Anda di halaman 1dari 135

Praktek Profesi Keperawatan Anak

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. K DENGAN DIARE

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:
Yoga Gustiva, S.Kep
2041312002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011).Diare dibagi
menjadi tiga kategorinya berdasarkan gejalanya, yaitu diare tanpa dehidrasi,
diare dehidrasi ringan/sedang dan diare dehidrasi berat. Diare lebih dari 14
hari atau lebih diare dikategorikan menjadi diare persisten berat dan diare
persisten (Manajemen Terpadu Balita Sakit [MTBS], 2015).
Diare merupakan penyebab utama kematian pada anak balita.
Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. Angka kejadian diare menurut World Health
Organization (WHO) dalam Wiharto (2015), secara global pada tahun 2015
diperkirakan terjadi 4 milyar kasus diare dan pada tahun 2017 terjadi
penurunan jumlah kasus diare yaitu sebanyak 1,7 milyar kasus. Sedangkan
angka kematian pada anak dengan diare pada tahun 2015 yaitu 2,2 juta kasus
dan sebagian besar anak- anak dibawah umur 5 tahun. Pada tahun 2017 angka
kematian anak akibat diare sekitar 525.000 kasus (WHO, 2017).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang
mendapatkan prioritas program pemberantasan, karena tingginya angka
kesakitan dan kematian terutama pada bayi dan balita. Data dari Kementerian
Kesehatan RI (2017), penyakit diare merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah penderita 198


orang dan kematian 6 orang (CFR 3,04%).
Data Kementerian Kesehatan RI (2017), menyebutkan bahwa pada
tahun 2016 kasus diare di Indonesia yang dapat ditangani yaitu 2.544.084 jiwa
(36,9%) dari 6.897.463 jiwa, sedangkan kasus diare di Sumatera Barat yang
dapat ditangani hanya 36.322 jiwa (25,9%) dari 140.300 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya seperempat (25%) kasus yang dapat ditangani
oleh Fasilitas Kesehatan di Sumatera Barat.
Peran perawat menurut Wong (2008), sebagai pemberi pelayanan
keperawatan pada anak yang dirawat dengan diare,diantaranya memantau
asupan dan pengeluaran cairan. Anak yang mendapatkan terapi cairan melalui
intravena perlu pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus
diatur untuk memberikan cairan volume yang dikehendaki dalam waktu
tertentu dan yang harus dilakukan selanjutnya yaitu menimbang berat badan
anak secara akurat, memantau input dan output yang tepat dengan meneruskan
pemberian nutrisi per oral dan melakukan pengambilan specimen darah untuk
pemeriksaan laboratorium.
Selain dari tindakan keperawatan, peran keluarga dalam hal
pengobatan diare juga masih dangat rendah. Padahal keluarga merupakan
unsur penting dalam perawatan anak. Anak selalu membutuhkan orang tua di
rumah sakit seperti dalam aktivitas bermain atau program perawatan lainnya
seperti pengobatan. Keterlibatan orangtua dan kemampuan keluarga dalam
merawat merupakan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan yang
berfokus pada keluarga seperti memberikan perhatian, semangat, dan
mendampingi anak selama dirawat di rumah sakit (Wardani,2016).
Agar mengurangi kejadian maka peran perawat sangat diperlukan
untuk memberitahu dan mengajarkan kepada keluarga agar keluarga bisa
menangani dan mampu untuk merawat balitanya yang sakit.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak
dengan Diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mejelaskan tentang hasil pengkajian pada anak dengan Diare.
b. Menjelaskan tentang hasil analisis diagnosis pada anak dengan Diare.
c. Menjelaskan tentang rencana intervensi keperawatan pada anak dengan
Diare.
d. Menjelaskan tentang implementasi keperawatan pada anak dengan
Diare.
e. Menjelaskan tentang hasil evaluasi keperawatan pada anak dengan
Diare.
f. Menjelaskan tentang analisis hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
pada anak dengan Diare.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan Diare.
2. Bagi Keluarga
Menambah keilmuan untuk perkembangan dan wawasan dalam pemecahan
masalah pada anak yang mengalami Diare.
3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus diharapkan meningkatkan wawasan mahasiswa
profesi ners tentang asuhan keperawatan yang harus diberikan pada anak
dengan Diare.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori
1. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan


(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan


sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu
bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu
bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus).

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang


dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka),
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 12 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-
4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke


usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua
bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan
fungsi utama anus (Pearce, 1999).

2. Pengertian Diare

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan


konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila
bang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi
tdak berdarah dalam kurun waktu 24 jam bahkan lebih ( Kementrian
Kesehatan, 2017).

Menurut WHO mendefenisikan diare sebagai kejadian buang air


besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan konsistensi feses
encer selama satu hari bahkan lebih. Definisi ini lebih menekankan pada
konsistensi tinja dari pada frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat
namun konsistensi tinja padat, maka tidak disebut diare. Diare juga
didefiniskan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti
bakteri,virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman


yang telah tercemar oleh organisme tersebut (WHO, 2017).

3. Klasifikasi Diare
Klasifikasi Diare menurut (Wong, 2012), sebagai berikut :
a. Diare Akut
Adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare
akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius
dalam traktus gastrointestinal. Keadaan ini dapa menyertai infeksi
saluran pernafasan atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau
pemberian obat pencahat (laksatif). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lama nya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa
terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare Kronik
Merupakan keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan
air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali
diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan,alergi
makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifikyang kronis, atau
sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.

4. Etiologi Diare
Menurut Ngastiyah (2014), diare disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar
saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit
diare”, karena dengan sebutan penyaki diare akan mempercepat tindakan
penanggulannya. Faktor penyebab diare yaitu :

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Internal, yaitiu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enternal sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya
b) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO,Coxsacikie,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus dan lain
sebagainya.
c) Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris,
Oxyuris,Strongyloides), protozoa (Entamoebahistolytica,
Giardialamblia, Trichomonashominis), jamur (Candida
albicans).
2) Infeksi Parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
a) Faktor malabsorbsi
b) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa,fruktosa, dan galaktosa).
c) Malabsorbsi lemak
d) Malabsorbsi protein
e) Faktor makanan, makanan besi, beracun,alergi terhadap
makanan.
f) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang,tetapi dapat
terjadi pada anak yang lebih besar).

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

5. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare menurut Muttaqin & Sari (2011) dapat
disebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan
atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.

6. Manifestasi Klinis
Tanda gejala diare yang muncul pada anak menurut Kusuma
(2016), yaitu :
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4) Demam

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

b. Diare kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

7. Penatalaksanaan Diare
Sebelum melakukan penatalaksanaan pada anak dengan diare
sebaiknya menilai derajat dehidrasi, karena penatalaksaan di setiap
derajat dehidrasi berbeda-beda.

Tabel 2.1 Penilaian Derajat dehidrasi


No Penilaian Tanpa deidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
Sedang
1 Lihat : Lesu, lunglai,
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel atau tidak sadar
umum
Sangat cekung
dan kering
Mata Normal Cekung
Tidak ada
Air mata Ada Tidak ada Sangat
kering
Mulut dan lidah Basah Kering
Malas
Rasa haus Minum, tidak Haus, ingin minum/tida
haus minum banyak k minum
2 Periksa : Kembali sangat
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat lambat
3 Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat,
pemeriksaan:
ringan/sedang, bila ada 1 tanda
kriteria

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Bila ada 1 tanda


ditambah 1 atau Ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain

4 Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Sumber : MTBS, 2015

a. Penatalaksaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah :

1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien dengan diare dengan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

a) Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCl, dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diats umur enam bulan kadar natrium 90 mEq/L. Pada anak
dibawah umur enam bulan dengan dehidrasi ringan/sedan kadar
natrium 50-60 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit.
Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri ( formula tidak
lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa),
atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan
sementara dirumah sebelum dibawa berobat kerumah
sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

b) Cairan parenteral. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang


diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya bayi atau
pasien yang MEP.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Tabel 2.2 kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2
tahun

Derajat PW NWL CWL Jumlah


dehidrasi L
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 200 25 350

Tabel 2.3 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5

Derajat PW NWL CWL Jumlah


dehidrasi L
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185

Tabel 2.4 Kehilangan cairan pada dehidrasi menurut berat badan pasien dan
umur

Berat Umur PWL NWL CWL Jumlah


Badan
0-3 kg 0-1 bln 150 125 25 300
3-10 kg 1 bln-2 thn 125 100 25 250
10-15 kg 2-5 thn 100 80 25 205
15-25 kg 5-10 thn 80 25 25 130

Keterangan :
PWL, previous water loss (ml/kg BB) cairan yang hilang karena
muntah ; NWL, normal water loss (ml/kg BB) (cairan hilang melalui
urine,kulit,pernapasan); CWL, concomitant water loss (ml/kg BB)
(cairan hilang karena muntah hebat) (Ngastiyah,2014).

Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe


marasmik

Kwasiorkor dengan dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3- 10


kg umur 1 bl – 2 tahun, jumlah cairan 200ml/kgBB/24 jam. Kecepatan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

tetesan 4 jam pertama pada pasien MEP. Jenis cairan DG aa. 20 jam
berikutnya : 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 /kgBB/jam atau 1 ¾
tets/kgBB/menit ( 1ml = 15 menit) atau 2,5 tetes/kgBB/menit ( 1 ml =
20 tetes).

Selain pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah disebutkan


masih ada ketentuan pemberian cairan pada pasien lainnya misalnya
pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan kelainan
jantung bawaan, yang memerlukan jenis cairan yang berbeda kecepatan
pemberiannya yang berlainan pula. Bila kebetulan menjumpai pasien-
pasien tersebut sebelum memasang infus hendaknya menanyakan dulu
kepada dokter.

2) Pengobatan dietetic
3) Obat-obatan
4) Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
8. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan airan dan elektrolit secara mendadak dapat


terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau


hipertonik).

b. Syok hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot,


lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus


dan defisiensi enzim laktase.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika


lama atau kronik).
9. Pemeriksa Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas
darah.
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

WOC Diare

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

B. Landasan Teori Asuhan Keperawatan Pada Diare


1. Pengkajian
a. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap,tempat tinggal,jenis kelamin,tanggal
lahir,umur,tempat lahir,asal suku bangsa,nama orang tua,pekerjaan
orang tua,penghasilan. Untuk umur pada pasien diare akut, sebagian
besar adalah anak di bawah dua tahun. Insiden diare paling tinggi
umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan
pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan (Nursalam,2008).
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari. BAB kurang dari
empat kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-
10 kali dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih
dari 10 kali (dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14
hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah
diare persisten (Nursalam,2008).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) mula-mula bayi/ anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemungkinan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
5) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai tampak
6) deuresis, yaitu terjadi oliguri ( kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila
terjadi dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

sedang. Tidak ada urine dalam waktu enam jam (dehidrasi


berat).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Kemungkinan anak tidak mendapatkan imunisasi campak dan
pneumonia. Diare lebih sering terjdi dan berakibat berat pada
anak dengan campak yang menderita campak dalam 4 minggu
terakhir, yaitu akibat penurunan kekebalan pada pasien. Selain
imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi DPT,
serta imunisasi polio.
2) Kemungkinan anak alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik) karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab
diare.
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah umur 2 tahun
biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum,
selama, atau setelah diare. Hal ini untuk melihat tanda atau
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare, seperti OMA,
tonsilitas, faringitis, bronko pneumonia, ensefalitis.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang
dapat menular ke anggota keluarga yang lainnya. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis.
f. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal
sebagai berikut :
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi risiko diare infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak,
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih
akan mudah terjadi pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa), pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

haus,ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak


malas minum atau tidak bisa minum.
4) Makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan
kepada anak
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik,sadar (tanpa dehidrasi).
b) Gelisah, rewel, (dehidrasi ringan atau segan).
c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).
2) Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008) Anak yang diare
dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan
sebagai berikut

Tabel 2.7 Penurunan berat badan anak diare


dengan dehidrasi

Tingkat Dehidrasi Kehilangan Berat Badan (%)


Bayi Anak Besar
Dihidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (60 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
Persentase menurut berat badan tersebut dapat diperkirakan
saat anak dirawat di rumah sakit sedangkan di
puskesmas/fasilitas pelayanan dasar dapat digunankan
pedoman MTBS (2015), sebagaimana telah disajikan pada
bahasan macam diare diatas.

3) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-


ubunnya biasanya cekung

4) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata
Yoga Gustiva, S.Kep
Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

normal. Bila anak mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak


mata cekung (cowong), sedangkan bila anak mengalami dehidrasi
berat, kelopak mata sangat cekung.

5) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.

6) Mulut dan lidah

a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).

b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).

c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)

7) Telinga, terjadinya infeksi pada bagian telinga seperti Otitis


Media

Akut (OMA)
8) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual

muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan

kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

9) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

10) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

11) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,

suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada

daerah perianal.

12) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-

400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

13) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa

mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu

bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan

adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima

h. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1) feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

2) Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,

hipokalemi

3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2

meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )

4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

c. Endoskopi : gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika

dicurigai mengalami penyakit seliak atau giardia. Dilakukan

jika pasien mengalami mual dan muntah.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare

menurut NANDA Internasional (2018), adalah sebagai berikut :


Yoga Gustiva, S.Kep
Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

1) Diare b.d parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi, iritasi

malabsorbsi.

2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, kegagalan

mekanisme regulasi.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor

biologis, factor psikologis, ketidakmampuan mencerna makanan,

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Diare NOC : NIC :
berhubungan a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
dengan parasit, Setelah dilakukan Tindakan keperawatan
psikologis, proses tindakan keperawatan :
infeksi, diharapkan pasien dapat 1) Evaluasi
inflamasi, iritasi mengontrol efek samping
gastrointestinal pengeluaran feses dari pengobatan
a. Definisi usus, dengan kriteria terhadap
Pasase feses hasil : gastrointesti
yang lunak dan 1) Diare nal
tidak berbentuk 2) Mengeluarkan 2) Anjurkan pasien
feses paling tidak 3 untuk
b. Batasan kali perhari menggunakan
karakteristik 3) Minum cairan obat anti diare
: secara adekuat 3) Evaluasi
1. Ada 4) Mengonsumsi intake
dorongan serat secara makanan
untuk adekuat yang
defekasi dikonsumsi
2 . Bising usus sebelumnya
hiperaktif 4) Identifikasi
3. Defekasi factor penyebab
feses cair >3 diare (misalnya:

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

dalam 24 bakteri)
jam 5) Berikan
4. Kram makanan dalam
5. Nyeri abdomen b. Fungsi porsi kecil dan
Gastrointestinal lebih sering
Setelah dilakukan serta
tindakan keperawatan tingkatkan
diharapkan saluran porsi secara
pencernaan pasien bertahap
mampu untuk menerna, 6) Monitor tanda
dan menyerap nutrisi dan gejala diare
dari makanan, dengan
kriteria hasil : b. Manajemen
Saluran cerna
1. Frekuensi
Tindakan
2. Konsistensi feses
keperawatan :
3. Distensi perut
1. Monitor buang air
4. Peningkata
besar termasuk
n peristaltik
frekuensi,
5. Diare
konsistensi,
bentuk, volume
dan warna
dengan tepat

2. Monitor bising
usus
Instruksikan pasien
mengenai makanan
tinggi serat

2 Resiko deficit Noc : Nic :


volume cairan a. Keseimbangan a. Manajemen
berhubungan cairan cairan
dengan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan
kehilangan airan tindakan keperawatan :
aktif, kegagalan diharapkan 1. Monitor status
mekanisme keseimbangan cairan di hidrasi (misalnya,
regulasi dalam tubuh pasien membran mukosa
tidak terganggu, dengan lembab, denyut
a. Definisi kriteria hasil : nadi adekuat)
Penurunan 1. Tekana darah 2. Jaga intake/
cairan 2. Denyut nadi asupan yang
intravaskular, 3. Keseimbangan akurat dan catat

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

intestisial, dan/ intake dan output output pasien


intraselular. Ini dalam 24 jam 3. Monitor
mengacu pada 4. Berat badan makanan dan
dehidrasi, 5. Turgor kulit cairan yang
kehilangan 6. Kelembaban yang
cairan saja tanpa membran dikonsumsi dan
perubahan kadar mukosa hitung asupan
natrium. kalori harian
4. Kolaborasi
b. Batasan pemberian
karakteristik cairan IV
: 5. Monitor
1. Haus status nutrisi
2. Kelemahan 6. Timbang berat
3. Kulit kering badan setiap
4. Membran hari dan monitor
mukosa status pasien
kering b. Hidrasi 7. Monitor
5. Peningkatan Setelah dilakukan tanda- tanda
frekuensi tindakan keperawatan vital
nadi diharapkan ketersediaan 8. Dorong
6. Penurunan air di dalam tubuh pasien keluarga untuk
berat badan tidak terganggu,dengan membantu
tiba-tiba kriteria hasil : pasien makan
7. Penuruna 1. Turgor kulit
n turgor 2. Membran b. Manajeme
kulit mukosa lembab n
8. Penurunan 3. Intake cairan Hipovolem
turgor 4. Mata dan ubun-ubun ik
lidah cekung Tindakan keperawatan
Nadi cepat dan lemah :
1. Monitor status
cairan
termasuk
intake dan
output
Cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat
Hb dan
Hematokrit
4. Monitor tanda-
tanda vital
5. Monitor respon
pasien terhadap
c. Status nutrisi penambahan
Yoga Gustiva, S.Kep
Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

asupan makanan cairan


dan cairan Dorong pasien
Setelah dilakukan untuk menambah
tindakan keperawatan intake oral
diharapkan jumlah
makanan dan cairan yang c. Monitor cairan
masuk ke dalam tubuh Tindakan keperawatan
pasien adekuat, dengan :
kriteria hasil : 1. Monitor berat
1. Asupan badan
makanan secara 2. Monitor
oral intake output
2. Asupan makanan 3. Monitor nilai
secara tube feeding serum dan
(NGT, OGT) elektrolit urin
3. Asupan 4. Monitor serum
makanan cairan albumin dan
intravena total protein
Asupan nutrisi parenteral 5. Monitor TD,
nadi, pernapasan
Monitor
kelembaban
mukosa, turgor kulit
3 Ketidakseimban NOC: NIC:
g an nutrisi : a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi
kurang dari Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan 1) Identifikasi
a. Definisi diharapkan nutrisi adanya alergi atau
Asupan nutrisi pasien dapat terpenuhi, intoleransi
tidak cukup untuk dengan krteria hasil : makanan
memenuhi 1. Asupan makanan 2) Instruksikan
kebutuhan 2. Asupan cairan pasien mengenai
metabolik 3. Rasio kebutuhan nutrisi
berat/tinggi 3) atur diet yang
b. Batasan badan diperlukan (
karakteristik 4. Energy yaitu,
1. Berat badan 5. Hidrasi menyediakan
20% atau makanan
lebih di protein tinggi,
bawah menambah atau
rentang berat mengurangi
badan ideal kalori,
2. Bising menambah atau
usu mengurangi
hiperaktif vitamin,
3. Diare mineral)

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

4. Ketidakmampu 4) tentukan
a n memakan jumlah kalori
makanan dan jenis
5. Kram abdomen nutrisi yang
6. Kurang dibutuhkan
informasi b. Status nutrisi untuk
7. Kurang asupan makanan memenuhi
minat pada dan cairan persyaratan
makanan Setelah dilakukan gizi
8. Membran tindakan keperawatan
mukosa diharapkan jumlah b. Monitor nutrisi
pucat makanan dan cairan yang Tindakan keperawatan
9. Nyeri abdomen masuk ke dalam tubuh :
10. Penurunan pasien adekuat, dengan 1. Monitor
berat badan kriteria hasil : kecendrungan
dengan asupan 1. Asupan penurunan BB
makanan makanan secara 2. Monitor turgor kulit
adekuat oral 3. Monitor
2. Asupan adanya mual
makanan secara dan muntah
tube (NGT, OGT) 4. Monitor pucat,
3. Asupan kemerahan, dan
cairan secara kekeringan
oral jaringan
4. Asupan konjungtiva
nutrisi parenteral 5. Monitor diet
dan asupan
c. Status nutrisi kalori
: Asupan
nutrisi
1. Asupan kalori Monitor nutrisi
2. Asupan protein Tindakan keperawatan
3. Asupan 1. Timbang
4. karbohidrat berat badan
5. Asupan serat pasien
Asupan mineral 2. Monitor
adanya mual
muntah
3. Monitor
adanya
penurunan
berat badan
Monitor turgor
kulit dan
c. Berat badan : massa mobilitas
tubuh

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Setelah dilakukan d. Bantuan


tindakan keperawatan peningkatan
diharapkan berat badan BB
pasien kembali normal Tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil : :
1. Berat badan 1. Timbang pasien
2. Persentil lingkar pada jam yang
kepala (anak) sama setiap
Persentil berat badan harinya
(anak) 2. Monitor mual
dan muntah
3. Monitor
asupan kalori
setiap hari
4. Instruksikan
cara
meningkatkan
asupan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN An. K

Nama Mahasiswa : Yoga Gustiva, S.Kep

NoBP : 2041312002

Tempat Praktek : Di rumah tetangga tempat tinggal (komplek Indovilla )


Tanggal Pengkajian : 23 November 2020
Tanggal Klien Masusk: -
No. RM :-

I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. K BB/TB: 24 kg/ 124 cm
TTL/Usia : 3 Juni 2011 / 9 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : 3 SD
Anak Ke :2
Nama Ibu : Ibu. M
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : komplek indovilla blok d 32 parak laweh
Diagnosis Medis : Diare

II. KELUHAN UTAMA


Ibu An, K mengatakan mengeluhkan mencret,sakit perut melilit.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal
a) Riwayat gestasi : G2 P2 A0 H2
b) HPHT :-
c) Pemeriksaan kehamilan : Bidan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

d) Frekuensi : Teratur
e) Masalah waktu hamil : Ibu mengatakan saat hamil ibu tidak
pernah mengalami masalah
f) Sikap ibu terhadap kehamilan :Ibu menerima kehamilan dengan
positif
g) Emosi ibu pada saat hamil : Ibu mengatakan emosi kadang tidak
terkendali
h) Obat-obatan yang digunakan : Ibu mengatakan selama hamil
hanya mengkonsumsi tablet FE
i) Perokok : Ibu mengatakan suami merokok
j) Alkohol : Tidak ada mengkonsumsi alkohol
2. Intranatal
- Tanggal persalinan : 3 Juni 2011
- BBL/PBL : 3500 gram/ 48 cm
- Usia gestasi saat hamil : 39 minggu
- Tempat persalinan : RSIA cicik
- Penolongan persalinan :Dokter spesialis Kandungan
(Sp.OG)
- Jenis persalinan : SC
3. Postnatal : Ibu mengatakan tidak ada masalah pada bayinya setela lahir,
ibu mengatakan bayi tampak sehat, menangis dengan kuat.

IV. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 23 November
2020, Ibu mengatakan An. K mencret sejak kemaren 5 kali dengan
konsistensi cair tidak ada darah dalam tinja, Ibu M mengatakan sejak tadi
pagi anak mencret sudah 3 kali, BAB masi encer, berlendir dan tidak
disertai darah, warna kuning kecoklatan, malas makan dan minum (-), mata
cekung (-) anak tampak lemah, turgor kulit sedang, mukosa mulut agak
kering, RR : 22 x/i, N : 100x/i dan suhu : 36,4 ◦C. Ibu klien mengatakan 1
hari sebelumnya An. K makan es durian dengan porsi yang banyak, yang

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

dijual lewat depan rumah, malamnya An. K langsung mencret, Biasanya


anak tidak apa-apa kalau makan es durian . Ibu mengatakan tidak tahu
penyebab anak diare. Ibu mengatakan hanya memberi obat entrostop yang
dibeli diwarung.
V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang diderita sebelumnya : Ibu mengatakan sebelumnya
anak tidak pernah diare, anak hanya demam, batuk pilek dan tidak pernah
mengalami penyakit serius sehingga harus dirawat di RS.
2. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi :Paracetamol, Inzana,
antibiotik seperti amoksilin, vitamin seperti vit C dan Vit B kompleks
dan entrostop
3. Alergi : Tidak ada
4. Kecelakaan : Tidak ada
5. Riwayat Imunisasi : Lengkap

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami diare dalam
beberapa waktu dekat ini.

