KONSULTAN PERENCANA
PENJELASAN
PERSYARATAN TEKNIS DAN BAHAN
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Nama Pekerjaan
Nama Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pekerjaan Rehabilitasi Gedung WIsma I
PPPPTK IPA Tahun Anggaran 2021.
Pasal 2
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentua dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
- Perpres No. 16 Tahun 2018 serta perubahannya dan lampiran-lampirannya.
- Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia.
- Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
- Peraturan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847 tahun 2002.
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI.
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia PPBI 1984.
- Peraturan Muatan Indonesia PMI.
- Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI-3 PUBI 1970.
- Peraturan Umum Listrik Indonesia PUIL 1979 dan Peraturan PLN setempat.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 2
Pasal 3
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan.
2. Ukuran :
a. Pada dasanya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :
As - As
Luar - Luar
Dalam - Dalam
Luar - Dalam
b. Khusus ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya ukuran yang tertulis
adalah ukuran jadi terpasang atau dalam keadaan selesai/finished.
3. Perbedaan Gambar.
a. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka Gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku / mengikat.
b. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka yang
berlaku / mengikat adalah Gambar Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi
Konstruksi dan kekuatan Struktur.
c. Bila ada perbedaan antara gambar Kerja Arsitektur dengan Sanitasi/Mekanikal, maka
Gambar Kerja yang dipakai adalah ukuran fungsional dalam Gambar Kerja Arsitektur.
d. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Elektrikal, maka yang
dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam Gambar Arsitektur.
e. Bila ada perbedaan - perbedaan itu, ketidakjelasan, maupun kesimpangsiuran
menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan
kesalahan, maka Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pengawas Lapangan, dan
mengadakan pertemuan dengan Konsultan Perencana, untuk mendapatkan keputusan
dari Konsultan Perencana Gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 3
f. ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang
waktu pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.
Pasal 4
JADWAL PELAKSANAAN
Pasal 5
LAPORAN HARIAN
1. Pelaksana Lapangan setiap hari akan membuat laporan harian mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik teknis maupun
administratif.
2. Dalam pembuatan laporan tersebut pihak pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
3. Laporan tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan
sebagai bahan monitoring.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 4
Pasal 6
KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
1. Dilapangan pekerjaan Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa
disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan
mendapat kuasa penuh dari Kontraktor.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu kepada Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,
nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,
Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahu kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
5. Dalam waktu 7(tujuh) hari kalender setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor
harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (Penanggung jawab/
Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
Pasal 7
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR
1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak,
Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor
telepon di lokasi kepada Tim pengelola Teknis setempat dan Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.
3. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan. Bila terjadi
perubahan alamat Kontraktor, Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.
Pasal 8
PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN
Pasal 9
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 10
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :
a. Beton Molen yang jumlahnya minimal 2 Buah dalam kondisi yang baik.
b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh Pengawas Lapangan.
c. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.
d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk sistem pengeringan, jika diperlukan.
e. Penggetar beton (vibrator).
f. Scafolding
g. Mesin Pemadat.
h. Alat-alat besar sesuai dengan besaran (magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.
l. Mesin Pemotong Baja dan Keramik
k. dan lain-lain disesuaikan dengan lingkup pekerjaannya.
Pasal 11
SITUASI
11.1 Hal mana pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para calon Pemborong wajib meneliti situasi
medan terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain
yang berpengaruh terhadap harga penawaran.
11.2 Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
klaim dikemudian hari.
11.3 Dalam rapat penjelasan akan ditunjukan dimana pembangunan akan dilaksanakan.
Pasal 12
PEKERJAAN PERSIAPAN TAPAK
Pasal 13
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI
Ketentuan K3 telah diatur pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor : 21/PRT/M/2019 tanggal 23 Desember 2019
Pasal 14
PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
Pembongkaran tempat kerja oleh penyedia pada saat akhir kontrak , termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik
pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti
semula sebelum pekejaan dimulai.
e) Pembayaran mobilisasi/demobiliasasi bersifat lumpsum, namun dilengkapi dengan
rincian.
1. Lingkup Pekerjaan.
a.Kontraktor harus membuat bangsal kerja dan gudang material/bahan diatas tapak
pekerjaan.
Bangsal Kerja terdiri dari :
- Bangsal Konsultan Pengawas
- Bangsal Kontraktor
- Los - los kerja untuk Pekerja.
d. Kontraktor harus pula membuat Bangsal Los kerja (workshop) untuk para pekerja dan
gudang penyimpan bahan/material yang dapat dikunci.
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak atau didatangkan dari luar tapak dan disediakan pula tempat penampungannya.
Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Kontraktor harus membuat tempat penampungan air yang senantiasa terisi penuh
untuk sarana kerja dengan kapasitas minimal 3,5 m3, dibuat dari pasangan bata merah
setengah bata dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester, atau dari drum-drum.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan berlangsung dan
pemasangan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaaan sementara atas persetujuan Konsultan Pengawas.
a. Patok Ukur
1). Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 10 x 10 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil +0,00, sesuai dengan gambar
kerja. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2). Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai dengan patokan ketinggian atau
peil permukaan yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
3). Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor pada tiap bagian pekerjaan
atau bangunan adalah minimal 2(dua) buah dan lokasi penanamannya sesuai
petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
4). Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan
dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi
dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
2). Papan bangunan dipasang minimal sejarak 200 cm dari as pondasi terluar.
3). Tinggi sisi atas bangunan harus sama satu dengan yang lain dan atau rata
"waterpass", kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
4). Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor harus
menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini
sampai tidak diperlukan lagi.
Pasal 15
PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL
section untuk persetujuan di atas. Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas
kertas kalkir untuk memungkinkan reporduksi. bila cross section itu akhirnya disetujui,
maka kontraktor harus menyerahkan gambar kalkir asli dan tiga lembar hasil
reproduksinya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Pekerjaan penentuan peil
Pekerjaan penentuan peil + 0.00 (finishing Arsitektur) seperti tertera dalam gambar
kerja. Selanjutnya peil + 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan dilapangan
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 16
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
16.5 Harga satuan yang tercantum penawaran harus sudah mencangkup semua biaya;
pekerja-pekerja, pembersihan, penimbunan / pemadatan dan pembuangan hasil
galian.
Pasal 17
SPESIFIKASI TEKNIK
PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton pada proyek ini mencakup pekerjaan pembuatan pondasi, pile
cap, kolom, balok, tie beam dan pelat lantai.
2. Referensi / Standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan (SNI 03-
4810-1998)
Metoda Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam Beton (SNI 03-6817-
2002)
Standard Practice for Selecting Proportions for Normal, Heavyweight, and
Mass Concrete (ACI 211.1-98)
Standard Specification for Portland Cement (ASTM C-150)
Standard Specification for Blended Hydraulic Cements (ASTM C-595)
Standard Specification for Concrete Aggregates (ASTM C-33)
Standard Specification for Deformed and Plain Carbon-Steel Bars for
Concrete Reinforcement (ASTM A 615)
Standard Specification for Low-Alloy Steel Deformed and Plain Bars for
Concrete Reinforcement (ASTM A 706)
Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318-05)”.
Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan Kontraktor dilokasi
proyek.
Peraturan-peraturan lain luar negeri seperti ASTM (American Society for Testing
and Materials), ACI (American Concrete Institute), BS (British Standard), AS
(Australian Standard) dan lain-lain dapat digunakan sepanjang hal -hal yang
diatur tidak terdapat di dalam peraturan Indonesia dan peraturan-peraturan yang
disebutkan di atas.
Kualitas campuran beton struktural minimum harus mempunyai mutu fc’= 25 MPa
(K-300 kg/cm2). Campuran beton struktural disyaratkan menggunakan ready
mixed (siap pakai).
3. Bahan / Material
Portland Cement
Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I yang memenuhi Standar
Semen Portland, SNI 03-2487-2013 Pasal 3.2 sebagaimana dijelaskan pada
uraian Syarat-Syarat Umum Teknis Penggunaan Bahan-Bahan Bangunan.
Agregat
Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus
memenuhi persyaratan ASTM C-330M. Agregat kasar harus mempunyai
susunan gradasi yang baik, kekerasan yang memadai dan padat (tidak
keropos/ berpori).
Agregat beton yang digunakan harus memenuhi persyaratan SNI 03-2487-
2013 Pasal 3.3 dan ASTM C-330M seperti:
a. Agregat halus harus memenuhi persyaratan:
Modulus kehalusan = 2.3 ~ 3.1
Kotoran organik no. 3
Kadar lumpur < 5%
Kekekalan (Na2 SO4) < 12%
Peresapan (Absorpsi) < 5%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali.
b. Agregat kasar harus memenuhi persyaratan:
Kadar lumpur < 1%
Kandungan butiran pipih < 20%
Abrasi Los Angeles < 40%
Kekekalan (Na2 SO4) < 12%
Peresapan (Absorpsi) < 5%
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 14
Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang
dapat menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.4 SNI 03-
2487-201.
Apabila dipandang perlu, Pemberi Tugas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
Baja Tulangan
Baja tulangan beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-
kotoran lain yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus
memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2487-2019 Pasal 3.5. Kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Rencana, digunakan baja tulangan ulir mutu
BJTD 40 (fy = 400 MPa).
Baja tulangan harus mempunyai tanda SNI, dengan ukuran yang sesuai
dengan yang tertera dalam gambar rencana.
Kontraktor harus memberikan copy mill sertifikat dari pabrik mengenai
karakteristik mekanik dan ukuran baja tulangan.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas baja tulangan yang diminta, maka
disamping adanya mill sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan
sertifikat dari laboratorium independent, baik pada saat pemesanan maupun
secara periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan stress
strain dan pelengkung untuk setiap 20 ton baja. Pengetesan dilakukan pada
laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
Berat minimum baja tulangan per meter panjang harus mengacu pada tabel
berikut:
Diameter, ukuran sisi (jarak antara Variasi dalam berat yang Toleransi
dua permukaan yang berlawanan) diperbolehkan diameter
Admixture
Admixture yang dimaksud disini adalah suatu bahan tambahan yang berupa
zat cair, bubuk atau padat yang membuat bahan utama dapat berfungsi
sesuai dengan yang diharapkan. Admixture yang digunakan harus
memenuhi SNI 03-2847-2019 Pasal 3.6.
Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat
tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas mengenai hal
tersebut. Dan Kontraktor akan bertanggungjawab selama proses
pencampurannya.
Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan,
nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu.
Admixture
Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah
diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Semen harus dalam keadaan baik (belum mulai mengeras). Jika ada bagian
yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur
dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlahnya tidak boleh lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan
bebas, dan jumlahnya tidak melebihi 5% berat maka kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen pengganti yang baik dalam jumlah yang
sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus
tetap terjamin.
Baja tulangan beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan
menggunakan bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat
asing lainnya (misalnya minyak dan lain-lain).
Agregat-agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
menurut jenis dan gradasinya serta harus beralaskan lantai beton ringan
untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.
Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan
kepada Pemberi Tugas “Certificate Test“ dari bahan-bahan baja tulangan
dan Portland Cement dari produsen/pabrik.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 16
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk
membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah
memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti SNI 03-2847-
2019 Pasal 5.
Semua pekerjaan beton bertulang yang berhubungan dengan tanah harus
mempunyai lantai kerja beton tumbuk (campuran 1:3:5) dengan ketebalan
minimum 5 (lima) cm. Lantai kerja ini harus kering dan bersih dari segala
kotoran sebelum pengecoran beton bertulang dilaksanakan.
Perbandingan antar agregat halus dan agregat kasar tergantung dari
gradasi, tetapi agregat halus hendaknya dalam jumlah sesedikit mungkin
yang apabila dikombinasikan dengan semen akan menghasilkan adukan
yang dapat mengisi rongga-rongga antara agregat-agregat yang berbutir
kasar tersebut dan cukup tersisa untuk membentuk permukaan/finishing
yang halus.
Untuk mencapai kekuatan beton yang optimum dan awet, maka jumlah air
yang dipakai dalam campuran hendaknya sesedikit mungkin, tetapi
campuran masih cukup mudah dikerjakan dan mempunyai konsistensi yang
memadai, sesuai dengan keperluannya.
Jarak antara dua buah sambungan splice harus dibuat sejauh mungkin,
dengan jarak minimum sejauh 46 kali diameter baja tulangan yang
disambungkan.
Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera
pada Gambar Rencana, harus dipasang sepanjang minimum seperti tertera
pada standard drawing.
Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada, maka Kontraktor dapat menambah ekstra baja tulangan dengan
tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar. Secepatnya hal ini
diberitahukan pada perencana konstruksi untuk sekedar informasi.
Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai pekerjaan
lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan Direksi dan Perencana konstruksi.
Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana
Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah
merupakan juga keharusan dari Kontraktor.
Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter baja tulangan yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan
penggantian diameter baja tulangan dengan diameter yang terdekat dengan
catatan:
a. Harus ada persetujuan dari Direksi.
b. Jumlah luas penampang baja tulangan persatuan panjang penampang
beton tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar.
c. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan
pengecoran atau penggetaran beton.
Portland Cement
Selama pengecoran beton, benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang
dicor setiap hari harus diambil tidak kurang dari sekali sehari, atau tidak kurang
dari sekali untuk setiap 110 m3 beton, atau tidak kurang dari sekali untuk setiap
460 m2 luasan permukaan lantai atau dinding sesuai dengan SNI 03-2847-2019
Pasal 5.6.2. Benda uji harus diberi tanggal dan nomor urut yang menerus.
Pengambilan benda uji dilakukan atas persetujuan Pemberi Tugas.
Persiapan Pengecoran
Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan (cetakan) dan
perancah kepada Pemberi Tugas untuk memperoleh persetujuannya.
Pelaksanaan pembuatan Bangunan acuan dan perancah tidak
diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui
Pemberi Tugas. Konstruksi cetakan harus mengacu pada SNI 03-2847-2019
Pasal 6
Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi Tegofilm dan hanya boleh
dipakai dua kali, yang digunakan untuk membentuk beton muda yaitu
sebelum beton mencapai kekuatan yang disyaratkan dan sebelum mendapat
bentuknya yang permanen, agar apabila telah mengeras struktur beton
mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang tercantum pada gambar
rencana. Sedangkan perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan
dan beton muda yang digunakan sampai beton mencapai kekuatan yang
disyaratkan. Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 18
Persiapan Pengecoran
Pemadatan Beton
Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak
bagian melendut atau bagian-bagian yang membekas pada permukaannya.
Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
Kualitas Beton
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana, kualitas beton adalah f’c =
25 MPa atau K-300 kg/cm2 untuk pondasi, balok, kolom, pelat, tie beam dan
pilecap.
Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 20
lain atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas,
Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-
ketentuan yang disebut. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas
data-data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Pemberi Tugas
dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan evaluasi nilai kuat tekan beton
yang diperoleh.
Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium.
Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan Pemberi Tugas.
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump.
Nilai slump dan karakteristik lainnya yang diizinkan berdasarkan jenis
konstruksi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Fc' Slump w/c Air Semen
Jenis Konstruksi
(Mpa) (mm) maksimum maksimum minimum
Balok, Kolom,
Pelat, Bored Pile,
Tiebeam dan 384
Pilecap 25 120±20** 0.56 215 kg/m3 kg/m3
Catatan: * : Fly ash maksimum = 15%
: Wajib menggunakan superplasticizer
Perawatan kubus atau silinder percobaan tersebut adalah dengan direndam
dalam air hingga saatnya diuji tekan (SNI 03-4810-1998).
