Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan karunia-Nya lah saya bisa menyelesaikan Joobsheet MTCNA ini dengan baik.
Sesungguhnya saya banyak berterimaksih kepada pihak yang telah membantu saya dalam
penyusunan Joobsheel MTCNA ini, yang sudah berkenan mendukung saya baik secara moril
maupun materil. Semoga Tuhan mencurah limpahkan rahmat dan anugerahNya kepada kita
semua, Amin.
Saya berterimakasih banyak khususnya kepada :
1. Orang Tua saya yang selalu mendoakan dan mendukung saya
2. Bapak dan Ibu Guru di SMK Karya Guna Bhakti 2 Kota Bekasi yang telah mendidik
dan mendoakan saya
3. Bapak Dedi Gunawan selaku pemilik Pesantren Networkers IDN
4. Guru-guru Produktif Teknik Komputer dan Jaringan yang senantiasa membimbing dan
mendukung saya
5. Bapak M. Zaky Nurfuadi selaku Kepala Kompetensi Keahlian teknik Komputer dan
Jaringan SMK Karya Guna Bhakti 2 kota Bekasi
6. Bapak Ahmad Fahmi Anwari selaku Trainer Mikrotik di SMK Karya Guna Bhakti 2
Kota Bekasi
7. Seluruh Rekan JN-NEC 2016 SMK Karya Guna Bhakti 2 Kota Bekasi
8. Dan teman-teman sekalian yang sudah mendukung saya di SMK Karya Guna Bhakti 2
Kota Bekasi
Joobsheet ini tentunya jauh sekali dari kata sempurna, kurang lebihnya saya mohon maaf dan
saya ucapkan banyak-banyak terimakasih.
Bekasi, 11 Januari 2017
www.jnnec.wordpress.com i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ii
www.jnnec.wordpress.com ii
Lab 17 “Change TTL”……………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………... 52
www.jnnec.wordpress.com iii
Model Layer OSI
Layer OSI
Sebelum mengenal system dan perangkat lainnya kawan, mari kita belajar dulu yukk
sama yang namanya Layer OSI. Apa sihk layar OSI itu? Masalah utama dalam
Apa ajah sih yang diperbuat oleh layer OSI tersebut? Pasti pada kepokan?
Model OSI
Tujuan primary/utama penggunaan model OSI sendiri adalah untuk membantu
designer jaringan dalam memahami fungsi dari tiap-tiap layer yang berhubungan
transmisinya.
Model OSI tersebut terbagi atas 7 layer, dan layer tersebut juga memiliki
Engineers (IEEE). Tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer diatas
www.jnnec.wordpress.com 1
Fungsi 7 Layer OSI
tersebut, layer ini bertanggung jawab atas pertukaran informasi antara program
komputer, seperti program e-mail dan service lainnya yang berjalan dalam jaringan
seperti server printer atau aplikasi komputer lainnya. Berfungsi sebagai interface
1. Physical Layer
Physical layer adalah layer yang paling bawah dan paling sederhana,
media jaringan. Contohnya pada layer ini kabel, transceiver dan konektor
www.jnnec.wordpress.com 2
yang berkaitan dengan layer Physical. Peralatan seperti repeater, hub dan
network card.
2. Data-link Layer
Data-link layer adalah layer yang lumayan lebih cerdas dibandingkan dengan
physical layer. Karena, pada layer ini menyediakan transfer data yang lebih
nyata. Sebagai penghubung antara media network dan layer protocol yang
lebih high-level, layer data-link ini bertanggungjawab atas paket akhir dari
data binary yang berasala dari level yang lebih tinggi ke paket diskrit
sebelum ke layer physical yang akan mengirimkan frame (blok dari data)
melalui suatu network. Ethernet (802.2 & 802.3), Tokenbus (802.4) dan
3. Network Layer
Tugas utama dari layer network adalah menyediakan fungsi routing sehingga
paket dapat dikirim keluar dari segment network local ke suatu tujuan yang
digunakan untuk tugas ini. Protocol lainnya seperti IPX atau Internet Packet
eXchange.
SPX atau Sequence Packet eXchange dan NCP Netware Core protocol.
Mendeteksi error
www.jnnec.wordpress.com 3
Memperbaiki error dengan mengirim ulang paket yang rusak
Mengendalikan aliran
4. Transport Layer
Transport layer adalah pusat dari model OSI yang menyediakan transfer
yang reliable dan transparan antara kedua titik akhir, layer ini juga
memperbaikinya. Layer ini menggunakan protocol seperti UDP, TCP dan atau
SPX (yang satu ini digunakan oleh Netware, tetapi khusus untuk koneksi yang
berorientasi IPX).