Genogram Keluarga

Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

VII. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang mengasuh klien : Ibu
2. Hubungan dengan anggota keluarga: Klien memiliki kedekatan
dengan keluarga inti, saling menyayangi sesama saudaranya
3. Hubungan dengan teman sebaya: Klien memiliki teman sebaya di
lingkungan rumah.
4. Pembawaan secara umum: seperti anak normal biasa
5. Lingkungan rumah : rumah permanen dengan 3 kamar tidur,
ruang tamu terdapat TV, jamban didalam rumah, sumber air dari
pdam, dan sampah rumah tangga di bakar.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis cooperatif
3. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,4OC
- Nadi : 100x/i
- RR : 22x/i
4. TB/BB : 124 cm / 24 kg
5. Kepala
a. Rambut
1) Kebersihan : rambut bersih
2) Warna : Hitam
3) Tekstur : Halus
4) Distribusi rambut : Lebat
5) Kuat/mudah tercabut: Kuat
6. Mata
a. Simetris: Simetris kiri dan kanan
b. Sklera: Tidak Ikterik
c. Konjungtiva: Anemis, cekung
d. Palpebra: Tidak ada oedema palpebra

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

e. Pupil: Ukuran : 2mm/2mm Bentuk: Isokor Reaksi Cahaya:


Positif kiri dan kanan
7. Telinga:
a. Simetris: Kiri dan kanan
b. Serumen: Tidak ada
c. Pendengaran : Baik
8. Hidung: simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, pernapasan cuping
hidung tidak ada
9. Mulut : Kebersihan: bersih
Warna bibir: agak pucat
Kelembapan: agak kering
a. Lidah : Bersih
b. Gigi : Ada karies
10. Leher
a. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
b. Kelenjer getah bening : Tidak ada pembengkakan
c. JVP : Tidak ada kelainan
11. Dada
a. Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada(-)
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
12. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba
c. Auskultasi : Reguller, mur-mur(-), gallop(-).
13. Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
c. Perkusi : Sonor di lapang paru
d. Auskultasi : Vesikuler

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

14. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada asites
b. Palpasi : Cubit kulit perut kembali cepat (<2 detik)
c. Auskultasi : Bising usus (26 x/ menit)
15. Ekstermitas: Tidak ada kelainan pada ekstremitas atas dan bawah, CRT
<2 detik dan akral hangat
16. Kulit : Warna : Tidak pucat
Tugor : Sedang
Integritas : Tidak ada luka
Elastisitas : Baik
IX. PEMERIKSAAN CAIRAN
- Intake : minum ± 5-6 gelas/hari
- output :BAK ±4-5 x/hari
BAB 4-5 X /hari, konsistensi encer
X. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN
Status Gizi
BB saat ini : 24 kg
TB saat ini : 124 cm
BB standar usia : 30 kg
TB standar usia : 134 cm
BBI : 24 kg
- Klasifikasi BB menurut usia
24kg/30kg x 100% = 80 % ( Gizi Sedang )
- Klasifikasi TB menurut usia
124 cm/134cm x 100% = 92,53% (Gizi Baik)
- Klasifikasi BB/TB
24kg/24 kg x 100 % = 100 % (Gizi Baik)

XI. PEMERIKSAAN SPIRITUAL


An. K sudah bisa sholat sendiri dan sore hari biasanya mengaji di Mesjid
dekat rumah

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

XII. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No Jenis Kebutuhan Sebelum Sakit Saat sakit
1 Makan Jumlah :+1850 kalori makan 3x/ hari Jumlah :+ 1500 kalori
(nasi, lauk dan sayur ) dengan porsi (Nasi,lauk)Frekuensi
satu piring dan habis ,di tambah 3 kali sehari Porsi
dengan buah. sedikit, tidak suka
dengan sayur, dan
sesekali makan buah
2 Minum Jumlah :+1100cc/ hari ,Minum air Minum air putih 4-5
puti 4-5 kali gelas kecil sehari (1 gls kali gelas kecil sehari
kecil 220 ml) (1 gls kecil 220 ml
Jenis : air putih,susu
3 Tidur Pola tidur siang tidak teratur dan Tidak ada perubahan
tidur malam 8- 9 jam Pola tidur siang tidak
teratur dan tidur
malam 8-9 jam
4 Mandi Mandi mandiri Mandi mandiri
5 Eliminasi Jumlah :+200cc/hari Jumlah:+600cc/hari
Frekuensi :BAB 2 kali /hari BAB sudah 3 kali
Konsitensi : feses lunak dengan konsistensi
cair dan tidak ada
darah dalam tinja
6 Bermain Ibu mengatakan An.K sering Ibu mengatakan saat
bermain sepeda dengan teman ini An.K tidak ada
sebaya dilingkungan rumah bermain, hanya
menonton Tv, main
Hp

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Makanan yang tidak Diare
hygiene
- Ibu mengatakan An.K mencret
sejak kemarin 5 kali, Bakteri E. coli,
salmonella dan shilgella
konsistensi cair, berlendir dan
tidak ada darah Iritasi gastrointestinal
- Ibu mengatakan An.K mencret
Peradangan/ inflamasi
sejak tadi pagi sudah 3 kali, usus
mencret encer, berlendir dan
Tekanan osmotik
tidak berdarah rongga usus meningkat
- Ibu mengatakan sebelumnya
Merangsang pengeluran
An. K makan es durian yang cairan
dijual lewat depan rumah
Hyperperistaltik
- Ibu An.K mengatakan An. K
Gangguan penyerapan
jarang cuci tangan
pada usus
DO:
- Anak tampak lemas
BAB menjadi encer/ air
- Bising usus 26 x/ menit
- BAB konsistensi encer
2 DS : Diare Resiko defisit
- Ibu mengatakan An.K mencret volume cairan
Out put berlebihan
sejak kemarin 5 kali,
Dehidrasi
konsistensi cair, berlendir dan
tidak ada darah Tubuh kehilanagan
cairan dan elektrolit
- Ibu mengatakan An.K mencret
sejak tadi pagi sudah 3 kali, Penurunan cairan intra
sel
mencret encer, berlendir dan
tidak berdarah
Turgor kulit menurun
DO:
- Anak tampak lemas

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

- Turgor kulit sedang


- Mukosa bibir agak kering
- RR : 22x/menit
- Nadi:100 x/ menit
- Suhu : 36,4◦ C
3. DS : Kurang terpapar sumber Defisiensi
- Ibu mengatakan sebelumnya informasi Pengetahuan
An. K makan es durian yang
dijual lewat depan rumah
- Ibu mengatakan tidak
mengetahui penyebab anaknya
mencret
DO :
- Ibu An.K tampak sering
bertanya-tanya mengenai
anaknya
- Ibu An.K Tampak khawatir
dengan anaknya

DIAGNOSA KEPERAWATAN MUNCUL

1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume


cairan secara aktif/ out put berlebihan
2. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan sumber
informasi

INTERVENSI

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Diare b/d Bowl Elimination Fluid Diare Manajemen
iritasi Balance Hidration - Kelola pemeriksaan kultur
gastrointestinal Electrolit and Acid Base sensitivitas feses
Balance Kriteria hasil: - Evaluasi pengobatan yang
- Tidak ada diare berefek samping
- Feses tidak ada darah dan gastrointestinal
mukus - Evaluasi jenis intake
- Nyeri perut tidak ada makanan
- Pola BAB normal - Monitor kulit sekitar
- Elektrolit normal perianal terhadap adanya
- Asam basa normal iritasi dan ulserasi
- Hidrasi baik (membran - Ajarkan pada keluarga
mukosa lembab, tidak penggunaan obat anti diare
panas, vital sign normal, - Instruksikan pada pasien
hematokrit dan urin dan keluarga untuk
output dalam batas mencatat warna, volume,
normal) frekuensi dan konsistensi
feses
- Ajarkan pada pasien tehnik
pengurangan stress jika
perlu
- Kolaburasi jika tanda dan
gejala diare menetap
- Monitor hasil Lab
(elektrolit dan leukosit)
- Monitor turgor kulit,
mukosa oral sebagai
indikator dehidrasi
- Konsultasi dengan ahli gizi

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

untuk diet yang tepat


2. Resiko defisit volume Fluid balance Hydration Fluid management
cairan b/d kehilangan Nutritional Status: - Timbang popok/pembalut
volume cairan secara Food and Fluid Intake jika diperlukan
akif/ out put Kriteria hasil: - Pertahankan catatan intake
berlebihan - Mempertahankan urine dan output yang akurat
output sesuai dengan usia - Monitor status hidrasi
dan BB, BJ urine normal, (kelembaban membran
HT normal mukosa, nadi adekuat,
- Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah ortostatik),
tubuh dalam batas normal jika diperlukan
- Tidak ada tanda tanda - Monitor vital sign
dehidrasi, Elastisitas turgor - Monitor masukan makanan
kulit baik, membran / cairan dan hitung intake
mukosa lembab, tidak ada kalori harian
rasa haus yang berlebihan - Monitor status nutrisi
- Berikan cairan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
- Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
Memburuk
3. Kurang Kowledge : Disease process Teaching : Disease process
pengetahuan b/d Kowledge : Health - Berikan penilaian tentang
kurang terpajan behavior tingkat pengetahuan
sumber informasi Kriteria hasil: keluarga tentang proses

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

penyakit yang spesifik


- Keluarga menyatakan
pemahaman tentang - Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
penyakit, kondisi,
ini berhubungan dengan
prognosis dan program
anatomi dan fisiologi,
pengobatan
dengan cara yang tepat
- Keluarga mampu
- Gambarkan tanda dan
melaksanakan
gejala yang biasa muncul
prosedur yang
pada penyakit, dengan cara
dijelaskan secara
yang tepat
benar
- Gambarkan proses
- Keluarga mampu
penyakit, dengan cara yang
menjelaskan kembali
tepat
apa yang dijelaskan
perawat/ tim - Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya
tepat
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
- pengontrolan penyakit

CATATAN PERKEMBANGAN

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

No Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf


DX Tanggal
I Senin/ 23- - Mencatat warna, frekuensi, S: Yoga
11-2020 dan konsistensi BAB anak
- Ibu mengatakan An.K
- Memberitahu ibu untuk
masih diare
memberikan oralit kepada
- Ibu mengatakan frekuensi
anak setiap kali setelah
BAB 3 kali sejak tadi pagi
BAB
konsistensi encer bewarna
- Memberitahu ibu untuk
kuning kecoklatan
memberikan oralit ±200 cc
- Ibu mengatakan akan
setelah anak BAB
melanjutkan pemberian oralit
- Memantau mukosa mulut
setiap anak BAB
dan tugor kulit anak
O:
- Memberitahu pada ibu
- Tugor kulit baik
untuk mencatat warna,
volume, frekuensi dan - Mukosa mulut anak agak kering
konsistensi feses A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

II Senin/ 23- - Memberikan cairan oralit S: Yoga


11-2020 pada anak
- Ibu mengatakan setelah
- Memberitahu ibu untuk
anaknya diberikan oralit
tetap memberikan anaknya
anaknya agak tenang
minum sesering mungkin
- Ibu mengatakan An. K
- Mengukur nadi, suhu dan
- minum hari ini 4-5 gelas
pernafasan anak
- Ibu mengatakan anak BAK
- Memantau respon anak
3-4 kali dengan urine
setelah diberikan oralit
bewarna kekunig-kuningan
- Memantau tugor kulit,
O:

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

kelembaban mukosa mulut,


- Mukosa mulut agak kering
dan CRT anak
- N : 100 x/menit
- Memantau pola minum anak
- Memantau warna urine dan - S : 36,4 C
frekuensi urine anak
- RR : 22 x/menit

