Anda di halaman 1dari 2

Nama : Petrie Omega Siswanto

NPM : 200907218
TUGAS JOGJA ISTIMEWA
Sri Sultan Hamengkubuwono I wafat pada tahun 1792 dan kepemimpinan digantikan
oleh anaknya yang bernama Gusti Raden Mas Sundoro, dinamakan Sundoro karena lahir
pada saat Sultan Hamengkubuwono masih Pangeran Mangkubumi berjuang melawan
Belanda dan bayi ini lahir di lereng Gunung Sundoro, lalu dinobatkan menjadi putra mahkota
bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hamengkunegara Sudibyarajaputra
Nalindramataram. Setelah Sri Sultan Hamengkubuwono I wafat, maka beliau dinobatkan
menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono II yang memiliki kemiripan watak dengan ayahnya
yang memiliki keras dan anti penjajah. Ketika Daendels datak untuk bertamu ke keraton Sri
Sultan Hamengkubuwono II tidak ingin duduk setara dengan Daendels, maka dipotonglah
kursinya, ketika Daendels datang maka tersinggunglah beliau maka pada tahun 1810 Sri
Sultan Hamengkubuwono II dilengserkan oleh Daendels, lalu digantikan oleh putranya Gusti
Raden Mas Suraja dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono III. Tetapi seiring berjalannya
waktu terdapat suatu perbedaan kepemimpinan, maka Raflles melengserkan Sri Sultan
Hamengkubuwono III diganti dengan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Melihat watak yang
dimiliki Sri Sultan Hamengkubuwono II, Raflles pun menyiapkan serangan yang besar ke
keraton namun Ia melihat bahwa pasukannya tak cukup dikarenakan pasukan elite yang
dimiliki keraton sebanyak 17.500 prajurit terlatih dan 2 batalion prajurit peremepuan yang
bernama Jayensari dan Langenkusuma. Raffles kemudian menyewa tentara bayaran dari
India yang berjumlah 1.500 tentara, 1.000 prajurit dari Mangkunegaran, dan prajurit dari
Keraton Surakarta. Pada tanggal 18 Juni 1812, prajurit dari Keraton Surakarta,
Mangkunegaran, dan tentara bayaran dari India mengepung Keraton Yogyakarta.
Pengepungan Keraton Yogya dimulai dengan alun-alun utara di bom dari Benteng
Vredenburg. Dibalik itu, Raffles juga merekrut mata-mata seperti adik dari Sri Sultan
Hamengkubuwono II bernama Pangeran Notokusumo, dan Tan Jing Sing. Karena Perang
Sepeyi tersebut, sebanyak 3.540 jiwa meninggal, Keraton Yogya kalah, dan Sri Sultan
Hamengkubuwono II ditawan. Masih terdapat Perang Diponegoro atau yang disebut dengan
Perang Jawa selama 5 tahun, dan diakhiri dengan taktik Benteng Stelsel oleh Belanda.
Terdapat Perjanjian Klaten yang mengakibatkan wilayah Hamengkubuwono V hanya
Gunung Kidul, Bantul, Kulonprogo, Sleman, dan Kota Yogya. Terjadi Proklamasi
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, tepat sehari setelahnya Jogja menyatakan diri untuk
bergabung dengan Republik Indonesia (secara tertulis pada “Amanat 5 September”).
Yang dapat saya dapatkan adalah banyak hal yang dapat kita contoh dari seorang Sri Sultan
Hamengkubuwono II yang memiliki sifat patriotisme dan nasionalisme yang memikirkan
kepentingan negara, hal ini dapat menjadi teladan bahwa sebagai rakyat Indonesia harus tetap
membela negara sendiri. Selanjutnya terdapat pengkhianatan, akan sangat buruk apabila
bersedia mengkhianati bangsa dan saudara sendiri demi kepentingan pribadi. Yang terakhir
ada kerakusan seperti pada diri Raffles.
Manfaat yang bisa saya ambil, sebagai mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta kita
harus memiliki kepribadian patriotisme dan nasionalisme. Kita sebagai orang luar yang akan
memasuki Yogyakarta juga dapat mengetahui bagaimana perjuangan Sri Sultan
Hamengkubuwono II mendapatkan kemerdekaan.
Sumber referensi:
https://www.kratonjogja.id/raja-raja/3/sri-sultan-hamengku-buwono-ii
https://jogja.suara.com/read/2020/01/23/145425/saksi-sejarah-panjang-tionghoa-dan-
keraton-jogja-inilah-rumah-tan-jin-sing?page=all

Anda mungkin juga menyukai