Anda di halaman 1dari 85

PENETAPAN KERANGKA ACUAN KERJA (JUSTIFIKASI TEKNIS)

PEKERJAAN PEMBANGUNAN JARINGAN SPAM MANOKWARI UNTUK KAWASAN MANOKWARI


SELATAN DISTRIK MANOKWARI SELATAN KAB. MANOKWARI
YANG TERDIRI DARI:

LINGKUP KEGIATAN

1 Pekerjaan Persiapan;
2 Pembangunan Talud Reservoar;
3 Pengadaan/Pemasangan Pipa GIP dia. 100 mm;
4 Pengadaan/Pemasangan Pipa GIP dia. 50 mm;
5 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 100 mm;
6 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 50 mm;
7 Pembuatan Sambungan Rumah;
8 Pekerjaan Penyelesaian.

Manokwari, 12 Desember 2020

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman


Provinsi Papua Barat
Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum

ABDUL AZIS, ST
NIP. 196612312001121037

Halaman1dari19
JUSTIFIKASI TEKNIS
USULAN KEGIATAN KONTRAK TAHUN 2021
Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan
Distrik Manokwari Selatan Kab. Manokwari

Unit Kerja Pengusul : Balai Prasarana Permukiman Wilayah Papua Barat


Satker Pelaksana : Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat.

1. Program : Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman


Kegiatan Output : Pembinaan dan Pengembangan SPAM
Sub-output : Perluasan SPAM Kabupaten/Kota di Papua – Papua Barat
: Pembangunan Fisik
2. Lokasi Kegiatan : Kawasan Distrik Manokwari Selatan dan Distrik manokwari Barat,
Kabupaten Manokwari

3. Latar Belakang : a. Pelayanan Air Minum Kota Manokwari kapasitas 60 l/det di bangun
tahun 2007 tetapi kondisinya masih berfungsi dengan baik tetapi
sebagian wilayah belum terdapat jaringan distribusi dan pelayanan;
b. Saat ini terdapat 4.200 sambungan rumah dengan target system
melayani 4.800 Sambungan, dimana kondisi yang masih baik dan aktif
sebanyak 3.000 unit SR.;
c. SPAM Kota Manokwari dikelola oleh PDAM Kabupaten manokwari;
d. Pelayanan air minum kawasan Manokwari selatan belum Optimal
Karena belum semua Wilayah di distrik manokwari selatan terjangkau
jaringan distribusi;
e. Potensi pemanfaatan SPAM Kota Manokwari sangatlah besar terutama
dengan perluasan kota dan berkembangnya perumahan KPR bersubsidi
disekitar kawasan Distrik Manokwari Selatan dan Kawasan Distrik
Manokwari Barat.
4. Manfaat : a. Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan
Kegiatan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan, Kab. Manokwari
diharapkan akan dapat memenuhi pelayanan air minum kepada 500 SR
atau sekitar 2.500 jiwa.
b. Mendukung penambahan cakupan pelayanan air minum di Kabupaten
Manokwari.
5. Lingkup : a. Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan
Pekerjaan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan, Kab. Manokwari
merupakan kegiatan:
- Optimalisasi pemanfaatan idle capacity sebesar 5 L/det untuk Sistem
yang akan di bangun;
- Pengembangan dan Perluasan jaringan distribusi dan pelayanan di
Kota Manokwari serta penambahan sambungan rumah mendukung
peningkatan cakupan pelayanan air minum Kabupaten manokwari.
b. Lingkup Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan, Kab.
Manokwari meliputi:
- Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Utama diameter 100
mm;
- Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Pelayanan diameter 50
mm dengan Sambungan Rumah.
6. Kriteria Kesiapan : a. Dokumen RISPAM Kabupaten Manokwari Tahun 2014 Disusun oleh
Pelaksanaan Bappeda Kabupaten Manokwari;
Kegiatan b. Review Dokumen DED SPAM Perkotaan Manokwari tahun 2020;
c. Lahan sudah siap karena kegiatan ini merupakan kegiatan optimalisasi
Halaman2dari19
yang mana sudah terdapat system eksisting;
d. Lembaga pengelola: PDAM Kabupaten manokwari.
7. Kategori : Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan
Prioritas Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan, Kab. Manokwari
Kegiatan merupakan prioritas:
1. Perluasan jaringan dalam rangka:
- Optimalisasi SPAM terbangun;
- Peningkatan cakupan pelayanan air minum.
8. Rencana : Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan
Pelaksanaan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan, Kab. Manokwari akan
Kegiatan dilaksanakan dengan Kontrak Tahun Tunggal TA. 2021 dengan durasi
pelaksanaan pekerjaan kegiatan selama 6 (Enam) bulan.
9. Rencana : Rencana pembiayaan pekerjaan konstruksi sebagai berikut:
Pembiayaan a. Paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
Kegiatan Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan, Kab.
Manokwari dibangun dengan perkiraan biaya sebesar Rp.
5.000.000.000,- (Lima Milliar Rupiah) yang akan dibiayai melalui
sumber pendanaan APBN Rupiah Murni yang dilaksanakan dengan
Kontrak Tahun Tunggal TA 2021.
b. Besaran uang muka adalah 20 % dari nilai kontrak.
Untuk pembiayaan pekerjaan pengawasan pelaksanaan konstruksi, sebagai
berikut:
a. Paket pekerjaan Konsultan Supervisi Perluasan SPAM Papua Barat
dengan perkiraan biaya sebesar Rp. 1.600.000.000,- (Satu Milliar Enam
Ratus Juta Rupiah) yang akan dibiayai melalui sumber pendanaan APBN
Rupiah Murni dan dilaksanakan dengan Kontrak Tahun Tunggal TA
2021;
b. Pekerjaan Konsultan Supervisi Perluasan SPAM Papua Barat dengan
perkiraan biaya sebesar Rp. 1.600.000.000,- (Satu Milliar Enam Ratus
Juta Rupiah) ini bertugas mengawasi semua paket kegiatan perluasan
SPAM pada Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi
Papua Barat Tahun Anggaran 2021;

Halaman3dari19
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Manokwari terletak pada 0,15o – 3,25o LS, 132,35o – 134,45o BT, memiliki luas
wilayah 4.863,32 km2 terbagi menjadi 9 Distrik (kecamatan), 164 Desa dan Kelurahan. Jumlah
penduduk pada 2018 adalah 188.932 jiwa (BPS 2020) dengan populasi terbesar berada di Distrik
Manokwari Barat (94.054 jiwa). Kondisi pelayanan air minum kabupaten saat ini adalah 90,32
%, dengan pelayanan melalui jaringan perpipaan masih di bawah 20 %.
Distrik Manokwri Selatan memiliki luas 544,44 km2 dengan Kelurahan Wosi sebagai Ibu Kota
Kecamatan. Jumlah Penduduk Distrik Manokwari Selatan sebesar 15.010 jiwa. Kondisi geografis
Distrik manokwari Selatan berupa Pegunungan dengan lereng terjal dan Pesisir pantai di bagian
timur yang merupakan daerah konsentrasi permukiman.

1.2. DASAR HUKUM

1. UU No. 11 Tahun 1974, tentang Pengairan


2. UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP 2005-2025
3. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4. PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
5. PP No.122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
6. Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2020
7. Permen PUPR No. 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM

1.3. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

Perlunya pembangunan sistem penyediaan air minum IKK Manokwari Kawasan Sowi, Anday dan
Arfai, Distrik Manokwari Selatan serta Kawasan Distrik Manokwari Barat dimaksudkan untuk
mengetahui potensi sumber air yang ada, yang memungkinkan dibangunnya instalasi air minum
yang andal baik dalam kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Dengan demikian pemenuhan
kebutuhan air minum dalam aktifitas kehidupan dapat terpenuhi, dan Melakukan Optimalisasi
Sistem SPAM IKK Manokwari yang pada kawasan-kawasan yang belum terdapat jaringan
distribusi dan pelayanan, agar SPAM yang di bangun dapat dimanfaatkan

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memiliki sistem penyediaan air minum yang tepat dan
berdaya guna bagi aktifitas kehidupan yang sehat di Kawasan Sowi, Arfai, dan Anday serta
Kawasan Distrik manokwari Barat (memenuhi syarat teknis kuantitas, kualitas dan kontinuitas)
yaitu :

1) Pemenuhan akses air minum kawasan Sowi, Anday dan Arfai, Distrik Manokwari Selatan dan
Kawasan Distrik Manokwari Barat
2) Membantu Pemda dalam pengembangan SPAM Kawasan Manokwari.

Sasaran yang ingin dicapai adalah masyarakat kawasan Sowi, Anday dan Arfai, Distrik
Manokwari selatan, dan Kawasan Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari.

1.4. LOKASI PROYEK

Daerah studi adalah Kawasan Distrik Manokwari Selatan, Distrik Manokwari Selatan, dan
Kawasan Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari.
1. Kelurahan Sowi, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari
Koordinat: 0o 55’ 53,08” S; 134o 00’ 59,84” E.
2. Kelurahan Manokwari Barat, Distrik Manokwari Barat
Koordinat: 0o 51’ 17,73” S; 134o 02’ 24,02” E.

Halaman4dari19
Peta lokasi Kabupaten Manokwari dapat dilihat pada peta Gambar 1.1

IKK Manokwari

Gambar 1.1 ”Peta Kabupaten Manokwari’

1.5. SUMBER PENDANAAN

Kegiatan ini dilakukan secara kontraktual dan dibiayai melalui sumber pendanaan APBN Rupiah
Murni TA 2021 yang terdapat dalam DIPA Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman, dengan
nilai pagu Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milliar Rupiah)

1.6. LINGKUP KEGIATAN


- Pekerjaan Persiapan;
- Pembangunan Talud Reservoar;
- Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP dia. 100 mm;
- Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE dia. 100 mm;
- Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP dia. 50 mm;
- Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE dia. 50 mm;
- Pembuatan Sambungan Rumah;
- Pekerjaan Penyelesaian.

1.7. KELUARAN HASIL KEGIATAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah:


a. Output
- Sesuai item kegiatan diatas (poin 1.6);
- Keberfungsian SPAM;
- Perluasan wilayah pelayanan.

b. Outcome
Jumlah penduduk yang terlayani dari output yang dibangun adalah 2.500 jiwa.

Halaman5dari19
1.8. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

• Nama : ABDUL AZIS, ST


• NIP : 196612312001121037
• Jabatan : PPK Air Minum Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Papua Barat
• E-Mail : abdulazispu@gmail.com

1.9. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender untuk
setiap tahapan pekerjaan untuk seluruh kegiatan ini.

1.10. TATA CARA PEMBAYARAN

Pembayaran dilakukan secara Sertifikat Bulanan (MC) dan dilaksanakan berdasarkan perhitungan
besarnya pembayaran prestasi pekerjaan bulanan yang dapat ditagihkan.

Halaman6dari19
2. STRUKTUR ORGANISASI

2.1. MEKANISME HUBUNGAN KERJA PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA

BALAI PRASARANA PERMUKIMAN


WILAYAH PAPUA BARAT
MARSUDI, ST, SE, MM

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat


F.X. BUDIANTORO, BE, ST

PPK Air Minum Pimpinan Perusahaan


ABDUL AZIS, ST ……………….

Direksi Pekerjaan Kepala Proyek


…………………………….. ……………………

Manajer Teknik Quality Control/Quantity Control

Garis Instruktur
Garis Koordinasi

Gambar 2.1 Hubungan Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa

Halaman7dari19
2.2. STRUKTUR ORGANISASI PENGGUNA JASA

Kepala Balai
Prasarana Permukiman Wilayah Papua Barat
Marsudi, ST, SE, MM
NIP. 196512241989031014

Kepala Satker
Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat
F.X. Budiantoro, BE, ST
NIP. 196301031990031016

Penguji SPM

Bendahara

PPK Air Minum


Abdul Azis, ST
NIP. 196612312001121037

Pelaksana Teknis Direksi Pelaksana Administrasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pengguna Jasa

Halaman8dari19
3.1 STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN PENYEDIA JASA

Manajer Proyek

Manajer Teknik Manajer Keuangan Ahli K3

Gambar 3.2. Sruktur Organisasi Manajemen Penyedia Jasa

Halaman9dari19
2.3. TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN WEWENANG

2.3.1. URAIAN TUGAS PENGGUNA JASA


1. Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat
a. Melaksanakan seluruh tugas Satuan Kerja terutama pelaksanaan rencana kerja
yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA).
b. Memimpin pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan dan
dituagkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
c. Memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada Pejabat Inti Satuan
Kerja di bawahnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian
keluaran / output yang telah ditetapkan.
d. Mengusulkan struktur organisasi dan Pembantu Pejabat Inti Satuan Kerja yang
dipimpinnya sesuai kebutuhan yang selanjutnya ditetapkan atasan langsung.
e. Menandatangani Surat Keputusan yang mengakibatkan pengeluaran (gaji non
PNS, lembur, honor vakasi, dan perjalanan dinas).
f. Melakukan pelimpahan sebagian kewenangan pelaksanaan kegiatan operasional
Satuan Kerja kepada pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibat
Pengeluaran Anggaran Belanja (Pejabat Pembuat Komitmen), amupun kepada
pejabat yang melakukan pengujian dan perintah pembayaran yang ditetapkan
oleh menteri selaku Pengguna Anggaran/Barang.
g. Menetapkan dan menandatangani Surat Keputusan Susunan Anggota Panitia
Pengadaan Barang/Jasa.
h. Menandatangani Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak (dalam hal
Kepala Satuan Kerja merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).
i. Menyetujui usulan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang diajukan oleh
pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran
Belanja untuk diteruskan kepada pejabat yang melakukan pengujian dan
Perintah Pembayaran (dalam hal Kepala Satuan Kerja tidak merangkap sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen).
j. Menyampaikan laporan seluruh kegiatan Satuan Kerja sesuai peraturan yang
berlaku.
k. Melaporkan setiap terjadinya kerugian negara menurut bentuk dan cara yang
ditetapkan, tepat pada waktunya kepada Pengguna Anggaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
l. Menyusun usulan Rencana Kegiatan Satuan Kerja Tahunan yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk
tahun berikutnya.

Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan/rencana kerja yang
tertuang dalam DIPA.
b. Bertanggung jawab semua penerimaan atau pengeluaran Anggaran Satuan Kerja
yang membebani APBN.
c. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Surat Keputusan/Surat
Perintah Kerja/Kontrak yang menandatangani serta akibat yang timbul dari Surat
Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak tersebut. (dalam hal Kepala Satuan
Kerja merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).
d. Bertanggung jawab terhadap realisasi keuangan dan pencapaian
keluaran/output yang telah ditetapkan.
e. Bertanggung jawab kepada penata usahaan dan pemeliharaan barang
milik/Kekayaan Negara Satuan Kerja.
f. Bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran melalui atasan
langsung/Pelaksana Anggaran.

Halaman10dari19
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Air Minum
a. Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa.
b. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan
penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan
bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat.
c. Menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), jadwal, tata cara
pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/pejabat
pengadaan/unit layanan pengadaan.
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia pengadaan/pejabat
pengadaan/unit layanan pengadaan sesuai kewenangannya.
e. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai
ketentuan yang berlaku.
f. Menyiapkan, menandatangani dan melaksanakan perjanian/kontrak dengan
penyedia barang/jasa.
g. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Kepala
Satuan Kerja.
h. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.
i. Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada menteri
dengan berita acara penyerahan.
j. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dimulai.
k. Melaksanakan rencana kerja sebagaimana telah ditetapkan dalam DIPA sesuai
dengan kegiatannya masing-masing berdasarkan persetujuan Kepala Satuan
Kerja.
l. Menandatangani Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan, Berita Acara Pemeriksaan
Barang, Berita Acara Serah Terima Barang/Pekerjaan.
m. Menandatangani bukti-bukti dokumen pengeluaran anggaran Satuan Kerja, baik
yang dilakukan secara kontraktual maupun swakelola.
n. Menyiapkan dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP) serta
dokumen pendukungnya dan menyampaikan kepada Pejabat
Penguji/Penandatanganan SPM dengan persetujuan Kepala Satuan Kerja.
o. Mengajukan tagihan/perintah pembayaran kepada bendahara pengeluaran
untuk pembayaran yang membebani uang persediaan.
p. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan
menyampaikannya kepada Kepala Satuan Kerja selaku atasan langsungnya.
q. Menyusun usulan Rencana Kegiatan Satuan Kerja Tahunan yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk
tahun berikutnya.

Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Surat Keputusan/Surat
Perintah Kerja/Kontrak yang menandatangani serta akibat yang timbul dari Surat
Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak tersebut. (dalam hal Kepala Satuan
Kerja merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).
b. Bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja atas realisasi keuangan dan
hasil/output kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana kerja yang ditetapkan
dalam DIPA, serta mutu hasil/output sesuai yang direncanakan.

3. Pelaksana Teknik
a. Bertanggung jawab kepada PPK.
b. Munyusun dan memutakhirkan program kerja jangka panjang, jangka
menengah, dan program tahunan serta revisinya.
c. Melaksanakan organisasi kegiatan/kegiatan dengan instansi terkait dan
membantu menangani permasalahan yang terjadi.
d. Mengkoordinasikan penanganan aspek pengelolaan lingkungan yang mencakup
studi analisa, pengamatan dan penelitian aspek lingkungan, kaitannya dengan
pekerjaan fisik baik yang akan datang, maupun yang sedang dilaksanakan.
e. Mengkoordinasikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia jasa yang diselenggarakan bagian
pelaksanaan kegiatan.

Halaman11dari19
f. Menyusun Rencana Operasi dan Kegiatan (ROK) berdasarkan Dokumen
Anggaran.
g. Melaporkan hasil koordinasi yang telah dilakukan kepada PPK.

4. Pelaksana Administrasi
a. Bertanggung jawab kepada PPK.
b. Melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja, sistem/prosedur dan
peraturan pelaksanaan di bidang organisasi kegiatan serta administrasi kegiatan,
keuangan dan administrasi umum lainnya.
c. Mengadakan dan menyiapkan surat- surat keputusan dan penugasan dalam
bidang organisasi kerja dan kepegawaian.
d. Menyiapkan/membuat draft – draft notulen rapat, administrasi kegiatan lainnya
dan membuat Berita Acara Tagihan termyn, PHO dan FHO.
e. Melaksanakan penatausahaan dan kesekretariatan kantor.
f. Melaksanakan pengelolaan dan administrasi BM/KN serta administrasi
pergudangan.
g. Menyelenggarakan administrasi verifikasi atas dokumen pembayaran dan
lainnya.
h. Menyelenggarakan pembukuan semua transaksi sesuai pedoman akuntansi.
i. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan administrasi
umum.
j. Menyusun rencana kebutuhan kegiatan akan barang – barang dan kebutuhan
kantor.
k. Mengadakan/membuat laporan administrasi kegiatan secara berkala dan
terpadu.
l. Menyusun rencana pengadaan barang, menyelenggarakan pengadaan barang
dan kebutuhan bagian pelaksanaan kegiatan.

