Well Control System Pada Rig Pdsi
Well Control System Pada Rig Pdsi
3
D1500E LAPANGAN JAS D-4
Penanggulangan Kick Menggunakan Driller’s Method
PT PERTAMINA DRILLING SERVICE INDONESIA
Oleh :
Robin Aditya
101316025
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Adapun
maksud dan tujuan dari pembuatan laporan akhir ini ialah untuk memenuhi
persyaratan kelulusan program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Perminyakan di
Universitas Pertamina. Selain itu penulis juga mencoba untuk menerapkan dan
membandingkzan pengetahuan serta keterampilan yang didapatkan selama belajar
dibangku kuliah dengan implementasi di lapangan.
Semoga Allah SWT membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Robin Aditya
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Apabila masalah tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan baik, maka tentu
akan menimbulkan kerugian yang ditanggung oleh perusahaan. Dengan adanya
ketidakpastian tersebut maka diperlukan sebuah sistem yang difungsikan
sebagai pengaman sebagai bentuk pencegahan masalah yang diakibatkan oleh
keadaan formasi atau dapat disebut dengan well control system.
1.2 Tujuan
Kegiatan kerja praktik dilakukan dengan tujuan seperti berikut :
- Memenuhi syarat mata kuliah wajib Kerja Praktik dengan bobot 2 sks
- Mengetahui ruang lingkup kerja secara profesional dengan karyawan pada
perusahaan
- Mengetahui implementasi ilmu teoritis yang didapatkan di perkuliahan
pada dunia kerja
- Mengetahui well control system yang ada pada sebuah rig
7
1.3 Penempatan Peserta Kerja Praktik
8
BAB II
PROFIL INSTANSI
Hingga pada bulan September 2005, Drilling Services menjadi salah satu unit usaha
dari Direktorat Hulu. Berdasarkan SK Dirut No. Kpts-081/C00000/2006-S0,
tanggal 17 Juli 2006, unit usaha dialihkan menjadi bagian dari Direktorat
9
Pengembangan Usaha PT. PERTAMINA EP untuk melakukan persiapan
pembentukan Anak Perusahaan.
Sampai pada tanggal 13 Juni 2008, berdasarkan Akta Notaris Marianne Vincentia
Hamdani No. 13, PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PT. PDSI) dengan
resmi didirikan dengan presentase saham PT Pertamina Hulu Energi sebesar 0.13%
dan PT Pertamina (Persero) sebesar 99.87%.
MISI
“Memberikan solusi terpadu yang berkualitas tinggi dalam pemboran, workovers,
dan well services, dengan memaksimalkan nilai tambah bagi pelanggan,
pemegang saham, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya.”
1. Clean (Jujur)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menolransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas,
berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampi berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya
dan menghargai kinerja.
3. Confidents (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
10
4. Customer Focused (Prima)
Berorientsi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan berkualitas tinggi pada pelanggan berdasarkan
prinsip-prinsip komersial yang kuat
5. Commercial (Komersil)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersil, mengambil keputusan
dengan prinsip-prinsip bisnis yang sehat
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan
pengembangan
11
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
12
merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan pada pukul 7 pagi dan 7 malam
atau pada saat melakukan pergantian shift pekerja dengan durasi waktu kurang lebih
30 menit. Tailgate Meeting dipimpin oleh seorang company man dan rig
superintendent untuk melakukan briefing dan review pekerjaan yang telah
dilakukan selama 12 jam terakhir dan yang akan dilakukan 12 jam kedepan.
13
minggu sekali service company lain diwajibkan untuk memberikan materi
tambahan yang berkaitan dengan keselamatan kerja sebagai bahan diskusi pada
Tailgate Meeting secara bergiliran.
