255-99
HIMPUNAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG KESEHATAN
TAHUN 2009 - 2010
Diterbitkan Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA 2010
KATA PEN6ANTAR
Jakarta, 0ktober2010
Kepala Biro Hukum dan OrganlsasI
ltd
BudI Sampurna
NIP. 19540703 198003 1 003
DAFTARISI
Nomor&Tanggai
No Bentuk Perihal/Tentang Hal
Peraturan
1 2 3 4 5
III
No Nomor&Tangga! Bentuk Perihal/Tentang Hal
Peraturan
1 2 3 4 5
HK.03.01/Menkes/159/I/2010 Permenkes Pedoman Pembinaan dan 193-212
Pengawasan Penggunaan Obat
Generik di Fasilitas Petayanan
Kesehatan Pemerintah
14 161/Menkes/Per/l/2010 Penmenkes Registrasi Tenaga Kesehatan 213-230
15 15Tahun2010dan Peraturan Pelaporan Kematian dan 231-238
162/Menkes/PB/I/2010 Bersama Penyebab Kematian
Mendagri &
Menkes
16 299/Menkes/Per/ll/2010 Permenkes Penyelenggaraan Program 239-250
Intemsip dan Penempatan
Dokter Pasca Intemsip
17 317/Menkes/Per/lll/2010 Permenkes Pendayagunaan Tenaga 251-270
Kesehatan Warga Negara
Asing di Indonesia
18 340/Menkes/Per/lli/2010 Permenkes Klasifikasi Rumah Sakit 271-390
421/Menkes/SK/lll/2010 Kepmenkes Standar Pelayanan Terapi dan 391 -438
Rehabilitasi Gangguan
-
Penggunaan NAPZA
422/Menkes/SK/lll/2010 Kepmenkes Pedoman Penatalaksanaan 439-518
Medik Gangguan Penggunaan
NAPZA
IV
No Nomor&Tanggal Bentuk Perihal/Tentang Hal
Peraturan
1 2 3 4 5
TENTANG
1
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Mei 2009
MENTERI KESEHATAN,
FADILAH SUPARI,Sp.JP(K)
MENTERJ KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
8
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
10
MENTERiKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
12
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
11. Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dan/atau diambil dari
tubuh manusia untuk tujuan diagnostik, penelitian, pengembangan,
pendidikan,dan/atau analisis lainnya,termasuk new-emerging dan re-
emerglng,dan penyakitinfeksi beri^tensi piandemik.
12. Materi biologik adalah bahan blologi yang terkandung dalam spesimen
klinik, spesimen hewan,tumbuh-tumbuhan, isolat virus, bakteri,jamur
dan jasad renik lain, parasit, vektor dan sumber daya alam lain yang
bagiannya dan atau derivatnya serta produk dari bagian dan atau
derivat tersebut termasuk yang mengandung materi dan informasi
sekuens genetik, seperti urutan nukleotida dalam molekul RNA dan
atau cDNA.
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
13
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 3
14
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB III
PERSYARATAN
Pasal 4
(2) Pihak luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
institusi/lembaga atau afiliasinya yang berada atau menjalankan
kegiatannyadi Indonesia.
(3) Pengiriman spesimen klinik untuk tujuan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) hanya dapat dilakukan apabila
ada pernyataan dokter yang berkompeten dan berwenang
memberikan pemyataan rujukantersebut.
(4) Untuk mengirimkan, membawa dan atau mengunakan spesimen
klinik, materi biologik dan/atau muatan informasinya ke luar negeri
atau sebaliknya, dari keadaan dan/atau penyakit infeksi yang
mempunyai potensi:
a. disalahgunakan sebagai senjata biologi atau bahan senjata
biologi;
b. universal nilai komersial atau menghasilkan devisa negara yang
bermakna sebagai produk kedokteran/kesehatan seperti
bahan/alat diagnostik, reagensia, vaksin dan produk Iainnya;
dan/atau;
c. dapat menimbulkan dampak kepedulian kesehatan dan
kedaruratan kesehatan masyarakat di tingkat nasional maupun
intemasional, termasuk di dalamnya pandemik dan potensi
pandemik;
15
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(5) Adanya Peijanjian Alih Material tidak menjamin bahwa Menteri atau
pejabat yang ditunjuk memberikan izin pengiriman.
(6) Penetapan jenis keadaan dan penyakit sebagaimana dimaksud pada
ayat(3)diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 5
16
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 6
Pasal 7
17
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
18
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 8
19
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 9
(1) Sisa spesimen kllnik yang dikirim dalam rangka pelayanan kesehatan
harus dimusnahkan dengan dilengkapi berita acara pemusnahannya
oleh penyelenggara lembagapenerimaterakhir
(2) Sisa spesimen klinik yang tidak dimusnahkan tetapi dikirim atau
digunakan untuk pendidikan kesehatan, penelitian dan
pengembangan kesehatan serta kepentingan iainnya diperlakukan
sama seperti spesimen utuh dan harus mengikuti ketentuan peneiitian
dan pengembangan dan/atau peraturan yang berlaku.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
21
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 14
22
MENTERJ KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
23
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IV
TIM PENELAAH PERJANJIAN ALIH MATERIAL
(MATER/AL TRANSFER AGREEMENT)
Pasal 15
24
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BABV
KEPEMILIKAN
Pasal 16
BAB VI
PENELUSURAN KEMBALI(TRACKING SYSTEM)
Pasal17
25
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VII
KETENTUAN PEMBAGIAN KEMANFAATAN BERSAMA
(BENEFIT SHARING)
Pasal18
26
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIM
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 19
27
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
Pasal 21
BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
28
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
29
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pasal 24
Ditetapkan di Jakarta:
^ada tanggal 14 Agustus 2009
lENTER] KESEHATAN,
TENTANG
31
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
32
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
33
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
34
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3. Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dan atau diambil dari
tubuh manusia untuk tujuan diagnostik, penelltian, pengembangan,
pendidikan,dan/atau analisis lainnya,termasuk new-emerging dan re-
emerging dan penyakit infeksi berpotensi pandemik.
4. Mater! biologlk adalah bahan blologi yang terkandung dalam spesimen
kllnik, spesimen hewan,tumbuh-tumbuhan, Isolat virus, bakterl,jamur
dan jasad renik lain, parasit, vektor dan sumber daya alam lain yang
baglannya dan atau derlvatnya serta produk darl baglan dan atau
derlvat tersebut termasuk yang mengandung materl dan InformasI
sekuens genetik, seperti urutan nukleotlda dalam molekul RNA dan
atau cDNA.
35
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 2
BAB II
TUJUAN
Pasal 3
BAB III
PEMBENTUKAN DAN KLASIFIKASI
Pasal 4
36
nilENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 5
Pasal 6
37
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IV
PERSYARATAN
Pasal 7
Pasal 8
38
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
Pasal 9
Pasal 10
41
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BABV
TATA KERJA
Pasal 11
42
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(8) Spesimen klinik dan/atau materi biologik tidak boleh dikirim ke luar
negeri dan atau ke institusi lain kecuali dengan rekomendasi Tim
Penelaah Perjanjian Alih Material (Materiai Transfer Agreement)
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan dan
dilengkapi dengan formulir Materiai Transfer Agreement sesuai
ketentuan yang beriaku.
(9) Pengiriman spesimen klinik dan/atau materi biologik diantara anggota
jejaring yang telah memiliki peraturan internal (term of
reference/byiaws) masingmasing tidak diperlukan Perjanjian Alih
Material.
Pasal 12
(1) Data setiap spesimen klinik. materi biologik dan/atau muatan informasi
penyakit infeksi dilakukan pendokumentasian oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan melalui Sistem Manajemen Informasi
Laboratorium Nasional(SMILN).
43
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Setiap spesimen klinik dan/atau materi biologlk penyakit infeksi new-
emerging dan re-emerging yang diambll/diterima harus dicatat
identitasnya(nama lengkap, nama wall/orang tua untuk subjek berusia
dl bawah 15 tahun,jenis kelamin, umur, alamat lengkap), gejala klinis,
tanggal mula-timbul (onset) penyakit, tanggal dan jam pengambilan
spesimen, asal lembaga pengirim, identitas tenaga kesehatan
pengirim, data riwayat penularan, data kemungkinan kluster dan data
lainnya sebagaimana diatur lebih lanjut oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan selaku laboratorium rujukan Nasional.
(3) Pencatatan dilakukan oleh laboratorium pelaksana diagnosis yang
melakukan pemeriksaan sesuai prosedur baku berdasarkan data dari
lembaga pengirimnya masing-masing.
(4) Pelaporan hasil pemeriksaan spesimen klinik dan/atau materi biologik
secara PGR dilakukan daiam waktu 1 x 24jam setelah hasil diperoleh
dengan menggunakan dokumen resmi dan secara on-line (Sistem
Manajemen Informasi Laboratorium Nasional).
(5) Pelaporan dan informasi hasil pemeriksaan spesimen klinik dan/atau
materi biologik penyakit infeksi new-emerging dan re-emerging
dilaksanakan sesuai alur sebagaimana tercantum dalam lamplran I
Peraturan Inl.
(6) Tata cara pemeriksaan dan pelaporan materi biologik dan muatan
Informaslnya secara DMA sequencing untuk kepentlngan diagnostik
dan anallsis genomik lengkap diatur oleh Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dengan mempertimbangkan usulan
Komlsl Nasional Penyakit Infeksi.
(7) Yang benwenang menandatangani laporan hasil pemeriksaan
laboratorium adalah ahll yang melakukan pemeriksaan, diketahul oleh
Kepala Laboratorium.
(8) Laporan hasil pemeriksaan di laboratorium Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan ditandatangani oleh ahll yang melakukan
pemeriksaan, diketahui oleh penanggung jawab laboratorium, dlsertai
dengan surat pengantar darl Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan atau pejabatyang ditunjuk untuk Itu.
44
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VI
PENETAPAN HASIL
Pasal 13
45
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 14
(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menunda atau
tidak mengumumkan hasil laboratorium atas alasan kesehatan
sebagai ketahanan nasional.
(4) Saling koordinasi pejabat benwenang sebagaimana dimaksud ayat(1)
akan diatur lebih lanjut melalui peraturan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
(5) Pasien atau ahli warisnya berhak mengetahui hasil laboratorium
terhadap spesimen klinik yang diperoleh dari tubuhnya tetapi dilarang
mengumumkan hasil tersebut ke pihak manapun kecuali atas ijin
Menteri.
BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 15
46
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
dari:
a. Buku register penerimaan dan pengiriman speslmen kiinik/pasien;
b. Buku register induk berisi substansi data pasien dan
pengirimannya secara lengkap serta hasil pemeriksaan spesimen
kliniknya; -
c. Buku register pemeriksaan rujukan spesimen klinik dan materi
biologik beserta kelengkapan PeijanjianAlih Materialnya masing-
masing.;
d. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan;
e. Buku registertentang perawatan/kerusakan alat;
f. Bukustokalat/reagen;
g. Buku register catatan kalibrasi peralatan.
h. Buku catatan lainnya sesuai perkembangan teknis dan
medikolegal proses dan hasil pemeriksaan, termasuk aspek
keselamatan dan keamanannya.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
Pasal 17
47
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 18
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal19
Peraturan Menteri Inl mulal berlaku pada tanggal ditetapkan.
DItetapkan dl Jakarta
pada tanggal 14 Agustus 2009
MENTERI KESEHATAN,
48
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 658/MENKES/PERA^Iil/2009
TANGGAL14 AGUSTUS 2009
MENKES
Kepala Badan
DIrjen P2PL Dirjen Yanmedik
Litbangkes
^ ! 1
\/
Kepala Puslltbang Kepala Pusat
Blomedis & FarmasI PUBLIK
KomunikasI Publik
1.^
DInas Kesehatan
Laboratorium
ProplnsI Terkait RS Rujukan
Pelaksana
Kasus
: Umpan balik
-► : Informasi
-► : Laporan Tertulis
49
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 658/MENKES/PEIWIII/2009
TANGGAL14 AGUSTUS 2009
Tersangka Penyakit
Pemeriksaan dl Laboratorium
Pelaksana dan Laboratorium
Rujukan Badan Litbangkes
50
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
51
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
52
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
BAB III
PERSYARATAN
Pasal 3
(1) Setiap Rumah Sakit dapat dikategorikan sebagai rumah sakit kelas
dunia setelah memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari:
a. Rumah sakit telah beroperasi sekurang-kurangnya 2 /dua)
tahun. '
b. Izin operasional masih berlaku.
0. Surat penetapan kelas rumah sakit
d Terakreditasi pelayanan lengkap r" ari badan akreditasi rumah sakit
di Indonesia yang ditetapkan Menteri.
54
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 4
Pasal 5
(1) Standar dan kriteria Rumah Sakit Indonesia Keias Dunia ditetapkan
dalam Peraturan Menteri.
(2) Standar dan Kriteria Rumah Sakit Indonesia Keias Duma
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 teriampir dalam peraturan
ini.
Pasal 6
Rasa!8
Pasal 9
56
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB VI
TATA LAKSANA PENGAJUAN
RUMAH SAKIT INDONESIA KELAS DUNIA
Pasal 10
Pasal 11
(1) Rumah Sakit yang telah mendapatkan sertifikasi sebagai Rumah Sakit
Indonesia Kelas Dunia tetap dilarang menggunakan kata kelas
dunia/lnternasional/global atau yang sejenis sebagai nama rumah
sakit.
(2) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya berlaku sesuai
masa berlaku sertifikat akreditasi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia.
(3) Apabila masa berlaku sertifikat akreditasi telah habis, rumah sakit
dilarang menggunakan predikat akreditasi Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia sebagai media promosi rumah sakit.
57
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 12
(1) Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan secara berkala sesuai ketentuan yang beriaku.
(2) Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia wajib menyampaikan laporan
hasil audit berkaia dari Badan Akreditasi rumah sakit bertaraf
Internasional kepada Menteri melalui Direktur Jenderal yang
bertanggung jawab di bidang pelayanan medik.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
BAB IX
TINDAKAN ADMINISTRATIF
Pasal 14
58
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 8
Pasal 16
59
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Mentari Kesehatan
Nomor :659/MENKES/PERA/lll/2009
Tanggal:14Agustus2009
1. Rumah sakit mempunyai visi, misi, tujuan serta nilai-nilai rumah sakit
meliputi bidang pelayanan pendidikan dan peneiitian yang telah
dievaluasi dan ditindak lanjuti;
2 Rumah sakit mempunyai rencana strategis untuk mencapai visi dan
misi untuk ketiga bidang (pelayanan, pendidikan dan peneiitian) yang
mengacu kepada Sistem Kesehatan Nasionai dan Sistem Pendidikan
Nasionai telah dievaluasi dan ditindak lanjuti.
60
bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian serta telah disahkan oieh
Dewan Pengawas dan pemiiik rumah sakit serta telah disosialisasikan,
dipahami,dievaluasi dan ditindak lanjuti.
2. Rumah sakit mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan
keputusan secara tertulis telah disahkan oleh pimpinan/pemilik
institusi.
3. Rumah sakit memberikan umpan balik {feed back)secara tertulis dan
rutin mengenai pelayanan, pendidikan dan penelitian kepada pihak
terkait serta telah dievaluasi dan ditindak lanjuti.
61
Standar 5:Peniiaian Kinerja(Performance)Rumah Sakit
Kriteria:
1. Rumah sakit melaksanakan pengadaan alat kedokteran dan bahan
habis pakal berdasarkan pendekatan hasil kajian peniiaian teknologi
kesehatan {Health TechnologyAssessment)
2. Rumah sakit menggunakan obat-obatan sesuai dengan Daftar
Formuiarium Rumah Sakit yang telah disusun dalam 3 tahun
terakhir.
3. Rumah sakit menggunakan antibiotik secara azas manfaat dan selektif
(>80%)
4. Rumah sakit memberikan pelayanan pasien sesuai dengan kegiatan
Dokter Penanggung Jawab Pasien(DPJP)(>80%)
5. Rumah sakit memberikan pelayanan pasien sesuai dengan Standar
Pelayanan Medis(>80%)
6. Rumah sakit mempunyai Clinical Pathways dalam memberikan
pelayanan pasien(>80%)
7. Rumah sakit melaksanakan program cud tangan dalam memberikan
pelayanan pasien(>80%)
8. Utilisasi ruang operasi rumah sakit(<5%)
9. Operasi sectio caesaria rumah sakit(< 15%)
10. Penggunaan antibiotik profilarosis operasi rumah sakit(<10%)
11. Kasus operasi ulang rumah sakit(<2%)
12. Kasus rawat inap ulang rumah sakit{readmissiony.uniuk kasus serupa
(<1%)13.Attack Rate Infeksi Aliran Darah Primer(lADP)Rumah Sakit
(<2%)
14. Attack Rate Plebitis Rumah Sakit(<2%)
15. Attack Rate Infeksi Saluran Kemih (ISK) pasca pemasangan kateter
urin rumah sakit(<15%)
16. Attack Rate Infeksi Luka Operasi(ILO)Rumah Sakit(2.5%)
17. Attack Rate Pneumonia Ventilator {Ventilator Associated
PneumoniaA/AP)Rumah Sakit(<10%)
18. Rumah sakit melaksanakan peniiaian terhadap peserta didik
dokter/dokter spesialis sesuali dengan Standar Pendidikan Profesi
Dokter/Dokter Spesialis dari Kolegium terkait yg telah disahkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia(KKI)
19. Log Book peserta didik di RS mencerminkan ?ktifitas peniiaian yg akan
dinilai dari peserta didik dan mengacu kepada Panduan Pendidikan
Dokter/Dokter Spesialis di Institusi tst :.an Standar Pendidikan Profesi
Dokter/Dokter Spesialis dari Kolegium terkait
62
20. Rumah sakit sebagal mitra institusi pendidikan dokter/dokter spesialis
mempergunakan metoda Mini-CEXdalam peniiaian peserta didik
21. Rumah sakit sebagal mitra institusi pendidikan dokter/dokter spesialis
mempergunakan metoda ujian OSCE dalam peniiaian peserta didik
22. Rumah sakit sebagal mitra institusi pendidikan dokter/dokter spesialis
mempergunakan metoda ujian DOPS dalam peniiaian peserta didik
23. Rumah sakit sebagal mitra institusi pendidkan dokter/dokter spesialis
mempergunakan metoda ujian PORTOFOLIO dalam peniiaian
peserta didik
24. Rumah sakit melakukan penelitian kedokteran dan mempublikasikan
di majalah ilmiah kedokteran nasional dan internasional
25. Hasil penelitian kedokteran di rumah sakit terdaftar di lembaga hak
paten yang diakui pemerintah dan lembaga hak paten internasional
63
Standar 7:Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Kriteria:
64
StandarS:Program Peningkatan Mutu{QualityImproyemenf)
Kriteria:
65
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
PANGAN IRADIASI
68
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BABl
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
69
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
PERSYARATAN
Pasal 2
Pasal 3
(1) Jenis pangan yang diizinkan untuk dilradiasi, tujuan iradiasi dan dosis
serap maksimum untuk masing-masing Jenis pangan, tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Ini.
(2) Pangan yang telah dilakukan iradiasi, dilarang dilakukan iradiasi ulang,
kecuali untuk tujuan tertentu.
70
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 4
Sumber radiasi yang digunakan dalam proses iradiasi pangan untuk jenis
pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal3ayat(1)meliputi:
a. Iradiator Gamma dengan zat radioaktif®°Co atau"'Cs;
b. Mesin pembangkit sinar-X dengan energi sama dengan atau di
bawah 5 MeV; atau
c. Mesin berkas elektron dengan energi sama dengan atau di bawah 10
MeV.
Pasal 5
71
MENTERi KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
Pasal 6
(1) Iradiasi pangan hanya dapat dilakukan pada fasilitas iradiasi yang
telah memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir dari BAPETEN.
(2) Fasilitas iradiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
melaksanakan iradiasi pangan harus berpedoman pada Cara Iradiasi
Pangan Yang Baik.
(3) Ketentuan Cara Iradiasi Pangan Yang Baik sebagaimana dimaksud
pada ayat(2)ditetapkan oleh Kepala BPOM.
Pasal 7
BAB III
TANGGUNG JAWAB FASILITAS IRADIASI
Pasal8
72
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 9
BAB IV
SERTIFIKAT IRADIASI
Pasal 10
73
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(5) Tata cara permohonan sertifikasi pangan iradiasi diatur oleh Kepala
BPOM.
BABV
PELABELAN PANGAN IRADIASI
Pasal 11
a. Tulisan"PANGAN IRADIASI";
b. Tujuan iradiasi;
0. Tulisan 'TIDAK BOLEH DIIRADIASI ULANG" apabila tidak boleh
diiradiasi ulang;
d. Nama dan alamat penyelenggara iradiasi, apabila iradiasi tidak
dilakukan sendiri oleh pihakyang memproduksi pangan;
e. Tanggal iradiasi dalam bulan dan tahun;
f. Nama negara tempat iradiasi dilakukan;
g. Logo khusus pangan iradiasi dan tulisan"RADURA".
(3) Logo khusus pangan iradiasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2)
humfg sebagaimana contoh berikut:
vS/
RADURA
74
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
Pasal 13
(1) Pangan iradiasi yang diperdagangkan dalam bentuk curah atau dalam
keadaan tidak dikemas harus diberi informasi yang jelas bahwa
pangan tersebut merupakan pangan iradiasi.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 14
75
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 15
Pasal 16
BAB Vli
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
76
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 19
Ditetapkandi Jakarta
pada tanggal 28Agustus 2009
$ ^MENTERI KESEHATAN,
FADILAH SUPARI,Sp.JP(K)
77
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran I
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 701/menkes/perA^III/2009
Tanggal 28 Agustus 2009
DOSIS SERAP
NO JENIS PANGAN TUJUAN IRADIASI MAKSIMUM
(kGv)
1. Umbi lapis dan Menghambat pertunasan 0,15
umbi akar selama penylmpanan.
78
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
79
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN,
FADILAH SUPARI,Sp.JP(K)
80
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Lampiran II
Peraturan Menterl Kesehatan
Nomor 701/menkes/perA/lll/2009
Tanggai 28 Agustus 2009
5. Polyolefin filem 10
MENTERI KESEHATAN,
TENTANG
83
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
84
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
85
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
PERSYARATAN PELAYANAN SEL PUNCA
Bagian Kesatu
Sumber Sel Punca
Pasal 2
(2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperjualbelikan.
Bagian Kedua
Donor Sel Punca
Pasal 3
(3) Penggunaan sel punca untuk kepentingan orang lain atau kepentingan
peneiitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat(2)hams mendapat persetujuan dari donor yang
bersangkutan.
(4) Pemanfaatan sel punca untuk kepentingan peneiitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)dilaksanakan sesuai ketentuan pemndang-undangan.
Bagian Ketiga
Pengambilan Sel Punca
Pasal 4
(1) Setiap pengambilan sel punca dari donor terlebih dahulu hams
mendapatan persetujuan tertulis dari donor.
(2) Ketentuan tentang pemberian persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan pemndang-undangan
yang beriaku.
Pasal 5
(1) Pengambilan sel punca hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang
telah memiliki kemampuan dan persyaratan dalam pelayanan medik
sel punca.
(2) Pengambilan sel punca hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis
yang mempunyai keahlian dan kompetensi,serta dilaksanakan sesuai
standarprofesi dan standaropersional proseduryang ditetapkan.
(3) Pengambilan sel punca hams memperhatikan keselamatan donor dan
etika profesi.
(4) Sel punca hanya dapat diambil dari donor sukarela yang telah
memenuhi kriteria seleksi donor.
87
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keempat
Penyimpanan dan Penggunaan Sel Punca
Pasal 6
(1) Sel punca yang diambil dari donor dapat dislmpan pada Bank Sel
Punca Rumah Sakit atau pada Bank Sel Punca dlluar Rumah Saklt.
(2) Penyimpanan sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai standar dan persyaratan teknis yang meliputi
suhu, tempat atau wadah, lama penyimpanan dan persyaratan teknis
lainnya.
(3) Ketentuan tentang standar dan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat(2)dikmaksudkan agar mutu sel punca tetap terjamin pada
saatdiperlukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang standar dan persyaratan teknis
penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2)dan ayat
(3)ditetapkan oleh Menteri
Pasal 7
(1) Bank Sel Punca dl luar Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6 ayat (1) yang menyelenggarakan penyimpanan sel punca
harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan.
(2) Izin penyelenggaraan penyimpanan sel punca sebagaimana
dimaksud pada ayat(2) hanya diberikan kepada Bank Sel Punca yang
mempunyai kerjasama dengan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
Pasal5 ayat(1).
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 8
(1) Bank sei punca yang menyimpan sel punca dari donor harus
diiaksanakan berdasarkan suatu peijanjian tertulis.
(2) Peijanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya harus memuat:
a. Identitas para pihak;
b. jumlah dan lama penylmpanan;
c. hak dan kewajiban para pihak;dan
d. sumbersel punca.
(3) Sel punca yang telah habis masa penyimpanannya pada Bank sel
punca apabila tidak digunakan berdasarkan kesepakatan para pihak
dapat diserahkan kepada Negara untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
(4) Penggunaan sel punca untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan dibawah koordinasi Rumah Sakit Pendidikan yang
ditetapkan oleh Menteri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penylmpanan sel punca ditetapkan
oleh Menteri.
Pasal 9
(1) Sel punca yang disimpan pada Bank Sel Punca hanya dapat
dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan berdasarkan rekomendasi
dari Instalasi Sel Punca Rumah Sakit Pendidikan dan Jejaringnya.
(2) Sel Punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
digunakan dalam pelayanan medis spesialistis khusus sebagai terapi
sel punca dan terdaftardi Instalasi Sel Punca Rumah Sakit Pendidikan
jejaringnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel punca sebagaimana
dimaksud pada ayat(2)mengacu pada pedoman pelayanan sel punca
yang ditetapkan oleh Menteri.
89
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB 111
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
Pasal 10
(1) Dalam rangka menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan sel punca
Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1)dapat membetukjejaring pelayanan sel punca.
(2) Pembentukan jejaring sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
melalui Kerjasama antar Rumah Sakit Pendidikan dan/atau dengan
Bank Sel Punca di luar Rumah Sakit.
(3) Keijasama sebagaimana dimaksud pada ayat(2)harus didukung oleh
suatu sistem informasi yang efektif dan efisien sesuai kebutuhan dan
perkembangan teknologi.
90
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
(1) Sel punca yang digunakan untuk pelayanan kesehatan hams melalui
proses pengoiahan dan uji saring terhadap infeksi penyakit menular,
penentuan HLA (Human Leucocyte Antigen), ujl kualltas, uji
diferensiasi dan kionasi terapeutik.
(2) Proses pengoiahan dan uji saring sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hams dilaksanakan sesuai standaryang ditetapkan.
(3) Standar pengoiahan dan uji saring terhadap infeksi penyakit menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan evaluasi secara
berkala sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menyiapkan sel punca yang aman dan siap pakai.
(4) Sel punca yang tidak memenuhi standar dan syarat kemanan
sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dilakukan pemusnahan sesuai
ketentuan standar pemusnahan yang ditetapkan.
Pasal 13
91
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 14
(1) Biaya penyaringan sel punca dibebankan kepada donor atau keluarga
donor sesuai dengan ketetapan yang berlaku di Rumah Sakit yang
bersangkutan.
(2) Biaya pengolahan dan penyimpanan sel punca dibebankan kepada
pengguna sel punca sesuai dengan ketetapan yang berlaku di Rumah
Sakit yang bersangkutan.
(3) Biaya pengganti pengolahan sel punca dapat diperoleh dari pasien
dengan dengan tidak untuk mencari keuntungan(nirlaba).
(4) Biaya pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan
berdasarkan pola perhitungan yang ditetapkan oleh Menteri dan
besarnya ditetapkan oleh fasilitas yang bersangkutan dengan
memperhatikan kemampuan masyarakatsetempat.
BABV
AUDIT
Pasal 15
(1) Dalam rangka menjamin mutu pelayanan sel punca, pada setiap
fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan audit secara berkala minimal
2(dua)kali setahun oleh Komite Nasional Sel Punca.
(2) Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pedoman teknis yang ditetapkan
oleh Menteri.
92
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasai 16
BAB Vil
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasai 17
93
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
Pasal 19
94
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Rumah Sakit atau Bank Sel Punca di Luar Rumah Sakit yang telah
menyeienggarakan kegiatannya selambat-lambatnya dalam jangka waktu
1 (satu)tahun sejak beriakunya peraturan ini hams menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana diaturdalam Peraturan ini.
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
DItetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 September 2009
MENTERI KESEHATAN,
95
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
97
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
99
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor4737);
is. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4741);
14. Keputusan Kepala BKN Nomor 46A Tahun 2003
tentang Pedoman Penyusunan StandarKompetensi
Jabatan Struktural PNS.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
STANDAR KOMPETENSI PEJABAT STRUKTURAL
KESEHATAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang beriaku.
2. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukan tugas
snggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai dalam rangka
memimpin suatu satuan organisasi.
100
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
10. Unit Pelaksana Teknis Daerah selanjutnya disingkat UPTD adaiah unit
organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan yang meiaksanakan tugas
teknis operasional dan/atau tugasteknis penunjang Dinas Kesehatan.
11. Tenaga Medis adaiah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter
Gigi Spesialis.
12. Tenaga Kesehatan adaiah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
101
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 7
103
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 8
BAB IV
KOMPETENSI
PEJABAT STRUKTURAL KESEHATAN RUMAH SAKIT
Bagian kesatu
Umum
Pasal 9
Bagian Kedua
Kompetensi Direktur
Pasal 10
(1) Direktur Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
(2) Direktur Rumah Sakit telah mengikuti pelatihan perumahsakitan
meiiputi Kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Strategis Bisnis
Rencana Aksi Strategis, Rencana Implementasi dan Rencana
Tahunan,Tatakelola Rumah Sakit,Standar Pelayanan Minimal,Sistem
Akuntabilitas, Sistem Remunerasi Rumah Sakit, Pengelolaan Sumber'
Daya Manusia.
104
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Ketiga
Kompetensi Wakil Direktur
Pasai11
(1) Wakil Direktur yang membidangi Pelayanan Medis Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya
berlatar belakang pendidikan Dokter Spesialis atau Dokter dengan
pendidikan Sarjana Strata 2(dua)bidang kesehatan.
(2) Wakil Direktur yang membidangi Pelayanan Medis Rumah Sakit yang
tidak menyelenggarakan pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya
berlatar belakang pendidikan tenaga medis dengan pendidikan
Sarjana Strata 2(dua)bidang kesehatan.
105
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
106
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 15
107
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keempat
Kompetensi Kepala Bidang dan/atau Kepala Bagian
Pasal 16
Bagian Keiima
Kepaia Seksi dan/atau Kepaia Subbagian
Pasai 17
108
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABV
KOMPETENSI PEJABAT STRUKTURAL
DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
109
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Ketiga
Kompetensi Kepala Bidang dan/atau Bagian
Pasal 20
Bagian Keempat
Kompetensi Kepala Seksi dan/atau Kepala Subbagian
Pasai 21
BAB VI
KOMPETENSI PEJABAT STRUKTURAL PUSKESMAS
Pasal 22
110
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VII
KOMPETENSI PEJABAT STRUKTURAL UPT/UPTD
Pasal 23
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
(1) Pada saat peraturan ini mulai berlaku, sernua peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan standar kompetensi pejabat struktural
111
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal5 November2009
MENTERI KESEHATAN.
112
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
113
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
114
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
115
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
13. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmaslan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 124. Tambahan Lembaran
Negara Nomor5044);
14. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 Tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementiian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
50Tahun 2008;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0584/Menkes/
SIWI/1995 tentang Sentra Pengembangan dan
Penerapan Pengobatan Tradisional;
16; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/
SK/VII/1999 tentang Koordinasi Penyeienggaraan
Peneiitian dan Pengembangan Kesehatan;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/
Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional
Peneiitian dan Pengembangan Kesehatan;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/
SK/X/2002 tentang Persetujuan Peneiitian
Kesehatan Terhadap Manusia;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/Menkes/
SKA/ll/2003 tentang Penyeienggaraan Pengobatan
Tradisional;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1031/Menkes/
SKA/I1/2005 tentang Pedoman Nasional Etik
Peneiitian Kesehatan;
116
MENTERIKESEHATAN ■
REPUBUK INDONESIA ^
117
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. SaintifkasI Jamu adalah pembuktian llmlah jamu melalui penelltlan
berbasis pelayanan kesehatan.
2. Jamu adalah obattradlsional Indonesia.
3. ObatTradlsional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sedlaan saiian (galenik),
atau campuran daii bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesual dengan
norma yang berlaku dl masyarakat.
4. Tenaga Kesehatan adalah setlap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memlllkl pengetahuan dan/atau keterampllan
melalui pendldlkan dl bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
5. Fasllltas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, balk promotif, preventif, kuratif maupun rehabllitatif yang
dllakukan oleh Pemerintah, pemeiintah daerah,dan/atau masyarakat.
6. Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah pengobatan non
konvenslonal yang ditujukan untuk menlngkatkan derajat kesehatan
masyarakat mellputi upaya promotif. preventif, kuratif, dan rehabllitatif
yang diperoleh melalui pendldlkan terstruktur dengan kualltas,
keamanan, dan efektlfltas yang tinggi yang berlandaskan ilmu
pengetahuan blomedlk, yang belum diterlma dalam kedokteran
konvenslonal.
118
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
119
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB III
PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
120
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Kedua
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 6
Pasal 7
(3) Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan ditetapkan
sebagai Klinik Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan berdasarkan
Peraturan Menteri ini dan mengikuti ketentuan persyaratan Klinik
JamuTipeA.
(4) Klinik jamu dapat merupakan praktik perorangan dokter atau dokter
gigi maupun praktik berkelompok dokter atau dokter gigi.
121
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
122
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 9
(1) Klinik Jamu hams memiliki izin dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota setempat.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibenkan selama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan.
Pasal 10
(1) Klinik Jamu hams memiliki keijasama mjukan pasien dengan mmah
sakit.
123
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Ketiga
Ketenagaan
Pasal11
(1) Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang
membenkan pelayanan jamu pada fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada pasal7ayat(2)harus memiliki-
a. Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia
untuk dokter atau dokter gigi, STRA untuk apoteker dan surat
izin/registrasi dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi bagi tenaga
kesehatan lainnya. »
b. Memiliki surat izin praktik bagi dokter atau dokter gigi dan surat izin
kerja/surat izin praktik bagi tenaga kesehatan lainnya dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
c. Memiliki surat bukti registasi sebagai tenaga pengobat
komplementer alternatif (SBR-TPKA) dari Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi.
d. Memiliki surat tugas sebagai tenaga pengobat komplementer
altematif (ST-TPKA/SIK-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
124
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
Bagian Keempat
Persetujuan Tindakan
Pasal 13
Bagian Kelima
Pencatatan
Pasal 14
125
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keenam
Persetujuan Etik
Pasal 15
Bagian Ketujuh
Tarif
Pasal 16
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
126
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
127
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 18
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif kepada
fasilitas pelayanan kesehatan/ tenaga pengobatan komplementer-
alternatif /tenaga pengobat tradisional yang meiakukan pelanggaran
terhadap ketentuan Peraturan ini.
128
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
(1) Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang ditugaskan
memberikan penelitian dan pelayanan jamu di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradlsional
(B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan
Klinik Jamu yang dicanangkan Menteri, dinyatakan telah memiliki
SBR-TPKA dan ST-TPKA/SIK-TPKA berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini.
(2) Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan iainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat(1)harus memiliki SBR-TPKA dan ST-TPKA/SIK-
TPKA dalam jangka waktu 3(tiga)bulan sejak peraturan ini ditetapkan.
Pasal 20
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus memfasilitasi pembenan
Surat Bukti Registrasi Tenaga Kesehatan Komplementer Altematif
(SBR-TPKA) bagi dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya yang telah melaksanakan kegiatan penelitian dan pelayanan
kesehatan jamu di Klinik pada Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan sebelum peraturan
ini ditetapkan, dan dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya yang ditunjuk memberikan pelayanan pada Klinik Jamu yang
ditetapkan oleh Menteri dalam kegiatan pencanangan saintifikasi
jamu.
(2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus memfasilitasi
pembenan Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer Altematif
Altematif / Surat Izin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer
AltematifAltematif(ST-TPKA/SIK-TPKA)bagi dokter atau dokter gigi
dan tenaga kesehatan lainnya yang telah melaksanakan penelitian
berbasis pelayanan kesehatan di Klinik pada Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
129
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
sebelum peraturan Ini ditetapkan, dan dokter atau dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya yang ditunjuk memberikan pelayanan pada
Klinlk Jamu yang ditetapkan oleh Menteri dalam kegiatan
pencanangan salntifikasijamu.
(3) Sertifikat kompetensi / rekomendasi organlsasi profesi terkait
berkaitan dengan ketentuan sebagalmana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi segera dalam Jangka waktu 3(tiga) bulan setelah SBR
TPKAdan ST-TPKA/SIK-TPKA ditetapkan.
(4) Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat(1)dan ayat(2)hanya melengkapi:
a. Fotokopi ijazah pendidikan dokter atau dokter gigi dan tenaga
kesehatan yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara
pendidikan yang bersangkutan.
b. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Dokter atau Dokter Gigi atau
Surat Izin Tenaga Kesehatan yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
0. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP.
d. Pasfoto terbaru ukuran 4x6cm sebanyak4(empat)lembar.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasai 21
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal4Januari 2010
MENTERI
130
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN TEKNOLOGI REPRODUKSI
BERBANTU
MENTERI KESEHATAN REPUBUK INDONESIA,
131
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB!
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
132
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
BAB III
PERSYARATAN
Pasal 3
133
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IV
IZIN PENYELENGGARAAN
Rasa!4
134
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABV
TATALAKSANA PERIZINAN
Pasal 5
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 6
135
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 7
BAB VIII
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 8
136
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 9
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
137
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 2010
Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 039/Menkes/SK/V2010
Tanggal 12 Januari 2010
B. PELAYANAN
C. BNAGA
NO JENIS TENAGA Jml
Sertifikat Ket
1. Ahli Endokrinoloai Reoroduksi 1 +
2. Ahli Kebidanan & Peny. 1 + Ahli dalam hal USG &
Kandungan Endoskopi GInekologi
(Laparoskopl, HlsteroskoDl)
139
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
140
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
141
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
D. SARANADANPRASARANA
2. Ruang Pendaflaran +
3. Ruang Konsuitasi +
4. Ruang Periksa/Ultrasonografi +
MasturbasI
7. Ruang Laboratorium AndrologI +
D.2. PRASARANA
NO PRASARANA ADA KETERANGAN
1. Llstiik + Tambahan UPS(Unlnterupted Power System)
/ cadangan sumber listrik / generator set.
2. Air Berslh + Ada saluran pembuangan yang memenuhl
syarat.
3. Gas Medlk + Ada tempat penampungan yang memenuhl
persyaratan llngkungan.
142
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
D.2. PRASARANA
NO JENISAIAT ADA KETERANGAN
1. Uitrasonografi Dengan transduser vaginal dan + Teraturdikalibrasi
abdominal
2. Peralatan Laparoskopi + Teraturdikalibrasi
3. Meja Ginekologi dengan kelengkapan + Teraturdikalibrasi
pemeriksaan ginekologis(spekulum, tenakulum,
sonde)
4. Peralatan Kamar Operasi + Teraturdikalibrasi
5. Peralatan Anastesi + Teraturdikalibrasi
6. Peralatan untuk ovum pick up(CPU)/ + Teraturdikalibrasi
pengambilan sel telur(PST)dan pemindahan
embrio, pompa isap s el telur,jarum pungsi,
kateter embrio transfer
7. Peralatan Laboratorium Embriologi:
- Unit arus udara laminar(laminar air flow unit) + Teraturdikalibrasi
- Pengelolaan air steril (Mili Q RO water +
system)
- Mikroskop (inverted, stereozoom,fase +
kontras)
- Incubator kultur(3 gas atau 2 gas) minimal 2 +
buah
- Swing out centrifuge +
- Cyropreservatlon set +
143
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
144
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
sertifikasi servis
b. Alat yang besar(laminar airflow) diservis tiap 6 -12 bulan +
Keamanan:
a. Petugas harus memakai sarung tangan yang tidak toksik +
145
MENTERt KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
Prosedur Nilai
Normal fertilization rate >60%
Polyspesmic rates < 10%
ICSI degeneration rates < 15%
Embryo cleavage rates >80%
Cryopreservation survival rates >50%
Ongoing pregnancy rates >40%
Implantation rates >20%
Tabel 3: Jumlah Siklus PST dan Kehamilan Berdasarkan Usia Istri Penyebab
Infertilitas dan Jenis Induksi Ovulasi
FTV SSI (ICSI) TAGIT
Karakteristik Kehamil Kehamil Kehamil
PST PST an
PST
an an
n n n N n n
146
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Dua
Tiga
Empat
147
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Tabei 7. Lahir Hidup, lahir meninggal dan kematian bayi setelah lahir/Neonatal
Kelahiran FTV SSI TAGIT
N N N
Satu
• Lahir hidup
• Lahir meninggal 20-27mg
• Lahir meninggai 28 mg atau iebih
• Kematian seteiah iahir
Kembardua
• Lahir hidup
• Lahir meninggal : 20-27 mg
• Lahir meninggal :28 mg atau lebih
KembarTiga
• Lahir hidup
• Lahir meninggal :20-27mg
• Lahir meninggal : ^28 mg atau lebih
• Kematian dini setelah lahir
Kembarempat
• Lahir hidup
• Lahir meninggai 20-27mg
• Lahir meninggal ^ 28 mg atau iebih
• Kematian seteiah lahir
148
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
149
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
SSI:20-27
28-31
32-36
37-41
S42
Tidak Diketahui
Jumlah
TAGiT:2Q -27
28-31
32-36
37-41
S42
Tidak Diketahui
Jumlah
>2500^
s 2500 g
Tidak dicatat
Jumlah
>2500g
2 2500 g
Tidak dicatat
Jumlah
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
151
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Keterangan:
PST : Pengambilan Sel Telur
OPU : Ovum Pick Up
PE : Pemindahan Embrio
ET : Embrio Transfer
FIV : Fertilisasi lnVitro
SSI : Suntuk Spermatozoa intrasltoplasmlk
TAGIT : Tandur Allh Gamet Intra Tuba
152
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
153
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
154
HEFTTERIKESEHATAN
E%EPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
K^ENtUAN^UMUM
^Pasalt.' . r
Dalam Peraturan MenterjiniyancjdjrpaksMddengan:
r.
156
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
TUGAS DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
Pasal 3
(2) Dokter dapat menulis resep untuk diambil di Apotek atau di luar
fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal obat generik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan.
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
158
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 9
Pasal 10
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
159
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 12
Ditetapkan : di Jakarta
Pada tanggal : 14 Januari 2010
Menteri,
160
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
161
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
163
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
BAB!
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
164
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
PERIZINAN RUMAH SAKIT
Baglan Kesatu
Umum
Pasai 2
165
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 3
(3) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan
oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi
dari pejabat yang ben/venang di bidang kesehatan pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
(4) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan kelas D
diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang benwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(5) Tata cara pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Kedua
Izin Mendirikan
Pasal 4
166
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
c. status kepemilikan;
d. rekomendasi izin mendirikan;
e. izin undang-undang gangguan(HO);
f. persyaratan pengolahan iimbah;
g. iuastanah dan sertifikatnya;
h. penamaan;
i. Izin Mendirikan Bangunan(IMS);
j. Izin Penggunaan Bangunan(IPB);dan
k. Surat Izin Tempat Usaha(SITU).
Pasal 5
(2) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2(dua)tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 (satu)tahun.
(3) Pemohon yang teiah memperoleh izin mendirikan Rumah Sakit,
apabiia dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
belum atau tidak melakukan pembangunan Rumah Sakit, maka
pemohon harus mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin
mendirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal3dan Pasal4.
Bagian Ketiga
Izin Operasional
Pasal 6
167
MENTERI KESEKATAN
REPUBUK INDONESIA
sumberdaya manusia;dan
Administrasi dan manajemen.(2) Ketentuan teknis lebih lanjut
mengenai persyaratan izin operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat(1)tercantum dalam lamplran Peraturan ini.
Pasal 7
Pasal 8
(1) Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus
mengajukan surat permohonan penetapan kelas Rumah Sakit kepada
Menteri.
(1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan
mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7dan Pasal 8,diberikan izin operasional tetap.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 10
(1) Setiap Rumah Sakit yang telah mendapakan izin operasional harus
diregistrasi dan diakreditasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi
diiaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Keempat
Pasal 11
(1) Izin Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau
Penanaman Modal Asing(PMA)diberikan oleh Menteri.
(2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat(1)rumah
sakit Penanaman Modai Asing (PMA) harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas(FT);
b. mengadakan kerjasama dengan badan hukum Indonesia yang
bergerak di bidang perumahsakitan;
c. hanya untuk menyelenggarakan Rumah Sakit;
d. peiayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau
subspesialistik;
8. jumiah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA yang berasai
dari negara-negara ASEAN dan minimal 300 buah untuk PMA
yang berasai darl negara-negara Non ASEAN.
f. lokasi diseluruh wilayah Indonesia
g. besaran modal asing maksimai 67%
h. direktur Rumah Sakit harus Warga Negara Indonesia
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
170
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB 111
PENINGKATAN KELAS RUMAH SAKIT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
171
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 17
BABV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasai 18
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai beriaku, Izin Rumah Sakit yang
teiah ada tetap beriaku sampai habis masa beriakunya.
(2) Pada saat peraturan ini muiai beriaku, izin Rumah Sakit yang sedang
dalam proses, dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/ll/1988tentang Rumah Sakit.
172
MENTERJ KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pasal 20
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Januari 2010
Menteri,
173
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor :147/MENKES/PER/1/2010
Tanggal :27 Januari2010
Status kepemilikan.
Rumah Sakitdapatdidirikan oleh:
a. Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari
Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan instansi
tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum,
175
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
176
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONEStA
4. Sumberdayamanusia,
Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang puma waktu,
tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi
sesuai denganjumlah,jenis dan klasifikasinya.
177
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
5. Administrasi manajemen
a. Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah
Sakit atau DIrektur Rumah Saklt,unsur peiayanan medls,
unsur keperawatan, unsure penunjang medls, komlte medls,
satuan pemeriksaan Internal, serta administrasi umum dan
keuangan.
1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medls yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang
perumahsakitan.
2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.
3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi
kepala Rumah Sakit.
b. Membuat daftar tenaga medls yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
lainnya.
c. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan
intemal Rumah Sakit {hospital by laws dan medical staf by
laws).
d. Memilik standar prosedur operasional peiayanan Rumah
Sakit.
MENTERI,
178
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
179
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
180
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN ;
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggai 28 Januari 2010
Menteri,
183
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran I
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :156/Menkes/SK/l/2010
Tanggal :28Januari 2010
A. Jenis Insentif
Insentif yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang bertuqas
di DTPK berupa uang.
B. Penentuan Besaran Insentif
Besaran insentif pelaksanaan tugas ditentukan berdasarkan
wllayah tempat tugas, jenjang pendidlkan dan status
kepegawalan.
1. Pembagian Wllayah
Besaran Insentifdibedakan berdasarkan wllayah tempattugas
sebagai berikut:
a. Regional I
BagI tenaga kesehatan yang ditugaskan pada
Kabupaten/Kota dl wllayah Indonesia Tlmur sebagai
berikut;
ProvlnsI Papua
ProvlnsI Papua Barat
ProvlnsI Maluku
ProvlnsI Maluku Utara
ProvlnsI NusaTenggaraTimur
ProvlnsI Sulawesi Barat
ProvlnsI Sulawesi Tengah
ProvlnsI Sulawesi Tenggara
184
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
b. Regional II
Bagi tenaga kesehatan yang ditugaskan pada
Kabupaten/Kota di luarwilayah Jawa Bali, sebagai berikut:
1) Provinsi Sumatera Utara
2) Provinsi Bengkulu
3) Provinsi Kepulauan Riau
4) Provinsi Kalimantan Barat
5) Provinsi Kalimantan Timur
2. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan tenaga kesehatan penerima insentif
adalah D-lll bidang kesehatan.
3. Status Kepegawaian
Status pegawai tenaga kesehatan penerima insentif adalah
pegawai kontrak untuk penugasan khusus.
C. Besaran Insentif
Besaran biaya insentif finansial yang diberikan bagi tenaga
kesehatan yang di tugaskan dl DTPK sebagai berikut:
Jenjang Besar 1 Besaran Insentif
Pendidikan Penghasiian
(D-lll) Pokok
Regional 1 Regional II
Perawat 1.700.000 2.700.000 2.700.000
Menteri,
186
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Lampiran II
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :156/Menkes/SK/I/2010
Tanggal :28 Januarl 2010
DAFTAR PUSKESMAS PRIORITAS PROGRAM YANKES
DAERAH TERPENCIL,PERBATASAN DAN KEPULAUAN TAHUN 2010
REGIONAL!
1 NH 1. Kupang
1 Naikliu 6 Perbatasan
2 Oepoli 5 Perbatasan
2.™
3 Eban 14 Perbatasan
4 Tasinifu 4 Perbatasan
5 Nunpene 15 Perbatasan
6 Bitefa 12 Perbatasan
7 Oeolo 15 Perbatasan
8 Win! 9 Perbatasan
3.Belu
9 Wedomu 14 Perbatasan
10 Weluli 9 Perbatasan
11 Nualain 8 Perbatasan
12 Halilulik 12 Perbatasan
13 Nanvalus 12 Perbatasan
14 Haekesak 6 Perbatasan
15 Atapupu 8 Perbatasan
16 Haliwen 7 Perbatasan
17 Webora 9 Perbatasan
4.Alor
18 PadangAlang 8 Pulau Terluar
19 Maritaing 6 Pulau Terluar
20 Buraga 8 Pulau Terluar
21 Kalunan 5 Pulau Terluar
2 SULUT 5. Kep. Talaud
22 Miangas 1 Perbatasan
23 Karatung 9 Pbtsn&PPKT
24 Dapalan 1 Pbtsn & PPKT
25 Gemeh 1 Pbtsn&PPKT
26 Kakomtan 1
187
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
6. Minahasa Utara
27 Won 18 PulauTerluar
7. Sangihe
28 Kendahe 1 Pulau Terluar
29 Marore 1
8. Sitaro
30 Ondong 10 Pulau Terluar
3 SULTENG 9.ToIi-Toli
31 Ogutua 8 Pulau Terluar
12. KepulauanAru
42 KoijabI 0 Pulau Terluar
43 Meisiang 19 Pulau Teiiuar
14. Morotai
188
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
17. Merauke
49 Ulilin 9 Perbatasan
50 Bupul 12 Perbatasan
51 Sota 5 Perbatasan
52 Rimba Jaya 8 Perbatasan
53 Kimaam 32 Puiau Terluar
18. Supiori
54 Sabarmiokre 7 Pulau Terluar
55 Sorendlweri 10 Puiau Terluar
21. Keerom
61 Arso Timur 7 Perbatasan
62 Waris 6 Perbatasan
63 Senggi 6 Perbatasan
64 Ubrub 6 Perbatasan
189
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NAMA JUMLAHDESA/
NO PROPINSI KABUPATEN KETERANGAN
PUSKESMAS KELURAHAN
26. Karimun
71 Tebing 7 Pulau Teriuar
27. Batam
72 BIk Padang 6 Pulau Teriuar
29. Sanggau
75 Entikong 5
76 Balai Karangan 10
30. Sintang
77 Senaning 18 Perbatasan
78 Merakai 20 Perbatasan
190
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
NAMA JUMUHDESA/
NO PROPINSI KABUPATEN KETERANGAN
PUSKESMAS KELURAHAN
32. Bengkayang
84 Siding 8 Perbatasan
85 Jagoi Babang 7 Perbatasan
36. Berau
101 Maratua 4 Pulau Terluar
TOTAL PUS<ESMAS 101
TOTAL REGIONAL! 447
TOTAL REGIONAL II 1036
MENTERI,
191
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
193
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
194
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
195
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
la tanggal 28 Januari 2010
Menteri
196
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :HK.03.01/MENKES/159/1/2010
Tanggal :28Januari2010
197
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
198
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
III. SANKSI
Pelanggaran terhadap ketentuan kewajiban menggunakan obat
generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dapat dikenakan
tindakan administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30
tahun 1980tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Menteri,
199
Lampiran 1-1
FORMULIR
LAPORAN PEMANTAUAN PENULISAN RESEP OBAT GENERIK D1 RUMAH SAKIT
Kabupaten/Kota
00
2 3 4 5 = 4/3 6 7
1
lo
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
REGISTRASITENAGA KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB i
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
214
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
PELAKSANAAN REGISTRASI
Baglan Kesatu
Umum
Pasal 2
215
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(4) STIR berlaku selama 5(lima)tahun dan dapat diregistrasi uiang setiap 5
(lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagalmana
dimaksud pada ayat(2).
Pasal 3
Pasal 4
216
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 7
Pasal 8
Peralatan Uji Kompetensi yang meliputi bahan dan aiat uji hams disediakan
dan diiengkapi sesuai dengan mated Uji Kompetensi.
Pasal 9
Pasal 10
(1) Tenaga Kesehatan yang telah lulus Uji Kompetensi dibedkan Sertifikat
Kompetensi.
(2) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
olehKetuaMTKP.
(3) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku
selama 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan Uji Kompetensi kembali
setelah habis masa beriakunya.
(4) Berdasarkan Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3),Tenaga Kesehatan harus segera mengajukan permohonan
memperoleh STR.
(5) Contoh Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Formulir I terlampir.
Pasal 11
Bagi Tenaga Kesehatan asing dan/atau lulusan luar negeri berlaku ketentuan
Uji Kompetensi sesuai ketentuan peraturan pemndang-undangan.
217
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Ketlga
Registrasi
Pasal12
Pasal 13
(1) Tenaga Kesehatan asing dan/atau lulusan luar negeri yang bekerja dl
wllayah Negara Kesatuan Republlk Indonesia wajib memlllkl STR.
(2) Untuk rnemperoleh STR, Tenaga Kesehatan asIng sebagaimana
dimaksud pada ayat(1)harus memenuhl persyaratan mellputi:
a. memlllkl Ijazah pendldlkan dl bidang kesehatan;
b. memlllkl SertlflkatKompetensI;
c. memlllkl surat keterangan telah menglkuti program adaptasi /
evaluasi;
d. memlllkl surat keterangan sehat dari dokter yang memlllkl Surat Izin
Praktik;
e. pernyataan akan mematuhl dan melaksanakan ketentuan etika
profesi; dan
f. rekomendasi organlsasi profesi dari negara asal.
(3) Untuk memperoieh STR.lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang merupakan Warga Negara Indonesia harus memenuhl
persyaratan mellputi:
a. memlllkl Ijazah pendldlkan dl bidang kesehatan;
b. memlllkl Sertlfikat KompetensI;
c. memlllkl surat keterangan telah menglkuti program adaptasl/evaluasi;
d. memlllkl surat keterangan sehat dari dokter yang memlllkl Surat Izin
Praktik;dan
e. pemyataan akan mematuhl dan melaksanakan ketentuan etIka
profesi.
218
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(4) Tenaga Kesehatan warga negara asing dan/atau lulusan luar negeri seiain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 14
BAB III
MTKI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
Bagian Kedua
Tugas
Pasal 16
219
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal17
(2) Keanggotaan MTKI ditetapkan oleh Menteri atas usul Kepala Badan vana
terdiri dari unsur-unsur:
a. Kementerian Kesehatan sebanyak4(empat)orang;
b. Perwakilan organisasi profesi perawatsebanyak 3(tiga)orang*
c. Perwakilan organisasi profesi bidan sebanyak 2(dua)orang*
d. Perwakilan organisasi profesi lainnya sebanyak 1 (satu) orang dari
masing-masing profesi;dan
e. Perwakilan unsur pendidikan sebanyak 1(satu)orang.
(3)Persyaratan keanggotaan MTKI meliputi:
a. WargaNegaraRepublik Indonesia;
b. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh waktu;
c. latar belakang pendidikan minimal Strata 1 (satu)bidang kesehatan*
d. berusia
e. mernilikidedikasiyangtinggiterhadapmutupelayanan kesehatan;'
antara 45(empat puluh lima) tahun sampai dengan 60(enam
puluh)tahun;
f. sehatjasmani dan rohani;
g. memiliki pengalaman bekerja sebagai profesional di bidang
kesehatan sesuai dengan kualifikasinya minimal selama 3 (tiga)
tahun;dan
h. berdomisili di ibukota negara Republik Indonesia.
(4) Masa bakti keanggotaan MTKI adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali maksimal 1(satu)periode.
(5) Ketua MTKI dan Divisi dijabat oleh salah satu wakil dari Kementerian
Kesehatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan MTKI ditetapkan oleh
Ketua MTKI.
220
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 18
(1) Divisi Profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b
bertugas:
a. memberikan masukan dalam pelaksanaan Uji KompetensI yang
meliputi mekanisme, mated, penguji,dan tempat;dan
b. menunjuk perwakilan anggota organisasi profesi untuk dicalonkan
dalam penyelenggaraan Uji Kompetensi.
(2) Divisi Standarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat(1) huruf
cmempunyaitugas:
a. menyusun standar mated Uji Kompetensi;
b. mengembangkan standar mated Uji Kompetensi;
0. menyusun kriteria penguji;
d. menyusun standar mated pelatihan tim penguji; dan
e. menetapkan standar prosedur operasional Uji Kompetensi.
Pasal 19
Pasal 20
221
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB IV
MTKP
Baglan Kesatu
Umum
Pasal 21
Baglan Kedua
Tugas, dan Wewenang
Pasal 22
222
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 23
Bagian Ketiga
Susunan OrganisasI dan Keanggotaan
Pasal 24
Pasal 25
223
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
f. sehatjasmanidanrohani;dan . u -j
g. memiliki pengalaman bekerja sebagai profesional di bidang
kesehatan minimal3(tiga)tahun. ^ .. u
(3) Masa bakti keanggotaan MTKP adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipiiih
kembali maksimal 1 (satu)periode.
Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja MTKP di tetapkan
oleh Ketua MTKI.
BABV
PEMBIAYAAN
Pasal 28
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
224
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi dan mendapatkan bukti tertuiis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan kesehatan di
seluruh wiiayah Indonesia dinyatakan telah memiliki STIR sampai dengan
masa berlakunya berakhir.
(2) Bukti tertuiis pemberian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)meliputi:
a. SIB untukTenaga Kesehatan Bidan
b. SIP untuk Tenaga Kesehatan Perawat
c. SIF untuk Tenaga Kesehatan Fisioterapis
d. SIPG untukTenaga Kesehatan Perawat Gigi
e. SIRO untukTenaga Kesehatan Refraksionis Optisien
f. SITW untuk Tenaga Kesehatan Terapis Wicara
g. SIR untukTenaga Kesehatan Radiografer
h. SIOT untukTenaga Kesehatan Okupasi Terapis
(3) Tenaga Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi yang
diperoleh sebelum terbentuknya MTKI dan MTKP berdasarkan Peraturan
ini, dan belum memiliki bukti tertuiis pemberian kewenangan dinyatakan
telah memiliki Sertifikat Kompetensi berdasarkan Peraturan ini.
(4) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mengajukan permohonan Registrasi berdasarkan Peraturan ini.
Pasal 31
(1) Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, proses Registrasi Tenaga
Kesehatan sebelum terbentuknya MTKP dan MTKI,untuk:
225
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila
MTKI dan MTKPsetempattelahterbentuk.
(3) MTKP yang telah terbentuk pada saat Peraturan ini mulai berlaku, harus
menyesuaikan diri dengan ketentuan dalam Peraturan ini.
BAB Vlil
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Pasal 33
(1) MTKI harus dibentuk paling lambat 6(enam) bulan sejak Peraturan ini
ditetapkan.
226
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(2) MTKP hams dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan ini
ditetapkan.
Rasa! 34
Pasal 35
MENTERI KESEHATAN
227
Formulir I
KOP
MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROVINSI
Mama
Tempat,tangga!lahir
Lulusan
Tahun
dinyatakan teiah lulus ujl kompetensi sebagal tenaga kesehatan pada Majells
Tenaga Kesehatan Provinsi dengan nomor sertifikat dan diberl wewenang
untuk melakukan pekerjaan keprofeslannya dl seluruh wllayah Indonesia
sesuai dengan kompetensi pendidikannya.
Surat tanda lulus sertifikasi tenaga kesehatan ini berlaku sampai denqan
tanggal (5tahun).
Pas foto
Ketua
Majells Tenaga Kesehatan Provinsi
( )
228
Formulir II
Perlhal : PermohonanSuratTandaRegistrasi
{SesuaiJenis Tenaga Kesehatan)
Yangterhormat,
KetuaMTKI
di
Pemohon
229
Formulir III
KOP
MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROVINSI
Nama
Tempat,tanggal lahir
Lulusan
Tahun
Pasfoto MTKI
Registrar
( )
Tembusan; . .
1. Kepaia Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan.
2. Kepaia Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri
Badan PPSDM Kesehatan.
3. Pengurus PusatOrganisasi ProfesiTenaga Kesehatan.
230
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
PERATURAN BERSAMA
MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR15TAHUN2010
NOMOR162/MENKES/PB/l/2010
TENTANG
231
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
232
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PELAPORAN KEMATIAN
Pasal 2
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili
kepada Instansi Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana paling
lambat 30(tiga puluh)hari sejaktanggal kematian.
233
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 3
234
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
PENCATATAN PENYEBAB KEMATIAN
Pasal 6
235
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(3) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
dokter.
(4) Dalam ha! tidak ada dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
autopsi verbal dapat dilakukan oleh bidan atau perawat yang terlatih.
(5) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau ayat (4)
dilakukan melalui wawancara dengan keluarga terdekat dari
almarhum atau pihak lain yang mengetahui perist'iwa kematian.
(6) Pelaksanaan autopsi verbal sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dikoordinasikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
setempat.
Pasal 7
236
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
b. angkakematianibu;
c. angkakematianbayi;
ed. angka kematian anak balita; dan
aSkemSmelr^lt^niUdank^
kematian kepada Dlnas Kesehaten Provlnsi dengan
unit yang membidangi pengelolaan data kesehatan di e
Kesehatan setiaptriwulan sekali.
(8) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(5) melaporkan data statlstik kematian kepada Instansi Pelaksana
setiaptriwulan sekali,tanpa disertai data penyebab kematian.
Pasal 8
237
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BABV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 2010
MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KESEHATAN,
TTD TTD
dengan aslinya
SEK L KEMENTERIAN KESEHATAN
INDONESIA
sBftseaiaAii m dan Organisasi,
JENOERAL
AMPURNA
238
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBUK INDONESIA
NOMOR 299/MENKES/PER/II/2010
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DAN
PENEMPATAN DOKTER PASCA INTERNSIP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBUK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa untuk memantapkan mutu profesi dokter yang
bam lulus program stud! pendldikan kedokteran
berbasis kompetensi, perlu diselenggarakan program
Internsip di fasilitas pelayanan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan program intemsip perlu
disinergikan dengan program Pemerintah dalam
rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat melalui penempatan dokter pasca
intemsip difasilitas pelayanan kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam humf a dan humf b, perlu mengatur
Penyelenggaraan Program Internsip dan
Penempatan Dokter Pasca Internsip dengan
Peraturan Menteri Kesehatan;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor8Tahun 1974tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
239
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
240
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
241
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Internsip adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk
menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan secara
KeooKTeran keluarga, dalam
k^oWeran' rangka pemahiran dan Denveiara<5an
menggunakan pendekatan
antara hasii pendidikan dengan praktik dl lapangan.
adalah dokter yang baru lulus Prooram
^ 'katan DInas adalah program Internsip vane diikuti
Kementenan Kesehatan setelah menyelesaikan program internsip.
disebut STR Untuk KewenanganKewenangan Internsip,
Internsip adalah selanjutnya
bukti tertulis vano
dibenkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter yanq akan
menjalankan praktik kedokteran selama internsip.
6.
7. Komite Internsip Dokter Indonesia, selanjutnya disingkat KIDI adalah
lembaga non-struktural di dalam Badan Pengem^bl^^^^
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan yana
melaksanakan program internsip.
KgtelehttaT"'®" tanggungjawabnya di
242
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
INTERNSIP DOKTER
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Setiap dokter yang bam luius program pendidikan dokter berbasis
kompetensi yang akan menjalankan praktik kedokteran dan/atau
mengikuti pendidikan dokter spesialis hams mengikuti program
internsip.
(2) Doktersebagaimana dimaksud pada ayat(1)hams telah memiliki STR
Untuk Kewenangan internsip yang dikeiuarkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia.
(3) STR Untuk Kewenangan Internsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)merupakan persyaratan untuk memperoleh SIP Internsip.
(4) SIP Internsip sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dikeiuarkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(5) Biaya untuk memperoleh SIP Internsip ditanggung oleh Pemerintah.
Pasal 3
(1) STR Untuk Kewenangan Internsip dan SIP Intemsip hanya berlaku
selama menjalani intemsip.
(2) Setiap dokter yang telah menyelesaikan program Internsip
memperoleh SuratTanda Selesai Intemsip.
Bagian Kedua
KIDI
Pasal 4
243
i
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 6
244
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 8
|(1) diDalam menjalankan tugas dan fungsinya, KIDI dapat membentuk KIDI
Propinsi.
(2) Keanggotaan KIDI di Propinsi berjumlah 5 (lima) orang dokter yang
terdiri dari unsur dinas kesehatan, asosiasi institusi pendidikan
i kedokteran, asosiasi perumahsakitan dan organisasi profesi.
(3) KIDI di Propinsi memiliki tugas dan fungsi melaksanakan kebijakan
KIDI di propinsi yang bersangkutan.
245
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 9
(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas KIDI di Pusat dan Kini hi
BAB III
PELAKSANAAN INTERNSIP
Pasal 10
Dinas dan
(2) Calon peserta program intemsip dapat menentukan oilihan Dmnram
intemsip sebagaimana dimaksud pada ayat(1)secara sukarela.
P^°3ram intemsip dilaksanakan di fasiiitas pelayanan
Pasal 11
246
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
BAB IV
PENEMPATAN DOKTER PASCA INTERNSIP IKATAN DINAS
Pasal 14
247
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15
Pasal 16
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
248
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2010
Menteri,
249
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
252
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
253
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
254
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
255
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
256
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
257
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
JENIS, KUALIFIKASI PENDIDIKAN
DAN PERSYARATAN TK-WNA
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
258
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 9
Pasal 10
BAB III
PERSYARATAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
PENGGUNA TK-WNA
Pasal 11
Pasal 12
259
i
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 13
260
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 14
261
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
262
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 15
(2) Rumah Sakit non pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d hams bekeija sama dengan institusi pendidikan tenaga
kesehatan yang terakreditasi, rumah sakit pendidikan, dan/atau
organisasi profesi.
Pasal 16
263
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 17
BAB IV
SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TK-WNA
Pasal 18
Pasal 19
264
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BABV
TATA CARA PERPANJANGAN PENDAYAGUNAAN TK-WNA
Pasal 20
(1) TK-WNA Pemberi Pelayanan yang telah berakhir masa kerjanya dapat
diperpanjang selama 1 (satu)tahun setelah memenuhl persyaratan.
(2) Dalam hal perpanjangan masa kerja TK-WNA Pemberi Pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) fasilitas pelayanan kesehatan
melakukan;
265
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Rasa! 21
Rasa! 22
266
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING
Pasai 23
Pasai 24
BAB VII
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pasai 25
267
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 26
Pasal 27
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
268
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 441/Menkes/Per/XI/1980 tentang Pembatasan
Penggunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing pada unit kesehatan
di Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagl.
Pasal 30
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Maret 2010
269
i
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
271
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
273
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
8. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekeija di rumah sakit secara puma
waktu dan berstatus pegawai tetap.
BAB II
PENETAPAN KELAS
Pasal 2
(1) Setiap rumah sakIt wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri.
(2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan
pelayanan akreditasi kelas dibawahnya.
Pasal 3
BAB III
Pasal 4
274
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 5
BAB IV
RUMAH SAKIT UMUM
Baglan Kesatu
Pasal 6
275
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah
Mulut, Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti,
Pedodonsi dan Penyakit Mulut.
(9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
(10)Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah,
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah,
Kulit dan Kelamin,Jiwa,Paru,Orthopedi dan Gigi Mulut.
(11)Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan
Darah,Gizi, Farmasi,Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
(12)Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,
Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan
Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah,
Pemadam Kebakaran,Pengelolaan Gas Medik dan PenampunganAir
Bersih.
276
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 7
277
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 9
(1) AdminlstrasI dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata
laksana.
Bagian Kedua
Pasal 10
(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah
Mulut, Konservasi/Endodonsi,dan Periodonti.
(9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
(10)Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis
dasar yang meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Obstetri dan Ginekologi.
(11)Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instmmen dan Rekam Medik. (12)
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,
Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan
Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah,
Pemadam Kebakaran,Pengelolaan Gas Medik dan PenampunganAir
Bersih.
279
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 11
(6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing
minimal 1 (satu)orang doktergigi spesialis sebagaitenaga tetap.
(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing
minimal 1 (satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang
dokter subspesialis sebagai tenaga tetap.
(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1
dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di
Rumah Sakit.
Pasal 12
280
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 13
j(1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata
laksana.
Bagian Ketiga
Pasal 14
281
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 15
282
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 16
Pasal 17
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata
laksana.
283
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keempat
Pasal 18
284
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 19
Pasal 20
285
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 21
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata
laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,
unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum
dan keuangan.
(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi tatalaksana
organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur(SPO),
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws
dan Medical Staff by laws.
Pasai 22
BABV
Pasai 23
Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,
Jantung, Kanker, Orthopedi. Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan
Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut. Rehabilitasi
Medik,Telinga HidungTenggorokan,Bedah,Ginjal, Kulitdan Kelamin.
Pasal 24
286
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
287
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi tugas dan
fungsi, susunan dan uraian jabatan, tata hubungan kerja, standar
operasional prosedur, hospital bylaws & medical staff by laws.
Pasal 29
Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan
klasifikasinya berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam
lampiran Peraturan ini.
Pasal 30
BAB VI
Pasal 31
288
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa
pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan
dan kegiatan pemberdayaan lain.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pasal 34
289
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Maret 2010
Menteri,
290
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
LampiranI
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 340/MENKES/PER/III/2010
Tanggal: 11 Maret2010
3 Pelayanan KIA/KB + + + +
B. Pelayanan Gawat Darurat
1 24 Jam & 7 hari seminggu + + + +
2 Patologi klinik + + + +
3 Anestesiologi + + +
4 Rehabiiitasi Medik + + .
5 Patologi Anatomi + - .
5 KulitdanKelamin +
8 Orthopedi + _
9 Urologi + •»/-
10 Bedah Syaraf + *1- _
11 Bedah Plasfk + _
12 Kedokteran Forensik +
4/- - •
291
F, Pelayanan Medik Spesialis Gig! Mulut lUntukkelas C minimal
1 Bedah Mulut
4/.
|ada1 dan 7Pelayanan
2 Konsetvasi/Endodonsi iMedik Spesialis GIgi
3 Orthodonti IMulut
Periodonti
5 Prosthodonti :±.
6 Pedodonsi
7 Penyakit Mulut
G. Pelayanan Medik Subspesialls
lUntuk kelas B minimal
1 Bedah lada 2 dari 4 Pelayanan
2 Penyakit Dalam Isutispeslatis Dasar
3 KesehatanAnak
4 Otjstetri dan Ginekologi
5 Mata
6 Telinga Hidung Tenggorokan
Syaraf
8 Jantung dan Pembuluh Darah
9 KulitdanKelamin
10 Jiwa
11 Paru
12 Orthopedi
13 Gigi Mulut
H Pelayanan keperawatan dan kebidanan
1 Asuhan keperawatan
2 Asuhan kebidanan
1 Pelayanan penunjang kllnlk
iKelasDcukupHCU
1 Perawatan intenslf
2 Pelayanan darah
3 Gizi
4 Farmasi
5 Sterifisasl instrumen
6 Rekam medik
j Pelayanan penunjang non klinik
1 laundry/linen
2 JasaBoga/Dapur
3 Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas
4 Pengelolaan Limbah
5 Gudang
6 Ambulance
Komunlkasi
8 KamarJenazah
9 PemadamKebakaran
10 Pengelolaan Gas Medik
11 Penampungan Air Bersih
292
1 II SUMBERDAYAMANUSIA
1 A Pelayanan medlk dasar,(naslng^masfng minimal
* 18dokterumum&4doktergigi + . ,
Tenagatetap
• 12 dolcter umum &3dokter gigi - + .
Tenagatetap
* 9dokter umum &2 dokter gigl ■ - .
Tenagatetap
• 4 dokter umum & 1 dokter gigl - -
+ Tenagatetap
j b. 4 peiayanan medlk spesiiias dasar, ma$lng*ma$ing minimal:
1 • DOOKterspesiails + -
1 * 2 dokter speslalis - - .