Untuk pengendalian mutu beton, maka digunakan juga pembuatan kubus
atau silinder percobaan untuk umur 3, 7, 14 dan 28 hari dengan ketentuan
bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari nilai yang tercantum pada tabel di
bawah ini. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka
kekekuatan yang diminta maka harus dilakukan pengujian beton setempat
dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam pasal 5.6.5 SNI 03-2847-
2016 mengenai penyelidikan hasil uji dengan kekuatan rendah.
Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Umur terhadap
Kekuatan Tekan Beton Umur 28 hari.
Umur Beton (hari)
Rasio Kuat Tekan terhadap
Kuat Tekan Umur 28 hari
Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
Pemeriksaan Mutu Beton:
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada
pasal 5 SNI-03-2487-2019.
Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton:
Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi
seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil
pekerjaan beton ditentukan berdasarkan Pasal 5.6.3.3 SNI 03-2487-2019.
Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar
perencanaan atau petunjuk Pemberi Tugas dapat menyebabkan hasil
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 21
Adukan beton harus dilindungi dari panas yang berlebihan atau pengeringan
yang terlalu dini akibat penguapan air yang berlebihan. Untuk daerah yang
berangin kencang, harus dibuat pelindung angin sesuai dengan pengarahan
dari Pemberi Tugas dan harus dilindungi sehingga kehilangan kadar air
dalam beton selama masa perawatan seminimal mungkin.
Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan, panas
matahari serta kerusakan-kerusakan lain yang disebabkan gaya-gaya
sentuhan sampai beton mencapai kekerasan dan kekuatan sebagaimana
disyaratkan.
Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah pengecoran,
dengan cara menutupnya dengan karung-karung basah, pasir basah atau
digenangi dengan air selama kurang lebih 7 hari setelah pengecoran
Cara lain untuk melindungi dan merawat beton harus mendapat persetujuan
Pemberi Tugas dan sesuai dengan Pasal 5 SNI 03-2487-2019.
Pengendalian Mutu
Pembersihan
Toleransi Ukuran
Toleransi penyimpangan pada hasil akhir pekerjaan beton tidak boleh lebih dari
ketentuan dibawah ini:
Lot dan Kedataran Permukaan Kolom, Dinding, Sudut Kolom, Pertemuan
bidang danEksentrisitas.
Setiap 3 meter panjang 6 mm
Pada keseluruhan bagian 15 mm
Pada Dimensi Kolom, Balok, Dinding dan Plat Beton.
Minus 6 mm
Plus 15 mm
Pada Pondasi Footing.
Minus 15 mm
Plus 50 mm
Beton-beton yang rusak harus dikupas (chipping) sampai dengan batas beton yang
baik. Permukaan beton yang telah dikupas sesuai dengan persyaratan harus bersih
dari debu, pasir, kotoran dan material luar yang mempengaruhi mutu beton
terpasang. Pembersihan dilakukan dengan Water Jet yang berkekuatan 200 Bar..
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 23
Pasal 18
SPESIFIKASI TEKNIK
PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan pondasi seperti tercantum dalam gambar kerja diantaranya:
a. Pondasi Bored Pile
b. Pondasi Telapak Beton
2. Pekerjaan Strausspile
2.1. Umum
Pengawas. Adapun mutu beton yang dipakai untuk sumuran ini adalah K-
300 dan mutu baja tulangan < diameter 10 mm adalah dipakai U-24 dan
untuk tulangan > diameter 10 mm dipakai U-40 ulir.
Jika dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan sehingga lebih besar dari
toleransi yang diijinkan, maka pondasi tersebut tidak memenuhi syarat dan
harus diganti degan pondasi baru dengan lokasi yang akan ditentukan oleh
Konsultan Perencana. Semua beban biaya yang timbul akibat hal tersebut
diatas menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 19
SPESIFIKASI TEKNIK
WATERPROOFING
1. Lingkup Pekerjaan
2. Jaminan Kualitas
3.2. Simpan material di atas tanah pada tempat yang terlindung dari cuaca.
3.3. Perlakuan :
1) Jaga material untuk mencegah terjadinya kerusakan.
2) Pindahkan material yang rusak dari lapangan dan ganti dengan
material baru yang sesuai dengan spesifikasi.
3) Perlakukan material dengan hati-hati sesuai dengan instruksi dari
pabrik, karena beberapa material dapat rusak dan mudah terbakar.
3.5. Jaminan
1) Kontraktor harus memberikan jaminan untuk pekerjaan waterproofing
terhadap kesesuaian dengan dokumen kontrak, bebas dari cacat
material, kesalahan pemasangan dan ketahanan/kekuatan
waterproofing yang sudah terpasang dari kebocoran selama 10 tahun
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 26
3.8. Jaminan
1) Sealant
Trenco “Dymeric” atau sealant konstruksi equivalent multi-paty
modified polyurethane yang diproduksi oleh Maneco Aru. Sonneborn
sesuai dengan ASTM C920, Type II, nonsag. Kelas A, dengan warna
yang dipilih oleh Arsitek.
2) Waterstop
Amerika Colloid Co, “Waterstop-RX” khusus diformulasikan sebagai
joint sealant.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
b) Substrate finish.
Permukaan yang akan dibuat kedap air harus kasar, gunakan metoda
pengasaran mekanik untuk menghasilkan permukaan butiran yang
teguh dengan menggunakan kertas amplas mutu sedang.
c) Permukaan beton yang langsung berhubungan dengan air.
Konstruksi beton yang akan dibuat kedap air, pada permukaan beton
yang langsung berhubungan dengan air harus dicuring minimung
selama 28 hari.
d) Patching.
Permukaan beton yang berongga atau retak harus ditutup sebelum
diberi waterproofing.
e) Penanganan retak dan sambungan.
Construction joint dan retak yang dapat dilihat dengan lebar melebihi
0,03 cm harus dikorek/dikupas sampai kedalaman 1.9 cm. Rongga-
rongga dan construction joit yang rusaak harus dikorek/dikupas.
f) Permukaan horizontal
Lantai Beton
Sebelum waterproofing dipasangkan kepada permukaan lantai
beton, hilangkan tonjolan yang biasa menembus/merusak
waterproofing yang akan mempengaruhi hasil pelaksanaan
pekerjaan.
Sealer, hardener dan curing agent
Gunakan floor Sealer, floor hardener atau curing agent yang cocok
dengan waterproofing untuk melindungi permukaan beton.
g) Permukaan horizontal
Bidang permukaan harus memiliki sistem kapiler terbuka untuk
memastikan lekatan permanen pada saat digunakan.
Dinding beton penahan tanah
Pada dinding beton penahan tanah, hilangkan tonjolan agar
penempatan dan pelekatan waterproofing dapat terlaksana
dengan baik.
a) Material primer
pemasangan material primer harus sesuai dengan instruksi dari pabrik.
b) Permukaan horisontal :
Penggunaan
Gunakan cementitious waterproofing dalam konstruksi slurry pada
permukaan beton yang jenuh.
Construction joint
Lakukan pelapisan sebanyak dua kali dengan cementitious
waterproofing dalam konsistensi slurry pada permukaan yang
dibasahi, secepatnya sebelum pengecoran beton.
c) Permukaan vertikal :
Penggunaan
Gunakan cementitious waterproofing pada permukaan beton jenuh
air dalam konsistensi slurry. Lapisan slurry harus diberikan ke
permukaan vertikal minimal 2 lapis.
Construction joint
Construction joint pada permukaan yang kena basah harus diberi
cementitious waterproofing sesegera mungkin sebelum
pengecoran beton dimulai. Berikan lapisan slurry dari cementitious
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 28
d) Netralisasi
Netralkan cementitious waterproofing sesuai rekomendasi dari pabrik,
pada daerah yang akan dicat atau diberi lapisan epoxy cementitious
waterproofing harus dibiarkan mengeras minimum selama dua minggu
sebelum netralisasi.
4.5. Pembersihan
5. Pelaksanaan Pekerjaan
5.1. Pemeriksaan
1) Periksa substrate dan kondisinya di tempat dimana akan diberi
waterproofing. Sub-Kontraktor/pemasang harus menyerahkan laporan
secara tertulis hasil pemeriksaan diatas kepada kontraktor dan
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 29
5.2. Pemeriksaan
1) Biarkan beton mengering secara alami dengan membongkar bekisting
minimum 7 hari sebelum pemasangan waterproofing dimulai.
2) Lindungi permukaan yang bersebelahan yang tidak dipasang
waterproofing.
3) Sebelum pemasangan sistem waterproofing, periksa beton dan
lakukan perbaikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan permukaan
yang baik untuk dipasangi waterproofing. Seluruh permukaan harus
bebas dari rongga, daerah rontok, agregat lepas dan tonjolan tajam
serta tanpa terlihat adanya agregat kasar. Hilangkan semua bahan
pencemar seperti minyak, gemuk dan oli dari permukaan beton.
Bersihkan seluruh permukaan dari debu, kotoran batu lepas dan
serpihan.
Tutupi lubang yang memiliki panjang lebih dari 12 mm dan
kedalaman 6 mm dengan beton dan diratakan hingga sama
dengan permukaan disekelilingnya.
Lubang-lubang bekas tie rod harus diratakan hingga sama dengan
permukaan di sekelilingnya.
Haluskan tonjolan-tonjolan dengan gerinda.
Hilangkan cacat-cacat untuk memperoleh beton yang baik dan tidak
terpengaruh. Perbaiki daerah yang diekspos.
Perbaiki construction joint yang tidak beraturan dengan meratakan
meterial yang diperbaiki atau dengan menghaluskan. Material dan
metoda yang digunakan dalam perbaikan harus cocok dengan
material membran yang akan digunakan dan telah
direkomendasikan oleh pabrik pembuat.
Patching coumpound (contoh : beton atau epoxy) harus disetujui
oleh supplier material waterproofing.
4) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap persiapan permukaan
yang akan diberi waterproofing. Semua permukaan yang akan diberi
membran waterproofing harus diratakan dengan perata kayu.
Permukaan pelat yang tidak rata harus diratakan untuk diberi bituthene
waterproofing.
5) Tutup retakan dan sambungan dengan sealant dan material yang
disarankan. Gunakan ratio kedalaman/lebar yang sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik sealant. Lebar permukaan sambungan,
termasuk dinding substate, harus 3 mm atau kurang. Perbaiki semua
sambungan yang lebarnya lebih dari 3 mm dengan sealer sebelum
melanjutkan instalasi pekerjaan.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 30
Pasal 20
SPESIFIKASI TEKNIK
PEKERJAAN BAJA
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup Pekerjaan baja ini akan meliputi semua pengadaan
material dan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi baja, yang
akan meliputi antara lain :
Material baja
Pelaksanaan konstruksi baja
Pengelasan baja
Pemasangan baut dan baut angkur
Pekerjaan metal lainnya
Pekerjaan pelapisan anti karat (coating)
2. Uraian Umum
3. Tegangan leleh minimum untuk pipa BSP SCH 40 adalah 240 Mpa (BJ
37).
4. Direksi Pekerjaan berhak meninjau keadaan bengkel kerja Kontraktor
dan memeriksa pekerjaan fabrikasi atas biaya Kontraktor.
b) Gambar kerja (shop drawing)
1. Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar
kerja (shop drawing) untuk konstruksi baja yang harus disetujui Direksi
Pekerjaan sebelum dimulainya fabrikasi. Walaupun semua gambar
kerja telah disetujui Direksi Pekerjaan, tidaklah berarti mengurangi
tanggung jawab Kontraktor apabila terdapat kesalahan atau perubahan
dalam gambar.
2. Tanggung jawab atas ketepatan ukuran selama pemasangan elemen
konstruksi baja (erection) tetap berada pada Kontraktor. Pengukuran
dengan skala pada gambar tidak perkenankan.
c) Pemotongan baja.
Semua pemotongan baja, terutama untuk keperluan struktural, harus
dilaksanakan dengan rapi dan rata, sesuai dengan gambar rencana.
Pemotongan hanya boleh dilaksanakan dengan brinder atau gergaji besi.
Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperkenankan.
d) Gambar kerja (shop drawing)
1. Pengelasan listrik harus dilaksanakan oleh tukang las yang
berpengalaman dalam pelaksanaan konstruksi baja. Walaupun
demikian, pelaksanaan pekerjaan las harus selalu berada di bawah
pengawasan seorang supervisor yang berpengalaman.
2. Sebelum pekerjaan las dilaksanakan, Kontraktor harus menyampaikan
kepada Direksi Pekerjaan satu copy sertifikat tukang las yang
bersangkutan tidak kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum pekerjaan las
dimulai.
3. Pelaksanaan las harus sesuai dengan gambar. Kawat las harus
dipakai merek Kobe steel atau sederajat.
4. Pengelasan di atas harus dilaksanakan pada saat konstruksi sudah
dalam keadaan tidak berubah posisinya, dan sudah dalam keadaan
yang stabil secara struktural. Stabilitas konstruksi harus selalu
diperhatikan dengan cermat pada saat pekerjaan berlangsung.
5. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dulu dari semua
kotoran, bekas cat, minyak, karat ataupun bekas-bekas potongan api
yang kasar. Bila perlu, bekas potongan api digerinda sampai rata.
Kerak bekas pengelasan harus dikeluarkan dan disikat sampai bersih.
6. Las yang dipakai baik las sudut maupun las tumpul mengacu kepada
standar PPBBI-1993.
e) Baut pengikat
1. Baut-baut penyambung harus berkualitas baik dan baru. Mutu baut
yang digunakan adalah HTB (baut mutu tinggi) sesuai dengan standarr
ASTM-A.325. Diameter baut harus sesuai dengan gambar. Panjang ulir
juga harus sesuai dengan gambar, atau tidak disyaratkan secara jelas
dalam gambar, harus sesuai dengan yang diperlukan (best practice).
2. Lubang pengikat baut harus betul-betul dan sesuai dengan
diameternya. Dalam hal ini selisih diameter lubang dengan diameter
baut tidak boleh lebih dari 1 mm.
3. Apabila tidak disyaratkan lain dalam gambar, jarak antara tiap baut
bisa diambil sebesar 2,5 – 6 kali diameter baut.
4. Pembuatan lubang-lubang baut pada prinsipnya harus memakai bor
listrik. Namun untuk elemen baja dengan tebal maksimum sampai 10
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 33
f) Baut angkur.
Mutu baut angkur yang digunakan untuk struktur konstruksi baja dan
struktur penunjang lainnya harus berasal dari material ASTM-A.370
(dengan tegangan leleh 240 MPa) dan ASTM-A.449-90 dengan tegangan
putus 620MPa atau sejenisnya yang dibuat dipabrik dan sesuai dengan
gambar rencana.
b) Mengencangkan baut
Baut mutu tinggi HTB dapat dikencangkan dengan kunci momen atau
dengan kunci-kunci yang digerakkan dengan compressor (torque
wrench).
Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan
dan dapat menunjukkan bila tercapai kekencangan torsi yang
disyaratkan, atau yang akan slip bila telah tercapai tegangan atau torsi
yang disyaratkan. Sebelum memulai pekerjaan sambungan ada
mengencangkan baut, Kontraktor harus sudah menyampaikan kepada
dengan tegangan atau torsi yang perrlu dicapai sebagai syarat batas
mengencangkan baut.
Kunci pas harus sering dicek dan harus disesuaikan untuk mencapai
tegangan atau torsi yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
Pada saat pekerjaan pengencangan baut berlangsung atau sesudah
pekerjaan selesai, Direksi Pekerjaan dapat melakukan tes pengecekan
torsi dilapangan. Setiap baut yang kendor harus disesuikan menurut
kebutuhan. Perhatian khusus perlu diberikan pada kelompok yang
telah dikencangkan tapi kendor lagi, dan dikencangkan kembali
sehingga mencapai tegangan yang diperlukan. Setelah baut
dikencangkan, kelebihan ulir tidak boleh kurang dari 3 ulir, atau 1,5
mm, dan tidak lebih dari 7 ulir, atau 4,5 mm.