14
Pengenalan lapangan dan kondisi kerja di Rig PDSI D1500-E dimulai
dengan pengenalan proyek yang sedang dikerjakan oleh rig tersebut. Adapun saat
kegiatan kerja praktik dilaksanakan, Rig PDSI D1500-E sedang mengerjakan
sumur pengembangan daerah Jatiasri dengan kode JAS D-4 yang merupakan sumur
kelima sekaligus sumur terakhir yang dikerjakan pada area tersebut, adapun
diagram trayek pengeboran yang sedang dikerjakan ialah sebagai berikut
15
Gambar 5. BHA Assembly 1 Trayek Pengeboran 12 ¼ JAS D-4
16
Gambar 6. BHA Assembly 2 Trayek Pengeboran 12 ¼ JAS D-4
17
3.3 Penanganan Kick Menggunakan Driller’s Method (Tugas Khusus)
Salah satu kompetensi yang perlu dikuasai oleh baik company man, rig
superintendent, toolpusher dan driller ialah mampu melakukan penanganan kick
menggunakan Driller’s Method. Selama praktikan di lapangan, praktikan
dibimbing oleh driller dan company man untuk menyelesaikan permasalahan
kick dalam bentuk contoh kasus yang biasa digunakan untuk melatih
kemampuan dasar menggunakan Driller’s Method dalam melakukan
penanganan kick.
Selain itu praktikan juga diminta untuk melakukan pengisian lembar well
control sheet atau kill sheet yang digunakan untuk melakukan perhitungan serta
memahami bagaimana sirkulasi yang dilakukan pada saat melakukan
penanganan kick menggunakan Driller’s Method serta mengetahui bagaimana
identifikasi apabila terjadi kick pada saat pengeboran dilakukan serta langkah
penanganan yang harus dilakukan apabila menjadi seorang driller ataupun
company man.
18
Gambar 7. Contoh Kasus Kick
19
Gambar 8. Contoh Kill Sheet bagian 1
20
Gambar 9. Contoh Kill Sheet bagian 2
21
Keseluruhan data awal tersebut diisi pada kolom Pre Recorded Information
pada well control sheet, sedangkan data setelah shut in dilakukan berupa SIDP
,SICP dan pit gain diisi pada kolom Recorded Data. Setelah semua data awal
dimasukkan pada Pre Recorded Information dan Recorded Data, maka langkah
selanjutnya ialah melakukan perhitungan beberapa parameter untuk menanggulangi
kick yang akan dijabarkan sebagai berikut:
22
Besar maksimum dari mud weight yang dapat digunakan untuk melakukan
killing well, apabila melabihi batas tersebut maka lumpur pengeboran dapat
memecah dan merusak formasi.
7. Maximum Allowable Surface Pressure (Formation Limit)
Tekanan maksimum pada permukaan sebelum formasi tersebut pecah.
8. Maximum Allowable Surface Pressure (Casing Limit)
Tekanan maksimum yang dapat diterima oleh casing berkaitan dengan
kemampuan dan grade burst dari casing.
9. Maximum Allowable Surface Pressure (BOP Stack Limit)
Tekanan maksimum yang dapat diterima oleh BOP Stack berkaitan dengan
BOP Stack Rating.
10. Bit to Shore Stroke
Jumlah langkah piston pompa lumpur yang diperlukan untuk mengalirkan
lumpur pengeboran dari mata bor (bit) sampai ke casing shore.
11. Pump Pressure Schedule
Perhitungan pressure drop setiap langkah piston pompa lumpur selama
proses killing well dilakukan. Sekaligus sebagai acuan besaran tekanan yang
harus dicapai setiap langkah dari pompa lumpur.
23
6000
9
6000
4500
300 60
4500
300 60
9
0.05768
0.05768 1700
0.0178 3950
0.045 5000
300
400
5
300 6000 9 10
300 10 9 332
1700
4500 9 16.2
24
1699
16.2 9 4500
2765
3950
5000
6000 4500 0.045 0.05768
1171
ICP
600 psi
FCP
333 psi
25
Tabel 1. Pump Pressure Schedule
26
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
- Mengetahui tugas masing-masing peran yang ada pada rig PDSI D1500-E
27
Rig Superintendent merupakan pimpinan dari crew Rig PDSI D1500-E ,
seorang Rig Superintendent bertugas untuk melakukan fungsi kontrol terhadap
keseluruhan kinerja crew serta melakukan evaluasi setiap hari guna efektifitas
kerja. Rig Superintendent juga merupakan representative dari PT. PDSI sebagai
service company dalam penyedia jasa. Dalam melakukan pekerjaannya, Rig
Superintendent bekerja berkoordinasi dengan Company Man selaku
representative dari perusahaan pemilik tender dan konsumen PT.PDSI. Rig
Superintendent dibantu oleh Assistant Rig Superintendent dalam melakukan
tugasnya di rig.
28
proses pengelasan pada komponen atau bagian tertentu yang membutuhkan,
sedangkan Crane Operator berfungsi untuk mendukung pemindahan pipa
ataupun casing pada area sekitar Rig.