1 3 Gizi + + + +
1 4 Keterapian Fisik + + + +
1 5 Keteknisian Medis + + + +
1 7 Petuqas IPSRS + + + +
1 8 Petuqas Penqelola Limbah + + + +
1 9 Petuqas KamarJenazah + + + +
|lll. PERALATAN
1 i Peralatan medis di Instalasi Gawat Damrat + + + +
+ + + +
1 3 Peralatan medis di Instalasi Rawat Inap + + + +
+ + + - F(elas0cukup HCU
1 5 Peralatan medis di Instalasi Tindakan Opeiasi + + + +
293
+
9 Peralatan medis Laboratorium Klinik + -
+ + + +
10 Peralatan medis Farmasi
11 Peralatan medis di Instalasi Pdayanan Darat) + + + -
+
12 Peralatan medis Rehabilitasi Medik + + +
+ +
13 Peralatan medis di Instalasi Gizi +
+
14 Peralatan medis Kamar Jenazah + + +
+ + +
21 Ambulan +
23 Ruang PKMRS + + + +
26 Ruanq Pertemuan + + + +
+ + + +
32 Listrik
+ + +
33 Air
+ +
34 Gas Medis + +
+ +
35 Limb ah Cair + +
+
36 Limb ah Pad at + + -
+
37 Penanqanan Kebakaran + + +
294
V ADMINISTRASI&WIANAJFMFm
1 Status Badan Hukum
6 KomiteEtik& Hukum
7 Satuan Pemeriksa Intemal(SPI)
8 Surat Izin Prakiek Dokter
9 Peijanjian Ketjasama Rumah Sakit & Dokter
10 AkreditasiRS
Lampiranll
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 340/MENKES/PER/III/2010
Tanggal : 11 Maret2010
A. PELAYANAN KUSTA
1 Pelayanan Poliklinik Kusta:
a. Spesialistik Esensial + - -
+ +
•KulitdanKelamin
+ + +
-Mata
+ + +
-Bedah
+ +
•Neurologi +
+ + +
b. Umum
+ H" +
2 Perawatan Luka
3 Pelayanan Bedah Kusta;
+
a. Bedah Plasb'k - -
+ +
b. Bedah Rekonstruksl -
+ +
c. Bedah Septik -
4 Rehabilitasi Kusta:
+ +
a. Fisioterapi: +
+ + +
b. Prothesa
+ + +
c. Ortetik
+ + +
d. Terapl OkupasI
+
- ADL(Activity Daily Living) + +
•Setelah operas! + - -
e. Pelayanan PsikologI + - -
5 Rawat Inap:
+
- Intensive Care - -
+
- High Care/ Intermediate + -
+ + +
•WardBiasa
+
6 Rehabilitasi Sosial dan Karya + -
296
B. PELAYANAN UMUM
1 Poliklinik + + .
2 Rawat Inap + .
2 KesehatanAnak + .
3 Bedah + + .
4 Obstetri Ginekologi + .
5 Anestesi + + .
6 Patologi Klinik + + +
7 Radiologi + + _
F PEUYANAN PENUNJANG
KLINIK
1 Perawatan High Care + + +
2 Bedah Sentral(Kamar Operas!) + + +
3 Pelayanan Gizi Klinik + + +
4 Pelayanan Farmasi + + +
5 Rekam Medik + + +
H. PEUYANAN ADMINISTRASI
1 Pemasaran + + +
2 Keuangan + + +
3 Personalia + + +
4 <eamanan + + +
8. KETE NAGAAN
2 Dokterumum
10 5 5 2 1
297
3 Dokterumum dengan kemampuan bedah kusta 4 2 2 - -
8 Saijana Psikologi 1 -
1 - -
9 Tenaga Keperawatan:
- Saijana Keperawatan 2 1 1
- Bidan 6 4 2
6 4 2
10 Ahli madya fisioterapis
11 Ahli madya terapisOkupasi 2 0 0
4 2 0
12 TeknisI ortotik prostetik
B. Optional 1
1 Dokter spesialis Bedah 2 1 0
2 DokterSpesialis PenyaldtDalam 2 1 0
4 DokterSpesialis Obgyn 2 1 0
8 DokterSpesialis GizI 1 1 0
3 Pengaturrawatrongent 2 1 0
4 Penata anastesi 2 1 0
5 Analis laljoratorium 4 1
4 1
6 Saijana mudagizi
7 Asisten apoteker 2 1 1
2 Saijana Ekonomi 2 1 0
3 Saijana Hukum 2 1 0
4 1
4 Saijana Administrasi
5 Akademi Komputer 2 1 0
6 Atem 2 1 0
298
C. SARANADANPRASARANA
PEUYANAN KUSTA
Pelayanan PollkHnIk Kusta:
LoketPendaftaran
Loketpembayaran
R. Rekam Medis
R, Informasi
RTunggu
R. Penksa
R. Dokter
R.Paramedik/perawat
R.Pertetnuan/Diktat
R. Latwratoflum
R.Obat
Kamarkecilpaslen
Kamarkedlstaf
R.A!at
Ket:T&\da(-):Sarana dapat
299
4 IRehabifitasi Kusta:
+
iRuangan periksa dokter + +
+
|r.Psikolog +
+
|r.Rsioterapi + +
+
|R.Okupasiterapi + +
lR.OrtotikPtostetik + + +
+
|r. Rehab Karya + +
+ +
(Sama dengan RSU)
|- Ruang High Care / Intermediate
|(S3ma dengan RSU)
|-Ward6iasa + + +
B. {Ruang PELAYANANUMUM
+ +
1 R.Poliklinik(Sama dgn RSU) -
1
C. PELAYANAN SPESIAUSTIK LAIN
+ +
1 {PenyakitDalam -
+
2 {KesehatanAnak - -
+ +
3 jsedah +
+
4 {Obstetri Ginekologi - -
+ +
5 |Anestesl +
6 |pato!ogl Klinik + +
+
-
7 iRadiologi + -
1
D Ipelayanangawatdarurat + + +
1
E Ipelayanan penunjang klinik
1 jperawatan High Care + + -
+ +
2 {Bedah Sentral(Kamar Operasi) -
+
3 |pelayanan Gizi Klinik + +
+ +
+
4 jPelayanan Farmasi
+
5 |Rekam Medik + +
1
F Ipelayanan penunjang non klinik + + +
1 Laundry
+ + +
2 Pelayanan Jasa Boga / Dapur
+ + +
3 IPSRS
+ + +
4 Pengelolaan Limbah / PAL
+ + +
5 Ambulans/Transportasi
+ +
6 iKomunikasi Medik +
+
+ +
7 IPemulasaraan Jenazah
300
G. SARANA PELAYANAN ADMINISTRASI
1 R. Pemasaran + + +
2 R. Keuangan + + +
3 R. Personalia + + +
4 R. Keamanan + + +
5 R. Sarana Ibadah + + +
6 R. Parkir + + +
7 R.Tunggu + + +
9 R. Ibu Menyusui + + +
D.PERALATAN
NO JENIS PELAYANAN KelasA Kelas B Kelas C
A. PEUYANAN KUSTA
1 Pelayanan Poliklinik Kusta:
a. Spesiallstik Esensial + • •
•KufitdanKelamin + + +
•Mata + +
- Bedah + + +
- NeurologI + + +
b. Umum + + +
2 Perawatan Luka + + +
b. Bedah Rekonstruksl + + -
c. Bedah Septik + + -
Meja periksa
Alat periksa senslbilitas kulit
Goniometer
Tensimeter
Stetoskop
Alat bedah minor
Sterilisator portable
5 Kamar bedah: + + +
Meja operas)
Lampu operas! utama
Lampu operas!sateiit
Pompa hisap
6 Rehabilitasl Kusta:
a. Fisioterapi: + + 4
b. Prothesa + + 4
c. Ortetik + + +
301
+ + +
d.Terapi Okupasi
+ + +
- ADL(Activity Daily Living)
+
•Setelati operasi - -
+
>. Pelayanan Psikologi - •
5 lawat Inap:
+
- Intensive Care - -
302
•Laboratorium24jam Lengkap Lengkap Lengkap
• Radiologi Diagnostik 24jam
6 Rehabllltasi Soslal dan Karya + ♦ -
B. PEUYANANUMUM
1 Poliklbtik ♦ ♦ •
a. Meja periksa
b. Stetoskop
c. Tensimeter
d. Termometer
e.Tiang badan
2 R. Rawat Inap Lengkap Lengkap Lengkap
a.Tempattidurpasien
b. Tiang infus
c. Kursi roda
d. Bed side cabinet
e. Tensimeter
f. Stetoskop
g. Sterilisator portable
h. Pompa hisap
1. Set instnient penksa tuka
j. Set peralatan - peralatan
luka
D. PEUYANAN SPESIAUSTIK UIN
1 Penyakit Dalam + - -
a. Meja periksa
b. Stetoskop
c. Tensimeter
d. Termometer
e. Timbangan badan
f. Senter
g.EKG
h. USG
2 KeseltatanAnak + - -
a. Meja periksa
b. Stetoskop
c. Tensimeter
d. Pen light
e.Tongue spate!
f.AlatukurTT/BBanak
3 Bedah + * +
*Po!iklinikBedah:
a. Meja periksa
b. Tensimeter
c. Stetoskop
d. Mat bedah minor
e.Stentisator portable
303
'KamarBedah:
a. Meja operasi
b. Lampu operasi utama
c. Lampu operasi satelit
d. Pompa hisap
4 Obstetri Ginekologi Lengkap - -
a.Tempattidur
b. Gyn bed
0. Stetoskop
d. Tensimeter
e. USG
f. Alat kuret
g. Partus set
h. Tiang infus
i. Vacum set
j. Baby suction set
k.Bakcucitangan
1. Handuk kedl
m. Kursi
n. Meja
0. Kuikas
p. Sterilisator
q.Timbangan BB/TB
+ +
5 Anestesi
a. Ruangan yang dilengkapi
dengan penerangan yang
cukup dan adanya ventilasi
ke luar untuk menghindari
polusigas anestesi
b. Lemari pendingin untuk
menyimpan obat-obat
anestesi
+
6 Patologi Klinik + +
+
7 Radiologi + -
+ +
E PEUYANAN GAWAT DARURAT +
4 Pelayanan Farmasi + + +
j RekamMedik + + +
304
G PELAYAHAN PENUNJANG NON KUNIK
1 Laundiy + + +
3 IPSRS + + +
5 Ambulans / Transportasi + + +
6 Komunikasi Medik + +
7 Pemulasaraan Jenazah + +
H PELAYANAN AOMINISTRASI
1 Pemasaian + + +
2 Keuangan + + +
3 Pefsonalia + + +
4 Keamanan + + +
305
2. KRiTERIA KUSIFIKASIRUMAH SAKIT MATA
A. JENISPELAYANAN
No JENISPELAYANAN KEUSA KEUSB KELASC
A. MEDIS
1 Pelayanan Spesialistik Mata:
A. Reftaksl + + +
C. Glaukoma + + +
D. Bedah Katarak + + +
E. Medical retina + + +
F. Oftalmologi Komunitas + + +
C. Glaukoma + +
D. Bedah Katarak + +
F. Oftalmologi Komunitas + +
G. Pediatrik Oftalmologi + +
1. Onkologi Mata + +
D. Glaukoma +
E. Vltreo Retina +
F. Strabismus +
G. Neuro Oftamologi +
H. Plastik Rekontruksi +
1. Orbita Onkologi +
J. Pediatrik Oftamologi +
K. Oftamologi Komunitas +
8 Pelayanan Penunjang + + +
9 Pelayanan Farmasi + + +
11 Optik + +
12 Gizi + + +
13 Sterilisasi + + -
14 Bank Mata + - -
15 Rekam Medik + + +
16 Laundry + + -
17 Pemulasaraan Jenazah + + -
18 Penanggulangan Bencana + - -
306
B. JENiSKETENAGAAN
a KEPERAIKATAN
1 Keperawatan Ruang Rawat Inap 1/1TT 1/1 TT 1/1 n
2 Keperawatan Ruang Operas! 3/OK 3/OK 3/OK
3 KeperaMratan Ruang Rawat Jatan
307
D. TENAGAPENUNJANG
1 S2 Penimahsakitan/ Manajemen 1 1 1
2 Satjana Ekonomi 3 1 1
3 Saijana Hukum 1 1 1
4 Akademi Komputer • 2 1 1
C. SARANA&PRASARANA
NO. NAMARUANGAN KELASA KEUSB KELASC
L BANGUNAN UTAMA
1 Ruang Administrasi + + +
2 Ruang RawatJalan
• Ruang pemerlksaan pelayanan mala + + +
speslalisfik(geneial optalmologi)
• Ruang Pemerlksaan pelayanan mala sub + + +
speslarsHk
5 Ruang Farmasi + + +
6 Ruang Labciatorium + +
+ +
7 UGDMata +
10 Ruang Bedah + + +
11 Ruang PuIIh + +
♦
14 Ruang Komite Medlk + +
18 DapurlGlzl + + +
19 Laundry + + +
20 IPSRS/Bengkel + + +
22 Ruang Perpustakaan + + +
24 Ruang Pertemuan + - -
2 PAL + + +
Catalan; Ruang Inoenefatcr dapat dilakukan keija sama dengan rumah sakit dl sekitar.
308
D.PERAUTAN
1. Sarana Pelayanan Kesehatan Mata Primer minimal hams tersedia peralatan sebagai berikut:
No. NAMAPERAUVTAN KELASA KELASB KELASC
1 SDtLamp 20 12 6
2 Auto refraktermeter. 3 2 1
3 Oflalnwskop direk 20 12 6
4 Qftalmoskop indirek 10 3 1
5 Lens Meter 3 2 1
6 Trial Lens Set 10 4 2
7 Lup Binokuler 3-5 Dioptri 2 2 2
8 Streak retinoskopi 2 1 1
9 Buku Ishihara-Kanahera 2 2 1
10 Snellen test Projector 10 4 2
11 Basic ophtalmik instmmen 10 5 3
12 Rash light 10 5 3
13 Loup 10 5 3
14 TonometefSchiotz 10 5 3
15 Sterilizer table model 2 1 1
Obat diagnosb'c midriatikum
16 + + +
17 Anastatic Topical + + +
2. Sarana Pelayanan Kesehatan Mata Sekunder minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut:
A Peralatan Diagnostic
1 Lembar optotip Snellen yang dilengkapi + + +
dock dial
2 Lembar kaitutesbaca + + +
5 Lensometer + + +
6 Optalmoskop direk + + +
8 Slit Lamp + + +
9 Tonometer Schiotz 5 3 3
10 Ton ometer Aplanasi + + +
12 Streak retinoscopy 2 2 1
13 Lensa gonioskopi dgn 3cermin 2 2 1
14 Refrakto Keratometer 3 1 1
309
B Peralatan Diagnostik pelengkap
1 Kampimeter Goldman 1 1 1
2 Kampimeter Automatic 1 1 -
3 BiometriA-scan 1 1
4 USG Mata 1 1 1
5 Retinometer 1 1
6 Fundus Camera+FFA 1 1 -
7 OCT 1 - -
8 Pachymetri 1 - -
9 Topografi Komea 1 - -
11 ERG 1 - -
12 VHP 1 - -
13 Syn ophtofore 1 - -
15 Heftel Oftalmometer 1 1 -
16 SpekularMikroskop 1 - -
18 Portable Keratometer 1 1 -
21 PeilyRobsonTest 1 - -
C Peralatan Bedah
1 Mikroskop opeiasi 7 4 2
2 Mikroskop operas!dgn Teaching Mirror/ CCTV 3 2 1
3 Portable Micrcscope 5-10 3 1
4 Set Peralatan bedat)
Katarakset 20 10 4
Glaukoma set 2 2 1
Keratoplasti 2 1 .
Fakoemulsifikasi Set 4 2 1
Bedah refraktif set 1 - .
Strabismus Set 1 1 .
HokuloplastI Set 1 1 .
DGRSet 1 - .
Vitreoreb'nal set: 1 1 .
- Cryosurgety 1 1 .
D Aiattindakan Iain
1 Laser Fotocoagulasi retina set 2 1 .
310
3. Satana Pelayanan Kesehatan Mata Tersier, setain peralatan diatas juga harus tersedia peralatan
sebagai berikut:
3 Katarakdan Bedah R^raktif + + +
A Peralatan Oiagnostik + + +
B Slit lamp + + +
C Keratometer + + +
D A-Scan + + +
12 Flash r^ht + + +
13 Loup + + +
14 TonometerSchiotz + + +
17 Anastetic Topical + + +
tl.
1 Kampinreter + + +
2 Keratometer + + +
3 USGMata + + +
5 ReSnometer + + +
III.
1 Mikroskope Operas) + + +
4 posterioisederhana + + +
311
IV.
1 iPeralatan bedah katarak danRefralctif
2 iPeratatansetfako emulsifikasi
3 Ip^Iatanset tembus komea
"4 IPeralatan refraksi dan tensa kontak
5 IPeralatan glaucoma
6 IPeralatan Diagnostik Retina
7 IPeralatan infeksl dan imunologi
8 IPeralatan Strabismus
V. ItNSTAUSI RADtOLOGI
1 -Ray denganFluoroscopy
2 llWtoblleX Ray(100 mA)
3 Automatic Film Processor
4 CT Scan
5 USG
6 C-Arm
Vi. IINSTAU^SI UBORATORIUM
1 IPeralatan Ganggili:
|a.Automatic Haematology Analyzer
lb. Automatic Blood Chemistry Analyzer
l^lood Gas Analyzer
Id. Electrolyte Analyser
3. EUSA automatic/semiautomatic Analyzer
f. Row Cytometer
g.PGR Machine
mTFiuoresence Microscope
i. Deepfreez Refrigerator(-20 0)
2 l^ralatan Sedang:
a. Binocular Miaoscope
b. Sentrifuge
c-lcubatoraerob
id^ Incubator anaerob
e. Autoclave
f. Perometer
|g. Biosafety Cabinet class II
h. Urine Analyzer
i. Inspisator
j. Refrigerator
k. EUSA Machine(Washer Reader -«• Incubator)
3 IPeralatan Sederhana:
la.RakdanTabung LED
lb. Haemotology Cell Counter
|c. Hb meter+Pipet eritrosit+pipet
teukosit bitik kantong
d. Glucose meter
312
VIL INSTALASIBEDAH SENTRAL
1 AnesthesI Machine 1 1 -
2 Patent Monitor 1 1
3 DC Shock 1 1
4 M^a Operas! 1 1
5 l^pu Operas! 1 1
6 Infusion/Syringe Pump 1 1
7 Rescusitation Kit 1 1
8 Peralatan Bedah Mata 1 1
VIII RUANGISQLASI
1 APD untuk petugas kesehatan:
(Masker,Sepatu Boots, Gaun/Sarung
tangan/Kaos kaki disposable, Kaca
mata goggles, tutup muka,apron.)
2 Peralatan untuk pasien:
Termometer
Stetoscope
Sphygmomanometer
Tourniquet
IVSet
Pole
Lei^kap Lengkap
Basin
Mobile Screen -
Bedpan
Bed iinen
Disposable patient gowns
Alat makan disposable dan food box khusus
3 Shortwave Diathermy 1 1 -
4 Infrared 1 1 1
5 Nebulizer 1 1 1
2 StrukturOrganisasi + + +
5 Komite Medik + + +
10 AkreditasiRS + + +
313
3.KRITERIA KLASIRKASIRUMAH SAKIT REHAB1UTA9 MEDIK
A. Ketenagaan Rumah Sakit RehabflitasI Mecfik
314
B. KETENA6AAN RUMAH SAKIT REHABIUTASl KEDIK
2 Doktefumum 10 5 5 2 2 1
3 Dokter umum dengan kenampuan tehad) mecSc 4 2 2 1 - -
6 OokterSpesiaGs Mata 2 1 1 - - -
8 Saijana Psa(dogi 1 - 1 - - -
8. Optional
1 DoklerspesiaOs Bedah 2 1 0
2 Dokter Spesiafis Penyakit Dalam 2 1 0
3 Odder Spesiafis Anak 2 1 0
4 Odder Spesiald Anestesi 1 0 0
5 Dokter Spesiafis Saiaf 1 0 0
6 Dokter Spesiafis Patdo^ KEnfic 1 1 0
7 DoMer Spesiafis Patdogi anafaxd 1 1 0
8 Odder Spesiafis RaddogI 1 1 0
9 Odder Spesiafis Gizi 1 1 0
315
II. TENAGA KESEHATAN LAIN
1 Apoteker 2 1 1
2 Doktergigi 2 2 1
3 Pengatur rawat rongent 2 1 0
4 Penata anastesi 2 1 0
5 Anafis laboratorium 4 2 1
6 Saijana muda gizi 4 2 1
7 Asisten apoteker/ tiamiasi 2 1 1
8 Ahli Madya Rekam Media 2 1 1
9 Keteknisan Media 1 1 0
10 Keaehatan maayarakat 1 1 0
11 Keterapian Fiaik 1 1 0
10 Bangunan/Ruang Gizi + +
19 Kendaraan + +
20 Rekam medik + +
21 DOdat + + -
316
NO. NAMAPERALATAN KelasA KelasB KelasC
1 InstalasiRawatJalan
a.Peralatan Klinik Spesialis Rehabilitasi Medik + + +
a Peralatan Gigi + -
Spesiails^nya:
a.Peralatan pemeriksaan Penyakit Daiam + •f +
2 InstalasiRawatlnap
a.Peralatan perawatan umum •f + +
d.Peralatan Mobilisasi + + +
b. Peralatan HCU + + -
6 Instalasi RadiologI
a Peralatan Rotgen 100-200 MA + + -
a Peralatan CT Scan + + -
7 Instalasi Laboratorium
a Peralatan pemeriksaan mikrotxologi + + -
b. Lemari Pendingin + + -
9 Instalasi GIzi
a.Peralatan pemeriksaan mikrobiologi + + -
317
10 Instalasi Farmasi
+ +
a. Peralatan pengujtan obat -
+ +
b. Peralatan peradkan -
+ +
c.Peralatan penyimpanan suhu dingin -
+ +
d. Peralatan penyimpanan Narkotik -
+ +
b. Peralatan fisioterapi khusus -
12 Instalasi Anestesi
+ +
a. Peralatan anastesi umum sesuai standar -
+ +
b. Peralatan observasi dan monitor paslen -
+ +
Peraturan Internal Rumah Sakit(HBL & MSBL) +
+ + +
5 KomiteMedik
+ + +
6 Komite Etik & Hukum
+ + +
7 Satuan Pemenksaan Internal
+ + +
8 Surat izin Praktik Dokter
+
9 V geijanjian Keijasama Rumah Sakit& Dokter
+ +
+ + +
Akreditasi RS
318
4. KRfTERIA KUSIFIKASIRUMAH SAKIT JIWA
A. PELAYANAN
15 Pelayanan Laboratorium + + +
10 Dokter Umum 5 2 3 2 2 -
11 Dokter Gigi 2 - 1 - - -
319
B. KEPERAWATAN
1 Keperawatan Ruang Rawat Inap i/in 1/1TT i/in
2 Keperawatan Ruang Rawat Intensif 1/1 tt 1/1 tt 1/1 tt
3 Keperawatan Ruang Gawat Damrat(per shift) 3/shift 2/shift 2/shift
4 Keperawatan Ruang Rawat Jalan 4/100 pasien 4/100 pasien 4/100 pasien
D. TENAGA PENUNJANG
1 S2 Perumahsakitan Manajemen 3 2 1 1
2 Saijana EkonomI/Akuntansi 2 1 1 1
3 Sarjana Hukum 1 1 1 1
4 SarjanaAdministrasi 1 1 1 1
5 AkademI Komputer 3 1 1 1
6 D3UmumlSLTA1STM 30 10 5 5
4 SarjanaAdministrasi 1 1 1 1
5 AkademI Komputer 3 1 1 1
6 D3UmumlSLTA1STM 30 10 5 5
Catalan: Minimal on call.
-Klinikjiwadewasa + + +
- Kiinik psikogeriatri + + -
•Kiinik psikometrl + - -
- Kiinik konseling + + +
320
3 Ruang Rekam Med9( + + +
4 UGD + + +
7 Ruang Tcndakan + + +
12 Ruang Radiologi + + -
13 Ruang Fannasi + + ■ +
14 Ruang Laixxatofium + + +
18 Dapur/Gizi + + +
11. BANGUHANPENUNJAN6
1 Ruang Generator Set*) + + +
2 PAL + + +
4 Gudang Fannasi + + +
5 GudangBarang + + +
6 Laundiy + + +
7 IPSRS/Bengkel + + +
8 Ruang Perpustakaan + + +
9 Ruang Diklat + - -
10 Ruang Peitemuan + + +
11 Tempat Oiadali + + +
D.Peralatan
NO NAMAPERAUTAN KelasA KelasB KelasC
1 INSTALASIGAWAT DARURAT
1 DiagnostikS^ + + +
2 Alatfiksasi + + +
3 Tatxing Oxygen + + +
5 SteiSsator + + +
6 Vacuum Sucfion + -
7 O^nbrilator + + -
8 ResusitasIS^ + + -
9 Etectrocanfiography + + -
IL INSTALASI RAWATJALAN
1 ECG 1 1 1
2 EOT Kit 1 1
3 Periengkapan diagnos3( 1 1 1
4 PeralatanRsioterapi 1 1 1
5 EEG Brain mappkig 1 1
321
ALATDIAGNOSTIK
Psikometri
Psikodiagnostik
IV. ELEKTROMEDIK
EKG
EEG
EEG Brain mapping
INSTALASIRAWATINAP
Suction
Stenlizator
Electronic Convulsion Therapy(EOT)
VI. INSTALASIRADIOLOG!
X-Ray
VII. INSTALASILABORATORIUM
1 Peralatan Canggih:
a.Automatic Haematology Analyzer
b.Automatic Blood Chemistry Analyzer
322
• Mobile Screen + + +
• Bedpan + + +
• Bed Linen + + +
DC INSTALASIREHABIUTASIMEDIK 1 -
1 Exercises Treadmiil 1 1
2 Static Bicycle / Ergocycle 1 1 -
3 Sltortwave Diathenny 1 1 1
4 Infrared 1 1 1
5 Nebulizer
X. INSTAUSI REHABIUTASI MENTAL
1 AlatOlahRaga + + +
2 AlatMusik + + +
3 AlatTataBoga + + +
4 AlatTata Busana + + +
5 AlatPertukangan + + +
6 AlatMelukis + + +
2 StrukturOrganisasi + + +
5 Komite Medik + + +
10 Akreditasi RS + + +
323
5. KRITERIA KLASIHKASIRUMAH SAKIT BEDAH
A. PELAYANAN
b. Rawat Inap
- Perawatan Bedah + + +
-OK + + +
Z Pelayanan Umum
Pelayanan dokter untuk life saving dan terapi awal + + +
- Pelayanan RadiologI + + +
5.Perawatan Intensif(HCU/ICU) + + -
- Pelayanan Oarah + + -
- Pelayanan Farmasi + + +
•RekamMe(fik + +
- Pelayanan bansporiasl(ambulance} + + +
-Komunikasi Medik + + +
- Pemadam kebakaran + +
8.Pelayanan Administiasi
- Informasi dan peneiimaan pasien + + +
-Keuangan + +
-Personalia + + +
- Keamanan + + +
324
B.SUMBERDAYAMANUSIA
NO. JENISTENAGA KelasA KelasB KelasC
a. MEDiS
OokterSpesiaHs Bedah Umum 2 1 1
Dokter Sub Spesialis Bedab Oitopedi 2 1 0
Dokter Sub SpesiaHs Bedah Saraf 1 0 0
- -
Dokter Sub Spesialis Bedah Urologi 1
Dokter Sub Spesiafis Bedah Plasfk 1 -
Dokter Sub Spesialis Bedah Anak 1
-
DokterSub Spesialis Bedah Digestif 1
DokterSub SpesiaBs Bedah KardioTotaks 1
Dokter Sub Spesialis Bedah OnkiAigi 1
Ddcter Sub Spesialis Bedah Vaskuler 1 - -
Dokter Spesialis Anestesi 3 2 1
Konsultan Intensive Care 2 1
Dokter Umum 5 3 1
Konsultan:
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 1 1
Dokter Spesialis Anak 1 -
Dokter Spesialis Obgyn 2 1 1
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 1 -
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 2 1 1
Dokter SpesiaBs Patologi Klinik 1 1 1
-
Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 1
Dokter Spesialis Radiologi 1 1 1
-
Odder Spesiafis Gizi 1 1
Tenaga Kepeiawatan: 1:1TT 1:1TT 2:3TT
-SaijanaKeperawatan + + +
-D3Keperawatan + + +
- Ahli madya fisioterapis + + +
- AhB madya terapis Okupasi + + +
- Teknisi ottotik prostetik + + +
b. TENAGA KESEHATAN LAIN
Apoteker + + +
Ahli madya penata rontgen + + +
Ahli madya penata anested + + +
Ahli madya laboratorium 1 analis medis + + +
Ahli madya gizi + + +
Asisten apoteker + + +
Ahli madya rekam medis + + +
Ahli madya kesehatan lingkungan + + +
Ahli madya eiektro medik + + +
325
c. TENAGA PENUNJANG ADMINISTRASI
+ +
1 Magister Pemmah sakitan / Manajemen +
+
2 Sarjana Perumah sakitan / Manajemen + -
+
3 Sarjana Ekonomi - -
+
4 Sarjana Hukum -
-
+
5 Sarjana AdministrasI + +
+ +
6 Akademi Komputer -
+ +
7 Tenaga administrasi lainnya +
+ +
•Toilet
B.Pelayanan Rawat map
>ioon 50-ioon 25-50n
•Ruang tindakan
+ + +
- Ruang Isolasi
+ + +
- Ruang rawat
+ + +
- Gudang alat
+ + +
- Ka mar man dl
+ + +
- PCS perawat
+ + +
• Kamarcuci alat
+ + +
- Ruang petugas kebersihan
+ + +
- Ruang istirahat(1 toilet)
+ + +
- Ruang tunggu (1 toilet)
+ + +
- Dapur
+ + +
- Ruang simpan troli
C.Pelayanan Bedah / OK
- Ruang sterilisasi+lemari instrumen + + +
+ + +
• Ruang operasi utama
+ + +
-Kamargantistaf
+ + +
- Ruang ganti brankar
+ + +
- Toilet Gumlah)
+ + +
- Tempat anfisepsislcuci tangan operator
+ + +
- Ruang gas medis
+ + +
- Ruang Dokter
+ + +
•Ruang perawat
+ + +
• Ruang pemulihan
+ + +
- Kantor
326
D. Pelayanan Rehabilttasi Medik
•Ruang Fisioterapi + + +
E.Pelayanan Laboratorlum
■ Ruang pengambllansampel + + +
+ +
- Kamarmandi +
+ +
- Kamarcucialat
+
- Ruang steriiisasi-Hentari instrumen + +
+ + +
-Toilet
F. Pelayanan RadiologI + + +
G. Pelayanan GawatOanirat + + +
• Ruang Triage
- Ruang Resusitasi + + +
• Ruang tindakan + + +
+ + +
- Tenet
H. Pelayanan ICU / HCU
• Ruang paslen + + +
+ + +
-R.isolasi
+
• R. Dapur + +
• Ruang dokterjaga + + +
- Ruang Perawatjaga + + +
+
- Kamarmandi +
1. Pelayanan Gizi + + +
J. Pelayanan Farmasl + + +
K. Pelayanan SterilisaslSential + + +
N. Pelayanan Laundry + + +
R. Penyelenggataan Diklat + + +
S. Pelayanan Ambulan + + +
327
D. PERAUTAN
B.SpesiaIlstik + +
+ + +
A.Umum
•Tempat tdur pasien dengan pedengkapannya + + +
•Oxygen + + +
•Troley pengobatan + + +
•Troteyemegensi' + + +
Bedah Spesialistik
•Peralatan dtsesuatkan dengan kebutuhan. + + +
Ruang Bedah
Peralatan Umum:
• Meja operas!standar + + +
• Lampu operas! + + +
+ + +
• Peralatan anestes!-^ Monitor Pasien
+ + +
• Gasmedik
+ + +
• Suction
+ + +
• Set bedah dasar
• M^a instrumen + + +
+ + +
• DC Shock
+ + +
• Diatermi
+ + +
• Kontainer linen
+ + +
• Kontainer/tromol instrument
+
• Peralatan Spesiaiisfik: + +
Peralatan Penunjang
+
•Air Conditioner(AC)dengan posib'p pressure + +
•HepaRiter + + +
•SterilisatOTRuangan + + +
+ 4 +
•Jam
•Termometerruangan + + +
328
+ + +
• BrankasOK
+
• Obat-obat dan alat penunjang lainnya + +
+
• Baju bedah dan kelengkapannya + +
+ + +
• Linen
+
• Bak cuci tangan + +
+ +
3 Tatalaksana / Tata Kerja / Uraian Tugas +
+
4 Peraturan Internal Rumah Sakit(HBL & HSBL) + +
+ + +
5 Komite Medik
+ + +
6 Komite Etik & Kukum
+ + +
7 Satuan Pemeriksaan Intemal
+ + +
8 Surat Izin Praktik Dokter
9 Peijanjian Keijasama Rumah Sakit & Dokter + + +
+ +
10 Akredltasi RS
329
KRITRIA KLASIFIKASIRUMAH SAKIT PARU
Peayanan
Pelayanan Medik
+ + +
1 Infeksl paru
+ + +
2 Asma dan PPOK
+ + +
3 Onkologi paru
+ +
4 Faal paru klinik
+ + +
5 Penyakit paru akitiat kerja
+ + +
6 Imunoloqi paru
+ + +
7 IntervensI paru
+ +
II. Pelayanan Keperawatan +
+ + +
9 Elektrolit sederhanan(Na, K,01)
10 Elektrolit lengkap - - -
+ +
11 Analisagasdarah +
+ + +
12 Analisa cairan tubuh
+
13 Sitdogi - -
+ + +
14 Gram
+ +
15 Kultur+resistensi MO aerob
+
16 Kultur+resistensi MO anaerob - -
+
17 BTA mikroskopik biasa - -
+ + +
18 BTA mikroskopik fluoresens
+ + +
19 Kultur mikrobakterium
+ + +
20 ELISA+ lmunologi test
+ + +
21 ELISA rapid test
+
22 PGR • -
+
23 CD4-CD8 - -
+
24 Jamur.Amuba - -
+
25 Kultur jamur - -
Catalan:
ELISA+ImunlsasI test antara lain: HIV, Hepatitis B, Hepatitis 0,Tumor market.
330
B. SumberDayaManusia
KELASA KELASB KEUSC
NO JENISKETENAGAAN
Total Tenaga Total Tenaga Total Tenaga
1 MEDIS 23 3 12 1 4
1 DokterSpesialisParu 4 2 2 1 1
2 Dokter Sub Spesialis Paru 2 1 - - -
13 Dokter Umum 7 - 4 - 3
[| KEPERAWATAN
1 Keperawatan Ruang Rawatinap 1/1 tt 1/1 tt 1/1 tt
Keperawatan Ruang Raat Intensif 1/1 tt 1/1 tt 1/1 tt
Keperawatan Ruang Gawat Darurat(per shift) 1/1 paslen 1/1 pasien 1/1 pasien
2 Keperawatan Ruang Rawat Jalan 4/100 pasien 4/100 pasien 4/100 pasien
III TENAGAKESEHATANLAIN 32 20 11
1 Apoteker 1 1 1
2 SKM 1 1 -
3 Smf/saa 5 3 2
4 AKZl/SPAG 3 2 1
5 ATRO/APRO 4 2 1
6 ATEM 2 1 1
7 Ahli Madya Kesehatan Ungkungan 1 1 1
8 Ahli Madya Rekam Medis 1 1 1
9 Fisioterapis 3 2 1
10 Analis Ahii Kesehatan(AAK) 8 5 2
11 Perawat Anestesi 3 1 -
IV TENAGAPENUNJANG 38 15 8
1 S2 Peruniahsakitan/ Manajemen 1 1 -
2 Sarjana Ekonomi 2 1 1
3 Sarjana Hukum 1 1 -
4 SaijanaAdministrasi 1 1 1
5 Akademi Komputer 3 1 1
6 D3/SLTA/STM 30 10 5
331
C. Sarana daan Prasarana
NO NAMABARANG/RUANGAN KELASA KELASB KELASC
1 BANGUNAN UTAMA
1 RuangAdministrasi + + +
3 Ruang Radiologi + + +
4 Ruang Radiotherapy + - -
5 Ruang Farmasi + + +
6 Ruang Lalx)ratonum + + +
7 UGD + + +
11 Ruang Bedah + + +
12 Ruang Pullh + + +
13 Ruang IRCU + + +
19 Dapur/Gizi + + +
20 Laundry + + +
21 iPSRS 1 Bengkel + + +
22 IPLRS/lab. IPAL + + +
23 Ruang Perpustakaan + + +
24 Ruang Diktat + - -
25 Ruang Pertemuan + +
2 IPAL + + +
D. Peralatan
332
II INSTALASIRAWATJALAN
1 Splrometer 2 1 1
2 Nebulizer 1 1 1
3 ECG 2 1 1
4 Bronchoscopy 1 1 1
5 Bodv Plathysmograph 1 -
6 Sleep Lab 1 - -
III NSTAUSIRAWATINAP
1 Suction 1/10 TT 1/10 1/10
2 Sterilizator 1/RR 1/RR 1/RR
3 Nebulizer 1/10 2/10 1
4 WSD(Water Seal Drainage)Set 4 1 1
5 Tro!carcl(20,24,28,32) 4 2 1
IV RUANGIRCU
1 Oxygen Central 1/TT 1/TT -
2 Nebulizer 1 1 -
3 Ventilator Mechanic 1 2 -
5 Bedside Monitor 4 2 -
6 IRCU Bed 4 2 -
7 Resuscitation Kit 4 1 -
8 Continuous Suction 1 1 -
9 Infusion/Syringe Pump 2 2 -
10 DC Shock 4 1 -
11 Bronchoscopy 1 - -
12 Mobile X-Ray(40mA) 1 - -
V INSTALASIRADIOLOGI
1 X-Ray dengan Fluoroscopy 1 1 1
2 Mobile XRay(100mA) 1 1 ■ -
4 CTScan 1 - -
5 USG 1 - -
6 C-Arm 1 - -
VI INSTALASILABORATORIUM
1 Peralatan Canggih:
a. Automatic Haematology Analyzer 1 1
b. Automatic Blood Chemistry Analyzer 1 1
c. Blood Gas Analyzer 1 1
d. Electrolyte Analyser 1 1
e. ELISA automatic/semiautomatic Analyzer 1 -
f. Flow Cytometer 1 -
333
g. PGR Machine 1 . _
h. Fluoresence Micfoscope 1 - .
1. Deepfreez Refrigerator(-2CrC) 1 - .
2 Peralatan Sedang;
a. Binocular Microscope 4 3 2
b. Sentrifuge 3 2 1
c. Iciibatoraerob 3 2 1
d. incubator anaerob 1 -
e.Autoclave 2 1 1
f. Perometer 1 1 1
g. Biosafety Cabinet dass i 2 1 1
h. Urine Analyzer 1 1
1. Inspisator 1 1 1
j. Refrigerator 3 2 1
k. ELISA Machine(Washer+Reader+Incubator) 1 1
3 Peralatan Sederhana;
a.RakdanTabung LED 5 3 1
b. Haenictology Cell Counter 2 1 1
c. Hb meter Pipet erftrosit+pipot leukosit+bilik kantonq - .
1
d. Glucose meter 2 1 1
VIII RUANGiSOLASI
1 APD untuk petugas kesehatan;
Masker,Sepatu Boots, Gaun/Sarung tangan/Kaos kaki Lengkap Lengkap Lengkap
isposable, Kaca mata goggles,tutup muka,apron.)
2 Peralatan untuk paslen: + + +
a. Termometer + + +
b.Stetoscope + + +
c. Sphygmomanometer + + +
d.Toumiquet + + +
e.iVSet + + +
f. Pole + + +
g. Basin + + +
h. Mobile Screen + + +
.Badpan + + +
.Bed Linen + + +
334
k. Disposable patuent growns + + +
IX INSTAUSIREHABILITASIMEDIK
1 Exercises Treadmili 1 - -
3 Stiortwave Diathermy 1 1 -
4 Infrared 1 1 1
5 Nebulizer 1 1 1
2 Struktur Organisasi + + +
5 Komite Medik + + +
10 AkreditasI RS + + +
335
7. KRITERIA KLASiFIKASI RUMAH SAKIT BERSALIN
A. Pelayanan
1 Pelavanan Kehamilan + + +
2 Pelavanan Persalinan + + +
3 Pelayanan NIfas + + +
trisemesterketiga
b Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut + + +
• Atonia Uteri + + +
b. Sepsis + + +
c. Ekiampsia + + +
d. Partus lama
* Persalinan dengan parut uterus + + +
* DIstosia bahu + + +
* Fetopelvic disproportion(FPO) + + +
•Stillbirth + + +
336
* Kranlotomi dan kranlosentesls + + +
* Keluarga Berencana + + +
* Infeksl + + +
Level 1 (Dasar)
*
mampu merawat bay!lahlr dengan usla kehamilan 35 minggi + + +
*
Mampu mempersiapkan/ menstabilkan bay!dengan usla + + +
337
L evelll
+ +
4ampu merawat bayl bain lahir usla gestasl 32 minggu +
1. Medts
5 2 3 1 1 1
1 Dokter Spes. Obstetri-glnekologI
3 1 3 1 1 1
2 DokterSpes.Anak
Dokter Spes.Anesthesi 2 1 2 1 1 -
3
Dokter Spes. Patologi Klinik 2 1 1 -
4
Dokter Spes. RadiotogI 2 1 1 -
5
Dokter Spes. Bedah 2 1 1 -
6
2 1 1
Dokter Spes. Penyakit Dalam
-
7
Dokter umum 1 -
8 -
Dokter gigl 1 -
9 -
III. Kefarmasian
1 1 1
1 Apoteker
2 1 "
338
IV Laboratorium
1 S1 Analis Kesehatan 2 2 1
2 DSAnalis Kesehatan 2 1 1
V. GizI
1 D4Glzi/Olelision 2 1 1
2 03 GIzi/Dielision 2 1 -
3 01 Gizi/Olelision 2 1 -
C. SaranadanPrasarana
A InstalasI Perawatan
1 Ruang tindakan + + +
2 Ruang Isoiasi + + +
3 Ruang rawat + + +
4 Gudang alat + + +
5 Kamarmandi + + +
6 Pos perawat + + +
8 Ruang pesuruh + + +
11 Oapur + + +
12 Pojok trolli + + +
2 Ruang Isoiasi ♦ + +
3 Ruang Tindakan + + +
4 Ruang ObservasI(lamp) + + +
5 Pos perawat + +
6 R. Oapur ASI + + +
7 Gudang alat + + +
8 Kamar mandl + + +
10 Oapur + + +
11 Pojok troll + + +
C R. Bayi Sehat + + +
4 Ruang tunggu + + +
5 Ruang menyusui + + +
6 Toilet + + +
339
D InstalasI Bersalln
1 Ruang adminstrasl + + +
3 Ruanp bersalin + + +
4 Ruang observasi + + +
5 Ruang IsolasI + + +
6 Kamarcud alat + + +
7 Ruang bidan/perawat/dokter + + +
8 Ruang pemeriksaan + + +
12 Kamarmandi + + +
13 Ruang pulih(iumlahTT) + + +
2 Ruang Resusitasi + + +
3 Ruang tindakan + + +
4 Toilet + + +
F InstalasI Laboratorium
1 Ruang pengambilansampel + + +
5 Kamar mandi + + +
6 Kamarcucialat + + +
8 Toilet + + +
3 R. Isolasi + +
4 R. Dapur ASI + +
5 Ruang Dokterjaga + +
6 Ruang Perawatjaga + +
7 Kamar mandi + +
H Ruang Operasi
1 Ruang sterilisasl-Hemari instrumen + +
4 Kamar gantistaf + +
6 Toilet(jumlah) + +
9 Ruang Dokter . + +
10 Ruang Perawat + +
11 Ruang pemulihan + +
12 Kantor + +
340
D. Peralatan
2 Statoskop + + +
4 Doppler/fetal monitor + + +
5 Fcreeps l^psv + + +
6 GvnaecolOQical table + + +
7 Examination lamp + + +
9 Kolposkope + + +
10 lUOHook + + +
11 IKOKit + + +
13 PtwneEndoscope + + +
15 Formskorkehamilan + + +
16 Formrisikotinqqi + +
17 FormqravidoQram + + +
18 Bodyweiqhinq + + +
19 Doppler + + +
20 Electrocardiooraoli + + +
21 IVDdanlniekslset + + +
22 Implant + + +
24 Microkurettanq + + +
25 BiopsI tanq + + +
26 SteriiisatorBasah + + +
II KAMARBERSAUN
1 Sphyqmomanometer + + +
2 Stetoskop + + +
4 Doppler/fetal monitor + + +
6 Gynaecoloqk:al table + + +
7 Examination Lamp + + +
9 Suction Pump + + +
10 Vacuum Extractor + + +
11 Partus set + +
12 Delivery table + + +
13 Curretaqeset + + +
17 Infusion pump + + +
19 Steriiisator + + +
21 Vacuum extractor + + +
22 Infusion set + + +
24 CTG + + +
25 Emeiqency liqht + + +
26 Troily emetqency + + +
341
III KARAAROPERASI
1 Peralatan reoarasi vaaina / serviks + + +
4 Peralatan kraniotomi + + +
7 Peralatan anestesia + + +
9 Peralatan laboratorium + + +
IV. RUANGPULIHSADAR + + +
+ + +
V. HCU
1 SDhvmomanometer + + .
2 StetoskoD + + .
5 EKG + +
6 Aonoea Monitor + +
7 Alatvaskular access + +
8 Suction tximo + +
9 Inkubator + +
11 Perinatal Ambulance + +
13 Svrinoe Pumo + +
14 Obat-obatan emeraensi + +
15 Infusion devices + +
VI. KAMARPERAWATAN
1 Sovamoma + + +
2 Nometer + + +
3 StetoskOD + + +
5 Flash Ikiht + +
6 Intusion set + + +
7 Nebulizer + + +
8 Examination Lamo + + +
10 Suction Dumo + + +
12 Nebulizer + + +
2 StrukturOnianisasI + + +
Komite Medik + + +
5
Komite Efk & Hukum + + +
6
7 Satuan Pemeriksaan Intemal + + +
+
8 Surat Izin PrakUk Dokter + +
10 AkreditasI RS + + +
342
8. KRITERIA KUSIFIKASIRUMAH SAKIT GtGI DAN MULUT
A Pelayanan
b. Orthondonti + + +
c. Periodontil + + -
d. ProsthodontI + + -
e. KonservasI Gigi + + +
f. Oral Medicine + + -
g. PedodontI + + -
a. Pelayanan Kefarmasian + + +
b. Pelayanan Laboratorium:
- Laboratorium Klinik + + +
d. Pelayanan Anesthesi + + +
e. Rekam Medik + + +
b Orthodonsi 3 1 3 1 1 -
c KonservasI 2 1 2 1 1 -
d ProsthodontI 2 1 1 - - -
e Pedodonsi 2 1 1 - - -
f Periodonsi 2 1 1 - - -
g Penyakit Mulut 2 1 1 - - -
343
Dokterahll lainnya:
h <esehatan Gigi Masyarakat(Dental Public Health) 1 1 -
1 Dental Material 1 1 -
j Oral Bidogi 1 - -
k Dental Radiologi 1 - -
m Patdogi Klinik 1 - -
3 Dokter gigi 10 7 3
4 Dokter umum 1 1
II Keperawatan
1 Perawat Gigi 10 7 3
III Kefarmasian
1 AsistenApoteker 1 1 1
V. Laboratorium
1 D3 Anaiis Kesehatan 1 - -
2 TenagaTeriatih 1 1 1
2 Kebersihan 8 5 3
344
C Sarana dan Prasarana
1. Sarana
1 R. Rawat Jalan
+ +
a. R. Rawat Jatan Medik Gigi Dasar +
345
g) Penyakit Mulut + + -
* Hand instrument
*A!at untuk Punch biopsy
h). Kesehatan Gig! Masyarakat(Dental Public Health) + + -
j). OralBioiogI + + -
2 R. Gawat Damrat + + +
a. R.Tindakan + + +
b. R.Tunggu + + +
3 R. Pemullhan(Recovery Room) + + -
4 R. Operas!;
a. Mayor + + -
b. Minor + + +
6 Laboratorium Klinik + + -
b. Lab. Basah + + +
8 R. Dental Material + + -
9 Ruang Sterilisasi + + -
10 R. RadiologI + + +
11 R. Tunggu + + +
12 R. Rekam Medik + + +
13 R. Diklat + + -
14 R. Dokter + + +
15 R. Perawat + + +
16 R.Administrasi
a. R. DIreksi + + +
b.R.Staf + + +
17 R. Perpustakaan + - -
18 R. Locker + - -
19 R. Makan/Kantin + - -
20 R. Toilet + + +
II Prasarana
1 Tenaga Listrik + + +
2 Air Bersih + + +
4 AlatKomunikasi + + +
5 Ruang Instalasi
a. Ruang Genset + + +
b. Ruang Kompresor + + +
6 Tempat Parkir + + +
346
D Peralatan
1 Dental Unit 75 25 25
2 Dental Ctiair 75 25 25
3 TempatTidur 3 2 2
* Dental X-Ray 3 2 1
* Panoramic X-Ray 1 1 -
*CephalometriX-Ray 1 1 -
* Sterilisator 8 5 3
* Autoclave 3 2 1
* Camera Digital 1 1 1
2 StrukturOrganisasi + + +
5 Komite Medik + + +
10 Akredltasi RS + + +
347
9 KRITERIA KLASIFiKASI RS KETERGANTUNGAN OBAT
A. Pelayanan
1 Pelayanan Medik, yang terdiri dari:
NO JENIS PELAYANAN KELAS A KELAS B KELAS C
1.
A Pelayanan Oetoksifikasl NAPZA + + +
b)Rumatan Substitusi + + +
F Pelayanan Komorbiditas + + +
- Pelayanan Konseling + + -
- Pelayanan Radiologi + - -
- Pelayanan Farmasi + + +
- Pelayanan Fisioterapi + + -
- Pelayanan Umum + + +
- Pelayanan GIgi + + +
3 Pelayanan UGD + + +
- Pelayanan HCU + + -
7 Instalasi Laboratorium:
- Lab. Klinik + + +
- Lab. Toksikologi + + -
8 Instalasi Farmasi + + +
9 Instalasi Radiologi + + -
10 Instalasi Gizi + + +
11 Rehabilitasi Medik +
- -
348
11. PELAYANAN RAWAT JALAN
1 Poll Napza + + +
2 PoliPenyakitDalam + + +
4 PoliPenyakltJiwa + + +
5 Poll Metadon + + +
6 Poll Psikologi + + +
7 Pol! Umum + + +
8 Poll Gigi + + +
3 Pelayanan Ambulan + + +
V. PELAYANAN PENUNJANG •
1 Instalasi Laboratorium + + +
2 Instalasi FarmasI + + +
3 Instalasi Radiologi + + +
4 Instalasi Gizi + + +
5 RehabllitasI Medik + + +
2 HematologI lengkap + + -
5 Hemostatis lengkap + - -
6 Hemostatis sederhana + + +
9 Elektrolltsederhanan(Na, K, Cl) + - -
10 Elektrolit lengkap -
+ +
349
+ +
11 Analisagasdarah -
+ + +
12 Analisa cairan tubuh
+
13 Sitologi -
-
+ + +
14 Gram
+ +
15 Kultur*resistensi MO aerob -
+
16 Kultur+resistensi MO anaerob - -
17 STAmikroskcpik biasa + • -
+ +
18 STA mikroskopik fluorensens +
+ + +
19 Kultur mikrobakterium
20 ELISA •«-lmunologi test + + -
+
22 PGR - -
+
23 CD4-CD8 - -
24 Jamur.Amuba + - -
25 Kultur jamur + - -
Catatan: ELISA+Imunisasi test antara lain: HIV, Hepatitis B, Hepatitis C,Tumor markel
A. MEDIS
1 DokterSpesialisJiwa 5 2 2 1 1
2 DokterSpesialis Saraf 1 - 1 -
5 DokterSpesialis Paru 1 - -
7 DokterSpesialis Radiologi 1 - -
10 Dokter Umum 10 5 7 3 4 2
11 Dokter gigi 2 1 1 - - -
B. KEPERAWATAN
1 Perawat Ruang Rawat Inap 1/2tt 1/2tt 1/3tt
C TENAGAKESEHATANLAIN
1 Apoteker 3 2 1
2 Psikolog Klinis 3 2 1
3 KonselorAddiot 20 10 5
4 Pekerja Sosial 5 3 2
5 SKM 3 2 1
350
6 Akademi Farmasi 8 8 3
7 Akademi Teknologi Elektromedis 3 2 1
8 Akademi Penata Rontgen 4 2 1
9 Akademi GIzI 3 2 1
10 Ahfi Madya Kesehatan Lingkungan 1 1 1
11 Ahll Madya Rekam Medis 3 2 1
12 FIsioterapis 2 1 1
13 Akademi Analls Kesehatan(AAK) 8 5 3
14 PerawatAnestesi 3 1 -
D. TENAGAPENUNJANG
1 S2 Perumahsakitan / Manajemen 2 1 1
2 Saijana Ekonomi 2 1 1
3 Sarjana Hukum 1 1 1
4 SarjanaAdministrasi 1 1 1
5 Akademi Komputer 3 1 1
6 D3/SLTA/STM 30 10 5
2 RuangRawatJalan:
- Ruang Psikososial + + -
- Ruang PenyakitSyaraf + + -
- Ruang Konseling + + -
- Ruang Radiologi + + -
- Ruang Farmasi + + +
- Ruang Fisioterapi + + -
- Ruang Umum + + +
- Ruang Gigi + + +
3 Ruang UGD + + +
- Ruang HCU + + -
351
7 nstalasi Laboratorium:
+ + +
Lab. Kllnik
+ + -
Lab.Tokstkologi
+ + +
8 nstalasi Farmasi
+ -
-
9 nstalasi Radiologi
+ + +
10 Instalasi Radiologi
+ -
-
11 Rehabilitasi Medik
+ + +
12 Ruang Pemeriksaan Elektromedik(EEG,
+ +
13 Ruang Komite Medik
+ + +
14 Ruang Penyuluhan PKMRS
+ + +
15 Ruang Pemulasaraan Jenazah
+ + +
16 Dapur/Gizi
+ + +
17 Laundry
+ + +
18 PSRS/Bengkel
+ + +
19 Ruang Perpustakaan
+ -
20 Ruang Diktat/Litbang -
+ + +
21 Ruang Pertemuan
+ + -
23
+ + +
24 Ruang Rekreasi
+ + +
25 Tempat Ibadah
2 Incenerator
+ + +
3 IPAL
+ + +
4 Tempat Pembuangan Sampah sementara
Catalan:
352
3 Peralatan FIsioterapl 1 1 1
4 EEG 1 1 -
6 Brankas Metadon 1 1 -
III. ALATDIAGNOSTIK
1 Psikodiagnostik Addiction Seventy Index 1 1 1
IV. PSIKOLOGI
1 Psikometri 1 1 1
V. NSTALASIRAWATINAP
JumlahTempatTidur 100 50 25
1 Suction 1 1 1
2 Sterilizator 1 1 1
3 Oxygen+Regulator 1 1 1
4 Diagnostic Set 1 1 1
5 Infus Set 1 1 1
VI. RUANGICU
1 Oxygen Central l/TT 1/TT
2 Nebulizer 1 1
3 Bedside Monitor 1 2
4 iRCUBed 2 1
5 Resusdtadon Kit 2 1
6 Continuous Suction 2 1
7 Infusion/Syringe Pump 2 1
8 DC Shock 1 1
9 Mobile X-Ray(40mA) 2 2
10 Ventilator 2 1
Vli. INSTAUVSIRADIOLOGI
1 X-Ray dan Fluoroscopy 1 1 -
3 USG 1 1 -
VIII INSTALASILABORATORIUM
1 Peralatan Canggih: -
f. Electrolyte Analyzer 1 1 -
g. ELISA automatic/semiautomatic 1 - -
h. Flow Cytometer 1 - -
353
1
|i. Deepfrees Refrigerator(-20''C)
-
-
1 -
-
icKimiaKlinik
2 IPeralatan Sedang:
4 3 2
a. Binocular Microscope
3 2 1
b. Sentrifuge
2 1 1
|c.Autoclave
1 -
d. Urine Analyzer
-
2 1
|e. Refrigerator -
1 1
f. EUSA Machine OAIasher+Reader)
-
3 Iperalatan Sederhana:
1 1 1
a.RakdanTabung LED
3 2 1
lb. Haemotology Cell Counter
1
jc. Hb meter+Pipet eritrosit+pipet 1 -
1
5 3
jd. Glucose meter
1
DC PERALATANRUANGINFEKSI0SOLASI)
Lengkap
1APD untuk petugas kesehatan:(Masker,Apron,Sarung Tangan) Lengkap Lengkap
+ + +
|-Toumiqu^
+ + +
-IV Set
+ + +
- Bedpan
+ +
j- Bed Linen +
1
X. INSTALASI REHABILITASi NAPZA
+ +
1 lAlat-alatolahraga +
+ + +
2 Alat-alatmusik
+ + +
3 lAlat-alat audiovisual
+
4 jperpustakaan + +
+
5 jperangkatkomputer + +
1
E. ADMINISTRASIDANMANAJEMEN
+
1 jstatus Badan Kukum + +
+
+ +
2 Istruktur Organisasi +
+ +
3 Tatalaksana/TataKeria/UraianTugas
4 1Peraturan Internal Rumah Sakit(HBL& MSB +
+
+
+
+
+
5 IKomiteMedtk .
+ + +
6 IKomite Etik & Kukum
+ + +
7 Satuan Pemeriksaan Internal
+ + +
8 IsuratlzinPraktikDokter +
9 jperianjian Keriaaama Rumah Sakit & Dokter + +
+ +
+
10 lAkreditasi RS
354
10 KRITERIAKLASIRKASIRUMAHSAKITIBUDANANAK
A. Pelayanan
NO JENIS PELAYANAN KELAS A KELAS B KELAS C
b. Onkologi Ginekologi + -
c. Kesehatan Reproduksi + -
d. Obgynsosial + -
e. Uro-ginekologi Rekonstruksl + -
b. Neurotogi + -
c. Hematologi-Onkologi + -
d. Ilefrologi + -
e. Gastrohepatologi + -
f. Respirologi + -
g. Aleigllmunologi + - ^
h. Endokrinologi + -
. Kardiologi + -
k. GawatDaruratAnak + +
c. Spesialis Mata + +
d. Spesialis THT + -
e. Spesialis KulitKelamin + -
h. Spesialis Anestesi + + +
1. Spesialis Radiologi + + +
6 Pelayanan Gigi + + -
7 Pelayanan Psikolog + - -
355
9 Pelayanan Rawat Jatan + + +
12 Pelayanan Bersalin + + +
13 Pelayanan Operasl + + +
14 Pelayanan Darah + + -
15 Pelayanan Radiologi + + -
16 Pelayanan Laboratorium + +
17 Pelayanan FarmasI + + +
18 Pelayanan GIzI + + +
+
• Pemulasaran Jenazah - -
• IPSRS + + +
+ + +
• IPLRS
1 Media
1 Dokter Spesialls Obstetri-Glnekologl 4 2 2 1 1 -
Dokter Subspes.Fetomatemal 1 - - - - -
2 Dokter SpestalisAnak 4 2 2 1 1 -
356
3 DokterSpesialislainnya:
a. SpesialisBedahAnak 1 1 -
c. Spesialis Mata 1 1 -
d. Spesialis THT 1 -
e. Spesialis KulitKelamin 1 -
g. Spesialis PenyakitOalam 1 1 1
h. Spesialis Anestesi 1 1 1
1. Spesialis Radiologi 1 1 1
III. Kefarmaslan
1 Apoteker 1 1 1
2 03 Farmasi /Asisten Apoteker 1 1 1
IV. Laboratorlum
1 SI Analis Kesehatan 1 1 -
2 03Analis Kesehatan 1 1 1
V. Glzl
1 Si Gizi Kiinik/dietisien 1 1 -
2 04 Gizi Kiinik/dietisien 1 1 -
3 03 Gizi Kiinik/dietisien 1 1 1
4 01 Gizi Kiinik/dietisien 1 1 1
VI Rekam Medls
1 SI Rekam Medis 1 - -
2 03 Rekam Medis 1 1 1
C SaranadanPrasarana
A.InstalasiRawatJalan
-Gigi + + -
■ KIA + + +
357
-Spesialis
-Subspesialis
■ Ruang menyusui
■ Ruang penyutuhan
■ Ruang konseling
358
F. InstalasI Gawat Darurat
+ + +
- Ruang resusitasi
+ + +
- Ruang tindakan
+ + +
• Ruang tunggu
+ + +
-Toilet
+ +
G. Instalasi Pusat Sterilisasi -
H. Instalasi l^traratorium
+ +
- Ruang pengambilan sampel +
+ +
- Ruang pemenksaan Sampel +
+ +
- Gudang perlengkapan habis pakai +
+ +
- Gudang perlengkapan tidak habis +
+ + +
-Kamarcuclalat
+ + +
- Lemari instrumen
+ + +
-Toilet
- Ruang pen'natal + +
+ +
- R. IsolasI
-R.dapurASI + +
- Ruang PerawatJaga + +
+ +
-Kamarmandi
- Gudang perlengkapan habis pakai + +
J. NICU/PICU + + -
K. ICU •f + -
L Ruang OperasI
•Mesin AnesthesI + + +
+ + +
- Bedside Monitor
-OC Shock + + +
•Ventlator + + +
- Peraiatan SO + Laparotomy + + +
-Kamargantlstaf + +
- Toilet(jumlah) + + +
359
M. Instalasi Radiologi
U.Rekam Medts
V. Ruang KDRT
D. Peralatan
Pdayanan Umum
Pelayanan Spesiafe Obstetri dan Ginekologi
Lapafpscopyoperatif set
Lapaiatomy set
Sectioset
Histerectomy set
Colposcopy
Alat kauterisasi
Alat punksi
Bone Densitometri
Peralatan khusus t)ayi tabunq
USG
Implant Kit
lUDKIt
Pap smear kit
Dilatasi can Curetase set
CTG
lncul>ator
EGG
Phototerapy
360
+ + +
- Infusion dev^es
+ +
- Peritonea!dialysis +
+ + +
- Hemodialisis
+
- Brain mapping + +
+ + +
• EEG
- Endoscopy + + +
+
- Colonosccw + +
- pH meter + + +
- Echocardiography + + +
+ + +
- Oichtdom^
- Ottiumpemeriksaangula + + +
- Sptrometri + + +
+ + +
- BMP
+ + +
- Skin Prick Test
+
- Infant Wanner + +
+ +
4 Pelayanan Daiati + + +
5 RekamMedis + + +
10 Pelayanan Operas! + + +
12 Pelayanan Peisafinan + + +
13 Pdayanan Radtologi + + +
15 Pelayanan Gizi + + +
16 Pelayanan Fannasi + + +
2 StnikturOrganisasi + + +
5 KomiteMedik + + +
10 AkieditasiRS + + +
361
11 KRITERIAKLASIRKASIRSPENYAKITINFEKSI
A. PELAYANAN
NO JENiS PELAYANAN KEUS A KEUS B KEUS 0
1 Infeksi + + +
2 InstalasiGawatOarurat + + +
3 InstalasiRawatJalan + + +
8 Lat)oratorium:
a.PK + + +
b. Mikrobiologi + + +
9 Radloloqi + + +
10 Cizi + + +
11 FarmasI + + +
12 CSSO + + +
13 Kesehatan Ungkungan + + +
14 IPSRS + + +
15 Gigldanmulut + +
OPTIONAL:
16 Rehab Medlk + + +
17 Konseling + + +
PEIAYANAN PENUNJANG
18 Rekam Medik + + +
19 SIRS + + +
B. SUMBERDAYAMANUSIA
6 Odder SpeslaOsSaraf 1 1
7 Odder Spesialls Bedah saraf 1 -
362
16 Perawat 1:1TT 1:1TT 2:3n
18 SpesiaTisAnestesi 2 1
19 Perawat Anastesi 3 1 1
20 Perawat ICU 17 10
21 Perawat 6 -
23 Analis kesetiatan 8 5
24 Spesialis Radioiogi ; 2 1 1
25 Radiografer 5 3
26 PetugasKamarGelap 2 1 1
29 Apoteker 2 1 1
30 AsistenApoteker 10 6
31 Sanitarian 4 2 1
32 ATEM 8 4
33 STEIektio 1 1
34 Doktergigi 3 2 1
35 SpesiaTisRetiabMedik 1 1
36 Fisioterapis 2 1 1
37 Psikolog 1 -
C. SARANADANPRASARANA
1 Sarana
2 InstalasiGawatDarurat + + +
3 InstalasiRawatJalan + •¥ +
7 ICU + +
9 Ruang Latroratorium:
a.PK + + +
b. Mikrobiologi + + +
10 Ruanq Radioiogi + + +
11 Ruang Gizi + + +
12 Ruang Farmasi + +
13 Ruang CSSD + + +
14 Kesehatan Linqkungan + + +
363
OPTIMAL:
16 RehapMedlk + + +
17 KonseGng + +
PELAYANANPENUNJANG
18 Rekatn Medik + + +
19 SIRS + + +
2 Prasarana
3 Ruang Generator + + +
4 Ruang Incenerator + + +
5 IPSRS + + +
6 IPAL + +
8 Ambulance + + +
D. PERAUTAN
364
25 Bed side monitor 4 2 0
26 RCU Bed 4 2 0
27 Rescudtation kit 1 1 0
28 Cutaneous suction 2 1 0
29 Infusion pump 4 2 0
30 DC syok 1 1 0
31 Bronkoskopi 1 0 0
32 X-Ray mobile 1 0 0
33 Mesin anestesi 1 1 0
34 patient monitor 1 1 0
35 DC syok 1 1 0
36 Meja Operasi 1 1 0
37 Lampu Operasi 1 1 0
38 Infuson pump 1 1 0
39 Rescudtation kit 1 1 0
40 Peralatan Bedati Paru / toraks 1 1 0
41 X-Ray dengan fluoroskopy 1 1 1
42 Mobile X-Ray 1 1 0
43 Automatic Film Processor 1 1 0
44 CTScan 1 0 0
45 USG 1 0 0
46 Carm 1 0 0
47 Treadmill 1 0 0
48 Static bicycle 1 1 0
49 Stiortwave diatermi 1 1 0
50 Infra merati 1 1
2 StrukturOrganisasi + + +
5 Komite Medik + + +
10 Akreditasi RS + + +
365
12 KRITERIA KLASIFIKASIRUMAH SAKIT ORTHOPEDI
A PEUYANAN
NO JENiSPELAYANAN KEUS A KELAS B KEUS C
1 Spesialis Utama: Orlhopedi
a. RawatJalan
- Lower Extermite Surgery + + +
-Spine Surgery + + +
- Paediatric Surgery + + +
- Reconstruction Surgery + + +
a. Rawat Inap + + +
c. Rawat Damrat + + +
d. Rawat intensif + + +
e. Tindakan Operas! + + +
b. Bedah Plastik + + -
c. Bedah Mulut + - -
d. Bedah Umum + - +
e, Saraf + + +
f. Anak + + +
g. Penyakit Oalam + + +
h. Lainnya + + +
3 Penunjang
a. Radiologi + + +
b. Rehabilitasi Medik + + +
b.Anestesi + + +
c. Patologi Klinik + + +
g. Gizi + + +
e. Patologi Anatomi + + +
d. Farmasi + + +
h. Sterilisasi + + +
1. Umum + + +
j. Gigi + + +
k. Bank darah + + +
B. SDM
c. Bedah plastik 3 1 - - - -
d. Bedah Mulut 3 1 - - - -
366
e. BedahUmum 1 - 1 - 1 -
f. Saraf 1 • 1 - 1 -
g. Anak 1 - 1 - 1
h. Penyakit Dalam 1 - 1 - 1
i. Radlologi 3 1 1 -
j. Rehabiiitasi Medik 3 1 1 -
k.Anestesi 3 1 1 1
1. Patologi Klinik 2 -
m. Gizi Klinik 1 1 -
n. Patologi Anatomi 1 1 -
0. Umum 5 3 2
p. Gigi 2 1 1
367
D. PERALAAN
13 Bengkel Protesa + + +
2 StrukturOrganlsasI + + +
368
13 KRITERIA KLASIRKASi RS KHUSUS THT
A. PEUYANAN
1 Spesialis Utama:
+ + +
HT
+ + +
Bedah
+ +
Saraf -
2 Subspesialts Utama:
+ + +
Bedah THT KL
+ + +
Aletgi dan Imunologi
+
Bedah Plastik - -
+ +
Bedah Mulut -
+
Bedah Saraf - -
+ +
Beta (Brain Evoke Response Audimetri) +
+ +
E.N.G (Electric Nistanrografi) +
+ + +
Audiovestibuler
+
Hearing Aid Center + -
3 Spesialis l^lnnya;
+ +
PenyakitDalam +
+
Jantung - -
4 Penunjang:
+
Radiologi + -
+ +
l^twratorium -
+ + +
Farmasi
+ +
Gizi
+ +
Sterilisasl -
+ + +
Rekam Medik
+ +
Rehabilitasi Medik -
+
Pemulasaraan Jenazah - -
5 Umum:
+ + +
Poll Umum
PoIiGlgi + + +
Emergensi + + +
B. SUMBERDAYAMANUSIA
2 Bedah 2 1 1 - - -
369
3 Saraf 1 1 - -
4 BedahTHTKL. 2 1 1 - -
5 Bedah Plastik 1 - -
6 Bedah Mulut 2 1 1 - -
7 Bedah Saraf 1 - - -
8 PenyakitDalam 3 1 2 1 1
9 Jantung 1 -
10 Radiologi 2 1 1 -
1
11 Patologi Klinik 2 1 1 -
1
12 PatoIogiAnatomi 1 1 - 1
13 Mikrobiologi 1 1 -
14 Rehabilitasi Medik 2 1 1 - 1
1 RawatJalan + + +
4 Ruang Operasi + + +
5 Rawatlntensif + + +
6 Radiotogi + + +
7 Laboratorium + + +
8 Farmasi + + +
9 Gizi + + +
10 Elektromedik Diagnostik + + +
13 Ruang Audiovestibuler + + +
15 Rekam medik + +
16 IPSRS + + +
17 Sterilisasi + + +
18 Laundry + + +
19 Pemulasaraan Jenazah + + +
20 Administrasi + + +
21 Diklat + + +
22 DinasdanAsrama + + +
23 Ambulance + + +
370
D. PERAUTAN
No NARAA PERAUTAN KEUSA KEUSB KEUSC
1 RawatJaian
- Fiber Optic Otoscope + + -
• OtoskopMlni + + +
- Diagnostic Set + + +
- LaryngosotoeAnakDewasa + + +
- Hearing aid + + +
2 Rawatinap + + +
3 RawatDarurat + + +
4 RuangOperasi + + +
5 Rawat tntensif + + +
6 Radiologi + + .
7 Laboiatorium + + +
8 Farmasi + + +
9 GIzi ■ + + -
10 Eiektromedik Diagnosfk + + +
13 AlatAudtovestibuIer + + +
2 StrukturOiganisasi + +
5 KomiteMedik + + +
8 SuratlzinPraktikDokter + + +
10 Akreditasi RS + + +
371
14 KRTTERIA KLASIFIKASi RUMAH SAKIT STROKE
H r
KELASA KELASB KELASC
NO JENISPEUYANAN
A Esensial
+ + +
1. Pelayanan Emergensi
+ + +
<
I PelavananlCU
+
1
Petayanan CT Scan -
-
+ -
-
t. Pelayanan Laboratorium
+ + -
5. Pelayanan Rehabifitasi
+ -
Neurofistologi
+ -
Neuro onkologi
+ -
Ei^lepsi
+ -
C. Tindakan Operas!
2 SpesiaHsLainnya:
+ + -
Pelayanan Jantung
3 Penunjang
+ + -
a.Rad!otog1
+ + -
b.Anestesi
+ + -
c.PatoiogiKiinik
-
d.Farmasi
+ + -
e.6lzl
+ -
♦ -
-
g.Akupuntur
+ -
-
LUmum
B. SUMBERDAYAMANUSIA
KELASA KEUSB KELASC
NO JENISKETENAGAAN
Total Tenaga Total Tenaga Total Tenaga
Tetap Tetap Tetap
1 TenagaMedis
Esensial:
2 1 1
a. Dokter Spesialis saraf konsultan stroke - - -
2 1 1 1 1 1
b. Dokter SpeslaTis Saraf
372
Optional:
a. Penyakit Dalam 1 1
b. Jantung 1 1
c. BedahSyaraf 1 1
d. Radiologi 1 1
e. Anestesi 1 1 .
f. Patologi Klinik 1 1
g. RchabilitasI Medik 1 1
h. Kedokteran Olah raga 1
i. Umum 1
g. Kefarmasian 1
h. Laboratorium (Analis) 1
i. Keteknisan Media(Radiografer. TEM,RM) 1
. Kesehatan masyarakat(Sanitarian, penyuluh) 1
k. Kesehatan Lainnya(AkupunturPsikdog klinis, dll) 1 -
6 Ruang Radiologi + +
8 Ruang Farmasi + -
9 Ruang Gizi + +
11 Ruang Gymnasum + +
373
D. PERALATAN
6 Instalasi Radlologl + + _
7 Instalasi Laboratofium + + _
9 Instalasi GIzI + + _
10 Instalasi FarmasI + + _
12 Instalasi AnestesI +
-
-
2 StrukturOigantsasI + + +
3 Tatalaksana / Tata Kefja / Uralan Tugas + + +
4 Peraturan Internal Rumafi Sakit(HBL & MSBL) + + +
5 Komite Medik + + +
374
15 KRITERIAKUSIRKASIRUMAHSAKITKANKER
A. PELAYANAN
No NAMAPERALATAN KELASA KELASB KELASC
1 Kanker
a. RawatJalan
Spesialis utama kanker:
PenyakitDalam + + +
Anak + + +
Ginekologi + + +
Bedah + + +
Ginekologi + - -
Kulit + + -
Mata + - -
Payudara + + +
THT + - -
UrologI + - -
KepalaLeher + + -
PaiudanToraks + + -
Muskuloskeletal + + -
Spesialis lalnnya:
Jiwa/Psikiatr: + - -
b. Rawat inap + + +
c.RawatDanjrat + + +
d. Rawat Intensif + + -
e.T(ndakanoper3si + + +
2 Penunjang
a. Radiologi + + +
b.Anestesi + + +
d.Patoiogi Anatomi + + +
e.Elekbomedik Diagnosb'k + - -
f.0pb1( + - -
g.Gizi + + +
h. Sterilisasi + -
LFamnasi + + +
i. Umum + + +
k. Rekam Medik + + +
1. Bank Darah + + -
m. Rehabilitasi Medik + +
n.Pemulasaraan Jenazah + + +
375
B. KETENAGAAN
376
10 Bangunan/Ruang Gizi + + +
12 Bangunan/RuangOptik + + +
D. PERAUTAN
2. Anak + + +
3. Ginekoiogi + + +
4. Bedah + + +
2. Ginekoiogi + .
3. Kufit + +
4. Mata +
5. Payudara + +
6. THT +
7. Urologi +^
8. KepalaLeher + +
9. ParudanToraks + .
10. Muskuloskeletal + +
6 Instalasi Radiologi + +
7 Instalasi Latroiatorium + + +
9 nstalasi Gizi +
+
10 nstalasi Farmasi + +
12 nstalasi Anestesi + + -
377
E ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KELASA KELASB KEUSC
1 Status Baoan Hukum + + +
2 StiukturOiganisasi + + +
5 Komite Medik +
8 SuratlzinPrakfikDokter + + +
10 Akreditasi RS + + +
378
16 KRITERIA KLASIFIKASIRUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG
A. PELAYANAN
NO JENISPEUYANAN KELASA KEU\SB KELASC
Utama:
Penyakit Jantung konsetvatif + + +
Hipertensi + - -
Kardiometatioilk + + +
Vaskuler + -
Valvular + +
Pasca Operas!CABG + +
Penyakit perikard + + -
Hipertensi puimonal + + +
Speslalis Utama;
Jantung + + +
Bedah Thoraks + - .
Bedah Vaskular + - .
Paru + + .
Penyakit dalam + + +
Otegyn + + .
Anak + + .
Penunjang:
Radiologi + + +
Laiwratorium + + +
Farmasi + + +
Gizi + + +
Sterilisasi + + .
Rekam Medik + + +
Rehabiiitasi Medik + + .
Pemulasaraan Jenazah + - .
Jmum;
'oli Umum + + +
'oli Gigi + + +
Emergensi + + +
379
B. SUMBERDAYAMANUSIA
1 RawatJaian:
- kardio, EKG + - +
- Bedah jantung + + -
- Vaskular + + -
- Klinik koronef + + +
- Klinik kardiometabolik + + -
380
4 Ruang Operas! + + +
5 RawatlntensifiCU + + +
6 RawatlCCU + + +
7 Radiologi + + +
8 CTScan + - .
9 Laboratorium + + +
10 FarmasI + + +
11 Gizi + + +
12 Elektromedik Diagnostik + + +
13 Rekammedik + + +
14 IPSRS + + +
15 Sterilisasi + + +
16 Laundry + + +
17 Pemulasaraan Jenazah + + +
18 Administrasi + + +
19 Diktat + + +
20 DinasdanAsrama + + +
21 Ambulance + + +
D. PERALATAN
1 RawatJalan:
- EKG 5 2 1
- Defibriiator 5 2 1
- Kardioversi 3 1 1
- Alatresusitasijantung + + +
- Obatresusitasllengkap + + +
• Tabung oksiaen + + +
- Brankard + + +
- Noninvasif hemodinamik + + +
• Succton pump + + +
2 Rawat Inap + + +
3 RawatDarurat + + +
4 Ruang Operas! + + +
5 RawatlntensifiCU + + +
6 RawatlCCU + + .
7 Radiologi + + +
8 CTScan + - .
9 Laboratorium + + +
10 Farmasi + + +
11 Gizi + + +
12 Elektromedik Diagnostik + + +
13 Rekam medik + + +
14 PSRS + + +
381
15 Sterinsasi + + +
16 Laundry + + +
17 Pemulasaraan Jenazah + + +
2 Struktur Organisasi + + +
5 KomKe Medik + + +
10 Akreditasi RS + + +
382
17 KRfTERIAKLASlFKAStRUMAHSAKITKHUSUSJANTUNG
A. PELAYANAN
NO JENiS PELAYANAN KELASA KELASB KELASC
1 SpesiaBsUtama:
GmjaldanHipeftensi + + +
Hematoiosi + + +
Rheumatologi + + -
Endolcrin + . .
Gasbo + - .
Hepatotogi + - .
[nfeksi + -
Janbinq + -
CAPO + + +
2 Subspesiafis Ulama;
Bedah \ABiailer +
PsOciater + .
3 SpesiaBs Lainnya:
Parupaiu + + +
Mata + . .
Saraf + . .
Anak + +
Rehab Medik + + .
4 Pemnqang:
Radiologi + + .
Lsdxxatorium + + -
Fannasi + +
6izi + + +
SteriBsasi + + .
RekamMecBc + + +
Rehabitasi Medtk + +
Pemulasaraan Jenazah + - . -
5 Umum:
PoGDiaBsis + + +
PoIiGigt + + +
Emetgeflsi + +
*
383
B. SUMBERDAYAMANUSIA
Psikiater 1 -
1 - . .
Paruparu 1 -
1 - - -
Mata 1 - - . .
Saraf 1 -
1 - - -
Anak 1 1 - . .
Rehab Medik 1 -
1 - - -
Radiologi 1 -
1 -
1 .
PK 1 -
1 -
1 -
Rekam Medik 1 1 1
1 RawatJalan + + +
2 Dializer + + +
5 Ruang Operasi + + +
6 Rawat IntensiflCU + + +
7 Radiologi + - -
8 CTScan + + +
9 laboratorium + + +
10 Farmasi + + +
11 Gizi + + +
12 Elektromedik Oiagnostik + + +
13 Rekam medik + + +
14 IPSRS + + +
15 Sterillsasi + + +
384
16 Laundry + + +
+
17 Pemulasataan Jenazah + +
18 Administiasi + +
19 Diktat + + +
20 +
DinasdanAsrama + +
21 AmiHilance + + +
D. PERALATAN
1 RawatJalan:
- Hemodialisa 15 10 5
2 Rawatlnap + + +
3 RawatDamiat + + +
4 Ruang Operasi + + +
5 Rawatlntensif + + +
6 Radiologi + + -
7 Latroratorium + + +
8 Fanmasi + + +
9 Gizi + + -
10 Elektromedik DIagnostik + + +
2 StrukturOrganisasi + + +
5 KomiteMedlk + + +
10 Akieditasi RS + + +
385
18 KRITERIA KLASIRKASi RUMAH SAKIT KUUT DAN KELAMIN
A. PEUYANAN
NO JENfSPELAYANAN KEUSA KELASe KELASC
1 Utama:
Dermatoiogitropis + + +
Atergi + + +
Bedah + + -
Fotobiologi + + -
Kosmeb'ka + + +
2 Spesialis Lainnya;
Bedah mulut + + +
Penyakit Oatam + - -
Bedah plasblc + + -
THT + - -
Mata + - -
Saraf + - -
Rehabilitasi medik + + -
3 Penunjang;
RadiotogI + - -
Labofatorium + + -
Farmasi + + +
Gizi + + +
Sterilisasi + + -
Rekam Medik + + +
Rehabilitasi Medik + + -
4 Umum:
Poli Umum + + +
Poll Gigi + + +
Emetgensi + + +
B. SUNtBERDAYANlANUSIA
KELASA KELASE KELASC
NO JENISKETENAGAAN
Total Tenaga Total Tenaga Total Tenaga
T^p Tetap Tetap
1 Tenaga Medis:
DokterSpesiaHs:
1 KuIitdanKelamin 6 3 4 2 2 1
2 Bedah 2 1 1 - - -
3 Saraf 1 - 1 - . -
4 Bedah Plasbk 1 - - - - -
5 Bedah Mulut 2 1 1 - 1 -
6 Penyakit Dalam 1 -
1 - - -
386
7 Radlologi 1 .
1 . .
8 Patologi Winik 2 1 1 . . .
9 Mikrobiotogi 1 .
1 - . .
10 RehabOitasi Medik 1 .
1 - . .
C. SARANADANPRASARANA
NO SARANAdanPRASARANA KEUSA KEUSB KELASC
1 RawatJalan + + +
4 Ruang Operasi + +
5 RadiologI + + .
6 Laboratonum + + +
7 Fannasi + + +
8 GIzi + + +
9 Rekam medik + + +
10 IPSRS + + +
11 Sterilisasi + + +
12 Litundiy + + .
13 Administrasi + + +
14 Diktat + + +
15 DinasdanAsrama + + +
16 Ambulance + . _
D. PERALATAN
NO NAMA PERALATAN KELASA KELASB KEUSC
1 RawatJalan
a Dermatologl troplk:
Pemeriksaan KOH + + +
Lampu Wood + + +
Kultur/blakan + + +
b Alergi:
Tes tempel + + +
Tes fototempel + + +
Tes tusuk + + +
387
c Bedah:
bedah skalpel kosmetik, + + +
bedah kimiawl, + - -
bedah lisbik. + - .
bedah laser, + + -
bedah beku, + - -
dermabFasI, + + +
Injeksl Intraiesl, + + +
d Fotobiologi:
fbtoterapi, + + +
e Kosmetika:
chemical peeling, + + +
skin n^uvinatlon, + + +
LHE + + +
pengecatangram, + + +
preparatbasah, + + +
pemeriksaan acetowhitening, + + +
g Rawatlnap + + +
h RawatDarurat + + +
i Ruanq Operas! + + +
j Radiologi + + -
k l.abofatofium + +
1 Farmasi + +
m GizI + -
n Elektromedik DIagnostik + +
388
E ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KELASA KEUSB KELASC
1 Status Badan Hukum + + +
2 StrukturOrganisasi + + +
5 KomiteMedik + + +
10 Akreditasi RS + +
Menteri,
389
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
STANDAR PELAYANAN TERAP! DAN REHABILITASI GANGGUAN
PENGGUNAAN NAPZA
392
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
KESATU KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
STANDAR PELAYANAN TERAPI DAN REHABILITASI
GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggai 31 Maret 2010
MENTERI KESEHATAN,
eJyyA
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 421/MENKES/SK/III/2010
Tanggai : 31 Maret2010
I. LATARBELAKANG
A. Pendahuluan
Gangguan Penggunaan Narkotika Psikopropika dan Zat Adiktif
Lain (NAPZA) merupakan masalah yang menjadi keprihatinan
dunia intemasional dl samping masalah HIV/AIDS, kekerasan
(violence), kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan
global dan kelangkaan pangan. Global Burden ofDiseases(GBD)
terkait gangguan penggunaan NAPZA adalah sebesar 8.9%
sedangkan Global Mortality Rate (GMR) adalah 12.4 % dan
Disable Adjusted Life Yeans(DALYs)sebesar8.9%.
Data pengguna NAPZA di Indonesia secara past! sulit untuk
diketahui jumlahnya. Berdasarkan hasil estimasi yang dllakukan
oleh Badan Narkotika Naslonal (BNN) pada tahun 2004
diperkirakan ada 3.2juta orang(1.5% populasi)di Indonesia yang
mempunyai riwayat menggunakan NAPZA. Dari jumlah tersebut
diperkirakan hanya 10% yang mendapat layanan terapi atas
gangguan penggunaan NAPZA yang dideritanya.
Gangguan penggunaan NAPZA merupakan masalah bio-psiko-
sosio-kultural yang kompleks, ditandai dengan penggunaan yang
intensif, disertai pula dengan perasaan nagih yang kuat yang
seringkali sulit dikontrol dan menggiring penggunanya berupaya
semaksimal mungkin untuk memperoleh NAPZAnya-tidak peduli
apapun risiko yang hams dihadapinya. Banyak pihak tidak
menyadari bahwa gangguan penggunaan NAPZA adalah penyakit
otak. Penggunaan yang berulang dan bersifat jangka panjang
(pada beberapa jenis zat malah tidak dibutuhkan penggunaan
jangka panjang), akan mengakibatkan perubahan fungsi otak.
Gangguan penggunaan NAPZA mempengamhi berbagai macam
395
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
396
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
C. Sasaran
Standar ini ditujukan bagi sarana kesehatan dan sosial serta
lembaga yang menyelenggarakan pelayanan terapi dan
rehabilitasi Gangguan penggunaan NAPZA.
D. Pengertian
1. NAPZA adalah akronim dari Narkotik, Alkohol, Psikotropika,
dan ZatAdiktiflainnya.
2. Substancesadalah segala bentuk zat kimia yang memiliki efek
spesifik terhadap otak dan tubuh.
3. Drugs adalah setiap zat kecuali makanan. minuman dan
oksigen yang apabila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhifungsi fisik maupun psikologis individu.
397
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
398
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
399
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
400
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
A. Pendahuluan
Bab ini mengulas secara khusus bagaimana sebaiknya layanan
terapi NAPZA diselenggarakan. Seluruh prinsip terapi yang diulas
merupakan hasil dari berbagai kajian (baik klinis maupun
epidemiologis), yang terangkum pada WHO / UNODC / UNAIDS
Discussion Paper 2008 dan Principles of Drug Addiction
Treatment Kertas kerja ini mempertimbangkan berbagai faktor
panting dalam merangkum prinsip terapi gangguan penggunaan
NAPZA,yaitu:
- Adanya rentang permasalahan gangguan penggunaan
NAP^ yang luas di masyarakat, baik dari jenis zat yang
digunakan, pola pemakaian, maupun faktor-faktor penyulit
yang bersifat medis, psikologis, maupun sosial;
Sumber daya yang terbatas
401
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
402
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3. Status pekerjaan/pendidikan
4. Status penggunaan NAPZA
5. Status legal
6. Rlwayatkeluarga/soclal
7. Status psikiatris
404
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
D. Sistem Terapi
Pengembangan Kebijakan, Perencanaan Strategik dan
Koordinasi Pelayanan.
Pendekatan sistematik atas gangguan penggunaan NAPZA dan
individu yang membutuhkan terapi, termasuk dalam hal
405
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
406
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
407
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
111. STANDARPELAYANANTERAPINAPZA
A. Pelayanan DetoksifikasI NAPZA
Standar 2: Minimal:
Jenis a. Tindakan putuszat bertahap untuk opioida,
Penatalaksanaan benzodiazepin dan alkohoi
dan Pengelolaan b. Medikasi simtomatik untuk semuajeniszat
Pilihan lainnya : untuk detoksifikasi opioida,
apabila tersedia sarana dan prasarana yang
memadai dapatmenggunakan metode;
a. Medikasi agonis
b. Medikasi agonis parsial
0. Detoksifikasi cepat (menggunakan
clonidin dan naltrexone)
408
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
409
i
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Peralatan RawatJalan
1. Peralatan Medik,mencakup:
- Stetoskop
- Pen light
- Tensimeter
- Timbangan
- Tempattidur periksa
- Step stool
- Peralatan pertolongan pertama:
peralatan resusitasi, alat suntik,
desinfektan, kapas dan obat-obat
gawatdaruratlain
410
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Prasarana
1. CahayadanVentilasi
Seluruh mangan dalam sarana pelayanan
detoksifikasi adalah ruangan yang memiliki
kecukupan cahaya , baik dengan listrik
maupun cahaya matahari serta memiliki
ventilasi yang memadai.
2. Limbah
Sarana pelayanan detoksifikasi harus
memiliki tatacara
pembuangan limbah sesuai pedoman
sanitasi rumah sakit, baik untuk limbah
padatdancair.
3. Tempatcucitangan
Sarana pelayanan detoksifikasi harus
memiliki tempat cuci tangan sebagai salah
satu upaya kewaspadaan baku dan
kewaspadaan transmisi.
411
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Standar 7: Indikatormutu:
Evaluasi - - Kondisi fisik dan psikis akibat gejala putus
Pengendalian Opioida, alkohol dan - zat lainnya teratasi
Mutu pada minggu pertama perawatan
- Untuk kondisi fisik dan psikis akibat gejala
putus benzodiazepin teratasi pada minggu
kedua perawatan
- Mayoritas klien yang menjalani proses
detoksifikasi dirujuk untuk menjalani
proses TR NAPZA selanjutnya, baik rawat
jalan maupun rawat inap
Evaluasi:
- Menggunakan instrumen yang sudah
terstandarisasiiASI, WHOQoLdan OTI.
- Penilaian dilakukan pada awal dan akhir
perawatan.
412
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
413
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Standar 7: Indikatormutu:
Evaluasi -
Pengendalian • Kondisi fisik klien teratasi maksimal dalam
Mutu waktu kurang dari 2jam
• Kondisi psikologis klien teratasi maksimal
dalam waktu kurang dari48jam
• Mayoritas klien gawat darurat dirujuk untuk
menjalani proses TR NAPZA selanjutnya,
baik rawatjalan maupun rawatinap.
416
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2. Model Minnesota
Pendekatan dengan menggunakan filosofi
pemulihan dari program 12 langkah (AAdan
NA) ini lebih efektif dilakukan kepada klien
dengan kemampuan kognitif yang baik,
kondisi mental stabil dan motivasi pemulihan
yang kuat.
416
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
3. Model Medis
Pendekatan yang diselenggarakan pada
sating rumah sakit/iayanan kesehatan dengan
menggunakan model TC. Minnesota, atau
keduanya yang digabungan dengan Iayanan
medis bagi klien dengan komorbiditas dan
penyakitfisik lainnya
417
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Standar 7: Indlkatormutu:
EvaluasI • Kllen bertahan dalam program minimal 3
Pengendallan bulan
Mutu
418
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
419
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1. Terapi simtomatik
2. Konseling adiksi / konseling individu
(termasuk pengurangan risiko)
3. Motivational Interviewing (motivational
enhancement therapy)
4. Pencegahan kekambuhan
5. Rujukan pelayanan spesialistik bilamana
perlu (psikiatri, penyakit dalam,
neurologi.dll) melihat pada standar
pelayanan komorbiditas
Pillhan Lainnya;
6. Cognitive Behaviour Therapy
7. Konseling keluanga
8. Konseling pasangan / marital
9. Konseling vokasional
10.Family Support Group
421
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Indikatormutu
Standar 2: 1. Agonis(Metadon):
Jenis • Merujuk pada pedoman nasional
Penatalaksanaan program terapi rumatan metadon.
dan Pengelolaan 2. Agonis Parsial (Buprenorfin /buprenorfin +
naloxon)
• Merujuk pada pedoman klinis
penatalaksanaan ketergantungan
opioid dengan buprenorfin (modul
Kementeiian Kesehatan).
423
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
8. Konselor
9. Petugas keamanan
Petugas no 1, 2, 3,4,5 dan 8 harus terlatih di
bidang terapi rumatan Petugas no 6, 7 dan 9
setidaknya mengetahui garis besar terapi
rumatan
Sarana
1. Lokasi: sebaiknya d'ltempatkan di area
yang tidak banyak bersinggungan
dengan pasien umum untuk
alasan privasi.
Prasarana
1. Cahaya
Seluruh ruangan dalam sarana pelayanan
PTRM adalah ruangan yang memiliki
kecukupan cahaya baik dengan listrik
maupun cahaya matahari serta memiliki
ventilasi yang memadai.
2. Limbah
Sarana pelayanan PTRM harus memiliki
tatacara pembuangan limbah sesuai
pedoman sanitasi rumah sakit, baik untuk
limbah padat dan cair (tempat untuk cud
gelas).
3. Tempatcud tangan
Sarana pelayanan PTRM harus memiliki
tempat cud tangan sebagai salah satu
upaya kewaspadaan baku dan
kewaspadaan transmisi.
Peralatan:
A. Rumatan Metadon
1. Peralatan medik
- Pompa pengukur dosis untuk metadon
- Sediaan metadon.
- Stetoskop
- Tensimeter
- Timbangan
- Tempattidur periksa
425
pi
'h*f
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- Step stool
- Peralatan pertolongan pertama:
semprit suntik, desinfektan, kapas,
obat-obat gawat darutat lain dan
nalokson(Narcan).
2. Peralatan Nonmedik
- Gelas+ aqua
- BotoluntukTHD
- Meja, kursi
- Alattuiiskantor
- Komputer(jikameniungkinkan)
- Telepon
- Tempat khusus untuk membawa
sedlaan metadon dari Instalasi farmasi
kePTRM
B. Rumatan Buprenorfin:
1. Peralatan medic mencakup
- Stetoskop
- Tensimeter
- Tlmbangan
- Tempattidurperiksa
- Step stool
- Peralatan pertolongan pertama:
sempritsuntik,desinfektan, kapas
2. Peralatan Nonmedik
- Meja, kursi
- Alattuiiskantor
- Komputer Qika memungkinkan)
- Telepon
- Lemariobat
Untuk rumatan buprenorfin dapat dilakukan
dengan setting pelayanan bersama rumatan
metadon atau terpisah di rawat jalan dengan
pengambilan obat di bagian farmasi.
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Standar 7: Indikatormutu:
Evaluasi - o Klien bertahan dalam program minimal 3
Pengendalian bulan
Mutu o Kualitas hidup klien meningkat dari kondisi
awal masuk setelah klien bertahan dalam
program minimal3bulan
o Kondisi depresi klien menurun dari kondisi
awal masuk setelah klien bertahan dalam
program minimal 3bulan
o Klien tidak menunjukkan penggunaan
NAPZA di luar resep pada pemeriksaan
urin acak(random urinalysis).
0 Klien menunjukan kepuasan terhadap
pelaksanaan program.
427
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Minimal:
> Farmakoterapi
1. Antipsikotik/Neuroleptika
a) Golongan dengan potensirendah
contoh:Chlorpromazine,Clozapine
b) Golongan dengan potensitinggi
contoh: Flufenazine, risperidone
Indikasi penggunaan obat anti
psikosis:
- Schizofrenia akut dan kronis
- Psikosis akut Lin; termasuk
psikosis organic
- Depresi berat dengan
gambaran psikosis yang jelas
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
2. Antidepresan
a) yangbersifatsedatif
contoh:imipramin,amoxapene
b) yang bersifat aktivasi/non-sedatif
contoh:fluvoxamine,tianeptine
3. Obatanti mania
contoh:carbamazepine,clonazepam
4. Obatantlanxietas
contoh: golongan benzodiazepine
(diazepam), golongan non-
benzodiazepine(buspirone)
5. Ob^tantiinsomnia/hipnotlk
contoh: flurazepam, estazolam,
triazolam
6. ObaianWhiperaktivitas
contoh: metilfenidate
7. Obatantikonvulsl
contoh:fenobarbital,diazepam
8. Obatanti parkinsonisme
contoh:trihexyphenidyi,diphenhydramine
429
HENTER]KESEHA1AN
REPUBUK INDOIffiSIA
• Fasilitas lanjutan:
1. BedRksasi
2. Aiat-alat fiksasi (Baju fiksasi, Manset
Rksasi)
3. Ruangisolasi
4. Ruangkonseling/psikoterapi
5. Alatterapi rekreasionai
6. Ruangrekreasi
430
^V/l
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Kualifikasi tambahan
- pelatihan terapi keluarga
- pelatihan psikoterapi
- pelatihan konseling
- pelatihan terapi rekreasional
Standar 7: Indikatormutu:
Evaluasi - o Klien bertahan dalam program minimal 3
Pengendalian bulan
Mutu o Situasi mental emoslonal klien mencapai
kondisi stabil dalam waktu 3 bulan berada
dalam program
0 Klien dapat mengikuti tugas-tugas yang
diben'kan dalam waktu setidaknya 3 bulan
berada dalam program
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pemeriksaan laboratorium;
- Analis
- Dokter spesialis patologi klinik
Interpretasi hasil dilakukan oleh:
- Dokterspesialis patologi klinik
- Dokter
Pemeriksaan cepat:
- Test pack
Pemeriksaan laboratorium:
Reagensia NAPZA yang telah terdaftar di
Kementerian Kesehatan
- EMIT/ETS
- Ruangan laboratorium
- Sarungtangan
- Peralatan laboratorium terkait
Standar 7: Indikatormutu:
Evaluasi - 0 Tingkat keluhan klien atas hasil tes urin
Pengendalian minimal
Mutu 0 Klien menunjukan kepuasan terhadap
pelaksanaan program
434
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Standar 7: Indikatormutu;
Evaluasi - 0 Tersedianya data yang sesuai dengan
Pengendalian kebutuhan pengisian formulir pada catatan
medik/catatan kasus klien
0 Terkirimnya laporan klien Gangguan
penggunaan Napza secara ajeg
435
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
IV. PERANPUSATDANPROVINSi
A. Pengorganisasian:
a. Menteri Kesehatan/Gubernur bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan pelayanan Terapi dan Rehabilitasi
Gangguan Penggunaan NAPZA(TR NAPZA)sesuai Standar
Pelayanan TR NAPZA yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit
Ketergantungan Obat, Unit Layanan NAPZA Rumah Sakit
Jiwa Pusat / Provinsi/ RSUP/RSD/Puskesmas/RS
Swasta/Panti rehabilitasi sosial Napza.
b. Penyelenggaraan pelayanan TR NAPZA sesuai Standar
Pelayanan TR NAPZA sebagaimana dimaksud dalam butir a
secara operasional dimonitoring dan dievaluasi oleh Dinas
Kesehatan Provinsi.
436
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
C. Pengawasan
a. Gubemur meiaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan
peiayanan TR NAPZA melalui Dinas Kesehatan sesuai Standar
Peiayanan TR NAPZA di daerah masing-masing.
b. Gubernur menyampaikan laporan pencapaian kinerja
peiayanan TR NAP^ di rumah sakit ketergantungan obat,
unit layanan NAPZA rumah sakit jiwa dan panti rehabiiitasi
sosiai sesuai standar peiayanan TR NAPZA yang ditetapkan,
melalui Dinas Kesehatan.
V. PENUTUP
437
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN,
439
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
KESATU : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PEDOMAN PENATALAKSANAAN MEDIK
GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA.
KEDUA Pedoman Penataiaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan NAPZA sebagaimana dimaksud daiam
Diktum Kesatu tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini.
KETIGA Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kedua digunakan sebagai acuan oleh tenaga
kesehatan dalam penataiaksanaan medik penggunaan
NAPZAdifasilitas pelayanan kesehatan.
KEEMPAT Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pedoman ini dilakukan oleh Kementerian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota,dengan melibatkan organisasi profesi
terkaitsesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
441
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 31 Maret 2010
TERI KESEHATAN,
442
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor:422/MENKES/SK/III/2010
Tanggal:31 Maret2010
I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Masalah gangguan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain) mempakan problema kompleks yang
penatalaksanaannya melibatkan banyak bidang keilmuan (medik
dan non-Medik). Penatalaksanaan seseorang dengan
ketergantungan napza mempakan suatu proses panjang yang
memakan waktu relatif cukup lama dan meliba^an berbagai
pendekatan dan latar belakang profesl. Gangguan penggunaan
NAPZA mempakan masalah bio-psiko-sosio-kultural yang sangat
mm'itsehingga perlu ditanggulangi secara multidisiplinerdan lintas
sektoral dalam suatu program yang menyelumh (komprehensif)
serta konslsten. Pedoman ini hanya memfokuskan pembahasan
pada penataaksanaan medik-kedokteran.
443
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
444
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam
penatalaksanaan medikgangguan penggunaan NAPZA.
2. Tujuan Khusus:
a. Memperluas pengetahuan petugas kesehatan tentang
efek klinis penyalahgunaan masing-masing NAPZA pada
diri pasien.
b. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang
penatalaksanaan medik gangguan penggunaan NAPZA
berdasarkan masing-masingjeniszatnya.
C. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah dokter di Puskesmas, Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Jiwa yang sudah atau akan
melaksanakan penatalaksanaan medik gangguan penggunaan
NAPZA.
D. Kebijakan
Kebijakan Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA
Kementerian Kesehatan berdasar Kepmenkes Nomor
486/Menkes/IV/2007:
a. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyalahgunaan
NAPZA melalui upaya promotifdan preventif.
b. Komprehensif dan multi disiplin melalui upaya yang dilakukan
disesuaikan dengan kondisi budaya dan sosial masyarakat
setempat meliputi upaya promotif. preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
c. Pelayanan terapi terintegrasi pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada. Rumah Sakit Jiwa milik pemerintah
445
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
E. Pengertian
Berbagai istiiah (terminologi) sering digunakan dalam
pembahasan gangguan berkaitan dengan penggunaan NAPZA.
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial menggunakan
istiiah NAPZA sebagai istiiah pengganti drugs atau substances.
Dunia penegakan hukum dan masyarakat secara umum lebih
mengenalnya dalam istiiah Narkoba.Istiiah substances digunakan
dalam pedoman diagnostik DSMIV-TR {Diagnostic and Statistical
Manual of Mental DisordersRevised), sementara istiiah drugs
digunakan dalam buku-buku WHO{WorldHealth Organization).
1. NAPZA adalah akronim dari Narkotik, Alkohol, Psikotropika,
dan ZatAdiktiflainnya.
2. Narkoba adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika dan
Bahan Adiktif lainnya atau dapat pula menjadi Narkotika dan
Bahan Berbahaya lainnya.
3. Substances adalah segala bentukzat kimia yang memiliki efek
spesifik terhadap otak dan tubuh.
4. Drugs adalah setiap zat kecuali makanan, minuman dan
oksigen yang apabila masuk ke dalarn tubuh akan
mempengaruhifungsi fisik maupun psikologis individu,
446
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
447
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
448
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
449
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
450
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
A. Tembakau
B. Aikohol
efek depresannya.
Kesadaran atas kedua efek
ini sangat tergantung pada kondisi susunan saraf pusat pada saat
penggunaan aikohol berlangsung. Dengan demlkian efek
penggunaan aikohol juga tergantung pada seting llngkungan
penggunaan dan kepribadian orang yang bersangkutan.
453
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
464
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FIsik Pslkososlal
455
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Reproduksi
I impotensi
I menstruasi tidak teratur
I infertilitas
I polyuria
Gastrointestinal Perilaku I kebiasaan
I gastritis I ingkarjanji
I mual muntah pagi hari I tidak menepati
I dyspepsia non spesifik kesepakatan rencana
I diare berulang perawatan
I pancreatitis I penyalahgunaan resep
I nafsu makan obat
berkurang
Kardiovaskular
I hipertensl
I stroke hemoragik
I tachyarrhythmias/
palpitations
I berkeringatmalam
I cardiomvoDathv
C. Metamfetamin
Disebut juga; Chalk, Crystal, Glass, Ice, Met, Speed, Tina, 88,
crank
mm
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Cara penggunaan:
1. Dalambentukpildlminum per oral
tlengan menggunakan kertas
dnnnrn m asapnya
engan menggunakan botoldiihisap
kaca (/nfra
yang nasa/) atau dibakar
dirancanq khusus
diinMas^denaall^S® ka^®"®"ya disebut
glassto,
berbentuk kristal
ice. crystal,
InfrL^vla®"'"" j"9a melalui
Metamfetamine mempengaruhi otak dan membuat rasa nikmot
bagitu cepat, sehingga''®" "lenlngkatkan
peningkatan dosismood.
teriadiKecanduannya
dalam ianaka
pendek. Gangguan kesehatannya meliputi irreguiaritas detek
Sososlii®"p»®"
psikososial. Penggunaan jangka panjangber^agar maSteh
akan membuat
seseorang tergariggu mentalnya seca/rLnl? mTnaatei^
?ii memorl
Metamfetamln leblhdan masalah
bersifat adiktifkesehatan mulut yano
dan cendemng berat
mempunvai
metamfeta^S d'bandlngkan amfetamin. Pengguna
KSSgSSS P"«
1 Club drug terdiri dari bermacam - macam zat. Biasanva
digunakan anak muda untuk pesta semalam suntuk pada klub
dansa dan bar. Yang termasuk dalam nninnno.iTJL:f^^^^
457
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
D. Amfetamin
458
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
EfekAmfetamin:
1. Efek Psikologis dan Fisik akut:
Dosis rendah Dosis tinggi
Susunan • Peningkatan Stereotipi atau perilaku
Saraf stimuiasi,i nsomn ia,d izzi yang sukar ditebak
Pusat, ness,tremor ringan Perilaku kasar atau
neurologi. • Euforia/disforia, bicara irasional, mood yang
perilaku berlebihan berubah-ubah,
• Meningkatkan rasa termasuk kejam dan
• percaya diri dan agresif
kewaspadaan diri Bicara tak jelas
• Cemas, panik Paranoid,kebingungan
• Supresi nafsu makan dan gangguan persepsi
• Dilatasi pupil Sakit kepala,
• Peningkatan energi. pandangan kabur,
stamina dan penurunan dizziness
rasa ielah Psikosis (haiusinasi,
• Dengan penambahan delusi, paranoia)
dosis,dapat Gangguan
meningkatkan libido cerebrovaskular
• Sakit kepala Kejang
• Gemerutuk gigi Koma
Gemerutuk gigi
Distorsi bentuk tubuh
secara keseiuruhan
459
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
3. Gejala Intoksikasi;
a. Agitasi
b. Kehilangan berat badan
c. Takikardia
d. Dehidrasi
460
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
e. Hipertermi
f. Imunitas rendah
g. Paranoia
h. Delusi
i. Halusinasi
j. Kehilangan rasa lelah
k. Tidakdapattidur
I. Kejang
m. Gig!gemerutuk,rahang atas dan bawah beradu
n. Stroke
0. Masalah kardiovaskular
p. Kematian
5. Gejalaputuszat:
a. Depresi
b. Tidak dapatberistirahat
c. Craving
d. Idebunuhdiri
e. Penggunaan obat-obatan
f. Masalah pekerjaan
g. Pikiran-pikiran yang bizzare
h. Mood yang deter
1. Ketergantungan
j. Fungsisosiafyangburuk
461
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1. EfekOpioid
Sistim organ Efek
Sistim saraf • analgesi
• euforia
• sedasi, mengantuk, depresi pernapasan
• penekanan refleks batuk
• pupil konstriksi
463
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
464
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
466
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
467
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
468
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
469
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
470
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2). Stupor
3). final stages {seizures, coma cardiopulmonary arrest,
death).
Volatile-Overdosis
Dosis tinggi dapat menyebabkan paslen mengalami:
a. Convulsions,seizures,coma
b. Gangguan pernafasan
c. Cardiac arrhythmias
Gangguan atau kematian dapat terjadi karena:
a. Perilaku yang beresiko(tenggelam,jatuh, dll)
b. Suffocation
c. Aspirasimuntahan
d. Terbakar,ledakan
e. Keracunan,kegagalan organ tubuh(pengguna kronis)
f. Laryngeal Spasm (Butane)RespiratoryAriest
g. Keracunan logam (bensin/solar)
Putuszat:
Permulaan dan larnanya Tldak diklasifikasikain dalam DSMIV
tapi sifat dari gejala putus zat yang mernungkinkan dapat
terjadi pada 24-48jam sesudah penggunaan berakhir.
Gejala Putuszat
a. Gangguan tidur
b. Tremor
c. Mudah tersinggung dan depresi
d. Mual
e. Diaforesis
f. Ilusi hilang dengan cepat
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
473
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
474
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
J. Benzodiazepin .
Benzodiazepin sering disebut sebagai pil koplo. Benzodiazepin
yang wring disalahgunakan adalah lexotan (lexo), BK, rohypnol
(rohip), dumolit (dum), mogadon (MG) dan Iain-Iain. Semua
475
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2. Efekjangka panjang
Mirip dengan efekjangka pendek,ditambah dengan:
a. toleransi terhadap efek sedatif/hipnotik dan psikomotor
b. emosi yang "tumpul"(ketidakmampuan merasa bahagia
atau duka sehubungan dengan hambatan terhadap
emosi)
c. sikius menstruasi tidak teratur, pembesaran payudara
d. ketergantungan (dapat terjadi setelah 3 sampai 6 bulan
dalam dosis terapi)
3. Gejalaputuszat
Umumnya mencakup:
a. insomnia
b. ansietas
c. ifitabel
476
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
d. tidakdapatberistirahat
e. agitasi
f. depresi
g. tremor
h. dizziness
4. Jarang terjadi,tapi perlu penanganan serius:
a. kejang (dosis tinggi + alkohoi)
b. delirium
5. Gejala lain mencakup:
a. kedutan otot dan nyeri
b. anoreksia, mual
c. fatigue
d. tinnitus
e. hiperakusis,fotofobia,gangguan persepsi
f. depersonalisasi,dereaiisasi
g. pandangankabur
L. Anabolik Steroid
Merupakan zat buatan manusia yang berkaitan dengan hormon
seks laki-laki.Anabolik steorid digunakan dalam dunia medik untuk
beberapa masalah hormonal laki-laki atau penyakit terkait
dengannya.Binaragawan atau atletsering menggunakan anabolic
steroid untuk mendapatkan bentuk otot yang 'jantan'.
Penyalahgunaan anabolik steroid memberikan masalah
kesehatan:
1. Jerawatdankista
2. Pembesaran buah dada dan pengkerutan teslis
3. Suara besar dan berat, tumbuhnya bulu-bulu badan pada
perempuan
478
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
479
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
5. Skrining Biologik
a. Beberapa Jenis Pemeriksaan Darah
Beberapa jenis pemeriksaan darah dapat digunakan
untuk skrining penggunaan NAPZA. Namun demikian
480
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
481
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
482
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
483
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
2. Interyensi Psikososial
Intervensi psikologik mempakan komponen panting dalam
pengobatan yang komprehensif. Dapat diberikan konseling
baik secara indivldu maupun dalam kelompok.
a. Konseling mempakan pendekatan melalui suatu
kolaborasi antara konselor dengan pasien dalam
perencanaan pengobatan yang didiskusikan dan disetujui
bersama. Tidak ada satu pemdekatan psikososial yang
superior, program pengobatan hams disesuaikan dengan
kebutuhan pasien secara individu dengan
mempertimbangkan budaya, jender dan komorbid'itas
yang ada.
b. Konseling secara umum hams meliputi;
1). menghubungkan pasien dengan layanan yang sesuai
dengan kebutuhan
2). mengantisipasi dan mengembangkan strategi
bersama pasien untuk menghadapi berbagai
kesulitan
3). memt>erikan intervensi yang spesifik t)erdasarkan fakta
A), fokus pada sumberdaya yang positif baik secara
intemal maupun ekstemal dan berhasil mengatasi
masalah maupun ketidakmampuan pasien
5). mempertimbangkan secara lebih luas untuk
membantu pasien dalam hal lain seperti makanan,
tempattinggal,keuangan
6). bila sesuai, libatkan dukungan lain untuk
mengembangkan kemungkinan pembahan perilaku
melalui lingkungan dalam layanan pengobatan
maupun lingkungan luar pengobatan
c. Kelompok mutual lainnya seperti Alcoholic Anonymous,
Narcotic Anonymous, Al-Anon (keluarga pengguna
NAPZA) dengan menerapkan terapi 12 Langkah akan
sangat membantu pasien dalam melakukan pembahan
perilaku.