- CRT <2 detik

A : Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
III Senin/ 23- - Mengkaji tingkat S: Yoga
11-2020 pengetahuan ibu tentang
- Ibu mengatakan baru pertama
penyakit An. K
kali anak diare, ibu belum tahu
- Menyepakati dengan Ibu
tentang diare dan cara
penyuluhan kesehatan
perawatan dirumah
tentang diare
- Ibu mengatakan setuju untuk
dilakukan penkes
O:

- Ketika ditanya tentang diare Ibu


masih bingung
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I Selasa/ 24- - Mencatat warna, frekuensi, S: Yoga
11-2020 dan konsistensi BAB anak
- Ibu mengatakan anaknya
- Mengingatkan ibu untuk
masih diare
memberikan oralit kepada
- Ibu menyatakan frekuensi
anak setiap kali setelah
BAB tadi pagi 2 kali dengan
BAB
konsistensi encer dan bewarna
- Mengingatkan ibu untuk
kuning kecoklatan
memberikan oralit ±200 cc
O:

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

setelah anak BAB


- Tugor kulit baik
- Memantau mukosa mulut
- Mukosa mulut anak lembab
dan tugor kulit anak
- Menanyakan kepada ibu A : masalah belum teratasi
berapa banyak minum
P : intervensi dilanjutkan
setelah BAB
II Selasa/ 24- - Mengingatkan ibu S: Yoga
11-2020 memberikan cairan oralit
- Ibu mengatakan An. K
pada anak
- minum hari ini 5 gelas
- Memberitahu ibu untuk
- Ibu mengatakan anak K BAK
tetap memberikan anaknya
4 kali dengan urine bewarna
minum sesering mungkin
kekuning-kuningan
- Mengukur nadi, suhu dan
O:
pernafasan anak
- Memantau respon anak - N : 98 x/menit
setelah diberikan oralit
- S : 36,6 C
- Memantau mata, tugor
- RR : 21 x/menit
kulit, kelembaban mukosa
mulut, dan CRT anak A :Masalah belum teratasi
- Memantau warna urine dan
P : intervensi dilanjutkan
frekuensi urine anak
III Selasa/ 24- - Menjelaskan penyakit diare S: Yoga
11-2020
- Menjelaskan tanda dan - Ibu mengatakan setelah
gejala diare diberikan penyuluhan, ibu
- Menjelaskan penyebab diare sudah mulai tahu tentang diare
- Menjelaskan perawatan O:
diare di rumah
- Ketika ditanya tentang diare
Ibu sudah bisa menjelaskan
keperawat
A : masalah teratasi

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

P : intervensi dihentikan
I Rabu/ 25- - Mencatat warna, S: Yoga
11-2020 frekuensi, dan konsistensi
- Ibu mengatakan diare anaknya
BAB anak
sudah berkurang
- Mengingatkan ibu untuk
- Ibu mengatakan frekuensi BAB
memberikan oralit kepada
tadi pagi 1 kali dengan
anak setiap kali setelah
konsistensi sudah mulai berserat
BAB
O:
- Mengingatkan ibu untuk
- Tugor kulit baik
memberikan oralit ±200
cc setelah anak BAB - Mukosa mulut anak lembab
- Memantau mukosa mulut A : masalah teratasi sebagian
dan tugor kulit anak P : intervensi dilanjutkan
- Menanyakan kepada ibu
berapa banyak minum
setelah BAB
II Rabu/ 25- - Mengingatkan ibu S: Yoga
11-2020 memberikan cairan oralit
- Ibu mengatakan An. K
pada anak
minum hari ini 5 gelas
- Memberitahu ibu untuk
- Ibu mengatakan An.K BAK 4
tetap memberikan anaknya
kali dengan urine berwarna
minum sesering mungkin
kekuning-kuningan
- Mengukur nadi, suhu dan
O:
pernafasan anak
- N : 101 x/menit
- Memantau respon anak
setelah diberikan oralit - S : 36,5 C
- Memantau mata, tugor
- RR : 22 x/menit
kulit, kelembaban mukosa
A : Masalah teratasi
mulut, dan CRT anak
- Memantau pola minum P : intervensi dihentikan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

anak
- Memantau warna urine dan
- frekuensi urine anak
III Rabu/ 25- - Evaluasi pengetahuan ibu S: Yoga
11-2020 tentang penyakit diare - Ibu mengatakan senang anaknya
meliputi pengertian, tanda bisa mengikuti terapi bermain
dan gejala diare, penyebab,
- An. K mengatakan merasa
perawatan diare di rumah
senang
- Melakukan terapi bermain
O:
congkak dengan An.K
- Ibu tampak senang
- An.K tampak senang
- Ibu mampu menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala
diare, penyebab, perawatan diare
di rumah
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 23 november


2020, Ibu mengatakan An. K mencret sejak kemaren 5 kali dengan
konsistensi cair tidak ada darah dalam tinja, Ibu M mengatakan sejak tadi
pagi anak mencret sudah 3 kali, BAB masih encer, berlendir dan tidak
disertai darah, warna kuning kecoklatan, malas makan dan minum (-),
mata cekung (-) anak tampak lemah, turgor kulit sedang, mukosa mulut
agak kering, RR : 22 x/i, N : 100x/i dan suhu : 36,4 ◦C.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyadi (2013), tentang
Asuhan Keperawatan pada An.Z dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Diare Akut Dehidrasi Sedang diruang melati 2 RSUD Dr. Moewardi.
Dimana pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB encer sudah
lebih dari 5 kali, konsistensi encer, warna kuning.
World Health Organization (2009), mengatakan diare merupakan
gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau
lender saja. Anak yang mengalami diare akan mengalami BAB dengan
konsistensi cair, kram perut, mual dan muntah, demam, lemah, dan
anoreksia (Arfiana, 2016). Menurut Ngastiyah (2014), anak yang
mengalami diare mula-mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. BAB cair, mungkin
disertai lendir dan darah.
Sejalan dengan hasil penelitian Octorina, Dharma dan Marsaulina
(2013) tentang hubungan kondisi lingkungan perumahan dengan kejadian
diare di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten
Serdang Bedagai tahun 2012, yang mengatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara mencuci tangan pakai air bersih dan sabun dengan
kejadian diare.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori ada 7 diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul
pada klien anak diare yaitu : 1. Diare berhubungan dengan fisiologis

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

proses penyakit 2. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan dan elektrolit pada tubuh. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi 4. Nyeri akut
berhubungan dengan hiperperistaltik usus. 5. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan sering defekasi 6. Hipertermi berhungan dengan
dehidrasi 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi, (Muttaqin dan Sari, (2011) & NANDA, (2017).
Berdasarkan kasus menemukan 3 diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus ini adalah: : 1. Diare berhubungan dengan fisiologis
proses penyakit 2. Resiko Kurang volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh. 3. Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diangkat, untuk diagnosa
pertama yaitu diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal, dilakukan
intervensi manajemen diare dengan aktivitas yaitu evaluasi jenis intake
makanan, monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi, monitor
cubit kulit perut, instruksikan keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi feses, monitor mukosa dan turgor kulit sebagai
indikator dehidrasi dan ajarkan kepada keluarga penggunaan obat
antidiare/penanganan diare dirumah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati,dkk (2017), dimana didapatkan bahwa manajemen diare efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam
pengobatan diare pada anak dirumah. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Spandofer, et al (2016), didapatkan bahwa oralit dengan osmolaritas
rendah tidak hanya mengembalikan keseimbangan konsentrasi natrium dan
kalium saja tetapi mempercepat penyembuhan diare dan tepat diberikan
pada penderita diare akut dehidrasi ringan sedang. Selain itu, pemberian
rehidrasi melalui oral membutuhkan pengobatanyang lebih singkat

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

dibandingkan dengan rehidrasi melalui intravena yaitu 72 jam lebih


pendek dari pada intravena.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu
mengevaluasi jenis intake makanan anak, hal ini terkait jenis makanan yg
dimakan oleh anak dimana makanan yang tidak sehat dan tidak bersih
dapat menyebabkan bakteri masuk ke saluran cerna sehingga terjadi diare.
Tindakan lainnya yang dilakukan untuk diagnosa pertama yaitu memonitor
kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi atau ulserasi,
menginstruksikan pasien untuk mencatat warna, konsistensi, volume,
frekuensi feses, meonitor turgor kulit dan mukosa oral, mengajarkan
keluarga cara pemberian oralit yang benar dan tata cara penanganan diare
dengan tablet zink dan asupan makanan.
Dalam hal ini perlu proses pengarajaran kepada keluarga
khususnya ibu, dimana sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pramesti, dkk (2017), didapatkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai
penatalaksanaan diare secara dini merupakan metode yang efektif dalam
upaya meningkatkan prilaku ibu dalam penatalaksanaan diare pada anak
selama dirumah. Metode pendidikan kesehatan ini dapat dikembangkan
oleh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas maupun kader-kader
sehingga angka kematian anak akibat dehidrasi karena diare berkurang.
Salah satu pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu mengenai
penanganan diare dirumah dengan pemberian tablet zink. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian menurut Wati, dkk (2019), didapatkan bahwa
pemberian zink pada pasien diare anak lebih efektif menurunkan lama
diare dibandingkan pada pasien diare anak tanpa diberi zink. Menurut
WHO (2013), pengobatan diare dapat dilakukan dengan pemberian
berbagai macam obat antidiare salah satunya adalah pemberian obat
kombinasi berupa oralit, zinc serta antibiotik. Pemberian oralit berguna
untuk mengganti cairan dan elektrolit tubuh yang terbuang saat diare,

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

sedangkan pemberian zinc berguna untuk menggantikan kandungan


zinc alami tubuh yang hilang mempercepat penyembuhan diare.
Sedangkan anitiotik hanya diberikan jika ada indikasi seperti diare
berdarah, atau ada indikasi penyakit lainnya.
Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa ke 2 yaitu
mempertahankan catatan intake dan output, memonitor TTV, memonitor
membran mukosa dan turgor kulit, memonitor masukan makanan dan
cairan dan mendorong keluarga untuk membantu pasien makan.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dilkaukan berdasarkan
NOC. selama 3 hari perawatan, didapatkan evaluasi dimana anak sudah
tidak diare lagi, anak tampak sudah tidak rewel, anak mampu makan dan
minum dengan baik, anak sudah beraktivitas kembali seperti biasanya,
turgor kulit baik, cubit kulit kembali cepat. Berdasarkan data hasil evaluasi
yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan diare
dan resiko kekurangan volume cairan teratasi sehingga intervensi dapat
dihentikan.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi
sekresi dimana pasien mengalami kelainan sistem pencernaan, absorbsi,
maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali
pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Penyebab diare yaitu : 1) Adanya infeksi bakteri & virus pada saluran
cerna. 2) Makanan dan Minuman yang tidak sehat (tidak dimasak/belum
matang). 3) Faktor psikologis: rasa takut, cemas, terutama pada anak yang
lebih besar. 4) Makanan yang sudah basi atau beracun. 5) Lingkungan yang
kumuh atau kotor. 6) Perilaku, contoh : tidak mencuci tangan sebelum makan.
Pencegahan diare diantaranya adalah : 1) Selalu menggunakan air bersih
dan mencuci terlebih dahulu sayuran/buah-buahan sebelum dimakan/dimasak,
lalu masak dengan cara yang benar (harus matang). 2) Cuci tangan sebelum
makan. 3) Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih. 3) Buang air besar jangan
disembarang tempat tetapi harus di WC/jamban
B. SARAN
1. Bagi Akademik
Hasil laporan kasus dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan
untuk menambah literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan Diare
2. Bagi Perawat
Diharapkan teman sejawat perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada anak dengan penyakit diare lebih meningkatkan pemberian pendidikan
kesehatan dari prenventif, kuratif dan rehabilitatifnya agar masalah diare pada
anak dapat teratasi dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Clasification (NIC).


Indonesia: Mocommedia.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan


Anak.Jakarta : Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI.( 2017). Pofil Kesehatan Indonesia 2017. Diakses


tanggal 31 Agustus 2020 http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-
publikasi-pusdatin-profil- kesehatan.html

KEMENKES, RI (2019). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).


Jakarta

Maryunani,Anik. 2013. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans


Info Media.