4.2 Primary dan Secondary Well Control System Rig PDSI D1500-E
29
Secondary Well Control System pada Rig PDSI D1500-E memiliki
rangkaian sebagai berikut.
Dari BOP Stack Rig PDSI D1500-E diatas, didapatkan informasi bahwa
pada Rig tersebut digunakan Annular dengan ukuran 133/8 ichi dengan rating
pressure sebesar 10.000 psi. Rangkaian Double Ram diatas Drilling Spool
digunakan upper pipe ram dan blind shear ram, satu rangkaian single ram
terakhir yang digunakan ialah pipe ram. Dalam BOP Stack tersebut juga dapat
ditemukan 4 1/16 choke yang terhubung dengan Back Pressure Manifold yang
digunakan pada saat proses killing well dilakukan. Adapun rangkaian Back
Pressure Manifold adalah sebagai berikut.
30
Gambar 15. Superchoke pada Back Pressure Manifold
31
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
Tekanan yang ditimbulkan oleh suatu ketinggian fluida (air, minyak, gas,
atau lumpur) pada dasar tabung atau lubang, disebut tekanan hidrostatik. Besarnya
tekanan hidrostatik tidak dipengaruhi oleh bentuk tempat, volume zat cair dan letak
kemiringan dari tempat zat cair tersebut. Rumus untuk menghitung tekanan
hidrostatik:
32
mealakukan pengeboran, karena lumpur bor dapat habis masuk ke dalam formasi
dan akan menimbulkan masalah waktu dilakukan proses prengeboran.
Setiap gradien dari formasi yang bcrada antara 0.433 - 0.465 psi/ft disebut
tekanan normal. Umumnya, gradien dari !umpur akan Iebih besar dari gradien
normal setelah dimasukkan zat-zat kimia ke dalam campuran lumpur tersebut.
Formasi abnormal adalah formasi yang mempunyai gradien lebih hesar dari
0.465 psi/ft. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi lumpur pernboran di
dalam Iubang bor adalah menahan tekanan formasi, maka dalam hal ini berat jenis
lumpur harus sedikit lebih besar dari tekanan formasi (asumsi pengeboran
overbalance). Selisih tekanan formasi dengan tekanan hidrostatis disebut tekanan
lebih atau overbalance pressure. Jika tekanan hidrostatik lebih kecil dari tekanan
formasi maka fluida formasi akan masuk ke dalam lubang pemboran, ini biasa
disebut kick. Proses kick yang tidak bisa dikendalikan (uncontrolled) akan
mengakibatkan semburan liar atau blow out.
Pada saat kick terjadi, seorang Driller dan segenap crew yang bertugas harus
mampu mengenali dan mengidentifikasi terjadinya kick tersebut sebelum dilakukan
tindakan lanjut, beberapa indikasi terjadinya kick adalah:
33
4. Indikator Gas tinggi pada Drilling Monitor.
5. Ukuran cutting yang lebih tidak seragam
6. Berubahnya Rheology dari lumpur pengeboran yang digunakan.
7. Naiknya SPM dari pompa lumpur.
34
adalah besar tekanan pada Shut In Drillpipe Pressure akan sama dengan besar
tekanan pada Shut In Casing Pressure.
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada kegiatan Kerja Praktik yang telah dilakukan, didapatkan pengalaman
untuk mengamati kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh PT Pertamina Drilling
Service Indonesia. Etika kerja dan profesionalisme merupakan salah satu nilai
penting yang didapatkan selama proses Kerja Praktik dilakukan.
Selama proses drilling dilakukan, well control system merupakan salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan. Baik pihak kontraktor ataupun oil
company harus bersama-sama untuk mengawasi well control system selama
proses pengeboran dilakukan. Salah satu permasalahan yang ditemui apabila
tidak memperhatikan well control system pada sebuah pengeboran adalah kick,
kondisi ini terjadi akibat berkurangnya Hydrostatic Pressure pada lubang sumur.
Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Well Control for the Rig-Site Drilling Team Training Manual, Aberdeen Drilling
Schools and Well control Training Centre, 135Aberdeen, Scotland, U.K.,
(2002).
Well Control Training Manual, MAERSK Co. Training Centre and Drilling
Section, (2002).
37
LAMPIRAN
38
39
40
41
42
43
44
45
46