Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM

(Fluid Therapy (Terapi cairan))

Disusun Oleh :

Kelompok 1 B

Desi Setia Asih (1709010026)


Arif S. M. Koda (1709010028)
Devilia R. Athandau (1709010034)
Putri Belyutha A. Panie (1709010040)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Kasih-Nya sehingga kelompok 1, dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Fluid Therapy (Terapi Cairan)”.
Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Ilmu Bedah Umum yang
dikerjakan secara berkelompok. Dalam makalah ini mengenalkan tentang terapi cairan yang
meliputi distribusi cairan didalam tubuh hewan kesayangan (anjing/kucing), komposisi
cairan tubuh dalam setiap kompartemen, jenis-jenis dan komposisi terapi cairan, serta
indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari dosen
pengampu mata kuliah serta teman-teman mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Hewan Undana
dan pembaca pada umumnya demi kesempurnaan makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Fluid Therapy (terapi cairan)
dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca pada umumnya
untuk menambah pengetahuan.

Kupang, 14 November 2019

Penulis

i
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1-2
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1 - 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3 - 16
2.1 Distribusi cairan didalam tubuh hewan kesayangan............................. 3 - 5
2.2 Komposisi cairan tubuh dalam setiap kompartemen............................. 5 - 8
2.3 Jenis-jenis dan komposisi terapi cairan................................................... 8 - 14
2.4 Indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh........................................ 14 - 16
BAB III PENUTUP................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak dipelihara baik
diseluruh dunia maupun di Indonesia. Karena itu masalah kesehatan anjing sering
mendapat perhatian. Salah satunya adalah masalah dehidrasi, karena pada dasarnya
dehidrasi bukan sebuah penyakit tetapi merupakan gejala klinis dari beberapa penyakit
(Sari, R., 2009)
Dehidrasi merupakan suatu gangguan kesetimbangan cairan tubuh karena
pengeluaran cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air melebihi
pemasukan, sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Gangguan kehilangan cairan
tubuh dapat disertai gangguan keseimbangan elektrolit tubuh atau asam basah tubuh,
seperti kasus muntah, diare dan poliuria akibat diuretik maupun defisiensi aldosteron.
Selain itu, dapat juga karena kekurangan asupan air minum, luka bakar yang luas serta
hidropascites. Berkurangnya volume cairan tubuh pada umumnya terjadi pada cairan
ekstraseluler. Kondisi ini biasa disebut hipovolemia, yaitu suatu kondisi yang ditandai
berkurangnya cairan isotoonik dalam plasma. Dalam kondisi lebih lanjut hewan dapat
mengalami hiponatremia yakni kondisi kekurangan ion natrium. Dehidrasi ditandai
dengan kekurangan air disebut dehidrasi primer atau stadium permulaan. Dan akan
diikuti dengan rendahnya kadar sodium, disebut dehidrasi sekunder. Hal ini mengingat
dalam perkembangannya tubuh kehilangan cairan elektrolit tubuh (Haskins, 2005).
Tanpa asupan air yang cukup anjing dapat mengalami dehidrasi, diikuti berbagai
masalah kesehatan yang serius. Mengingat air sangat penting bagi tubuh, mendinginkan
tubuh anjing dan membawa nutrisi keseluruh sel tubuh. Hampir ¾ berat badan anjing
meruopakan cairan tubuh, sehingga kehilangan cairan 15% dapat mengakibatkan
kematian. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai terapi cairan bagi
hewan kesayangan berdasarkan indikasi yang dialami hewan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana distribusi cairan didalam tubuh hewan kesayangan (anjing/kucing)?
2. Bagaimana komposisi cairan tubuh dalam setiap kompartemen

1
3. Jelaskan jenis-jenis dan komposisi terapi cairan !
4. Sebutkan dan jelaskan indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh !
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan meemahami
tentang distribusi cairan didalam tubuh hewan kesayangan (anjing/kucing), komposisi
cairan tubuh dalam setiap kompartemen tubuh, jenis-jenis dan komposisi terapi cairan,
serta indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh bagi hewan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Distribusi cairan didalam tubuh hewan kesayangan (anjing/kucing)


Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut dan medium pertahanan yang
mendukung eksistensi dan fungsi protoplasma. Gangguan cairan tubuh pada umumnya
meliputi (1) Ketidakseimbangan volume isotonik (hipovolemia-hipervolemia) terutama
cairan ekstraseluler (2) ketidakseimbangan osmotik terutama oleh bertambah atau
berkurangnya Na+ dan air sehingga mempengaruhi cairan intraseluler (3) perubahan
komposisi cairan ekstraseluler berupa kelebihan dan kekurangan elektrolit. Selain itu,
perubahan cairan tubuh juga dapat menyebabkan berkurang atau berlebihnya volume
airan ekstraseluler (Frandson 1996).
Dalam ilmu kesehatan menyatakan bahwa sekitar 60% dari berat tubuh hewan
dewasa berisikan air. Perkiraan total air dalam tubuh anjing dewasa yang tidak kurus
maupun obesitas adalah 534 hingga 660 mL/kg. Begitupun juga total air dalam tubuh
kucing dewasa ditentukan sekitar 60%. Beberapa spesies dan individu memiliki variasi
total air dalam tubuh yang kemungkinan berkaitan dengan usia, jenis kelamin, dan
komposisi tubuh. Pada manusia, total air tubuh menurun seiring bertambahnya usia dan
lebih rendah pada wanita dari pada pada pria (Wellman, M., 2016).
Anjing dan kucing neonatal memiliki kadar total air dalam tubuh yang lebih tinggi
yakni 80% dari berat badan dari pada dewasa yang memiliki 60% dari berat badan air
dalam tubuh, dan penurunan terkait total air tubuh terkait usia pada anak anjing dan anak
kucing berlangsung selama 6 bulan pertama kehidupan. Total air tubuh adalah sekitar
70% dari total berat badan pada racing Greyhound dan kemungkinan karena kadar lemak
pada tubuh rendah. Karena lemak memiliki kadar air yang lebih rendah dari pada jaringan
tanpa lemak, kebutuhan cairan harus diperkirakan berdasarkan massa tubuh tanpa lemak
untuk menghindari overhidrasi, terutama pada pasien dengan insufisiensi jantung atau
ginjal serta pasien yang mengalami hipoproteinemia (Wellman, M., 2016).
Rumus untuk memperkirakan massa tubuh tanpa lemak didasarkan pada asumsi
bahwa : (1) Pada pasien hewan kecil normal, sekitar 20% dari berat badan adalah lemak,
(2) obesitas tidak wajar meningkatkan lemak tubuh hingga sekitar 30% dari berat badan,

3
dan (3) berat badan adalah estimasi dari massa tubuh tanpa lemak pada pasien kurus.
Rumusnya adalah demikian :
Berat badan normal x 0,8 = Masa tubuh tanpa lemak
Berat badan obesitas x 0,7 = Masa tubuh tanpa lemak
Berat badan kurus x 1,0 = Masa tubuh tanpa lemak

Berdasarkan lokasi dalam tubuh, cairan terbagi menjadi cairan intraselular yang
terdapat didalam sel dengan volume 2/3 dari volume total air tubuh dan cairan
ekstraselular yang terdapat diluar sel dengan volume 1/3 dari volume total air tubuh.
Fraksi ekstraselular terdiri atas cairan intravaskular (plasma) yang jumlahnya 1⁄4 dari
volume total ekstraseluler dan cairan interstitial dengan jumlah 3⁄4 dari volume total
cairan ekstraselular (Baldwin, 2001b). Cairan intraseluler terpisah dari cairan
ekstraseluler oleh membran plasma sel, sedangkan cairan interstitial dipisahkan dari
cairan intravaskular oleh dinding pembuluh darah (Willyanto, 2010).
Volume cairan yang bersirkulasi secara efektif dalam tubuh adalah cairan yang
terdapat dalam intravaskular (buluh darah). Volume cairan yang bersirkulasidipengaruhi
konsentrasi elektrolit, protein plasma, dan partikel lain yang berperan aktif dalam proses
osmosis, difusi dan pompa natrium-kalium (Einsteinet al., 1995; Hartanto, 2007).
Tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit setiap hari sebagai konsekuensi dari
metabolisme tubuh yang normal. Pengeluaran air dari tubuh melalui empat jalan yaitu :
1. Pengeluaran air melalui respirasi pada hewan terengah-engah seperti anjing. Pada
hewan lain sangat bervariasi tergantung atas jenis hewan
2. Air keluar melalui kulit, karena difusi dari permukaan dan keringat. Jumlah yang
keluar melalui keringat masing-masing hewan bervariasi tergantung atas jumlah
kelenjar keringat pada kulit
3. Keluar melalui feses, jumlahnya sangat sedikit dan pada masing-masing hewan
volume bervariasi tergantung atas diet yang diberikan
4. Keluar melalui urin (Hall, 1983; Lorenz et al 1987; Wingfield, 2009)

Elektrolit yang keluar dari tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan air (Willyanto,
2010). Jumlah cairan dan elektrolit yang hilang harus diganti setiap hari untuk
mempertahankan volume dan kandungan elektrolit tubuh yang normal. Air dan elektrolit