NANDA International.2018. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC

Ngastiyah,(2014). Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta : EGC

Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R.(2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta : Salemba Medika

Subakti, Fikri, A. 2015. Pengetahuan, Perilaku Sehat dan Sanitasi Lingkungan


Terhadap Kejadian Diare Akut di Kelurahan Tlogopojok dan Kelurahan
Sidorukun Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Jurnal UNESA
(Universitas Negri Surabaya). . Diakses pada pada Senen, 05 Oktober 2020
12.55 WIB http://ejournal.unesa.ac.id/article/13744/40/article.pdf

Ulfah, Maria. Rustina, Yeni. Dessie, Wanda. 2012. Zink Efektif Mengatasi Diare
Akut pada Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15,No.2. Diakses
pada Rabu, 07 Oktober 2020 pukul 11.12 WIB :

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/39/39

Wardani, Septi. 2016. Manajemen Diare Anak Oleh Perawat di Rumah Sakit.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1. Diakses pada pada Senen, 05
Oktober 2020 12.35 WIB : http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/WRDN/301

Wardani,Septi. 2014. Peran Perawat Dalam Tatalaksana Diare Akut Pada Anak Di
RS Dr.Soejono Magelang. Tesis Program Studi Keperawatan Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran UGM. Diakses pada pada Senen, 05 Oktober 2020
11.12 WIB
:http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pen
elitia nDetail&act=view&typ=html&buku_id=77071

Wong,D.L.; Eaton, M.H.; Wilson, D.; Winkelstein, M.L.;& Scwart, P. 2008. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
World Health Organization (2017).
http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs30/en/ Diakses pada Senen, 05
Oktober 2020

Wiharto,Mulyo. 2015. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan


Kejadian Diare Pada Tatanan Rumah Tangga Di Daerah Kedaung Wetan
Tangerang. Forum Ilmiah Volume 12 No 1.Diakses pada Senen, 05 Oktober
2020 pukul 12.30 WIB :
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/viewFile/1149/1056

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

LAMPIRAN 1

Telaah Jurnal 1

Judul Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan


Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Di
Kelurahan Cibaduyut Bandung
Penulis Tri Ardayani. S, Kep., Ners., M.KM
Daftar Pustaka Ardayani, T. (2020). H Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam
Pencegahan Diare Pada Balita Di Kelurahan Cibaduyut
Bandung. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, Jun, 2015, 3
(1),29-35. ISSN 2354-6565
Penerbit Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi,

Hasil Penelitian Hasil p value (0.006) <p alpha (0,05) maka terdapat
disimpulkan bahwa terdapatkan adanya perubahan pada
tingkat pengetahuan dan sikap ibu sebelum (pre) dan
sesudah (post) pemberian pendidikan kesehatan.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam terbentuknya tindakan dan perilaku seseorang.
Pembahasan Hasil penelitian yang didapatkan mengenai pengtahuan
dalam pencegahan diare didapatkan bahwa setelah
diberikan pendidikan kesehatan dalam pencegahan
terdapat perbedaan setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Peneliti berpendapat bahwa media yang
menunjang dan strategi yang tepat dapat memperkaya
pengetahuan ibu tentang pencegahan diare seperti media
flifchart dan metode diskusi. Disamping dapat dilakukan
guna meningkatkan pengetahuan ibu, hal ini juga dapat
dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
sosialisasi pencegahan diare di lingkungan kelurahan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

dan sekitarnya. Pendidikan kesehatan dengan


menggunakan media flifchart dan metode diskusi dalam
pencegahan diare pada ibu yang memiliki balita.
Intervensi berupa pemberian pendidikan kesehatan
dengan menggunakan metode diskusi dan media
flifchart dalam pencegahan diare, memberi informasi
baru pada ibu. Informasi dari intervensi tersebut menjadi
landasan kognitif yang baru bagi ibu dalam bentuk
sikap. Media flifchart yang digunakan oleh peneliti
menyajikan gambar-gambarm tentang sikap yang positif
dalam pencegahan diare sehingga dalam pemberian
informasi peneliti memperagakan sikap yang positif
sesuai dengan yang terdapat di media flifchart. Sehingga
sebagian dari penderita yang tadinya tidak mendukung
(unfavorable) menjadi mendukung (favorable)
pencegahan diare

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Telaah Jurnal 2

Judul Jurnal Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan Dirumah


Dengan Tingkat Dehidarasi Pada Balita Yang Mengalami
Diare
Penulis Zubaidah Hj dan Maria Insana
Daftar Pustaka H, Zubaidah & Insana, M. (2020). Hubungan
Penatalaksanaan Pemberian Cairan Dirumah Dengan
Tingkat Dehidarasi Pada Balita Yang Mengalami Diare.
Jurnal Keperawatan Suaka Insani. Vol 5 Ed I, 2020
Penerbit Jurnal Keperawatan Suaka Insani

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji statistic diketahui bahwa nilai


sig.(2-tailed) adalah 0,000 nilai ini menunjukan 0,000 <
0,05, yang berarti bahwa ada hubungan penatalaksanaan
pemberian cairan dirumah dengan tingkat dehidrasi pada
balita yang mengalami diare di Puskesmas Karang Intan 2
tahun 2018. Resiko dehidrasi pada anak balita menjadi
lebih besar karena komposisi cairan tubuh yang besar dan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri
secara bebas
Pembahasan Tata laksana diare pada balita membutuhkan
pengetahuan ibu karena dengan pengetahuan yang baik
maka ibu akan melakukan tata laksana diare dengan
menggunakan program lintas diare yang diadakan
pemerintah. Program Pemerintah untuk mengatasi diare
salah satunya dengan mengadakan (Lintas Diare) Lima
Langkah Tuntas Diare, yang terdiri dari pemberian
oralit osmolaritas rendah untuk mencegah terjadinya
dehidrasi, pemberian zinc untuk mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, pemberian ASI yang bertujuan
untuk memberikan makanan yang kaya nutrisi pada

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

anak dengan diare cair agar mendapatkan kembali nafsu


makan anak setelah dehidrasi di perbaiki,pemberian
antibiotika hanya atas indikasi, pemberian nasihat
kepada ibu atau ibu sangat diperlukan. Penelitian ini
mayoritas balita mengalami diare tanpa dehidrasi,
meskipun mayoritas balita berusia 2 tahun yang masih
rentan mengalami dehidrasi saat mengalami diare
namun ibu telah memberikan air putih, ASI, larutan gula
garam, air tajin, air sayur, dan oralit sehingga kejadian
dehidrasi pada balita dapat terhindari, bahwa tindakan
yang harus dilakukan keluarga jika bayi atau anak
menderita diare adalah memberikan bayi atau anak
cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah
dehidrasi.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Telaah Jurnal 3

Judul Jurnal Pemberian Edukasi Kesehatan tentang Pencegahan Diare


pada Anak di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Dasan
Agung Kota Mataram, NTB
Penulis Indah Wasliah, Syamdarniati Syamdarniati, Danul
Aristiawan
Daftar Pustaka Wasliah, I, dkk. (2020). Pemberian Edukasi Kesehatan
tentang Pencegahan Diare pada Anak di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung Kota Mataram,
NTB. Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis 2 (1) 2020: 13-
16, ISSN : 2685-7510
Penerbit Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis
Hasil Penelitian Kegiatan edukasi kesehatan tentang pencegahan diare
pada anak balita yang dilakukan pada tanggal 21
Desember 2019, di Posyandu otak dese wilayah kerja
Puskesmas Dasan Agung ini secara umum dapat berjalan
dengan lancar. Di hadiri oleh kurang lebih 30 orang tua
anak usia balita yang anaknya dengan riwayat penyakit
diare maupun yang sedang mengalami diare. Hasil yang
didapatkan setelah dilakukan edukasi selama kurang lebih
30 menit adalah 75% orangtua mengatakan paham
tentang penyakit diare tersebut. Orang tua banyak yang
menyarankan agar pihak puskesmas khususnya, untuk
selalu melakukan kegiatan edukasi terkait penyakit
penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan sangat bermanfaat karena respon orang tua
sangat baik dan kooperatif, sehingga harapannya dapat
menekan angka kunjungan balita sakit yang datang ke
Puskesmas Dasan Agung.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Pembahasan Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyrakat ini dibagi


menjadi beberapa tahapan yaitu mulai dari pra interaksi,
interaksi dan evaluasi. Pada tahap pra interaksi adalah
tahap dimana memilih sasaran yang akan dilakukan
edukasi, dalam hal ini adalah orang tua anak balita yang
mengalami diare sejumlah 30 orang tua, selanjutnya
melakukan kontrak waktu dan tempat pelaksanaan
edukasi yaitu pada saat pelaksanaan posyandu dilakukan.
Pada tahap interaksi dilakukan kegiatan edukasi yang
dilakukan adalah dengan mereview awal pengetahuan
orang tua, kemudian pemberian edukasi, penyebaran
leaflet serta melakukan diskusi dan tanya jawab terkait
diare pada balita. Edukasi yang dilakukan mulai dari
penjelasan terkait data kejadian diare di puskesmas,
pengertian diare, penyebab diare, tanda dan gejala,
penatalaksanan dan pencegahan diare pada balita. Di
akhir kegiatan edukasi, dilakukan tahap evaluasi dengan
melakukan tanya jawab dan diskusi yang berhubungan
dengan diare pada balita serta pemberian leaflet untuk
orang tua utuk di bawa pulang ke rumah mereka.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Telaah Jurnal 4

Judul Jurnal Permainan congkak nilai dan potensi bagi perkembangan


kognitif anak

Penulis Dheka D. A. Rusmana


Daftar Pustaka Danandjaja, James. 2002.

Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti

Miller, Patricia H. 1993.

Theories of Development Psychology.


New York: Freeman

Tim Peneliti. 1981.

Permainan Daerah Jawa Barat. Jakarta:


Depdikbud

Penerbit Jurnal kesehatan

Hasil Penelitian Permainan Congkak: Nilai dan Potensinya bagi


Perkembangan Kognitif Anak, permainan tradisional yang
merupakan warisan nenek moyang. Interpretasi yang penulis
lakukan berupaya menggali nilai dan potensi yang terdapat
dalam permainan Congkak dalam hubungannya dengan
bidang psikologi khususnya perkembangan anak. Penelitian
terhadap permainan tradisional sebagai salah satu bentuk
folklor Nusantara secara interdisipliner terhadap ilmu
psikologi ini mengungkapkan bahwa permainan Congkak
sebagai permainan tradisional yang berkembang di banyak
daerah di Nusantara ini memiliki berbagai nilai dan memiliki
potensi dalam memengaruhi perkembangan anak khususnya
pada aspek kognitif.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Pembahasan Deskripsi Permainan Congkak, meliputi: nama, alat


yang digunakan, waktu permainan, tempat permainan,
pihak yang terlibat, proses penciptaan, dan konteks
pertunjukan.

1. Alat yang Digunakan


a. Papan Congkak

Papan Congkak, biasanya terbuat dari kayu (tetapi


sekarang sudah banyak yang terbuat dari plastik) berbentuk
seperti perahu dengan ukuran kurang lebih: panjang 80 cm,
lebar 15 cm, dan tinggi 10 cm. pada kedua ujungnya
terdapat cekungan yang besar dan disebut indung. Antara
kedua indung tersebut berderet dua yang masing-masing
terdiri atas 7 cekungan yang lebih kecil, kira-kira
berdiameter 5 cm.

b. Kuwuk
2. Alat tersebut dilengkapi kuwuk atau kerikil atau
biji-bijian apa saja yang berukuran kecil. Setiap
cekungan (kecuali indung) harus diisi 7 buah
butir. Sehingga seluruhnya memerlu- kan 98
butir (dua deret X & lubang X 7 butir).Waktu
Permainan

Waktu permainan dapat dilakukan kapan saja, pada


waktu senggang. Tempat permainan: di dalam atau di luar
rumah, baik di teras maupun di halaman. Permainan ini
tidak menyita banyak tempat.

3. Pihak yang Terlibat dalam Permainan:

Permainan ini biasanya dilakukan oleh perempuan,


baik anak- anak maupun dewasa. Pemain berjumlah dua
orang.