5. Session Layer
Session layer, layer ini menyediakan layanan kedua layer diatasnya.
6. Presentation Layer
Presentation layer dari model OSI melakukan hanya suatu fungsi tunggal :
www.jnnec.wordpress.com 4
Translasi dari beberapa type pada system syntax. Sebagai contoh, suatu
layer ini.
7. Application Layer
Application layer adalah layer yang bisa dibilang “paling cerdas”. Karena,
gateway berada pada layer ini. Gateway melakukan pekerjaaan yang sama
protocol seperti FTP, Telnet, SMTP, HTTP, POP3 berada pada layer
Application.
www.jnnec.wordpress.com 5
Belajar Subnetting Yukk!
Pengertian Subnetting
Subnetting adalah proses memecah jaringan / network menjadi beberapa sub
network atau dalam pengertian lain menurut saya adalah menjadikan host sebagai
subnet.
contoh apabila pada sebuah perusahaan terdapat 120 komputer dan di perusahaan
tersebut terdiri dari 4 divisi yang setiap divisinya terdapat 30 komputer. Tentu
akan sangat sulit bagi administrator jaringan untuk mengelola 120 komputer yang
terdapat dalam satu jaringan tunggal, untuk itulah pembagian jaringan diperlukan
Keuntungan
Mempermudah pengelolaan jaringan
tunggal
Perhitungan Subnetting
Penulisan IP address umumnya adalah 192.168.1.1 tetapi pada beberapa waktu ada
juga yang menulis 192.168.1.1 / 24 itu dibacanya 192.168.1.1 dengan subnet mask
255.255.255.0 kerena /24 diambil dari penghitungan 24 bit subnet mask di tulis
www.jnnec.wordpress.com 6
"1", dengan begitu subnetmasknya adalah 11111111.11111111.11111111.00000000
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 / 10
255.224.0.0 / 11
255.240.0.0 / 12
255.248.0.0 / 13
255.252.0.0 / 14
255.254.0.0 / 15
255.255.0.0 / 16
255.255.128.0 / 17
255.255.192.0 / 18
255.255.224.0 / 19
255.255.240.0 / 20
255.255.248.0 / 21
255.255.252.0 / 22
255.255.254.0 / 23
255.255.255.0 / 24
255.255.255.128 / 25
255.255.255.192 / 26
255.255.255.224 / 27
255.255.255.240 / 28
www.jnnec.wordpress.com 7
255.255.255.248 / 29
255.255.255.252 / 30
IP address : 192.168.1.0
Perhitungannya …
1. Jumlah subnet --> Rumus = 2x dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet
terakhir pada subnet mask (8 angka terakhir bagi yang belum tahu).
Pada contoh diatas terdapat 2 binari satu pada oktet terakhir jadi 2 2 = 4. Jadi
2. Jumlah host per subnet --> Rumus =2y -2 dimana y adalah banyaknya binari 0 pada
Pada contoh diatas terdapat 6 binari nol pada oktet terakhir jadi 26 - 2 = 62. Jadi
3. Blok subnet --> Rumus = 256 - nilai terakhir dari subnet mask dan lipatkan hasil
subnet).
www.jnnec.wordpress.com 8
- Pada contoh diatas nilai terakhir pada subnet mask adalah 192, jadi 256 - 192 =
4. Host dan broadcast yang digunakan --> host yang digunakan adalah satu angka
IP address : 175.1.0.0
Perhitungannya …
1. Jumlah subnet --> Rumus = 2x dimana x adalah banyaknya binari 1 pada dua oktet
Pada contoh diatas terdapat tiga binari "1" pada dua oktet terakhir, jadi 23 = 8.
2. Host per subnet --> Rumus = 2y - 2 dimana y adalah banyaknya binari 0 pada dua
www.jnnec.wordpress.com 9
Pada contoh diatas terdapat 13 binari "0" pada dua oktet terakhir, jadi 213 - 2 =
3. Blok subnet --> Rumus = 256 - nilai terakhir dari subnet mask dan lipatkan hasil
subnet).
Pada contoh diatas nilai terakhir adalah 224, jadi 256 - 224 = 32. Blok subnetnya
4. Host dan broadcast yang digunakan --> host yang digunakan adalah satu angka
255, oktet ketiga maju dari 0 menjadi 1 dan ketika sudah mencapai 255 lagi maju
IP address : 72.0.0.0
www.jnnec.wordpress.com 10
Subnet mask : /12 = 255.240.0.0 (11111111.11110000.00000000.00000000)
Perhitungannya
1. Jumlah subnet --> Rumus = 2x dimana x adalah banyaknya binari "1" pada 3 oktet
Pada contoh diatas terdapat 4 binari 1 pada 3 oktet terakhir, jadi 2 4 = 16. Jadi
2. Jumlah host per subnet --> Rumus = 2y - 2 dimana y adalah banyaknya binari "0"
Pada contoh diatas terdapat 20 binari 1 pada 3 oktet terakhir, jadi 220 = 1.048.576.