Pasal 21
PEKERJAAN DINDING, PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini, meliputi ;
a. Pasangan dinding ½ bata 1 pc : 5 ps
b. Plesteran 1 pc : 5 ps tebal 15 mm
c. Acian pemasangan plesteran bata
d. Pasangan Granite dinding
e. Pasangan Dinding Keramik
f. Pasangan bata pada saluran dan segala sesuatu yang nyata masuk dalam
pekerjaan ini.
2. Persyaratan Bahan
b.Semen Portland/PC, pasir, air harus memenuhi persyaratan bahan untuk pekerjaan
beton yang terurai dipasal lain dalam buku RKS ini.
c. Keramik
keramik yang digunakan sekualitas ROMAN
Sudut - sudutnya harus siku. Kontraktor harus memberikan contoh bahannya untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
c. Granite
Granite yang digunakan kualitas NIRO GRANITE. Kontraktor harus memberikan contoh
bahannya untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
3. Persyaratan Pelaksanaan
2). Semen jenis adukan dan plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering. Dipersyaratkan
agar jarak waktu pencampuran adukan dengan plesteran dengan pemasangannya
tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air (macam M1 dan M2)
1). Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk
profil sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
2). Sebelum pemasangan batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga
jenuh.Pada saat diletakkan tidak boleh ada genangan air diatas permukaan batu bata
tersebut.
3). Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak (lot) dan
pola ikatan harus terjaga dengan baik. Pertemuaan sudut antara dua dinding harus
rapi dan siku, kecuali apabila pertemuan tersebut memang tidak siku seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
4). Untuk setiap pertemuan dinding pasangan batu bata 1/2 batu setiap luas 12 m2,
harus dipasang kolom praktis/kolom penguat beton dengan dimensi, ukuran dan
penulangan sesuai gambar Kerja.
5). Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balk
beton,maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja, harus
dipasang angker diameter 10 mm tiap jarak 70 cm. Bagian yang mencuat keluar
sejauh 20 cm, dan bagian yang tertanam minimal sedalam 20 cm.
6). Pemeliharaan ; Selama pasangan dinding belum difinish, Kontraktor wajib untuk
memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
7) Dalam proses pengeringan harus selalu dibasahi dengan air minimal selama 7 hari.
c. Pekerjaan Plesteran
6). Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga, tidak berlubang, tidak mengandung
kerikil atau benda-benda lain yang membuat cacat.
Apabila pekerjaan tidak memenuhi yang dipersyaratkan maka Kontraktor harus
membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas.
7). Pekerjaan plesteran pada Permukaan pasangan batu bata sebelum diplester
permukaan pasangan batu bata harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya
sudah dikeruk sedalam 1 cm
8). Pekerjaan Plesteran halus pada Permukaan Beton Sebelum pelaksanaan pekerjaan
ini permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian di
ketrek/scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat bekistingatau formtie harus
tertutup aduk plesteran.
9). Pekerjaan plesteran halus/aci halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu
bata dan beton yang akan di-finish dengan cat.
10) Semua permukaan yang akan menerima bahan/material finishing misalnya bahan/
material ubin keramik dan lainnya, maka permukaan plesterannya harus diberi alur-
alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik terhadap
bahan/material finishing tersebut, pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan/neterial
finishing tersebut adalah Cat.
11) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom/lantai yang
dinyatakan dalam Gambar Kerja dan atau sesuai dengan peil-peil yang diminta
dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran adalah minimal 1 cm dan Maksimal 2,8 cm.
Jika ketebalan melebihi 3 cm maka harus menggunakan kawat ayam yang
diikatkan/dipakukan ke permukaan pasangan batu bata atau beton yang
bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.
12) Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7cm dalam 0,5 cm.
13) Pemeliharaan
a). Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar tidak berlangsung dengan tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas
Matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air
secara cepat. Pembasahan tersebut adalah sebagai berikut : Selama 7(tujuh) hari
setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air
sekurang-kurangnya 2(dua) kali sehari sampai jenuh.
b). Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2(dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda
dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut diatas.
1. Metode Pemasangan Granite adalah Siapkan terlebih dahulu peralatan dan bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan, kemudian lakukan seleksi terlebih
dahulu cacat-cacat permanen , warna , arah serta marmer lalu tata sedemikian rupa
untuk menentukan posisi pemasangan Granite kemudian buat marking atau tandai
marmer sesuai dengan arah serat terbaik yang diinginkan, lubangi marmer untuk
tempat dudukan kawat angkur lalu Marking dan tandai letak angkur dan paku pada
dinding yang akan dipasang Granite, pasang benang ukur untuk arah vertikal dan
horizontal sesuai dengan gambar pelaksanaan (Shop Drawing) yang sudah dibuat
sebelumnya, pasang kawat angkur arah vertikal dan horizontal sesuai dengan posisi
marking dengan bantuan paku kemudian pasang angkur sesuai kedudukan pada
dinding lalu dilakukan pekerjaan pemasangan granite pada angkur yang telah
terpasang dengan mendahulukan pemasangan arah vertikal kemudian dilanjutkan
arah horizontal kemudian isi adukan pada celah antara dinding dan granite dengan
hati-hati agar posisi pemasangan granite tidak berubah, pengecekan kerataan dan
ketegakan dengan waterpass harus dilakukan setiap memasang granite baru agar
dihasilkan kualitas pemasangan yang rapi, setelah spesi mengering maka kawat bantu
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 38
dapat dilepas lalu setelah semua granite terpasang dapat dilakukan pekerjaan
pengecoran nad diakhiri dengan pembersihan dengan lap basah. Spesi menggunakan
AM.30 + AM.54 Liquid
2. Granite / keramik yang akan ditempel harus sudah diseleksi dengan baik sehingga
bentuk dan warna masing-masing sama tidak ada bagian yang retak, pecah-pecah,
sudut atau tepi atau cacat lainnya serta telah disetujui secara tertulis dari Konsultan
Pengawas.
3. Pada prinsipnya pemotongan granite / keramik harus dihindarkan, kecuali
ditentukan dengan pola Gambar, jika perlu diadakan pemotongan hatus dikerjakan
dengan hati- hati, rapi, lurus atau bersudut sesuai dengan kebutuhan, kemudian
bidang potong harus diperhaluss dengan gerinda atau kikir.
4. Persiapan sebelum pemasangan
Semua pemipaan maupun sparing-sparing SA&EL telah terpasang pada jalur dan
tempatnya sesuai dengan Gambar dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Bila ditemui retak, kerusakan bergelombang, garis-garis tepi dan siar tidak rata dan
lurus, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki hingga sesuai dengan
yang disyaratkan. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat
diajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.
6. Granite / keramik yang telah terpasang harus dilindungi dari benturan dan atau
gesekan.
Pasal 22
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA
ALUMUNIUM
22.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen,
daun pintu dan jendela dengan bahan-bahan dari Aluminium, termasuk menyediakan
bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini, meliputi seluruh pekerjaan kusen,
pintu dan jendela.
22.2. BAHAN
Bahan yang dipakai untuk kosen dan daun jendela secara umum adalah
menggunakan alumunium 4 inch, produk dalam negeri sekualitas YKK YBIC t = 1.35
mm lengkap accesoriesnya.
a. Karet sealer harus sesuai ukuran dan bentuknya dengan pintu, jendela dan kaca
dengan menggunakan karet sealer atau sealant yang berkualitas baik
b. Seluruh kelengkapan perapat/penutup celah/penahan benturan harus terpasang
sesuai rekomendasi produsen alumunium
Bahan untuk kusen Aluminium dan teknis pemasangan harus sesuai persyaratan
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
22.3. PELAKSANAAN
a. Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela
Aluminium harus dilakukan oleh pabrik penghasil dari bahan yang dipergunakan
dengan memperoleh persetujuan pengawas lapangan.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 39
b. Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa
kelapangan/ halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar
mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela.
c. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
d. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis)
halus dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.
e. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan.
f. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur
serta persyaratan teknis yang benar.
g. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan
sifatnya harus diberi “sealent”.
h. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap
air.
i. Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus
tetap dilindungi dengan “Lacquer Film”.
j. Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen;
alumunium telah terpasang maka kosen tersebut harus tetap terlindungi oleh
Lacquer Film atau plastic tape agar kosen tetap terjamin kebersihannya.
k. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar dan
kondisi lapangan serta membuat gambar Shop Drawing.
l. Tipe Pintu/Jendela dan dinding partisi yang terpasang harus sesuai Daftar tipe
yang tertera dalam Gambar dengan memperhatikan ukuran-ukuran, Bentuk
Profil, Material, Detail Arah Bukaan dan lain-lain, dengan petunjuk sbb :
GAMBAR URAIAN
* Denah Lokasi, jenis bukaan, Engsel-Engsel
* Daftar Jenis Pintu/ Merk, kualitas, bentuk, ukuran, jendela material
finish, tipe, anti corrosive treatment, glass hardware
dan lain-lain.
o. Semua pekerjaan yang telah dikerjakan dan atau telah terpasang harus segera
dilindungi terhadap pengaruh cuaca dengan cara yang memenuhi syarat.
p. Khusus untuk pintu shaft enggunakan kusen Hollow dengan ukuran 20 x 50 cm
dan daun pintu plat tebal 5 mm
Pasal 23
PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi : pengadaan dan pemasangan semua bahan perlengkapan pintu
dan jendela seperti : Kunci, Engsel, Sloot dan hardware lainnya yang dipergunakan di
dalam pekerjaan ini :
2. Persyaratan Bahan.
a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Buku Spesifikasi ini.
b. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
c. Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
d. Bahan
1. Engsel Casement sekualitas Onasis
2. Casement Handle sekualitas Onasis
3. Mortise + Cylinder sekualitas Onasis
4. Lever Handle sekualitas Onasis
5. Engsel Pintu sekualitas Onasis
6. Flush Bolt sekualitas Onasis
7. Dan lain-lain sesuai gambar kerja
3. Persyaratan Teknis
Seluruh perangkat perlengkapan : pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik
sebelum dan sesudah pemasangan. untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar
dan halus.
4. Persyaratan Pelaksanaan
Pasangan alat penggantung harus rapih benar, sehingga pintu / jendela dapat
ditutup / dibuka dengan mudah. Pintu harus dalam posisi tegak / tidak miring.
Pemborong wajib mengajukan contoh-contoh alat penggantung dan pengunci
untuk mendapat persetujuan Direksi.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 41
1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja pemasangan/ penyetelan, bahan-
bahan, perlengkapan daun pintu/daun jendela dan alat - alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
1.2 Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu seperti yang ditunjuk /disyaratkan dalam detail
gambar.
1.3 Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 1050 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Perencana dan
Pengawas.
1.4 Pekerjaan Engsel
Untuk pintu -pintu panel pada umumnya menggunakan engsel pintu, dipasang
sekurang - kurangnya tiga buah untuk setiap daun dengan menggunakan sekrup
kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel, jumlah engsel yang
dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel
memikul maksimal 20 kg..
1.5 Engsel atas dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang di tengah - tengah antara kedua engsel tersebut.
Pintu/ Jendela dipasang sedemikian rupa sehingga pada akhirnya daun pintu/
jendela mempunyai celah yang sama/ merata dengan kusen sisi atas, samping,
bawah jendela adalah minimal 2 mm maksimal 3 mm dan untuk bawah pintu
pempunyai celah minimal 4 mm dan maksimal 6 mm.
1.7 Penarik pintu (door pull) dipasang 1050 mm (as) dari permukaan lantai.
1.8 Pemasangan harus rapi, lurus dan sesuai dengan letak posisi yang telah
ditentukan oleh Perencana dan Pengawas Apabila hal tersebut tidak tercapai,
kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
1.9 Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
1.10 Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya
Pasal 24
PEKERJAAN KACA
24.1. KETERANGAN
Pekerjaan kaca meliputi pengisian bidang-bidang kusen (kaca mati), daun pintu dan
jendela, jendela bovenlicht. Contoh kaca yang akan dipakai harus diperlihatkan
kepada Pengawas paling lambat 2 (dua) minggu sebelum dipasang.
24.2. BAHAN
a. Kaca Bening
Kaca polos (clear float glass) yang dipakai adalah buatan dalam negeri dengan
ketebalan 8 mm. Bahan kaca harus utuh dan jernih, tidak boleh bergelombang,
berbintik-bintik atau cacat lainnya.
Kaca sekualitas Asahi
b. Kaca Es dan stopsol
Bahan kaca harus utuh, tidak boleh bergelombang, atau cacat lainnya dengan ketebalan
6 mm sekualitas Asahi.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 42
a. Syarat Mutu
1). Dimensi
Toleransi Tebal kaca lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal 0,3 mm.
Toleransi Lebar dan panjang Kaca adalah 1,5 mm sampai 2 mm.
2). Kaca lembaran harus mempunyai sudut siku, tepi potongan rata dan lurus, bebas
dari cacat dan noda.
a. Pemotongan harus rapih dan lurus dan harus menggunakan alat Pemotong Kaca
khusus. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan harus
digurinda dan dihaluskan.
b. Kaca yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan dan diberi
tanda agar mudah diketahui
c. Pekerjaan Kaca
1). Kaca harus dipotong menurut ukuran kaca dengan kelonggaran cukup, sehingga
pada waktu kaca mengembang tidak pecah.
2). Sepanjang alur kaca "sponing" dan list kayu harus dibersihkan, diplamur dan dicat
sebelum kaca dipasang.
3). Tepi kaca pada sambungan dan antara kaca dengan kayu, harus diberi "Sealant"
tipe "Silicone Glass Sealant". Tidak diperkenankan "Sealant" mengenai kaca
terpasang lebih dari 0,5 cm dari batas garis sambungan dengan kaca.
4) Sebagian kaca terpasang menggunakan stiker Sanblast
d. Kwalitas Pekerjaan.
1). Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca akibat pemasangan list, maupun
sekrup.
2). Kaca dan cermin harus telah terkunci dengan baik, sempurna dan tidak bergeser
dari Sponing.
3). Semua kaca dan cermin pada saat terpasang tidak boleh bergelombang. Apabila
masih terlihat adalah gelombang, maka kaca dan cermin tersebut harus dibongkar
dan diperbaiki/diganti. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak
dapat di "claim" sebagai pekerjaan tambah.
e. Kaca yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan dan harus
diberi tanda agar mudah diketahui.
Pasal 25
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1. Lingkup Pekerjaan.
2. Persyaratan Pelaksanaan
Pasal 26
PEKERJAAN LANTAI
26.2 Adukan
Adukan untuk pemasangan lantai adalah :
- 1 PC : 3 PS untuk pemasangan lantai daerah basah.