4. Proses Penciptaan

Congkak sebagai permainan rakyat yang sudah


berkembang cukup lama di masyarakat Sunda
khususnya di Kota Bandung, sejak dahulu
memainkannya dengan menggunakan papan
Congkak seperti yang tersedia saat ini. Dalam
permainan tradisional, anak-anak yang hendak
bermain dituntut kretivitasnya mulai dari
menentukan permainan apa yang hendak

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

dimainkan, kemudian membuat peralatan


permainan, membuat dan mematuhi kesepakatan
bersama hingga permainan usai.
Zaman dahulu bermain Congkak, diawali
dengan membuat cekungan- cekungan sebagai
wadah atau tempat menyimpan biji-biji yang
hendak dikumpulkan. Anak-anak membuat
cekungan tersebut di tanah. Dalam
perkembangannya, permainan Congkak akhirnya
memiliki alat permainan tersendiri, tidak lagi
membuat cekungan di tanah. Alat permainan
tersebut berupa papan yang terbuat dari logam, baik
besi maupun kuningan, tentunya dengan beberapa
cekungan sesuai dengan pola aslinya. Kemudian
papan logam itu pun berganti seiring dengan
bergantinya zaman, yaitu menggunakan material
kayu. Perkem- bangan selanjutnya bergantilah
material kayu dengan material plastik, yang lebih
ringan, lebih praktis, dan tentunya jauh lebih
murah.
Papan Congkak, yang biasanya terbuat dari
kayu tetapi sekarang sudah banyak yang terbuat
dari plastik, berbentuk seperti perahu dengan
ukuran kurang lebih: panjang 80 cm, lebar 15 cm,
dan tinggi 10 cm. Pada kedua ujungnya terdapat
cekungan yang lebih besar dan biasa disebut
indung. Antara kedua indung tersebut berderet dua
yang masing-masing terdiri atas 7 cekungan yang
lebih kecil, kira-kira berdiameter 5 cm.
Dalam bermain Congkak, selain dibutuhkan papan
Congkak juga dibutuhkan kuwuk atau kerikil atau biji-
bijian apa saja yang berukuran kecil. Setiap cekungan
(kecuali indung) harus diisi 7 buah butir. Sehingga
seluruhnya memerlukan 98 butir (dua deret X 7 lubang X 7
butir).

5. Konteks Pertunjukan

Pada umumnya Congkak dimainkan oleh perempuan


baik anak- anak maupun yang telah dewasa. Permainan
yang dalam pelaksanaannya tidak menggunakan lagu ini
pada umumnya dilakukan sambil duduk bersimpuh di atas
lantai dan saling berhadapan dengan lawannya. Masing-
masing menghadap sederet cekungan Congkak.Tidak ada
ketentuan biji dari cekungan mana yang harus pertama kali
diambil dalam mengawali permainan. Tetapi keduanya

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

bersama- sama meraup biji pada salah satu cekungan untuk


memulai permainan, kemudian mengisi cekungan yang
berderet masing-masing dengan satu butir biji yang ada
dalam genggaman hasil meraup sebelumnya. Arah
pengisian seperti arah jarum jam yaitu dari kanan ke kiri,
sehingga cekungan indungnya terisi juga satu butir dan satu
buah cekungan menjadi kosong karena bijinya diraup
untuk kemudian diisikan pada cekungan lain.

6. Nilai dan Potensi yang Terkandung dalam


Permainan Congkak.

Permainan ini mendidik para pemainnya, khususnya


wanita agar senantiasa bersikap tenang, sebab dalam
pertunjukannya memang jarang sekali didapati pemainnya
banyak melakukan gerakan. Masing-masing pemain
menghadap sederet cekungan Congkak. Kedekatan jarak
antar- pemain ini, dapat menjadi sebuah jembatan
kedekatan emosional keduanya. Memberi jalan bagi para
pemainnya untuk saling mengenal, mengidentifikasi, dan
menumbuhkan kedekatan.
Nilai budaya dan potensi serta manfaat yang
terkandung dari permainan tradisional anak pada
dasarnya diperoleh dari karakteristik permainan
tradisional anak-anak itu sendiri yang lebih banyak
bersifat mengelompok atau dimainkan minimal
oleh dua orang anak, menggunakan alat permainan
yang relatif sederhana, serta mencerminkan
kepribadian bangsa sendiri. Menyimak dari hasil
analisis mengenai nilai dan potensi yang terdapat
dalam permainan congkak, permainan ini
merupakan salah satu warisan budaya yang
berharga dalam rangka memelihara tata nilai
kehidupan bangsa. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebuah tawaran sekaligus pilihan, sebab
nyatanya permainan tradisional anak-anak ini juga
dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam
membangun pribadi seseorang.
Permainan tradisional yang sarat dengan nilai dan potensi
itu perlu dikenali, selanjutnya dapat diimprovi- sasi
sehingga akan diminati oleh anak- anak. Guna
mengembangkan permain an tradisional anak-anak sebagai
salah satu aset budaya bangsa, maka perlu kiranya
mendapat perhatian dari berbagai pihak. Mulai dari
masyarakat itu sendiri hingga campur tangan pemerintah.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Semua ini tidak lepas dari usaha untuk membentuk


kepribadian anak-anak yang nantinya akan menjadi
penerus perjuangan bangsa, menjadi manusia yang berbudi
luhur dan dapat membawa bangsa ini pada suatu kondisi
yang lebih baik.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

LAMPIRAN 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIARE

Mata kuliah : Keperawatan Anak


Pokok bahasan : Diare
Pelaksanaan : Selasa, 24 November 2020
Waktu : 20 menit
Sasaran : Ibu An.K
Tempat : Rumah Ibu An.K
Penyuluh : Yoga Gustiva, S.Kep

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang diare, diharapkan ibu dapat
menjelaskan kembali tentang cara perawatan diare.
II. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang diare selama 20 menit, Peserta
dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Menyebutkan cara pencegahan diare berulang
5. Menyebutkan cara perawatan diare

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

III. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


NO TAHAP PENYULUH PESERTA WAKTU
1 Pendahuluan - Memberi salam - Menjawab 5 Menit
- Memperkenalkan diri salam
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
kegiatan - Mendengarkan
2 Kegiatan - Menjelaskan tentang - Mendengarkan 10 Menit
Inti pengertian diare
- Menyebutkan penyebab
diare
- Mendengarkan
- Menyebutkan tanda dan
gejala diare
- Menyebutkan cara
- Mendengarkan
pencegahan diare
- Menyebutkan cara
perawatan diare di
rumah - Mendengarkan

- Mendengarkan

- Mendengarkan
3 Evaluasi - Memberi kesempatan - Bertanya 5 Menit
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi
yang di sampaikan
- Memberi pertanyaan
kepada peserta tentang - Menjawab
materi yang di pertanyaan
sampaikan
- Memberi kesempatan - Menjelaskan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

untuk menjelaskan ulang


ulang
- Memberi kesimpulan - Mendengarkan
- Memberi salam - Menjawab
penutup salam

IV. METODE
1. Ceramah Tanya Jawab
V. MEDIA dan Alat
1. PPT dan leafleat
VI. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a) Media dan alat memadai.
b) waktu pelaksanaan tepat waktu.
c) lingkungan yang tenang dan mendukung.
2. Proses
a) Kegiatan penyuluhan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan
yang di rencanakan.
b) Penyuluh menyampaikan materi menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti.
c) Peserta mendengarkan dengan penuh perhatian.
d) Peserta terbuka dan berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
e) Tujuan khusus dapat dicapai.
3. Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Menyebutkan cara pencegahan diare
5. Menyebutkan cara perawatan diare di rumah
6.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

VII. LAMPIRAN MATERI


DIARE PADA ANAK
A. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2002).
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses, diare
pada anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah
gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana
pasien mengalami kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan
frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga
kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur
lendir atau darah, atau lendir saja.
B. Penyebab
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas
dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal
dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit
akan meningkat.
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

2) Infeksi bakteri: oleh bakteri Vibro, E.coli, Salmonella,Shigella,


Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
3) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie
poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4) Infestasi parasite: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
5) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan
isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
1. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltose,
dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi
laktosa.
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti
makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang
dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut
dan cemas.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

C. Tanda dan Gejala


1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
rasa tidak enak, nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

D. Pencegahan Diare
1. Selalu menggunakan air bersih dan mencuci terlebih dahulu sayuran/buah-
buahan sebelum dimakan/dimasak, lalu masak dengan cara yang benar
(harus matang)
2. Cuci tangan sebelum makan
3. Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih
4. Buang air besar jangan disembarang tempat tetapi harus di WC/jamban.

E. Penanganan Diare
Menurut Ngastiyah (2014) penatalaksanaan yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan:
1) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl,
isotonic, infuse RL
2). Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
3). Jalan masuk atau cairan pemberian

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

a). Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
b). Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari
berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
4). Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian
obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus, antimetik.
b. Pengobatan diueretic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula
yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh,
misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah padat
(bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu
karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang disesuaikan dengan
kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a). Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah
tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde.
Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter).
Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk
mengatasi dehidrasi.
b). Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
1) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai
set infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada
botol infuse waktu memantaunya.
2) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan, suhu.
3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
4) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
5) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan
makan lunak atau secara realimentasi.
Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C sebagai
berikut:
1. Rencana terapi A
Penanganan diare rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4
aturan perawatan di rumah:
a. Beri cairan tambahan
1). Jelaskan pada ibu, untuk
a) Beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali
pemberian.
b). Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air
matang sebagai tambahan.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

c). Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1


atau lebih cairan berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah
sayur, air tajin). Atau air matang.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan
kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian lain yang harus
diberikan setiap kali anak berak:
a). Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
b). Umur ≥ 5 tahun: 100sampai 200 ml setiap kali berak.
Katakan kepada ibu:
a). Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari
mangkuk/cairan/gelas.
b). Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi
lebih lambat.
c). Lanjutakan pemberian cairan tambahan sampai diare
berhenti.
b. Beri tablet Zinc selam 10 hari.
c. Lanjutkan pemberian makanan
d. Kapan harus kembali konseling bagi ibu.

2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit. Berikan oralit di
klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2 Pemberian Oralit (Sumber: MTBS, 2015)

Umur ≤4 bulan 4 - ≤ 12 bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5 tahun

Berat < 6 kg 6 -< 10 kg 10 - < 12 kg 12- 19 kg

Jumlah 200 -400ml 400-700ml 700 - 900 ml 900-1400ml

a). Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama


1). Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman
diatas.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

2). Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
b). Tunjukan cara memberikan larutan oralit
1). Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas
2). Jika anak muntah, tunggu 10 menit . Kemudian berikan lagi lebih
lambat.
3). Lanjutkan ASI selama anak mau
c). Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
1). Umur <6 bulan: 10 mg/hari
2). Umur ≥6 bulan: 20 mg/hari
d). Setelah 3 jam
1). Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat dehidrasinya.
2). Pilih rencana terapi yang seusuai untuk melanjutkan pengobatan.
3). Mulai memberi makan anak.
e). Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
1). Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
2). Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah
untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
3). Beri oralit yang cukup untuk dehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi
4). Jelas 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).
3. Rencana terapi C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaitu dengan:
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum,
beri oralit melalui mulut sementara infuse dipersipakan. Beri
ml/kg cairan Ringer Laktat atau jika tersedia, gunakan cairan
NaCl yang dibagi sebagai berikut:

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Tabel 1.3 Pemberian cairan (Sumber: MTBS, 2015)

Pemberian Pemberian
Umur Pertama 30 mg ml/kg Berikut 70 mg ml/kg
selama selama

Bayi (dibawah umur 1 jam 5 jam


12 bulan)

Anak 3 menit 2 jam (12

b. Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangatlah lemah atau tidak
teraba Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi
belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga
tablet Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasi dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada
fasilitas untuk pemebrian cairan intravena terdekat (dalam 30
menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan menuju klinik.
g. Jika perawat sudah terlatih mengunakan pipa orogastik untuk
rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui
pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam
(total 120 ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap1-2 jam:
1). Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

2). Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk


anak untuk pengobatan intravena.
i. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasi dehidrasi.
Kemudian tentukan rencana terapi sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan pengobatan.
4. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet
Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.
b. Dosis tablet Zinc (1 tablet – 20 mg). berikan dosis tunggal selama
10 hari
c. Cara pemberian tablet Zinc
1). Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut) 30 detik), segera berikan kepada anak.
2). Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah
pemebrian tablet Zinc, ulangi pemeberian dengan cara
memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
3). Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari
selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti,
karena Zinc selain memberi pengobatan juga dapat
memberikan perlindungan terhadap diare selama 2-3 bulan ke
depan.
5. Pemberian Probiotik Pada Penderita Diare
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan
sebagai suplemen makanan yang memberikan pengaruh
menguntungkan pada penderita dengan memperbaiki keseimbangan
mikroorganisme usus, akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri
probiotik di dalam lumen. Saluran cerna. Probiotik dapat
meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga meningkatkan
respons imun alami (innate immunity). Probiotik menghasilkan ion
hidrogen yang menurunkan pH usus dengan memproduksi asam

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

laktat sehingga menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Probiotik


saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif diare
akut. Hal ini berdasarkan perannya dalam menjaga keseimbangan
flora usus normal yang mendasari terjadinya diare. Probiotik aman
dan efetif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada anak.
6. Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita
anoreksia sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang.
Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika, pasien
mengalami muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan
makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak
lekas tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi. Pada pasien yang
menderita malabsorbsi pemberian jenis makan yang menyebabakan
malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian makanan harus
mempertimbangkan umur berat badan dan kemampuan anak
menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa
makan makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran
pada saat masih diare, dan minum teh. Besoknya jika kondisinya
telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

DAFTAR PUSTAKA

Buku Bagan manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2015. Jakarta

Bulechek M. Gloria. 2016. Nursing Interventions Clasification. Edisi 6. Indonesia

Carman. S,. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2008. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa,
Aifrina Hany. Jakarta: EGC.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

LAMPIRAN 3

SATUAN ACARA KEGIATAN


TERAPI BERMAIN

Judul : Terapi bermain congkak


Tanggal pelaksanaan : 25 November 2020
Waktu : 15 menit
Tempat : Di rumah An. K

1. TUJUAN
1.1 Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan biasa
merasa tenang selama perawatan dirumah dan bisa mengalihkan
pikiran dari sakit yang dialami.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak
mampu :
1) Bisa merasa tenang selama dirawat mau melaksanakan anjuran
dokter dan perawat
2) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan
keperawatan
3) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
4) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal
5) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak
terhadap suatu permainan
6) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman
bermain yang tepat
7) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena
sakit
8) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

2. SASARAN
a. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
b. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain
c. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
d. Anak yang dapat menghirung biji congkok
e. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain congklak

3. MEDIA
a. Batu Congklak
b. Papan Congklak

4. STRATEGI PELAKSANAAN

No. Waktu Kegiatan Peserta


1 2 menit Pembukaan :
- Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
- Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
- Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi
bermain
- Memperhatikan
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
2 10 menit Pelaksanaan :
- Memperhatikan
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan
terapi bermain congklak kepada
anak
- Bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya jika belum
Jelas
- Antusias saat menerima
3. Membagikan Anak dibagikan
peralatan
media bermain (congklak)
4. Fasilitator mendampingi anak dan
- Memulai bermain
memberikan motivasi kepada anak
5. Menanyakan kepada anak apakah
- Menjawab pertanyaan
telah selesai bermain congklak

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

6. Memberitahu anak bahwa waktu - Mendengarkan


yang diberikan telah selesai
7. Memberikan pujian terhadap - Memperhatikan
anak
4. 3 menit Terminasi:
- Memperhatikan/gembira
1. Memberikan motivasi dan pujian
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
- Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih kepada
anak dan orang tua
- Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

5. KRITERIA EVALUASI
a. Evalusi Struktur
1. Anak hadir di ruangan
2. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang keluarga
3. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
b. Evaluasi Proses
1. Anak antusias dalam kegiatan congkak
2. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
3. Tidak terdapat anak yang malas untuk bermain congkak
c. Kriteria Hasil
1. Anak terlihat senang dan gembira
2. Kecemasan anak berkurang
3. Anak mampu menyelesaikan permainan congkak

6. PERKIRAAN HAMBATAN
a. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai

7. ANTISIPASI HAMBATAN/ MASALAH


a. Jadwal terapi bermain disesuaikan (Tidak pada waktu terapi)
b. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak
selama program terapi

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

MATERI KEGIATAN

A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia.Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain- lain.Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain
adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala
sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih
mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang
masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi
lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan
tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan
pada anak. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di
rawat di rumah membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini
terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah
sehingga anak tidak mampu beraktivitas, tidak bisa bermain di luar
rumah.Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa
melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari
latar belakang di atas menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan
anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

B. Anak Usia Sekolah(8-12 Th)


Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia pra
sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih
matang. Anak sudah mulai aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga
kemampuan bicara dan berhubungan sosial dengan teman semakin
meningkat. Oleh karna itu jenis permainan yang sesuai adalah associative
play, dramatic play dan skill palay.
C. Pengertian Bermain Congklak
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkn diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa.Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.
Congklak adalah permainan tradisional yang dimainkan dua orang yang
saling berhadapan menggunakan papan dan biji congklak. Alat tersebut
dilengkapi dengan biji-bijian untuk pengisi lubang congklak. Pada akhir
permainan yang memiliki biji congklak terbanyak pada lubang induk yang
dimilikinyalah yang menjadi pemenang dalam permainan congklak ini.
D. Alat Yang Diperlukan Dalam Bermain Congklak
Untuk bermain congklak dibutuhkan peralatan permainan congklak atau
papan congklak dan biji congklak. Papan congklak terbuat dari kayu atau
plastic yang dibentuk memanjang menyerupai lesung. Bidang atasnya pada
kedua sisinya diberi lubang-lubang berjajar dengan jumlah bervariasi pada
setiap aderah misalnya 7 lubang. Dikedua sisi papan terdapat lubang besar
yang merupakan lubang induk pemain. Masing-masing lubang kecil disi
dengan 7 butir biji congklak.
E. Cara Bermain Congklak
Permainan congklak ini dapat dimainkan oleh dua orang baik perempuan
maupun laki-laki. Cara bermain congklak ini adalah, pertama tiap lubang kecil
disi dengan 7 biji congklak. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Setiap permainan mengambil semua biji yang terdapat pada lubang kecil yang
dinginkan. Untuk disebar satu biji perlubang berurutan searah jarum jam.
Langkah tersebut dilakukan berulang. Apabila pada lubang terakhir
meletakkan biji masih ada bijinya maka pemain tersebut tetap melanjutkan
dengan mengambil semua biji yang terdapat pada lubang tersebut. Dan
melanjutkan permainan. Apabila peletakan biji terakhir pada lubang yang
kosong maka pemain tidak dapa melanjutkan langkah. Giliran permainan
berpindah kepada lawan.
Setelah semua baris kosong maka permainan dimulai lagi dengan mngisi 7
lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada dilubang
induk kita. Dalam hal ini, kejujuran pemain turut menentukan karena bias saja
berlaku curang dengan memasukkan 2 biji sekaligus dalam satu lubang, bola
pengisian telah mendekati lubang kosong. Permainan bias berlanjut dengan
saling bergantian dan baru berakhir setelah lubang salah seorang pemain
kosong. Permainan berakhir apabila seluruh biji sudah berada pada lubang
tujuan masing-masing pemain atau apabila salah satu peman sudah tidak
memiliki biji pada lubang kecilnya untuk dimainkan. Pemenangnya adalah
yang memiliki jumlah biji terbanyak pada lubangnya.
F. Manfaat Bermain Congklak
Congklak adalah salah satu permainan yang didalamnya terdapat nilai
yang lebih yaitu matematika, khususnya konsep pembagian. Adapun beberapa
manfaat atau nilai yang bias diambil dari bermain congklak adalah sebagai
berikut:
1. Sikap sportif, dengan bermain congklak kita dilatih untuk memberanikan
diri bersikap sportif, jika tidak sportif bias saja kita memasukkan beberapa
biji kedalam satu lubang induk atau berpura-pura tidak berhenti pada
lubang kosong dan lain-lain.
2. Sikap jujur, jujur jufga tidak jauh berbeda dengan sikap sportif, intinya
permainan jujur dalam congklak akan membuat permainan menjadi seru.
3. Strategi, dalam bermain congklak tentunya kita tidak asal memainkan biji-
biji tersebut, tetapi kita dituntut untuk berpikir bagaimana caranya supaya

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

kita bermain tidak cepat berheni dilubang kosong, mengatur strategi


bagaimana caranya kita dapat mengambil biji lawa dengan cepat,
bagaiman caranya kita bisa menang dan bagaimana caranya agar kita tidak
bermain kembali dengan kondisi ada lubang yang kurang biji.
Manfaat bermain congklak terhadap perkembangan jiwa anak:
1. Mengembangkan kecerdasan logika anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok.
Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya sehingga timbul
toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman dan terbiasa dalam
kelompok.
2. Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya.
3. Mengembangkan kecerdasan kinestik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para emain untuk
bergerak.
4. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang terbuat dari kayu , tanah, tumbuhan.
Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga
anak menyatu terhadap alam serta mengembangkan kreatifitasnya.
5. Mengembangkan kecerdasan musilkal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional.
Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi dan menari.
6. Digunakan sebagai terapi terhadap anak
Saat bermain, anak-anak melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa
dan bergerak. Kegiatan semacam ini digunakan sebagai terapi untuk anak-
anak yang membutuhkan kondisi tersebut.

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

LAMPIRAN 4

STATUS GIZI

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Hasil Status Gizi

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI

Link Video :
https://drive.google.com/file/d/1-OgQuQgeH2GOPXelW58-
9u9zF9I0Jfza/view?usp=drivesdk

Foto :

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Yoga Gustiva, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020

Yoga Gustiva, S.Kep


3. Mencari Pengobatan Lanjutan
Anak Sehat

DIARE

Segera ke Puskesmas / Rumah Sakit, bila


tidak membaik dalam 3 hari atau ada salah
satu tanda :
Diare terus menerus
Muntah berulang - ulang
Rasa haus yang nyata
Makan/Minum sedikit BEBAS DIARE
Demam

Beritahukan
Ada darah dalam tinja

Cegahlah DIARE Dengan :


Peningkatan Kesehatan Perorangan dan
Lingkungan :
Tetangga Anda DIREKTORAT JENDERAL

Tentang Pesan ini


PENGENDALIAN PENYAKIT DAN
Gunakan Air Bersih Yang Cukup PENYEHATAN LINGKUNGAN
Cuci Tangan Dengan Sabun dan Air Bersih DEPARTEMEN KESEHATAN RI
Berak di Jamban TAHUN 2005
Buang Tinja Bayi di Jamban
Peningkatan Daya Tahan Tubuh, melalui :
Pemberian Asi Subdit Diare & PP
Kerjasama
WHO di Indonesia
Pemberian Makan Pendamping ASI MEDECINS SANS FRONTIERES
DOKTER LINTAS BATAS
Imunisasi Campak WHO
Apa Diare itu Cara Mengatasi Diare di Rumah Cara menyiapkan oralit
Sediakan 1 gelas air matang
Diare adalah (200 ml)
Berak Encer
Masukan semua bubuk oralit
kemasan 200 ml, ke dalam gelas
Bahaya Diare
Aduk sampai larut

2. Teruskan Pemberian Makan

1. Segera Beri Banyak Minum Selama Diare :


Teruskan dan Tingkatkan Pemberian
Dengan :
Air Susu Ibu (ASI) pada bayi yang
Cairan yang tersedia di rumah tangga masih menyusu
Kekurangan Cairan/Lemas seperti :
Kuah Sayur Anak usia di atas 6 bulan, berikan makan
Mengakibatkan Kuah Sup tambahan seperti :
TIAN !
Air Tajin PERHA BERI Bubur dan sayuran
N
Sari Buah JANGA DALAM Sari buah segar
Kehabisan Cairan dan Air Teh
AN
MINUM /BOTOL
G
Beri makan lebih dari 6 kali/hari
K ALE N Setelah Diare
Meninggal Air Matang
LGG Beri makanan lebih sering dari biasanya, minimal
selama 3 minggu, dan teruskan seperti biasa
Bila ada, beri Oralit Harus diperhatikan
Berikan Oralit setiap kali berak Jangan beri makan yang merangsang, seperti :
Pedas
Umur kurang dari 1 tahun Terlalu asin atau
¼ - ½ gelas Asam
Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas Jangan berikan makan yang sudah
Umur diatas 5 tahun : 1 - 1 ½ gelas rusak atau basi
oleh:
Yoga Gustiva, S.Kep
2041312002
Apa Itu Diare????