3. Blok subnet --> Rumus = 256 - nilai terakhir dari subnet mask dan lipatkan hasil
subnet).
Pada contoh diatas nilai terakhir adalah 240, jadi 256 - 240 = 16. Blok subnetnya
adalah 0, 16, 32, 48, 64, 80, 96, 112, 128, 144, 160, 176, 192, 208, 224,
dan 240.
4. Broadcast dan host yang digunakan --> host yang digunakan adalah satu angka
www.jnnec.wordpress.com 11
Berikut adalah tabel penjelasan 2 subnet pertama dan 2 subnet terakhir.
oktet ketiga maju dari 0 menjadi 1 dan ketika oktet ketiga sudah mencapai 255,
oktet kedua maju dari 0 menjadi 1 (contohnya : 72.0.0.0 --> 72.0.0.255 --> 72.0.1.0
www.jnnec.wordpress.com 12
Lab 1 “Static Routing two routers”
Disini kiata kan belajar tentang Static Routing. Sebenarnya kan kita sudah pernah
mempelajari Staic Routing pada Materi Lab sebelumnya. Pada Materi ini kita akan
Berikut topologinya.
Pada lab ini kita memiliki tujuan yaitu adalah supaya PC1 dan PC2 dapat
Configuration IP Address R1
www.jnnec.wordpress.com 13
Configuration R2 IP Address R2
www.jnnec.wordpress.com 14
Pastikan dan perhatikan R1 belum mengenal network dari R2 192.168.2.0/24, dan
R2 juga belum mengenal network R2 192.168.1.0/24. Oleh karena itu, kita harus
Karena, fungsi Static Route sendiri adalah menghubung kan dua atau lebih network
yang berbeda.
Berikut konfigurasinya.
www.jnnec.wordpress.com 15
Sekarang perhatikan, pastikan di kedua Router sekarang sudah mengenali network
PING R1
PING R2
www.jnnec.wordpress.com 16
Kemudian perhatikan, bahwa PC1 dan PC2 sudah bias saling berkomunikasi.
www.jnnec.wordpress.com 17
Lab 2 “Static Routing three routers”
Masih dengan Static Routing, hanya saja disini kiata akn menggunakan 3 Router
sekaligus. Kita hanya perlu menambahkan satu router lagi dengan satu PC juga. Kita
www.jnnec.wordpress.com 18
Configuration IP Address di R1
Configuration IP Address di R2
Configuration IP Address di R3
www.jnnec.wordpress.com 19
Kemudian dilanjutkan dengan mengkonfigurasi IP Route di R1, R2 dan R3, agar
masing-masing Router ini dapat saling terhubung.
Langkahkita selanjutnya adalah melakukan Test PING dari PC1 ke PC2, PC2 ke PC3,
dan PC3 ke PC1. Pastikan semuanya Replay!
www.jnnec.wordpress.com 20
Lab 3 “Static Routing four routers”
Tujuan kita pada Lab ini masih sama dengan Lab sebelumnya, yaitu menghubungkan
beberapa network yang berbeda agar dapat saling terhubung satu sama lainnya.
www.jnnec.wordpress.com 21
Configuration IP Address di R1
Configuration IP Address di R2
Configuration IP Address di R3
Configuration IP Address di R4
www.jnnec.wordpress.com 22
Kemudian kita lanjutkan dengan mengkonfigurasi IP Route nya di R4, karena
sebelumnya kita sudah konfigurasi yang lain. Sekarang kita hanya tinggal
www.jnnec.wordpress.com 23
Lab 4 “Static Routing Summarization”
www.jnnec.wordpress.com 24
Setelah kita mengkonfigurasikan IP Address di kedua Router, langkah berikutnya
Coba perhatikan pada R2, kita mengkonfigurasikan Static Routing dengan dst-
Perhatikan bahwa PC4 sudah dapat PING ke PC yang lainnya, dengan teknik ini
dapat mempermudah kinerja Router dengan metode Static Routing.
www.jnnec.wordpress.com 25
Lab 5 “Static Routing Default Route”
Ada banyak tknik dalam melakukan static route, teknik yang akan kita pelajari
Default Route sendiri merupakan sebuah static route yang digunakan untuk menuju
Topologi yang akan kita gunakan masih tetap sama pada Lab sebelumnya.
R2, maka sekarang kita akan mengkonfigurasikan static route default route di R2
juga. Tujuannya adalah mengubah tujuan static route iu sendiri menjadi default.
www.jnnec.wordpress.com 26
Dan sekarang kita coba lakukan PING kembali di setiap PC ke PC. Pastikan REPLAY!
Teknik ini memudah kan kita untuk menambah route ke internet. Karena tidak
www.jnnec.wordpress.com 27
Lab 6 “Point To Point Addressing”
terhubung secara langsung menggunakan prefix /32. Nah, aturan yang harus
dipenuhi adalah bahwa IP Network dari suatu device adalah IP Address dari
berikut.
interface=ether1
interface=ether1
www.jnnec.wordpress.com 28
Lab 7 “Prioritas Routing”
Pada umumnya kita mengetahui bahwa pada penerapannya router mungkin saja
memiliki entry lebih dari satu untuk menuju suatu Address tujuan. Nah, sekarang
pertanyaanya parameter apa yang digunakan oleh router untuk memilihentry route
yang lebih diprioritaskan jika ada lebih dari satu route untuk menuju tujuan yang
sama?
www.jnnec.wordpress.com 29
Langkah awal kita akan mengkonfigurasikan IP Address terlebih dahulu seperti
Configuration IP Address di R1
Configuration IP Address di R2
Configuration IP Route di R2
www.jnnec.wordpress.com 30
[admin@R2] /ip route> add dst-address=192.168.1.0/30 gateway=100.100.100.1
distance=10
Disini kita menambahkan dua route, dengan route pertama adalah menuju
www.jnnec.wordpress.com 31
Lab 8 “Fail Over”
Bisa kita perhatikan pada topologi diatas, bahwa R1 memiliki dua jalur untuk menuju
ke PC1, yaitu melalui R2 dan R3. Pada Lab ini kita bertujuan untuk
Namun, apabila suatu waktu jalur R2 terjadi down, maka jalur R3 akan aktif
mengantikan R2 yang down agar R1 tetap dapat menuju PC1. Kita isikan terlebih
www.jnnec.wordpress.com 32
Lalu, setelah itu maka buatkan static routing nya disetiap router, agar setiap
check-gateway=ping
distance=2
www.jnnec.wordpress.com 33
[admin@R4] /ip route> add dst-address=13.13.13.0/24 gateway=34.34.34.3
Point penting pada konfigurasi static route diatas adalah terletak di R1, perhatikan
pengecheckan gateway pada R1 dengan cara ping menguji 12.12.12.2 down atau up.
Perhatikan bahwa jalur yang aktif adalah 12.12.12.2 melalui R2. Dan sekarang kita
Dan perhatikan kembali bahwa saat ini jalur yang aktif menuju 192.168.4.0/24
mati/down.
www.jnnec.wordpress.com 34
Lab 9 “Fail Over Without Check Gateway”
menggunakan check gateway. Nah, pertanyaannya adalah bagaimana jika kita tidak
menggunakan check gateway nya. Dan kita tidak akan mengkonfigurasi ulang, disini
Perhatikan bahwa saat ini route menuju 192.168.4.0/24 via R2 tidak memiliki
parameter check-gateway ping. Sekarang coba kita matikan link via R2.
www.jnnec.wordpress.com 35
Dan untuk pengujiannya coba lakukan traceroute dari R1 ke PC1.
ping pada link utama. Dan bagaimana kita mempunyai tiga link cadangan? Maka kita
hanya perlu menyertakan parameter check-gateway ping hanya pada link pertama
dan kedua saja. Link ketiga nya tidak perlu dimasukkan parameter check-gateway
lagi.
www.jnnec.wordpress.com 36
Lab 10 “Fail Over Target Scope”
Topologi yang akan kita gunakan masih tetap sama pada lab sebelumnya.