484
MENTERJ KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
485
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
2. Asesmen/Pengkajian
Informasi yang diperlukan dalam melakukan asesmen
pada pasien yang diduga mengalami gangguan
penggunaan zat antara lain:
a. TujuanAsesmen;
1). Mengidentifikasi secara jelas dan akurat
gambaran klinis individu dengan adiksi
2). Menginisiasi interaksi dan dialog terapeutik
3). Meningkatkan kesadaran individu terhadap
gambaran masalah-masalah yang terjadi
4). Memberikan umpan balik yang obyektif
5). Menegakkan diagnosis
486
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
487
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
488
MENTERIKESJEHATAN
REPUBUK INDONESIA
3. IntoksikasiKanabis
a. Umumnya tldakiperlu farmakoterapi dapat diberikan
teiaplsupportifdengan talking down"
b. Biia ada gejalaansletas berat:
1). Lorazepam 1-2 mg oral
2). Alprazolam 0.5-1 mg oral
3). Chlordiazepoxide 10-50 mg oral
c. Bila terdapat gejala psikotik menonjol dapat diberikan
Haloperidol 1r2 mg oral atau i.m ulangi setiap 20-30
menit
4. IntoksikasiAlkobol
a. Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 ml
Dextrose40%
b. Kondisi Koma:
1). Posisi menunduk untuk cegah aspirasi
2). Observasi ketattanda vital setiap 15 menit
3). Injeksi Thiamine 100 mg i.v untuk profilaksis
teijadinya Wemicke Encephalopathy. Lalu 50 ml
Dextrose 40% iv (berurutan jangan sampai
terbalik)
c. Problem Perilaku(gaduh/gelisah)
1). Petugas keamanan dan perawat slap bila pasien
agresif
2). Terapis hams toleran dan tidak membuat pasien
takut atau merasa terancam
3). Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan
makan
4). Beri dosis rendah sedatif ; Lorazepam 1-2 mg
atau Halpperidol 5 mg oral, bila gaduh gelisah
berikan secara parenteral(i.m)
489
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
490
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Intoslkasi Sedatif-Hipnotik(Benzodiazepin)
a. Diperlukan terapi kombinasi yang bertujuan:
1). Mengurangi efek obat dalam tubuh
2). Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut
3). Mencegah komplikasijangka panjang
b. Langkah I: Mengurangi efek Sedatif- Hipnotik:
1) Pemberian Flumazenil (hanya bila diperlukan
berhubungan dengan dr. Anestasi) (Antagonis
Benzodiazepine) bila tersedia, dengan dosis 0.2
mg i.v kemudian setelah 30 detik diikuti dengan
0.3 mg dosis tunggal, setelah 60 detik diberikan
lagi 0.5 mg sampai total kumulatif 3.0 mg. Pada
pasien yang ketergantungan akan menimbulkan
gejala putuszat.
2) Untuk tingkatserum sedatif- hipnotik yang sangat
tinggi dan gejala - gejala sangat berat, pikirkan
untuk atau haemoperfusion dengan Charcoal
resin/Norit. Cara ini juga berguna bila ada
intoksikasi berat dari barbiturat yang lebih short
acting.
3). Tindakan suportiftermasuk:
a), pertahankan jalan nafas, pemafasan buatan
bila diperlukan
b). perbaiki gangguan asam basa
4). Alkalinisasi urin sampai pH 8 untuk memperbaiki
pengeluaran obat dan untuk diuresis berikan
Furosemide 20-40 mg atau Manitol 12,5 - 25 mg,
untuk mempertahankan pengeluaran urin.
c. Langkah II: Mengurangi absorbsi lebih lanjut;
Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian. Kalau
tidak, berikan Activated Charcoal. Perhatian selama
perawatan harus diberikan supaya tidak terjadi
aspirasi.
d. Langkah III: Mencegah komplikasi:
1). Perhatikan tanda-tanda vital dan depresi
pemafasan,aspirasi dan edema paru
2). Bila sudah terjadi aspirasi, berikan antibiotik
491
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3). Bila pasien ada usaha bunuh diri, maka dia hams
segera ditangani di tempat khusus yang aman
dan peiiu pengawasan selama 24jam, bila perlu
dimjuk untuk masalah kejiwaannya
6. intoksikasi Halusinogen
a. Intervensi Non Farmakoicgik:
1). Lingkungan yang tenang,aman dan mendukung
2). Reassurance: bahwa obattersebut menlmbulkan
gejala-gejala itu dan in! akan hilang dengan
bertambahnya waktu {talking down)
b. Intervensi Farmakoicgik:
1). Pilihan untuk bad trip (rasa tidak nyaman) atau
serangan panik
2). Pemberian anti ansietas ; Diazepam 10-30 mg
oral/im/iv pelan atau Lorazepam 1-2 mg oral
7. intoksikasi Inhalansia
a. Pertahankan Oksigenasi
b. Tidak ada antidotum yang spesifik
0. Simfomatik
d. Pasien dengan gangguan neuralogik bermakna,
misalnya neuropati atau persistent ataxia, hams
mendapatkan evaluasi formal dan follow up yang
ketat.
1. PutusZat Opioida
a. Putuszatseketika {Abrupt Withdrawal)
b. Simtomatik sesuai gejala klinis; Analgetika (Tramadol,
Asam Mefenamic, Paracetamol), Spasrnolitik
(Papaverin), Decongestan,Sedatif-Hipnotik.Antidiare
c. Subtitusi Golongan Opioida; Codein, Metadon,
Bufrenorfin yang diberikan secara tapering off. Untuk
Metadon dan Buprenorfin terapi dapat dilanjutkan untuk
Jangka panjang(Rumatan)
492
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
493
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
4. PutusZatSedatif-Hipnotik
a. Abrupt withdrawal ( pelepasan mendadak ) dapat
berakibatfatal karena itu tidak dianjurkan.
b. Gradual withdrawal(pelepasan bertahap)dianggap lebih
rasional, dimulai dengan memastikan dosis toleransi,
disusul dengan pemberian suatu sedatif Benzodiazepin
atau Barbiturat(Pentotal, Luminal)dalam jumlah cukup
banyak sampai teijadi gejala-gejala intoksikasi ringan,
atau sampai kondisi pasien tenang. In! diteruskan selama
heberapa hari sampai keadaan pasien stabil, kemudian
baru dimulai dengan penurunan dengan kecepatan
maksimal 10% per 24 jam sampai dosis sedatif nol. Bila
penurunan dosis menyebabkan pasien gelisah
limscimnia/agutatif atau kejang, ditunda sampai keadaan
pasien stabil,setelah itu penurunan dosis dilanjutkan.
c. Untuk keadaan putus Barbiturat, dapat diberikan obat
yang biasa digunakan oleh pasien. Penurunan dosis total
10% per hari, maksimal 1GO mg/hari.
d. Teknik subst'itusi Fenobarbital(Luminal):
Digunakan Luminal sebagai substituent, atau Barbiturat
masa kerja lama yang lain. Sifat long acting akan
mengurangi fluktuasi pada serum yang terlalu besar,
memungkinkan digunakannya dosis kecil yang lebih
aman. Waktu paruhnya antara 12-24 jam , dosis tunggal
sudah cukup. Dosis lethal5 kali lebih besar daripada dosis
toksis dan tanda-tanda toksisitasnya lebih mudah diamati
{sustained nystagmus, slurred speech dan ataxia).
Intoksikasi Luminal biasanya tidak menimbulkan
disinhibisi, karenanya jarang menimbulkan problema
tingkah laku yang umum dijumpai pada Barbiturat short
acting. Kadang-kadang pasien tidak bersedia dberikan
Luminal. Dosis Luminal tidak boleh melebihi 500 gram
sehari II! Berapa besamya sekalipun dosis Barbiturat
yang diakui pasien dalam anmnesa. Rumus yang dipakai:
Satu dosis sedatif=satu dosis hipnotik(short acting Barbiturat yang dipakai)[
494
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
495
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
CNS
Depresan
Opioids X X X X
Sedatif- X X X X X X
Hipnotik
Sdvent - X X X X X
Inhalansia
CNS
Simulant
Amfetamm X X X X X X
Kafein X X
Kokain X X X X X X
Nikotin X X
Halusinogen X X X X
496
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
497
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
498
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3. Penatalaksanaan Komorbiditas:
a. Penatalaksanaan
1). Pendekatan terintegrasi dalam suatu layanan yang
dilakukan oleh terapis yang mempunyai ketrampiian
dan pengetahuan pada ke dua area(penyalahgunaan
NAPZA dan kesehatan mental) akan lebih efektif dan
dapat diterima
2). Tidak ada pendekatan konfrontatif, diperlukan
penatalaksanaan yang asertifdan sukarela
b. Prinsip-Prinsip Perawatan
1). Keamanan baik bagi petugas maupun pasien
2). Stabilisasi, untuk pasien dengan kondisi intoksikai,
putus zat, gejalagejala psikotik, krisis psikososial,
gejala-gejala kecemasan atau depresi berat
3). Asesemen komprehensif, sangat penting dan
dilakukan selama dalam perawatan
4). Manajemen kasus klinis, urnumnya diinisiasi oleh tim
kesehatan jiwa tetapi membutuhkan koordinasi dan
kesinambungan perawatan seianjutnya
5). Pengobatan yang terintegrasi, melibatkan terapis
yang mempunyai ketrampiian dalam area kesehatan
jiwa dan gangguan penggunaan NAPZA
499
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4). Pengobatan
a). Bangun motlvasi untuk berubah, tujuan dan hasil
pengobatan hams bersifatrealistik.
Misalnya ; pasien dengan Skizofrenia yang tidak
terkontrol akan sulit untuk membah kehidupan
mereka dan bebas dari penggunaan NAPZA
b). Motivational Enchanoement (dimodifikasi untuk
pendekatan pasien gangguan psikotik)
c). Terapkan strategi minimalisasi dampak buruk
{Harm Minimisation)
d). Gunakan tujuanjangka panjang
500
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
6). Psikofarmakoterapi
a). Pemberian antldepresan golongan Trisklik dan
SSRI dapat dipertimbangkan bila gejala depresi
cukupsignifikan
b). Ansiolitik golongan Benzodlzepin (DIazepam,
Clobazam,Alprazolam, Lorazepam)untukjangka
pendek dapat dlberikan khususnya pada awal
kondlsl akut
c). KombinasI antara antipslkotik tipikal (generasi
barn) maupun atlplkal dengan ansiolitik maupun
antidepresan dapat diberikan untuk jangka
panjang apabila gangguan mental pasca
intoksikasi maupun putuszat masih menetap.
IV. PROSEDUR RUJUKAN GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA
1) Tujuan
Rumah Sakit Umum dan Puskesmas dapat memberikan
pelayanan untuk gangguan penggunaan NAPZA dengan kondisi
klinis tertentu sesuaisarana dan prasarana yang tereedia.
2) Ruang LIngkup
Layanan yang dapat dilakukan di Rumah Sakit Umum atau
Puskesmas sangat tergantung dengan kemampuan sumber daya
yang ada pada fasilitas layanan tersebut. Beberapa kondisi klinis,
psikologis maupun sosial harus diperhatikan oleh setiap petugas
rumah sakit dan puskesmas.
Beberapa kondisi klinis yang berkaitan dengan penyalahgunaan
NAPZAantaraiain:
1. Kondisi awal: pendidikan masalah NAPZA/KIE bagi remaja
yang mempunyai risiko tinggi dan pemakaian coba-coba
2. Kondisi emergensi/akut : putus zat yang berat, intoksikasi
(mabuk),overdosis, gaduh-gelisah
3. Kondisi kronis : kondisi ketergantungan dengan berbagai
komplikasi fisik maupun psikiatrik
501
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
502
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
8) SIstem Rujukan:
1. Pasien perlu dirujuk apabila terdapat kondisi klinis yang sulit
diatasi baik secara fisik maupun psikiatris. Sistem rujukan -
untuk pengguna NAPZA lebih kepada fasilitas yang tersedia di
503
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
504
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
RSU UMUM/
RS JIWA
RSKO
RS PROPINSI
MASYARAKAT/
PENGGUNANAPZA
505
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
V. PENCATATANDANPELAPORAN
A. PENCATATANDANPELAPORAN
1. Pencatatan
a. Pencatatan
Pencatatan adalah cara yang dilakukan oleh petugas
kesehatan untuk mencatat data yang penting mengenai
peiayanan kesehatan atau pelayanan penggunaan
Narkotik, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),
dan selanjutnya disimpan sebagai arsip baik di
Puskesmas, RS/RSJ maupun di klinik layanan
penggunaan NAPZA.
b. Macam-macam pencatatan dalam pelayanan kesehatan:
1). Pencatatan rawat jaian untuk mencatat data
pengunjung atau pasien
2). Pencatatan harian rutin untuk mencatat data
pengunjung atau pasien yang dikumpuikan selama
sehari.
3). Pencatatan rawat inap untuk mericatat perhitungan
pasien rawat inap yang dilakukan setiap hari pada
suatu ruang rawat inap
2. Pelaporan
a. Pelaporan
Pelaporan adalah mekanisme yang digunakan oleh
petugas kesehatan untuk melaporkan kegiatan pelayanan
yang diiakukannya kepada institusi yang lebih tinggi
(dalam hal ini Kementerian Kesehatan)
b. Jenis-Jenis Pelaporan
1). Pelaporan bulanan
(a). Pelaporan bulanan rutin dari puskesmas, RS/RSJ
maupun klinik ke Kementerian Kesehatan
merupakan laporan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Puskesmas, RS/RSJ maupun di
klinik selama satu bulan, sebagai hasil kornpilasi
atau pengolahan dari kumpulan pencatatan
harian selama satu bulan, kemudian dibuat
laporan bulanan seperti pada lampiran.
506
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4). Laporantahunan
Pelaporan tahunan dikirim ke Kementerian
Kesehatan cq: Direktorat Bina Pelayanan Medik dan
Gigi Spesialistik, Direktorat Pelayanan Komunitas
dan Program Informasi Dirjen Bina Pelayanan Medik,
Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa(SubditP2
NAPZA)
507
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
C. BATASANOPERASIONAL
1. Pencatatan dan peiaporan pelayanan gangguan penggunaan
NAPZA dl RSU/RSJ memakal fcrmuilr RL2a (suatu sistem
pencatatan dan peiaporan terpadu dl RSU/RSJ yang seragam
untuk seluruh RSU/RSJ dl Indonesia)dan formullr data pasien
penyalahgunaan NAPZA
2. Diagnosis gangguan penggunaan NAPZA yang dipergunakan
adalah sepertl yang tercantum dalam formullr RL2a khusus
untuk penggolongan diagnosis gangguan penggunaan
NAPZA mellputi:
F10 ; Gangguan mental dan perllaku akibat penggunaan
alkohol
F11 : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
opiold
F12 : Gangguan mental dan perllaku akibat penggunaan
kanabis
F13 ; Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
SedatlfHIpnotIk
F14 ; Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
kokain
F15 : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
stimulansia lalnnya
F16 : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
Haloslnogenik
F17 ; Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
tembakau
508
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
D. JEJARING
1 Dalam pelaksanaan program penanggulangan gangguan
penggunaan NAPZA diperlukan kerjasama lintas program
maupun sektoral. Berbagai sumber doya yang tersedia pada
sektor dan program terkait dapat dikoordinasikan sehingga
hasil yang dicapai dapat optimal.
Instansi dan organisasi yang terkait dalam pelaksanaan
program penanggulangan gangguan penggunaan NAPZA,
509
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
E. SISTEMPENCATATANDANPELAPORAN
1. Sistem pencatatan dan pelaporan berjenjang dengan alur dari
pelayanan kesehatan/pengguna NAPZA di Puskesmas,
RSU/RSJ dan Klinik ke Kementerian Kesehatan/ Direktorat
Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. Format disiapkan, dari
puskesmas ke dinkes kabupaten/kota tembusan ke prov dan
pusat / Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
Kementerian Kesehatan.
2. Alur Pelaporan Tahunan Penggun NAPZA:
\/ Dinas Kesehatan
Provinsi(TK1)
M
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Penjelasan:
Garis panah hitam merupakan pelaporan asli langsung dikirim ke
Kementerian Kesehatan
Garis panah putus-putus merupakan tembusan dari pelaporan asli
Dikirim ke Dinkes Kabupaten/Kota/propinsi
510
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
511
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
512
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
A. Prinsip:
Tujuan dari monitoring dan evaluasi tidak fokus pada kesalahan
dan keterbatasan tetapi terhadap aspek-aspek lain yang positif.
Sistem ini dapat melakukannya seperti mengidentifikasi kapan
kesalahan itu dilakukan dasar pengembangan sistem (monitoring
dan evaluasi)
B. Pengertian
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis
informasi (berdasarkan indikator yg ditetapkan) secara
sistematis dan kontinyu tentang kegiatan program/proyek
sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya.
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan
pengungkapan masalah kinerja program/proyek untuk
memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja
program/proyek.
D. Tujuan Monitoring
1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah
sesuai dengan rencana.
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat
diatasi
513
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
514
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
F. Pentingnya Evaluasi
1. Memperlihatkan keberhasilan atau kegagalan proyek
2. Menunjukkan di mana dan bagaimana perlu dilakukan
perubahan-perubahan
3. Menentukan bagaimana kekuatan atau potensi dapat
ditingkatkan.
4. Memberikan informasi untuk membuat perencanaan dan
pengambilan keputusan.
5. Membantu untuk dapat melihat konteks dengan febih luas
serta impllkasinya terhadap kinerja pembangunan.
G. Tujuan Evaluasi
Untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari
pengalaman mengenai pengelolaan proyek, keluaran, manfaat,
dan dampak dari proyek pembangunan yang baru selesai
dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi, sebagai umpan
balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian proyek selanjutnya.
H. Jenis Evavuasi
1. Evaluasi awal keglatan, yaitu penilaian terhadap kesiapan
proyek atau mendeteksi kelayakan proyek.
2. Evaluasi formatif, yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang
telah dicapai selama proses kegiatan proyek dilaksanakan.
Waktu pelaksanaan dilaksanakan secara rutin (per bulan,
triwulan, semester dan atau tahunan) sesuai dengan
kebutuhan informasi hasil penilaian.
3. Evaluasi sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah
dicapai secara keseluruhan dari awal kegiatan sampai akhir
kegiatan. Waktu pelaksanaan pada saat akhir proyek sesuai
dengan jarigka waktu proyek dilaksanakan. Untuk proyek
yang memiliki jangka waWu enam bulan, maka evaluasi
sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan keenam. Untuk
evaluasi yang menilai dampak proyek, dapat dilaksanakan
setelah proyek berakhir dan diperhitungkan dampaknya
sudah terlihatnyata.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
FAKTOR EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
UMPAN BALIK
VIII.PENUTUP
MENTERI KESEHATAN,
517
Fonnunri
Ol
LAPORAN TAHUNAN DATA RASIEN PENYALAH6UNAAN NAPZA
00
TAHtM
BUUU)
mSTITUSI RSUOffiS SWASTMRUMAH SAXIT JMffUPUSKESMASffiSKO T-
NMMtNSTITUSI
ALAMAT
OAERAWCOU
PROPtNSi
1) {* piSiHiahKlu
2) IV:lnnVulaia,NonlV;NanMnVasliiiw
3) StfiappBdtnagardulisiuaidongsivartafalodBlaaesuiilonneadatti
4) PadsbultnpecentAptlapanndttyaflgdldriroaMaliMinusdatapasiMiptdabiianimcM
5) Bi*r>ffi*mptlfT'^'^««««"gy"'a'»Y«'>9«aiiiinaifal«h'iiitaripaiian(pa»lonbwidinimi«ntafcart
6) o«U|)aionbau(lflaaAltsnkod:tttnRmU1,d9i[MatnulHlpillM)(p*^k«lua)kad)bmFORM2
7) Salivtiia)datapa]i(nWMbuiaoir(airimkaB*danNartoSaPtD«iR9i(BNP) aMBnmi
8) ("runin tkiJi{ari dbi Ma ada
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
519
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
520
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
10. Peraturan Preslden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 tentang Persyaratan
Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan
Perdagangannya;
12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan
Teknis DepotAir Minum;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/
Per/XI/2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor439/Menkes/Per/VI/2009;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/
M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/SK/
yill/2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota bidang
Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/
SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat;
17. Peraturan Menteri Pekeriaan Umum Nomor 01/PRT/
M/2009 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan
Perpipaan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM.
521
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 1
1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
2. Penyelenggara air minum adalah badan usaha milik negara/badan
usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha
perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang
melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum.
3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
4. Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disingkat KKP adalah
unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan di wilayah pelabuhan,
bandara dan pos lintas batas darat.
5. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kesehatan.
6. Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat
BPOM adalah badan yang bertugas di bidang pengawasan obat dan
makanan sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 2
(1) Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter
wajib dan parametertambahan.
(2) Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh
seluruh penyelenggara air minum.
(3) Pemerintah daerah dapat menetapkan parameter tambahan sesuai
dengan kondisi kualitas lingkungan daerah masing-masing dengan
522
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 5
523
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 April 2010
ENTER! KESEHATAN,
524
Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor :492/Menkes/Per/IV/2010
Tanggal:19April 2010
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
I. PARAMETERWAJIB
Kadar makslmum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
a. Parameter Mikrobiologi
1)E.Coli Jumlah per 0
100 ml sampel
2)Total Bakteri Koliform Jumlah per 0
100 ml sampel
b. Kimla an-organik
1)Arsen mg/1 0,01
2)Fluorida mg/1 1.5
3)Total Kromium mg/1 0,05
4) Kadmium mg/1 0,003
5) Nitrit,(Sebagai NCV) mg/1 3
6) Nitrat,(Sebagai NO^-) mg/1 50
7)Sianida mg/1 0,07
8)Selenium mg/1 0,01
2 Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1)Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3)Total zat padat terlarut(TDS) mg/1 500
4) Kekeruhan NTU 5
5)Rasa Tidak berasa
6)Suhu "C suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1)Aluminium mg/1 0.2
2)Besi mg/1 0,3
3) Kesadahan mg/1 500
4)Khiorida mg/1 250
5) Mangan mg/1 0,4
6)pH 6,5^,5
525
Kadarmaksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
7)Seng mg/1 3
8)Sulfat mg/1 250
9)Tembaga mg/1 2
10)Amonia mg/1 1.5
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/1 0,001
Antimon • mg/1 0,02
Barium mg/1 0.7
Boron mg/1 0,5
Molybdenum mg/1 0,07
Nike! mg/1 0,07
Sodium mg/1 200
Timbal mg/1 0,01
Uranium mg/1 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik(KMnO^) mg/1 10
Deterjen mg/1 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/1 0,004
Dichloromethane mg/1 0,02
1,2-Dichloroethane mg/1 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/1 0,05
Trichloroethene mg/1 0,02
Tetrachloroethene mg/1 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/1 0,01
Toluene mg/1 0.7
Xylenes mg/1 0,5
Ethylbenzene mg/1 0,3
Styrene mg/1 002
526
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene(1,2-DCB) mg/1 1
1,4-Dlchlorobenzene 1,4-DCB mg/1 0.3
Laln-iain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/1 0,008
Acrylamlde mg/1 0,0005
Epichlorohydrin mg/1 '0,0004
Hexadilorobutadiene mg/1 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic acid(EDTA) mg/1 0,6
Nitrilotriacetic acid(NTA) mg/1 0.2
c. Pestisida
Aiachior mg/1 0,02
Aidicarb mg/1 0,01
Aidrin dan dieidrin mg/1 0,00003
Atrazlne mg/1 0,002
Carix>furan mg/1 0,007
Chiordane mg/1 0,0002
Chiorotoiuron mg/1 003
DDT mg/1 0,001
1,2- Dibromo-3-chioropropane(DBCP) mg/1 0,001
2,4 Dichiorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/1 0,03
1,2-Dichioropropane* mg/1 0,04
isoproturon mg/1 0,009
Lindane mg/1 0,002
MORA mg/1 0,002
Methoxychior mg/1 0,02
Metoiachior mg/1 0,01
Moiinate mg/1 0,006
Pendimethaiin mg/1 0,02
Pentachiorophenoi(PGP) mg/1 0,009
Permethrin mg/1 0,3
Simazlne mg/1 0,002
Trifluraiin mg/1 0,02
Chiorophenoxry herbicides seiain 2,4-D dan MORA
2.4-DB mg/1 0,090
Dichlorprop mg/1 0,10
Fenoprop mg/1 0,009
Mecoprop mg/1 0,001
2,4,5-Trichiorophenoxyacetlc acid mg/1 0,009
527
d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
Desinfektan
Chlorine mg/1 5
Hasil sampingan
Bromate mg/1 0,01
Chlorate mg/1 0.7
Chlorite mg/1 0,7
ChloFophenols
2,4,6 -Trichlorophenol(2,4,6-TCP) mg/1 0.2
Bromoform mg/1 0,1
DIbromochloromethane(DBCM) mg/1 0.1
Bromodichloromethane(BDCM) mg/1 0,06
Chloroform mg/1 '0,3
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid mg/1 0,05
Trichloroacetic add mg/1 0,02
Chloral hydrate mg/1
Halogenated acetonitrilies mg/1
DIchloroacetorutrile mg/1 0,02
Dibromoacetonitrile mg/1 0,07
Cyanogen chloride(sebagai CN) mg/1 0,07
2 RADIOAKTIFITAS
MENTERl KESEHATAN,
528
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
529
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
530
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
531
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
532
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
KEGIATAN RISKESNAS
PasaL 3
533
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(2) Rikom sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
kegiatan Riskesnas yang dilakukan terhadap masyarakat untuk
mengetahui informasi status kesehatan masyarakat dan evaluasi
perkembangan masalah kesehatan masyarakat.
(3) Rifas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
kegiatan Riskesnas yang dilakukan terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
untuk mengetahui informasi status kualitas dan kuantitas fasilitas
pelayanan kesehatan dan evaluasi kinerjanya.
(4) Rikus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
kegiatan Riskesnas yang dilakukan terhadap perorangan, institusi,
dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat berdasarkan prioritas kebijakan pernerintah
dalam rangka penanganan masalah kesehatan yang terjadi dalam
masyarakat.
Pasal 4
(1) Kegiatan Riskesnas diseienggarakan secara berkala setiap 3 (tiga)
sampai dengan 5(lima)tahun sekali.
(2) Penyelenggaraan
dimaksud pada ayatkegiatan Riskesnas
(l)ditentukan secara berkala sebagaimana
berdasarkan.
a. kondisi dan situasi terbaru perkembangan masalah kesehatan
nasional dan/atau internasional;
b. cara penanganan masalah kesehatan;dan
0. prioritas kebijakan pemerintah.
Pasal 5
(1) Kegiatan Riskesnas diseienggarakan oleh Balitbangkes.
(2) Balitbangkes dalam menyelenggarakan kegiatan Riskesnas dapat
bekerjasama dengan: .. •
a. Badan Pusat Statistik dan instansi pemenntah tainnya;
b. pemerintah daerah;
0. balitbangkesda;
534
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
d. perguruantinggi;
e. Asosiasi Peneiiti Kesehatan Indonesia(Apkesi);
f. organisasi profesi peneiiti kesehatan lain yang sah;dan/atau
g. lembaga swadaya masyarakat yang sah.
(3) Pelaksanaan -keija sama Riskesnas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 6
535
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 7
BAB 111
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal8
537
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 9
538
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 10
BAB IV
PENGELOLAAN RISKESNAS
Bagian Kesatu
Tahapan
539
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 11
Pasal 14
540
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Bagian Kedua
Pasal 18
541
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
Bagian Ketiga
Pengumuman, Penyebarluasan, dan Pemanfaatan Hasil Riskesnas
Pasal 19
Pasal20
Pasal 21
BABV
PERLINDUNGAN HAKATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
Pasal 22
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 23
543
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
a. Menteri;
b. Kepala Badan Pusat Statistik;
c. Gubemur;
d. Bupati, Walikota;
e. Kepala Balitbangkes;
f. Kepata Balitbangkesda;
g. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi;
h. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
I. Ketua Komlsl Etik Penelitian Kesehatan Balitbangkes;
j. Ketua Data Safety Monitoring Board dalam penelitian yang
bersangkutan;
k. Pimpinan institusi tempat penelitian ditakukan;
I. Pimpinan perguruan tinggi;
m. Ketua Apkesi dan ketua organisasi profesi peneliti kesehatan
lainnya;dan;
n. Masyarakat;
544
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 24
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 25
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
545
MENTERi KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 27
Pasal 28
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juni 2010
MENTERI KESEHATAN,
MPH, Dr. PH
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
547
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
548
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
10. Peraturan Pemerintah Nomor42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedu(^kan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
Serta Susunan Organisasi,Tugas, dan Fungsi Eselon
I Kementerian Negara;
12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdaganqan
Nomor 705/MPP/Kep/ 11/2003 tentang Persyaratan
Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan
Perdagangannya;
Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/
SK/1 1/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 891/Menkes/Per/IX/2008 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 267/Menkes/SK/lll/2004 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penvakit
Menular; '
14. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdaganqan
Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan
Teknis DepotAir Minum;
Kesehatan Nomor 1267/Menkes/
SK/XII/2004 tentang Standar Pelayanan
Laboratonum Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/
Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
pepartemen Kesehatan sebagaimana telah diubah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
439/Menkes/Per/XI/2009 tentang Perubahan Kedua
Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan;
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
552
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB III
TATA LAKSANA PENGAWASAN
Baglan Kesatu
Umum
Pasal 5
PasaL 6
Pasal 7
Pasal 8
(1) Pengawasan internal berkala untuk air minum dengan sistem jaringan
perpipaan dilakukan di setiap unit produksi dan unit distribusi.
(2) Pengawasan internal berkala untuk depot air minum dilakukan di unit
produksi dan unit pengisian gaion/wadah air minum.
(3) Pengawasan intemal berkala untuk air minum bukan jaringan
perpipaan dilakukan di sarana air minum.
553
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 9
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pengawasan
Pasal 10
554
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Dalam hal pengiriman sampel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, membutuhkan waktu yang lama, sampel hams diawetkan
terleblh dahulu guna mencegah terjadinya pembahan komposisi
sampel.
(3) Penetapan jumlah dan frekuensi pengambilan sampel air minum pada
pengawasan ekstemal dan internal sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini.
Pasal 13
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
(1) Dalam kondisi khusus dan kondisi darurat, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan/atau Kepala KKP harus melakukan pengawasan
kualitas air minum.
556
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 20
BAB IV
TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN
Pasal 21
Pasal 22
557
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 23
Pasal 24
BABV
PEMBIAYAAN
Pasal 25
558
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal26
(1) Has!! pengawa^n internal kualitas air minum dicatat dan dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap bulan.
(2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pengawasan eksternal kualitas air minum kepada Bupati/Walikota
otrelrturJendeS tembusan kepada Menteri melalui
(3) Dalam kondisi khusus dan kondisi darurat, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota wajib melaporkan hasil pengawasan ekstemal
(4) Dalam kondisi khusus dan kondisi darurat, Kepala KKP waiib
mdaporkan pengawasan ekstemal kepada Menteri melalui Direktur
Jendera dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/ Kota setempat.
(5) Ketentuan mengenai pencatatan dan pelaporan dilaksanakan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
BAB Vll
PUBLIKASI
Pasal 27
559
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIII
KETENTUAN ADMINISTRATIF
Pasal 28
Pasal 29
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Juni 2010
MENTERI KESEHATAN Rl
560
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor :736/Menkes/PerA/l/2010
Tanggal: 18 Juni 2010
I. INSPEKSISANITASI
Frekuensi
Lokasi titik inspeksi sanitasi sanitasi per
tahun
b. Lokasi titik dan frekuensi minimal inspeksi sanitasi untuk air minum
dengan sistem jaringan perpipaan.
Frekuensi
Lokasi titik inspeksi sanitasi sanitasi per
tahun
0. Lokasi titik dan frekuensi minimal inspeksi sanitasi untuk air minum
bukan jaringan perpipaan
Frekuensi
Lokasi titik inspeksi sanitasi sanitasi per
tahun
d. Cara penilaian
563
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Jumlah sampel
Frekuensi Jumlah penduduk yang dilayani
Parameter
Pengujian
<5000 < 5000 - 100.000 > 100.000
Keterangan:
* Sisa chlor diuji pada outlet reservoir dengan nllal maksimal 1
mg/l dantitikterjauh unltdlstribusi minimal0,2 mg/1
** Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daerah.
Keterangan:
* Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daerah
565
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Keterangan:
* Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daer^.
566
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Jumlah sampel
Frekuensi Jumlah penduduk yang dilayani
Parameter
Pengujian
<5000 <5000-100.000 > 100.000
Keterangan:
* Sisa chlor diuji pada outlet reservoir dengan nilai maksimal 1
mg/l dan titikterjauh unitdistrlbusi minimal 0,2 mg/l.
** Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daerah.
2. DepotAir Minum
567
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1) Air Baku
Keterangan;
* Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daerah.
Keterangan:
* Parameter kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daerah.
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Keterangan:
Parametar kimia tambahan yang ditetapkan oleh Peraturan
Daerah
569
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
111. PENETAPANLABORATORIUM
a. Laboratorium Pemerintah
b. Laboratorium Swasta
1. Kondisl khusus
570
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2. Kondisi Darurat
573
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN,
/ iL dSP! J}:.
TENTANG
575
MENTERIKESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
576
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB!
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PENYELENGGARAAN PELAYANAN HEMODIALISIS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
Bagian Kedua
Persyaratan Penyelenggaraan Pelayanan Hemodialisis
Pasal 3
Pasal 4
579
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(5) Dalam hal tidak ada tenaga Konsultan Ginjal Hipertensi(KGH) yang
bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan pemberi pelayanan dialisis
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut dapat menunjuk Konsultan Ginjal Hipertensi
(KGH)dari fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai pembina mutu.
(6) Konsultan Ginjal Hipertensi(KGH)sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) bertugas untuk melatih Dokter Spesialis Penyakit Dalam pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang menunjuknya.
Pasal 5
BAB III
PERIZINAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN HEMODIALISIS
Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Klinik Pelayanan Hemodiallsis
Pasal 7
Bagian Kedua
Penyelenggaraan Unit Pelayanan Hemodialisis
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
BAB IV
PELAYANAN DIALISIS PERITONEAL
Pasal 13
582
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
583
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 17
Pasal 18
(1) Setiap pasien dialisis peritoneal hams membuat catatan terapi yang
dijalaninya meliputi jumlah cairan masuk dan keluar, masalah yang
terjadi dalam proseduryang dijalaninya, kejemihan cairan yang keluar,
kelainan pada dialisat dan tanda-tanda infeksi.
(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hams diperlihatkan
pada Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi
(Sp.PD KGH)atau dokter yang merawatnya pada setiap konsultasi.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 19
584
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, fasilitas pelayanan
kesehatan yang telah memperoleh izin penyelenggaraan pelayanan
dialisis dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya.
(2) Penyesuaian terhadap ketentuan Peraturan ini dilaksanakan paling
lambat dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya
Peraturan ini.
585
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal22
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Juli 2010
/^^5iJ^£^\IVIE^^^ KESEHATAN,
'K
lHAYU SEDYANINGSIH, MPH, Dr. PH
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Dl RUMAH SAKIT
587
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK[NDONESIA
589
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan.
590
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10Agustus 2010
MENTERI KESEHATAN
591
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :1087/MENKES/SKA/III/2010
Tanggal :10Agustus2010
I. PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
593
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
a. Secara Global:
WHO:Dari 35juta pekerja kesehatan:
• 3 Juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus
HBV, 0,9 juta. terpajan virus HBC dan 170,000
terpajan virus HIV/AIDS).
• Dapatterjadi: 15,000 HBC,70,000 HBB & 1000 kasus
HIV.
• Lebih dari90%terjadi di negara berkembang.
• 8-12% pekerja Rumah Sakit,sensitifterhadap lateks
• ILO (2000): Kematian akibat penyakit menular yang
berhubungan dengan pekerjaan : Laki-laki 108,256
dan perempuan 517,404.
b. Diluarnegeri:
• USA:(per tahun)5000 petugas kesehatan terinfeksi
Hepatitis B,47 positif HIV dan setiap tahun 600.000-
1.000.000 luka tusuk jarum dilaporkan (diperkirakan
lebih dari60% tidak dilaporkan).
• SC-Amerika(1998) mencatat frekuensi angka KAK di
Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain
dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum
suntik{NSI-Needle Stickinjuries).
• Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi,
secara signifikan meningkatkan abortus spontan,
anak yang dilahirkan mengalami kelainan kongenital
594
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
c. Indonesia:
• Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata iebih
dari 20 kg. Keluhan subyektif low back pain didapat
pada 83.3% pekeija. Penderita terbanyak usia 30-49;
63.3%. (instalasi bedah sentral di RSUD di Jakarta
2006).
• 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di
Jakarta menderita Dermatitis Kontak iritan Kronik
Tangan(2004).
• Penelitian dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat
bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73% dari total
petugas kesehatan.
• Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada
perawat di suatu Rumah Sakit di Jakarta
berhubungan bermakna dengan stresor kerja.
• Insiden akut secara signifikan Iebih besar terjadi pada
Pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh
pekeija di semua kategori Jenis kelamin, ras, umur
dan status pekerjaan.(Gun 1983).
595
MENTER! KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2. PerlunyapelaksanaanK3RS:
597
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Bahaya
Cara kerja yang salah, diantaranya posisi
keija statis, angkat angkut pasien,
Ekonomi
membungkuk, menarik, mendorong
Bahaya Diantaranya kerja shift, stres beban kerja,
Psikososiai hubungan kerja, post traumatic
Bahaya Diantaranya teijepit, terpotong, terpukul,
Mekanik tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam.
Bahaya Listrik
Diantaranya, sengatan listrik, hubungan
arus pendek kebakaran. petlr. listrik statis
Kecelakaan Diantaranya kacelakaan benda-tajam
Diantaranya limbah medis jarum suntik,vial
obat, nanah, darah) limbah non medis,
Limbah RS
limbah cairan tubuh manusia (misal :
droplet, liur, sputum)
598
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
1. Tujuan umum.
Terciptanya iingkungan keija yang aman,sehat dan produktif
untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan Iingkungan
sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit
berlalan baik dan iancar.
2. Tujuan khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang
tercapainya K3RS.
b. Meningkatnya profesionaiisme dalam ha! K3 bagi
manajemen,pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat K3di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah teijadinya PAK dan
KAK.
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan
menyeluruh.
f. Peningkatan mutu,citra dan produktivitas Rumah Sakit.
3. Sasaran
a. Pengelola Rumah Sakit.
b. SDM Rumah Sakit.
4. Ruang Lingkup
Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan
pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar
sarana, prasarana dan peralatan K3RS pengelolaan
barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
D. Pengertlan
599
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
pekerja di semua jenis pekeiiaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya
dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesualkan dengan kondisi fisiologi
dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesualan
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan ataujabatannya.
2. Kesehatan dan Keseiamatan Kerja (K3)adalah upaya untuk
memberikan jamlnan keseiamatan dan menlngkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan. pengobatandan rehabilitasi.
3. Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit
untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah
Sakit yang sehat,aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah
Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi
masyarakatdan lingkungan sekitar Rumah Sakit.
4. Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit adalah orang
yang bekerja di Rumah Sakit yang meliputi tenaga tetap yakni
tenaga medis dan penunjang medis; tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dari
tenaga nonkesehatan serta tenaga tidak tetap dan konsultan.
(UU No.44 Tahun 2009tentang Rumah Sakit, Pasal 12 ayat 1
danayat4).
5. Pengelola K3RS adalah organisasi yang menyelenggarakan
program kesehatan dan keseiamatan kerja (K3) secara
menyeluruh di Rumah Sakit.
6. Sertifikasi dalam bidang K3adalah pengetahuan dan keahlian
yang didapat baik secara formal melalui jenjang pendldikan
resmi di perguruan tinggi maupun secara informal melalui
pelatihan yang disertifikasi oleh Kementerian Kesehatan.
600
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
601
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
A. PrlnsipKSRS
B. Program K3RS
603
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
604
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
605
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
606
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
607
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
609
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
610
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih
banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen
Kesehatan daii Keselamatan Keija(SMK3).
611
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
613
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
614
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
615
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
• Sterilisas'l/desinfeksi;
• Perlindungan radiasi;
• Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
616
MENTERIKESEHATAN
REPUBUKINDONEStA
A. Standar Manajemen
617
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
618
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
• Penggunaan Radiasi.
• IzinBejanaTekan.
• Izin Pengolahan Limbah Padat,Cair dan Gas.
d. Sistem komunikasi baik internal maupun ekstemal.
e. Sertifikasi.
f. Program pemeliharaan.
g. Alat Pellndung DIri(APD) yang memadai, slap dan layak
pakai.
h. Manual operasipnal yangjelas.
1. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan
penyediaan alat pemadam api/kebakaran.
j. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangaii dan rambu
penunjukarah.
k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
i. Fasilitas penanganan limbah padat,cairdan gas.
619
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
B. StandarTeknis
1. Standarteknissarana
Ruang dewasa/anak:
Ruang perawatan minimal4.5 m2/TT
Ruang isolasi minimal6 m2/TT
621
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
b. Lantai;
• Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata,
tidak licin dan mudah diberslhkan dan berwama
terang.
• Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak
licin, mudah dibersihkan mempunyai kemiringan yang
cukup dan tidak ada genangan air.
• Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai
pori atau lubang untuk berkembang biaknya bakteri,
menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik dan tidak
mudah terbakar.
Pintu/jendela:
• PIntu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar
minimal 120cm.
• Pintu dapatdibuka dari luar.
• Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik
(panic handle), penutup pintu otomatis (automatic
door closer) dan membuka ke arah tangga
darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api
minimal2jam.
• Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
• Khusus Jendela yang berhubungan langsung keluar
memakaijeruji.
• Khusus ruang operasi pintu terdiri dari dua daun,
mudah dibuka tetapi harus dapat menutup sendiri
(dipasang penutup pintu(cfoorc/ose)).
• Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun
pintu dan dilapisi Pb minimal2 mm atau setara dinding
bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan lampu
merah tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela
kaca anti radiasi.
Plafond:
• Rangka plafon kuatdan anti rayap.
• Permukaan plafond berwarna terang, mudah
dibersihkan tidak menggunakan berbahan asbes.
• Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari
lantai.
• Langit-langit menggunakan cat antijamur.
• Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar
(gantungan) lampu bedah dengan profil baja double
INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
langit.
623
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
f. Ventilasi:
• Pemasangan ventilasi alamiah dapat membenkan
sirkulasi udara yang cukup luas minimum 15% dari
luaslantai.
• Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan, untuk ruang operasi kombinasi antara lain,
exhauster dan AC harus dapat memberikan sirkulasi
udara dengan tekanan positif.
• Ventilasi AG dilengkapi dengan filter bakteri.
g. Atap . ^ ,
• Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan
serangga,tikus dan binatang pengganggu lain.
• Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus
menggunakan penangkal petir.
h. Sanitasi .. . u u
• Closet, urinoar, wastafel dan bak mandi dan bahan
kualitas balk, utuh dan tidak cacat, serta mudah
dibersihkan.
• Urinoar dipasang/dltempel pada dinding, kuat,
bertungsi dengan baik.
• Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat,
tidak menimbuikan bau, dilengkapi disinfektan dan
dilengkapi tisu yang dapat dibuang {disposable
tissues)
• Bak mandi tidak berujung lancip,tidak menjadi sarang
nyamuk dan mudah dibersihkan.
• Indeks perbandingan jumlah tempat tidur pasien
denganjumlahtolletdankamarmandi10:1.
• Indeks perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah
toiletnya dan kamar mandi 20:1.
• Air untuk keperluan sanitasi seperti mandi, cuci,
urinoar, wastafel, closet, keluar dengan lancar dan
jumlahnya cukup.
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
i. Airbersih
• Kapasitas reservoir sesual dengan kebutuhan Rumah
Sakit(250-500 ilter/tempattidur).
• SIstem penyedlaan air bersih menggunakan jaringan
RAM atau sumurdalam (artesis).
• Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan
bioiogi setiap6 buian sekaii.
• Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan
sebagai sumber air dalam penanggulangan
kebakaran.
j. Pemipaan {plumbing):
• Sistem pemipaan menggunakan kode wama biru
untuk pemipaan air bersih dan merah untuk pemipaan
kebakaran.
• Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air
kotor.
• Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau
berdampingan dengan instalasi listrik.
k. Saluran {drainase)
• Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang
kuat, kedap air dan berkualitas baik dengan dasar
mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran
pembuangan.
• Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol
dalam jaraktertentu, dan di tiap sudut pertemuan, bak
kontrol dilengkapi penutup yang mudah di
buka/ditutup memenuhi syaratteknis, serta berfungsi
dengan baik.
625
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
626
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
p. Pemandangan {Landscape):Jalan,Taman
Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang
jelas.
Saluran pembuangan yang melewati jalan harus
tertutup dengan baik dan tidak menimbulkan bau.
Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak
menutupi rambu-rambu yang ada.
Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah
tepinya dilengkapi dengan kansten dan dirawat.
Harus tersedia area untuk tempat berkumpul {public
comei).
Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan
dilengkapi dengan gardujaga.
Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat,jelas atau
mudah dibaca untuk umum, terpampang di bagian
depan Rumah Sakit.
Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi
memberikan keindahan, kesejukan, kenyamanan
bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien Rumah
Sakit.
2. Standarteknis prasarana
a. Penyediaan listrik:
• Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik
tersambung dari PLN minimal 200 KVA disarankan
agar sudah memiliki sistem jaringan listrik Tegangan
Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai
pedoman bahwa rumah sakit kelas B mempunyai
Kapasitas daya listrik ±1 MVA(1000 KVA).
• Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi
standarPUIL.
627
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
628
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Gas medls:
• Tersedlanya gas medls dengan sistem sentral atau
tabung.
• Sentral gas medls dengan sistem jaiingan dan outlet
terpasang, berfungsi dengan balk dllengkapl dengan
ALARM untuk menunjukkan kondlsl sentral gas medls
dalam keadaan rusal^etersedlaan gastidak cukup.
• Tersedia penglsap {suction pump) pada jaiingan
sentral gas medlk.
• Kapasltas sentral gas medls telah sesual dengan
kebutuhan.
• Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen(02),gas
nitrous oxida(N02),gastekan dan vacum.
LImbah cair:
• Tersedlanya InstalasI Pengolahan Air LImbah (IPAL)
dengan perlzlnannya.
629
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
a. Memiliki perizinan.
b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oieh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas
kesehatan yang ben/venang.
c. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait,
d. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oieh lembaga
yang benwenang.
e. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah
Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis
pasien.
f. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit
harus dilakukan oieh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.
g. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan
dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
V. PENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN
630
mm
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
A. Kategori B3
1. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau
partikel radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung
atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya, misalnya:
Ii3i. Sa^sa,sinarX,sinaralfa, sinar beta,sinar gamma,
dll.
631
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
2. Mudahmeledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepattanpa
disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga
kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat
pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah
meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan
dapat menimbulkan ledakan.
4. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan.
sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar
panas(eksothermis).
5. Racun
Bahan yang bersifat beraoun bagi manusia atau lingkungan
yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pemapasan kulit atau
mulut.
6. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja(SAE
1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun
dengan temperatur uji 55®C, mempunyai pH sama atau
kurang dari 2(asam),dan sama atau lebih dari 12,5(basa).
7. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat
merusakjaringan tubuh.
632
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan
selaputlendir.
9. Teratogenik
SIfat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
10. Mutagenik
SIfat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genetlka.
11.Aruslistrik
633
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
634
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
635
MEHTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
1. Kapabilltas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa
yang tertulis dalam kontrak kerja sama.
4. Sistem mutu
a. Metodologi bagus.
b. Dokumen sistem mutu lengkap.
0. Sudah sertifikasi ISO 9000.
636
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
5. Pelayanan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.
b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam
melaksanakan tugasnya.
c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat
pelaksanaan.
d. Memberikan layanan puma jual yang memadai dan
dukungan teknis disertai sumber daya manusia yang
handal.
637
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
3. Penanganan administratif
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan
B3 harus di beri tanda sesuai potensi bahaya yang ada,dan di
lokasi tersebuttersedia SOP untuk menangani B3antara lain:
a. Cara penanggulangan bila teijadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila teijadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3dll.
VI. STANDARSUMBERDAYAIVIANUSIA.K3RS
A. KriteriaTenagaKS
638
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
639
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
640
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
641
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
642
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
VIII.PENUTUP
Tentu saja standar K3RS Inl maslh jauh dari sempuma, belum
menggambarkan permasaiahan dan cara penanggulangan secara
menyuiuruh terutama berdasarkan InstalasI yang ada dl Rumah Saklt.
Kepada para pembaca yang bermlnat dalam bidang MRS diharapkan
bantuan dan masukan yang berharga bagi penyempumaan standar
K3RS Inl dl masa mendatang.
MENTERI KESEHATAN,
643
2. Formulir lanoran rekapitulasi semester(6 buian) kesehatan keria
Mengetahui, 20.
DIrektur Pengelola Program Kesehatan dan Keseiamatan Kerja
NIP... NIP.
644
1. Formulir laporan bulanan kesehatan SDM Rumah SaMtdan Pekeria LuarRumah SaKit
b. Pekerja Luar RS
645
Keterangan;
• SDM-RS:Sumber Daya Manusia-Rumah Sakit
• Pelaporan dari Rumah Sakit yang bersangkuran.
• Pelaporan sekali sebulan, di awal buian.
• * = diisi jika ada, pada kolom keterangan agar diisi has3 pemerlksaan : tidak ada kelainan
atau ada kelainan. Selanjutnya jika ada yang menderita penyakit akibat ketja atau diduga
menderita penyakit akibat kerja supaya disebutkan jumlatinya dan jenisnya akibat keija
tersebut
• Baris 10 (sepuluh). agar dosi dalam bentuk persentase, yakni jumlati SDM-RS yang
diperiksa dibag denganjumlah seluruli SDM-RS. dan dikali 100%
Mengetatiui, 20....
Direktur Pengelola Program Kesetiatan dan Keselamatan Ketja
NIP NIP.
646
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
647
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
648
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
649
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
650
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PASAL 2
BAB n
IZIN PRODUKSI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Pasal 4
(1) Industri kosmetika yang akan membuat kosmetika harus memlliki izin
produksi.
(2) Izin produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
DirekturJenderal.
Pasal 5
Pasal 6
(1) Izin produksi kosmetika diberikan sesuai bentuk dan jenis sediaan
kosmetika yang akan dibuat.
(2) Izin produksi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibedakan atas 2
(dua)golongan sebagai berikut:
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 8
BAB Ml
TATA CARA MEMPEROLEH IZIN PRODUKSI
Pasal 9
Pasal 10
654
MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
655
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal11
BAB IV
PERUBAHAN IZIN PRODUKSI
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
PasaMS
BAB V
PENYELENGGARAAN PEMBUATAN KOSMETIKA
Pasal16
Pasal 17
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
BAB VII
SANKSI
PASAL 23
659
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan dari
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 236/Menkes/Per/X/1977 tentang Izin
Produksi Kosmetika dan Alat Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan
ini.
Pasal 26
Pasal 27
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 20Agustus2010
NTERI KESEHATAN,
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Agustus 2010
PATRIALISAKBAR
661
Formulir 1
Nomor :
Lampiran
Perihal ; Permohonan Izin Produksi Kosmetlka
Yangterhormat,
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dl-
Jakarta
Dengan hormat,
I. UMUM
1. Pemohon
a. Nama Pemohon/Direktur
b. Alamat dan nomortelepon
2. Perusahaan
a. Nama Perusahaan
b. Alamat kantor& No.Telepon
0. Bidang Usaha
d. Bentuk perusahaan
e. Akte Pendirian yang telah disahkan
oleh Kementerian Kehakiman,
nomor &tanggal
f. Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP)
g. Pinpinan Perusahaan
(Daftar Nama Direksi dan Dewan
Komisaris dilampirkan)
662
4. Nomor Izin Usaha Industri/
Tanda Daftar Industri
II. PABRIKKOSMETIKA
1. Lokasi dan luastanah
a. Lokasi Pabrik* [ ]Lahan peruntukan
[ jEstate Industri
[ jKompleks Industri
[ jDaerah lainnya
b. Alamat pabrik
c. Luastanah
IV.TENAGAKERJA
663
1. Fotokopi izin usaha industri atau tanda daftar industri yang telah
dilegalisir;
2. Nama direktur/pengurus;
3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk(KTP)direksi perusahaan/ pengurus;
4. Susunan direksi/pengurus;
5. Surat pemyataan direksi/pengurus tidak teriibat dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
6. Fotokopi akta ntoaris pendirian perusahaan yang telah disahkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sepanjang
pemohon berbentuk badan usaha;
7. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP);
8. Denah bangunan yang disahkan oleh Kepala Badan;
9. Bentuk dan jenis sediaan kosmetika yang dibuat;
10. Daftar peralatan yang tersedia;
11. surat pemyataan kesediaan bekerja penanggungjawab;dan
12. fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi penanggung jawab yang
telah dilegalisir.
Stempel Perusahaan
Materai Rp. 6.000,-
( )
NamaTerang Direktur
Tembusan:
1. Kepala Badan POM
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
3. Kepala Balai Besar/Balai POM di
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
*Diisi dengan tanda X
"Pilihsalahsatu
664
FormuHrl
DINAS KESEHATAN
PROVINSI
Nomor :
Lampiran
Perihal : Rekomendasi
Yangterhormat,
Oirektur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
di-
Jakarta
1. Nama Perusahaan
2. AlamatPerusahaan
3. PImpinan Perusahaan
4. PenanggungjawabTeknIs
KEPALAblNAS KESEHATAN
PROVINSI
(
NIP;
Tembusan:
1. Kepala Badan POM
2. Kepala Balal Besar/BalaiPOM di
665
FormuttrZ
BALAIBESAR / BALAI POM
Dl
Nomor :
Lampiran
Perihal : LaporanAnalisis Hasil Pemeriksaan
Yangterhormat,
Kepala Badan PengawasObatdan Makanan
dl-
Jakarta
Dengan hormat,
KEPALABALAIBESAR/BALAI
dl
( )
NIP: '
Tembusan:
1. Dlrektur Jenderal BIna Kefarmasian
danAlatKesehatan. Kementerian Kesehatan
2. Kepala Dinas Kesehatan Provlnsi
666
BERITA ACARA PEMERIKSAAN SETEMPAT
AlamatPabrik
Nomor Pokok Wajib Pajak(NPW)
Nomor Izin Usaha Industri/
Tanda Daftar Industri
1. Bentukdanjenissediaan
667
k. Kontrak Produksi& Pengujian
I. Penanganan Keluhan
m. Penarikan Produk
4. Keslmpulan
( ) (
Cap Perusahaan
Mengetahul:
Kepala Baiai Besar / Balai POM di
( )
NIP:
668
FormuHr4
Nomor :
Lampiran
Perihal : Rekomendasi
Yangterhormat,
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dl-
Jakarta
1. Nama Perusahaan
2. Alamat Perusahaan
3. Pimpinan Perusahaan
4. PenanggungjawabTeknis
(
NIP
'Coretyang tidaksesuai
669
FormulirS
Nomor
Lampiran
Perihal Surat Pemyataan
Siap Berproduksi
Yangterhormat,
Djrektur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
di-
Jakarta
Dengan hormat,
Yang menyatakan,
Nama
Jabatan
670
FormuUrG
NOMOR:
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
671
a. Memproduksibentukdanjeniskosmetika
1
2
3 dst
b. Hams selalu diawasi oleh penanggung jawab teknis yang
namanya tercantum pada Surat Keputusan ini.
c. Hams mematuhi peraturan pemndang-undangan yang
berlaku.
d. Melaksanakan dokumentasi dengan sebaik-baiknya
sesuai ketentuan yang berlaku.
Ditetapkan di
Pada tanggai
( )
672
FormulirJ
KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
Nomor
Lampiran
Perihal Penundaan Izin Produksi
Kosmetika
Yangterhormat,
Direktur
di-
Jakarta
1
2
3
Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan
( )
Tembusan;
1. Kepala Badan POM
2. Kepala Balai Besar/ Balai POM di
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
673
FormulirS
KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
Nomor
Lampiran
Perihal Penoiakan Izin Kosmetika
Yangterhormat,
Direklur
di-
Jakarta
1
2
3
Demikian untukdiketahul.
DIrekturJenderai
Kefarmaslan dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan
( )
Tembusan:
1. Kepala Badan POM
2. Kepala Balal Besar/Balai POM di
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
674
FormullrQ
Nomor
Lampiran
Perihal Permohonan Peaibahan Golongan
Izin Produksi Kosmetika
Yangterliormat.
DirekturJenderal Biiia Kefarmasian dan Alat Kesehatan
di-
Jakarta
( )
^ Nama Terang Direktur
Tembusan:
1. Kepala Badan POM
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ^
3. Kepala Balai Besar/Balai POM
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
*Caret ysng fdak pertu
676
Formulir 10
Nomor
Lampiran
Perihal Permohonan Perubahan Nama Direktur/Pengurus/
Penanggung Jawab Produksi Kosmetika/alamat
tanpa pindah lokasi *)
Yangterhormat,
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian danAlat Kesehatan
di-
Jakarta
1. NamaPemohon
2. Alamat Pemohon
3. Nama Perusahaan
4. Alamat Perusahaan lama *)
5. Alamat Perusahaan baru *)
6. Bentuk Perusahaan :
7. Akte Notaris Pendirian Perusahaan
8. Nama Direktur/Pengurus/
Penanggung Jawab lama *)
9. Nama Direktur/Pengurus/
Penanggung Jawab baru *)
10. Status Permodalan
11. AlamatSuratmenyurat dan
NomorTelepon
12. Bentuk dan Jenisyangtelah
Diproduksi
12. Bentuk dan Jenis yang akan
Diproduksi
13. Pendidikan Penanggung Jawab
Produksi
676
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan
Bapak/lbu kami sampalkan terima kasih.
( )
Nama Terang Direktur
Tembusan:
1. Kepala Badan POM
2. Kepala DInas Kesehatan Provinsi
3. Kepala Balal Besar/Balai POM
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
*Corel yanofdak periu
677
Formulir 11
ADDENDUM
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
NOMOR:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Semula Menjadi
678
Alkes Nomor tanggal tentang Izin Produksi
Kosmetlka
Ditetapkan di
Pada tanggal
( )
NIP.
679
680
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
TENTANG
NOTIFIKASI KOSMETIKA
681
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
682
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB!
KETENTUAN UMUM
Pasal I
683
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 2
BAB II
NOTIFIKASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Setiap kosmetika hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar dari
Menten.Ian edarsebagaimana dimaksud pada ayat(1)berupa notlflkasi.
''ri? yang digunakan
(2)bagi kosmettka notlflkasi sebagalmana
untuk dimaksud
penelltlan dan pada ayat
sampel kosmetlka
untuk pameran dalamjumlali terbatas dan tidak dipeljualbellkan.
Pasal 4
KdlKeplla'^dan®®'^'"'"
(2) Pemohon sebagalmana dimaksud pada ayat(1)terdiri atas*
a. industri kosmetlka yang berada dl wliayah Indonesia* yang telah
memilikiizinproduksl; yony leian
b. Importir kosmetlka yang mempunyal Angka Pengenal Impor(API)
dan/^a^ penunjukkan keagenan dari produsen negara asal;
c. usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksl
dengan industn kosmetlka yang telah memlllkl Izin produksl.
684
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 5
Bagian Kedua
Tata Cara Pengajuan Notifikasi
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Apabila dalam jangka waktu 14(empat belas) hari kerja sejak pengajuan
permohonan notifikasi diterima oleh Kepala Badan tidak ada surat
penolakan, terhadap kosmetika yang dinotifikasi dianggap disetujui dan
dapat beredardiwilayah Indonesia.
685
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal9
Pasal11
Pasal12
Pasal 13
(1) ditolak, maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik
kembali.
Pasal 14
BAB III
DOKUMEN INFORMASI PRODUK
Pasal 15
687
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN PRODUK
Pasal 16
BABV
MONITORING EFEK SAMPING KOSMETIK
Pasal 17
BAB VI
PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA
Pasal 18
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal19
Pasal 20
689
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1) Pada saat Paraturan ini mulai barlaku, Izin adar kosmatika yang talah
bardasarkan Paraturan Mantari Kasahatan Nomor
1401 Menkes/Perrtll/1991 tentang Wajib Daftar Mat Kesehatan
Kosmetlka dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dinyatakari
tetap b^aku untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun seiak
tanggal Peraturan In!dlundangkan.
(2) Permohonan Izin edar kosmetlka yang telah diajukan sebelum
berlakunya Peraturan mi diproses berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 140/Menkes/Per/ll111991 tentang Wajib Daftar Mat
Kesehatan,Kosmetlka dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
690
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 23
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Agustus 2010
ENTERI KESEHATAN,
PATRIALISAKBAR
691
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PRODUKSIALAT KESEHATAN
DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
693
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
695
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
13. Mutu adalah ukuran kuaiitas produk yang dinilai dari cara pembuatan
yang baik dan menggunakan bahan dengan spesifikasi yang sesuai
dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
14. Penanggung jawab teknis adalah tenaga kesethatan atau tenaga lain
yang memiliki pendidikan dan pengalaman dalam memproduksi alat
kesehatan dan/atau perbekalan kesehatan rumah tangga.
15. Menterl adalah Menterl yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dl bidang Kesehatan.
16. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya dl bidang kefarmasian
dan alat kesehatan.
Pasal 2
Pasal 3
697
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 4
(1) Produk alat kesehatan dan PKRT yang beredar hams memenuhi
standardan/atau persyaratan mutu,keamanan,dan kemanfaatan.
(2) Standar dan/atau persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Farmakope
Indonesia atau Standar Nasionai Indonesia (SNI) atau Pedoman
Penilalan Alat Kesehatan dan PKRT atau standar lain yang ditetapkan
oleh Menteri.
BAB II
PRODUKSI
Baglan Kesatu
Umum
Pasal 5
Pasal 6
(1) Produksi alat kesehatan dan/atau PKRT hanya dapat dilakukan oleh
pemsahaan yang memiliki sertifikat produksi.
(2) Sertifikat produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh Direktur Jenderal.
Pasal 7
(1) Jenis produk yang diizinkan untuk diproduksi hams sesuai dengan
lampiran sertifikat produksi.
(2) Penambahan jenis produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dengan addendum sertifikat untuk perluasan
produksi.
698
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
699
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 12
Pasal 13
Bagian Ketlga
Alat Rroduksi
Pasal 14
Pasal 15
700
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keempat
Bahan Baku Produksi
Pasal 16
Pasal 17
Menteri menetapkan jenis dan kadar bahan tertentu yang diizinkan dalam
produksi alat kesehatan dan/atau PKRT
Bagian Kelima
Cara Produksi
Pasal 18
Pasal 19
701
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keenam
Pemeriksaan Mutu
Pasal 20
Bagian Ketujuh
Karyawan
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Kedelapan
Sertlfikat Produksi
Paragraf I
KlaslflkasI Seitlflkat Produksi
Pasal 23
702
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Paragraf 2
Persyaratan Sertifikat Produksi
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
704
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Paragraf 3
Tata Cara Pemberian Sertifikat Produksi
Pasal 27
706
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 28
Paragraf4
Masa Berlaku Sertifikat Produksi
Pasal 30
Paragraf 5
Perpanjangan Sertifikat Produksi
Pasal 31
Paragraf6
Perubahan Sertifikat Prooluksi
Pasal 32
Paragraf 7
Pencabutan Sertifikat Produksi
Pasai 33
707
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK fNDONEStA
BAB III
PEMELIHARAAN UMUM
Pasal 34
708
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 35
BAB IV
EKSPOR
Pasal 36
709
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
PENARIKAN KEMBALI DAN PERUSAHAAN
Baglan Kesatu
Penarikan Kembali
Pasal37
Baglan Kedua
Pemusnahan
Pasal 38
Pasal 39
710
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal40
Pasal 41
BAB VIII
PELAPORAN
Pasal 43
711
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Baglan Kesatu
Pembinaan
Pasal 44
Pasal45
712
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
c. perdagangan;
d. sumberdayamanusia;
e. peiayanan kesehatan;dan
f. periklanan.
Bagfan Kedua
Pengawasan
Pasal 46
Pasal 48
Pasal 49
713
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 50
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
Pasal 52
714
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
padaiai:i|||d::^Agustus 2010
mb#|rEE^^atan
DIundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23Agustus 2010
MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA
PATRIALISAKBAR
715
Formulir 1.11
Setempat.
716
Fonnulir1.12
KONSTRULSI BANGUNAN *)
*) Terangkan mengenai bahan yang digunakan untuk bangunan tersebut, meliputi lantai,
dinding,atapdsb.
Data tersebutdilegalisir oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota Setempat.
717
Formulir1.13
718
Formulir 2
BERITA ACARA PEMERIKSAAN
SARANA PRODUKSIALAT KESEHATAN/PERBEKALAN KESEHATAN
RUMAH TANGGA
DINAS KESEHATAN
NOMOR
Pada hari tanggal bulan tahun Kami yang bertanda tangan dibawah ini
sesuai dengan Surat Perinitah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi telah melakukan
pemeriksaan setempatterhadap:
DATAPERUSAHAAN
1. NamaPabrik
2. NamaPlmpinan
3. Badan Usaha
4. NPWP
5. SlUP
6. TDI
7. AlamatS No.Telp.Pabrik
8. Alamat& No.Telp. Gudang
9. AlamatSurat Menyurat
10. NamaPenanggungJawabTeknIs
Pemeriksaan ini dilakukan adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Aiat
Kesetiatan/Perbekalan Kesefiatan RumatiTangga dengan hasiisebagai berikut:
II LOKASIDANBANGUNAN
1. Lokasi Pabrik : Kawasan Industri 0 Pemukiman ()
2. Bangunan Pabrik terdiridari : Permanen 0 Semi permanen ()
3. Ruang Pabrik terdiri dari
Administrasi ruangan
Produksi ruangan
Penyimpananbahanbaku ruangan
Penyimpananprodukjadi ruangan
Laboratorium ruangan
AlatProduksi ruangan
PRODUKSI
1. Ruangan Produksi
1.1. Ruangan dibuat berdasarkan perencanaan Ya 0 Tidak ()
1.2. Ruangan tiapjenis/bentuk produksiterpisati Ya 0 Tidak ()
719
1.3. Luas ruangan sesuai dengan kegiatan produksi
peralatan danjumlah : Ya 0 Tidak 0
1.4. Ruangan produksi
a. Bersih : Ya 0 Tidak 0
b. Ventilasi : Cukup 0 Tidak 0
c. Penerangan : Memadai() Tidak 0
d. Lantai : Semen () Keramlk 0
e. Dinding : Semen () Keramik 0
f. Langit-langit : Ada () Tidak 0
g- Alatpemadam kebakaran : Ada () Tidak 0
h. Sumberair : PAM 0 Tidak 0
1. Pengatur suhu : Ada () Tidak 0
2. Peralatan Produksi(sebutkan)
2.1 !
2.2
2.3
2.4 ;
2.5
3. PenanggungJawab:
3.1. Nama
3.2. Ijazahyangdimiliki
3.3. SertiiikatPendukung
4. TenagaTehnik
4.1. Jumlah tenaga tehnik
Nama Keahlian
1 1
2 2
3 3
4. dst 1. dst
720
IV. RUANGPENYIMPANANBAHANBAKU
1. Bersih Ya 0 Tidak 0
2. Venta'lasi Cukup 0 Tidak 0
3. Penerangan Memadai 0 Tidak 0
4. Lantai Semen 0 Keramik 0
5. Dinding Semen 0 Keramik 0
6. Langit-iangit Ada 0 Tidak 0
7. Pengatur Suhu
8. Pemadam Kebakaran Ada 0 Tidak 0
V. RUANG PENYIMPANAN PRODUKSIJADI
1. Bersih Ya 0 Tidak 0
Z Ventilasi Cukup 0 Tidak 0
3. Penerangan Memadai 0 Tidak 0
4. Lantai Semen 0 Keramik 0
5. Dinding Semen 0 Keramik 0
6. Langit-iangit Ada 0 Tidak 0
7. Pengatur Suhu
8. Pemadam Kebakaran Ada 0 Tidak 0
LABORATORIUM
1. Ruang Laboratorium Ada 0 Tidak 0
Z Alat-alat laboraton'um Ada 0 Tidak 0
3. Daftar alat laboratorium (sebutkan)...
4. Penanggungjawab Ada 0 Tidak 0
5. Surat Keijasama Laboratorium Ada 0 Tidak 0
SANRASI
1. WC & Kamar Mandi Karyawan ; Ada 0 Tidak 0
Z Tempat Sampah Akhir Ada 0 Tidak 0
3. Kamar Ganti Pakaian : Ada 0 Tidak 0
KARYAWAN
1. Jumlah orang
•
Z Jenis Pendidikan (lampirkan)
ADMINISTRASI
1. Surat Permohonan Ada 0 Tidak
2. Saiinan Akte Notaris Ada 0 Tidak
3. NPWP Ada 0 Tidak
4. Ijin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri Ada 0 Tidak
5. SlUP Ada 0 Tidak
721
Daftar Buku Kepustakaan Ada 0 Tidak 0
Surat Kesanggupan Penanggung Jawab Produksi Ada 0 Tidak 0
Perlengkapan Administrasi
8.1. Surat Pemesanan Bahan Baku Ada 0 Tidak 0
8.2. Kartu Stok Persediaan Bahan Baku Ada 0 Tidak 0
8.3. Kartu Stok Produk Jadi Ada 0 Tidak 0
9. Jenis Alkes yang diproduksi 1.
2
3. dst
1.
2.
3.
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan
NIP.
Catatan Jika memenuhi syarat setiap lembar lampiran peta lokasi, denah bangunan,
peralatan agar dilegallslrDinas Kesehatan
722
Formuiir 3
Nomor
Lampiran
Perihal Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Seitifikat
Produksi Alat Kesehatan/Perbekaian
Kesehatan Rumah Tangga
KepadaYth.
DirekturJenderai Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Ri
di-
JAKARTA
Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi.
( )
NIR
Tembusan KepadaYth.
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
2. Pimpinan Perusahaan di
723
Formulir 4
Nomor
Lampiran
Perihal Pemyataan Siap Beroperasi Pabrik
Mat Kesehatan/Perbekalan Kesehatan
RumahTanaaa
KepadaYth.
DirekturJenderal Bina Kefarmasian
dan Mat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Rl
dl-
JAKARTA
( )
TembusanVth:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
724
Lampiran 5
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Kesatu Memberikan Sertifikat ProduksiAlat Kesehatan kepada:
NamaPerusahaan
NPWP
AlamatPerusahaan
Nama Direktur/Pimpinan
Nama Penanggung Jawab
Teknis
AlamatPabrik
AlamatGudang
Kedua Sertifikat Produksi Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud Diktum
Kesatu termasuk Kelas dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Harus selalu diawasi oleh penanggung jawab teknis yang
namanyatercantum pada Surat Keputusan ini.
725
2.. Menerapkan Pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang
Baik(CPAKB).
3. Hams memberikan laporan basil produksi setiap 1 (satu) tahun
sekali kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmaslan dan Alat
Kesehatan, tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota sesuai lokasi.
4. Memiliki laboratorium sendiri atau bekerjasama dengan
laboratoiium yang diakui untuk melakukan analisa dan
pemeriksaan terhadap bahan produksi yang digunakan dan
produkakhir.
5. Melaksanakan produksiAlat Kesehatan sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor1189/MENKES/PER/VIII/2010tentang
Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga,dan peraturan lainnya yang terkait.
Ketiga Sertifikat produksi berlaku 5 (lima) tahun terhitung sejak tangga!
dikeluarkan.
Keempat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan peninjauan atau perbaikan sebagaimana
mestinya apabila terdapatkekeliman dalam penetapan ini.
Ditetapkan di Jakarta
Padatanggal
DIREKTUR JENDERAL
NIP.
Tembusan Yth:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri di Jakarta.
4. DirekturJenderal Bea dan Cukai di Jakarta.
726
UMPIRAN KEPUTUSAN DiREKTUR JENDERAL
BINAKEFARMASIAN DAN ALATKESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
NOMOR :
TANGGAL
PERALATAN
PERALATAN,
PERALATAN
PERALATAN
Dengan kentuan bahwa Alat Kesehatan tersebut harus mendapatkan persetujuan Izin edar
sebelumdiedarkan.
DIREKTUR JENDERAL
NIP.
727
Lampiran 6
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BiNA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR:
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Kesatu Memberikan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan kepada:
Nama Perusahaan
NPWP
Alamat Perusahaan
Nama Direktur/Pimpinan
Nama Penanggung Jawab
Teknis
AlamatPabrik
AlamatGudang
Kedua Sertifikat Produksi Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud Diktum
Kesatu termasuk Kelas dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Hams selalu diawasi oleh penanggung jawab teknis yang
namanya tercantum pada Surat Keputusan ini.
728
2. Menerapkan Pedoman Cara Produksi Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang Baik(CPKRTB).
3. Harus memberikan laporan hasil produksi setlap 1 (satu) tahun
sekall kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Mat
Kesehatan, tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota sesuai lokasi.
4. Memiliki laboratorium sendiri atau bekerjasama dengan
laboratorium yang diakui untuk melakukan anaiisa dan
pemeriksaan terhadap bahan produksi yang digunakan dan
produkakhir.
5. Melaksanakan produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
• 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Mat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dan peraturan
lainnyayangterkait.
Ketiga Sertifikat produksi berlaku 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
dikeluarkan.
Keempat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan peninjauan atau perbaikan sebagaimana
mestinya apabilaterdapatkekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di Jakarta
Padatanggal
DIREKTUR JENDERAL,
NIP.
Tembusan Yth:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri di Jakarta.
4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta.
729
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BINAKEFARMASIAN DAN ALATKESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
NOMOR
TANGGAL
Jenis Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang diizinkan dikemas ulang dan diuji ulang;
DIREKTUR JENDERAL,
NIP.