5. Pejabat yang melakukan Pengujuan dan Perintah Pembayaran


a. Bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.
b. Menerima berkas SPP yang disampaikan oleh pejabat yang melakukan tindakan
yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja.
c. Memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check list kelengkapan berkas SPP
dan mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP.
d. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh
keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas Pagu Anggaran.
e. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :
1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan,
alamat, nomor rekening, dan nama bank).
2) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakan dengan prestasi
kerja yang dicapai sesuai yang tercantum dalam kontrak).
3) Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang
tercantum dalam DIPA).
f. Menandatangani dan menerbitan SPM sekurang-kurangnya dalam rangkap 6.
g. Menyampaikan SPM yang telah ditandatanganinya ke KPPN Semarang I.
h. Menyusun seluruh laporan kagiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan
menyampaikannya kepada Kepala Satuan Kerja.
i. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengujian dan perintah
pembayaran serta akibat yang timbul atas tindakannya meliputi aspek hukum,
peraturan perundang-undangan dan tujuan pengeluaran.

6. Bendahara Pembantu Pengeluaran


a. Menyelenggarakan pembukuan seluruh transaksi keuangan yang dilaksanakan
Satuan Kerja pada Buku Kas Hukum, Buku Pembantu, Buku Tambahan, serta
buku tambahan lainnya.
b. Mempersiapkan rincian jumlah pengajuan SPP-UP, SPP-TUP, SPP-GUP, serta
dokumen – dokumen pendukung lainnya.
c. Menandatangani Surat Permintaan Pembayaran Utang Persediaan (SPP-UP) yang
diajukan oleh PPK dan selanjutnya menyampaikan kepada pejabat yang
melakukan pengujian dan perintah pembayaran.

Halaman12dari19
d. Menandatangani SPP-LS yang pembayarannya melalui rekening bendahara.
e. Melakukan pengamanan kas serta surat – surat berharga lainnya yang berada
dalam pengurusannya (brankas) untuk menghindari terjadinya kerugian negara.
f. Melakukan pembiayaan melalui uang persediaan atas persetujuan pejabat yang
melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Satuan
Kerja untuk belanja barang.
g. Membantu Kepala Satuan Kerja dalam rangka mengadakan pengendalian dalam
hal pembiayaan kegiatan – kegiatan di dalam lingkup koordinasinya.
h. Bertanggung jawab atas pengeluaran uang persediaan.
i. Bertanggung jawab secara pribadi atas atas kerugian keuangan negara yang
berada dalam pengurusannya.
j. Bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.

7. Koordinator Pelaksanaan/Direksi Teknik


a. Mengawasi, meneliti, memberikan petunjuk dan pengarahan teknis kepada
Penyedia Jasa sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Meneliti permintaan pembayaran angsuran.
c. Mengadakan hubungan kerjasama serta koordinasi dengan instansi terkait di
wilayah pekerjaan.
d. Mengadakan pengecekan dan diskusi serta rekomendasi hasil pekerjaan secara
berkala dengan Penyedia Jasa.
e. Berwenang mengendalikan pelaksanaan pekerjaan jika terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaanya.
f. Melaporkan kepada PPK mengenai segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
g. Dalam melaksanakan tugasnya, koordinator pelaksanaan dibantu oleh pengawas
lapangan yang ditunjuk dengan SK Pejabat Pembuat Komitmen.
h. Bertanggung jawab kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

8. Pengawas Lapangan
a. Melaporkan permasalahan, kesalahan, kekurangan, sebelum dan selama
pelaksanaan pekerjaan kepada Koordinator pelaksanaan.
b. Mengecek mutu bahan sebelum pelaksanaan.
c. Mengecek persiapan peralatan / material.
d. Mengukur kuantitas material sebelum pelaksanaan.
e. Mengecek jumlah tenaga kerja.
f. Menulis laporan dan membuat catatan harian tentang kemajuan pekerjaan.
g. Berwenang melakukan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan mengatur
apabila bahan yang tidak sesuai tetap dipergunakan dan cara pelaksanaan yang
salah atau penggunaan tenaga yang tidak ahli.
h. Melaksanakan dan menyajikan pengumpulan data, pencatatan pembukuan
laporan dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan.
i. Membuat laporan – laporan kegiatan pekerjaan di lapangan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2.3.2. URAIAN TUGAS PENYEDIA JASA


1. Direktur
a. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan perusahaan.
b. Mengambil Kebijakan guna keberhasilan kegiatan yang sedang ditangani.
c. Memberikan Tugas dan Wewenang kepada staf.
d. Menandatangani kontrak, amandemen, addendum, dan berita acara.
e. Melaksanakan instruksi-instruksi yang diberikan oleh Pengguna Jasa.

2. Manajer Proyek
a. Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan pengukuran/rekayasa lapangan yang dilakukan pelaksana dan
menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat dilakukan dengan cepat
keputusan-keputusan yang diperlukan termasuk untuk pekerjaan pengembalian
kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta rekayasa
terperinci lainnya;

Halaman13dari19
b. Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi secara teratur
dan memeriksa pekerjaan pada semua lokasi di lapangan dimana pekerjaan
konstruksi sedang dilaksanakan serta member penjelasan tertulis kepada
Pelaksana mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam pekerjaan tersebut bila
dalam kontrak hanya dinyatakan secara umum;
c. Memastikan bahwa pelaksana memahami dokumen kontrak secara benar,
melaksanakan pekerjaannya sesuai spesifikasi serta gambar-gambar, dan
pelaksanan menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok
dengan keadaan lapangan untuk berbagai macam kegiatan pekerjaan;
d. Membuat rekomendasi kepada PPK untuk menerima atau menolak pekerjaan
dan material;
e. Mengkoordinasikan pencatatan kemajuan pekerjaan setiap hari yang dicapai
pelaksana pada lembar kemajuan pekerjaan yang telah disetujui;
f. Memonitor dan mengevaluasi secara seksama kemajuan dari semua pekerjaan
dan melaporkannya segera/tepat waktu kepada PPK bila kemajuan pekerjaan
terlambat sebagaimana tercantum pada buku spesifikasi umum dan hal itu
benar-benar berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian dan direncanakan.
Dalam hal demikian maka team leader juga membuat rekomendasi secara
tertulis bagaimana caranya untuk mengejar keterlambatan tersebut;
g. Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap pekerjaan
yang telah selesai.
h. Menjamin bahwa sebelum pelaksana diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan
berikutnya , maka pekerjaan-pekerjaan sebelumnya yang akan tertutup atau
menjadi tidak tampak harus sudah diperiksa/diuji dan sudah memenuhi
persyaratan dalam dokumen kontrak;
i. Member rekomendasi kepada PPK menyangkut mutu dan jumlah pekerjaan
yang tellah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap bukti pembayaran
bulanan pelaksana;
j. Mengkoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa-sketsa yang benar
untuk bahan PPK pada setiap lokasi pekerjaan;
k. Mengawasai dan memeriksa pembuatan gambar sebenarnya/terpasang (as Built
drawing) dan mengupayakan semua gambit tersebut dapat diselesaikan sebelum
Penyerahan Pekerjaan Pertama (PHO);
l. Memeriksa dengan teliti/seksama setiap gambar-gambar kerja dan
analisa/perhitungan konstruksi dan kuantitasnya yang dibuat oleh pelaksana
sebelum pelaksanaan;
m. Melakukan inspeksi secara teraturdan memeriksa pekerjaann pada semua lokasi
pakerjaan dalam kontrak membuta laporan kepada PPK terhadap hasil inspeksi
lapangan;
n. Member rekomendasi kepada PPK hasil penjaminan mutu dan keluaran hasil
pekerjaan serta pemenuhan tingkat layanan jalan terkait dengan usulan
pembayaran yang diajukan Pelaksana;
o. Mengkoordinasikan pembuatan laporan-laporan mengenai kemajuan fisik dan
keuangan proyek yang ada di bawah wewenangnya dan menyerahkan kepada
PPK serta instansi lain yang terkait tepat pada waktunya;
p. Menyusun/memelihara arsip korespondensi kegiatan, laporan harian,
mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran pembayaran, gambar
desain, laporan hasil inspeksi lapangan, laporan pemenuhan tingkat layanan
jalan dan lainnya;

3. Manajer Teknik
a) Memeriksa kesesuaian antara gambar perenanaan denganpelaksanaan di
lapangan;
b) Mengharuskan pelaksana untuk melaksanakan peraturan tentang keamanan
den keselamatan kerja;
c) Memantau hasil pekerjaan serta cara pelaksanaan yang dijalankan pelaksana;
d) Memberi instruksi kepada Pelaksana bila cara pelaksanaan dinilai tidak benar
atau membahayakan. Dalam segala hal, semua instruksi harus dicatat dalam
buku harian serta segera memberitahu kepada team leader;
e) Mencatat keadaan pekerjaan serta semua perubahan dan penyimpangan dari
perencanaan (pada lembar gambar kemajuan pekerjaan);

Halaman14dari19
f) Memeriksa dan menyetujui laporan harian yang dibuat oleh pelaksana;
g) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap pekerjaan, material
dan peralatan yang ditempatkan dilapangan apakah sudah sesuai dengan
gambar dan spesifikasi;
h) Melakukan pengawasan yang seksama atas pemasangan, pengaturan dan
penempatan paralatan laboratorium lapangan pelaksana serta memantau alat-
alat pengujian sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, peralatan laboratorium
yang ada sudah siap operasi;
i) Melaksanakan pengawasan dari hari kehari atas semua pekerjaan pengujian
yang dilaksanakan oleh pelaksana dan tenaga-tenaganya dalam rangka
pengendalian mutu material serta hasil pekerjaannya, dan memberitahukan
dengan segera secara tertulis kepada Team Leader tentang kekurangan-
kekurangan yang dijumpai baik dalam prosedur pengujian yang dipakai
maupun setiap cacat yang terdapat pada material atau mutu pekerjaannya;
j) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan serta menyerahkan
kepada Team Leader rekomendasi secara tertulis tentang disetujui atau
ditolaknya material dan hasil pekerjaan yang bersangkutan;
k) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh
pelaksana tidak kurang dari syarat minimum yang ditetapkan spesifikasi;
l) Memeriksa semua meterial/bahan yang didatangkan ke lokasi proyek sehingga
sebelum material tersebut digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi;
m) Menyerahkan kepada team leader laporan bulanan mengenai semua hasil
pengujian yang diperoleh selama bulan sebelumnya, untuk diserahkan oleh
Team Leader kepada PPK, laporan tersebut berisikan semua data laboratorium
serta pengujian dilapangan berikut risalah/kesimpulan dari data yang ada;
n) Menyiapkan format laporan penjaminan mutu pekerjaan, pengujian, hasil
pekerjaan dan kriterian penerima pekerjaan;
o) Verifikasi dan Validasi data mutu bahan, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan yang telah memenuhi persyaratan teknis;
p) Membuat rekomendasi terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaaj 9jika ada) dan
tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian;
q) Memberikan panduan dilapangan bagi personil pelaksanan mengenai
metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan;
r) Melakukan survey yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume
pekerjaan yang telak dilaksanakan;
s) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan serta
selalu memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
t) Menghitung kembali kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
u) Setiap saat mengikuti petunjuk teknis dan nasihat dari Team Leader dalam
melaksanakan tugas-tugasnya serta bekerja sama untuk menyesuaikan metode
pelaksanaan di lapangan dengan di laboratorium;
v) Melakukan pengawasan secara terus-menerus pada semua lokasi pekerjaan
konstruksi yang sedang dilaksanakan, dan memberitahu dengan segera kepada
Team Leader tentang semua pekerjaan yang tidank memenuhi/sesuai dokumen
Kontrak;
w) Semua hasil pengamatan tersebut dilaporkan secara tertulis kepada Team Leader
hari itu juga;
x) Secara terus menerus mengawasi, membuat catatan dan memeriksa semua hasil
pengukuran perhitungan kuantitas dan bukti pembayaran serta menjamin
bahwa pembayaran terhadap pelaksana sudah benar dan sesuai dengan
ketentuan dalam dokumen Kontrak;
y) Bersama-sama Pelaksanan setiap hari membuat ringkasan/risalah tentang
kegiatan Konstruksi, keadaan cuaca pengadaan material, jumlah dan keadaan
Tenaga Kerja, Peralatan yang digunakan, jumlah pekerjaan yang telah
diselesaikan, pengukuran di lapangan, kejadian-kejadian khusus, dan
sebagainya dengan menggunakan formulir laporan standart (Laporan Harian)
yang harus diserahkan/dikirim kepada Team Leader dan PPK setiap hari setelah
selesai kerja;
z) Melakukan pengawasan di Lapangan secara terus menerus terhadap semua
pekerjaan harian, termasuk membuat catatan mengenai peralatan, tenaga kerja,
dan bahan-bahan yang digunakan pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan
harian tersebut;

Halaman15dari19
å) Mengevaluasi prosedur kerja yang diajukan oleh pelaksanan dan evaluasi hasil
pekerjaan di lapangan;
ä) Melakukan inspeksi lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan;
ö) Semua hasil inspeksi dan monitoring tersebut dilaporkan secara tertulis kepada
Team Leader sebagai bahan masukan yang disampaikan kepada PPK;
aa) Memeriksa dan melakukan pengukuran keluaran hasil pekerjaan terkait
dengan usulan pembayaran serta menjamin bahwa pembayaran terhadap
pelaksana sudah benar dan seesuai dengan ketentuan dalam Dokumen
Kontrak;
bb) Membantu Team Leader mengadakan pengukuran akhir secara keseluruhan
dari bagian pekerjaan yang telah diselesaikan dan mutunya memenuhi
syarat;

4. Manajer Keuangan
a) Mengidentifikasi dan memetakan potensi Penyerapan keuangan/penagihan
progress;
b) Menyusun rencana program pencairan anggran berdasarkan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan;
c) Membuat dan memelihara dokumen terkait keuangan dan akuntabilitas kerja
dan perusahaan;

5. Ahli K3
a. Mengidentifikasi dan memetakan potensi bahaya yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja. Hal ini termasuk membuat tingkatan dampak dari bahaya
(impact) dan kemungkinan terjadinya bahaya tersebut (Probability);
b. Menyusun rencana program keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi
upaya preventif dan upaya korektif. Upaya preventif bertujuan untuk
mengurangu terjadinya bahaya atau kecelakaan di lingkungan kerja. Upaya
korektif bertujuan untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di lingkungan
kerja;
c. Membuat dan memelihara dokumen terkait kesehatan dan Keselamatan kerja.
Dokumentasi yang baik termasuk faktor penting dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya. Hal ini termasuk merancang prosedur baku dan
memelihara barang atau catatan terkait kesehatan dan keselamatan kerja;
d. Mengevaluasi insiden kecelakaan yang mungkin terjadi, serta menganalisi akar
masalah termasuk tindakan preventif dan korektif yang diambil.

JADWAL WAKTU PELAKSANAAN


Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan
Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari adalah 180 (Seratus
delapan Puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal mulai SPMK. Sedangkan masa
pemeliharaan 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Jadwal waktu pelaksanaan Pekerjaan
tersebut sebagai berikut :

BULAN KE I
Mengadakan survey lapangan dan mengadakan pengujian-pengujian yang diperlukan untuk
penyerahan laporan oleh kontraktor.
Mengadakan penyewaan lokasi sebagai base camp kontraktor jika perlu termasuk kantor
lapangan, gudang, bengkel sebagai penunjang kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan fasilitas
pendukung berupa meja kursi tamu, Filling cabinet, papan gambar dan semua buku-buku yang
diperlukan.
Mobilisasi SDM yang diperlukan dari tingkatan General Superintendent sampai staf teknis
dilapangan dan mempunyai keahlian dan pengalaman yang memadai dibidangnya
Mobilisai pengendalian mutu ; Semua Mix design yang berkaitan dengan sub pekerjaan yang
ada dan diperlukan mix design dilaksanakan paling lama 5 hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai serta mengadakan penyediaan dan pemeliharaan laboraturium lapangan dan
peralatannya.
Memulai pengadaan material untuk bahan pekerjaan utama yang distok di Base Camp
masing-masing guna menghindari keterlambatan bahan akibat hal-hal yang tidak diinginkan.

Halaman16dari19
Membuat shop drawing dan back up kuantitas untuk menyusun Contract Cange Order secara
cermat dan teliti serta diusahakan tidak menyimpang dari gambar rencana yang ada.
Menganalisa keadaan lapangan dan lingkungan dan memberi masukan kepada direksi bila ada
permasalahan teknis maupun non teknis untuk dibicarkan dan dipecahkan bersama.