- 1 PC : 5 PS untuk pemasangan seluruh lantai selain ketentuan di atas.
c. Pada sisi yang berbatasan dengan saluran di buat pasangan pembatas terbuat dari
pasangan bata daerah dengan adukan 1 PC : 5 PS, diplester pada bagian yang
terlihat, kemudian diaci.
d. Pekerjaan lantai yang tidak lurus/waterpass, siar yang tidak lurus/berombak, retak
dan cacat lainnya, harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong.
e. Pola pemasangan dan awal pemasangan harus sesuai dengan Gambar Kerja atau
dimintakan kepada konsultan perencana, dengan mengikuti pola corak masing-
masing granite/keramik yang dipakai awal pemasangan dan pemotongan harus
disetujui oleh Pengawas Lapangan
f. Bila ditemui kerusakan, permukaan lantai bergelombang, Kontraktor harus
membongkar dan memperbaikinya hingga sesuai dengan yang disyaratkan.
g. granite / keramik yang akan ditempel harus sudah diseleksi dengan baik sehingga
bentuk dan warna masing-masing granite sama tidak ada bagian yang retak, pecah-
pecah, sudut atau tepi atau cacat lainnya serta telah disetujui secara tertulis dari
Konsultan Pengawas.
h. Aduk yang dipakai adalah campuran 1Pc:2Ps tebal 10-15 mm untuk daerah kedap
air, dan 1Pc:3Ps daerah kering.
i. Seluruh rongga pada bagian belakang pelapis lantai harus berisi dengan adukan
pada waktu pemasangan
j. Awal pemasangan dan pola pemasangan harus sesuai dengan Gambar Kerja
atau atau petunjuk Pengawas Lapangan.
k. Pada prinsipnya pemotongan pelappis lantai harus dihindarkan, kecuali ditentukan
dengan pola Gambar, jika perlu diadakan pemotongan hatus dikerjakan dengan
hati- hati, rapi, lurus atau bersudut sesuai dengan kebutuhan, kemudian bidang
potong harus diperhaluss dengan gerinda atau kikir.
l. Persiapan sebelum pemasangan
Semua pemipaan maupun sparing-sparing SA&EL telah telahterpasang pada
jalur dan tempatnya sesuai dengan Gambar dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
m. Setelah bidang pelapis lantai terpasang permukaannya harus dibersihkan dengan
lap/kain basah sehingga bersih dari noda-noda semen. Bidang lantai ini harus
dijaga tetap basah untuk menghindarkan pengeringan terlalu cepat dengan
pembasahan minimal 3(tiga) hari pertama setelah pelapis lantai terpasang.
n. Bila ditemui retak, kerusakan bergelombang, garis-garis tepi dan siar tidak rata dan
lurus, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki hingga sesuai
dengan yang disyaratkan. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor,
tidak dapat diajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.
o. Pelapis Lantai yang telah terpasang harus dilindungi dari benturan dan atau
gesekan.
Setelah kita mengetahui karakteristik batu alam andesit, kami akan berbagi tips tentang
pemasangan lantai batu alam andesit. Lantai batu alam andesit sangat mudah untuk di
aplikasikan, berikut cara dan metode pola pemasangan lantai batu alam andesit :
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 45
Lantai batu alam andesit di pasang dengan metode pemasangan seperti memasang
keramik untuk lantai. Langkah langkahnya sebagai berikut :
1. Sebelum anda memasang batu alam andesit untuk lantai, pastikan selesainya semua
tahap pada pembangunan, karena pemasangan ini harus di lakukan di akhir, butuh
waktu mengeringkannya untuk dapat di gunakan.
2. Setelah hal pertama di atas beres, anda dapat memulainya dengan membersihkan,
mengeringkan dan meratakan lantai yang akan di pasang batu alam.
3. Pasangkan benang lurus melintang di area yang akan di pasang batu alam/keramik
batu alam, dengan tinggi sesuai dengan tinggi batu alam/keramik yang akan di
pasang dan berikan gap untuk tingginya adukan semen guna melekatkan batu alam
tersebut dengan lantai. penempatan pemasangan benang
4. Sebelum di pasang, di rendam terlebih dahulu batu alam atau keramik batu alam
agar memberikan kelekatan yang kuat saat pemasangan.
5. Berikan adukan semen yang penuh untuk lantai yang akan di pasang keramik batu
alam / batu alam, kemudian tempelkan keramik dan ketuk tidak terlalu keras untuk
merekatkan, memadatkan dan yang selanjutnya untuk meratakan dengan
pemasangan sebelumnya. pemberian semen sebelum pemasangan
6. Lakukan hal tersebut di atas mulai dari depan, untuk mendapatkan kerapian sampai
pemasangan yang di dapat dari pemotongan keramik terakhir. Namun ada juga yang
memasang dari titik tengah, untuk memberikan ujung-ujung dengan keramik
pemotongan.
7. Tunggu hingga 2-3 hari untuk pengeringan maksimal tanpa harus diinjak lantai
tersebut.
Koral Sikat
Kerikil bulat kecil – kecil dan tidak tajam merupakan bahan atau material pokok pada
pengerjaan koral sikat. Sesuai dengan namanya pengerjaan koral sikat dikerjakan dengan
cara kerikil – kerikil tersebut ditebar sesuai dengan motif warna yang diinginkan pada lantai
yang sedang discreed, setelah ditebar lalu kerikil tersebut diratakan dengan cara menaruh
papan diatas kerikil – kerikil tersebut sehingga kerikil tersebut hampir semua bagian
terpendam pada adukan screed. Setelah screed lantai setengah kering barulah disikat agar
bagian atas kerikil – kerikil tersebut terbebas dari adukan semen. Cara tersebut jika ingin
langsung mengaplikasikan batu koral sikat pada lahan yang akan difinish dengan koral sikat.
1. Persiapkan bidang kerja. Pemasangan batu koral harus sudah diatur ketinggiannya.
dan memberikan pembatas pada bagian yang menurun untuk menahan adukan semen.
Pembatas ini bisa dibuat dengan menggunakan batang kayu atau bahan lainnya.
2. Beri adukan semen pada bagian yang akan dipasang batu koral dan ratakan adukan
tersebut
3. Letakkan batu koral diposisinya, berdasarkan pola. mengunakan 2 warna baru
koral yang berbeda agar lebih menarik dan disusun menggunakan pola
4. Setelah semua batu tersusun, ratakan dengan cara ditekan/diketuk dengan kayu
atau papan agar posisi batu masuk ke dalam adukan semen secara merata.
5. Setelah ditekan, beri kembali adukan semen untuk menutupi rongga antar batu
koral
6. Singkirkan kelebihan adukan semen dengan papan kayu supaya batu koralnya
kelihatan.
7. Supaya adukan semen basah cepat kering, taburkan semen kering di atasnya dan
ratakan. Semen kering juga berguna untuk mengikat agar batu koral tidak mudah lepas
di kemudian hari.
8. Bersihkan permukaan batu koral dengan menggunakan kain lap agar sisa-sisa
kelebihan semen terangkat dan batunya terlihat kembali
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 46
Pasal 27
PEKERJAAN LABURAN DAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
3). Khusus untuk konstruksi dan rangka atap yang tidak ditampakkan
dilakukan dengan residu ketentuan ini tidak berlaku.
2. Persyaratan Umum
a. Seluruh pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dalam Standard dan normalisasi di
Indonesia dan atau sesuai dengan Spesifikasi pabrik pembuat.
b. Pabrik dan Kontraktor harus memberi jaminan minimal selama lima (5) tahun terhitung
dari waktu penyerahan atas semua pekerjaan ini terhadap kemungkinan cacat, warna
yang berubah dan kerusakan cat lainnya.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 47
3. Persyaratan Bahan
a. Bahan dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam. Produk Cat :
- Pengecatan Dinding interior menggunakan cat sek. ICI Dulux Pearl Glo
- Pengecatan Dinding Exterior menggunakan cat sek. ICI Dulux Weather Shield
- Pengecatan Plafond menggunakan cat sekualitas Catylac
- Finishing Melamik Daun Pintu Sekualitas Danapaint
- Cat Minyak menggunakan cat sekualitas Seiv
- Pengecatan Besi menggunakan cat sekualitas Duco
4. Persyaratan Teknis
a. Peralatan seperti: Kuas, Roller, Sikat kawat,Kape, dan sebagainya; harus tersedia dari
kualitas baik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
b. Semua cat dasar harusdisapukandengankuas. Pelaksanaan pekerjaan pengecatan cat
dasar untuk komponen bahan metal,harus dilakukan sebelum komponen tersebut
terpasang.
5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas, sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di "claim" sebagai
pekerjaan tambah.
1). Sebelum pelaksanaan pengecatan seluruh kayu harus sudah diberi lapisan anti
rayap.
2). Pekerjaan persiapan sebelum pengecatan
- Kayu harus dalam keadaan kering,
- Gosok dengan batu kambang, kemudian digosok dengan hampelas No. 0
- Beri wood filler untuk menutupi pori-pori dan celah kayu. Setelah 1/2 jam gosok
dengan hampelas halus. Wood filler / dempul kayu harus dilakukan secara merata
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 48
e PEKERJAAN MELAMIC
e.3.5 Hasil akhir finishing melamic harus rata, permukaannya halus dan
intensitas warna untuk setiap bagian interior - furniture harus sama
(disesuaikan colour scheme material).
Pasal 28
PEKERJAAN WALL PAPER
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan
peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan ini secara lengkap untuk seluruh ruang yang tercantum dalam
gambar kerja dan kelangkapannya.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Tipe : Heavy Duty
b. Bahan dasar : Vinyl coating atau Paper backing
c. Produk : ex.Starwall, / Min. Sekualitas
d. Tipe : Custom Art Printing Wallpaper,
3. PERSYARATAN UMUM
a. Pengiriman material harus didalam kotak aslinya lengkap dengan label dan
identitas.
b. Penyimpanan material harus pada daerah yang bersih, kering dengan
temperatur yang tetap sekitar 40 F dengan kelembaban normal.
4. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Persiapan permukaan yang akan dilapisi wallpaper permukaannya
harus rata, kering dan bersih.
b. Harus mengikuti aturan/persyaratan pabrik dalam mencampur
dan menggunakan bahan pelapis dan perekat.
c. Sebelum pemotongan, pola dan warna harus diperiksa dan dicocokkan
dengan contoh yang telah disetujui.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 50
Pasal 29
PEKERJAAN FURNITURE (CUSTOM MADE)
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Lingkup pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan- bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan ini secara lengkap, meliputi :
b. Pekerjaan furniture sesuai dengan gambar kerja serta buku
uraian pekerjaan, dan persyaratan pelaksanaan teknis, dan brosur (khusus
kursi fabrikan).
c. Pekerjaan pembersihan sebelum dan setelah pelaksanaan pekerjaan.
d. Pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap alat-alat
kerja, bahan-bahan, maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga hasil pelaksanaan sempurna.
2. PERSYARATAN UMUM
Persyaratan umum meliputi:
a. Pelaksanaan pekerjaan harus dibuat sebaik-baiknya sesuai dengan gambar
rencana, baik yang ada maupun yang akan diusulkan oleh
Direksi/Perencana.
b. Pelaksana harus memberi jaminan paling sedikit 1 (satu) tahun atas
pekerjaannya, terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan akibat mutu
bahan yang digunakan maupun mutu pekerjaannya.
c. Semua contoh bahan-bahan lunak yang mempunyai
kecenderungan terbakar seperti fabric/upholstery yang diajukan untuk
mendapat persetujuan, harus disertai dengan spesifikasi detail yang
menunjukan struktur maupun jenis serat yang digunakan
d. Juga harus disertai jaminan tertulis dari pabrik pembuatnya, suatu
keterangan yang menunjukan bahwa bahan-bahan tersebut sudah “flame
rated” dan diproses untuk mencegah penyebaran api melalui bahan-bahan
tersebut.
3. PERSYARATAN KHUSUS
a. Persyaratan pembuatan furniture.
1) Bersifat heavy duty dalam arti tahan untuk digunakan dalam
batas maksimal pemakaian suatu furniture mutu kerja dan bahan harus
kelas 1 (satu).
2) Tidak diperbolehkan menggunakan chip board atau particle board.
3) Semua sambungan harus dibuat sekuat-kuatnya.
4) Semua moveable furniture harus dipasangi screw in glades dari
platstil pada ujung kakinya, kecuali dalam gambar detail ditentukan lain
(kaki yang dibuat dari stainless steel tube).
b. Gambar Detail
1) Spesifikasi dibawah ini bersifat umum dan harus digunakan
bersama gambar-gambar detail dari items furniture khusus.
2) Items yang selesai harus sesuai dengan gambar detail maupun
dengan spesifikasi ini.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 51
c. Gambar Kerja
1) Gambar rencana memperlihatkan lokasi, kontur dan dimensi
(termasuk jari-jari) daun meja, kolom-kolom yang fixed dan harus
diajukan untuk disetujui oleh desainer sebelum memulai fabrikasi dari
items tersebut.
2) Skala penuh (1:1) dari gambar kerja yang telah disetujui akan
diperlukan untuk fabrikasi, yang setiap item jumlahnya lebih dari 5 (lima)
buah.
3) Gambar kerja memperlihatkan semua ukuran detail
konstruksi, pemasangan dan kondisi setempat serta pekerjaan lain yang
dipelukan untuk melengkapi pemasangan dari masingmasing item.
d. Contoh Prototipe
1) Kontraktor diwajibkan membuat contoh prototipe untuk setiap item
dari
furniture lepas yang totalnya 6 (enam) atau lebih.
2) Contoh prototipe ini dibuat untuk membandingkan kualitas bahan
dan keahlian pembuatnya dengan tujuan tercapai desainnya.
3) Direksi/Perencana akan melakukan pemeriksaan berkala pada
waktu pengerjaan prototipe untuk menilai metoda pengerjaan,
penyambungan dan penyetelannya sehingga dapat memastikan
pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan.
4) Setelah prototipe selesai dan disetujui secara tertulis
oleh Direksi/Perencana. Prototipe ini menjadi standar yang harus
diikuti oleh kontraktor
5) Untuk item yang diorder dan jumlahnya melebihi 25 buah, prototipe
harus dibuat sebagai bagian tambahan dan akan disimpan oleh
Direksi/Perencana atau pemberi tugas sebagai pembanding
dalam pembelian.
6) Untuk item yang jumlah ordernya kurang dari 25 buah, prototipe
sudah termasuk dalam jumlah tersebut.
7) Untuk item furniture yang besar, Perencana secara bertahap
akan mengunjungi bengkel kerja Kontraktor untuk memeriksa dan
menyetujui konstruksi, bahan dan kualitas pekerjaannya
Pasal 30
PEKERJAAN HIGH PRESSURE LAMINATE (HPL)
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan HPL Ex. WilsonArt/setara dan
multiplek t=18mm/12mm/9mm pada pekerjaan backdrop, dinding, plafond
dekoratif dan furniture custom.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Plastic laminate yang digunakan ex. WilsonArt / minimal sekualitas.
b. Merk, nomor catalog, warna dan sebagainya, plastic laminate decorative
harus sesuai dengan bagan spesifikasi bahan dan finishing.
c. Untuk permukaan yang datar digunakan plastic laminate dengan ketebalan
1.2 mm.
d. Untuk permukaan yang melengkung digunakan plastic laminate dengan
ketebalan 0.8 mm.
e. Pelapis untuk bahan ini menggunakan perekat Ex. Prima D
f. Kontraktor wajib memberikan mock up material untuk disetujui pihan Owner,
MK dan Perencana
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Alas/Backing/dasar untuk dipasangi panel, baik partisi maupun
plafond/ceiling, harus merupakan permukaan yang bersih dan rata.
b. Bahan multipleks harus dipilih motif yang rata-rata sama dan tidak ada cacat
serta bebas dari mata kayu.
c. Panel kayu/multipleks adalah di-finish dengan finishing HPL
Panel kayu/multipleks setelah selesai di-finish, diberi perlindungan agar
tidak rusak/cacat oleh pekerjaan lainnya.
d. Panel multipleks untuk Back-dropped harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli
dan berpengalaman dengan finishing multiplek dan ditutup dengan HPL Ex.
WilsonArt
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 53
Pasal 31
PEKERJAAN JALAN
A. PEKERJAAN PENGUKURAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
2. PROSEDUR UMUM.
Bila Kontraktor berkeberatan atas penentuan sistim koordinat tersebut, maka dalam
1 (satu) minggu setelah penentuan, Kontraktor dapat mengajukan keberatan secara
tertulis beserta data pendukung untuk kemudian akan dipertimbangkan oleh
Pengawas Lapangan.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
Catatan lengkap harus mencakup semua pengukuran lapangan, rapih dan teratur.
Pengukuran harus dengan jelas menyebutkan nama proyek, lokasi, tanggal, nama.
Buku yang dijilid harus digunakan untuk catatan.
Catatan lapangan yang terpisah harus dibuat untuk setiap katagori berikut :
• Pemeriksaan melintang.
• Ketinggian patok.
• Lokasi pengukuran.
• Konstruksi pengukuran.
• Potongan melintang.
Koordinat seluruh patok, titik pemeriksaan, dan lainnya harus dihitung sebelum
pengukuran.
Sketsa harus disiapkan untuk setiap patok pemeriksaan dan titik acuan yang
menunjukkan jarak dan azimut ke setiap titik acuan. Profil dan bidikan elevasi
topografi harus dilakukan dalam buku lapangan.
Semua catatan dan perhitungan harus dibuat permanen, dan dijaga di tempat yang
aman. Penyimpanan data lapangan yang tidak berlaku lagi dilakukan oleh
Pengawas Lapangan.
2.0. PERALATAN.
Alat-alat yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhannya antara lain :
Aspalt Finisher
1. Aspalt Sprayer
2. Concrete Mixer
3. Dump truck 6-8 t
4. Dump truck 10-12 t
5. Tandem Roller 6-8 t
6. Peneumatic Tire Roller 8-10 t
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 55
7. Water Tank
C. PEKERJAAN PERKERASAN
2.0. STANDAR/RUJUKAN.
3.1. Contoh bahan untuk seluruh pekerjaan ini harus diserahkan terlebih dahulu kepada
Pengawas Lapangan, untuk diuji dan disetujui.
3.2. Setiap akan memulai tahapan pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu secara
resmi kepada Pengawas Lapangan, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan
dimulai.
Bila Kontraktor melaksanakan pekerjaan tanpa ijin dari Pengawas Lapangan,
maka segala ketidak-sesuaian dan kerusakan yang diakibatkan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.3. Setiap selesai melaksanakan tahapan pekerjaan, Kontraktor harus
memberitahukan kepada Pengawas Lapangan untuk melakukan pemeriksaan,
sebelum melanjutkan tahapan pekerjaan berikutnya.
3.4. Kontraktor harus menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan, yang
dilengkapi dengan jumlah dan kapasitas, untuk diperiksa kesesuaiannya dan
disetujui Pengawas Lapangan.
4.0. BAHAN-BAHAN.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 56
Bahan sirtu harus yang digunakan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
degradasi dan tergenang air/lumpur.
Bahan agregat harus terseleksi dari sumber yang disetujui. Dibutuhkan kelas
A Bahan agregat harus bebas dari lumpur dan kotoran lainnya yang merusak.
Susunan gradasi dari bahan agregat harus memenuhi persyaratan berikut :
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SARINGAN | % BERAT YANG LOLOS
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
STANDAR (MM) | ALTERNATIF (INCI) | KELAS A | KELAS B
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
50 | 2" | 100 | 100
25 | 1" | 65 - 90 | 65 - 100
9,25 | 3/8" | 40 - 60 | 35 - 65
4,75 | No. 4 | 25 - 45 | 20 - 50
2,00 | No. 10 | 15 - 30 | 10 - 40
0,425 | No. 40 | 8 - 20 | 5 - 25
0,075 | No.200 | 5 - 12 | 2 - 15
| | |
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Agregat Kasar.
Agregat yang digunakan bisa batu pecah atau kerikil dalam keadaan kering dengan
persyaratan sebagai berikut :
Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran
(PB.0206-76) harus mempunyai nilai maksimum 40% .
Kelekatan terhadap aspal (PB.0205-76) harus lebih besar dari 95% .
Indeks kepipihan agregat maksimum 25% (B.S.).
Minimum 50% dari agregat kasar harus mempunyai sedikitnya satu bidang pecah.
Peresapan agregat terhadap air (PB.0202-76) maksimum 3%.
Berat jenis semu/apparent (PB.0202-76) agregat minimum 2,50.
Gumpalan lempung agregat maksimum 0,25% .
Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat maksimum 5% .
Agregat Halus.
Agregat halus harus terdiri dari bahan-bahan yang berbidang kasar, bersudut tajam dan
bersih dari kotoran-kotoran atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Agregat halus bisa terdiri dari pasir bersih, bahan-bahan halus hasil pemecahan batu
atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut dan dalam keadaan kering.
Nilai Sand Equivalent (AASHTO T-176) dari agregat harus minimum 50.
Berat jenis semu/apparent (PB.0203-76) minimum 2,50.
Dari pemeriksaan Atterberg (PB.0109-76) agregat harus non plastis.
Peresapan agregat terhadap air (PB.0202-76), maksimum 3% .
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 57
Pengisi/Filler.
Sebagai pengisi dapat dipergunakan debu batu, debu dolomite atau semen portland.
Perlu diperhatikan agar bahan tersebut tidak tercampur dengan kotoran atau bahan lain
yang tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering (kadar air maksimum 1%).
Aspal Keras.
Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras Penetrasi 60 atau Penetrasi 80
yang memenuhi persyaratan seperti tertera di bawah ini :
+-----------------------------------------------------------------------------------------------------+
| | |PERSYARATAN | |
| | CARA |------------------------------| |
|JENIS PEMERIKSAAN |PEMERIKSAAN |Pen. 60 | Pen. 80 | SATUAN |
| | |------------------------------| |
| | | Min.| Mak.| Min.| Mak. | |
|-------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 1. Penetrasi | PA.0301-76 | 60 | 79 | 80 | 99 | 0,1 mm |
| (25oC, 5 detik) | | | | | | |
|-------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 2. Titik lembek | PA.0302-76 | 48 | 58 | 46 | 54 | °C |
| (ring & ball) | | | | | | |
|-------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 3. Titik nyala | PA.0303-76 | 200 | - | 225 | - | °C
| (clev.open cup) | | | | |
|-------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 4. Kehilangan berat | PA.0304-76 | - |0,4 | - | 0,6 | % berat |
| (163oC, 5 jam) | | | | | | |
|----------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 5. Kelarutan | PA.0305-76 | 99 | - | 99 | - | % berat |
| (CCL4 atau CS2) | | | | | | |
|------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 6. Daktilitas | PA.0306-76 | 100 | - | 100 | - | cm |
| (25oC, 5 cm/menit) | | | | | | |
|-------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 7. Penetrasi setelah | PA.0301-76 | 75 | - | 75 | - |% semula |
| kehilangan berat | | | | | | |
|-------------------------------------------------------------------------------------------------------|
| 8. Berat Jenis | PA.0307-76 | 1 | - | 1 | - | gr/cc |
| (25oC) | | | | | | |
+------------------------------------------------------------------------------------------------------+
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 58
Untuk keperluan lapis resap pengikat/prime coat dipergunakan aspal cair jenis MC-30, MC-
70, MC-250 atau aspal emulsi jenis CMS, MS.
Untuk keperluan lapis pengikat/tack coat digunakan aspal cair jenis RC-70, RC-250 atau
aspal emulsi jenis CRS, RS.
4.4. Peralatan.
Peralatan Lapangan.
a. Alat Pemadat :
• Vibrator Roller
• Tandem Roller 4-6 ton
• Tandem Roller 8-10 ton
• Pneumatic Tire Roller 10-12 ton
b. Penghantar.
c. Dump Truck.
d. Asphalt Sprayer dan Asphalt Finisher.
e. Compressor.
f. Tangki Air.
g. Sekop, garu, sikat, balok kayu, roda dorong, dan alat bantu lainnya.
h. Hand Compactor.
5.2.1. • Lapisan tanah dasar sub-grade harus disiapkan sesuai dengan persyaratan sebelum
bahan sub-base ditempatkan di atas sub-grade.
Bahan dan air dicampur pada suatu mixer, air ditambahkan pada proses
pencampuran secukupnya sampai tercapai suatu kadar air yang baik untuk
dipadatkan, sehingga tercapai kepadatan yang diinginkan.
Setelah dicampur bahan diangkut ke lokasi pekerjaan lalu dihamparkan dengan
mesin penghampar spreader.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 59
Sepanjang tempat-tempat yang tidak dapat dimasuki mesin penggilas, maka bahan
sub-base harus dipadatkan dengan alat-alat tumbuk mekanis atau tangan/tampers or
compactors, penggunaannya atas persetujuan Pengawas Lapangan.
Tebal lapisan sub-base yang selesai harus diperiksa dengan depth test/core test/hole
test yang diadakan pada jarak tertentu sehingga setiap luas 250 m persegi ada satu
pengujian. Kontraktor harus mengisi lubang-lubang pengujian itu atas biaya sendiri dan
akan diawasi oleh Pengawas Lapangan. Jika susut tebal itu lebih dari 12 mm,
Kontraktor diharuskan memperbaiki daerah itu.
Pekerjaan pada lapisan sub-base tidak boleh dilaksanakan jika sub-grade dalam
keadaan basah.
Perlengkapan.
Permukaan sub-base harus bersih dari debu, lempung atau bahan-bahan yang merugikan,
sebelum bahan base-course ditempatkan/dihamparkan.
Cara-cara pada bagian II.2.C (3) dapat dipakai. Kecuali cara penempatan lapisan base-
course harus dilaksanakan berlapis yang tebalnya setiap lapis setelah dipadatkan tidak
minimal 6 cm atau lebih dari 12 cm.
Gradasi aggregate yang sudah ditebarkan harus seragam dan tidak mengandung
pecahan-pecahan atau unsur-unsur yang halus ataupun kasar pada suatu tempat.
Aggregate dimaksud tidak boleh ditebarkan melebihi 1.500 m persegi sebelum digilas
kecuali jika diperkenankan oleh Pengawas Lapangan.
Untuk pemadatan dapat digunakan 'smooth wheel rollers' dengan berat 8-12 ton,
pemadatan dilaksanakan sedemikian sehingga tercapai struktur yang homogen dan jika
perlu dengan penambahan air secukupnya sesuai dengan kebutuhan supaya dapat
tercapainya pemadatan yang optimal.
Penggilasan dari jalur ke jalur harus over lapping seperti pada penggilas
lapisan sub-base. Apabila penggilasan itu menghasilkan ketidak-rataan
melebihi dari 10 mm, jika diuji dengan tongkat lurus 3 meter panjang, maka
permukaan yang tidak rata harus dibongkar, kemudian ditimbun kembali dengan
bahan yang sama yang dipakai untuk pembuatan lapisan itu, lalu digilas sampai
kepadatan yang disyaratkan, perbaikan dan penggantian tersebut atas beban
biaya Kontraktor.
Sepanjang tempat yang tidak dapat dimasuki mesin gilas, bahan base-course ditumbuk
secara baik dan alat-alat tumbuk mekanis/mechanical tampers/compactors.
Pemeliharaan.
Setelah lapisan aggregate base selesai, Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan
pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga agar lapisan aggregate base tetap dalam
keadaan yang baik dan memuaskan untuk menerima lapisan pasir/bedding sand. Lapisan
aggregate base harus dalam keadaan kering pada setiap saat.
Apabila pembersihan dianggap perlu atau apabila permukaan terganggu, maka pekerjaan
yang bersifat memulihkan harus diadakan atas biaya Kontraktor sendiri.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 61
Perencanaan Campuran.
Untuk mendapatkan campuran beton aspal yang baik perlu dilakukan perencanaan
campuran.
• Jenis agregat,
• Gradasi agregat,
• Mutu agregat,
• Jenis aspal keras,
• Rencana tebal lapisan,
• Jenis bahan pengisi.
Persentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada agregat kering, ditentukan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
Melalui metoda Uji Marshall akan diperoleh kadar aspal optimal yang harus memenuhi
persyaratan-persyaratan berikut.
+------------------------------------------------------------------------------ +
| Kepadatan LL | | | |
| | Berat | Sedang | Ringan |
|Jenis Pemeriksaan | | | |
|------------------------------------------------------------------------------|
| | | | |
| Stabilitas (Kg) | 750 | 650 | 460 |
| | | | |
| Kelelehan (mm) | 2-4 | 2-4,5 | 2-5 |
| | | | |
| % Rongga dalam | 3-5 | 3-5 | 3-5 |
| campuran | | | |
| | | | |
| % Rongga terisi | 75-82 | 75-85 | 75-85 |
| aspal | | | |
| | | | |
| Jumlah Tumbukan |2 x 75 | 2 x 50 | 2 x 35 |
| | | | |
+------------------------------------------------------------------------------ +
Pengambilan contoh campuran dilakukan minimal satu kali setiap hari produksi,
kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.
Produksi Campuran.
Agregat dipanaskan maksimal sampai suhu 175°C. Suhu aspal < suhu agregat,
dengan perbedaan maksimal 15°C.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 62
Persiapan Lapangan.
Pengangkutan.
• Pengangkutan dilakukan dengan dump truck dengan bak terbuat dari metal,
rapat, bersih dan telah disemprot dengan air sabun, bensin atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya aspal pada bak dump truck.
• Selama pengangkutan, campuran aspal harus ditutup dengan terpal, untuk
melindungi dari pengaruh cuaca.
Penghamparan.
Pemadatan.
Pada saat suhu minimal 60°C atau sedikit di atas titik leleh aspal yang digunakan,
pemadatan harus sudah berakhir.
• Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan sejajar as jalan
menuju ke tengah.
• Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan
menuju ke bagian yang tinggi.
• Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang terendah
sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
• Untuk mencegah pelekatan campuran aspal pada mesin gilas, roda mesin
gilas harus dibasahi dengan air.
Sambungan-sambungan.
Jalan beton aspal dapat dibuka untuk lalu lintas kecepatan rendah setelah
pemadatan akhir selesai dan suhu telah di bawah titik lembek aspal (sesuai
dengan jenis aspal yang digunakan) atau sekitar + 2 (dua) jam. Dibuka untuk lalu
lintas penuh setelah 4 (empat) jam.
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 64
PASAL 32
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL,
DAN PLUMBING
3.1. PENDAHULUAN
Dan semua yang ada di dalam gambar, spesifikasi teknis, Bill of Quantity dan berita
acara rapat penjelasan atau klarifikasi termasuk dalam lingkup pekerjaan.
Peralatan bantu ataupun kelengkapan yang tidak tertulis dan / atau tidak tergambar
tetapi harus dipasang untuk menjamin sistem dapat berjalan sempurna termasuk
dalam lingkup pekerjaan Lingkup pekerjaan dapat berubah jika dikatakan lain saat
penjelasan tender, klarifikasi dan negosiasi
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 65
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 66
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 67
SNI 03-6373-200
Tata Cara Pemilihan dan Pemasangan Ven Pada Sistem Plumbing
3) Standard Lainnya
VDE, ISO, BS, LMK dan IEC.
ASHRAE (American Society of Heating Refrigeration and Air Conditioning
Engineers). (Untuk pedoman dari ASHRAE, digunakan ASHRAE Pocket Guide
for Air Conditioning, Heating, Ventilationing, Refrigeration terbitan 1997 terutama
chapter 1 - 7 & 11 - 13, dan ASHRAE Handbook of Foundamental, 1981).
SMACNA (Sheet Metal & Air Conditioning Contractors National Association).
(Untuk pedoman dari SMACNA, digunakan HVAC System Duct Design Third
Edition, terbitan 1990 terutama chapter 13 s/d 12 & 14).
Carrier "Handbook of Air Conditioning System Design" by Mc. Graw - Hill,
Inc.1995, terutama part 2 & 3.
Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Instalasi Telephone dan Sentral
PABX
Plumbing System Design & Maintenance (Soufyan Nurbambang & Morimura)
4) Petunjuk Perencanaan
Petunjuk perencanaan dari Pihak Yayasan & Panitia Pembangunan
5) Petunjuk Instansi
Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN,
Departemen Kesehatan dan lain-lain.
3.3. Gambar-Gambar
Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya. Jika terdapat perbedaan
antara gambar dan persyaratan teknik, dan tidak ada klarifikasi pada dokumen
setelahnya, maka yang berlaku adalah pada ketentuan pada persyaratan teknis.
Sebelum mengajukan penawaran, pemborong wajib menghitung dan mempelajari
kembali gambar yang diserahkan pada saat aanwijzing sehingga tidak ada alasan
meminta kerja tambah dikarenakan perbedaan gambar, spesifikasi dan BQ.
Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperlihatkan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service /
maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
Gambar-gambar Arsitek dan Struktur dan Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan pekerjaan ini.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 68
Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail
kepada Pemberi Tugas / MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu.
Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut Pemborong dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.
Pemborong wajib mengajukan as-built drawing untuk peralatan atau instalasi yang
sudah terpasang perbagian pekerjaan, kompilasi gambar as-built drawing dilakukan
setelah semua sistem instalasi sudah terpasang dengan lengkap dan benar.
Kompilasi gambar tersebut sebagai dasar acuan untuk pembuatan final as-built
drawing.
3.3.1. Koordinasi
1) Pemborong instalasi ini wajib bekerja sama dengan Pemborong instalasi lainnya,
agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
2) Koordinasi yang baik wajib ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.
3) Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 69
3) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima SPK dan sebelum
memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan daftar peralatan dan bahan
secara bertahap yang akan digunakan pada Proyek ini untuk disetujui oleh MK /
Konsultan Perencana. MK / Pengawas tidak bertanggung jawab atas contoh bahan
yang akan dipakai dan semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan
pengambilan contoh / dokumen ini.
4) Bila dalam pelaksanaan terdapat bahan / material yang tidak atau belum mendapat
persetujuan MK / Pengawas, maka MK / Pengawas berhak menyuruh bongkar untuk
diganti dengan material / bahan yang sesuai dan sudah mendapat persetujuan.
5) Selama memungkinkan, semua peralatan / material tetap dalam packaging asli
tanpa dibuka dari pabrik. Jika tidak memungkinkan harus dibungkus dengan bahan
penutup yang dapat menjaga dari kerusakan. Peralatan / material tersebut harus
diangkat, dibawa, diturunkan dan disimpan dengan baik untuk menjaga agar
terhindar dari kerusakan.
6) Penyimpanan peralatan / material harus ditempat yang bersih, kering dan terlindungi
dari kerusakan. Jika peralatan / material rusak, tidak boleh langsung dipasang, harus
dilakukan tahapan secepatnya untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan.
Semua perbaikan harus mendapatkan review dan persetujuan dari Pemberi Tugas /
MK.
7) Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus
menyerahkan gambar kerja / shop drawing dan detailnya kepada Pemberi Tugas
dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
8) Kontraktor harus mengajukan shop drawing lebih awal dalam kaitannya dengan
pekerjaan Arsitektur seperti kebutuhan lokasi pipa dengan dinding, lantai dan
plafond.
9) Gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor khusus harus berupa dan mencakup hal
sebagai berikut:
a Gambar sistem, tercantum jumlah kebutuhan utilitas, tipe perlengkapan, alat
Bantu yang diperlukan.
b Lokasi dan dimensi peralatan utama terhadap ruang dan instalasi M&E yang ada.
c Elevasi pipa-pipa, peralatan utama, jalur kabel
d Gambar detail dan potongan yang dianggap perlu.
10) Dengan mengajukan gambar-gambar kerja dengan acuan tersebut diatas,
Kontraktor harus sudah mempelajari material ataupun peralatan yang akan
digunakan, keadaan lapangan, gambar-gambar Struktur, Arsitek maupun gambar-
gambar instalasi lainnya.
11) Gambar pelaksanaan / shop drawing yang digunakan di lokasi proyek mutlak harus
yang sudah disetujui oleh Pemberi Tugas / MK.
12) Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan,
Pemborong harus segera menghubungi Pemberi Tugas. Pengambilan ukuran dan
atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab
Pemborong.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 70
13) Untuk persetujuan bahan dan peralatan, Kontraktor Khusus harus melengkapi
dengan seleksi data dan menyerahkan dalam rangkap 3 (tiga). Kontraktor harus
menunjukkan dalam brosur unit yang dipilih dengan memberikan tanda. Data-data
pemilikan meliputi:
a Manufacturer Data
Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas,
cukup detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.
b Performance Data
Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu tabel atau curva yang
meliputi informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan-peralatan lain
yang ada kaitannya dengan unit tersebut.
c Quality Asurance
Suatu pembuktian dari Pabrik atau Supplier setempat terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah terpasang
dibeberapa lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.
d Sertifikat dari pabrik pembuat yang menyertakan:
Factory test certificate untuk peralatan yang ditawarkan.
Sertificate of origin dari negara asal untuk peralatan dan bahan yang
ditawarkan.
14) Kontraktor wajib melakukan perbaikan atau penggantian kerusakan yang
disebabkan karena pemotongan dan pengeboran lantai, dinding dan ceiling yang
diperlukan untuk pemasangan instalasi. Perbaiki semua kerusakan pada gedung,
pemipaan, peralatan atau finishing dengan material yang sesuai dengan aslinya, dan
pasang sesuai dengan spesifikasi.
15) Proses pelubang core-drill melalui slab harus dengan alat yang sesuai untuk
keperluan ini. Semua opening, sleeve dan lubang di slab antar lantai dan partisi
harus ditutup kembali dengan concrete dan waterproof bila diperlukan.
16) Semua panel listrik, jalur kabel, dll harus di cek terlebih dahulu sebelum
mengaktifkan peralatan.
17) Menyediakan lampu penerangan dan sistem distribusi listrik sementara dengan
ukuran yang cukup untuk peralatan yang ada termasuk ukuran kabel feeder yang
cukup untuk mengatasi penurunan tegangan. Panel dilengkapi dengan meter untuk
pembayaran kepihak lain jika diperlukan.
18) Pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya harus berkoordinasi secara baik
dengan pemborong lain yang terkait untuk mencapai hasil pekerjaan yang sempurna
bagi semua pihak. Jika terjadi resiko ketidak sempurnaan pekerjaan, bongkar
pasang pekerjaan, penggalian material, pembobokan, dan sebagainya yang
disebabkan oleh kurangnya koordinasi, maka resiko tersebut merupakan tanggung
jawab pihak yang kurang berkoordinasi.
19) Jika penanggung jawab di antara para pemborong yang terkait tersebut tidak dicapai
kesepakatan, maka Pemberi Tugas / MK dengan pertimbangannya sendiri dapat
menetapkan penanggung jawabnya. Penyelesaian atau perbaikan atas resiko
tersebut harus dilaksanakan secepat mungkin dengan waktu yang disetujui oleh
Pemberi Tugas / MK yang mana dalam hal ini Pemberi Tugas berhak menunjuk
pihak lain yang melaksanakannya dengan biaya yang ditanggung oleh penanggung
jawab yang telah ditetapkan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 71
20) Pemborong wajb membuat as-built drawing setiap kali suatu bagian pekerjaan
selesai dipasang, kemudian secara bertahap disusun terintegrasi, sehinga pada
akhir pekerjaan dicapai as-built drawing keseluruhan yang lengkap, terintegrasi dan
benar. Bagian-bagian asbuilt drawing yang dibuat tersebut harus diserahkan kepada
Pemberi Tugas / MK setiap bulan, atau waktu lain yang ditentukan kemudian
berdasarkan kemajuan pekerjaan, dalam keadaan sudah diperiksa dan benar. Jika
terjadi keterlambatan atau kelalaian dalam menyerahkan as built drawing tersebut,
maka pemborong dapat dikenakan denda kelalaian, dan atau penundaan
pembayaran pekerjaan.
3.3.3. Instalasi
1) Umum
Semua peralatan dan alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara
pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan
pabrik dari peralatan ataupun alat-alat bantu tersebut.
2) Landasan Peralatan
a Semua landasan untuk peralatan ukurannya sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian peralatan maupun motor yang berada diluar landasan.
b Konstruksi dan perhitungan kekuatan landasan peralatan dilakukan oleh
perencana atau pelaksana struktur.
c Untuk inertia block, seluruh panjang / lebar dari sisi-sisi sudut diperkuat dengan
besi siku dan concrete block-nya sendiri harus memakai reinforcement bar.
d Diperlukan earthquake bumper untuk mencegah terjadinya gerakan yang
berlebihan pada saat peralatan dihidupkan, dimatikan ataupun saat gempa
(khusus bagi landasan / inertia block yang menggunakan vibration isolator).
3) Platforms
Untuk peralatan seperti fan atau sejenis yang menggantung dan duduk pada suatu
platform, maka platform harus diperkuat dengan suatu frame besi siku yang dilas
atau dibautkan, atau dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar
dalam operasinya.
4) Penetrasi plat lantai dan atap
Semua bagian instalasi yang menembus atap seperti duct, pipa, venting harus
dilengkapi dengan pinggiran beton (curb) sekeliling bagian-bagian instalasi tersebut
sehingga konstruksinya betul-betul kedap air.
5) Pencapaian Peralatan
Semua peralatan ataupun peralatan bantu dalam prinsip pemasangannya harus
mudah untuk bisa diamati, diservice dan mudah dicapai dalam perbaikan, termasuk
juga accessories pipa dan duct seperti valve, trap, clean out, damper, filter, venting.
Untuk itu Kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang
terbaik dari peralatan dan accessories tersebut, sehingga tujuan yang dimaksud
tercapai.
6) Disamping itu Kontraktor juga harus mengusulkan kepada Direksi (bila belum
ditunjukkan pada gambar) pintu-pintu service (access panel), untuk setiap peralatan
dan accessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta
ukuran dan lokasi yang tepat.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 72
7) Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan,
maka penggeseran untuk posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan
dengan letak peralatan / accessories dan kaitannya dengan Arsitek / Interior perlu
dibicarakan dengan Direksi untuk disetujui.
8) Perlindungan Peralatan dan Bahan
Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi Kontraktor untuk melindungi
peralatanperalatan, bahan-bahan baik yang sudah atau belum terpasang bila
diperkirakan bisa rusak, cacat atau mengganggu situasi sekitarnya ataupun oleh
alam (hujan, debu, pasir, lembab) ataupun oleh bahan-bahan kimia sekitarnya.
Sebelum penyerahan, instalasi seperti peralatanperalatan, material bantu, dll,
dibersihkan atau ditest dan di-adjust kembali untuk membuktikan bahwa peralatan
dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan bahan yang rusak atau cacat
karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi
yang tidak bisa diterima (serah terima belum 100%).
9) Pengecatan
Semua bagian-bagian pekerjaan yang menyangkut carbon steel yang tidak
digalvanis harus dicat dasar dan cat finish. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-
bagian harus bebas dari grease, minyak dan segala kotoran yang melekat. Urut-
urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat & cat finish terdiri atas 2 lapis cat
copolymer. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak / cacat dalam
pengangkutan, penyimpanan dan lain sebagainya, maka harus dicat kembali sesuai
aslinya atau warna yang ditentukan Direksi.
10) Anti Karat
Semua peralatan bantu instalasi, yang berasal dari besi dan sebelumnya tidak
diperlakukan untuk anti karat (semacam penggantung, dudukan, landasan, flens dan
lain sebagainya) harus dicat dengan cat anti karat, yaitu zinchromate dan
selanjutnya cat finish dengan warna dan jenis cat yang ditentukan Direksi. Semua
baut, mur dan washer haruslah zinc electroplated.
11) Vibration isolation harus dari jenis yang tahan karat. Bila vibration isolator berada di
udara terbuka (kena hujan) maka harus tahan karat dan selanjutnya dilapis PVC coat
dan bituminus paint.
12) Landasan penyangga peralatan (steel bases), seluruhnya harus bersih dari bebas
las-lasan, dicat dasar dengan zinchromate dan cat akhir (finish) 2 lapis.
13) Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding
a Peralatan bantu, sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam / menembus
concrete atau tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai detail pemasangan.
Untuk itu, ukuran, posisi yang disiapkan untuk keperluan tersebut harus
dikonsultasikan dengan Direksi dan disertai gambar detail.
b Semua pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clereance 3/4"
jika pipa berisolasi, clereance tetap dibutuhkan 3/4" antara isolasi dan sleeve
menembus atap harus diperpanjang ± 200 mm diatas atap lantai. Setelah
pemasangan pipa atau duct clereance harus diisi dengan fibre glass dan diseal
dengan coulking compound.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 73
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 74
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 75
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 76
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 77
Penanggung jawab tersebut juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat
diperlukan / dikehendaki oleh pihak Pemberi Tugas / MK.
3.3.12. Perizinan
Pengurusan izin-izin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Pemborong atau disesuaikan
dengan kontrak kerja.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 79
3) Pemberi Tugas atau pihak lain yang ditugaskan dapat melakukan audit proyek dan
untuk itu pemborong harus memberi izin dan keleluasaan memberikan informasi dan
dokumen, bersedia melakukan pengetesan dan pengukuran termasuk peralatan
yang diperlukan, membantu pemeriksaan, dan sebagainya untuk kelancaran proses
audit Pemborong berkewajiban segera memperbaiki cacat-cacat (defects),
penyimpangan-penyimpangan, pengerjaan yang buruk, melakukan penyetelan,
penyesuaian-penyesuaian atas temuan audit sesuai lingkup tugas dan ketentuan
yang berlaku.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 80
c. Teguran I
Dikeluarkan 1 (satu) hari setelah teguran lisan menyebutkan dengan jelas lokasi,
jenis pekerjaan, kualitas & kuantitas maupun jadwal yang dianggap tidak sesuai
dengan Rencana Kerja, Syarat Administrasi, Spesifikasi Teknis dan Gambar
Kerja.
d. Teguran II
Dikeluarkan bila Kontraktor Khusus ternyata tidak melaksanakan isi Surat
Teguran I.
e. Peringatan I
Dikeluarkan selambat-lambatnya dalam waktu 3 hari kerja setelah surat teguran
II disampaikan, Kontraktor tetap tidak melaksanakan isi teguran tersebut.
f. Peringatan II
Selambat-lambatnya setelah 3 (tiga) hari kerja Kontraktor masih belum
melaksanakan isi dari Surat Peringatan I, maka dikeluarkan surat Peringatan II
yang merupakan Surat Peringatan Terakhir.
g. Setelah Kontraktor Khusus menerima surat-surat Teguran I, Teguran II,
Peringatan I dan Peringatan II, Kontraktor wajib melaksanakan isi surat-surat
tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja.
h. Surat-surat teguran dan / atau peringatan yang telah dikeluarkan tidak dapat
dicabut kembali.
i. Bila batas waktu yang ditetapkan dalam Surat Peringatan II diabaikan maka
Kontraktor Khusus akan dikenakan sangsi Denda kelalaian oleh Pemilik /
wakilnya.