apakah link tersebut up atau down. Jika ternyata link down, maka R1 akan secara
Pertanyaannya adalah bagaimana jika link ke 12.12.12.2 (antara R1 dan R2) baik-
baik saja namun link antara R2 dan R4 down? Bukankah jika link atara R2 dan R4
down, R1 tetap bisa ping ke 12.12.12.2? Namun apakah paket ping dari R1 bisa
Pertama pastikan kita sudah mengembalikan parameter check gateway ping yang
4 A S dst-address=192.168.4.0/24 gateway=12.12.12.2
www.jnnec.wordpress.com 37
distance=1 scope=30 target-scope=10
5 S dst-address=192.168.4.0/24 gateway=13.13.13.3
scope=30 target-scope=10
2 A S 24.24.24.0/24 12.12.12.2 1
3 A S 34.34.34.0/24 13.13.13.3 1
4 A S 192.168.4.0/24 12.12.12.2 1
5 S 192.168.4.0/24 13.13.13.3 2
Meskipun link antara R2 dan R4 down, namun tetap saja R1 menggunakan jalur via
12.12.12.2, hal ini dikarenakan R1 masih bisa melakukan ping ke 12.12.12.2. Jika hal
0 192.168.4.2 timeout
1 192.168.4.2 timeout
www.jnnec.wordpress.com 38
3 192.168.4.2 timeout
Untuk mengatasi hal ini, kita harus mengkonfigurasi target scope pada mikrotik.
4 A S dst-address=192.168.4.0/24 gateway=12.12.12.2
5 S dst-address=192.168.4.0/24 gateway=13.13.13.3
scope=30 target-scope=10
Pada tahap ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa gateway tidak harus yang
terhubung langsung dengan router. Syarat yang harus dipenuhi jika kita
adalah merubah nilai target-scope minimal sama dengan nilai scope. Hal ini
dikarenaka scope adalah ibarat jarak menuju tempat, sedangkan target scope
adalah jarak yang mampu kita tempuh. Jika jarak yang kita tempuh lebih pendek
dari jarak menuju suatu tempat, maka kita tidak akan pernah sampai ke tempat
tersebut.
www.jnnec.wordpress.com 39
[admin@R1] /ip route> print
2 A S 24.24.24.0/24 12.12.12.2 1
3 A S 34.34.34.0/24 13.13.13.3 1
4 S 192.168.4.0/24 24.24.24.4 1
5 A S 192.168.4.0/24 13.13.13.3 2
Perhatikan bahwa saat ini link yang aktif untuk menuju 192.168.4.0/24 adalah link
www.jnnec.wordpress.com 40
Lab 11 “Load Balancing”
Pada lab-lab sebelumnya kita hanya membahas materi tentang fail over. Yaitu jika
ada dua route untuk menuju suatu destination, maka akan dipilih satu route sebagai
jalur utama, sedangkan route yang kedua hanya sebagai jalur cadangan dan tidak
Penggunaan fail over kurang efektif, karena ada satu jalur yang tidak digunakan
(sia-sia). Oleh sebab itu diciptakanlah konsep load balancing. Yaitu dua jalur
Tujuan kita pada lab ini adalah agar jalur via R2 dan R3 digunakan secara
jalur via R3 hanya memiliki bandwidth 10 Mb. Kita juga akan memperhatikan
www.jnnec.wordpress.com 41
1 ADC 13.13.13.0/24 13.13.13.1 ether2 0
2 A S 24.24.24.0/24 12.12.12.2 1
3 A S 34.34.34.0/24 13.13.13.3 1
4 S 192.168.4.0/24 24.24.24.4 1
5 A S 192.168.4.0/24 13.13.13.3 2
gateway=12.12.12.2,12.12.12.2,13.13.13.3
2 A S 24.24.24.0/24 12.12.12.2 1
3 A S 34.34.34.0/24 13.13.13.3 1
4 A S 192.168.4.0/24 12.12.12.2 1
12.12.12.2
13.13.13.3
5 X S 192.168.4.0/24 24.24.24.4 1
6 X S 192.168.4.0/24 13.13.13.3 2
www.jnnec.wordpress.com 42
Perhatikan bahwa kita memasukkan gateway 12.12.12.2 sebanyak dua kali dan
13.13.13.3 hanya sekali. Hal ini dikarenakan perbandingan bandwidth antara dua link
tersebut adalah 2:1. Untuk pengujian, kita coba lakukan traceroute dari R1 ke PC1
src-address=12.12.12.1
STATUS
src-address=13.13.13.1
STATUS
Perhatikan bahwa baik jalur via R2 dan via R3 digunakan secara bersamaan oleh R1.
www.jnnec.wordpress.com 43
Lab 12 “Routing Type Unicast”
Ada empat type routing, Tipe yang pertama dan merupakan tipe default dari
sebuah route adalah unicast. Jika entry route menggunakan type unicast, maka
parameter type, maka type yang otomatis digunakan adalah unicast. (R2 juga harus
gateway=12.12.12.2
Karena type dari route tersebut adalah unicast, maka PC1 akan bisa melakukan
ping ke PC2
Karena type dari route tersebut adalah unicast, maka PC1 akan bisa melakukan
ping ke PC2
www.jnnec.wordpress.com 44
Lab 13 “Routing Type Blackhole”
Type yang kedua adalah blackhole. Type ini digunakan untuk memblokir paket
secara diam-diam. Pada lab ini kita akan menggunakan topologi yang sama dengan
yang kita gunakan pada lab 12. Diasumsikan bahwa R2 sudah dikonfigurasi static
routing dengan tepat, selanjutnya pada lab ini kita hanya akan fokus pada static
routing di R1.