4
pengganti diperoleh dariair minum, air yang terkandung dalam makanan, dan air hasil dari
proses oksidasi karbohidrat, protein, dan lemak (Edney, 1983).
Air yang keluar melalui sistem respirasi, kulit, dan feses di ketahui sebagai
kehilangan cairan yang tidak dapat diukur secara akurat tetapi dapat diperkirakan
(insensible loss). Sedangkan air yang keluar melalui urine diketahui sebagai air yang
hilang yang dapat diukur secara akurat (Sensible loss). Sebagian besar volume air yang
keluar melalui urin (Wingfield 2009; Lorenz et al 1987). Kondisi klinis yang
menyebabkan kehilangan cairan diantaranya melalui gastrointestinal akibat muntah, diare,
drainase fistula, infeksi, obstruksi usus, demam, dan luka bakar (Bukowski dan Aiello,
2008; Pandey dan Singh, 2003; Heitz dan Horne, 2005).

2.2 Komposisi cairan tubuh dalam setiap kompartemen


Air adalah komponen utama dari semua cairan tubuh, yang didistribusikan ke
beberapa kompartemen yang berbeda secara fisik. Cairan tubuh di setiap kompartemen
seimbang dengan cairan di kompartemen lain dengan berbagai mekanisme melintasi
berbagai macam membran untuk mempertahankan homeostasis. Volume cairan di
masing-masing kompartemen telah diperkirakan menggunakan berbagai teknik
pengenceran isotop atau pewarna dan menghitung volume distribusinya. Hasilnya
dinyatakan sebagai persentase dari berat badan, yang mudah diukur ketika menghitung
kebutuhan terapi cairan, atau sebagai persentase dari total air tubuh, yang merupakan
konsep yang berguna dari kompartemen cairan tubuh. Studi tentang kompartemen cairan
tubuh sering dilakukan pada hewan percobaan yang telah dianestesi, splenektomi, atau
nefrektomi. Data penelitian bervariasi dengan protokol yang digunakan dan dengan
demikian hanya memberikan perkiraan ukuran kompartemen cairan pada hewan terjaga
yang sehat (Wellman, M., 2016).
Volume cairan terbesar dalam tubuh adalah di dalam sel (Gambar 1).
Kompartemen cairan intraseluler (ICF) terdiri atas sekitar 40% dari berat badan (2/3 dari
total air tubuh). Komposisi ICF sangat berbeda dengan kompartemen cairan ekstraseluler
(ECF) (Gambar 2). Homeostasis intraseluler dikelola oleh pergeseran dalam air, zat
terlarut, dan banyak zat lainnya melintasi membran sel (Wellman, M., 2016).

5
Gambar 1. Kompartemen total air tubuh dinyatakan dalam persentase berat badan
dan total air tubuh pada anjing 10 kg dan kucing 5 kg.

Gambar 2. Nilai rata-rata untuk konsentrasi


elektrolit cairan ekstraseluler dan
intraseluler. Terdapat perbedaan
konsentrasi yang ditandai untuk
banyak elektrolit.

6
Setiap cairan yang tidak terkandung di dalam sel berada di kompartemen cairan
ekstraseluler (sekitar 1/3 dari total air tubuh). Pergeseran fluida yang terjadi selama
perubahan hidrasi dapat memiliki efek terhadap ECF, dan pada sebagian besar kejadian
penyakit, kehilangan cairan terjadi awalnya dari ECF. Sebagai contoh, diare pada volume
yang besar, cairan gastrointestinal hilang; pada gagal ginjal, volume besar ECF dapat
diekskresikan. Kehilangan cairan sering diobati dengan menggunakan cairan parenteral,
yang awalnya memasuki ECF. Oleh karena itu, penting untuk dapat memperkirakan
volume kompartemen ECF dan volume cairan yang hilang untuk memulai penggantian
cairan yang tepat dan memantau terapi cairan (Wellman, M., 2016).
Perkiraan ECF bervariasi secara dramatis dengan berbagai indikator yang
digunakan. Volume ECF yang dilaporkan untuk hewan dewasa, baik anjing dan kucing
yang sehat yakni bervariasi antara 15% dan 30% dari berat badan. Kisaran luas perkiraan
volume ECF kemungkinan hasil dari berbagai teknik yang digunakan untuk mengukur
ruang dan heterogenitas ECF, yang termasuk cairan interstitial (ISF), plasma, dan cairan
transeluler. Dari sudut pandang fisiologis dan berdasarkan berbagai penelitian
menggunakan berbagai indikator, perkiraan ECF paling akurat pada anjing dewasa adalah
27% dari berat badan tanpa lemak. Namun, distribusi cairan tubuh yang lebih mudah
diingat adalah dengan aturan 60:40:20 yakni 60% dari berat tubuh adalah air, 40% dari
berat tubuh adalah ICF, dan 20% dari berat tubuh adalah ECF. Banyak dokter hewan
menggunakan 20% sebagai perkiraan untuk ECF ketika menghitung kebutuhan terapi
cairan untuk pasien (Wellman, M., 2016).
Cairan yang diproduksi oleh sel-sel khusus untuk membentuk cairan
serebrospinal, cairan gastrointestinal, empedu, sekresi kelenjar, sekresi pernapasan, dan
cairan sinovial berada dalam kompartemen cairan transelular, yang diperkirakan sekitar
1% dari berat badan (sekitar 2% dari total air tubuh) . Jaringan ikat padat, tulang, dan
tulang rawan mengandung sekitar 15% dari total air tubuh. Namun, jaringan ini bertukar
cairan secara perlahan dengan kompartemen lain. Dengan demikian, distribusi total air
tubuh yang lebih sederhana yang sering digunakan untuk terapi cairan adalah sebagai
berikut :
a. ICF adalah sekitar ⅔ dari total air tubuh
b. ECF kira-kira ⅓ dari total air tubuh