BULAN KE II
• Penerbitan Detail Pelaksanaan Berupa Shop Drawing dan perkiraan kuantitas yang disertai
Back Up perhitungan volume, dan perhitungan Balance Buged serta Addendum kontrak jika
diperlukan.
• Melaksanakan Pekerjaan Persiapan.
• Pabrikasi Pipa
• Pembutan Talud reservoar

Bulan Ke III
• Pekerjaan Talud Reservoar
• Pengiriman/Pengadaan dan Pemasangan Pipa
• Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa
Bulan Ke IV
• Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa
• Pelaksanaan Pekerjaan Pembuatan Sambungan Rumah

Bulan Ke V
• Pekerjaan Pembuatan Sambungan Rumah
• Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa

Bulan Ke VI
• Penyelesaian Pekerjaan Pembuatan Sambungan Rumah
• Membuat MC 100 dan administrasi yang mendukung penyerahan pekerjaan.
• Running tes dan Komisioning Tes
• Demobilisasi Alat yang tidak dipakai lagi

Halaman17dari19
DAFTAR PERALATAN UTAMA
1.1 DAFTAR PERALATAN

Peralatan utama minimal yang harus disiapkan pada pelaksanaan Pekerjaan


Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik
Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari, adalah :

No Jenis Kapasitas Jumlah Kepemilikan/status

1 Dump Truk 3 Ton 1 unit Milik/Sewa Beli/Sewa


2 Genset 15 kVA 15 KVA 2 unit Milik/Sewa Beli/Sewa
3 Masin Las listrik 13 KVA 1 unit Milik/Sewa Beli/Sewa

4 Mesin Las HDPE Sampai dengan dia. 1 unit Milik/Sewa Beli/Sewa


150 mm
5 Mesin pompa air 50 liter/menit 1 unit Milik/Sewa Beli/Sewa

6 Beton Molen 0,3 M3 1 Unit Milik/Sewa Beli/Sewa

DAFTAR MATERIAL
7.1 DAFTAR MATERIAL

Material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang ada dalam kontrak. Material
harus sudah ada dilokasi pekerjaan minimal sehari sebelum digunakan. Material yang
dipakai dalam pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari :
1. Semen;
2. Kerikil;
3. Pasir Beton;
4. Besi Beton;
5. Pasir Pasang;
6. Batu Kali;
7. Pipa GIP Dia. 100 mm;
8. Pipa GIP Dia. 50 mm
9. Pipa HDPE Dia. 100 mm;
10. Pipa HDPE Dia. 50 mm;
11. Aksesoris Pipa;

Halaman18dari19
DAFTAR PERSONIL INTI
1.1 DAFTAR PERSONIL INTI

Personil manajerial minimal yang harus disiapkan pada pelaksanaan Pekerjaan


Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik
Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari, adalah :

Pengalaman
No Jabatan Keahlian Jumlah
(Org)

4 tahun Ahli Muda Air Minum


1. Manajer Proyek 1 Org
(504)

3 tahun Ahli Muda Air Minum


2. Manajer Teknik 1 Org
(504)

3. Manajer Keuangan 3 Tahun 1 Org


Ahli Muda K3 Konstruksi
4. Ahli K3 3 Tahun 1 Org
(603)

DAFTAR PEKERJAAN UTAMA

9.1 DAFTAR PEKERJAAN UTAMA

Daftar Pekerjaan utama pada Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari


untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari,
adalah :
1 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 100 mm;
2 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 50 mm;
3 Pembuatan Sambungan Rumah.

9.2 DAFTAR PEKERJAAN YANG DISUBKONTRAKKAN

Daftar Pekerjaan yang disubkontrakkan pada Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM


Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kabupaten
Manokwari, adalah :
1. Galian Pipa

PERSYARATAN BADAN USAHA


10.1 PERSYARATAN BADAN USAHA
Daftar Persyaratan Badan Usaha pada Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM
Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kabupaten
Manokwari, adalah memiliki:

1. SBU Kualifikasi Menengah Klasifikasi Perpipaan Air Minum Lokal (SI 008)
2. Pajak Tahunan 2019
3. Surat Ijin Jasa Konstruksi

Halaman19dari19
PENETAPAN PEKERJAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PEMBANGUNAN JARINGAN
SPAM MANOKWARI UNTUK KAWASAN MANOKWARI SELATAN DISTRIK MANOKWARI SELATAN
KAB. MANOKWARI
YANG TERDIRI DARI:

LINGKUP KEGIATAN

1 Pekerjaan Persiapan;
2 Pembangunan Talud Reservoar;
3 Pengadaan/Pemasangan Pipa GIP dia. 100 mm;
4 Pengadaan/Pemasangan Pipa GIP dia. 50 mm;
5 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 100 mm;
6 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 50 mm;
7 Pembuatan Sambungan Rumah;
8 Pekerjaan Penyelesaian.

Manokwari, 12 Desember 2020

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman


Provinsi Papua Barat
Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum

ABDUL AZIS, ST
NIP. 196612312001121037
I. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Kepmen Tenaga Kerja Nomor : 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka [ISI : NAMA PERUSAHAAN] demi menjamin
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh personil dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan membuat suatu manajemen yang mengatur dan
mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pelaksanaan pekerjaan yang merujuk pada
ketetapan / aturan resmi dari pemerintah seperti tersebut diatas.

II. PERSYARATAN UMUM

Secara umum, Sistem Manajemen K3 Perusahaan adalah tergambar dalam skema sebagai
berikut :

III. KEBIJAKAN K3

Dalam menjalankan usahanya, Managemen mempunyai komitmen yang tertuang dalam


kebijakan mutu K3 (MK3) sebagai berikut :
• Memenuhi Persyaratan pelanggan dan mencegah cidera dan sakit akibat kerja serta
melakukan peningkatan berkelanjutan terhadap managemen dan kinerja MK3.
• Menetapkan kebijakan sesuai dengan sifat alamiah dan skala resiko MK3 yang ada
di persahaan
• Menjadikan kebijakan ini sebagai kerangka dalam menetapkan dan mengevaluasi sasaran
MK3.
• Seluruh efisiensi dan efektifitas kegiatan Perusahaan dipantau dan diukur secara berkala
dengan mengacu pada sasaran mutu dan K3 Perusahaan beserta semua unit pendukungnya.
• Mematuhi peraturan perundangan dan persyaratan MK3 lainnya yang relevan bagi
Perusahaan
• Mengkomunikasikan kebijakan kepada semua orang yang bekerja dibawah kendali
organisasi.
• Mengevaluasi kebijakan ini secara periodik untuk meningkatkan kinerja MK3 yang
berkesinambungan,
• Direktur perusahaan memberikan bukti keterlibatannya pada pengembangan dan
penerapan sistem managemen mutu dan K3 dan terus menerus memperbaiki keefektifannya
dengan jalan :
• Mengadakan rapat pengarahan secara berkala dan menekankan pentingnya memenuhi
persyaratan pelanggan K3, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
• Menetapkan dan mengesahkan kebijakan mutu dan K3.
• Menetapkan dan mengesahkan sasaran mutu dan K3 (MK3) perusahaan hingga sasaran
mutu dan K3 unit-unit kerja yang mendukungnya.
• Melaksanakan dan bertindak sebagai ketua rapat tinjauan managemen, yang
pelaksanaannya diatur dalam prosedur Rapat Tinjauan Managemen (RTM).
• Mengesahkan daftar karyawan dan daftar inventaris, untuk di kantor cabang daftar
karyawan dan daftar invertaris disahkan oleh Pimpinan cabang.
• Direksi menetapkan dan mengesahkan kebijakan MK3, berupa surat keputusan yang
mencakup :
• Maksud dan tujuan Perusahaan.
• Ikrar, keterlibatan untuk memenuhi persyaratan dan terus menerus memperbaiki sistem
managemen K3.
• Tersedianya kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran MK3.
• Kebijakan MK3 ini dikomunikasikan, dipahami dalam organisasi dan didokumentasikan.
• Pelaksanaan tinjauan pada waktu terjadwal, sehingga dapat dilakukan penyesuaian terus-
menerus.

IV. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam menjalankan aktifitas perusahaan, struktur organisasi telah ditetapkan untuk menjamin
peran tanggung jawab, akuntabilitas dan mendelegasikan wewenang untuk memfasilitasi
SMMK3 yang efektif.

Direksi menetapkan dan mengesahkan struktur organisasi seperti yang terlampir pada manual
MK3 ini. Tugas dan wewenang setiap personil baik yang terkait dengan mutu maupun K3
ataupun terkait dengan struktur organisasi, untuk tingkat kepala Divisi/Bagian dibuat oleh
kepala Divisi/Bagian bersama dengan Direksi/Pimpinan cabang kemudian disahkan oleh
Direksi/Pimpinan cabang. Untuk tingkat dibawah kepala Divisi/Bagian sampai tingkat
terbawah, dibuat oleh kepala Divisi/Bagian bersama dengan Divisi/Bagian SDM direview oleh
Direksi/Pimpinan cabang dan disahkan oleh kepala unit kerja masing-masing, sedangkan
untuk proyek dibuat oleh kepala proyek dibuat bersama kepala Divisi/Bagian Teknik, direview
Direksi/Pimpinan cabang dan disahkan oleh kepala Divisi/Bagian Teknik.
V. MAKSUD DAN TUJUAN

Perusahaan memastikan bahwa metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko k3
mempertimbangkan :
• Lingkup, karakteristik, waktu dan bersifat proaktif.
• Tersedianya informasi mengenai :
o Identitas Bahaya
o Klasifikasi Resiko K3
o Resiko K3 yang akan dihilangkan atau diminimalkan.
• Pengalaman operasi dan kemampuan pengendalian resiko k3 yang ada.
• Informasi tentang :
o Persyaratan-persyaratan fasilitas dan peralatan.
o Persyaratan pelatihan.
o Persyaratan pengembangan pengendalian operasi.
o Persyaratan pemantauan dan pengukuran untuk memastikan efektifitas implementasi

VI. TUJUAN

Untuk memastikan atau menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan di Satuan Kerja
Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat, menjamin hal-hal tentang :
1. Pemakaian peralatan/perlengkapan yang memadai
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber/potensi bahaya
3. Melaksanakan metode yang benar (menyediakan tempat-tempat khusus untuk material yang
memerlukan penanganan khusus, bongkar muat)

VII. RUANG LINGKUP

Instruksi kerja ini hanya berlaku pada paket pekerjaan di lingkungan Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Provinsi Papua Barat.

VIII. DEFINISI

1. Pekerjaan ini adalah Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari
Selatan Distrik Manokwari Selatan Kab. Manokwari, Lokasi di Kawasan Distrik Manokwari
Barat dan Kawasan Sowi, Anday, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk memberikan suatu dasar dalam bekerja yang
menuju kearah tujuan akhirnya, yakni mencegah terjadinya cidera atau gangguan kesehatan
yang disebabkan karena kejadian dan keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Kategori I adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan ringan atau pada
prinsipnya tidak membutuhkan perawatan, rawat inap di rumah sakit.
3. Kategori II adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan sedang/korban luka
berat atau membutuhkan rawat inap di rumah sakit.
4. Kategori III adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kecelakaan berat/korban
meninggal dunia.

IX. KETENTUAN UMUM


1. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab moril baik karyawan maupun pimpinan
perusahaan.
2. Penanggung jawab dalam pelaksanaan K3 di proyek adalah Kasie Quality Assurance (dalam
hal ini Tenaga Ahli K3), dengan memastikan malakukan inspeksi secara berkala.
3. Setiap personil/pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan lingkup
dan tugasnya.
4. Setiap area yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya, harus menyediakan
petunjuk-petunjuk/informasi-informasi yang tepat cara penanganan dan pencegah bahaya-
bahaya yang mungkin terjadi. (Gbr 1.1 - 1.2-1.3-1.4)
5. setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih bagaimana
cara menggunakan, dan digunakan tempat yang seharusnya.
6. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan
diperlakukan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya
kebakaran.
7. Alat-alat penyelamat harus tersedia diarea atau tempat-tempat yang membutuhkan
8. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan, seperti
pelampung/life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang berada
dilokasi tersebut.
9. Peralatan/kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu kelayakannya
10. Pihak managemen proyek harus melakukan tinjauan managemen mangenai safety secara
berkala
11. Setiap personil saat bekerja dilapangan harus dilakukan secara berkelompok
12. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk berkomunikasi.
13. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal
14. Semua pegawai dari pihak penyedia jasa untuk pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM
Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kab.
Manokwari, diasuransikan kesehatannya oleh Perusahaan.

X. TANGGUNG JAWAB

I. Manager Proyek
1. Menyetujui konsep instruksi safety yang akan dilaksanakan di proyek
2. Memimpin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya
3. Memimpin rapat tinjauan managemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan program
K3
4. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisien pelaksanaan program K3

II. Penanggung Jawab Quality Assurance (Tenaga Ahli K3)


1. menyusun konsep instruksi tentang safety yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan dan
membahasnya bersama bagian-bagian yang terkait
2. Merekomendasikan konsep yang telah dibahas kepada manager proyek
3. memeriksa, memonitor, mengevaluasi pelaksanaan K3 ditingkat proyek.
4. Melaporkan penerapan dan pelaksanaan K3 di tingkat proyek kepada Manager Proyek
5. membuat resume tentang pelaksanaan K3

III. Pelaksana
1. Bertanggung jawab akan keselamatan karyawan yang berada dibawah pengawasannya
2. Terjadi keadaan yang kurang aman, tidak aman atau darurat.
XI. Penanganan Kecelakaan

1. Tangani segera apabila ada kecelakaan kerja dan utamakan keselamatan jiwa manusia.
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan.
3. Apabila perlu, segera dibawa ke puskesmas/Dokter/Rumah Sakit yang telah dirujuk pada
alamat yang telah ditentukan.
4. Hubungi Kepolisiian, Babinsa setempat apabila kecelakaan tersebut memerlukan pertolongan
yang serius.

XII. Penanganan Bila Terjadi Kebakaran

1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan peralatan
pemadam kebakaran
2. Beritahukan kepada personil yang berada dilokasi bahwa terjadi bahaya kebakaran
3. Jika terjadi kebekaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri, utamakan manusia dengan
memberitahukan agar menjauhi lokasi
4. Laporkan kejadian kebakaran kepada penanggung jawab safety

Catatan :
1. Jika lokasi pekerjaan banyak terdapat kayu-kayu kering, yang diperhatikan adalah :
• Dilarang membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan
• Bara-bara api/bekas api unggun harus dipastikan telah benar-benar padam
2. Peralatan pemadam api/fire extinguisher, harus disediakan pada tempat-tempat rawan tertentu
yang memerlukan.

XIII. Peralatan Keselamatan Kerja Pegawai

Setiap personil yang bertugas pada pelaksanaan pekerjaan, untuk paket pekerjaan yang beresiko
tinggi, terutama yang dilapangan wajib menggunakan peralatan pelindung diri yang sesuai
dengan satndart yaitu :
1. Helm proyek, disarankan dipakai setiap kelapangan dan diwajibkan dipakai pada tempat-
tempat yang beresiko tinggi terhadap kejatuhan/benturan material.
2. Sepatu proyek, dipakai setiap hari dilapangan/site
3. Pakaian seragam, dan identitas pengenal diri,.
4. Masker, jika bekerja didaerah yang beracun/berbau yang bisa mengakibatkan terganggunya
kesehatan.
5. Sarung Tangan, bila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan)
6. Kacamata pelindung, jika hal tersebut diperlikan.
7. Body Protector (pelindung badan), apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las
diwajibkan);
8. Life Jacket (pelampung), untuk bekerja diatas air diapakai setiap menggunakan transportasi
air.
9. P3K, ditempat-tempat yang memerlukan.
10. Perlengkapan P3K harus diperiksa kembali kelengkapannya setelah dipergunakan.
11. Setiap pembantu pelaksana, pelaksana, koordinator, pengukuran harus dilengkapi dengan
sarana komunikasi;
12. memastikan sarana komunikasi berfungsi dengan baik;
13. Disediakan layout ruangan ditempat-tempat strategis

Target yang ingin dicapai::


• Nol Kecelakaan;
• Selalu menggunakan helm, sepatu keselamatan, dan perlengkapan keselamatan lainnya;
• Menjaga ketertiban;
• Proyek bersih, rapi, dan segat
XIV. Identifikasi K3 pada Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan
Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kab. Manokwari

Penilaian Resiko
Identifikasi Bahaya (Skenario Ting
No Item Pekerjaan Keke Kepa
Bahaya) kat
rapa raha
Resik
n n
o

Pengadaan dan Pemasangan Pipa


1 Terperosok dalam galian pipa 3 3 9
HDPE diameter 100 mm

Pengadaan dan Pemasangan Pipa


2 Terperosok dalam galian pipa 3 3 9
HDPE diameter 50 mm

Terluka karena alat potong


3 Pembuatan Sambungan Rumah 3 2 6
perpipaan

Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP


4 Terperosok dalam galian pipa 3 3 9
diameter 100 mm

Pekerjaan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik
Manokwari Selatan Kab. Manokwari termasuk dalam kategori pekerjaan dengan resiko : MENENGAH

XV. Rencana Pembiayaan K3

No Uraian Kegiatan Volume Nilai (Rp)


1 Penyiapan RK3K 1 Paket 1.175,000,-
2 Sosialisasi dan Promosi K3 1 Paket 6.800.000,-
3 Alat Pelindung Kerja 1 Paket 1.200.000,-
4 Alat Pelindung Diri 1 Paket 8.280.000,-
5 Asuransi Dan Perijinan 1 Paket 14.300.000,-
6 Personil K3 1 Paket 28.000.000,-
7 Fasilitas sarana kesehatan 1 Paket 3.045.000,-
8 Rambu-rambu 1 Paket 2.450.000,-
9 Lain- Lain Terkait Pengendalian Risiko K3 1 Paket 4.440.000,-
TOTAL PEKERJAAN K3 69.690.000,-

Keterangan: Total biaya k3 ini tercantum dalam analisa pekerjaan dan menjadi bagian dari tahapan
pekerjaan persiapan.
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Umum

Menyadari kegiatan pembangunann ini diperkirakan akan menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, dan mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
17 Tahun 2001 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan hidup (AMDAL).

Dari semua solusi penanganan yang akan di aplikasikan, perlu dikaji dari segala aspek, termasuk
aspek lingkungan. Kegiatan Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari
Selatan Distrik Manokwari Selatan Kab. Manokwari ini diperkirakan akan menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak positif maupun negatif yang terjadi pada tahap
pra konstruksi, tahap konstruksi maupun tahap pasca konstruksi.

2. Komponen Lingkungan yang Harus Di Perhatikan

Komponen lingkungan yang harus diperhatikan pada kegiatan Pembangunan Jaringan SPAM
Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan Distrik Manokwari Selatan Kab. Manokwari adalah
sebagai berikut :
• Komponen Fisik-Kimia : Komponen fisik-kimia mencakup kualitas air, udara, kebisingan, erosi &
longsor.
• Biologi : Komponen biologi meliputi fauna air/darat dan flora air/darat yang berkaitan langsung
dengan kegiatan penghijauan (Revegetasi) de sekitar lokasi proyek.
• Sosial Ekonomi Budaya : Komponen ekonomi, sosial budaya meliputi kesempatan kerja dan
berusaha, kerusakan jalan, keselamatan & kesehatan kerja (K3), gangguan kamtibnas/keresahan
masyarakat, persepsi masyarakat.

3. Pelaksanaan Kegiatan

- Kualitas Udara (Debu)


Kualitas udara harus diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat
sekitar lokasi pekerjaan. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai
konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan.