Diare adalah buang air besar lembek


/cair (mencret) bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya ( biasanya 3 kali atau lebih
dalam sehari)
Penyebab

➢ Infeksi bakteri / virus


➢ Makanan tidak hygienis
➢ Faktor lingkungan tidak
sehat/perilaku : lingkungan
kotor, tidak cuci tangan
sebelum makan/ setelah BAB
➢ Gangguan kesehatan : campak
➢ Gangguan psikologis : takut/
cemas
Tanda-Tanda Diare

➢ BAB Cair
➢ Muntah
➢ Kadang demam
➢ Malas makan/minum
➢ Malas bergerak/lemas
➢ Rewel
➢ Kencing sedikit
➢ Dehidrasi (kekurangan cairan)
Diare
Peningkatan Kesehatan
perorangan dan lingkungan
• Gunakan air bersih yang cukup
• Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih
• BAB di jambn Peningkatan daya tahan
• Buang tinja bayi dijamban tubuh melalui

• Pemberian air minum sedikit tapi


sering
• Pemberian makan pendamping asi
• Imuniasai campak
Cairan yang tersedia dirmah
tangga bila ada, Beri Oralit
Berikan oralit setiap kali mencre
· Kurang dari 1 tahun 1/4 –1/2
gelas
· 1-2 tahun : 1/2-1 1/2 gelas
· Diatas 5 tahun : 1-1 1/2 gelas
Cara Menyiapkan Oralit
· Sedikan 1 gelas air matang
(200) ml
· Masukkan semua bubuk oralit
kedalam gelas
· Aduk sampai larut
Segera ke Puskesmas/ Rumah
sakit, bila tidak membaik
dalam 3 hari atau ada salah
satu tanda berikut:

❑ Diare Terus-menerus
❑ Muntah berulang-ulang
❑ Rasa Haus yang nyata
❑ Makan/minum sedikit
❑ Demam
❑ Ada darah dalam Tinja
TERIMA KASIH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN PENYAKIT DIARE
Yoga Gustiva,S.Kep.
2041312002
PEMBAHASAN
01 Teory Dasar Penyakit
▪Definisi
▪Etiologi
▪Manifestasi
▪WOC
02 Studi Kasus
▪Pengkajian
▪Diagnosa
▪Intercensi
▪Implementasi
▪Evaluasi.
Teori Dasar Penyakit

A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air
besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih
berair dari biasanya, atau bila bang air besar tiga kali atau lebih,
atau buang air besar yang berair tapi tdak berdarah dalam kurun
waktu 24 jam bahkan lebih ( Kementrian Kesehatan, 2017).
B.Etiologi
Menurut Ngastiyah (2014), diare disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyaki diare akan mempercepat tindakan
penanggulannya.
C. Manifestasi Klinis
Diare akut
1)Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2)Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3)Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
4)Demam
Diare kronik
1)Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2)Penurunan BB dan nafsu makan
3)Demam indikasi terjadi infeksi
4)Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
STUDI KASUS
KASUS
Saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 23 November 2020, Ibu
mengatakan An. K mencret sejak kemaren 5 kali dengan konsistensi cair tidak ada
darah dalam tinja, Ibu I mengatakan sejak tadi pagi anak mencret sudah 3 kali,
BAB masi encer, berlendir dan tidak disertai darah, warna kuning kecoklatan,
malas makan dan minum (-), mata cekung (-) anak tampak lemah, turgor kulit
sedang, mukosa mulut agak kering, RR : 22 x/i, N : 100x/i dan suhu : 36,4 ◦C.
Ibu klien mengatakan 1hari sebelumnya An. K makan es durian dengan porsi yang
banyak, yang dijual lewat depan rumah, malamnya An. K langsung mencret,
Biasanya anak tidak apa-apa kalau makan es durian . Ibu mengatakan tidak tahu
penyebab anak diare. Ibu mengatakan hanya memberi obat entrostop yang dibeli
diwarung.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. K BB/TB: 24 kg/ 124 cm


TTL/Usia : 3 JUNI 2011 / 9 Tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : SD kelas 3
Anak Ke :2
Nama Ibu : Ny. M
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : komplek indovilla blok d 32 parak laweh
Diagnosis Medis : DIARE
Ibu An, K mengatakan sejak 9 jam yang lalu
KELUHAN mengeluhkan mencret,sakit perut melilit.
UTAMA

RIWAYAT •Prenatal: Ibu mengatakan, pada saat hamil tidak


KEHAMILAN pernah mengalami masalah pada kehamilan nya
DAN
KELAHIRAN
•Intranatal: ibu mengatakan bayi dilahirkan di RSIA
cicik padang secara sc, dengan BBL 3.500 gr.
•Postnatal : Ibu mengatakan tidak ada masalah pada
bayinya setela lahir, ibu mengatakan bayi tampak
sehat, menangis dengan kuat.
RIWAYAT Saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 23 November 2020,
KESEHATAN Ibu mengatakan An. K mencret sejak kemaren 5 kali dengan konsistensi
SEKARANG cair tidak ada darah dalam tinja, Ibu I mengatakan sejak tadi pagi anak
mencret sudah 3 kali, BAB masi encer, berlendir dan tidak disertai darah,
warna kuning kecoklatan, malas makan dan minum (-), mata cekung (-)
anak tampak lemah, turgor kulit sedang, mukosa mulut agak kering, RR :
22 x/i, N : 100x/i dan suhu : 36,4 ◦C. Ibu klien mengatakan 1hari
sebelumnya An. K makan es durian dengan porsi yang banyak, yang
dijual lewat depan rumah, malamnya An. K langsung mencret, Biasanya
anak tidak apa-apa kalau makan es durian . Ibu mengatakan tidak tahu
penyebab anak diare. Ibu mengatakan hanya memberi obat entrostop
yang dibeli diwarung.
RIWAYAT Penyakit yang diderita sebelumnya : Ibu mengatakan sebelumnya
KESEHATAN anak tidak pernah diare, anak hanya demam, batuk pilek dan tidak pernah
DAHULU mengalami penyakit serius sehingga harus dirawat di RS.
Pernah dirawat di RS :Tidak Pernah
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi :Paracetamol, vitamin,
Promagh
Alergi : tidak ada
Kecelakaan : Tidak ada
Riwayat Imunisasi: Pasien sudah imunisasi dasar lengkap.
RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh klien Ibu

Hubungan dengan anggota keluarga Klien memiliki kedekatan dengan keluarga


inti, saling menyayangi sesama saudaranya
Hubungan dengan teman sebaya Klien memiliki teman sebaya di dekat rumah
maupun di lingkungan sekolah
Pembawaan secara umum seperti anak normal biasa

Lingkungan rumah Rumah permanen, jamban di dalam rumah,


ventilaasi cukup, ada jendela dan pintu
di setiap kamar sumber air PDAM dan
sampah rumah tangga di gantung di plastik
dan akan dibuang jika petugas kebersihan
datang .
PENGKAJIAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum sedang

TB/BB 24 kg/ 124 cm

Kepala Lingkar kepala: 50 cm


Rambut
Kebersihan: Baik
Warna : Hitam
Tekstur : Halus
Distribusi rambut: Tebal
Kuat/mudah tercabut: Kuat
Mata Simetris: Simetris kiri dan kanan
Sklera: Tidak Ikterik
Konjungtiva: anemis
Palpebra: Tidak ada oedema palpebra
Pupil: Ukuran : 2mm/2mm Bentuk: Isokor Reaksi
Cahaya: Positif kiri dan kanan
Leher Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjer getah bening : Tidak ada pembengkakakan
JVP : Tidak ada kelainan
Mulut Mulut : Kebersihan: bersih
Warna bibir: Pucat
Kelembapan: Kering
Lidah : bersih
Gigi : Ada karies
Telinga Simetris: Kiri dan Kanan
Serumen: Tidak ada kelainan
Pendengaran: Normal
Hidung Septum simetris: Tidak ada deviasi septum
Secret:tidak Ada
Polip: Tidak ada
Dada Inspeksi: simetris kiri dan kanan, retraksi dinding
dada( -)
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba denyut apical di RIC 4 garis
midklavikula
Auskultasi :reguller, mur-mur(-), gallop(-).
Paru-paru Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada
pembengkakan
Perkusi : sonor di lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler
Abdomen Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan ulu hati
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus hiperaktif (5 x/
menit)
Punggung Bentuk : tidak ditemukan kelainan (normal)
Ekstermitas Kekuatan : kuat, tonus otot : Ada
Refleks- refleks : Bisep (+), trisep (+) Akral
hangat, CRT <3 detik
Genitalia Tidak ada kelainan

Kulit Warna : tidak pucat


Tugor : sedang
Integritas : tidak ada luka
Elastisitas : baik
PEMERIKSAAN BB saat ini : 24 kg
PERTUMBUHAN TB saat ini : 124 cm
BB standar usia : 30 kg
TB standar usia : 134 cm
BBI : 24 kg

PEMERIKSAAN CAIRAN
PEMERIKSAAN SPIRITUAL An. K sudah bisa sholat sendiri dan sore
hari biasanya mengaji di Mesjid dekat
rumah
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : tidak ada
Rontgen :tidak ada
Lain-lain : tidak ada
No Jenis Kebutuhan sebelum sakit Setelah sakit
1. Makan Nasi, lauk, Frekuensi 3 kali sehari Porsi Nasi, lauk, Frekuensi 3 kali
habis, tidak suka dengan sayur, dan sehari Porsi habis, tidak suka
sesekali makan buah dengan sayur, dan sesekali
makan buah

2. Minum Minum air puti 4-5 kali gelas kecil sehari Minum air putih 4-5 kali gelas
(1 gls kecil 220 ml) kecil sehari
(1 gls kecil 220 ml
3. Tidur Pola tidur siang tidak teratur dan tidur tidak ada perubahan pada pola
malam 8- 9 jam tidur
4. Mandi Mandiri Mandiri
5. Eliminasi BAB 1 kali dalam sehari BAK 2-4 kali BAB sudah 3 kali dengan
sehari Tidak ada keluhan konsistensi cair dan tidak ada
darah dalam tinja
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Data Subjektif
-Ibu mengatakan An.K mencret sejak kemarin 5 kali, Diare
konsistensi cair, berlendir dan tidak ada darah
-Ibu mengatakan An.K mencret sejak tadi pagi sudah 3 kali,
mencret encer, berlendir dan tidak berdarah
-Ibu mengatakan sebelumnya An. K makan ketoprak yang
dijual lewat depan rumah
-Ibu An.K mengatakan An. K jarang cuci tangan

DATA OBEKTIF
-Anak tampak lemas
-Bising usus 26 x/ menit
BAB konsistensi encer
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Data Subjektif
-Ibu mengatakan An.K mencret sejak kemarin 5 kali, Resiko defisit
konsistensi cair, berlendir dan tidak ada darah
Ibu mengatakan An.K mencre -sejak tadi pagi sudah 3 kali, volume cairan
mencret encer, berlendir dan tidak berdarah

DATA OBEKTIF
-Anak tampak lemas
-Turgor kulit sedang
-Mukosa bibir agak kering
-RR : 22x/menit
-Nadi:100 x/ menit
Suhu : 36,4◦ C
Data Subjektif
-Ibu mengatakan sebelumnya An. K makan ketoprak yang Defisiensi
dijual lewat depan rumah
-Ibu mengatakan tidak mengetahui penyebab anaknya Pengetahuan
mencret

DATA OBEKTIF
-Ibu An.K tampak sering bertanya-tanya mengenai anaknya
-Ibu An.K Tampak khawatir dengan anaknya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
B. DIAGNOSA

1.Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan


kehilangan volume cairan secara aktif/ out put berlebihan

2.Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

3.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpajan sumber informasi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai