KEPERAWATAN ANAK
Disusun Oleh:
Yoga Gustiva, S.Kep
2041312002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011).Diare dibagi
menjadi tiga kategorinya berdasarkan gejalanya, yaitu diare tanpa dehidrasi,
diare dehidrasi ringan/sedang dan diare dehidrasi berat. Diare lebih dari 14
hari atau lebih diare dikategorikan menjadi diare persisten berat dan diare
persisten (Manajemen Terpadu Balita Sakit [MTBS], 2015).
Diare merupakan penyebab utama kematian pada anak balita.
Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. Angka kejadian diare menurut World Health
Organization (WHO) dalam Wiharto (2015), secara global pada tahun 2015
diperkirakan terjadi 4 milyar kasus diare dan pada tahun 2017 terjadi
penurunan jumlah kasus diare yaitu sebanyak 1,7 milyar kasus. Sedangkan
angka kematian pada anak dengan diare pada tahun 2015 yaitu 2,2 juta kasus
dan sebagian besar anak- anak dibawah umur 5 tahun. Pada tahun 2017 angka
kematian anak akibat diare sekitar 525.000 kasus (WHO, 2017).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang
mendapatkan prioritas program pemberantasan, karena tingginya angka
kesakitan dan kematian terutama pada bayi dan balita. Data dari Kementerian
Kesehatan RI (2017), penyakit diare merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak
dengan Diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mejelaskan tentang hasil pengkajian pada anak dengan Diare.
b. Menjelaskan tentang hasil analisis diagnosis pada anak dengan Diare.
c. Menjelaskan tentang rencana intervensi keperawatan pada anak dengan
Diare.
d. Menjelaskan tentang implementasi keperawatan pada anak dengan
Diare.
e. Menjelaskan tentang hasil evaluasi keperawatan pada anak dengan
Diare.
f. Menjelaskan tentang analisis hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
pada anak dengan Diare.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan Diare.
2. Bagi Keluarga
Menambah keilmuan untuk perkembangan dan wawasan dalam pemecahan
masalah pada anak yang mengalami Diare.
3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus diharapkan meningkatkan wawasan mahasiswa
profesi ners tentang asuhan keperawatan yang harus diberikan pada anak
dengan Diare.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 12 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-
4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi
2. Pengertian Diare
3. Klasifikasi Diare
Klasifikasi Diare menurut (Wong, 2012), sebagai berikut :
a. Diare Akut
Adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare
akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius
dalam traktus gastrointestinal. Keadaan ini dapa menyertai infeksi
saluran pernafasan atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau
pemberian obat pencahat (laksatif). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lama nya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa
terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare Kronik
Merupakan keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan
air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali
diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan,alergi
makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifikyang kronis, atau
sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.
4. Etiologi Diare
Menurut Ngastiyah (2014), diare disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar
saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit
diare”, karena dengan sebutan penyaki diare akan mempercepat tindakan
penanggulannya. Faktor penyebab diare yaitu :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Internal, yaitiu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enternal sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya
b) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO,Coxsacikie,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus dan lain
sebagainya.
c) Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris,
Oxyuris,Strongyloides), protozoa (Entamoebahistolytica,
Giardialamblia, Trichomonashominis), jamur (Candida
albicans).
2) Infeksi Parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
a) Faktor malabsorbsi
b) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa,fruktosa, dan galaktosa).
c) Malabsorbsi lemak
d) Malabsorbsi protein
e) Faktor makanan, makanan besi, beracun,alergi terhadap
makanan.
f) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang,tetapi dapat
terjadi pada anak yang lebih besar).
5. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare menurut Muttaqin & Sari (2011) dapat
disebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan
atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.
6. Manifestasi Klinis
Tanda gejala diare yang muncul pada anak menurut Kusuma
(2016), yaitu :
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4) Demam
b. Diare kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
7. Penatalaksanaan Diare
Sebelum melakukan penatalaksanaan pada anak dengan diare
sebaiknya menilai derajat dehidrasi, karena penatalaksaan di setiap
derajat dehidrasi berbeda-beda.
a. Penatalaksaan Medis
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien dengan diare dengan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCl, dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diats umur enam bulan kadar natrium 90 mEq/L. Pada anak
dibawah umur enam bulan dengan dehidrasi ringan/sedan kadar
natrium 50-60 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit.
Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri ( formula tidak
lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa),
atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan
sementara dirumah sebelum dibawa berobat kerumah
sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
Tabel 2.2 kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2
tahun
Tabel 2.3 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5
Tabel 2.4 Kehilangan cairan pada dehidrasi menurut berat badan pasien dan
umur
Keterangan :
PWL, previous water loss (ml/kg BB) cairan yang hilang karena
muntah ; NWL, normal water loss (ml/kg BB) (cairan hilang melalui
urine,kulit,pernapasan); CWL, concomitant water loss (ml/kg BB)
(cairan hilang karena muntah hebat) (Ngastiyah,2014).
tetesan 4 jam pertama pada pasien MEP. Jenis cairan DG aa. 20 jam
berikutnya : 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 /kgBB/jam atau 1 ¾
tets/kgBB/menit ( 1ml = 15 menit) atau 2,5 tetes/kgBB/menit ( 1 ml =
20 tetes).
2) Pengobatan dietetic
3) Obat-obatan
4) Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
8. Komplikasi
b. Syok hipovolemik.
WOC Diare
3) Kepala
4) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata
Yoga Gustiva, S.Kep
Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
5) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Akut (OMA)
8) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
10) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
11) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
daerah perianal.
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
hipokalemi
2. Diagnosa Keperawatan
malabsorbsi.
mekanisme regulasi.
3. Intervensi Keperawatan
dalam 24 bakteri)
jam 5) Berikan
4. Kram makanan dalam
5. Nyeri abdomen b. Fungsi porsi kecil dan
Gastrointestinal lebih sering
Setelah dilakukan serta
tindakan keperawatan tingkatkan
diharapkan saluran porsi secara
pencernaan pasien bertahap
mampu untuk menerna, 6) Monitor tanda
dan menyerap nutrisi dan gejala diare
dari makanan, dengan
kriteria hasil : b. Manajemen
Saluran cerna
1. Frekuensi
Tindakan
2. Konsistensi feses
keperawatan :
3. Distensi perut
1. Monitor buang air
4. Peningkata
besar termasuk
n peristaltik
frekuensi,
5. Diare
konsistensi,
bentuk, volume
dan warna
dengan tepat
2. Monitor bising
usus
Instruksikan pasien
mengenai makanan
tinggi serat
4. Ketidakmampu 4) tentukan
a n memakan jumlah kalori
makanan dan jenis
5. Kram abdomen nutrisi yang
6. Kurang dibutuhkan
informasi b. Status nutrisi untuk
7. Kurang asupan makanan memenuhi
minat pada dan cairan persyaratan
makanan Setelah dilakukan gizi
8. Membran tindakan keperawatan
mukosa diharapkan jumlah b. Monitor nutrisi
pucat makanan dan cairan yang Tindakan keperawatan
9. Nyeri abdomen masuk ke dalam tubuh :
10. Penurunan pasien adekuat, dengan 1. Monitor
berat badan kriteria hasil : kecendrungan
dengan asupan 1. Asupan penurunan BB
makanan makanan secara 2. Monitor turgor kulit
adekuat oral 3. Monitor
2. Asupan adanya mual
makanan secara dan muntah
tube (NGT, OGT) 4. Monitor pucat,
3. Asupan kemerahan, dan
cairan secara kekeringan
oral jaringan
4. Asupan konjungtiva
nutrisi parenteral 5. Monitor diet
dan asupan
c. Status nutrisi kalori
: Asupan
nutrisi
1. Asupan kalori Monitor nutrisi
2. Asupan protein Tindakan keperawatan
3. Asupan 1. Timbang
4. karbohidrat berat badan
5. Asupan serat pasien
Asupan mineral 2. Monitor
adanya mual
muntah
3. Monitor
adanya
penurunan
berat badan
Monitor turgor
kulit dan
c. Berat badan : massa mobilitas
tubuh
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN An. K
NoBP : 2041312002
I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. K BB/TB: 24 kg/ 124 cm
TTL/Usia : 3 Juni 2011 / 9 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : 3 SD
Anak Ke :2
Nama Ibu : Ibu. M
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : komplek indovilla blok d 32 parak laweh
Diagnosis Medis : Diare
d) Frekuensi : Teratur
e) Masalah waktu hamil : Ibu mengatakan saat hamil ibu tidak
pernah mengalami masalah
f) Sikap ibu terhadap kehamilan :Ibu menerima kehamilan dengan
positif
g) Emosi ibu pada saat hamil : Ibu mengatakan emosi kadang tidak
terkendali
h) Obat-obatan yang digunakan : Ibu mengatakan selama hamil
hanya mengkonsumsi tablet FE
i) Perokok : Ibu mengatakan suami merokok
j) Alkohol : Tidak ada mengkonsumsi alkohol
2. Intranatal
- Tanggal persalinan : 3 Juni 2011
- BBL/PBL : 3500 gram/ 48 cm
- Usia gestasi saat hamil : 39 minggu
- Tempat persalinan : RSIA cicik
- Penolongan persalinan :Dokter spesialis Kandungan
(Sp.OG)
- Jenis persalinan : SC
3. Postnatal : Ibu mengatakan tidak ada masalah pada bayinya setela lahir,
ibu mengatakan bayi tampak sehat, menangis dengan kuat.
Genogram Keluarga
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
14. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada asites
b. Palpasi : Cubit kulit perut kembali cepat (<2 detik)
c. Auskultasi : Bising usus (26 x/ menit)
15. Ekstermitas: Tidak ada kelainan pada ekstremitas atas dan bawah, CRT
<2 detik dan akral hangat
16. Kulit : Warna : Tidak pucat
Tugor : Sedang
Integritas : Tidak ada luka
Elastisitas : Baik
IX. PEMERIKSAAN CAIRAN
- Intake : minum ± 5-6 gelas/hari
- output :BAK ±4-5 x/hari
BAB 4-5 X /hari, konsistensi encer
X. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN
Status Gizi
BB saat ini : 24 kg
TB saat ini : 124 cm
BB standar usia : 30 kg
TB standar usia : 134 cm
BBI : 24 kg
- Klasifikasi BB menurut usia
24kg/30kg x 100% = 80 % ( Gizi Sedang )
- Klasifikasi TB menurut usia
124 cm/134cm x 100% = 92,53% (Gizi Baik)
- Klasifikasi BB/TB
24kg/24 kg x 100 % = 100 % (Gizi Baik)
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Makanan yang tidak Diare
hygiene
- Ibu mengatakan An.K mencret
sejak kemarin 5 kali, Bakteri E. coli,
salmonella dan shilgella
konsistensi cair, berlendir dan
tidak ada darah Iritasi gastrointestinal
- Ibu mengatakan An.K mencret
Peradangan/ inflamasi
sejak tadi pagi sudah 3 kali, usus
mencret encer, berlendir dan
Tekanan osmotik
tidak berdarah rongga usus meningkat
- Ibu mengatakan sebelumnya
Merangsang pengeluran
An. K makan es durian yang cairan
dijual lewat depan rumah
Hyperperistaltik
- Ibu An.K mengatakan An. K
Gangguan penyerapan
jarang cuci tangan
pada usus
DO:
- Anak tampak lemas
BAB menjadi encer/ air
- Bising usus 26 x/ menit
- BAB konsistensi encer
2 DS : Diare Resiko defisit
- Ibu mengatakan An.K mencret volume cairan
Out put berlebihan
sejak kemarin 5 kali,
Dehidrasi
konsistensi cair, berlendir dan
tidak ada darah Tubuh kehilanagan
cairan dan elektrolit
- Ibu mengatakan An.K mencret
sejak tadi pagi sudah 3 kali, Penurunan cairan intra
sel
mencret encer, berlendir dan
tidak berdarah
Turgor kulit menurun
DO:
- Anak tampak lemas
INTERVENSI
CATATAN PERKEMBANGAN
P : intervensi dilanjutkan
III Senin/ 23- - Mengkaji tingkat S: Yoga
11-2020 pengetahuan ibu tentang
- Ibu mengatakan baru pertama
penyakit An. K
kali anak diare, ibu belum tahu
- Menyepakati dengan Ibu
tentang diare dan cara
penyuluhan kesehatan
perawatan dirumah
tentang diare
- Ibu mengatakan setuju untuk
dilakukan penkes
O:
P : intervensi dihentikan
I Rabu/ 25- - Mencatat warna, S: Yoga
11-2020 frekuensi, dan konsistensi
- Ibu mengatakan diare anaknya
BAB anak
sudah berkurang
- Mengingatkan ibu untuk
- Ibu mengatakan frekuensi BAB
memberikan oralit kepada
tadi pagi 1 kali dengan
anak setiap kali setelah
konsistensi sudah mulai berserat
BAB
O:
- Mengingatkan ibu untuk
- Tugor kulit baik
memberikan oralit ±200
cc setelah anak BAB - Mukosa mulut anak lembab
- Memantau mukosa mulut A : masalah teratasi sebagian
dan tugor kulit anak P : intervensi dilanjutkan
- Menanyakan kepada ibu
berapa banyak minum
setelah BAB
II Rabu/ 25- - Mengingatkan ibu S: Yoga
11-2020 memberikan cairan oralit
- Ibu mengatakan An. K
pada anak
minum hari ini 5 gelas
- Memberitahu ibu untuk
- Ibu mengatakan An.K BAK 4
tetap memberikan anaknya
kali dengan urine berwarna
minum sesering mungkin
kekuning-kuningan
- Mengukur nadi, suhu dan
O:
pernafasan anak
- N : 101 x/menit
- Memantau respon anak
setelah diberikan oralit - S : 36,5 C
- Memantau mata, tugor
- RR : 22 x/menit
kulit, kelembaban mukosa
A : Masalah teratasi
mulut, dan CRT anak
- Memantau pola minum P : intervensi dihentikan
anak
- Memantau warna urine dan
- frekuensi urine anak
III Rabu/ 25- - Evaluasi pengetahuan ibu S: Yoga
11-2020 tentang penyakit diare - Ibu mengatakan senang anaknya
meliputi pengertian, tanda bisa mengikuti terapi bermain
dan gejala diare, penyebab,
- An. K mengatakan merasa
perawatan diare di rumah
senang
- Melakukan terapi bermain
O:
congkak dengan An.K
- Ibu tampak senang
- An.K tampak senang
- Ibu mampu menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala
diare, penyebab, perawatan diare
di rumah
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori ada 7 diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul
pada klien anak diare yaitu : 1. Diare berhubungan dengan fisiologis
C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diangkat, untuk diagnosa
pertama yaitu diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal, dilakukan
intervensi manajemen diare dengan aktivitas yaitu evaluasi jenis intake
makanan, monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi, monitor
cubit kulit perut, instruksikan keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi feses, monitor mukosa dan turgor kulit sebagai
indikator dehidrasi dan ajarkan kepada keluarga penggunaan obat
antidiare/penanganan diare dirumah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati,dkk (2017), dimana didapatkan bahwa manajemen diare efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam
pengobatan diare pada anak dirumah. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Spandofer, et al (2016), didapatkan bahwa oralit dengan osmolaritas
rendah tidak hanya mengembalikan keseimbangan konsentrasi natrium dan
kalium saja tetapi mempercepat penyembuhan diare dan tepat diberikan
pada penderita diare akut dehidrasi ringan sedang. Selain itu, pemberian
rehidrasi melalui oral membutuhkan pengobatanyang lebih singkat
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu
mengevaluasi jenis intake makanan anak, hal ini terkait jenis makanan yg
dimakan oleh anak dimana makanan yang tidak sehat dan tidak bersih
dapat menyebabkan bakteri masuk ke saluran cerna sehingga terjadi diare.
Tindakan lainnya yang dilakukan untuk diagnosa pertama yaitu memonitor
kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi atau ulserasi,
menginstruksikan pasien untuk mencatat warna, konsistensi, volume,
frekuensi feses, meonitor turgor kulit dan mukosa oral, mengajarkan
keluarga cara pemberian oralit yang benar dan tata cara penanganan diare
dengan tablet zink dan asupan makanan.
Dalam hal ini perlu proses pengarajaran kepada keluarga
khususnya ibu, dimana sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pramesti, dkk (2017), didapatkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai
penatalaksanaan diare secara dini merupakan metode yang efektif dalam
upaya meningkatkan prilaku ibu dalam penatalaksanaan diare pada anak
selama dirumah. Metode pendidikan kesehatan ini dapat dikembangkan
oleh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas maupun kader-kader
sehingga angka kematian anak akibat dehidrasi karena diare berkurang.
Salah satu pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu mengenai
penanganan diare dirumah dengan pemberian tablet zink. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian menurut Wati, dkk (2019), didapatkan bahwa
pemberian zink pada pasien diare anak lebih efektif menurunkan lama
diare dibandingkan pada pasien diare anak tanpa diberi zink. Menurut
WHO (2013), pengobatan diare dapat dilakukan dengan pemberian
berbagai macam obat antidiare salah satunya adalah pemberian obat
kombinasi berupa oralit, zinc serta antibiotik. Pemberian oralit berguna
untuk mengganti cairan dan elektrolit tubuh yang terbuang saat diare,
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dilkaukan berdasarkan
NOC. selama 3 hari perawatan, didapatkan evaluasi dimana anak sudah
tidak diare lagi, anak tampak sudah tidak rewel, anak mampu makan dan
minum dengan baik, anak sudah beraktivitas kembali seperti biasanya,
turgor kulit baik, cubit kulit kembali cepat. Berdasarkan data hasil evaluasi
yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan diare
dan resiko kekurangan volume cairan teratasi sehingga intervensi dapat
dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi
sekresi dimana pasien mengalami kelainan sistem pencernaan, absorbsi,
maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali
pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Penyebab diare yaitu : 1) Adanya infeksi bakteri & virus pada saluran
cerna. 2) Makanan dan Minuman yang tidak sehat (tidak dimasak/belum
matang). 3) Faktor psikologis: rasa takut, cemas, terutama pada anak yang
lebih besar. 4) Makanan yang sudah basi atau beracun. 5) Lingkungan yang
kumuh atau kotor. 6) Perilaku, contoh : tidak mencuci tangan sebelum makan.
Pencegahan diare diantaranya adalah : 1) Selalu menggunakan air bersih
dan mencuci terlebih dahulu sayuran/buah-buahan sebelum dimakan/dimasak,
lalu masak dengan cara yang benar (harus matang). 2) Cuci tangan sebelum
makan. 3) Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih. 3) Buang air besar jangan
disembarang tempat tetapi harus di WC/jamban
B. SARAN
1. Bagi Akademik
Hasil laporan kasus dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan
untuk menambah literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan Diare
2. Bagi Perawat
Diharapkan teman sejawat perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada anak dengan penyakit diare lebih meningkatkan pemberian pendidikan
kesehatan dari prenventif, kuratif dan rehabilitatifnya agar masalah diare pada
anak dapat teratasi dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R.(2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta : Salemba Medika
Ulfah, Maria. Rustina, Yeni. Dessie, Wanda. 2012. Zink Efektif Mengatasi Diare
Akut pada Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15,No.2. Diakses
pada Rabu, 07 Oktober 2020 pukul 11.12 WIB :
www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/39/39
Wardani, Septi. 2016. Manajemen Diare Anak Oleh Perawat di Rumah Sakit.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1. Diakses pada pada Senen, 05
Oktober 2020 12.35 WIB : http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/WRDN/301
Wardani,Septi. 2014. Peran Perawat Dalam Tatalaksana Diare Akut Pada Anak Di
RS Dr.Soejono Magelang. Tesis Program Studi Keperawatan Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran UGM. Diakses pada pada Senen, 05 Oktober 2020
11.12 WIB
:http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pen
elitia nDetail&act=view&typ=html&buku_id=77071
Wong,D.L.; Eaton, M.H.; Wilson, D.; Winkelstein, M.L.;& Scwart, P. 2008. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
World Health Organization (2017).
http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs30/en/ Diakses pada Senen, 05
Oktober 2020
LAMPIRAN 1
Telaah Jurnal 1
Hasil Penelitian Hasil p value (0.006) <p alpha (0,05) maka terdapat
disimpulkan bahwa terdapatkan adanya perubahan pada
tingkat pengetahuan dan sikap ibu sebelum (pre) dan
sesudah (post) pemberian pendidikan kesehatan.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam terbentuknya tindakan dan perilaku seseorang.
Pembahasan Hasil penelitian yang didapatkan mengenai pengtahuan
dalam pencegahan diare didapatkan bahwa setelah
diberikan pendidikan kesehatan dalam pencegahan
terdapat perbedaan setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Peneliti berpendapat bahwa media yang
menunjang dan strategi yang tepat dapat memperkaya
pengetahuan ibu tentang pencegahan diare seperti media
flifchart dan metode diskusi. Disamping dapat dilakukan
guna meningkatkan pengetahuan ibu, hal ini juga dapat
dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
sosialisasi pencegahan diare di lingkungan kelurahan
Telaah Jurnal 2
Telaah Jurnal 3
Telaah Jurnal 4
b. Kuwuk
2. Alat tersebut dilengkapi kuwuk atau kerikil atau
biji-bijian apa saja yang berukuran kecil. Setiap
cekungan (kecuali indung) harus diisi 7 buah
butir. Sehingga seluruhnya memerlu- kan 98
butir (dua deret X & lubang X 7 butir).Waktu
Permainan
4. Proses Penciptaan
5. Konteks Pertunjukan
LAMPIRAN 2
I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang diare, diharapkan ibu dapat
menjelaskan kembali tentang cara perawatan diare.
II. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang diare selama 20 menit, Peserta
dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Menyebutkan cara pencegahan diare berulang
5. Menyebutkan cara perawatan diare
- Mendengarkan
- Mendengarkan
3 Evaluasi - Memberi kesempatan - Bertanya 5 Menit
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi
yang di sampaikan
- Memberi pertanyaan
kepada peserta tentang - Menjawab
materi yang di pertanyaan
sampaikan
- Memberi kesempatan - Menjelaskan
IV. METODE
1. Ceramah Tanya Jawab
V. MEDIA dan Alat
1. PPT dan leafleat
VI. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a) Media dan alat memadai.
b) waktu pelaksanaan tepat waktu.
c) lingkungan yang tenang dan mendukung.
2. Proses
a) Kegiatan penyuluhan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan
yang di rencanakan.
b) Penyuluh menyampaikan materi menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti.
c) Peserta mendengarkan dengan penuh perhatian.
d) Peserta terbuka dan berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
e) Tujuan khusus dapat dicapai.
3. Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Menyebutkan cara pencegahan diare
5. Menyebutkan cara perawatan diare di rumah
6.
D. Pencegahan Diare
1. Selalu menggunakan air bersih dan mencuci terlebih dahulu sayuran/buah-
buahan sebelum dimakan/dimasak, lalu masak dengan cara yang benar
(harus matang)
2. Cuci tangan sebelum makan
3. Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih
4. Buang air besar jangan disembarang tempat tetapi harus di WC/jamban.
E. Penanganan Diare
Menurut Ngastiyah (2014) penatalaksanaan yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan:
1) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl,
isotonic, infuse RL
2). Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
3). Jalan masuk atau cairan pemberian
a). Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
b). Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari
berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
4). Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian
obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus, antimetik.
b. Pengobatan diueretic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula
yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh,
misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah padat
(bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu
karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang disesuaikan dengan
kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a). Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah
tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde.
Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan
cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter).
Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk
mengatasi dehidrasi.
b). Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
1) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai
set infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada
botol infuse waktu memantaunya.
2) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan, suhu.
3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
4) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
5) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan
makan lunak atau secara realimentasi.
Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C sebagai
berikut:
1. Rencana terapi A
Penanganan diare rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4
aturan perawatan di rumah:
a. Beri cairan tambahan
1). Jelaskan pada ibu, untuk
a) Beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali
pemberian.
b). Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air
matang sebagai tambahan.
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit. Berikan oralit di
klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2 Pemberian Oralit (Sumber: MTBS, 2015)
2). Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
b). Tunjukan cara memberikan larutan oralit
1). Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas
2). Jika anak muntah, tunggu 10 menit . Kemudian berikan lagi lebih
lambat.
3). Lanjutkan ASI selama anak mau
c). Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
1). Umur <6 bulan: 10 mg/hari
2). Umur ≥6 bulan: 20 mg/hari
d). Setelah 3 jam
1). Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat dehidrasinya.
2). Pilih rencana terapi yang seusuai untuk melanjutkan pengobatan.
3). Mulai memberi makan anak.
e). Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
1). Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
2). Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah
untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
3). Beri oralit yang cukup untuk dehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi
4). Jelas 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).
3. Rencana terapi C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaitu dengan:
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum,
beri oralit melalui mulut sementara infuse dipersipakan. Beri
ml/kg cairan Ringer Laktat atau jika tersedia, gunakan cairan
NaCl yang dibagi sebagai berikut:
Pemberian Pemberian
Umur Pertama 30 mg ml/kg Berikut 70 mg ml/kg
selama selama
b. Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangatlah lemah atau tidak
teraba Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi
belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga
tablet Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasi dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada
fasilitas untuk pemebrian cairan intravena terdekat (dalam 30
menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan menuju klinik.
g. Jika perawat sudah terlatih mengunakan pipa orogastik untuk
rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui
pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam
(total 120 ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap1-2 jam:
1). Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
DAFTAR PUSTAKA
Carman. S,. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2008. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa,
Aifrina Hany. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN 3
1. TUJUAN
1.1 Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan biasa
merasa tenang selama perawatan dirumah dan bisa mengalihkan
pikiran dari sakit yang dialami.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak
mampu :
1) Bisa merasa tenang selama dirawat mau melaksanakan anjuran
dokter dan perawat
2) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan
keperawatan
3) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
4) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal
5) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak
terhadap suatu permainan
6) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman
bermain yang tepat
7) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena
sakit
8) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman
2. SASARAN
a. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
b. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain
c. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
d. Anak yang dapat menghirung biji congkok
e. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain congklak
3. MEDIA
a. Batu Congklak
b. Papan Congklak
4. STRATEGI PELAKSANAAN
5. KRITERIA EVALUASI
a. Evalusi Struktur
1. Anak hadir di ruangan
2. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang keluarga
3. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
b. Evaluasi Proses
1. Anak antusias dalam kegiatan congkak
2. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
3. Tidak terdapat anak yang malas untuk bermain congkak
c. Kriteria Hasil
1. Anak terlihat senang dan gembira
2. Kecemasan anak berkurang
3. Anak mampu menyelesaikan permainan congkak
6. PERKIRAAN HAMBATAN
a. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai
MATERI KEGIATAN
A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia.Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain- lain.Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain
adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala
sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih
mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang
masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi
lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan
tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan
pada anak. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di
rawat di rumah membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini
terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah
sehingga anak tidak mampu beraktivitas, tidak bisa bermain di luar
rumah.Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa
melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari
latar belakang di atas menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan
anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.
Setiap permainan mengambil semua biji yang terdapat pada lubang kecil yang
dinginkan. Untuk disebar satu biji perlubang berurutan searah jarum jam.
Langkah tersebut dilakukan berulang. Apabila pada lubang terakhir
meletakkan biji masih ada bijinya maka pemain tersebut tetap melanjutkan
dengan mengambil semua biji yang terdapat pada lubang tersebut. Dan
melanjutkan permainan. Apabila peletakan biji terakhir pada lubang yang
kosong maka pemain tidak dapa melanjutkan langkah. Giliran permainan
berpindah kepada lawan.
Setelah semua baris kosong maka permainan dimulai lagi dengan mngisi 7
lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada dilubang
induk kita. Dalam hal ini, kejujuran pemain turut menentukan karena bias saja
berlaku curang dengan memasukkan 2 biji sekaligus dalam satu lubang, bola
pengisian telah mendekati lubang kosong. Permainan bias berlanjut dengan
saling bergantian dan baru berakhir setelah lubang salah seorang pemain
kosong. Permainan berakhir apabila seluruh biji sudah berada pada lubang
tujuan masing-masing pemain atau apabila salah satu peman sudah tidak
memiliki biji pada lubang kecilnya untuk dimainkan. Pemenangnya adalah
yang memiliki jumlah biji terbanyak pada lubangnya.
F. Manfaat Bermain Congklak
Congklak adalah salah satu permainan yang didalamnya terdapat nilai
yang lebih yaitu matematika, khususnya konsep pembagian. Adapun beberapa
manfaat atau nilai yang bias diambil dari bermain congklak adalah sebagai
berikut:
1. Sikap sportif, dengan bermain congklak kita dilatih untuk memberanikan
diri bersikap sportif, jika tidak sportif bias saja kita memasukkan beberapa
biji kedalam satu lubang induk atau berpura-pura tidak berhenti pada
lubang kosong dan lain-lain.
2. Sikap jujur, jujur jufga tidak jauh berbeda dengan sikap sportif, intinya
permainan jujur dalam congklak akan membuat permainan menjadi seru.
3. Strategi, dalam bermain congklak tentunya kita tidak asal memainkan biji-
biji tersebut, tetapi kita dituntut untuk berpikir bagaimana caranya supaya
LAMPIRAN 4
STATUS GIZI
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
Link Video :
https://drive.google.com/file/d/1-OgQuQgeH2GOPXelW58-
9u9zF9I0Jfza/view?usp=drivesdk
Foto :
DIARE
Beritahukan
Ada darah dalam tinja
➢ BAB Cair
➢ Muntah
➢ Kadang demam
➢ Malas makan/minum
➢ Malas bergerak/lemas
➢ Rewel
➢ Kencing sedikit
➢ Dehidrasi (kekurangan cairan)
Diare
Peningkatan Kesehatan
perorangan dan lingkungan
• Gunakan air bersih yang cukup
• Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih
• BAB di jambn Peningkatan daya tahan
• Buang tinja bayi dijamban tubuh melalui
❑ Diare Terus-menerus
❑ Muntah berulang-ulang
❑ Rasa Haus yang nyata
❑ Makan/minum sedikit
❑ Demam
❑ Ada darah dalam Tinja
TERIMA KASIH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN PENYAKIT DIARE
Yoga Gustiva,S.Kep.
2041312002
PEMBAHASAN
01 Teory Dasar Penyakit
▪Definisi
▪Etiologi
▪Manifestasi
▪WOC
02 Studi Kasus
▪Pengkajian
▪Diagnosa
▪Intercensi
▪Implementasi
▪Evaluasi.