- Kebisingan
Tingkat kebisingan juga harus dipantau agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.
Data yang ada di analisis dan dibandingkan dengan baku mutu. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi, dengan metode pengelolaan lingkungan.
a. Kegiatan Mobilisasi alat dan bahan
• Pemilihan jalur yang tidak padat penduduknya
• Melakukan penyiraman secara periodik pada lokasi yang dekat dengan pemukiman
• Mengatur kecepatan kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam

b. Kegiatan Konstruksi Fisik


• Kontraktor melakukan pengaturan pelaksanaan pekerjaan dengan baik
• Dengan frekuensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung
• Lokasi pemantauan disekitar lokasi permukiman sebanyak 3 titik.
Erosi dan Sedimentasi
Parameter yang dipantau adalah laju erosi/sedimentasi dan luas areal & jumlah pemilik lahan
yang longsor dengan pengamatan langsung dilapangan.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi dengan metode
pengelolaan lingkungan :
1. Pada tempat yang miring dibuatkan terasering;
2. Membuat parit-parit/saluran untuk mengalirkan air;
3. Melakukan perawatan dan pengerasan jalan;
Dengan frekuwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung,
lokasi pemantauan disekitar lokasi permukiman sebanyak 3 titik.

Tata Guna lahan


Parameter yang dipantau adalah perubahan fungsi tata guna. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
• Melakukan kegiatan secara bertahap dengan memperhatikan kemiringan lahan
• Pada tempat yang miring dibuatkan terasering
• Membuat parit-parit/saluran untuk mengalirkan air
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Lokasi pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area sebanyak 3 titik.

Komponen Biologi

Fauna & Flora AIr /Darat


Parameter yang dipantau adalah perubahan komposisi dan keberadaan fauna & flora air/darat
dengan cara pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskritif.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode
pengelolaan lingkungan :
• Penanaman Berbagai jenis tanaman
• Pemberian pupuk dan menyiram secara teratur
• Memelihara dan mengganti tanaman yang mati
Jenis tanaman : Matoa, Rambutan, Durian, Palem, Mahoni dll.

Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Lokasi pemantauan disekitar lokasi quarry dan borrow area.

Sosial Ekonomi Budaya

Kesempatan kerja & Berusaha : Parameter yang dipantau adalah jumlah tenaga yang terserap,
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai kualifikasi. Di analisa dengan mengadakan
kunjungan lapangan. Data yang ada dianalisis dengan tabulasi frekuensi secara deskritif
kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan
metode pengelolaan lingkungan.
• Memprioritaskan penduduk lokal sebagai tenaga kerja
• Memberi kesempatan berusaha kepada penduduk sekitar pada tahap konstruksi
Dengan frekuwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Kerusakan Jalan: Parameter yang dipantau adalah jenis alat berat yang digunakan, kondisi
prasarana jalan, frekuensi pengangkutan, tingkat kerusakan jalan dan jembatan, pelaksanaan
perbaikan jalan. Di analisa dengan pengamatan lapangan, Data yang ada dianalisa secara
deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi.
Dengan metode pengelolaan lingkungan :
• Menggunakan route jalan yang sesuai dengan bebab kendaraan
• Mengatur trip pengangkutan bahan dan alat
• Kendaraan yang mengangkut bahan dan alat tidak melebihi kapasitas angkutnya
• memperbaiki kerusakan jalan yang dilalui
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Lokasi pelaksanaan di jalur transportasi yang dipakai sebagai jalur mobilisasi kendaraan.

Kesehatan & Keselamatan Kerja Karyawan: Parameter yang dipantau dengan pengamatan
lapangan, wawancara dengan pekerja. Di analisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada
dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan
selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan :
• Menyusun SOP pelaksanaan pekerjaan konstruksi
• Menggunakan tenaga operator yang memiliki sertifikat
Melengkapi tenaga kerja dengan peralatan keselamatan kerja
• Menempatkan rambu-rambu tanda bahaya di lokasi berisiko tinggi
Melakukan pengawasan secara rutin setiap hari Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua
kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Lokasi tapak proyek.

Keresahan Masyarakat/Gangguan Kamtibmas: Parameter yang dipantau adalah tingkat


gangguan keamanan, tingkat kasus pencurian yang terjadi Di analisa dengan pengamatan
lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif. Periode pengelolaan sejak tahap
konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode pengelolaan lingkungan
• Sosialisasi rencana kegiatan pada masyarakat sekitar
• Menempatkan petugas pengamanan dilokasi proyek
• Melakukan patroli keamanan secara rutin
• Melakukan koordinasi dengan aparat polsek
• Mewajibkan masyarakat /tamu yang masuk ke lokasi dengan menggunakan kartu identitas
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Persepsi Masyarakat: Parameter yang dipantau adalah persepsi dan keresahan masyarakat
dianalisa dengan pengamatan lapangan. Data yang ada dianalisa secara deskritif kualitatif.
Periode pengelolaan sejak tahap konstruksi sampai dengan selesai konstruksi. Dengan metode
pengelolaan lingkungan :
• Mengelola berbagai dampak negative yang timbul
• Melakukan pendekatan terhadap masyarakat
• Memprioritaskan tenaga kerja local
• Menjaga keamanan dan ketertiban di dalam dan sekitar tapak proyek
• Memperhatikan aspirasi masyarakat
Dengan frekwensi pelaksanaan sebanyak dua kali selama kegiatan konstruksi berlangsung. Di
Lokasi pelaksanaan di permukiman disekitar lokasi proyek
A. Skema Protokol Pencegahan Covid-19 Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

I. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID- 19


a) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID- 19 yang
menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;
b) Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada hurup a dibentuk oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;
c) Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada hurup a berjumlah paling
sedikit 5 (lima) orang yang terdiri ataş: 1). I (satu) Ketua merangkap anggota; dan 2). 4
(empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
d) Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan untuk
melakukan:
1). Sosialisasi;
2). pembelajaran (edukasi);
3). promosi teknik;
4). metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan
5). berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Kementerian PUPR melakukan
Identifikasi Potensi Bahaya COVID19 di lapangan;
6). pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua pekerja dan
tarnu proyek;
7). pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian mobilisasi/ demobilisasi
pekerja;
8). pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja;
9). pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan;
10). melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan dilakukan
penghentian kegiatan sementara .

2. Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan.


a. Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19
Kementerian PUPR untuk menentukan: I) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap
pusat sebaran penyebaran COVID- 19 di daerah yang bersangkutan; 2) Kesesuaian fasilitas
kesehatan di Lapangan dengan protokol penanganan COVID- 19 yang dikeluarkan Oleh
Pemerintah; 3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
b. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi : 1). Memiliki risiko
tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran, 2). Telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP); atau 3). Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi/KepaIa Daerah telah mengeluarkan peraturan untuk
menghentikan kegiatan sementara akibat keadaan kahar, Maka Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi tersebut dapat diberhentikan sementara akibat Keadaaan Kahar;
c. Penghentian Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana di maksud huruf b diatas
dilakukan sesuai ketentuan pada Lampiran
II. TINDAK LANJUT TERHADAP KONTRAK PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Instruksi Menteri ini.


1. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan urgensinya tetap harus
dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak sosial dan ekonomi dari COVID- 19,
maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan:
a. Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
b. Melaksanakan protokol pencegahan COVID- 19 dengan disiplin tinggi dan dilaporkan
secara berkala Oleh Satgas Pencegahan COVID- 19;
c. Menghentikan sementara ketika terjadi (Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk melakukan penanganan sesuai
protokol Pemerintah.

2. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan


a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di
lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara Iain tabung
oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah,
obat-obatan, dan petugas medis;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID- 19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency) ;
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain:
pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker dikantor dan lapangan
bagi seluruh pekerja dan tamu; dan
d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.

3. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan


a. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster flyers) baik digital maupun fisik
tentang himbauan/anjuran pencegahan COVID- 19 untuk disebarluaskan atau
dipasang di tempat-tempat strategis di lokasi proyek;
b. Satgas Pencegahan COVID- 19 bersama petugas medis harus menyampaikan
penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap
kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk) ;
c. Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan
pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan
sore;
d. Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius datang ke lokasi pekerjaan;
e. Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/ atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 hari kerja.
f. Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan
g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan
disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang
pernah melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai.
B. Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
PENETAPAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PEMBANGUNAN JARINGAN SPAM MANOKWARI
UNTUK KAWASAN MANOKWARI SELATAN DISTRIK MANOKWARI SELATAN
KAB. MANOKWARI
YANG TERDIRI DARI:

LINGKUP KEGIATAN

1 Pekerjaan Persiapan;
2 Pembangunan Talud Reservoar;
3 Pengadaan/Pemasangan Pipa GIP dia. 100 mm;
4 Pengadaan/Pemasangan Pipa GIP dia. 50 mm;
5 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 100 mm;
6 Pengadaan/Pemasangan Pipa HDPE dia. 50 mm;
7 Pembuatan Sambungan Rumah;
8 Pekerjaan Penyelesaian.

Manokwari, 25 November 2020

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman


Provinsi Papua Barat
Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum

ABDUL AZIS, ST
NIP. 196612312001121037
SPESIFIKASI TEKNIS
11.1.2 SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL UMUM


Semua pekerjaan sipil mengacu kepada acuan normatif yang telah ada, antara lain :
SNI 07-0076-1987 Tali Kawat Baja
SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding
SNI 03-1738-1989 Panduan pengujian CBR lapangan
SNI 03-1742-1989 Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1743-1989 Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah
SNI 03-1744-1989 Metode pengujian CBR laboratorium
SNI 05-0820-1989 Baja profil I, C dan L
SNI 03-1749-1990 Cara penentuan besar butir agregat untuk adukan dan
beton
SNI 03-1750-1990 Mutu dan cara uji agregat beton
SNI 03-1753-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 70 mikron
agregat kasar untuk beton
SNI 03-1754-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 50 mikron
agregat kasar untuk beton
SNI 03-1756-1990 Cara penentuan kadar zat organik agregat halus untuk
beton
SNI 03-1765-1990 Cara uji butiran pipih dan panjang agregat untuk beton
SNI 03-1964-1990 Matode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990 Matode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat
halus dan Kasar
SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar
SNI 03-1970-1990 Metode pegujian berat jenis dan penyerapan air agregat
halus
SNI 03-1971-1990 Metode pengujian tentang kadar air agregat
SNI 03-1972-1990 Metode pengujian slump beton
SNI 03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton
SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin los
angeles
SNI 03-2458-1991 Metode pengambilan contoh untuk campuran beton
segar
SNI 03-2493-1991 Pembuatan dan perawatan benda uji beton
Di laboratorium
SNI 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 15-2530-1991 Metode pengujian kehalusan semen Portland
SNI 15-2531-1991 Metode pengujian berat jenis semen Portland
SNI 03 2647-1992 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung
SNI 03-2816-1992 Metode pengujian kotoran organic dalam pasir untuk
campuran mortar dan beton
SNI 03-2819-1992 Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka
dalam alat ukur tipe baling-baling
SNI 03-2828-1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat
konus pasir
SNI 03-2832-1992 Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum
SNI 03-2914-1992 Spesifikasi beton bertulang kedap air
SNI 03-3402-1994 Metode pengujian berat isi beton ringan structural
SNI 03-3407-1994 Sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan sodium
sulfat
SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah
SNI 03-3423-1994 Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan
alat hydrometer
SNI 15-2049-1994 Semen Portland
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 15-3758-1995 Semen adukan pasangan
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% Kehalusan untuk agregat
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dinding
untuk tulangan beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan
agregat ringan
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung
tanah dengan beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang structural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan
beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanisme untuk
tulangan beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam
beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen
SNI 03-6861.2-2002 Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan
dari besi/baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton structural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi mortar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 15-2049-2004 Semen Portland
SNI 15-3758-2004 Semen masonry
SNI 0076-2008 Tali kawat baja
SNI 1742-2008 Cara uji kepadatan ringan untuk tanah
SNI 1743-2008 Cara uji kepadatan berat untuk tanah
SNI 1964-2008 Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 1966-2008 Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah
SNI 1967-2008 Cara uji penentuan batas cair tanah
SNI 1969-2008 Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar
SNI 1970-2008 Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 1971-2008 Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan
SNI 1972-2008 Cara uji slump beton
SNI 1974-2008 Cara uji kuat tekan beton
SNI 2417-2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los
Angeles
SNI 2458-2008 Tata cara pengambilan contoh uji beton segar
SNI 2813-2008 Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi
dengan drainase
SNI 1969-2008 Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
SNI 3402-2008 Cara uji berat isi beton ringan
SNI 3407-2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara
perendaman menggunakan larutan magnesium sulfat
SNI 3422-2008 Cara uji penentuan batas susut tanah
SNI 3423-2008 Cara uji analisis ukuran butir tanah
SNI 2835-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
SNI 2493-2011 Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton
dilaboratorium
Permen 603/PRT/M/2005 Pedoman umum sistem pengendalian manjemen
Pembangunan sarana dan prasarana bidang PU
Permen PU No. 4-2009 Sistem Manajemen Mutu
ASTM C 595 “Spesifikasi semen blended hidrolis”, kecuali tipe S dan
SA yang tidak diperuntukan sebagai unsure pengikat
utama struktur beton
ASTM C 845 Spesifikasi semen hidrolis ekspansif

PEKERJAAN TANAH

PEMBERSIHAN TANAH

(1) Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon didalam daerah batas
pekerjaan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk setiap pohon diluar batas-batas
ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi bangunan, kecuali ada
pernyataan lain yang tertera didalam syarat-syarat khusus dan gambar rencana.
(2) Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-kira kedalaman 20
cm dan ditimbun disatu tempat yang layar, agar dapat digunakan lagi.
(3) Pembersihan dan pengupasan diluar batas daerah pekerjaan tidak diberikan
pembayaran kepada Penyedia, kecuali pekerjaan tersebut atas Permintaan dari
Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Bila dinyatakan dalam syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan bahwa pepohonan rindang dan tanaman ornamen tertentu akan
dipertahankan, maka pepohonan/tanaman tersebut harus dijaga betul dari
kerusakan atas biaya penyedia.
(5) Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa dengan tidak
merusak pepohonan/tanaman lain yang dipertahankan, semua pohon, batang
pohon, akar dan sebagainya harus dibongkar dengan kedalaman minimal 20 cm
dibawah permukaan tanah asli dari permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan
mana yang lebih rendah). Bersama-sama dengan seluruh jenis sampah dalam segala
bentuknya harus dibuang pada tempat yang tidak terlihat dari tempat pekerjaan
menurut cara yang praktis atau dikubur.
(6) Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembersihan, harus
diperbaiki oleh penyedia atas tanggungannya sendiri. Bila akan dilakukan
pembakaran hasil penebangan. Penyedia harus memberitahukan kepada penghuni
terhadap milik-milik yang berbatasan dengan pekerjaan minimal 48 jam
sebelumnya. Penyedia akan selalu bertindak sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku mengenai pembakaran ditempat terbuka.
(7) Pada pelaksanaan pemebersihan, penyedia harus berhati-hati untuk tidak
mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.
Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan,
tenaga dan pembuangan bahan-bahan sisa dibebankan kepada Penyedia dan
dikerjakan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis/Lapangan

GALIAN TANAH
(1) Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan
(2) Sebelum penggalian dimulai, penyedia wajib mengajukan usulan penggalian yang
akan ditempuh minimal meneybutkan :
a. Urutan-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode dan skema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
(3) Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman sebagaimana
ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam pelaksanaan galian harus sesuai rencana
dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/lapangan.
(4) Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus membuat saluran
penampung air, didasar galian yang meliputi areal galian. Air yang terkumpul harus
dapat dipompa keluar ketempat yang aman agar tanah dasar galian tetap kering,
oleh karenanya Penyedia wajib mempersiapkan pompa lengkap dengan
perlengkapannya untuk keperluan penyedotan air tersebut.

PENYANGGA GALIAN
(1) Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung jawab dari
penyedia; yang harus memperbaiki semua kelongsoran-kelongsoran. Penyedia harus
membuat penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan galian
tambahan atau urugan bila diperlukan.
(2) Penyedia diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan galian
yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran tanah selama
masa kontrak dan masa perawatan.

PERLINDUNGAN HASIL GALIAN


Penyedia baru boleh melaksanakan pekerjaan selanjutnya, setelah ia mencapai sesuatu
tahap dimana penggalian yang dihasilkan disetujui oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan
pekerjaan termasuk perlindungan permukaan-permukaan galian itu secara efektif
terhadap kerusakan oleh sebab apapun. Bila pihak penyedia tidak memberikan
perlindungan yang baik, maka ia menggali kembali daerah yang bersangkutan sampai
kesuatu tahap/tingkat lanjutan yang disetujui oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan,
dimana untuk selanjutnya tidak diberikan tambahan oleh pihak Direksi
Teknis/Lapangan.

URUGAN TANAH/PENIMBUNAN KEMBALI


(1) Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis secara horizontal
dan dipadatkan.
(2) Tebal dari tiap lapis timbunan maksimal 15 cm dan selama proses pemadatan harus
dijaga agar kadar air dalam kondisi optimum untuk mendapatkan hasil pemadatan
yang maksimum.
(3) Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang
sesuai.
(4) Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, misalnya dapat merusak permukaan beton, pipa ataupun lapisan
finishing yang lain.
(5) Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan
sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan,
bergelombang, dan sebagainya.

PENGGUNAAN MATERIAL BEKAS GALIAN


(1) Penyedia harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan
dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dqan dilindugi dari segala
pengotoran-pengotoran seperti bahan-bahan yang dapat merusak beton atau pipa,
akar dari pohon, kayu dan sebagainya.
(2) Berbagai jenis material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang
sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan
sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan
penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.

URUGAN PASIR
(1) Meterial pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-kotoran, tidak
mengandung tanah dan tidak mengandung kimia yang dapat merusak bahan
bangunan lainnya.
(2) Lapisan urugan pasir disirami air dan dipadatkan dengan menggunakan stemper
sampai terbentuk lapisan pasir setebal 10 cm atau sesuai gambar dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan sebelum pekerjaan
lanjutan.
(3) Pengurugan Dengan Bahan Material Lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu
merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan-bahan
tersebut harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta mempunyai gradasi yang
sesuai dengan yang diperuntukan.

PENGEMBALIAN KE KONDISI AWAL


(1) Penyedia harus melaksanakan pengembalian ke kondisi awal sebelum pelaksanaan
galian
(2) Pengembalian lapisan permukaan seperti lapis permukaan jalan harus sesuai
dengan kualitas perkerasan sebelumnya.