7
c. ISF (include interstitial fluid) kira-kira ¾ dari ECF
d. Cairan intravaskular kira-kira ¼ dari ECF
Meskipun cairan tubuh secara sederhana dikonseptualisasikan secara anatomis
dalam berbagai kompartemen, air dan zat terlarut berada dalam keseimbangan dinamis
melintasi membran sel, endotel kapiler, dan sel-sel lapisan khusus. Cairan dan elektrolit
bergeser di antara kompartemen untuk mempertahankan homeostasis dalam setiap
kompartemen. Konsentrasi zat tertentu mungkin serupa atau sangat berbeda di antara
berbagai kompartemen cairan. Selama penyakit berlangsung, volume cairan dan
konsentrasi zat terlarut dapat berubah secara dramatis. Kehilangan atau perolehan cairan
atau elektrolit dari satu kompartemen kemungkinan akan mengubah volume dan
konsentrasi terlarut dari kompartemen lain (Wellman, M., 2016).

2.3 Jenis-jenis dan komposisi terapi cairan


Salah satu kegunaan paling umum dari terapi cairan adalah untuk mendukung
pasien selama periode per-anestesi. Keputusan tentang akan memberikan jenis cairan dan
volume cairan selama anestesi tergantung pada banyak faktor, termasuk sinyalemen
pasien, kondisi fisik, dan lama serta jenis prosedur. Keuntungan menyediakan terapi
cairan perianestetik untuk hewan sehat menurut Cavanaugh T. Michael. 2013 meliputi :

 Memperbaiki kehilangan cairan dalam tubuh, mensuport kerja kardiovaskular, dan


kemampuan untuk mempertahankan keseluruhanvolume cairan tubuh selama periode
anestesi yang lama.
 Melawan dampak fisiologis potensial yang terkaitdengan agen anestesi (mis.,
hipotensi, vasodilatasi)
 Aliran cairan yang kontinyu melalui IV kateter mencegah pembentukan bekuan di
kateter dan memungkinkan tim dokter hewan untuk dengan cepat mengidentifikasi
masalah dengan kateter sebelum berlanjut ke dalam keadaan darurat.

Saat memilih cairan untuk perawatan penyakit tertentu, petugas harus hati-hati
pertimbangkan penyakit pada hewan tersebut bersifat primer dan sekunder, status
metabolisme dan asam-basa, dan adanya kondisi mendasar seperti insufisiensi jantung

8
atau ginjal atau vaskulitis dapat memengaruhi kemampuan hewan untuk merespons
pilihan terapi (Cavanaugh T. Michael. 2013).

1. Kristaloid
Cairan kristaloid pada dasarnya adalah larutan air dengan berbagai bentuk
elektrolit atau garam atau kristal gula. Cairan kristaloid dikategorikan menurut
osmolalitasnya relatif terhadap plasma. Elektrolit dapat bergerak melintasi membran
semipermeabel atau penghalang dengan proses osmosis. Dalam banyak kasus,
elektrolit akan menurunkan gradien konsentrasi dari area dengan konsentrasi lebih
tinggi ke area dengan konsentrasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, konsentrasi
partikel yang aktif secara osmotik di cairan kristaloid akan mempengaruhi jumlah
cairan yang disimpan dalam kompartemen intravaskular setelah administrasi
intravena (Mazzaferro Elisa. 2013).

Gambar 3. Kristaloid mengandung cairan dengan


berbagai macam konsentrasi seperti
sodium, chloride, dextrose, buffer,
calcium, magnesium, dan potassium
(Mazzaferro Elisa. 2013).