2 A S 192.168.2.0/24 12.12.12.2 1
www.jnnec.wordpress.com 45
Perhatikan bahwa label pada route menuju 192.168.2.0/24 akan berubah menjadi
A SB setelah merubah type route tersebut menjadi blackhole. Karena tipe dari
route menuju 192.168.2.0/24 tersebut adalah blackhole, maka paket yang menuju
www.jnnec.wordpress.com 46
Lab 14 “Routing Type Prohibit”
Type selanjutnya adalah prohibit, type ini juga akan memblokir paket sama halnya
dengan type blackhole, hanya saja type ini tidak hanya memblokir paket, tapi juga
code 13). Langsung saja kita coba rubah type route pada R1 menuju
192.168.2.0/24 menjadi prohibit
Perhatikan bahwa saat type route tersebut prohibite, labelnya akan berubah
menjadi A SP. Untuk pengujian ktia coba lakukan ping dari PC1 ke PC2
www.jnnec.wordpress.com 47
Perhatikan bahwa saat kita mencoba melakukan ping dari PC1 ke PC2, akan ada
Pesan error ini muncul karena route menuju network 192.168.2.0/24 mempunyai
tipe prohibit.
www.jnnec.wordpress.com 48
Lab 15 “Routing Type Unreachable”
Routing dengan type unreachable memiliki fungsi yang sama dengan type prohibit,
yaitu menolak paket dengan memberikan pesan error. Perbedaan hanya terletak
pada error kode yang diberikan. Routing type unreachable akan memberikan pesan
Routing dengan type Unreachable akan memiliki label A SU. Untuk pengujian coba
www.jnnec.wordpress.com 49
Lab 16 “Routing Mark (IP -> Route -> Rules)”
Tujuan kita pada lab ini adalah saat ada trafic dari network 192.168.1.0/24 (PC1)
jalur 21.21.21.0/24.
www.jnnec.wordpress.com 50
Agar kita tidak perlu mengkonfigurasi static routing pada R2, kita konfigurasi NAT
pada R1.
action=masquerade
action=masquerade
Perhatikan bahwa paket yang berasal dari 192.168.1.0/24 akan dilewatkan jalur
jalur 21.21.21.0/24.
www.jnnec.wordpress.com 51
Lab 17 “Change TTL”
TTL adalah suatu nilai pada paket data yang menyatakan berapa lama paket
tersebut bisa beredar dalam jaringan. Nilai TTL secara default adalah 64
(maksimum 255) dan nilainya akan terus berkurang 1 setiap paket data melewati
Kita bisa melakukan manipulasi terhadap nilai TTL. Berikut topologi yang akan
www.jnnec.wordpress.com 52
Tujuan kita pada lab ini adalah merubah nilai TTL ke PC1 menjadi 10. Diasumsikan
kita telah mengkonfigurasi routing static pada R1 dan R2 sehingga PC1 dan PC2
Perhatikan bahwa PC1 sudah bisa ping ke PC2 dan nilai TTL nya adalah 62. Sekarang
Perhatikan bahwa sekarang nilai TTL pada PC1 sudah menjadi 10.
www.jnnec.wordpress.com 53
Lab 18 “OSPF Basic Configuration”
Topologi yang akan digunakan masih tetap sama.
Tujuan kita pada lab ini adalah agar PC1 dan PC2 bisa saling berkomunikasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, kita harus mengkonfigurasi routing pada R1 dan R2. Pada
pada lab ini kita akan mengkonfigurasi routing pada R1 dan R2 menggunakan OSPF.
www.jnnec.wordpress.com 54
Selanjutnya kita konfigurasi OSPF pada R1 dan R2.
area=backbone
area=backbone
area=backbone
area=backbone
www.jnnec.wordpress.com 55
B - blackhole, U - unreachable, P - prohibit
melalui OSPF, perhatikan label ADo pada route diatas. Selanjutnya coba lakukan
www.jnnec.wordpress.com 56
Lab 19 “Passive Interface”
yang terhubung ke client. Berikut topologi jaringan yang akan kita gunakan pada
lab ini.
Diasumsikan kita telah melakukan konfigurasi OSPF pada topologi diatas seperti
lab 20. Selanjutnya kita akan mengkonfigurasi passive interface pada R1 dan R2
seperti berikut.
www.jnnec.wordpress.com 57
Lab 20 “OSPF Authentication”
authentikasi.
