuhan aktivitas sehari- Rohmah et al. (2012).Kualitas Hidup Lansia.
hari di Kota Malang.Diperoleh tanggal Jurnal Keperawatan, 2 (3), 120-132
30 Januari 2018 dari https://publikasi.
unitri.ac.id/index.php/fikes/article/vie Sutikno, E. (2011). Hubungan antara Fungsi
w/428 Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Kedokteran Indonesia, 2 (1),
Maryam, (2011). Mengenal Usia Lanjut dan 73-76.
Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika. Tami, D.R., Bahar, B., Najamuddin, U. (2014).
Hubungan Pola Makan, Status Gizi,
Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan Interaksi Sosial dengan Kualitas
dan perawatannya. Jakarta: Salemba Hidup Lansia di Kecamatan
Medika. Tamalanrea.

Maya, Safitri. (2017). Hubungan antara United Nations Population Division.World


kondisi kesehatan psikososial dengan Population Prospects. The 2015
tingkat kemandirian dalam aktivitas Revision. New York: United Nations;
sehari-hari pada lansia.Jurnal Skripsi. 2015.
Universitas Riau.
WHO.(2010). Definition elderly people.
Mendoko, F. (2017). Perbedaan status Diperoleh pada tanggal 1 Oktokber
psikososial lansia yang tinggal di 2019 dari http://www.who.int/ageing
Panti dengan yang tinggal bersama
keluarga. Diperoleh tanggal 30 Yuliati, Emy. (2017). Faktor-Faktor Yang
Agustus 2017 dari Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j Lansia Di Desa Botomulyo Kecamatan
kp/issue/view/1541/showToc Cepiring Kabupaten Kendal. Jurnal
Skripsi. STIKES Kendal.

Anda mungkin juga menyukai