Cairan kristaloid isotonik memiliki osmolalitas yang sama dengan plasma


dan kompartemen ekstraseluler. Cairan dengan tonisitas lebih rendah dari ruang
ekstraseluler disebut hipotonik, dan dapat menyebabkan masuknya cairan ke
dalam sel darah merah dan karenanya hemolisis (Mazzaferro Elisa. 2013).

9
A. Buffer
Buffer adalah senyawa yang dikonversi atau dimetabolisme dalam
tubuh menjadi bikarbonat. Bikarbonat adalah penyangga utama dalam tubuh
yang membantu mengontrol pH darah. Laktat adalah penyangga yang
dikonversi menjadi bikarbonat oleh hati yang berfungsi normal.Dalam kasus
disfungsi hati, bagaimanapun kemampuan hati untuk mengubah laktat menjadi
bikarbonat dapat berkurang. Dalam kasus seperti itu, disarankan menggunakan
kristaloid yang mengandung asetat atau glukonat, yang akandikonversi
menjadi bikarbonat diotot. Dalam beberapa kasus, seperti hipotensi yang
diinduksi anestesi, beberapa praktisi menghindari solusi yang mengandung
asetat karena keyakinan mereka bahwa asetat akan mempotensiasi hipotensi
(Mazzaferro Elisa. 2013).
Solusi Ringer Laktasi mengandung laktat sebagai buffer utama. Cairan
kristaloid lain seperti Plasmalyte mengandung asetat sebagai penyangga
utama. Kondisi medis yang menyebabkan asidosis metabolic idealnya harus
dirawat dengan cairan kristaloid yang mengandung beberapa buffer yang akan
dimetabolisme pada akhirnya menjadi bikarbonat(Mazzaferro Elisa. 2013).
B. Sodium
Sodium adalah kation ekstraseluler utama dalam tubuh. Konsentrasi
natrium normal adalah 140–150 mEq/L untuk anjing dan 150-160 mEq/L
untuk kucing. Kandungan natrium dari sebagian besar cairan kristaloid
isotonic berkisar dari 130 mEq/L hingga 154 mEq/L. Idealnya, konsentrasi
serum sodium tidak boleh diturunkan atau dinaikkan lebih dari 15 mEq dalam
periode 24 jam. Pemberian cairan yang mengandung natrium secara berlebihan
seperti saline normal (0,9%) untuk mengobati hiponatremia berat dapat
menyebabkan otak edema dan myelinolysis pontine sentral. Kondisi yang
menyebabkan hiperaldosteronemia dan retensi natrium, seperti gagal jantung
kongestif dan gagal hati, dapat mengambil manfaat dari infus cairan dengan
konsentrasi yang lebih rendah natrium, seperti 0,45% natrium klorida (NaCl),
atau 5% dekstrosa dalam air (Mazzaferro Elisa. 2013).

10
Cairan yang digunakan untuk menggantikan intravaskular dan defisit
volume interstitial harus mengandung 130–154 mEq/L natrium. Saline normal
(0,9%) adalah cairan kristaloid dengan konsentrasi natrium tertinggi (154 mEq
/ L), dan Ringer laktasi mengandung konsentrasi natrium terendah (130 mEq /
L). Saline hipertonik mengandung konsentrasi natrium suprafisiologis dan
sebagian besar digunakan untuk memperluas volume cairan intravaskular
dengan mengekstraksi cairan dari ruang interstitial. Seperti namanya
menyiratkan saline hipertonik memiliki tonisitas (1712 mOsm / L dalam 5%,
2567 mOsm/L dalam 7,5%) jauh lebih tinggi dari serum atau plasma. Infus
saline hipertonik membuat plasma hipertonik ke interstitium sekitarnya,
sehingga cairan bergerak dari interstitium ke ruang intravaskular untuk
mengurangi relative peningkatan osmolalitas serum (Mazzaferro Elisa. 2013).
C. Klorida
Klorida adalah anion ekstraseluler utama. Klorida dapat hilang dalam
muntah yang disebabkan oleh obstruksi saluran cerna bagian atas, atau dapat
juga hilang pada tinja diare. Karakteristik gangguan metabolisme dari
obstruksi saluran cerna bagian atas termasuk alkalosis metabolik
hipokloremik. Normal (0,9%) saline mengandung prafisiologis konsentrasi
klorida (154mEq/L), dan digunakan sebagai cairan pengganti klorida dalam
kasus hipokloremia (Mazzaferro Elisa. 2013).
D. Kalium
Kalium adalah anion intraseluler utama. Kalium serum dapat
meningkat karena dehidrasi parah, hipoadrenokortik, asidosis metabolik,
ketoasidosis diabetikum, dangagal ginjal. Insufisiensi ginjal juga dapat
menyebabkan berbagai tingkat hipokalemia. Sebagian besar penggantian dan
perawatan cairan kristaloid mengandung beberapa bentuk kalium tambahan.
Pada hewan dengan hiperkalemia, yang terbaik adalah menghindari pemberian
cairan yang mengandung kalium(Mazzaferro Elisa. 2013).
E. Kalsium
Kalsium adalah ion penting yang diperlukan untuk konduksi dan
koagulasi otot normal. Kalsium hadir dalam jumlah kecil dalam larutan Ringer