Diasumsikan kita telah mengkonfigurasi OSPF pada R1 dan R2, selanjutnya kita
authentication=md5 authentication-key=123
authentication=md5 authentication-key=123
www.jnnec.wordpress.com 58
Lab 21 “OSPF Router ID”
Saat kita mengaktifkan OSPF pada sebuah router dan kita tidak
IP Address tertinggi pada interface bridge untuk dijadikan router-id. Namun jika
tidak ada interface bridge, maka router akan menggunakan ip address tertinggi
Pada lab ini kita akan tetap menggunakan topologi yang sama dengan yang kita
www.jnnec.wordpress.com 59
interface=ether1 priority=1 dr-address=12.12.12.2
Perhatikan bahwa router-id dari R2 adalah 192.168.2.1 (kita bisa tahu dari tabel
neighbor di R1) dan router id dari R1 adalah 192.168.1.1. Kita coba konfigurasi
Untuk pengujian, kita coba lihat lagi tabel neighbor pada R1 dan R2
Perhatikan bahwa router-id R1 dan R2 sudah berubah sesuai dengan yang kita
konfigurasikan.
www.jnnec.wordpress.com 60
Lab 22 “Hello & Dead Interval”
Hello interval merupakan selang waktu yang digunakan oleh sebuah router OSPF
untuk mengirimkan hello packet. Secara default nilai hello interval adalah 10 detik,
jadi router OSPF akan mengirimkan hello packet setiap 10 detik. Selanjutnya Dead
neighbornya down setelah tidak menerima hello packet. Secara default nilai dead
interval adalah 40 detik yang artinya router OSPF akan menyatakan neighbornya
authentication-key="123" authentication-key-id=1
Perhatikan bahwa nilai default hello interval adalah 10 detik dan nilai default dead
interval adalah 40 detik. Kita bisa melakukan manipulasi terhadap nilai hello dan
dead interval tersebut, dengan catatan nilai dead interval harus lebih besar dari
hello interval dan dua router yang bertetangga harus memiliki nilai hello dan dead
interval=60
Jika kita hanya melakukan perubahan nilai hello interval dan dead interval pada R1
www.jnnec.wordpress.com 61
[admin@R1] /routing ospf> neighbor print
Perhatikan bahwa tabel neighbor pada R1 kosong. Hal ini dikarenakan nilai hello
dead-interval=60
Perhatikan bahwa saat ini tabel neighbor pada R1 sudah kembali lagi dan statenya
sudah full.
www.jnnec.wordpress.com 62
Lab 23 “BR & BDR”
Pada jaringan broadcast, seluruh router OSPF akan melakukan full adjacency
Hal seperti diatas tentu akan sangat membebani jaringan, oleh sebab itu dipilihlan
DR dan BDR sehingga router OSPF hanya perlu adjacency dengan DR dan BDR saja.
www.jnnec.wordpress.com 63
Pemilihan DR dan BDR didasarkan pada priority tertinggi pada interface router,
namun jika ternyata prioritas pada seluruh router sama, maka DR dan BDR akan
dipilih berdasar router-id tertinggi. Secara default nilai priority pada setiap
interface router ospf adalah 1. Jika mengacu pada topologi sebelumnya, maka R2
akan menjadi DR dan R1 akan menjadi BDR, hal ini dikarenakan R2 memiliki router-
Sekarang kita coba naikkan priority pada interface R1 agar R1 menjadi DR dan R2
menjadi BDR.
Setelah restart router, kita coba lihat lagi tabel neighbor pada R1
www.jnnec.wordpress.com 64
[admin@R1] /routing ospf> neighbor print
www.jnnec.wordpress.com 65
Lab 24 “LSA Type 1 & 2”
LSA merupakan kumpulan informasi yang digunakan oleh OSPF untuk menyusun
tabel routing. Pada jaringan single area OSPF, akan beredar dua tipe LSA, yaitu
LSA tipe 1 dan 2. LSA tipe 1 akan dibuat oleh setiap router, sedangkan LSA tipe 2
hanya akan dibuat oleh router DR. LSA tipe 1 biasa disebut router LSA sedangkan
Perhatikan bahwa ada dua LSA tipe 1 dan satu LSA tipe 2. Dua LSA tipe 1 tersebut
dibuat oleh R1 dan R2 (perhatikan kolom originator), sedangkan LSA tipe 2 dibuat
oleh R1 yang bertindak sebagai DR. Setiap router OSPF yang berada dalam satu
www.jnnec.wordpress.com 66
Lab 25 “OSPF Multi Area”
Jika jaringan kita sudah besar, disarankan untuk membuat beberapa area OSPF.
Dengan memisah jaringan OSPF pada beberapa area, akan menghemat resource
router dan bandwidth jaringan serta akan mempermudah kita dalam memanagemen
jaringan OSPF. Kita disarankan untuk memecah jaringan OSPF menjadi beberapa
www.jnnec.wordpress.com 67
Selanjutnya kita konfigurasikan OSPF pada R1, R2, dan R3.
www.jnnec.wordpress.com 68
Coba lakukan ping dari PC1 ke PC2
www.jnnec.wordpress.com 69
Lab 26 “LSA Type 3”
Sebelumnya pada jaringan single area OSPF, kita tahu bahwa ada dua tipe LSA
yang beredar, yaitu LSA tipe 1 dan tipe 2. Selanjutnya pada multi area OSPF akan
beredar satu LSA tambahan, yaitu LSA Type 3. LSA tipe 3, atau biasa disebut
summary-network LSA ini dibuat oleh router yang bertindak sebagai ABR.
Area Border Router (ABR) merupakan router yang menjadi penghubung antara dua
atau lebih area yang berbeda. Perhatikan LSA yang ada di R1 berikut
Perhatikan bahwa ada dua LSA tipe 3 yang berada di R1. Kedua LSA tipe 3 ini
membawa informasi tentang network-network yang berada di area lain (area 1).
Perhatikan ID yang menunjukkan IP Network yang berada di area 1, yaitu
23.23.23.0 dan 192.168.2.0. Selanjutnya kita coba lihat lsa pada R3
Perhatikan bahwa pada R3 juga terdapat dua LSA tipe 3 yang membawa informasi
tentang network yang berada di backbone area, yaitu 12.12.12.0 dan 192.168.1.0.
www.jnnec.wordpress.com 70
Lab 27 “OSPF Virtual Link”
Jika kita memili lebih dari satu area pada OSPF, maka setiap area harus terhubung
langsung dengan area backbone. Namun dalam penerapan di dunia nyata, ada kondisi
dimana kita tidak mungkin untuk meletakkan sebuah area terhubung langsung
dengan area backbone. Untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa membuat virtual
link untuk menghubungkan area yang tidak terhubung langsung ke area backbone
tersebut ke area backbone dengan cara virtual. Sebagai
www.jnnec.wordpress.com 71
Selanjutnya kita konfigurasikan OSPF pada seluruh router.
www.jnnec.wordpress.com 72
[admin@R2] /routing ospf> instance set default router-id=2.2.2.2
[admin@R2] /routing ospf> virtual-link add transit-area=area1
neighbor-id=3.3.3.3
www.jnnec.wordpress.com 73
Lab 28 “Redistribution Type 1”
Redistribution merupakan sebuah teknik untuk saling mengenalkan antara dua atau
lebih routing protocol yang berbeda. Misal OSPF dengan RIP, OSPF dengan static,
OSPF dengan connected, RIP dengan connected, dll. OSPF memiliki dua type
redistribution, yaitu type 1 dan type 2. Apa perbedaan dari kedua type tersebut?
Kita akan langsung praktikkan. Berikut topologi yang akan kita gunakan pada lab ini.
www.jnnec.wordpress.com 74
Perhatikan bahwa kita tidak melakukan advertise network 192.168.1.0/24 pada R1.
Hal ini dikareanakan kita ingin melakukan redistribute.
Perhatikan bahwa metric dari route tersebut adalah 30, angka 30 didapat dari
penjumlahan antara external metric dan internal metric. External metric dari
connected route adalah 20 sedangkan internal metric antara R2 dan R1 adalah 10,
sehingga metric dari R2 untuk menuju network 192.168.1.0/24 adalah 30. Berikut
tabel external metric dari tipe-tipe routing yang umum digunakan.
www.jnnec.wordpress.com 75
Lab 29 “Redistribution Type 2”
Jika menggunakan redistribution type 2, maka metric yang digunakan hanya dari
external metric saja, internal metric tidak dihiraukan. Kita akan tetap
menggunakan topologi yang telah kita gunakan sebelumnya. Kita hanya akan
melakukan perubahan konfigurasi di R1 saja.
Perhatikan bahwa metric dari route tersebut adalah 20, dimana metric 20
merupakan external metric dari connected route. Sedangkan internal metric tidak
diperhitungkan.
www.jnnec.wordpress.com 76
Arie Febryanthi Parillah
SMK Karya Guna Bhakti 2 Kota Bekasi
www.jnnec.wordpress.com 77