2) Secara prinsip untuk running test serta pengujian sistem terkait yang memerlukan
air dan listrik dari semua peralatan instalasi yang menjadi tanggung jawab kontraktor
khusus disediakan oleh Kontraktor sendiri, kecuali ditentukan lain. Bila dari
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya memerlukan bahan lain untuk
pengujian, maka kontraktor khusus wajib menyediakan atas biaya sendiri. Kecuali
bila saat pengetesan dilakukan, air dan listrik dari Pemilik sudah tersedia dan dapat
digunakan atas seizin Pemilik dengan diperhitungkan biaya pemakaiannya (m3 / jam
atau kWH-nya).
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 82
3.4.1. Umum
Kondisi Perancangan
1) Kondisi Udara Luar
Temperatur : 34 °C DB / 28 °C WB
2) Kondisi Dalam Ruangan (semua ruangan yang dikondisikan)
Temperatur : 24 °C DB ± 2 °C
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 83
4) Condensing Unit
a. Sistem ini harus bisa terkoneksi dengan pipa refrigerant harus bisa sepanjangan
165meter dengan beda ketinggian 90-meter tanpa oil trap, baik indoor maupun
outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 84
b. Outdoor unit harus terisi R-410A dari pabrik, instalasi harus sesuai dengan
standard BS EN378: 2999 bagian 1 – 4.
c. Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi
dengan baked enamel.
d. Outdoor unit harus memiliki 2 atau 3 compressor SCROLL dan tetap bisa
beroperasi jika 1 compressor rusak.
e. Outdoor dengan ukuran 6 HP dan 8 HP memiliki 1 compressor SCROLL.
f. Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.8 HP - 10 HP.
g. Noise level outdoor tidak boleh melebihi 68 DB (A) pada saat operasi normal,
terukur 1 m secara horizontal dan 1.5 m diatas pondasi, outdoor harusnya model
modular dan bisa dipasang secara berderet disetiap sisinya.
5) Compressor
a. Compressor haruslah type hermetic dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi
dengan inverter control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran yang
menyesuaikan dengan cooling load yang dibutuhkan. Magnet neodymium harus
dipakai di rotor compressor untuk menambah torsi compressor pada konfigurasi
sistem dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis compressor inverter
dengan jam operasi terendah yang akan start lebih dulu pada setiap kali operasi,
sistem ini haruslah dipasang di pabrik.
b. Heat Exchanger
c. Heat exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang terpasang secara mekanis
ke fin alumunium yang dilapisi resin film anti korosi dengan ketebalan antara 2
sampai 3 micron.
d. Refrigerant Circuit
e. Terdiri atas liquid & gas shut off valve & solenoid valve dan komponen lain untuk
keperluan safety.
6) Fan Motor
Motor outdoor unit harus memiliki multispeed operation dengan inverter DC, dengan
kemampuan maximum static pressure = 78 Ps. Condensing unit harus mempunyai
kemampuan untuk beroperasi dengan noise lebih rendah pada saat malam hari baik
secara otomatis maupun dengan manual setting.
7) Safety Devices
Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut high pressure
switch, control circuit fuses, crank case heaters, fusible plug, thermal protectors for
compressor dan fan motors, over current protection for the inverter dan anti-recycling
timers. Untuk memastikan liquid refrigerant tidak menguap saat menuju indoor unit,
unit harus dilengkapi dengan sub cooling. Oil recovery cycle akan secara otomatis
beroperasi setelah 1 (satu) jam sejak startup dan seterusnya setiap 6 jam operasi.
8) Pressure Testing
Setelah pekerjaan pemipaan dilakukan, sebelum disambungkan ke outdoor unit,
sebelum pembungkusan pipa dengan insulasi dan sebelum VRV/VRF system
dinyalakan, pekerjaan pemipaan harus di test tekanan dengan memakai dry nitrogen
sesuai table dibawah ini dan dicek ulang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin
terjadi:
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 85
Kgf.cm N.cm
9) Sistem pemipaan kemudian harus divacuumed sampai 0.2 torr (-755 mmHg) dan
ditahan pada kondisi ini selama 1 (satu) jam minimal sampai pada 4 jam tergantung
dari panjang pipa dengan memakai 2 stage vacuum pump.
10) Pengerjaan ini harus dilakukan sebelum indoor unit disambungkan pada koneksi
listrik. Jumlah tambahan refrigerant (HFC R410A) harus dihitung berdasarkan
standard dari pabrik dan ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual
yang terpasang dengan merefer ke installation manual dari pabrik. Pengisian
refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan dibawah
pengawasan dari perwakilan pabrik. Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus
disupply oleh Kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan dari pabrik.
Pressure test harus dilakukan oleh Kontraktor pemasang dan diawasi oleh
perwakilan pabrik. Proses vacuum sistem pemipaan harus dilakukan oleh Kontraktor
pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 86
12) Control
Sistem control harus memakai 2 kabel dengan diameter inti 0.75 - 1.25 mm2 tipe
PVC nonscreened CY flexible control cabling dari indoor unit ke outdoor unit. Sistem
control juga harus dilengkapi dengan automatic address setting function yang
merupakan standard. Remote control untuk indoor unit haruslah bisa melakukan
fungsi on / off switching, fan speed selector, thermostat setting dan merupakan tipe
liquid crystal display yang menampilkan temperature setting, operational mode,
malfunction code & filter cleaning timing. Juga bisa menampilkan malfunction code
untuk keperluan maintenance. Kontraktor pemasang haruslah sudah pernah
mengikuti training pemasangan yang dilakukan oleh perwakilan pabrik dan
mendapatkan sertifikat tanda keberhasilan dalam training yang diikutinya.
3.4.4. Fan
1) Lingkup Pekerjaan
Pengadaan dan pemasangan peralatan ventilasi (fan) untuk proyek ini seperti untuk
toilet, janitor, gudang, musholla, kantin, kitchen hood tenant food court (intake dan
exhaust), pressurized pada tangga kebakaran, smoke fan. Pada ruang-ruang M&E,
ruang panel dan sebagai intake fan pada beberapa unit AHU.
2) Umum
Spesifikasi teknis yang diuraikan dibawah ini, adalah sebagai kebutuhan dasar yang
harus diikuti. Sedangkan ketentuan ketentuan spesifik terhadap type, kemampuan
(performance) peralatan, kelengkapan dan lainnya dapat dilihat pada lembar gambar
rencana "daftar peralatan" yang menyertai dokumen ini.
a. Fan harus sudah mendapatkan sertifikat, sesuai standard yang berlaku di negara
dimana fan tersebut dibuat untuk testing dan rating (performance) seperti sebagai
contoh AMCA standard 210-74 di Amerika.
b. Sound power level harus dilengkapi dalam dB dengan Re-10E12 watt pada
octave band mid frequency 63 s/d 4000 Hz.
c. Dasarnya semua fan harus mempunyai noise level yang rendah dalam
operasinya dan dalam batas-batas yang normal.
3) Spesifikasi Teknis
a. Axial Fan
1. Impeller fan dari type airfoil blade, adjustable pitch.
2. Material fan-long casing, hot dipped galvanized steel, impeller alluminium
diecast, shaft dari bahan carbon steel-pelumasan grease ball bearing.
3. Fan lengkap dengan counter flens untuk penyambungan ke ducting.
4. Harus dilengkapi dengan accessories bell mouth (inlet cone) bila inlet suction
tidak disambungkan ke duct (seperti ditunjukkan dalam gambar atau dijelaskan
pada daftar peralatan).
5. Rating daya motor fan harus mampu pada kedudukan blade pada sudut paling
besar.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 88
c. Centrifugal Fan
1. Fan harus dari tipe forward curve sesuai seperti yang dijelaskan dalam daftar
peralatan dengan komponen-komponen sebagai berikut:
Volute casing dari galvanis steel.
Impeller dari mild steel.
Shaft dari stainless steel.
2. Pelumasan memakai grease ball atau roller bearing.
3. Fan dan motor duduk pada suatu dudukan (base frame), dengan posisi motor
dapat diatur untuk ketegangan tali kipas (bila hubungan motor dan fan bukan
hubungan langsung).
g. Bahan duct dari BJLS dengan lockforming quality, bending celah "0" (nol). e.
Material
Material ducting adalah baja lembaran lapis seng (BJLS) kelas lunas (L),
kwalitet 1 (satu) sesuai standard SNI 07-2053-1995 dengan berat nominal
lapisan seng 183 gram/m2.
5) Konstruksi Ducting BJLS
a. Konstruksi duct adalah untuk low velocity (low pressure duct) dengan static
pressure didalam duct sampai 1" WG atau sampai dengan 2" kolom air.
b. Konstruksi duct harus mengikuti standard SMACNA, kecuali kalau ditentukan
hal-hal yang harus dipenuhi diluar standar tersebut.
c. Hubungan antara dimensi duct dengan pemakaian sheet metal adalah sebagai
berikut: (kecuali bila dinyatakan lain pada gambar).
d. Ukuran sisi terpanjang galvanized sheet metal:
Type Intermediate
reinforcement dan
Sisi Duct Ukuran Type Sambungan Duct (transvare jarak antara transvare
Terlebar BJLS joint) joint dan intermediate
reinforcement
0" – 12" 50 Drive slip -
Sambungan flens besi siku 1” x 1/8” Besi siku 1" x 1/8" jarak
13" – 26" 50
pada semua sisi antara 60"
Sambungan flens besi siku 1” x 1/8” Besi siku 1" x 1/8" jarak
27" – 36" 60
pada semua sisi antara 60""
Sambungan flens besi siku 1” x 1/8” Besi siku 1" x 1/8" jarak
37" – 42" 60
pada semua sisi antara 60"
Sambungan flens besi siku 1” x 1/8” Besi siku 1" x 1/8" jarak
43" – 48" 60
pada semua sisi antara 60"
Sambungan flens besi siku 1” x 1/8” Besi siku 1" x 1/8" jarak
49" – 54" 80
pada semua sisi antara 60"
Sambungan flens besi siku 1 ¼” x Besi siku 1 ½" x 1/8"
55" – 60" 80
1/8” pada semua sisi jarak antara 60”
Sambungan flens besi siku 1 ¼” x Besi siku 1 ½" x 3/16"
61" – 72" 80
1/8” pada semua sisi jarak antara 30”
Sambungan flens besi siku 1 ½” x Besi siku 1 ½" x 3/16"
73" – 84" 100
1/8” pada semua sisi jarak antara 30”
Sambungan flens besi siku 1 ½” x Besi siku 1 ½" x 3/16"
85" – 96" 100
3/16” pada semua sisi jarak antara 30”
97" – Sambungan flens besi siku 1 ½” x 1 Besi siku 2" x ¼" jarak
120
keatas ¼” pada semua sisi antara 30”
Tabel Tipe Sambungan Duct
e. Ukuran BJLS yang digunakan adalah sama untuk semua sisi. Jarak antara
intermediate reinforcement adalah jarak antara sambungan ke sambungan,
atau sambungan ke intermediate atau intermediate ke intermediate.
f. Semua sambungan ducting (sambungan flange, slip joint, pits burg lock seam,
dan lain-lain) harus betul-betul rapat udara dengan menggunakan sealant
yang mencegah terjadinya kebocoran udara.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 90
g. Percabangan (take off) harus memakai splitter damper yang dapat diatur dan
dikunci pada kedudukannya.
h. Reducer (transition), kemiringan duct dibuat tidak lebih dari 14°.
i. Jika dimensi dari kedua ujung duct berlainan maka untuk ketebalan ducting
(jenis BJLS) diambil berdasarkan ukuran ujung terbesar.
j. Penggantung Duct
Cara penggantungan duct harus sedemikian rupa sehingga praktis tidak
terjadi lendutan-lendutan getaran-getaran dan deformasi. Persyaratan
penggantungan harus mengikuti:
Ukuran Duct Penggantung Besi Trapeze Siku Jarak
s/d 12" iron rod Ø 5/16" 25 x 25 x 3 2m
s/d 30" iron rod Ø 5/16" 30 x 30 x 3 2m
s/d 54" iron rod Ø 3/8" 40 x 40 x 3 1.5 m
s/d 84" iron rod Ø 1/2" 40 x 40 x 3 1.5 m
85 s/d keatas 40 x 40 x 5 1.5 m
k. Elbow, dibuat sesuai gambar spesifikasi atau gambar detail.
l. Semua elbow harus dari type full radius elbow, jari-jari dalam (R t) sama
dengan lebar duct. Untuk keadaan dimana harus menggunakan short radius
elbouw (R t lebih kecil dari lebar duct) harus memakai turning vanes. Turning
vanes jumlah dan posisinya ditentukan dengan chart logaritma atas dasar (RT)
/ (RH). Untuk elbow tegak lurus harus memakai guide vanes double thickness,
sesuai gambar detail. Untuk mengikat konstruksi penggantung ke beton
dipergunakan ramset / dynabolt.
m. Sambungan Flexible
i. Panjang flexible connection tak lebih dari 20 cm dan tidak
menimbulkan kebocoran pada sambungan.
ii. Cara pemasangan harus dalam satu garis lurus sedemikian rupa,
sehingga tidak menyebabkan pengecilan luas penampang.
n. Alumunium Flexible Round Duct
Alumunium flexible round duct dari type 2 lapis alumunium laminate
encapsulating dengan steel spring helix dan wire spacing 2 mm jenis fire
resistance. Tekanan kerja maximum 5-inch H2O. Flexible duct ke peralatan
memakai klem khusus (quick klem) dari bahan plastic.
6) Alternatif Ducting AC:
a. Konstruksi Ducting PIR
Konstruksi duct adalah untuk low velocity (low pressure duct) dengan static
pressure di dalam duct sampai 1" WG atau sampai dengan 2" kolom air.
b. Bahan
1. Material
polyisocyanurate atau polyurethane yang pada kedua sisinya dilapis dengan
alumunium foil berlogo, yang dicoating anti bakteri
2. Ketebalan panel : 20 mm
3. Ketebalan AL : 80 mikron (0.08 mm)
4. Density dari PU : 52 ± 2 kg/m3
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 91
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 92
d. Reinforcement:
1. reinforcement (penguat) ducting tambahan akan diberikan sesuai dengan
ukuran dan tekanan udara dalam ducting
2. penguat menggunakan accessories shaped disk aluminium & reinforcement
bar aluminium
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 93
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 94
8) Plenum
a. Plenum sesuai dengan dimensinya harus menggunakan material (BJLS) sesuai
dengan ketentuan yang tersebut terdahulu.
b. Seluruh sisi plenum harus diperkuat dengan besi siku 40 x 40 x 3 dan kalau perlu
memakai bracing pada sisi yang paling panjang.
c. Plenum dilengkapi juga dengan isolasi dalam, sehingga dapat meredam noise
yang keluar dari unit.
9) Dampers
a. Volume dampers harus tipe opposed multi blade damper.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 95
b. Volume damper yang terpasang di-duct, konstruksi damper dari bahan BJLS 140
dan yang berada pada terminal udara (diffuser) dari bahan BJLS 80. Poros
damper terikat pada baja bulat diameter 10 mm.
c. Volume damper yang terpasang di-duct harus dilengkapi dengan petunjuk
besarnya bukaan damper dan dapat dikunci pada kedudukan yang diinginkan.
* Safe working
Standard size Outside dia. Wall thickness Weight, lb/ft internal
inch inch (mm) inch (mm) (kg/m) pressures PSI
(KPa) 150 F
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 96
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 97
d. Alluminium foil
Double sided reinforced, fire retardant.
e. Adhesive tape
Adhesive aluminium foil, fire retardant.
Catatan: Isolasi dalam diberlakukan jika moise level melebihi ketentuan standar
dan ducting AC atau plenum dimana diperlukan isolasi dalam maka harus terbuat
dari BJLS dengan isolasi glass wool.