CARA PENGUKURAN HASIL, KERJA DAN DASAR PEMBAYARAN


(1) Jumlah yang akan dibayar, adalah jumlah kubikasi dalam m³ dari tanah galian yang
diukur dalam keadaan asli dengan cara luas ujung rata-rata atau kubikasi dalam m³
dari tanah yang dipadatkan pada pekerjaan urugan.
(2) Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian yang dilakukan di bawah
bidang dasar pondasi atau dibawah bidang batas bawah yang ditentukan oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Juga tidak diperhitungkan untuk galian yang diakibatkan
oleh pengembangan tanah, pemancangan, longsor, bergeser, runtuh, atau karena
sebab-sebab lain.
(3) Kedudukan dasar pondasi yang tercantum pada gambar rencana, hanya bersifat
pendekatan dan perubahan-perubahan sesuai dengan ketentuan Direksi
Teknis/Lapangan dapat diadakan tanpa tambahan pembiayaan.
(4) Volume galian konstruksi untuk tanah-tanah dibawah muka air tanah, akan dibayar
tersendiri, yaitu untuk volume tanah galian yang terletak minimum 20 cm dibawah
muka air tanah konstan pada lubang galian.
(5) Jumlah yang diukur dengan cara seperti tersebut diatas tanpa mempertimbangkan
cara dimana material tersebut akan dibuang, dibayar menurut harga satuan sesuai
dengan mata pembayaran.
Harga tersebut harus telah mencakup semua pekerjaan yang perlu dan hal-hal lain yang
umum dikerjakan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

PEKERJAAN BETON

LINGKUP PEKERJAAN
(1) Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-
bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua pekerjaan
pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap
sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.
(2) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk
pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam
garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan
dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih
dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis/Lapangan, guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya.

PERSYARATAN BAHAN
(1) Mutu Semen
a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan
Normatif SNI 15-2049-1994.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup
atau dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, penyedia harus
memberikan pada Direksi Teknis/Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman
semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim,
bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa
semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisis dalam segala hal sesuai dengan
Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air
serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang membatu
atau menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan
Normatif bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Lapangan. Direksi
Teknis/Lapangan berhak unutk menolak semen yang tidak memuaskan,
sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya
Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh pengujian dan
memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi Teknis/Lapangan
untuk melakukan pengujian.
g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam
jumlah yang cukup dilapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dalam
memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.

(2) Penyimpanan Semen


a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat yang
sesuai untuk menyimpan dan menangani semen, gudang-gudang tersebut harus
benar-benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut kelapangan dengan lori/gerobak, semen harus ditutup dengan
terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus air, semen harus segera
mungkin digunakan setelah dikirim dan setiap semen yang menurut pendapat
Direksi Teknis/Lapangan sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan
dari dari udara atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari
lapangan atas biaya penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah,
semen-semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga yang
dikirim dahulu dapat dipakai lebuh dahulu.

(3) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)


a. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung
lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus : sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa
diatas ayamakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80% dan 90% berat.
c. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah
jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif
alkali.
d. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa diatas
ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa
kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan
minimum 10% berat.
e. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian
rupa sehingga terlindungi dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sudah terpilih,
Penyedia harus mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan
berasal dari satu sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas gradasi bahan
harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 m3 yang dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta
gradasinya sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.
(4) Mutu Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian
kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium
yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

(5) Mutu/Kekuatan Beton


Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah
sebagai berikut :

Tabel Kelas Beton

Kuat Tekan
Penggunaan
Kg/cm2 MPa
- Lantai kerja, beton pengisi 125 10,4
- Pondasi telapak, pondasi pelat, jembatan,
jembatan pipa, reservoir bawah, instalasi dan 225 18,75
intake
- Reservoir menara air 300 25
- Thrust block dan lain-lain struktur ringan yang 175 14,6
tidak perlu kedap air

MANAJEMEN PELAKSANAAN PENGADUKAN DAN PENGECORAN BETON


(1) Penyediaan barang/jasa wajib mengajukan permohonan (request) pelaksanaan
pengecoran setelah ketersediaan material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan
bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
(2) Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib menyertakan shop drawing
dan rencana kerja lengkap meliputi metode dan jadwal pelaksanaan, penanggung
jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta rencana penggunaan peralatan dan
tenaga kerja.
(3) Direksi Teknis/Lapangan melaksanakan inspeksi atas kesiapan pelaksanaan
pengecoran tersebut untuk kemudian menyetujui atau tidak menyetujui rencana
pelaksanaan pengecoran.
(4) Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin oleh seorang
penanggung jawab pelaksaan yang mempunyai keahlian dan pengalaman yang
cukup dalam pelaksanaan pengecoran.
(5) Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan, pengecoran dan
pemadatan harus dipimpin oleh seorang kepala tukang yang akan mengarahkan
pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
(6) Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang
terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran
yang dilakukan.
(7) Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk seorang pengawas yang
khusus mengawasi kondisi bekisting dan pembesian agar selama pelaksanaan
pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar rencana pembetonan.
(8) Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti beton molen, pompa dan
vibrator agar apabila terjadi kerusakan peralatan tidak mengganggu pelaksanaan
pengecoran.
(9) Penyedia harus mengatur seting-time pelaksanaan pengecoran sedemikian sehingga
adukan beton tidak melewati batas waktu yang disyaratkan sebelum pengecoran.

ADUKAN
(1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing
untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil
pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Hasil Uji yang disetujui tersebut sudah harus diserahkan
selambat-lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi Teknis/Lapangan tentang
kekuatan/ kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design
mix serta pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia.
Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari
sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain
(3) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecor,
pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang
kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1 m3. Jenisnya harus disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan
oleh pabrikan
(4) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan untuk mutu beton tertentu
(5) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa,
tiap artikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang
homogen tanpa adanya air yang berlebihan

PENGUJIAN/PEMERIKSAAN
(1) Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus bton
15 x 15 x 15 cm
(2) Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, deimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI 1971, kecuali ditentukan lain
oleh Direksi Teknis/Lapangan
(3) Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak
lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck dump (diambil yang dolumenya
terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton yang dapat terkena penolakan
akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(4) Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 dan
28 hari.
(5) Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah dan penarikan baja prategang. Sedangkan untuk pengujian diluar
ketentuan pekerjaan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan
dalam jangka waktu tidak lebih dar 3 hari setelah pengujian dilakukan.
(6) Pembuatan benda uji harus mengikutiketentuan PBI 71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Untuk
pengecoran dilokasi yang tinggi atau sulit dijangkau digunakan metoda pembetonan
dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala
macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh
dari ujung pipa “ concrete-pump” pada lokasi yang akan dilaksanakan.
(7) Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratorium independen yang
ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.

TEBAL MINIMUM PENUTUP BETON


(1) Bila tidak disebutkan lain tbal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI
1971
(2) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan dengan mutu beton yang akan dicor
(3) Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yangharus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap
meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut tersebar merata.

PENGONTROLAN MUT BETON DAN PENGUJIAN LAPANGAN


Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam
memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebgaimana ditetapkan. Untuk ini Penyedia harus
menyediakan dengan biaya sendiri serta menggunakan alat peimbang yang akurat,
sistem volumetric yang akurat untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk
mengaduk dan mengecor beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk
pengujian sebagaimana yang diuraikan disini atau menurut petunjuk Direksi Teknis
Lapangan
PENOLAKAN BETON
(1) Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai
standar yang ditetapkan, maka Direksi Teknis/Lapangan berwenang untuk menolak
seluruh pekerjaan beton dimana kubus-kubus tersebut diambil
(2) Direksi Teknis/Lapangan juga berwenang untuk menolak beton yang berongga,
porous atau yang permukan akhirnya tidak baik. Dalam hal ini Penyedia harus
menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut instruksi
dari Direksi Teknis/Lapangan sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi
Teknis/Lapangan sudah memuaskan.
(3) Pembayaran pekerjaan beton dilakukan setelah hasil pengujian 14 hari diketahui

PENGUKURAN BAHAN BAHAN BETON


(1) Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air
yang boleh diukur menurut volume. Agregat halus dan kasar harus diukur menurut
volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketetapan
±1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan
(2) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang
ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan sebelum beton di cor.

PENGANGKUTAN
1. Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat
pengecoran dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregatin). kehilangan unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperature ataupun
berubahnya kadar air pada pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjga pengangkutan lebih lanjut.
2. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
bahan dengan permukaan halus dan kedap air.
3. Adukan beton harus sampai ditempat dengan kondisi benar-benar merata
(homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil pada saat adukan
dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas toleransi yang ditentukan.

PENGECORAN
1. Sebelum adaukan dituangkan pada bekisting, kondisi permukaan dalam dari
bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-bekas
beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus
dibersihkan.
2. Air tergenang pada acuan beton atau apda tempat beton akan dicor harus segera
dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah
dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru
dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran
3. Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting tempat beton dicor,
kondisi pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
4. Beton yang akan doicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan atau
tempat pengecoran untuk mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruhan acuan.
5. Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat mengenai kualitas
adukan beton, kondisi bekisting dan posisi tulangan
6. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan
beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Direksi Teknis/Lapangan
7. Penyedia harus mengatur kecapatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar
didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara
tulangan
8. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai
2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir
untuk mencegah pemishan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam
cetakan.
9. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke beskisting yang
dalam, yang dapat menyebabkan dalam papan terlepasnya koral dari adukan beton
itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga
mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang
dicor. Hal ini harus disiapkan corong atau saluran vertical untuk pengecoran agar
adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa terkelupas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5
meter dibawah ujung corong.
10. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau beton yang telah terkotori
oleh bahan lain tidak boleh dipergunakan dalam pengecoran
11. Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan beton yang sudah
terlanjur agar mengeras tapi belum dicorkan sama sekali tidak diperkenankan
12. Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa berheni hingga
selesainya pengecoran suatu panel atau penampung yang dibentuk oleh batas-batas
elemennya atau leveling screed maupun kering permukaan.
• Semua pertemuan 90 atau sudut yang lebih tajam hrus dibuat tumpul, yaitu
menutup sepanjang sudut tersebut dengan adukan kedap air 1 PC: 3 PSR atau
seperti tercantum dalam gambar kerja
• Dalam leveling screed digunakan campuran kedap air 1 PC : 3PSR dibentuk
menggunakan benang waterpass arah kemiringan (arah kemiringan menuju ke
lubang-lubang pipa)
• Screed dipasang mengikuti pola-pola yang sudah tertentu dan diratakan
permukaannya (dihaluskan) dengan menggunakan roskam, digosok sedemikian
rupa dengan roskam tadi sehingga gelembung-gelembung udara yang
terperangkap dalam adukan screed dapat keluar
• Dalam kondisi setengah kering, screed tadi langsung ditaburi semen sambil
digosok lagi dengan roskam besi sehingga merata, setelah lapisan screed kering
tidak boleh diaci
• Setelah kering udara ±24 jam, screed baru ini harus dilindungi dari
kemungkinan pecah-pecah rambut dengan jalan menutupi permukaan atasnya
dengan goni-goni rami yang sudah dibasahi air terlebih dahulu dan dijaga
kondisi basahnya.
• Waktu yang diperlukan untuk keringnya screed ini minimal 7 (tujuh) hari dalam
kondisi cuaca cerah (350) dan pengeringan maksimal 5 hari. Untuk cuaca buruk
(hujan tidak termasuk dalam perhitungan waktu pengeringan screed)
• Pekerjaan primer coating dilakukan dengan sistem kuas/roll
• Pemasangan waterproofing dimulai dari titik terendah
• Pada pelaksanaan waterproofing ini harus dilindungi dari sengatan matahari
dengan menggunakan tenda-tenda
• Waterproofing yang sudah terpasang tidak boleh terinjak-injak apalagi oleh
sepatu atau alas kaki yang tajam. Penyedia harus melindungi dan melokalisir
daerah yang sudah terpasang waterproofing ini
• Penyedia harus menghentikan pekerjan apabila terjadi hujan dan melanjutkan
kembali setelah lokasi benar-benar kering
• Setelah waterproofing terpasang, maka diatas permukaannya diberikan
perlindungan screed (perbandingan 1PC : 3 PSR) setebal 3 cm dengan
menggunakan tulangan sust firemesh yang terletak di tengah-tengah adukan
screed.
• Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan sebelum pelaksanaan
lapisan pelindung Penyedia harus melakukan pengujian kebocoran
• Cara pengujian adalah dengan menuangkan air ke area yang tertutup lapisan
waterproofing hingga ketinggian air minimum 50 mm dan dibiarkan selama
3x24 jam
• Penyedia wajib megadakan pengamanan dan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya
• Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Penyedia baik pada
waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaskanakan maupun pada saat pekerjaan telah
selesai, maka Penyedia harus memperbaiki/mengganti bagian yang rusak
tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan. Biaya
yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab Penyedia.

PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON


1) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk
proses hidrasi semen serta pengerasan beton
2) Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan
harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit dua minggu. Jika tidak
ditentukan lain, suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak
melebihi 320C.
3) Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton harus tetap dalam keadaan
basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan
maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan
dengan membasahi permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya
dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan.
4) Penyedia harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi beban
yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang timbul
akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus diperbaiki
oleh Penyedia atas biaya sendiri.

CACAT PADA BETON


1) Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Teknis/Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain
2) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Teknis/Lapangan menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu
Penyedia harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan
diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.

PEKERJAAN BEKISTING
1) Penyedia harus meyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan semua perhitungan
dan gambar rencana berkistingnya untuk mendapat persetujuan bilama diminta
Direksi Teknis/Lapangan, sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal ini
bekisting ini, walaupun Direksi Teknis/Lapangan telah menyetujui untuk
digunakannya suatu rencana bekisting dari Penyedia, segala sesuatunya yang
diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia.
2) Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban konstruksi dan
getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimum
dari Cetakan dan Acuan antara tumpuannya harus lebih kecil dari 1/400 bentang
antara tumpuan tersebut
3) Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus menggunakan
multiplek 18 mm, papan tebal minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dolken 8-
12 cm atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
4) Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok dan harus yang kuat serta
cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan,
dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu yang sudah
diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi
kebocoran.
5) Tiang penyangga baik yang vertical/miring harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan perpindahan tempat,
kerusakan dan overstress pada beberapa bagan konstruksi. Struktur dari tiang-tiang
penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga konstruksi
bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dari beban-
beban lain yang berada diatasnya Selama pelaksanaan, bila perlu Penyedia membuat
perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.
6) Untuk bekisting dinding vertical diharuskan menggunakan alat (plastik cobe) untuk
memastikan bahwa bekisting tersebut tidak mengalami lendutan
7) Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar
kemanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan P.B.I
1971N1-2
8) Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting harus
dilapisi dengan tripleks bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan
9) Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton,
akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan, beton tidak boleh dicor sebelum
bekisting disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Untuk menghindari kelambatan
dalam mendapatkan persetujuan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya,
penyedia harus memberitahukan Direksi Teknis/ Lapangan.

BAJA TULANGAN

KELAS DAN MUTU BAJA TULANGAN


1) Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu tulangan harus seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel Derajat-Kualitas Baja Tulagan dan tegangan yang di Izinkan

Tegangan Luluh Tegangan Izin Tegangan Ijin


Jenis Macam Karakteristik Permanen Sementara
(kg/ cm2) (0.58 kg/cm2) (0.83 kg/cm2)
U22 Baja Lemah 2.200 1.200 1.800
U24 Baja Lemah 2.400 1.400 2.000
U32 Baja Sedang 3.200 1.850 2.650
U39 Baja Keras 3.900 2.250 3.200
U48 Baja Keras 4.800 2.750 4.000

2) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan Penyedia harus menyerahkan sertifikat resmi dari
laboratorium resmi
3) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas dari karat,
kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain yang
melekat. Batang-batang baja tulangan harus disimpan ditempat yang terlindung,
ditumpuk dan tidak boleh menyentuh tanah dan dilindungi terhadap karat atau
rusak karena cuaca.

PENGUJIAN
1) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodic
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji
untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan
contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
2) Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Teknis/Lapangan dan minimal sesuai
dengan S11-0136-84. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia
PENYIMPANAN
Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang beratap tahap air
dan diberi alas kaki dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan dan karat.

PENEKUKAN
1) Pada tahap awal pekerjan, Penyedia harus mempersiapkan daftar lekukan (Bending
Schedule) untuk disetujui oleh Direksi Utama/Lapangan. Semua baja tulangan
harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan
dalam gambar dan sesuai peraturan yang berlaku, Baja harus ditekuk dengan alat
yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan
yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka dikerjkan
dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar dengan diameter
batang yang ditekuk

KAWAT PENGIKAT
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.

PEMASANGAN
1) Tulangan harus dipasang degan tepat sesuai posisi yang diperlihatkan pada gambar
dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau
gantungan logam menurut kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan kawat baja
pada pilar dinding dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat
harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.
2) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menojol keluar dari bweton pada sir
kontruksi atau lainny tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditundakeculi
diperoleh persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan)
3) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton
yang sudah mengeing atau mongering sebagian yang mungkin menempel dari
pengecoran sebelumnya. Sebelum pengecoran tulngan yang sudah dipasang pada
tiap pekerjan harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Pemberitahuan kepada
Direksi Teknis/ Lapangan untukmelakukan pemerintanharus disampaikan dalam
tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk
sengkang kepermukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan
4) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaik dengan persyaratan P.B.I
1971
Toleransi Baja Tulangan
Diameter, ukuran sisi atau
Variasi dalam berat Tolerani
jarak antara dua permukan
yang diperoleh Diameter
yang berlawanan
< 10 mm 7% 04 mm
10 < d < 16 mm 5% 0.4 mm
16 – 28 m 5% 0.15 %
29 – 32 mm 4% -

PENYAMBUNGAN
Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika perlu dan harus ditempatkan pada
seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan maka potongan dapat diijinkan
apabila panjang batang yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada
gambar-gambar.
1) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan cara-cara
seperti ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali jika dengan cara lain yang
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sambungan-sambungan tidak diijinkan
pada tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimum dan harus ditempatkan
berselang-selang sehingga tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang disambung
pada satu tempat.
2) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap) satu sama
lain, maka batang-batang harus didukung sehingga batang-batang itu tidak
berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan. Batang-batang itu hanya diikat
dengan aman minimum pada dua tempat persambungan
3) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana

PENGANGKUTAN DAN PENANGANAN


Cara pengakutan dan penanganan pekerjaan besi harus sesuai dengan cara yang telah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sebelum penyerahan untuk pekerjaan, kalau
dipakai pihak ketiga dalam pekerjaan pemasangan untuk semua penyerahan dan
bertanggung jawab untuk setiap kehilangan dan sewa gudang yang dapat terjadi
disebabkan oleh kelalaian dan kegagalan untuk menerima pekerjaan baja. Segera setelah
menerima penyerahan pekerjan baja, pihak ketiga akan segera menyampaikan secara
tertuliskepada Direksi Teknis/Lapangan setiap kerusakan atau cacat tanpa ditunda-
tunda atau kalau tidakdemikian, dia harus memperbaiki setiap kerusakan, kehilangan
serta yang terjadi diluar dan sesuah penyerahan atas biaya sendiri

PEMASANGAN
1) Umum
Penyedia harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang diperlukan dan
mendirikannya ditempat pekerjaan, memasang dan mengelingkan baut atau las
seluruh pekerjan baja. Pekerjaan baja tidak boleh dipasang sebelum cara, alat dan
sebagainya yang digunakan mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
Semua bagian harus dikerjakan secara hati-hati dan dipasang dengan teliti, Drift
yang dipakai mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter lubang paku
keeling atau baut, dan digunakan untuk membawa bagian pada posisinya yang tepat
seperti disyaratkan dibawah ini. Penggunaan martil yang berlebihan yang dapat
merusak atau mengganggu material tidak diperkenankan. Setiap kesalahan pada
pekerja bagian pekerjaan dengan menggunakan drift secara wajar harus dilaporkan
kepada Direksi Teknis/Lapangan. Permukaan dengan mesin perkakas harus
dibersihkan sebelum dipasang. Kopel dan sambungan lapangan sebanyak 50%
sebelum dikeling atau dibuat 2 lubang pada setiap kurangnya 40% dari lubang diisi
dengan baut. Selanjutnya sekurang-kurangnya 10% dari lubang pada suatu
kelompok dikeling atau dibaut dengan permanen sebelum baut montase atau drift
diangkat (disingkirkan)
2) Drift, Paku Keling Baut Stel dan sebagainya
Penyedia harus menyediakan untuk digunakan sendiri, semua pararel drift untuk
montase yang mungkin diperlukan dan akan tetap menjadi miliknya bila
dipindahkan dari tempat pekerjaan atas biaya sendiri. Setelah selesai pekerjaan
semua stel, setiap paku keeling dan baut yang berlebih akan diserahkan kepada
DireksiTeknis/Lapangan atau biaya Penyedia
3) Drift Pararel untuk Montase
Batang tak berulir dari drift pararel yang digunakan pada montase dibuat sesuai
dengan diameter yang diperlukan, dan panjangnya tidak kurang dari jumlah tebal
minimal yang akan dilalui oleh Drift itu ditambah satu kali drift itu.
4) Pemasangan Paku Keling
Semua pekerjan harus dibuat secara wajar sehingga potongan-potongan dapat
berhubungan dengan rapat menyeluruh sebelum dimulainya pemasangan paku
keeling. Drift dapat digunakan hanya untuk mendekatkan pekerjaan pada posisinya
dan tidak akan digunakan untuk mengganggu lubang-lubang. Menggunakan drift
dengan ukuran yang lebih besar dari diameter nominal lubang tidak diperkenankan.
Dianjurkan paku keeling dipasang dengan menggunakan mesin atau alat tekan dari
tipe yang telah disetujui. Setiap paku keeling harus cukup panjang untuk membentuk
kepala dengan ukuran standard dan harus bebas dari kotoran besi dengab cara
menggosokannya pada permukaan sepotong logam. Paku keeling tetap berada dalam
keadaan panas, merah menyeluruh pada saat dimasukkan dan dikerjakan serta paku
keeling yang retak terbentuk jelek atau dengan kepala yang cacad atau dengan
kepala yang sangat eksentris terhadap batangnya harus dipotong dan diganti dengan
paku keeling yang baik, membentuk kembali kepala paku keeling tidak
diperkenankan. Kepala paku keling yang agak pipih dapat digunakan pada tempat-
tempat tertentu kalau ditentukan oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
PEKERJAAN PASANGAN

BAHAN-BAHAN
(1) Semen Porland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada beton
dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada Peraturan
Semen Portland Indonesia NI-8
(2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan
tangan
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%
c. Warna larutan pada pengujian dengan 3% natrium hidroksida, akibat adanya
zat-zat organic tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau larutan teh yang
sedang kepekatannya
d. Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium sulfat
tidak boleh labih dari 10%
e. Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung lebih dari
0,6% alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada pengujian tidak boleh
menunjukkan sifat reaktif terhadap alkali.
f. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding yaitu
yang menggunakan semen sama dengan pasir normal tidak boleh kurang dari
65% pada pengujian 7 hari.
g. Pasir laut untuk adukan tidak diperkenanakan
h. Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 5 mm.
(3) Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh dipakai
semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton
(4) Kapur
Kapur yang dpakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi yang telah disetujui
Direksi Teknis/Lapangan
(5) Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel teraso,
keramik dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan atau seperti disyaratkan pada saat rapat penjelasan.

BLOK-BLOK BETON
(1) Tipe dari blok-blok
Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu dengan daerah
lainnya maka tidak diadakan penentuan mengenai ukuran asalkan tidak
melampui batas dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Blok-blok beton
tersebut harus bersih, tidak menunjukan tanda-tanda retak ataupun cacat lain
yang dapat mengurangi mutu dari blok-blok tersebut.
(2) Campuran adukan
a. Apabila blok-blok tersebut dibuat harus dilindungi dari matahari dan dirawat
untuk jangka waktu paling tidak 10 hari dengan jalan membasahi atau
menutupi dengan memakai karung basah.
b. Tegangan tekan minimum dari blok beton tidak boleh lebih kecil dari 30/kg
cm2 pada umur 40 hari.
(3) Perawatan blok-blok beton
Blok-blok beton yang baru saja dibuat harus dilindungi dari matahari dan dirawat
untuk jangka waktu paling tidak 10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi
dengan memakai karung basah.
(4) Tembok-tembok ventilasi
a. Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran M1. Pasangan
ventilasi tersebut harus cukup baik dan antara satu dengan yang lain harus
lurus, seragam dengan menarik garis lurus di antara kedua ujungnya.
b. Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai dengan yang
ditetapkan oleh PPK.
PLESTERAN
(1) Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur
atau campuran-campuran lain.
b. Semen protland
Semen protland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membantu dan dalam sak yang tetrutup seperti disyaratkan dalam NI-8
c. Air
Air harus bersih, jernih dna bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam atau unsur-unsur organic lainnya.
(2) Perbandingan
a. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan untuk daerah
basah digunakan plesterean dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
b. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan Pc dicampur air sampai
mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
(3) Pelaksanaan
a. Permukaan dinding batu bata atau permukaan beton harus dibersihkan dari noda
debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran.
b. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala plesteran” untuk dipergunakan sebagai acuan.
c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (n 20 mm) dan diratakan
dengan roskam kayu/besi dari kayu halus tersebut dan rata permukaannya
ataupun dengan profil aluminium dengan panjang minimal 1,5, kemudian
basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk menghindarkan terjadinya retak akiat
penyusutan yang mendadak.
d. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus
dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara
permukaan beton dengan plesteran. Bilamana perlu permukaan beton yang telah
dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.
e. Permukaan beton harus dibahasi air hingga jenuh.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebelan minimal 2 cm,
tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan
secara bertahap yaitu dengan cara menempelkan adukan semen pada bagian
yang akan diplester, kemudian setelah mengering, dilakukan plesteran
berikutnya dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebelan yang
dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebelan lebih
dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau yang
lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapisi dengan kawat ayam yang
ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan
kawat ayam tersebut menjadi tanggungngan Penyedia.
Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka hasil
akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang
telah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
11.4 UNIT DISTRIBUSI

UMUM
Spesifikasi teknis ini disusun untuk pengadaan dan pemasangan berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan dilelangkan dengan ketentuan :
(1) Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan
digunakannya produksi dalam negeri.
(2) Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional.
(3) Metode pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan.
(4) Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metode pelaksanaan.
(5) Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama
minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
(6) Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
(7) Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produksi.
(8) Harus mencantumkan kriteria kinerja pruduk (output Performance) yang
diinginkan.
(9) Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama dengan
gambar-gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan,
istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang
harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-
dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan
menjalankan peralatan dan material tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus
dilaksanakan dan material yang harus disepakati, harus diterapkan baik pada bagian
dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan
dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan yang setara pada daftar kuantitas (form rencana
anggaran biaya)

LOKASI INSTALASI
(1) Penyedia harus memeriksa rute transportasi ke lokasi pemasangan dan melaporkan
kepada PKK/Tim Teknis unit-unit apa saja yang membutuhkan perubahan ukuran
dan juga unit-unit yang akan dimodifikasi jika ada.
(2) Gudang penyimpanan harus terletak dilokasi yang aman. Penyedia jasa harus
menempatkan dan memilih lokasi-lokasi untuk kantor dan/atau gudang dan
memberi tahu pemilik untuk persetujuannya. Kecuali ditetapkan lain oleh PPK/Tim
Teknis. Sebelum pembangunannya, desain kantor dan gudang harus disetujui oleh
pihak PKK dan Tim Teknis kegiatan.
(3) Jika segmen pemasangan pipa lebih dari 2.000 meter maka penyedia jasa disarankan
untuk mencari lokasi penempatan pipa sementara untuk kebutuhan langsir pipa
sehingga keterlambatan penyediaan/distribusi material pipa dapat dihindari.

KETENTUAN UMUM
(1) Perjanjian
Setelah penyedia jasa ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijun dari instalasi lain
yang berwenang, maka penyedia baran/jasa yang bersangkutan harus
menyelesaikan perijinan tersebut. PPK dan Tim Teknis dalam batas-batas
kewenangannya, akan membantu Untuk menyiapkan surat-surat resminya, tetapi
segala biaya yang diperlukan untuk perjanjian tersebut merupakan tanggung jawab
penyedia barang/jasa.
Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perjanjian yang
diperlukan belum diperoleh. Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat
suatu bangunan atau material yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar
bangunan/material tersebut akan memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka
hal tersebut terlebih dahulu harus didiskusikan dengan PPK dan Tim Teknis untuk
mencari jalan keluarnya.
(2) Pekerjaan-Pekerjaan Sementara
Jalan masuk ke lokasi, termasuk pada sarana perlenkapan lain seperti jembatan
darurat dan sebagainya, yang bersifat sementara harus disiapkan oleh penyedia
barang/jasa. Jika diperlukan jembatan-jembatan darurat, maka penyedia
barang/jasa harus merencanakannya dengan lebar minimal 3,50 meter dan kayu
yang cukup kuat untuk menahan muatan gandar 5 ton atau dengan perencanaan
yang disetujui oleh pihak PPK dan Tim Teknis. Penyedia barang/jasa wajib
memelihara sarana tersebut dan semua biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan
tersebut kalau tidak dipergunakan lagi harus dibongkar, dirapihkan kembali seperti
keadaan semula atau seperti yang disyaratkan oleh PPK dan Tim Teknis.
Penyedia barang/jasa harus membuat saluran-saluran untuk pembuangan semua
air bekas dan sisa buangan dari pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan
sementara, yang ditimbulkan dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak
lingkungan setempat dan tidak mengganggu pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan terhadap tanah atau saluran/anak sungai dimana air bekas dan sisa
buangan akan dibuang.
(3) Gambar-Gambar Kerja
Gambar-gambar rencana untuk pekerjaan ini akan diberikan kepada penyedia
barang/jasa dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen kontrak.
Gambar-gambar tersebut adalah gambar-gambar yang paling akhir setelah
diadakan perubahan-perubahan dan merupakan patokan bagi pelaksanaan
pekerjaan. Penyedia barang/jasa wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar rencana dan spesifikasi yang
berhubungan dengan hal tersebut.
Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar
rencana dan spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan,
perbedaan dan hal-hal lain yang meragukan, penyedia barang/jasa harus
mengajukannya kepada PPK dan Tim Teknis secara tertulis, dan PPK dan Tim Teknis
akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-gambar tersebut untuk kelengkapan
yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat keadaan
penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan ditentukan oleh
PPK dan Tim Teknis dan disampaikan secara tertulis kepada penyedia barang/jasa.
Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, penyedia barang/jasa
harus menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak PPK dan Tim Teknis
sebanyak 3 (tiga) rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan
dengan gambar tersebut.
Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan dilapangan.
Gambar-gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan
merupakan hasil revisi terakhir. Penyedia barang/jasa juga harus menyiapkan
gambar-gambar yang menunjukkan perbedaan antara gambar rencana dan gambar
kerja. Semua biaya untuk itu menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa.
(4) Ukuran-Ukuran
Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambar
tersebut adalah gambar berskala. Jika terdapat perbedaan antara ukuran dan
gambarnya, maka penyedia barang/jasa harus segera meminta pertimbangan dari
para ahli untuk menetapkan mana yang benar.
(5) Program Kerja
Penyedia barang/jasa harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus
diserahkan kepada PPK dan Tim Teknis paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai.
Rencana kerja tersebut harus mencakup :
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke
lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan
dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh penyedia
barang/jasa.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai
latar belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan.
Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta
lampiran penjelasan.
(6) Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
Penyedia barang/jasa diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis
selengkapnya apabila PPK dan Tim Teknis memerlukan penjelasan tentang tempat-
tempat asal mula material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum
mulai pelaksanaan tahapan tersebut. Dalam keadaan apapun, penyedia barang/jasa
tidak dibenarkan memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari PPK dan Tim Teknis. Pemberitahuan yang jelas dan
lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada PPK dan Tim Teknis sebelum
memulai pekerjaan, agar PPK dan Tim Teknis mempunyai waktu yang cukup
menimbangkan persetujuannya. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang meurut PPK
dan Tim Teknis penting, harus dihadiri dan diawasi langsung PPK dan Tim Teknis
atau wakilnya. Pemberitahuan tentang akan dilaksanakannya pekerjaan-pekerjaan
tersebut harus sudah diterima oleh PPK dan Tim Teknis selambat-ambatnya 2 (dua)
hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
(7) Pematokan Jalur Perpipaan
Penyedia barang/jasa harus mengerjakan pematokan untuk menentukan
kedudukan jalur pipa sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini seluruhnya
harus mendapat persetujuan PPK dan Tim Teknis terlebih dahulu sebelum memulai
pekerjaan selanjutnya. PPK dan Tim Teknis dapat melakukan revisi pemasangan
patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia barang/jasa harus mengerjakan
revisi tersebut sesuai dengan petunjuk PPK dan Tim Teknis. Sebelum memulai
pekerjaan pemasangan patok, penyedia barang/jasa harus memberitahukan kepada
PPK dan Tim Teknis sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, sehingga PPK
dan Tim Teknis dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
melakukan pengawasan.
Pekerjaan pematokan yang telas selesai, diukur oleh penyedia barang/jasa untuk
mendapat persetujuan PPK dan Tim Teknis. Hanya hasil pengukuran yang telah
disetujui PPK dan Tim Teknis yang dapat digunakan sebagai dasar pembayaran
pekerjaan.
Penyedia barang/jasa wajib menyediakan alat-alat ukur dan perlengkapannya, juru
ukur serta pekerjaan lain yang diperlukan oleh PPK dan Tim Teknis untuk
melakukan pemeriksaan/pengujian hasil pengukuran.
Semua tanda-tanda dilapangan yang diberikan oleh PPK dan Tim Teknis atau
dipasang sendiri oleh penyedia barang/jasa harus tetap dipelihara dan dijaga
dengan baik oleh penyedia barang/jasa. Apabila ada yang rusak harus segea diganti
dengan yang baru dan meminta kembali persetujuan dari PPK dan Tim Teknis. Bila
terdapat penyimpangan dari gambar rencana, penyedia barang/jasa harus
mengajukan 3 (tiga) rangkap gambar penampang dari daerah yang dipatok
tersebut. PPK dan Tim Teknis akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dari
pendapat/revisi pada satu copy gambar tersebut dan mengembalikannya
Kepada penyedia barang/jasa. Setelah diperbaiki, penyedia barang/jasa harus
mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar-gambar tersebut harus dibuat
pada kertas HVS format A3 agar memungkinkan untuk diproduksi. Semua gambar-
gambar yang telah disetujui harus diserahkan kepada PPK dan Tim Teknis dalam
kertas HVS format A3 dan 2 (dua) copy hasil reproduksinya. Ukuran dan huruf
yang digunakan pada gambar atersebut harus sesuai dengan ketentuan PPK dan Tim
Teknis.
(8) Rapat-Rapat
Apabila dipandang perlu, PPK dan Tim Teknis dan/atau penyedia barang/jasa dapat
mengadakan rapat-rapat dengan mengundang penyedia barang/jasa dan konsultan
serta pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahan
pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil/risalah rapat merupakan ketentuan yang
bersifat mengikat bagi penyedia barang/jasa.
(9) Prestasi Pekerjaan
Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang
telah diselesaikan penyedia barang/jasa dan disetujui oleh PPK dan Tim Teknis.
Prosentase pekerjaan ini dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan
yang telah diselesaikan terhadap nilai kontrak keseluruhan.
Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan
berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam kontrak .
(10) Penyelesaian Pekerjaan
Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak
diuraikan secara keseluruhan sesauai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya.
Apabila dari hasil pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat,
penyedia barang/jasa dengan biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai
dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh PPK dan Tim Teknis.
(11) Laporan-Laporan
Selama periode pekerjaan di lapangan, penyedia barang/jasa harus membuat
laporan harian dan laporan mingguan yang menggambarkan kemajuan pekerjaan.
Laporan tersebut memuat sekurang-kurangnya informasi yang mencakup :
a. Uraian mengenali kemajuan kerja yang sesungguhnyaa dicapai menjelang akhir
minggu .
b. Jumlah personil yang bertugas selama minggu tersebut.
c. Material dan barang-barang serta peralatan yang disediakan.
d. Kondidi cuaca.

KRITERIA DESAIN
Untuk merencanakan sistem perpipaan distribusi pada suatu wilayah yang memenuhi
syarat dari segi kuantitas, kualitas dan kintiuitas dibutuhkan suatu standar dan kriteria
perencanaan yang handal. Penyusun kriteria terssebut berpedoman pada kriteria
perencanaan yang umum digunakan dan Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik
Sistem Penyediaan Air Minum, Kementerian Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan
kondisi daerah perencanaan. Pada table disajikan komponen perencanaan terkait kriteria
desain yang akan digunakan pada perencanaan jaringan perpipaan distribusi.
Tabel
Kriteria Perencanaan Unit Distribusi

SATUAN BATASAN DISAIN


NO. KOMPONEN PENCANAAN
DISAIN KRITERIA
1 Perencanaan Horizontal Sistem Distribusi Tahun 8–9
Tingkat pelayanan
a. Persentase penduduk terlayani % 47 – 80
▪ Perpipaan % 40 – 80
▪ Non perpipaan % 40 – 60
b. Komposisi pelayanan
2 ▪ Sambungan rumah % 60 – 100
▪ Kran Umum % 0 – 40
c. Jumlah jiwa/sambungan
▪ Sambungan rumah Orang 5–7
▪ Kran umum Orang 100 – 200
d. Kontinuitas pelayanan Jam 24
Pemakaian Kebutuhan Air
a. Kebutuhan domestik
▪ Sambungan rumah Ltr / orng / hr 60 – 180
▪ Kran umum Ltr / orng / hr 20 – 40
b. Kebutuhan non domestik
▪ Niaga kecil Ltr / orng / hr 600 – 900
3
▪ Niaga besar Ltr / orng / hr 1000 – 5000
▪ Industri Lt / dt / ha 0,2 - 0,8
▪ Pariwisata Lt / dt / ha 0,1 – 0,3
▪ Persentase dari domestik % 10 - 20
c. Kehilangan air didistribusi % 15 – 30

Faktor Pemaiakan Air


a. Rata-rata harian (Qr) m3 / hari (QDom + QNonDom +
4 Q Kebocoran)
b. Hari maksimum (Qmd) Faktor 1,15 – 1,25 x Qr
c. Jam puncak (Qmd) Faktor 1.5 – 1.75 x Qr
Kapasitas pengalrian
5 a. Transmisi Air Bersih Faktor 1,15 – 1,25 x Qr
b. distribusi Faktor 1.5 – 1.75 x Qr
Kapasitas Penyimpan Reservoar Booster 5 – 10% (td = 1 -2
6 %
(Booster Pump) jam)
Desin teknis perpipaan
7 a. kecepatan aliran air
▪ batas kecepatan air di pipa Meter/detik 0,3 – 3,0
SATUAN BATASAN DISAIN
NO. KOMPONEN PERENCANAAN
DISAIN KRITERIA
▪ Kecepatan rata-rata Meter/detik 2,0
b. Koefisien hidrolik (Hazen Williem)
▪ Umur pipa < 10 tahun
- Pipa HDPE Konstanta 110 - 120

- Pipa DCI Konstanta 100 – 110


▪ Umur pipa 10 – 30 tahun Konstanta
- Pipa HDPE Konstanta 100 – 110

- Pipa DCI Konstanta 90 – 100


c. Tekanan air
▪ Sisa tekanan minimum Meter 10 – 15
▪ Tekanan Statik Maksimal Meter 75
▪ Slope tekanan Meter 5 – 10

SPESIFIKASI TEKNIS

PIPA HDPE
(1) Standar
Standar pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan kerja
minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain. Material yang
digunakan adalah yang memenuhi standard dengan panjang efektif tidak lebih dari 6
meter untuk pipa dengan diameter luar 110 mm (2 inchi), sedangkan pipa dengan
diameter luar 63 – 90 mm dapat menggunakan pipa dengan panjang efektif
maksimal 50 mater (kecuali ditentukan lain oleh pihak pengguna jasa).
Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik yang telah mendapat izin untuk
penggunaan di Indonesia, serta memenuhi SNI yang dikeluarjakan oleh Kementerian
Perindustrian. Setiap pipa harus mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang
menunjukan diameter nominal, kelas, nama pabrik pembuat dan dan trade mark
Standar lain yang digunakan adalah :
- SNI 06-4829-2005 Pipa polietilena untuk air minum
- SNI 19-6779-2002 Metode pengujian perubahan panjang pipa Polietilena
- SNI 06-4822-1998 Metode pengujian dimensi pipa polientilena untuk air
minum
- ISO 4427 : 1996 Polyethylene pipes for water supply specifications
- ISO 6964 – 1986 Polyolefin pipes and fitting – Determation of carbon
Black content by calcinations pyrolysis – Test method
and basic specification
- ISO / TR 10837 – 1991 Determination of the thermal stability of polyetilence for
us in gas pipes and fitting’s
- ISO 11420 : 1996 Method for the assesment of the degree of carbon black
dispersion in polyolefin pipes, fittings and compound’s
- ISO 6259 / 1985 Pipe for polyethylene – part 1 : Determination of tensile
Propierties ISO 3126 : 1974 Plastic pipe – measurement
of dimension
- ISO 1167 : 1996 Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids –
resistanse to Internal pressure – Test Method
- ISO 3607 : 19977/E Tolerances on outside diameters and will thickenesses
- AS / NZS 4130 : 97 Polyethylene pipes for pressure application
- ASTM D 3350 – 1999 Standard spesification polyethylene plastics pipe and
fittings material
- JIS 6762 – 1998 Double wall polyethylene pipes for water supply
(2) Persyaratan Material Pipa
- Ovalitas
Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus sesuai
dengan kelas N. Kelas N :
a. Untuk diameter luar normal < 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1)
mm, dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm
b. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi < 250, toleransi sama dengan
0,02 x DN, dibulatkan menjadi 0,1 mm
c. Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035 x DN,
dibulatkan menjadi 0,1 mm
Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18 dn
dan pipa jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan
peralatan untuk penggulungan ulang
- Panjang Pipa
Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari
persetujuan antara pemasok dan pengguna barangf dengan toleransi ± 0,05
m. Diameter drum gulungan minimum harus 18 x DN.
- Material Property
Pipa harus memenuhi nilai (“value”) minimal sebagai berikut (terlampir
dalam brosur)

Tabel Karakteristik Material Pipa HDPE


Karakteristik Metode Unit Nilai
Warna : Hitam - - -
Density ISO 1183 gr/cm3 959
Melt Flow Rate 5 kg – ISO 1133/T gr/10 min
0.3
190°C
Minimum Required ISO DIS 9080 Mpa
>10.0
Strength
Flexural Modulus ISO 178 Mpa 1250
Tensile Strength at Yield ISO 527 50 mm/min
26
Mpa
Tensile Strength at ISO 527 50 mm/min
35
Break Mpa
Compound Designation ISO 12162 - PE 100

(3) Sifat Mekanis


- Ketahanan Hidrostatis

Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagaimana


label dibawah ini
Tabel Ketahanan Hidrostatik Pipa
TEGANGAN UJI (Mpa)
JENIS BAHAN 1000 jam pada
100 jam pada 20°C 165 jam1) pada 80°C
80°C
PE 100 12.4 5.5 5.0

Catatan :
1) Hanya kegagalan rapuh yang dperhitungkan

Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah
merupakan kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam ternyata gagal
dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya dilaksanakan pada tegangan
yang lebih rendah. Tegangan uji yang baru, dan waktu kegagalan minimum
yang baru supaya dipilihsebagaimana tabel dibawah.
Tabel Ketahanan hidrostatik pada kekuatan suhu 80oC Kebutuhan uji ulang
PE 100
Tegangan Waktu Kegagalan
Mpa Minumum (jam)
5.5 165
5.4 233
5.3 332
5.2 476
5.1 688
5.0 1000

(4) Kuat Tarik


Nilai kuat tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjangan minimum harus
400%, bila diuji pada suhu 20°C
(5) Sifat Fisik
- Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE minimum
harus 20 menit jika diuji pada suhu 200°C. Contoh yang diuji supaya diambil
dari permukaan dalam pipa.
- Nilai Perubahan Panjang
Nilai perubahan arah panjang maksimum 3 %
(6) Dimensi Pipa
Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06-4829-2005
tentang pipa polietilena untuk air minum.
(7) Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat pipa polietilena, harus merupakan
bahan baku yang menyatakan layak digunakan untuk air minum yang
dikeluarkan oleh pemasok bahan baku, hal tersebut dibuktikan dengan
Certificate Badan Independen BODYCOTE.
(8) Sambungan
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara pemanasan yaitu dengan
menggunakan Butt Fusion dan sambungan Elektrofusion, atau dengan
Mechanical Joint.
Penyambungan dengan menggunakan Butt Fusion dilakukan untuk pipa dengan
diameter mulai dari 63 mm dengan ketebalan minimum 4,7 mm dengan SDR
13,6. Penyambungan dengan Mechanical Joint direkomendasikan untuk pipa
dengan diameter 20 – 110 mm. Sedangkan dengan penyambungan dengan
elektrofusion dapat digunakan untuk semua ukuran pipa.
(9) Pengujian Pipa
Acuan normatif untuk pengujian pipa polietilena adalah SNI 06-2552-1991
tentang metode pengambilan contoh uji pipa PVC untuk air minum dan SNI 06-
4821-1998 tentang metode pengujian dimensi pipa polietilena untuk air
minum.
(10) Pengujian Quality Assurance (Jaminan Kualitas)
Pengujian quality assurance sesuai dengan persyaratan berikut harus cukup
mewakili unit yang disuplai sesuai kontrak. Pengguna harus diijinkan untuk
mengunjungi tempat pembuatan untuk menyaksikan test/pengujian tersebut.
Atas biaya penyedia jasa. Pengujian juga dapat dilakukan pada laboraturium
pengujian independen (diluar tempat pembuatan). Jika pengujian dilakukan di
laboraturium pengujian independen, maka pihak penyedia jasa harus membawa
sampel pipa (seluruh ukuran) yang diambil secara acak oleh pengguna jasa ke
laboraturium yang telah ditantukan. Biaya pengujian menjadi beban
tanggungan pihak penyedia jasa.
(11) Penandaan Pipa
Penandaan pada batang pipa, sekurang-kurangnya mencantumkan :
- Nama pabrik pembuat tau merek dagang
- Dimensi luar pipa
- Tekanan kerja nominal
- Jenis material yang digunakan
- Seri pipa.
- Tanggal produksi

PIPA GIP

Standar pipa dan alat penyambung harus didesain untuk menerima tekanana kerja
minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.
Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik yang telah mendapat izin untuk penggunaan
di Indonesia, serta memenuhi SNI yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian.
Setiap pipa harus mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang menunjukkan diameter
nominal, kelas, nama pabrik pembuat dan trade mark.
Standar lain yang digunakan adalah:
▪ ISO 2531
▪ BS 4772
1) Spesifikasi Pipa
- Ketebalan Dinding Pipa
Tabel Ketebalan Dinding Pipa & Asesoris Pipa DCI
NOMINAL KETEBALAN DINDING PIPA (mm)
DIAMETER K=9 K = 12 K =14
80 6.0 7.0 8.1
100 6.1 7.2 8.4
150 6.3 7.8 9.1
Catatan :
K= 9 untuk pipa
K = 12, untuk elbows
K = 14, untuk tees

- Panjang Pipa
Tabel Panjang Pipa DCI
NOMINAL PANJANG PIPA (m)
DIAMETER
80 4-6
100 4-6
150 4-6

- Tekanan Hidrostatis Pipa


Tabel 5 tekanan Hidrostatic Yang Diisyaratkan Untuk Pipa DCI
DIAMETER PIPA FITTING
DN 80 – DN 300 50 bar 25 bar
DN 350 – DN 600 40 bar 16 bar
DN 700 – DN 1000 32 bar 10 bar
DN 1100 – DN 2000 25 bar 10 bar

2) Sistem Penyambungan
Sistem penyambungan pipa ductile, dapat dilakukan dengan cara-cara, sebagai
berikut:
(1) Push on joit
(2) Mechanical join
(3) Locking joint
3) Pekerjaan Pengadaan Asesoris Pipa
- Gate Valve
▪ Pabrikan gate valve harus memberikan jaminan ketersediaan barang sampai
dengan selesainya pekerjaan.
▪ Pabrikan Gate Valve harus memberikan jaminan produk berupa garansi
pengganti baru/ sparepart dari gate valve yang diawarkan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun.
▪ Penyedia Jasa Bersama pihak pabrikan harus dapat menunjukan sertfikat
keaslian (Certificate Of Originn/COO) atau sertifikat asal barang (Certifikate
of Confirmity /COC)yang asli (bukan copy) untuk produk Gate Valve yang
ditawarkan kepada pihak pengguna jasa.
▪ Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka gate
valve yang ditawarkan adalah gate vlve dari jenis “Non Rising Stem”.
▪ Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water and Other Liquids”
(AWWA C 500) atau standar internasional lain yang sama atau lebih tinggi
kualtiasnya dan didesain khusus untuk tekanan kerja.
▪ Gate valve harus dilengkapi dengan flange dan memiliki lubang sesuai
dengan standar Flange JIS /ISO (yang umum beredar di Indonesia). Standar
flange dapat berubah jika pihak pengguna jasa menentukan lain.
▪ Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi dengan
kunci T CTeeKey) minimal satu buah.
▪ Tee key tersebut diengkapi dengan pengungkit tutup surface box street cover
dan terbuat dari aja ST 40 yang telah digalvanis.
▪ Bila dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extension spindle
maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis.
▪ Harga penawaran extension spindle sudah termasuk potongan pipa PVC
untuk melindungi extension spindle tersebut dari urugan tanah.
▪ Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu atau
bahan dengan kualitas lebih tinggi.
▪ Badan dari gate valve terbuat dari Ductile Cast Iron atau juga disebut Ductile
Iron, CastIron (besi tuang kelabu) atau bahan material yang lebih tinggi
kualitasnya.Tangkai vajenis non-rising dan dengan katup yang solid (solid
wedge gate). Valve harus cocok untuk pemasangan dengan posisi tegak
(vertikal mounting). Valve harus dirancang untuk saluran air yang bebas
hambatan yang mempunyai diameter tidak kurang dari diameter nominal
valve apabila dalam posisi terbuka.
▪ Teknologi Valve sudah menggunakan konsep O-Ring, bukan Gland Packing.
o-Ringdibuat dari bahan Karet EPDM dan aman digunakan untuk air minum.
▪ Stem dibuat dari stainless steel, untuk valve berukuran 50 - 300 mm
menggunakan teknologi Resilient Seated yaitu selubung karet EPLDM l
(ethylene propylene dienemonomer) pada baji, agar lebih tahan terhadap air
berklorinasi.
▪ Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari besi tuang kelabu, rata
dan tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang
padat. Tutup harus disertakan pada surface box terscbut.
▪ Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata dan
tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang
padat. Joint antara tutup dengan badan tidak berupa engsel melainkan
dihubungkan dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan dengan masing-
masing dimensi valve dan sudah dicoating dengan anti karat.
▪ Valve dengan ukuran lebih kecil dari 50 mm mempunyai badan yang
terbuat dan perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate valve memiliki solid
wedge (baji, skrup dalar dan tangkai pengungkit).
▪ Gate valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B 2011
atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja besamya 0.98 Mpa (10
kglem). Valve harus dilengkapi dengan roda pemutar dan ujung berulir
(sekrup). Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu
pada JIS H 5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya rentang tidak
kurang dari 196 N/mm2 (20 kg/m2).
Piringan terbuat dari perunggu cetakan sesuai spesifikasi di atas atau dari
kuningan yang mengacu pada AS H 3250, kelas C3711 atau dari tembaga
yang mempunyai daya rentang tidak kurang dari 314 N/mm2 (32 kg/m2).
Stem/tangkai harus terbuat dari tembaga sesuai spesiflkasi di atas.
▪ Semua valve, kecuali ditentukan lain, harus dilengkapi dengan mur (wrench
nuts).

- Katup Udara (Air Release Valve)

▪ Pabrikan gate valve harus memberikan jaminan ketersediaan barang sampai


dengan selesainya pekerjaan
▪ Pabrikan Gate Valve harus memberikan jaminan produk berupa garansi
penggantian baru/ sparepart dari Gate Valve yang ditawarkan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun.
▪ Penyedia Jasa bersama pihak pabrikan harus dapat menunjukan sertifikat
keaslian (Certificate Of Origin/COO) atau sertifikat asal barang (Certifikate
Of Confirmity /COC)yarg asli (bukan copy) untuk produk Air Release Valve
yang ditawarkan untuk ditunjukan kepada pihak pengguna jasa.
▪ Katup udara harus dapat beroperasi secara matis dan mengikuti hal-hal
sebagai berikut:
- dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
- dapat memasukkan udara selama gelontoran.
- dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
- dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
- aman terhadap vakum.
▪ Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap
dengan mur,baut ring dan dudukan (stool).Ukuran sesuai dengan pekerjaan
yang diberikan pada uraian.
▪ Badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dan pelampung dari
ebonit, stainlees steel atau Acrynolitrie Butediene Steel.
▪ Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees stel, bronze atau ABS.
▪ Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan
tidak menunjukkan gejala kebocoran.
▪ Juga tidak terjadi keboooran bila tekanan minimum 0,1 bar.
▪ Penyedia barang harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara
terpisah untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu (butterfly valve)
dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan rubber
seal, disc.valve shaft dan peralatan mckanisme operasional yang
mengikuti Standards for Rubber Seated Butterfly Valves' (AwWA
Designation c 504) atau standard Internasional lain yang disetujui yang
sama atau leblh tinggi kualitasnya dari yang disebutkan.
- Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90o dari
posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve harus
horizontal.
- Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai dengan
standard AWWA C 504,
- Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk pengawasan dan
perbaikan,
- Mekanisme operasional untuk pengoperasian valve secara manual harus
dapat mengunci sendiri sehingga tangga aliran air atau vibrasi tidak
mengakibatkan piringan berpindah dari tempatnya semula.
- Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan (bila
tertutup rapat) sama dengan rate tekanan pada pipa.
- Seluruh valve harus mengikuti Spesifikasi ini dan harus dapat membuka
atau menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang lama.
- Badan valve dan flange terbuat dari cast iron dan mengikuti "Specification
for GreyIron Casting for Valves, Flanges and Pipe Fittings kelas B (ASTM
Designation A 126) atau ductile iron (ASTM 536). Flange harus mengikuti
standard JIS-8 2213.
- Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.
- Tipe air valve harus sesuai dengan spesifikasi di bawah ini yang
tergantung pada
ukuran pipa yang dipasang.
Tabel Penggunaan Air Valve Berdasarkan Ukuran Diameter Pipa
Diameter Pipa Tipe Air Valve (mm) Diameter Nominal Air
(mm) Valve
▪ 250 dan lebih ▪ Tipe dengan orifice ▪ 75 mm dan lebih
kecil keciltunggal kecil
▪ 300 dan lebih ▪ Tipe dengar dua Orifice ▪ 100 mm dan lebih
besar besar atau
kombinasi
- Tipe air valve dengan lubang/orifice kecil
Air valve dengan lubang kecil didesain untuk pengoperasian secara
otomatis yang akan mengeluarkan udara yang terakumulasi bertekanan
pada saat aliran air dalam penuh.
- Tipe air valve dengan dua lubang atau kombinasi
Air valve dengan dua lubang atau kombinasi didesain untuk dioperasikan
secara otomatis, sehingga akan:
▪ Terbuka pada kondisi bertekanan kurang dari tekanan atmosfer, dan
menampung banyak udara selama operasi pengurasan saluran pipa.
▪ Mengeluarkan banyak udara dan menutup, ada saat air dalam kondisi
tekanan rendah, mengisi badan valve selama operasi pengisian.
▪ Tidak menutup aliran pada kondisi kecepatan pembuargan udara tinggi, dan
▪ Mengeluarkan akumulasi udara bertekanan pada kondisi aliran air penuh
dalam pipa.