Teori Dasar Penyakit
A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air
besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih
berair dari biasanya, atau bila bang air besar tiga kali atau lebih,
atau buang air besar yang berair tapi tdak berdarah dalam kurun
waktu 24 jam bahkan lebih ( Kementrian Kesehatan, 2017).
B.Etiologi
Menurut Ngastiyah (2014), diare disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyaki diare akan mempercepat tindakan
penanggulannya.
C. Manifestasi Klinis
Diare akut
1)Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2)Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3)Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
4)Demam
Diare kronik
1)Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2)Penurunan BB dan nafsu makan
3)Demam indikasi terjadi infeksi
4)Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
STUDI KASUS
KASUS
Saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 23 November 2020, Ibu
mengatakan An. K mencret sejak kemaren 5 kali dengan konsistensi cair tidak ada
darah dalam tinja, Ibu I mengatakan sejak tadi pagi anak mencret sudah 3 kali,
BAB masi encer, berlendir dan tidak disertai darah, warna kuning kecoklatan,
malas makan dan minum (-), mata cekung (-) anak tampak lemah, turgor kulit
sedang, mukosa mulut agak kering, RR : 22 x/i, N : 100x/i dan suhu : 36,4 ◦C.
Ibu klien mengatakan 1hari sebelumnya An. K makan es durian dengan porsi yang
banyak, yang dijual lewat depan rumah, malamnya An. K langsung mencret,
Biasanya anak tidak apa-apa kalau makan es durian . Ibu mengatakan tidak tahu
penyebab anak diare. Ibu mengatakan hanya memberi obat entrostop yang dibeli
diwarung.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IDENTITAS DATA
PEMERIKSAAN CAIRAN
PEMERIKSAAN SPIRITUAL An. K sudah bisa sholat sendiri dan sore
hari biasanya mengaji di Mesjid dekat
rumah
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : tidak ada
Rontgen :tidak ada
Lain-lain : tidak ada
No Jenis Kebutuhan sebelum sakit Setelah sakit
1. Makan Nasi, lauk, Frekuensi 3 kali sehari Porsi Nasi, lauk, Frekuensi 3 kali
habis, tidak suka dengan sayur, dan sehari Porsi habis, tidak suka
sesekali makan buah dengan sayur, dan sesekali
makan buah
2. Minum Minum air puti 4-5 kali gelas kecil sehari Minum air putih 4-5 kali gelas
(1 gls kecil 220 ml) kecil sehari
(1 gls kecil 220 ml
3. Tidur Pola tidur siang tidak teratur dan tidur tidak ada perubahan pada pola
malam 8- 9 jam tidur
4. Mandi Mandiri Mandiri
5. Eliminasi BAB 1 kali dalam sehari BAK 2-4 kali BAB sudah 3 kali dengan
sehari Tidak ada keluhan konsistensi cair dan tidak ada
darah dalam tinja
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Data Subjektif
-Ibu mengatakan An.K mencret sejak kemarin 5 kali, Diare
konsistensi cair, berlendir dan tidak ada darah
-Ibu mengatakan An.K mencret sejak tadi pagi sudah 3 kali,
mencret encer, berlendir dan tidak berdarah
-Ibu mengatakan sebelumnya An. K makan ketoprak yang
dijual lewat depan rumah
-Ibu An.K mengatakan An. K jarang cuci tangan
DATA OBEKTIF
-Anak tampak lemas
-Bising usus 26 x/ menit
BAB konsistensi encer
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Data Subjektif
-Ibu mengatakan An.K mencret sejak kemarin 5 kali, Resiko defisit
konsistensi cair, berlendir dan tidak ada darah
Ibu mengatakan An.K mencre -sejak tadi pagi sudah 3 kali, volume cairan
mencret encer, berlendir dan tidak berdarah
DATA OBEKTIF
-Anak tampak lemas
-Turgor kulit sedang
-Mukosa bibir agak kering
-RR : 22x/menit
-Nadi:100 x/ menit
Suhu : 36,4◦ C
Data Subjektif
-Ibu mengatakan sebelumnya An. K makan ketoprak yang Defisiensi
dijual lewat depan rumah
-Ibu mengatakan tidak mengetahui penyebab anaknya Pengetahuan
mencret
DATA OBEKTIF
-Ibu An.K tampak sering bertanya-tanya mengenai anaknya
-Ibu An.K Tampak khawatir dengan anaknya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
B. DIAGNOSA