730
Formulir 7
KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
DIREKTORATJENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Nomor
Lampiran
Peiihal Penundaan Penerbitan Sertifikat ProduksiAlat Kesehatan I
Perbekalan Kesehatan Rumah Tanaaa
KepadaYth.
di-
Demikianlah untukdimaklumi.
DIREKTURJENDERAU
NIP.
TembusanYth:
1. KepalaDinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
731
FormulirS
KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
DIREKTORATJENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Nomor
Lampiran
Perihal Penolakan Permohonan
Sertifikat ProdukslAlat Kesehatan/Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
KepadaYth.
di-
DIREKTURJENDERAL,
NIP.
TembusanVth;
1. KepalaDinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
732
Lampiran 9
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Kesatu Memberikan Sertifikat ProduksiAlat Kesehatan kepada;
NamaPerusahaan
NPWP
AiamatPerusahaan
Nama Direktur/Pimpinan
Nama Penanggung Jawab
Teknis
AiamatPabrik
AlamatGudang
Kedua Sertifikat Produksi Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud Diktum
Kesatu termasuk Kelas dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Hams seialu diawasi oleh penanggung jawab teknis yang
namanya tercantum pada Surat Keputusan ini.
733
2. Menerapkan Pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang
Baik(CPAKB)dalam hal sarana,dokumentasi,hygiene sanitasi.
3. Hams memberikan laporan hasil produksi setiap 1 (satu) tahun
sekali kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, tembusan kepada Dinas Kesehatan Provlnsi dan
Kabupaten/Kota sesuai lokasi.
4. Memiliki laboratorium sendlri atau bekerjasama dengan
iaboratorium yang diakui untuk melakukan analisa dan
pemeriksaan terhadap bahan produksi yang digunakan dan
produkakhir.
5. Melaksanakan produksi Alat Kesehatan sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1189/MENKES/PERA/lll/2010tentang
Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga,dan peraturan lainnya yang terkait.
Ketiga Sertifikat produksi beriaku 5 (lima) tahiih terhitung sejak tanggal
dikeluarkan.
Keempat Keputusan ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan peninjauan atau perbaikan sebagaimana
mestinya apabila terdapat kekeliman dalam penetapan ini.
Ditetapkan di Jakarta
Padatanggal
DIREKTUR JENDERAL,
NIP.
Tembusan Yth:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri di Jakarta.
4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta.
734
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BINAKEFARMASIAN DAN ALATKESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
NOMOR
TANGGAL
PERALATAN
PERALATAN
PERALATAN
PERALATAN
Dengan kentuan bahwa Alat Kesehatan tersebut hams mendapatkan persetujuan izin edar
sebelumdiedarkan.
DIREKTUR JENDERAL
NIP.
735
Lampiran 10
TENTAN6
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Kesatu Memberikan Sertifikat ProduksiAlat Kesehatan kepada;
NamaPerusahaan
NPWP
AlamatPerusahaan
Nama Direktur/Pimpinan
Nama Penanggung Jawab
Teknis
AlamatPabrik
AlamatGudang
Kedua Sertifikat Produksi Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud Diktum
Kesatu termasuk Kelas dengan ketentuan sebagai
berikut;
1. Harus selalu diawasi oleh penanggung jawab teknis yang
namanya tercantum pada Surat Keputusan ini.
736
2. Menerapkan Pedoman Cara Produksi Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang Baik(CPKRTB).
3. Hams memberikan laporan hasil produksi setiap 1 (satu) tahun
sekali kepada Direktur Jenderal BIna Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota sesuai lokasi.
4. Memiliki laboratorium sendiri atau bekerjasama dengan
iaboratorium yang diakul untuk melakukan anallsa dan
pemeriksaan terhadap bahan produksi yang digunakan dan
produkakhir.
5. Meiaksanakan produksi Perbekaian Kesehatan Rumah Tangga
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1189/MENKES/PERA/iil/2010 tentang Produksi Aiat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dan peraturan
lainnyayangterkait.
Ketiga Sertifikat produksi beriaku 5 (iima) tahun terhitung sejak tangga!
dikeluarkan.
Keempat Keputusan ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan peninjauan atau perbaikan sebagaimana
mestinyaapabiiaterdapatkekeiiman dalam penetapan ini.
Ditetapkan di Jakarta
Padatanggal
DIREKTUR JENDERAL,
NIP.
Tembusan Yth:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri di Jakarta.
4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta.
737
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BINAKEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
NOMOR :
TANGGAL :
Jenis Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang diizlnkan dikemas ulang dan diuji ulang
DIREKTURJENDERAL,
NIP.
738
Lampiran 11
TENTANG
1
2
3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Kesatu Mencabut Keputusan Nomor tanggal
tentang Pemberlan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan I
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga kepada
Kedua Keputusan Inl mulal beriaku sejak tanggal ditetapkan.
DItetapkandlJakarta
Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL,
NIP.
TembusanYth:
1. Menteri Kesehatan Rl
2. DIrektur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dl Jakarta.
3. DIrektur Jenderal Bea dan Cukal dl Jakarta.
4. Kepala DInas Kesehatan Provinsi
5. Kepala DInas Kesehatan Kabupaten/Kota
739
Formulir 12
LAPORAN PRODUKSI
ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
Tahun Produksi
NamaPerusahaan
NomorSertifikatProduksi ;
( )
Direktur I Penanggung Jawab Teknis
740
Formulir13
Saksi-saksi
1. Nama
NIP/NIK
Jabatan
2. Nama
NIP/NIK
Jabatan
200.
Yang melakukan pemusnahan.
Saksi-saksi:
1
2
741
Formulir 14
LAPORAN PRODUKSI
ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
OLEH PRODUSEN
Tahun
.20.
(, )
Direktur/ Penanggung Jawab Teknis
742
FormuiirlS
Nomor
Lampiran
Perihal Hasii Pembinaan dan Pengawasan Sarana
Produksi Alat Kesehatan I Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
KepadaYth.
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Ri
di-
JAKARTA
Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi
NIP
743
LAPdRAN HASIL PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
SARANAPRODUKSI
ALAT KESEHATANIPERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
Tahun
Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi
NIP
744
Formulir 1
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan Sertifikat Produksi Alat
Kesehatan/Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
1. NamaPemohon
AlamatPemohon
2. NamaPabrik
AlamatPabrik
Badan Usaha
4. NPWP
SlUP
TDI
Status Permodalan
6. AlamatSuratMenyuratdan
NomorTelepon
AlamatGudang
Pemohon,
745
Formulir 1.1
746
Formulir 1.2
*) Agar dilampirkan fotocoy atau salinan dan denah bangunan serta keterangan-
keterangan yang diperiukan.
Koreksi aske gambar denah bangunan dilegalisir / diketahui oieh pejabat yang
berwenang.
747
Fonnulir1.3
748
Fomnulir 1.4
*) Lampirkanfotocopysuratizintersebut.
749
Foniiulir1.5
750
Fonnulir1.6
751
Formulir 1.7
*) Harap ditulis selengkap mungikn Mat dan Perlengkapan Produksi yang dimiliki antara
lain nama alat, merek,ukuran,tahun pembuatan,jumlah dsb.
Daftar tersebut harus dilegallsir oleh/diketahui oleh Dinas Kesehatan
Provlnsi/Kabupaten setempat.
752
Formulir1.8
753
Formulir1.9
Harap ditulis semua buku yang dimiliiki terutama yang berhubungan dengan teknik
pembuatan dan pemeriksaan mutu antara lain nama buku,edisi dan tahun penerbitan
pengarang,jumlah dan sebagalnya.
Daftar tersebut harus dilegalisir oleh/dlketahul oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten setempat.
754
Formulir 1.10
*) Agar djlampirkan foto copy ijazah atau sertifikat yang dimiliki oleh penanggung jawab
teknisproduksi.
755
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
757
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
758
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
759
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
760
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 2
Pasal 3
761
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB II
IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PKRT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
Pasal 5
762
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONEStA
Pasal 7
-Perakitandalam
ulang wajib memiliki izin edarsebagaimana dimaksud atau Pasal
pengetnasan
5.
Pasal 8
Pasal 9
(1) Alat kesehatan dan/atau PKRT yang mendapat Izin edar hams
iTiGmenuhi krftGria SGbagai bGiikut:
a. keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan, yana dlbukbkan
Skar lain yS
"■ ''k"u '^®'"anfaatan PKRT dibuktlkan dengan
teda?
tedar vano ^ilarang
yang telah ditentukan sesual dan tidak
peraturan meleblhl
dan/atau data batas
kllnis
atau data lain yang diperlukan; dan
C. mutu, yang dinllal dari cara pembuatan yang balk dan
menggunakan bahan dengan speslflkasi yang sesual dan
mamenuhi pGrsyaratan yang ditantukan.
763
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Ketiga
Tata Cara Permohonan Izin Edar
Pasal 10
(1) Permohonan izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT diajukan kepada
Direktur Jenderal dengan mengisi formuiir pendaftaran dan
melampirkan kelengkapan yang diperiukan sesuai dengan contoh
dalam Formuiir 1 dan Formuiir2sebagaimanaterlampir.
(2) Tata cara penilaian dan alur proses permohonan izin edar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 11
(1) Permohonan izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT produksi dalam
negeri diajukan oleh;
a. Perusahaan yang memproduksi dan/atau melakukan perakitan
dan/atau rekondisi/remanufaktur dan/atau makloon alat
kesehatan dan/atau PKRT yang telah mendapat sertifikat
produksi.
b. PAK yang telah memiliki izin penyalur dan ditunjuk sebagai agen
tunggal dari perusahaan yang memproduksi alat kesehatan dalam
negeri.
0. Perusahaan pemilik merek dagang produk PKRT yang melakukan
makloon kepada perusahaan yang telah memiliki sertifikat
produksi PKRT.
(2) Permohonan izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT impor diajukan
oleh:
a. PAK yang telah memiliki izin atau Importir PKRT yang memiliki
penunjukan dari perusahaan atau penvakilan usaha yang memiliki
kuasa sebagai agen tunggal dengan mencantumkan jenis produk
yang diageni serta diketahui oleh penvakilan Republik Indonesia
setempat,dengan masa penunjukan minimal2(dua)tahun.
764
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
PAK yang telah memiliki izin atau impoitir PKRT yang bukan agen
untuk mendater
esehaten dan/atau PKRT dari perusahaan pembuat Ifa"
alat
SlSeri PKRTatau perusahaan penanggungjawabdi
Pemsahaan yang telah memiliki sertifikat produksi untuk
melakukan perakitan/pengemasan kembali produk impor.
Pasal 12
Pasat13
Pasal 14
Pasal 15
sebagaSateSmdalamLaS^^^
765
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
766
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 19
Pasal 20
Bagian Keempat
Masa Bertaku Izin Edar
Pasal 21
Izin edy berlaku selama 5 (lima) tahun atau sesuai denaan masa
diperbaharui sepanjang
Pasal 22
767
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Kelima
Perpanjangan Masa Berlaku Izin Edar
Pasal 23
Bagian Keenam
Perubahan izin Edar
Pasal 24
768
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK fNDONESrA
Bagian Ketujuh
Pelaporan
Pasal 25
Perusahaan yang memiliki izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT wajib
menyampaikan laporan hasil monitoring efek samping secara berkala
1(satu) tahun sekali, sasuai contoh dalam Fonnulir 3 sobagaimana
teriamplr.
BAB 111
PENANDAAN ALAT KESEHATAN DAN/ATAU PKRT
Pasal 26
769
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BAB IV
IKLAN ALAT KESEHATAN DAN/ATAU PKRT
Pasai 27
Pasai 28
Iklan mengenai alat kesehatan dan/atau PKRT pada media apapun hams
mengikuti ketentuan peraturan pemndang-undangan dan dilaksanakan
dengan memperhatikan etika peiiklanan.
Pasai 29.
770
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABV
PEMELIHARAAN MUTU
Pasal 30
Pasal 31
BABVi
EKSPOR DAN IMPOR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
771
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 33
Bagian Kedua
Produk Bukan Baru dan Produk Rekondlsi
Pasal 35
(1) Produk alat kesehatan dan/atau PKRT bukan bam tidak dapat dllmpor,
digunakan, dan/atau diedarkan dl wllayah Republlk Indonesia tanpa
persetujuan khusus dari Menteri.
(2) Ketentuan leblh lanjut mengenal Surat Persetujuan Khusus
sebagalmana dimaksud pada ayat(1)ditetapkan oleh Menteri.
772
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 36
(1) Produk aiat kesehatan elektromedik tertentu yang telah direkondisi
atau remanufakturing dengan persyaratan tertentu hanya dapat
diimpor, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia
setelah mendapatizin edar.
(2) Produk aiat kesehatan elektromedik tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan peraturan perundano-
undangan. ^
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai aiat kesehatan elektromedik tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat(1)diaturoleh Direktur Jenderal.
Pasal 37
Aiat kesehatan rekondisi atau remanufakturing wajib mencantumkan label
rekondisi/remanufaktur"pada setiap aiat yang diedarkannya.
BAB VII
PERSEUSIHAN KEAGENAN
Pasal 38
(1) Dalam ha! terjadi perselisihan akibat pemutusan keagenan antara
^rusahaan yang memproduksi aiat kesehatan dan/atau PKRT
dengan f^rusahaan pemegang nomor izin edar, wajib diselesaikan
dalam waktu maksimaf3(tiga)bulan.
perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat
I selesai, Direktur Jenderal dapat mencabut izin edar aiat
kesehatan dan/atau PKRT.
(3) Untuk menjamin kelangsungan pelayanan kesehatan, Direktur
Jenderal dapat memberikan izin edar sementara kepada perusahaan
nfiH?.
dikeluarkannya sebagai agen
keputusan tunggal
hukum yang sah, sampai dengan
yang tetap.
773
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABVm
RERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 39
Pasal 40
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pemblnaan
Pasal 41
774
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 43
Pasal 44
775
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 45
Bagian Ketlga
Tanggung Jawab
Pasal 47
(1) Dalam hal adanya indikasi kerugian akibat penggunaan alat kesehatan
dan/atau PKRT, dapat dilakukan penelusuran untuk segera diambil
tindakan lebih lanjut berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan.
776
MEHTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
(2) Penelusuran
kegiatan yang sebagaimana dimaksud pada
dilakukan oleh Pemerintah, ayat (1)
pemerintah merupakan
daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota, produsen, importir, dan
distributor seteiah diketahui ada efek yang tldak dilnglnkan dan produk
alat kesehatan dan PKRT.
(3) Penelusuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota,produsen,penyalur dan/atau importir.
(4) Produsen, penyalur dan importir yang melakukan penelusuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melaporkan hasilnya
I serta tindakan lebih lanjut yang diambil kepada Pemenntah.
I
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
777
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
778
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemusnahan dan pelaporan alat
kesehatan dan/atau PKRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Pasal
51,pasal52dan Pasal53ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Bagian Keenam
Sanksi
Pasal 55
Pasal 56
779
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal57
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Pasal 59
780
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23Agustus2010
ESEHATAN,
DIundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Agustus 2010
PATRIALISAKBAR
781
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor :1190/MENKES/PERV/III/2010
Tanggai :23 Agustus 2010
A. ALAT KESEHATAN
1. Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya
tidak rnenyebabkan akibat yang berarti. Peniiaian untuk alat
kesehatan ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk.
2. Kelas lla
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti
kepada pasien tetapi tidak rnenyebabkan kecelakaan yang
serius. alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai
tetapi tidak memerlukan uji klinis.
3. Kelas lib
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti
kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang
serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko
dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan
uji klinis.
4. Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya
dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau
perawat/operator. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu
mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap
termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai
serta memerlukan uji klinis.
782
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
783
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
4. PERALATAN ANESTESI
a. Peralatan Anestesi Diagnostik
b. Peralatan Anestesi Pemantauan
c. Peralatan Anestesi Terapetik
d. Peralatan Anestesi Lainnya
5. PERALATAN KARDIOLOGI
a. Peralatan Kardiologi Diagnostik
b. Peralatan Kardiotogi Pemantauan
c. Peralatan Kardiologi Prostetik
d. Peralatan Kardiologi Bedah
e. Peratatan Kardiologi Terapetik
6. PERALATAN GIGI
a. Peralatan Gigi Diagnostik
b. Peralatan Gigi Prostetik
c. Peralatan Gigi Bedah
d. Peralatan Gigi Terapetik
e. Peralatan Gigi Lainnya
8. PERALATAN GASTROENTEROLOGI-UROLOGI(GU)
a. Peralatan GU Diagnostik
b. Peralatan GU Pemantauan
c. Peralatan GU Prostetik
d. Peralatan GU Bedah
e. Peralatan GU Terapetik
785
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2. SEDIAANUNTUKMENCUCI
a. Sabun cuci
b. Deterjen
c. Pelembut cucian
MENTERIKESEHATAN
REPUBLfK INDONESIA
d. Pemutlh
e. Enzim pencuci
f. Pewangi pakaian
g. Sabun cud tangan
h. Sediaan untuk mencuci lainnya
3. PEMBERSIH
a. Pembersih peralatan dapur
b. Pembersih kaca
c. Pembersih lantai
d. Pembersih porselen
e. Pembersih kloset
f. Pembersih mebel
g. Pembersih karpet
h. Pembersih mobil
i. Pembersih sepatu
j. Penjemih air
k. Pembersih lainnya
4. ALATPERAWATANBAYI
a. Dot dan sejenisnya
b. Popok bayi
0. Botol susu
d. Alat perawatan bayi lainnya
5. ANTISEPTIKADANDESINFEKTAN
a. Antiseptika
b. Disinfektan
0. Antiseptika dan disinfektan lainnya
6. PEWANGI
a. Pewangi ruangan
b. Pewangi telepon
c. Pewangi mobil.
d. Pewangi kulkas
e. Pewangi lainnya
787
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
ITERI KESEHATAN,
Formullr 1
Formulir Pendaftaran Alat Kesehatan
ALAT KESEHATAN
DALAMNEGERI □
IMPORT □
Jakarta
Tanda Tangan Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis PImpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
789
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA A
DATAADMINISTRASI
NAMAPRODUK
NAMA PERUSAHAAN YANG
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
NAMAPABRIK
ALAMAT PABRIK
TIPE/UKURAN
790
HENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA B
INFORMASIPRODUK
NAMAPRODUK
NAMA PERUSAHAAN YANG
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
NAMAPABRIK
ALAMAT PABRIK
TIPE/UKURAN
1 UraianAlat:
• carapenggunaan
• indikasipenggunaanalat
• brosur
• material produk
• kadaluwarsa(untuk produk steril yang memiliki kadaluwarsa)
2 DeskripsI dan fiturAlat Kesehatan
3 Tujuan penggunaan
4 indikasi
5 Petunjuk penggunaan
6 Kontra indikasi
12 Intbimasi Pabrik
13 Proses Produksi
791
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA C
INFORMASISPESIFIKASI DAN JAMINAN MUTU
MAMA PRODUK
MAMA PERUSAHAAN YANG
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
NAMAPABRIK
ALAMAT PABRIK
TIPE/UKURAN
12 Berikan data hasil uji analisis dan/atau uji klinis (spesifisitas, sensitifitas
dan stabilitas untuk pereaksi/produk diagnostik in vitro.
13 Berikan hasil uji analisis atau hasil uji klinis dan keamanan alat kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
FORMULA D
PENANDAAN DAN PETUNJUK PENGGUNAAN
NAMA PRODUK
NAMA PERUSAHAAN YANG
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
NAMAPABRIK
ALAMAT PABRIK
TIPE/UKURAN
FORMULA E
POST MARKET EVALUATION
NAMAPRODUK
NAMA PERUSAHAAN YANG
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
NAMAPABRIK
ALAMAT PABRIK
TIPE / UKURAN
794
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Formulir 2
Formullr Pendaftaran Perbekalan Kesehatan Rumah Tanqqa
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
ALAT KESEHATAN
Jakarta
Tanda Tangan Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
795
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA AA
FORMULA / KOMPONEN & PROSEDUR PEMBUATAN
NAMAPKRT
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
1. Berikan formulia (kualitatif dan kuantitatif) serta fiingsi setip bahan yang
digunakan.
796
MENTERi KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA BB
SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN WADAH
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
797
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
FORMULA CC
SPESIFIKASI DAN STABILITAS PRODUK JADI
NAMAPKRT
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
798
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA DD
KEGUNAAN DAN CONTOH
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
799
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
ALAT KESEHATAN
Jakarta
Tanda Tangan Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
800
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA AA
FORMULA / KOMPONEN & PROSEDUR PEMBUATAN
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
1. Berikan formula (kualitatif dan kuantitatif) serta fungsi setiap bahan yang
digunakan.
801
I
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA BB
SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN WADAH
NAMAPKRT
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
802
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
FORMULA CC
SPESIFIKASI DAN STABILITAS PRODUK JADI
NAMAPERUSAHAANYANGMENDAFTARKAN :
NAMAPKRT
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
803
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
FORMULA DD
KEGUNAAN DAN CONTOH
NAMAPKRT
BENTUK
WARNA
KEMASAN
NETTO/ISI
KETERANGAN LAIN
804
MENTERI KESEHATAN
REPUBLiK INDONESIA
Formulir 3
Laooran Efek Sampina Produk Selama Beredar di Pasaran
KOPS SURAT
.20.
( )
Direktur / Penanggung Jawab Teknis
805
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
TENTANG
807
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasai 1
809
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 2
810
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 4
BAB II
PENYALURAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Penyaluran alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh PAK, Cabang
PAK,dan toko alat kesehatan.
(2) Selain penyalur sebagaimana dimaksud pada ayat(1), alat kesehatan
tertentu dalam jumlah terbatas dapat disalurkan oleh apotek dan
pedagang eceran obat.
811
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Kedua
Perizlnan
Paragraf 1
Umum
Pasal 9
(1) Setiap PAK,Cabang PAK,dan toko alat kesehatan wajib memiliki izin.
(2) Izin PAK sebagaimana dimaksud pada ayat(1)diberikan oleh Direktur
Jenderal.
(3) Izin Cabang PAK sebagaimana dimaksud pada ayat(1)diberikan oleh
kepala dinas kesehatan provinsi.
(4) Izin toko alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pasal 10
812
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 11
Terhadap pemberian izin PAK, izin Cabang PAK, dan izin toko alat
kesehatan dikenakan biaya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 2
Persyaiatan dan Tata Cara
Pasal 12
Pasal 13
Untuk dapat diberikan izin PAK, pemohon hams mengikuti tata cara
sebagai berikut:
a, pemohon hams mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal melalui kepala dinas kesehatan provinsi setempat, dengan
menggunakan contoh Formulir I sebagaimana teriampir;
b. Kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 12(dua belas)
hari keija sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi
dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk,membentuktim
813
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 14
814
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
815
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Paragraf 3
Izin Cabang PAK
Pasal 18
Pasal 19
Untuk dapat diberikan izin Cabang PAK, pemohon hams mengikuti tata
cara sebagai berikut;
a. pemohon hams mengajukan permohonan tertulis kepada kepala dinas
kesehatan provinsi setempat, dengan menggunakan contoh dalam
Formulir8sebagaimana terlampir;
b. Kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 12(dua belas)
hari keija sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi
dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk membentuktim
pemeriksa bersama untuk melakukan pemeriksaan setempat;
c. Tim pemeriksa bersama selambat-lambatnya 12(dua belas) hari kerja
melakukan pemeriksaan setempat dan membuat berita acara
pemeriksaan dengan menggunakan contoh dalam formulir 9
sebagaimana tertampir;
d. Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota selambat lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah
menerima hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa bersama meneruskan
816
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 20
Pasal 21
817
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 22
Pasal 24
(1) Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu
dan dalam jumlah terbatas.
(2) Jenis alat kesehatan tertentu yang dapat dijual oleh toko alat
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
DirekturJenderal.
818
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 25
Pasal 26
Pasal27
Ketentuan mengenai tata cara pemberian izin toko alat kesehatan diatur
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Bagian Ketiga
Penyerahan Alat Kesehatan
Pasal 31
Bagian Keempat
Sarana dan Prasarana
Pasal 32
(1) PAK dan Cabang PAK wajib mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai untuk dapat melaksanakan dan menjamin kelancaran
pelaksanaan penyaluran pengelolaan, pengadaan,dan penyimpanan.
(2) Gudang PAK dan Cabang PAK,wajib dilengkapi dengan periengkapan
yang dapat menjamin mutu, kemananan dan kemanfaatan alat
kesehatan yang disimpan.
820
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 33
Bagian Kelima
Pemeriksaan
Pasal34
(1) PAK dan Cabang PAK harus bersedia diperiksa sewaktu-waktu oleh
petugas yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal, kepata dinas kesehatan
provinsi atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemeriksaan sarana dan prasarana, pencatatan, pengadaan, dan
penyimpanan.
821
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Bagian Keenam
Pelaporan
Pasal 35
Bagian Ketujuh
Ekspor dan Impor
Pasal 36
(1) Ekspor dan impor alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh
produsen alat kesehatan yang telah memiliki sertifikat produksi
dan/atau PAK.
(2) Produsen alat kesehatan dan/atau PAK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang akan melakukan ekspor alat kesehatan, Direktur
Jenderal dapat memberikan:
a. sertifikat bebas jual {certificate of free sale) bagi alat kesehatan
yang telah memiliki izin edar;atau
b. sertifikat bebas ekspor {certificate of exportation) bagi alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar dan diproduksi oleh
produsen yang telah memiliki sertifikat produksi.
BAGIAN III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Umum
822
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
823
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
824
MENTERl KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 44
Pasal 45
Bagian Kedua
Penarikan Kemball
Pasal 46
825
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Bagian Ketiga
Pemusnahan
Pasal 47
Pasal 49
Pasal 50
826
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
Pasal 51
Ketentuan iebih lanjut mengenai tata cara pemusnahan dan pelaporan alat
kesehatan diatur oleh Direktur Jenderal.
Bagian Keempat
Tindakan Administratif
Pasal 52
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
(1) Pada saat Peraturan ini mulai beiiaku, izin PAK,izin Cabang PAK,izin
sub PAK dan izin toko alat kesehatan yang telah diterbitkan
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
827
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BABV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Pasal 55
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23Agustus 2010
NTERI KESEHATAN
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23Agustus2010
PATRIALISAKBAR
829
Formulir 1
Nomor
Lampiran lembar
Perihal Permohonan Izin PenyalurAlatKesehatan
KepadaYth,
DirekturJenderal
Kementerian Kesehatan Rl
Jl. HR Rasuna Said Blok X5Kav.4-9
dl-
JAKARTA.
Bersama in! kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Penyalur Alat
Kesehatan dengan data-data sebagai bedkut
1. Pemohon
a. Nama Pemohon
b. Alamatdan NomorTelpon
2. Perusahaan
a. Namabadanhukum
b. Alamat Kantordan NomorTelepon
0. Alamat Gudang dan NomorTelpon
d. Alamat Bengkel/Workshop
Nomor Telepon
e. AkteNotarisPendirian Perusahaan
yang telah disahkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM(terlampir)
f. Nomor PokokWajibPajak(NPWP)
g. NomorSuratIzin Usaha Perdagangan
(SlUP) :
h. Pimpinan Perusahaan
(Daftar nama Direksi & Dewan Komisaristerlampir)
830
4.TenagaTeknisi:
a. Nama
b. Ijazah
c. Sertlfikat Penunjang PJT
5. Lampiranbeaipa:
a. PetaLokasi&DenahBangunan
b. Jenis/macamalatkesehatan
yangakandiedarkan
Demikianlah permohonan kami, atas perbatian dan persetujuan Bapak kami ucapkan
terimakasih.
Pemohon,
Materai
TembusanKepadaYth;
1. KepalaDinasKesehatanProvinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
831
Formulir 2
DINASKESEHATAN
NOMOR
Pada had ini tanggal Bulan tahun kami yang bertanda tangan
dibawah ini sesuai dengan Surat Perintah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
telah meiakukan pemeiiksaan setempatterhadap
1. NamaBadanhukum
2. NamaPimpinanPerusahaan
3. NPWP
4. Alamat& NomorTeip.Perusahaan
5. Alamat Gudang
6. Alamat Bengkei/Workshop
Pemeiiksaan ini diiakukan adaiah sebagai persyaratan untuk memperoleh izin Penyalur
Alat Kesehatan dengan hasii sebagai berikut;
832
II. GUDANGPENYIMPANAN
1. JumlahGudangtempatpenylmpanan
2. Ruang Penyimpanan satu bangunan
dengan ruangan administFasi
3. Ru£^Penyimpanan alatkesehatan
terpisah dari barang lain.
IV. KARYAWAN
Y. ADMINISTRASI
833
7.2. Kartu Pembelian : Ada 0 Tldak 0
Z.S.KartuGudang : Ada 0 Tidak 0
7.4. Kartu Barang ; Ada 0 Tidak 0
7.5. Kartu Penjualan ; Ada 0 Tidak 0
8.Jenis/macamAlatkesehatan yang akan diedarkan
Mengetahui, PetugasPemeriksa
Pimpinan/Direktur Nama NIPTandaTangan
Perusahaan
1.
2.
3.
)
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan
(
NIP.
Catalan: Jika niemenuhl syaiat setiap lembar lampiran peta lokasi, denah bar^unan,
peralatan agardilegallsir Dina Kesehatan.
834
Formulir 3
Nomor
Lampiran
Perihal Laporan Hasil Pemeriksaan
PenyalurAlat Kesehatan.
KepadaYth.
DirekturJenderai
Kementerian Kesehatan Rl
di-
JAKARTA
( )
NIP.
(') coretyangtidakperlu
Tembusan KepadaYth,
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
2. Direktur di
835
Formulir4
Nomor
Lampiran
Perihal Pemyataan Siap Beroperasi Penyalur
AlatKesehatan
KepadaYth.
Direktur Jenderal
Kementerian Kesehatan Rl
di-
JAKARTA
Denganhormat,
Direktur/Pimpinan Perusahaan
( )
Tembusan KepadaYth.
1. KepalaDinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
836
Formulir 5
KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
DIREKTORATJENDERAL
Nomor
Lampiran
Perihal Penundaan Izin PenyalurAlatKesehatan.
KepadaYth.
di
DIrektur Jenderal
( )
NIP
Tembusan Kepada Yth,:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
837
Formulir 6
DIREKTUR JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN
838
dengan ketentuan sebagai berikut;
1. Harus selalu diawasi oleh Penanggung Jawab Teknis yang
namanya tercantum pada surat keputusan ini.
2. Hams mematuhi peraturan pemndang-undangan yang berlaku.
3. Melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran alat kesehatan dengan sebaik-baiknya sesuai
ketentuan yang berlaku.
4. Izin PenyalurAlat Kesehatan berlaku untuk setemsnya selama
pemsahaan PenyalurAlat Kesehatan yang bersangkutan masih
aktif melakukan kegiatan usahanya dan berlaku untuk selumh
Wilayah Republik Indonesia.
Kedua Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan bahwa
akan diadakan peninjauan atau pembahan sebagaimana mestinya
apabila terdapat kekurangan atau kekeliman dalam penetapan ini.
Ditetapkandi : Jakarta
Padatanggal ;
DiREKTURJENDERAL,
NIP
839
Formullr 7
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR:
TENTANG
PENCABUTANIZIN PENYALUR ALAT KESEHATAN
DIREKTUR JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU Mencabut Surat Keputusan Direktur Jenderal Nomor
tanggal Tentang Pemberian Izin Penyalur Alat
Kesehatan kepada
KEDUA Keputusan in!muiai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
DItetapkandi JAKARTA
Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL,
NIP
Tembusan Kepada Yth. '
1 Menteri Kesehatan Rl.
2. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri di Jakarta.
3. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta.
4. Dinas Kesehatan Provinsi
5. Gabungan Penguasaha Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia di Jakarta
840
FormulirS
Nomor
Lampiran lembar
Perihal Permohonan Izin Cabang PenyalurAlat Kesehatan.
KepadaYth,
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi
di-
Bersama ini Kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Cabang PenyalurAlat
Kesehatan dengan data-datasebagai berikut:
1. Pemohon
a. Nama Pemohon :
b. Alamatdan NomorTelpon
2. Perusahaan
a. Namabadanhukum :
b. AlamatKantordan Nomor :
Telepon
0. AlamatGudang dan Nomor
Telepon
d. Alamat Bengkel/Workshop dan :
Nomor Telepon
e. AkteNotarisPendirian :
Perusahaan yang telah disahkan
oleh Kementerlan Hukum
danHAM(terlampir)
f. NomarPokokWajibPajak
(NPWP)
g. NomorSurat Izin Usaha
Perdagangan(SIUP)
h. Pimpinan Perusahaan
(Daftarnama Direksi& Dewan
Komlsaristeriampir)
3. Penanggung Jawab Teknis
a. Nama
b. Ijazah
0. SuratPeijanjian Keija sebagai
Penanggung Jawab Teknis
(terlampir)
d. Sertifikatpenunjang
841
4. TenagaTeknisi
a. Nama ;
b. Ijazah :
c. SertifikatPenunjang
5. Lampiranbempa
a. Petalokasl&DenahBangunan :
b. Jenis/macamalatkesehatan
yangakandiedarkan
Demikianlah permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak kami ucapkan
terimakasih.
Pemohon,
Materai
( )
842
Formulir 9
NOMOR
1. NamaBadanhukum
2. NamaPimpinanPerusahaan
3. NPWP
4. Alamat& NomorTelp.Perusahaan
5. AlamatGudang
6. AlamatBengkel/Workshop
Pemeriksaan ini dilakukan adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh Izin Penyalur
Alat Kesehatan dengan hasii sebagai berikut:
843
II. GUDANGPENYIMPANAN
IV. KARYAWAN
V. ADMINISTRASI
844
Periengkapan Administrasi
8.1.KartuPersediaan Ada 0 Tidak
8.2. Kartu Pembelian Ada 0 Tidak
8.3.KartuGudang Ada 0 Tidak
8.4. Kartu Barang Ada 0 Tidak
8.5. Kartu Penjualan Ada 0 Tidak
Mengetahui, PetugasPemeriksa
Pimpinan/Direktur Nama NIPTanda Tangan
Perusahaan
1.
2.
3.
)
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan
NIP.
Catatan: Jika memenuhi syarat setiap lembar lampiran peta lokasi, denah bangunan,
peralatan agardilegaiisir Dinas Kesehatan.
845
Formulir 10
Nomor
Lampiran
Perihal Laporan Hasii Pemeriksaan
Cabang PenyalurAlatKesehatan.
KepadaYth.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
di-
NIP.
(") coret yang tidak periu
Tembusan KepadaYth,
1. Direktur di.
846
Formulir 11
Nomor
Lampiran
Perihal Pemyataan Slap Beroperasi Penyalur
AiatKesehatan
KepadaYth.
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi
d'h
Denganhormat,
Direktur/Pimpinan Perusahaan
Tembusan KepadaYth.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
847
Formulir12
DINASKESEHATAN
PROVINSI
Nomor
Lampiran
Perihal : Penundaan Izin Cabang PenyalurAlat Kesehatan.
KepadaYth.
di
Demikianlah untukdimaklumi.
(
NIP
Tembusan KepadaYth,:
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
848
Formulir13
KEPUTUSAN KEPAU DINAS KESEHATAN
PROVINSI
NOMOR:
TENTANG
iZIN CABANG PENYALUR ALAT KESEHATAN
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN
849
2. Hams mematuhi peraturan pemndang-undangan yang beriaku.
3. Melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran alat kesehatan dengan sebaik-baiknya sesuai
ketentuan yang beriaku.
4. Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan beriaku untuk setemsnya
seiama pemsahaan Penyalur Alat Kesehatan yang bersangkutan
masih aktif melakukan kegiatan usahanya dan hanya beriaku
untuk WilayahProvlnsi.
Kedua Keputusan in! beriaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan bahwa
akan diadakan peninjauan atau pembahan sebagaimana mestinya
apabila terdapatkekurangan atau kekeliman dalam pehetapan ini.
Ditetapkan di;
Pada tanggal:
NIP
850
Formulir 14
KEPUTUSAN KERALA DINAS KESEHATAN
PROVINSI
NOMOR:
TENTANG
PENCABUTANIZIN CABANG PENYALUR ALAT KESEHATAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU Mencabut Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Nomor tanggal Tentang
Pemberian Izin Cabang PenyalurAlat Kesehatan kepada
KEDUA Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkandi
Padatanggal
NIP
Tembusan Kepada Yth. '
1. Menteri Kesehatan Rl.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Gabungan PenguasahaAlat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia(GAKESLAB)
Provinsi
851
Lampiran 15
UPORAN HASIL
KEGIATAN PENYALURAN*)
OLEH
PENYALUR ALAT KESEHATAN
Tahun
Jumlah Disalurkan
No Nama Produk Asal Produk **) Keterangan
Produk kepada
852
Lampiran 16
Jakarta, 20.
Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi
NIP.
853
Lampiran 17
BERITA ACARA PEMUSNAHAN AUT KESEHATAN
Pada hari ini tanggal bulan tahun telah dilakukan
pemusnahan Alat Kesehatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Pemsahaan
2. PenanggungJawabTeknis :
Saksi-saksi
1. Nama
NIP/NIK
Jabatan
2. Nama
NIP/NIK
Jabatan
,20.
Yang melakukan pemusnahan,
(: :)
Penanggung Jawab Teknis Pimpinan Pemsahaan
Saksi-saksi:
854