- Check Valve
• Pabrikan gate valve harus memberikan jaminan ketersediaan barang sampai
dengan selesainya pekerjaan
• Pabrikan Gate Valve harus memberikan jaminan produk berupa garansi
penggantian baru sparepart dari Gate Valve yang ditawarkan sekurang-
kurangnya selama 5 t tahun.
• Penvedia Jasa bersama pihak pabrikan harus dapat menujukan sertifikat
keaslian yang asli (bukan copy) untuk produk Check Valve yang ditawarkan
kepada pihak (Certificate Of Origin/COO) atau sertifikat asal barang
(Certifikat Of Confirmity/COC) pengguna jasa.
• Penyedia barang harus menyediakan check valve jenis Swing Check Valve
dengan sambungan flange.
• Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang dapat dibuka
sewaktu-
• waktu bila diperlukan.
• Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (ercctak) yang dapat
menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya, besamya
diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
• Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi tuang.
• Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang
berkualitas baik.
• Tekanan kerja dari check valve mampu menahan 10 kg/cm2.
• Check valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan, dudukan,
dudukan cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk
perbaikan harus mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah diganti
tanpa menggunakan peralatan khusus atau harus memindahkan valve dari
jalumya.
• Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam isi horizontal atau vertikal
dengan aliran keatas dan ketika terbuka penuh valve harus mempunyai
daerah aliran bersih (anet-flow area) tidak kurang dari luas diameter
nominal pipa dan ujung flange.
- Pressure Reducing Valve (PRV)
• Pabrikan gate valve harus memberikan jaminan ketersediaan barang sampai
dengan selesainya pekerjaan
• Pabrikan PRV harus memberikan jaminan produk berupa garansi
penggantian baru sparepart dari Gate Valve yang ditawarkan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun.
• Penyedia Jasa bersama pihak pabrikan harus dapat menunjukan sertifikat
keaslian (Certificate Of Origin/CoO) atau sertifikat asal barang (Certifikat Of
Confirmity/Cocyang asli bukan copy) untuk produk PRV yang ditawarkan
kepada pihak pengguna jasa
• Jenis PRV yang digunakan adalah PRV dengan 2.tahap regulator.
• Body Valve, flenge, dan bagian penutup valve harus dibuat dari material Cast
Iron sesuai dengan ASTM A 126, Kelas B, atau ASTM A 48, Kelas 35, DI
sesuai dengan ASTM A 536,kelas 65-45- 12, atau seri AISI 300 baja. Material
casting perunggu untuk trim internal harus sesuai dengan ASTM B 62.
• PRV harus dilengkapi dengan flange dan memiliki lubang sesuai dengan
standar FlangeJIS /ISO. Standar flange dapat berubah jika pihak pengguna
jasa menentukan lain.
• PRV harus menjaga tekanan akhir secara konstan tanpa mengubah debit
dan/atau tekanan yang masuk.
• Pada preses maintenance semua komponen Pressure ucing Valve harus dapat
diakses dan diservis tanpa melepas Pressure Reducing Valve dari pipa.
• PRV harus mengatur dengan cara yang akurat stabil bahkan jika kecepatan
aliran turun dibawah 0,3 m/detik. Kehilangan tekanan yang terjadi pada saat
tersebut tidak boleh melebihi 0.3 bar
• PRV harus dapat beroperasi pada tekanan inlet antara 10-15 bar.
Pemasangan PRV harus dilengkapi dengan Strainer.
11.5 UNIT PELAYANAN

UMUM

Unit pelayanan meurpakan titik pengambilan air ( PP No. 122 tahun 2015). Unit pelayanan
terdiri atas;
(1) Sambungan langsung
(2) Hidran umum
(3) Dan/ atau hidran kebakaran
Unit pelayanan harus dipasang alat pengukuran berupa meter air. Meter air adalah untuk
mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui system kerja peralatan yang
dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung dan unit indikato pengukur untuk menyatakan
volune air yang lewat.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan yang setara pada daftar kuantitas (form rencana
anggaran biaya).

LOKASI INSTALASI
(1) Penyedia haru memeriksa rute transportasi kelokasi pemasangan dan melaporkan kepada
PPK/Tim Teknis unit-unit apa saja yang membutuhkan perubahan ukuran dan juga untuk
persetujuannya. Kecuali ditetakan lain oleh PPK/Tim Teknis. Sebelum pembangunannya,
desain kantor dan Gudang harus disetujui oleh PPK /Tim Teknis kegiatan.

KRITERIA DESAIN
Kriteria desain yang digunakan adalah sebagai berikut;
(1)Diameter pipa retikulasi berikisar adalah 2’’-6’ (inch)
(2)Sisa tekan minimum pada ujung pipa retikulasi adalah 1.0 bari (10 mka)
(3)Kehilangan tekanan dipipa retikulasi maksimum 5 mka.
Untuk mempermudah perhitungan jumlah sambungan rumah yang dapat dipasang pada jalur
pipa retikulasi dapat memperngaruhi formulasi pada tabel berikut;
6.3 SPESIFIKASI TEKNIS
SNI 2547 – 2008 Spesifikasi Meter Air Minum
ISO 4064-1-2005 Measurement of water flow in fully charged closed conduits – meters
dor cold potable water and hot water – Part 1 : Specification
ISO 4064-2-2001 Measurement of water flow in fully charged closed conduits – meters
dor cold potable water and hot water – Part 2 : Installation required and
selecton
ISO 4064-3-2001 Measurement of water flow in fully charged closed conduits – meters
dor cold potable water and hot water – Part 3 : Test Method And
Equipment
LEMBAR PENGESAHAN
PEKERJAAN :
Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk Kawasan Manokwari Selatan
Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari
DISERAHKAN OLEH : MENGETAHUI OLEH:
Tanggal : 25 November 2020
KONSULTAN READINESS CRITERIA Th. 2021 PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN AIR MINUM
PT. REKA PRIMA CONSULTANS
Ir. Irwansyah Putra, M.AP ABDUL AZIS, ST
TEAM LEADER NIP. 196612312001121037
Jalur Pipa dan Arah Aliran
Pipa Existing Ø250 mm GIP
Pipa Rencana Ø100 mm HDPE
Pipa Rencana Ø50 mm HDPE

Jembatan Sungai

Bangunan / Rumah

LAY OUT FULL JARINGAN PERPIPAAN ANDAI MANOKWARI SELATAN KABUPATEN MANOKWARI
SKALA NOSCALE 1:50
Jalur Pipa dan Arah Aliran
Pipa Existing Ø250 mm GIP
Pipa Rencana Ø100 mm HDPE
Pipa Rencana Ø50 mm HDPE

Jembatan Sungai

Bangunan / Rumah

1:50

LAY OUT WILAYAH 2 JARINGAN PERPIPAAN ANDAI MANOKWARI SELATAN KABUPATEN MANOKWARI
SKALA NOSCALE
Jalur Pipa dan Arah Aliran
Pipa Existing Ø250 mm GIP
Pipa Rencana Ø100 mm HDPE
Pipa Rencana Ø50 mm HDPE

Jembatan Sungai

Bangunan / Rumah

1:50
Jalur Pipa dan Arah Aliran
Pipa Existing Ø250 mm GIP
Pipa Rencana Ø100 mm HDPE
Pipa Rencana Ø50 mm HDPE

Jembatan Sungai

Bangunan / Rumah

1:50
Jalur Pipa dan Arah Aliran
Pipa Existing Ø250 mm GIP
Pipa Rencana Ø100 mm HDPE
Pipa Rencana Ø50 mm HDPE

Jembatan Sungai

Bangunan / Rumah

1:50
8.00

1.15 3.40 3.45

1.15

2.85

10.00

3.00

TAMPAK ATAS
3.00

DETAIL TALUD 1:50


Balok 30/20 0.30
Beton Camp.1:3:5 3Ø12
Ø10-150
0.20 3Ø12

Ø10-150
3Ø12

Kolom 20/25
Beton Camp.1:3:5

4.30

5.00

Pas.Batu Kali
Camp. 1:4

Sloof 20/25
Beton Camp.1:3:5

2Ø12

2Ø12
DETAIL TALUD 1:20
0.50 Ø10-150 0.50

2Ø12

2.10 0.20 0.20


DETAIL TALUD
2.50
REKONDISI JALAN BETON K-300 TEBAL 20 cm
DENGAN PEMBESIAN WIREMESH M8
Aspal AC 4cm
Aspal ATB 6 cm
Agregat Kelas A
Urugan Tanah Kembali
Urugan Sirtu
a
Dipadatkan a Urugan Tanah Kembali A
Dipadatkan
Urugan Tanah Kembali
Dipadatkan
d d Pipa HDPE d Pipa HDPE
b d b b d b b d b
GALIAN TANAH BIASA PERLINTASAN JALAN BETON PERLINTASAN JALAN ASPAL
STANDAR UKURAN YANG DIPERKENANKAN UNTUK
JALAN DESA (JALAN < 4m)
a b
d (mm) (cm) (cm)
25 - 50 50 10
75 - 100 60 10
150 - 200 70 10
250 - 300 80 10
STANDAR GALIAN PIPA NTS
TD-MKWSLT 01 02
KETERANGAN
1. PIPA SERVICE
2. BEND 90° GIP
3. DOUBLE NIPPLE GIP
4. STOP COCK/MAIN COCK ( PIT KRAN )
5. APTA KRAN
6. VERLOK NIPPLE 3/4"-1/2"
7. METER AIR (1/2") LENGKAP DENGAN SEGEL PENGAMAN
14
8. STOP KRAN ( SEARAH )
9. KRAN
10. WATER COUPLER HDPE
11. LONG BEND 90° GIP
12. CLAMP SADDLE
13. PIPA DISTRIBUSI 2"
14. BOX METERAN
15. TEE GIP
16. SOCK GIP
17. DOP DRAT LUAR
9
18. PIPA HDPE 3/4"
2
3 6 6 8
4 5 7
3 3 2
2 1
10 1
10 18 1
11 1 17
2 2
12
COR BETON TUMBUK 0,01M3
15
DETAIL SAMBUNGAN RUMAH NTS
13 1 16
TD-MKWSLT 02 02
POTONGAN - A POTONGAN - B POTONGAN - C
REDUCER GATE VALVE VERTICAL BEND 45°
DAFTAR DIMENSI DAFTAR DIMENSI DAFTAR DIMENSI
THRUST BLOCK UNTUK REDUCER THRUST BLOCK UNTUK GATE VALVE THRUST BLOCK UNTUK VERTICAL BEND 45°
GAMBAR STANDAR THRUST BLOK NTS
GSTB-MKWSLT 01 02
DIMENSI THRUST BLOCK UNTUK 45° DAN 22½° HORIZONTAL BENDS
DIMENSI THRUST BLOCK UNTUK 90°
HORIZONTAL BENDS
POTONGAN B
TANPA SKALA
POTONGAN D
TANPA SKALA
DIMENSI THRUST BLOCK UNTUK 11¼° HORIZONTAL BENDS
HORIZONTAL BEND: 45°, 22½° AND 11¼° HORIZONTAL BEND 90°
TANPA SKALA TANPA SKALA
DIMENSI THRUST BLOCK UNTUK END CAPS
DIMENSI THRUST BLOCK UNTUK TEES
POTONGAN A
TANPA SKALA
POTONGAN - C
TANPA SKALA
BLANK END CAP
TANPA SKALA
GAMBAR STANDAR THRUST BLOK NTS
TEE
TANPA SKALA
GSTB-MKWSLT 02 02
Keterangan:
< 90
Legend / Catatan :
10
20
300
Pemberi Tugas :
PENYEBERANGAN PIPA MELALUI SALURAN KECIL
TYPE. A
Mengetahui :
Pejabat Pembuat Komitmen
Air Minum
Abdul Azis, ST
< 90 NIP. 196612312001121037
Konsultan Readiness Criteria :
10
20
Pekerjaan :
Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
Kawasan Manokwari Selatan
Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari
Lokasi :
MANOKWARI SELATAN
400 KABUPATEN MANOKWARI
JUDUL GAMBAR : SKALA :
PENYEBERANGAN PIPA MELALUI SALURAN KECIL GAMBAR STANDAR NTS
TYPE. B
TEAM :
Andi Rachman, ST Ir. Irwansyah Putra
Oprator CAD Team Leader
Kode Gambar Nomor Gambar Jumlah Lembar
STDR-MKWSLT 01 05
60
60 60 Keterangan:
MT MT MT
BETON BETON BETON
VARIABLE
VARIABLE

VARIABLE

KATUP UDARA GATE VALVE DENGAN


KATUP UDARA
FLANGED ENDS
GATE VALVE Ø 80mm
STOP COCK DENGAN HANDLE
GIP Ø20 mm/Ø25 mm Legend / Catatan :
ØPIPA
10 10 ØPIPA
Ø PIPA

10
10
10

PASIR DIPADATKAN
TRUSH BLOCK
10

TRUST BLOCK PASIR DIPADATKAN


PASIR DIPADATKAN
TAPPING BAND
Pemberi Tugas :
60
60
MUKA TANAH
MT
10 7.5 60 7.5 10
BETON
KATUP UDARA
BETON Mengetahui :
VARIABLE
VARIABLE

GT. VALVE DG THREADED ENDS

7.5 7.5
Ø 50mm ATAU Ø 65mm VALVE Ø 50
Pejabat Pembuat Komitmen
UNION
Air Minum
Ø 8-10
BETON TUMBUK
10 ØPIPA

Ø PIPA
10

Abdul Azis, ST
10

PASIR DIPADATKAN
NIP. 196612312001121037
10

TRUST BLOCK PASIR DIPADATKAN Konsultan Readiness Criteria :


10 7.5 60 10
7.5
60
60
MT 10 7.5 60 7.5 10
MT
Pekerjaan :

10
BETON Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk

7.5
BETON
Kawasan Manokwari Selatan

VARIABLE
Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari
VARIABLE

CHECK VALVE Lokasi :


MANOKWARI SELATAN

Ø 8-10
60
PIPA SELUBUNG
KABUPATEN MANOKWARI
PVC Ø 100 Ø 8-10
JUDUL GAMBAR : SKALA :

ØPIPA
ØPIPA

7.5
GAMBAR STANDAR NTS

10

10
PASIR DIPADATKAN
10

10
10

PASIR DIPADATKAN
10 7.5 60 10
7.5
TEAM :
Andi Rachman, ST Ir. Irwansyah Putra
Oprator CAD Team Leader
Kode Gambar Nomor Gambar Jumlah Lembar
STDR-MKWSLT 02 05
Keterangan:
5
Legend / Catatan :
DRAINASE
1 4
3
4
2
Pipe support K 225
TIPE - A Pemberi Tugas :
Mengetahui :
1
2 2 3 4 Pejabat Pembuat Komitmen
Air Minum
Pipe support K 225 SUNGAI
TIPE - B
Abdul Azis, ST
NIP. 196612312001121037
Konsultan Readiness Criteria :
TABEL FITTING & ASESSORIS TIPE A TABEL FITTING & ASESSORIS TIPE B
Pekerjaan :
Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
1. Gate Valve 1 Unit 1. Gate Valve 1 Unit Kawasan Manokwari Selatan
Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari
2. Gibolt Joint 1 Unit 2. Flanged spigot 2 Unit
Lokasi :
3. Pipe GIP 3M 3. Pipe GIP 3M MANOKWARI SELATAN
KABUPATEN MANOKWARI
4. Bend 90° 2 Unit 4. End Cup 1 Unit
JUDUL GAMBAR : SKALA :
5. End Cup 1 Unit
GAMBAR STANDAR NTS
TEAM :
Andi Rachman, ST Ir. Irwansyah Putra
Oprator CAD Team Leader
Kode Gambar Nomor Gambar Jumlah Lembar
STDR-MKWSLT 03 05
Keterangan:
URUGAN TANAH YANG DIPADATKAN URUGAN TANAH YANG DIPADATKAN URUGAN TANAH YANG DIPADATKAN

Variabel
Variabel
Variabel

B
B
B

Legend / Catatan :
100 E C
100 E C
100 E C
POTONGAN A - A POTONGAN A - A
POTONGAN A - A

A
A Pemberi Tugas :
A

A
C

C
C A
A
Mengetahui :
E
E

E
Pejabat Pembuat Komitmen
Air Minum
ND

ND
D
D D

A
A Abdul Azis, ST
NIP. 196612312001121037

D
DENAH Konsultan Readiness Criteria :

N
DENAH
DENAH
Pekerjaan :
Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
Kawasan Manokwari Selatan
Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari
Lokasi :
MANOKWARI SELATAN
KABUPATEN MANOKWARI
JUDUL GAMBAR : SKALA :
GAMBAR STANDAR NTS
TEAM :
Andi Rachman, ST Ir. Irwansyah Putra
Oprator CAD Team Leader
Kode Gambar Nomor Gambar Jumlah Lembar
STDR-MKWSLT 04 05
Keterangan:
Legend / Catatan :
TAMPAK ATAS TAMPAK ATAS
Pemberi Tugas :
TAMPAK SAMPING TAMPAK SAMPING Mengetahui :
Pejabat Pembuat Komitmen
Air Minum
Abdul Azis, ST
NIP. 196612312001121037
Konsultan Readiness Criteria :
Pekerjaan :
Pembangunan Jaringan SPAM Manokwari untuk
TAMPAK ATAS TAMPAK ATAS Kawasan Manokwari Selatan
Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari
Lokasi :
MANOKWARI SELATAN
KABUPATEN MANOKWARI
JUDUL GAMBAR : SKALA :
GAMBAR STANDAR NTS
TAMPAK SAMPING TEAM :
TAMPAK SAMPING
Andi Rachman, ST Ir. Irwansyah Putra
Oprator CAD Team Leader
Kode Gambar Nomor Gambar Jumlah Lembar
STDR-MKWSLT 05 05

Anda mungkin juga menyukai