11
laktasi (3mEq/L). Dalam kasus eklampsia, misalnya, Ringer laktat mungkin
merupakan cairan yang lebih disukai untuk diberikan selain pengobatan
dengan kalsium 10% glukonat atau kalsium klorida (Mazzaferro Elisa. 2013).
F. Dextrose
Dextro yang mengandung cairan sebagian besar hipotonik
dibandingkan dengan plasma. D5W (5% dekstrosa dalam air) penambahan 5%
dekstrosa (50 mg dekstrosa/mL) membawa tonisitas cairan ke dalam kisaran
yang dapat diterima dan aman. Setelah diinfuskan, dekstrosa dengan cepat
dimetabolisme dan cairan yang tersisa di distribusikan kembali dalam
intravaskular, kompartemen cairan interstitial, dan intraseluler. Dextrose
mengandung cairan seperti D5W dan 0,45% NaCl dengan 2,5% dekstrosa
sering digunakan sebagai cairan perawatan di pengobatan ketoasidosis
diabetikum, gagal hati, penyakit jantung, dan beberapa infus produk obat-
obatan (Mazzaferro Elisa. 2013).

2. Koloid
Koloid adalah zat besar dengan berat molekul (misalnya, plasma, dekstran,
dan hetastarch) yang dibatasi ke kompartemen plasma karena ukuran mereka. Terapi
ini sering digunakan pada hewan shock atau yang parah hipoalbuminemia (yaitu,
serum albumin <1,5 g / dL); Namun, koloid harus digunakan dengan hati-hati karena
potensi hasil yang merugikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi dan volume
ekspansi intravaskular terkait dengan koloid buatan adalah spesies hewan, dosis,
formulasi koloid tertentu, status preinfusion volume intravaskular, dan permeabilitas
mikrovaskuler. Setelah administrasi, albumin cepat menghilang dari ruang
intravaskular; Namun, koloid sintetik mengandung molekul yang bervariasi dalam
berat molekul. Molekul yang lebih kecil dengan cepat diekskresikan, sedangkan
molekul yang lebih besar tetap dalam sirkulasi dan secara bertahap dihidrolisis atau
dihapus oleh sistem retikuloendotelial. Manfaat terapi koloid meliputi ekspansi
volume cepat dengan pemberian volume rendah dibandingkan dengan kristaloid.
Volume dihitung terapi kristaloid diperlukan dapat dikurangi dengan 40% sampai
60% bila diberikan bersamaan dengan koloid sintetik atau alami untuk mencapai hasil

12
yang diantisipasi sama. Kekurangan larutan koloid termasuk reaksi alergi mungkin,
gangguan ginjal mungkin, gangguan koagulasi, dan biaya meningkat. Volume
dihitung terapi kristaloid diperlukan dapat dikurangi dengan 40% sampai 60% bila
diberikan bersamaan dengan koloid sintetik atau alami untuk mencapai hasil yang
diantisipasi sama. Kekurangan larutan koloid termasuk reaksi alergi mungkin,
gangguan ginjal mungkin, gangguan koagulasi, dan biaya meningkat. Volume
dihitung terapi kristaloid diperlukan dapat dikurangi dengan 40% sampai 60% bila
diberikan bersamaan dengan koloid sintetik atau alami untuk mencapai hasil yang
diantisipasi sama. Kekurangan larutan koloid termasuk reaksi alergi mungkin,
gangguan ginjal mungkin, gangguan koagulasi, dan biaya meningkat(Fossum T.W.
2019).
Koloid buatan yang paling sering digunakan di Amerika Serikat adalah
hetastarch dan dextran 70.Dosis yang dianjurkan untuk kedua adalah 20 mL / kg per
hari.Semua koloid buatan yang umum digunakan dapat menyebabkan koagulasi
normal ketika dosis besar diberikan, ketika mereka diberikan berulang kali, atau
ketika ada berkurang degradasi intravaskular.koagulopati ini mungkin terkait dengan
penurunan faktor VIII dan faktor von Willebrand. The dekstran dengan berat molekul
rendah (misalnya, dekstran 40) mungkin terkait dengan gagal ginjal akut dan tidak
boleh digunakan(Fossum T.W. 2019).
Albumin memiliki berat molekul sekitar 69.000 Dalton dan yang paling sering
diberikan kepada pasien hewan kecil sebagai plasma disimpan atau FFP, disimpan
darah utuh, atau darah segar. Karena menyeimbangkan dengan ruang interstitial
cepat, volume relatif besar harus diberikan untuk mencapai kenaikan berkelanjutan
dalam koloid plasma tekanan osmotik (COP). Plasma dapat diberikan pada tingkat 4
sampai 6 mL/menit dalam krisis hipovolemik akut, sedangkan pada pasien
normovolemic, plasma dapat diberikan pada 6-22 mL/kg selama 24 jam (Fossum
T.W. 2019).
Human serum albumin (HSA) dapat digunakan untuk ekspansi volume tetapi
lebih sering dimanfaatkan untuk pengobatan hipoalbuminemia berat.
Hipoalbuminemia sering merupakan konsekuensi dari penyakit kritis dan
berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas baik pada manusia dan

13
anjing. HSA telah terbukti efektif meningkatkan serum albumin, total padatan, dan
COP pada anjing yang sakit kritis. Namun, administrasi HSA adalah kontroversial
karena telah (jarang) dikaitkan dengan efek samping yang serius, termasuk kematian.
Ada data variabel dalam literatur kedokteran hewan mengenai kejadian komplikasi
dengan penggunaan HSA, dengan rendahnya jumlah reaksi yang merugikan ringan
dilaporkan dalam beberapa penelitian dan beberapa komplikasi serius yang berpotensi
disebabkan administrasi HSA dalam tubuh orang lain. Selain itu, HSA telah terbukti
sangat antigenik pada anjing sakit dan normal, dan menyajikan risiko yang signifikan
jika diberikan lebih dari sekali. Tujuan untuk administrasi ASM pada anjing adalah
untuk meningkatkan albumin serum untuk 2,0-2,5 g/dL dan COP ke 14 sampai 20
mmHg (Fossum T.W. 2019).

2.4 Indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh


Adapun indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh berdasarkan produknya pada
hewan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Indikasi dan penggunaan terapi cairan tubuh
Produk Indikasi Jumlah Pemberian (Dosis)
Kristaloid Isotonik Shock Anjing : Hingga 90 ml/kg
Solution Dehidrasi kucing : hingga 60 ml/kg
Maintenance tingkat maintenance sekitar 66 ml/kg/hari
untuk anjing dengan berat 10 kg, anjing
yang lebih besar membutuhkan lebih
sedikit (contoh 44 ml/kg/hari untuk
anjing dengan berat 40 kg) dan anjing
yang lebih kecil membutuhkan lebih
banyak (misal : 81 ml/kg/hari untuk
anjing dengan berat 5 kg)
Hetastarch Shock Anjing : 10-20 ml/kg/jam (Shock)
Hypoalbuminea kucing : 10-15 ml/kg/jam (Shock)
5-10 ml/kg (dapat diulangi) atau laju
konstan infuse (1-2 ml/kg/jam) hingga 20

14
ml/kg/hari (hypoalbuminea)

Pentastarch Shock Anjing : 10-20 ml/kg/jam (Shock)


Hypoalbuminea Kucing : 10-15 ml/kg/jam (Shock)
5-10 ml/kg (dapat diulangi) atau laju
konstan infus (1-2 ml/kg/jam) hingga 20
ml/kg/hari (hypoalbuminea)
Serum albumin Shock 5-25 ml/kg; volume maksimal
manusia 25 % Hypoalbuminea 2-4 ml /kg (bolus atau dorongan pelan)
0.1-1.7 ml/kg/jam sebagai laju konstan
infus
Saline hipertonik 7 Shock 4 ml/kg hingga 5 menit, kemudian
% Hypoalbuminea berikan kristaloid isotonik (10-20
ml/kg/jam) untuk memberikan efek
Darah Segar Anemia 10-20 ml/kg; pada umumnya, 2 ml/kg
Hemoragi akan meningkatkan PCV (hematokrit)
Koagulopati sebesar 1 %
Shock Untuk shock : 22 mg/kg/hari
(maksimum)
Darah yang Anemia 10-20 ml/kg; pada umumnya, 2 ml/kg
disimpan Hemoragi akan meningkatkan PCV (hematokrit)
sebesar 1 %
Sel darah merah Anemia 6-10 ml/kg dan nilai kembali PCV
yang dikemas Hemoragi (hematokrit) untuk menentukan jika lebih
banyak yang dibutuhkan, pada umumnya
1 ml/kg akan meningkatkan PCV sebesar
1%
Plasma kaya Trombositopenia 1 unit/3-10 kg
trombosit Koagulopati
plasma darah segar Koagulopati 10-20 ml/kg; kemudian nilai kembali
yang dibekukan Hipoproteinemia serum albumin atau Antitrombin III

15
DIC untuk menentukan apakah lebih banyak
yang dibutuhkan
Cryoprecipitate Penyakit Von 1 unit/5-15 kg
Willebrand
Hemofilia
Oxyglobin Anemia Anjing : 15-30 ml/kg pada tingkat
Shock maksimum dari 10 ml/kg/jam
Kucing : 5-10 ml/kg pada tingkat
maksimum dari 5 ml/kg/jam

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut dan medium pertahanan yang mendukung
eksistensi dan fungsi protoplasma.
2. Dalam ilmu kesehatan menyatakan bahwa sekitar 60% dari berat tubuh hewan dewasa
berisikan air. Perkiraan total air dalam tubuh anjing dewasa yang tidak kurus maupun
obesitas adalah 534 hingga 660 mL/kg. Volume cairan terbesar dalam tubuh adalah di
dalam sel
3. Distribusi cairan tubuh yang lebih mudah diingat adalah dengan aturan 60:40:20 yakni
60% dari berat tubuh adalah air, 40% dari berat tubuh adalah ICF, dan 20% dari berat
tubuh adalah ECF.
4. Kegunaan paling umum dari terapi cairan adalah untuk mendukung pasien selama
periode per-anestesi. Keuntungan menyediakan terapi cairan perianestetik untuk
hewan sehat adalah untuk : 1) memperbaiki kehilangan cairan dalam tubuh, mensuport
kerja kardiovaskular, dan kemampuan untuk mempertahankan keseluruhanvolume
cairan tubuh selama periode anestesi yang lama. 2) Melawan dampak fisiologis
potensial yang terkaitdengan agen anestesi (mis., hipotensi, vasodilatasi). 3) Aliran
cairan yang kontinyu melalui IV kateter mencegah pembentukan bekuan di kateter dan
memungkinkan tim dokter hewan untuk dengan cepat mengidentifikasi masalah
dengan kateter sebelum berlanjut ke dalam keadaan darurat.
5. Jenis terapi cairan terbagi atas kristalois dan koloid
6. Masing terapi cairan bekerja terhadap indikasi yang berbeda serta cara penggunaannya
yang berbeda.

17
DARTAR PUSTAKA
Bukowski JA, Aiello SE. 2008. Dog and Cat Diarrhea. Vet-approved pet
information.http://webvet.com.

Baldwin K. 2001b. Fluid Therapy for the companion animal. Atlantic coast veteriner conference
(ACVC) http://www.vin.com.

Cavanaugh T. Michael. 2013. AAHA/AAFP Fluid Therapy Guidelines for Dogs and Cats.
Veterinary practice guidelines.

Einstein R, Jones RS, Knifton A, Starmer GA. 1995. Principles of veterinary therapeutics.
Longman Scientific & Technical. New York.

Edney ATB. 1983. Dog and Cat nutrition. Pergamon Press. New York.

Frandson, RD. 1996. Anatomi dan fisiolgi ternak Ed-4. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Fossum T.W. 2019.Small Animal Surgery Fifth Edition. Elsevier Moshy

Hall LW. 1983. Fluid therapy and intravenous nutrition. In Dog and Cat nutrition. Editor ATB
Edney. Pergamon Press. New York.

Haskins, S. 2005. Daily Fluid therapy dalam Urgency In Emergency: Emergency Medicine and
Critical Care Proceeding. Post Graduate Foudation in Veterinary Science, University
of Sydney. Australia. Halaman 295-304.

Mazzaferro Elisa. 2013. Small Animal Fluid, Electrolyte and Acid-base Disorders. Manson
Publishing Ltd

Sari, Resia. 2009. Dehidrasi pada anjing. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan Institust Pertanian
Bogor.

Wellman, M., Stephen P. DiBartola and Catherine W. Kohn. 2016. Applied Physiology of Body
Fluids in Dogs and Cats. Veterian Key, WordPress theme by UFO themes. Diakses
online melalui : https://veteriankey.com/applied-physiology-of-body-fluids-in-dogs-
and-cats/

Willyanto I. 2010. Terapi Cairan: memilih larutan terbaik untuk tiap pasien. Seminar sehari
continuing Education APDHKI Denpasar. Bali 30 Januari 2010.

Wingfield WE. 2009. Fluid and Elektrolite therapy. Dapat diakses online melalui : http://www.
cvmbs.colostate.edu/clinsci/wing/fl uids/fluids.htm.

18
19

Anda mungkin juga menyukai