5) Isolasi Pipa
a. Pipa yang diisolasi adalah pipa refrigerant, gas dan pipa condensat.
b. Ketebalan isolasi pipa refrigerant dan gas adalah Ø s/d 2" tebal ¾” (20 mm)
c. Ketebalan isolasi pipa condensate Ø s/d 2" tebal ½" (12 mm)
d. Selanjutnya setelah di isolasi dibalut dengan adhesive tape.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 98
6) Rak Pipa
Untuk kerapian instalasi diatap maka setiap instalasi pipa refrigerant harus
dilengkapi rak pipa dan convertment dari BJLS 50 dan dicat weather proof.
3) Spesifikasi Teknis
a. Motor Listrik
1. Motor untuk indoor unit (air handler):
Jenis motor squirrel gauge induction motor.
phase / 380 V / 50 Hz dan atau 1 phase / 220 V / 50 Hz.
Insulation class E.
Type pengaman, totally enclosed fan cooled (TEFC) IP44.
2. Motor fan:
Sama dengan indoor unit untuk motor yang bukan menjadi satu paket
dengan fan.
Motor yang menjadi satu dengan fan, jumlah phasa tergantung kapasitas
fan. Semua motor listrik yang digunakan untuk proyek ini mempunyai power
faktor minimum 0.8 putaran motor maximum 1450 rpm (untuk motor-motor
tersebut. Motor-motor yang digunakan disini harus sudah memenuhi
standard NEMA (Amerika), B.S (Inggris), DIN (Jerman) dan JIS (Jepang).
b. Panel
Semua komponen-komponen yang dipergunakan untuk panel tenaga dan
panel-panel kontrol harus dari merk yang sama yang digunakan pada instalasi
listrik, penerangan.
Panel-panel tenaga harus dibuat dari standard konstruksi nobi cat powder
coating RAL-7032.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 99
Panel-panel yang bukan berasal langsung dari produk peralatan tertentu yaitu
panel-panel yang dirakit disini haruslah berasal dari pembuat panel khusus,
untuk merk komponen yang dipakai.
Tiap-tiap panel dan unit mesin harus digrounded. Tahanan pentanahan harus
lebih kecil dari 2 ohm, diukur setelah minimum tidak hujan 2 hari.
c. Panel Starter
Star delta starter bila motor kapasitas 7.5 HP keatas.
Direct on line bila motor kapasitas 5 HP kebawah.
Panel starter harus dilengkapi dengan pilot lamp, voltmeter serta ampere meter
dengan selector switch untuk 3 phase, plat nama untuk peralatan yang dilayani
serta push button ON, OFF dan disconnecting switch bila memakai remote star
stop.
4) Wiring
a. Wiring untuk instalasi listrik dan kontrol harus dipasang dalam PVC conduit
b. Wiring diagram hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan peralatan AC yang
bersangkutan.
c. Kabel yang dipasang didalam tanah, jenis NYFGbY harus dipasang sekurang-
kurangnya sedalam 75 cm dengan pasir sebagai alas dan pelindung, lalu
dilindungi dengan batu pelindung sebelum diurug kembali.
d. Pada route kabel, tiap-tiap 50 m dan setiap belokan supaya diberi tanda adanya
galian kabel dan tanda arah kabel.
e. Untuk kabel yang menyeberangi selokan, jalan raya atau instalasi lainnya, harus
dilindungi dengan pipa galvanis.
f. Ditiap tarikan kabel tidak boleh ada sambungan.
g. Jari-jari pembelokan kabel, hendaknya minimum 15 kali diameter kabel.
h. Menghubungkan kabel pada terminal harus menggunakan "kabel schoen”
1. Kabel 25 mm keatas pemasangan "kabel schoen" harus menggunakan timah
pateri lalu di-pres hydraulis.
2. Ukuran-ukuran lebih kecil cukup dengan tang press tangan.
i. Setiap kabel yang menuju terminal peralatan harus dilindungi memakai metal
flexible conduit.
j. Kabel yang dipasang pada dinding luar harus memakai metal conduit dan diklem
rapi ke dinding memakai klem pipa.
k. Kabel-kabel yang digantung pada plat beton harus memakai klem penggantung
dan wire rod yang diramset ke beton.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 100
2) Umum
a. Kontraktor harus melengkapi sarana untuk peredam suara / getaran dari
peralatan yang menimbulkan sumber suara / getaran yang berlebihan sesuai
seperti ditunjukkan pada gambar ataupun mungkin tidak terlihat pada gambar tapi
mutlak diperlukan.
b. Kontraktor harus berkoordinasi dengan Kontraktor lainnya dalam pelaksanaan
agar mencegah terjadinya kontak langsung dengan instalasi lainnya maupun
struktur yang bisa menjadi sumber penyebar suara / getaran.
c. Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki tanpa adanya biaya tambahan bila
dalam pemasangannya sarana tersebut rusak karena salah dalam pemasangan
ataupun pemilihan jenis, maupun ukuran. Untuk itu Kontraktor harus memberikan
data-data kepada Pabrik atau Supplier baik itu data-data teknis dan kemampuan
yang berasal dari peralatan maupun data-data dari lokasi peralatan dan data-data
struktur.
3) Sound Attenuator
a. Kontraktor harus menyampaikan ke MK suatu daftar yang lengkap produk-produk
yang diusulkan yang akan dipakai di proyek ini, termasuk nama produsen / pabrik
pembuat dan semua data produknya.
b. Setelah sound attenuator dikirim ke lapangan proyek, perwakilan dari pabrik
pembuat harus meninjau lapangan dan menginstrusikan ke Kontraktor prosedur-
prosedur instalasi yang betul dan memenuhi syarat pemasangan.
c. Minimum dynamic insertion loss dan pressure drop harus sesuai dengan daftar
yang ada di sound attenuator. Pemenuhan untuk hal tersebut diatas didasarkan
pada sound power level maximum yang diizinkan didalam ducting.
d. Bila sound power level pada peralatan melebihi dari yang ditulis dalam spesifikasi,
dynamic insertion loss dari pada sound attenuator harus ditambahkan sebagai
kompensasi atas kelebihan sound power level pada peralatan tersebut diatas.
Semua data self noise dan dynamic insertion loss harus sesuai dengan standard
yang berlaku di ASTM E 477 atau sederajat.
e. Sound attenuator yang terdiri dari outer casing, sound absorbing materials,
internal baffles, splitters dan supports casing harus di test dengan tekanan 2 Kpa
dan harus tidak boleh bocor melebihi 2% atau terjadi distorsi di dalam kondisi
tersebut. Sambungan akhir (end flanges) harus dibuat dari pelat baja galvanis.
Sound attenuator harus dipasang pada ducting dengan neoprene gasket dan baut
pada flange. Bentuk sound attenuator yang dipilih tidak boleh mempunyai bentuk
transformasi yang tajam yang mana bentuk ini akan menimbulkan efek terhadap
kinerja aero dinamis dari pada system atau menimbulkan bisingan local disound
attenuator.
f. Sound absorbing materials yang dipakai adalah jenis fiberglass atau mineral wool
layer dengan kompresi minimum 5% untuk mencegah terjadinya penyusutan
ketebalan material. Setiap layer dipasang bertumpuk berhadapan dengan tebal
minimum 0.6 mm (28 gauge).
g. Tebal sound attenuator casing tidak boleh kurang dari 1.25 mm.
h. Merk sound attenuator bisa dipilih dengan merk bawaan yang sama dengan merk
fan yang ditawarkan yang disetujui oleh Konsultan Perencana.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 101
6) Indoor Unit
a. Sound power level sesuai seperti yang ditentukan dan berada pada batas-batas
yang normal untuk kapasitas dan static pressure yang ditentukan.
b. Bila dalam pemilihan peralatan, ketentuan tersebut dilampui berarti pemilihan
sound attenuator harus disesuaikan, atau bila pada gambar tidak memakai sound
attenuator, dengan keadaan ini harus dilengkapi sound attenuator.
c. IU harus di isolasi dalam atau bila jenis double skin dengan isolasi dalam
diantaranya (lihat spesifikasi IU). Ketebalan isolasi dalam minimum 2" mm).
Ketebalan casing minimum 1.25 mm.
d. IU duduk diatas suatu rubber mounting.
e. Sambungan IU ke ducting memakai sambungan flexible dari jenis lead vinyl,
dimana pemasangannya demikian rupa tidak menyebabkan gangguan aliran
udara.
7) Isolasi Getaran
a. Peralatan
1. Semua peralatan yang menimbulkan getaran harus dinamis balance antara
lain seperti fan dan sejenisnya, dimana excenticity tidak melebihi 0,02 mm.
2. Semua peralatan yang menimbulkan getaran harus menggunakan anti rubber
mounting yang dipasang seri dengan neoprane pad.
3. Pemilihan tipe, jenis dan static defleksi dari anti vibration mounting haruslah
sesuai dengan jenis peralatan, berat, jumlah tumpuan dan lain-lain.
4. Bila terjadi kerusakan karena pemilihan yang tidak benar dari anti vibration
mounting akan menjadi tanggung jawab Kontraktor tanpa adanya tambahan
biaya.
b. Pemipaan
1. Semua pipa-pipa yang berhubungan dengan peralatan yang dilengkapi
dengan anti vibrasi dan berada di ruang mesin harus ditumpu / digantung
memakai anti rubber mounting dan neoprane pad. Jika tidak dispesifikasi, anti
vibrasi ini minim mempunyai static defleksi 25 mm. Minimal 3 penggantung /
penunjang pertama dari pipa harus dilengkapi dengan anti vibration.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 102
2) Pengecatan
Untuk penggantungan / penyangga setelah di cat zincromate.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 103
4) Pelaksanaan TAB:
a. Secara detail TAB harus dilaksanakan terhadap seluruh sistem dan bagian-
bagiannya, sehingga didapatkan besaran-besaran pengukuran yang sesuai atau
mendekati besaran-besaran yang ditentukan dalam rencana.
b. Pengukuran tahanan grounding.
c. Dalam pelaksanaan TAB, disamping pengukuran yang dilakukan terhadap
besaran-besaran yang ditentukan dalam desain, juga diwajibkan melaksanakan
pengukuran terhadap besaran-besaran yang tidak tercantum dalam gambar
rencana, tapi besaran ini sangat diperlukan dalam penentuan kondisi dan
kemampuan peralatan dan juga sebagai data-data yang diperlukan bagi pihak
Maintenance dan Operation.
d. Semua pelaksanaan TAB maupun pengukuran-pengukuran terhadap besaran-
besaran lainnya yang tidak tercantum dalam gambar rencana harus dituangkan
dalam suatu laporan yang bentuknya / formnya sudah disetujui oleh Direksi.
e. Dalam pelaksanaan TAB, harus selalu didampingi oleh tenaga Pengawas,
dimana hasilhasil pengukuran dan pengamatan yang dilakukan juga disaksikan
oleh Direksi tersebut dan dalam laporannya ikut menandatangani.
f. Sebelum melaksanakan TAB, Kontraktor harus membuat suatu rencana kerja,
mengenai prosedur pelaksanaan TAB untuk masing-masing bagian pekerjaan,
dan prosedur ini agar dibicarakan dengan pihak Direksi untuk mendapatkan
persetujuannya.
g. Test dan balancing masing-masing diffuser / grille terhadap kapasitas dalam
batas yang diperbolehkan.
h. Identifikasi ukuran, tipe, masing-masing performance dari jenis diffuser untuk
merk yang digunakan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 104
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 105
3) Pekerjaan Pengetesan
a. Mengadakan pengujian terhadap Sistem Pemadam Kebakaran antara lain : Test
Debit Air, Tekanan Pipa, Sprinkler head, Hidran dan lain-lain dalam rangka :
Penerimaan Pekerjaan.
Testing untuk memperoleh IPB.
b. Pengetesan sistem terhadap tekanan kebocoran.
c. Pengetesan sistem terhadap kerja hidran kebakaran dan sprinkler secara
keseluruhan dan mengadakan pengamatannya, sampai sistem bisa berjalan
dengan baik.
4) Pekerjaan Lain-lain
a. Pengadaan tenaga kerja beserta peralatan yang dipergunakan.
b. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan.
c. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
d. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainnya serta tempat
pembuangannya akan ditentukan oleh Pengelola Proyek.
e. Semua pekerjaan instalasi Pemadam Kebakaran seperti yang tersebut pada
lingkup pekerjaan diatas harus dilaksanakan dengan persetujuan
Direksi/Konsultan dan memenuhi semua persyaratan yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang, seperti Departemen Tenaga Kerja, Departemen PU,
PEMDA, PMK dan lain-lain.
f. Pemasangan instalasi Pemadam Kebakaran ini harus sesuai dengan spesifikasi
dan semua peraturan yang berlaku di Indonesia/daerah setempat.
g. Seluruh biaya pengadaan peralatan, perlengkapan/material untuk instalasi
Pemadam Kebakaran ini harus sudah termasuk bea masuk, perizinan, biaya
pemeriksaan oleh pejabat yang berwenang, biaya penyimpanan (gudang) dan
biaya-biaya yang diperlukan untuk pengadaan perlengkapan Pemadam
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 106
3) Hidran Box dan Coupling untuk Landing Valve Connection (tidak dikerjakan)
a. Hose Rack ada di dalam hidran box dan didalam box dipasang Extinguisher dan
didekat Hose Rack harus ada untuk sambungan Fire Department 2½", Break
glass, bell, jack untuk fasilitas fire lighting telepon dan lampu tanda merah, Hose
dari Hose Rack dengan diameter 1½" dan panjangnya 30 meter untuk tipe Indoor
dan Nozle long jet Spray dia 2½" dengan Hose Reel dia 2½ panjang 40 meter
untuk outdoor nozzle yang digunakan adalah long jet spray nozzle dia 2½
sedangkan Fire Department Connection dia 2½ harus dipasang sesuai dengan
Connection pemadam kebakaran..
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 107
4) Peralatan Sprinkler
a. Pengadaan dan pemasangan sprinkler jenis pendant.
b. Suhu pecah dari kedua jenis head sprinkler sekitar ± 68C untuk ruang tidak ber-
AC, dan ± 57C untuk ruang ber-AC..
c. Bagian sprinkler lihat NFPA 13.
d. Pelindung sprinkler : Sprinkler dilindungi pada bagian kepalanya, untuk lebih
jelasnya lihat NFPA 13
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 108
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 109
Motor harus dapat menjalankan pompa dan semua Duty Point sesuai
dengan Impeller yang terpilih dengan tanpa gangguan Over Load.
Motor Controller harus memenuhi standard NFPA-20 dengan Panel yang
terbuat kokoh, dry Proof dan tahan terhadap moisture serta diberi label Fire
Pump Motor Controller.
Bekerja pompa harus secara otomatis pada waktu pressure drop tekanan
dalam pipa riser hidran turun, bila fire hose nozzle dibuka atau dari signal
panel fire alarm tetapi untuk mematikan pompa harus secara manual dan
dilengkapi switch untuk manual start untuk menjalankan pada waktu
pengetesan.
5. Panel Controller Fire Pump harus mempunyai automatic transfer switch untuk
2 (dua) sumber daya yang berasar dari PLN dan Daya emergency genset,
Panel Controller harus memenuhi standard NFPA-20 dan Panel harus terbuat
kokoh, serta diberi label Fire Controller Panel.
6. Panel ini juga harus dilengkapi dengan fasilitas untuk pengoperasian dan
monitoring dari jauh (remote control), oleh fire alarm.
7. Diesel Engine dan Engine Controller :
Type : Multy Cylinder, Compression Ignation, Heat Exchanger Cooled, serta
di- approved untuk Fire Pump Service NFPA-20.
Kapasitas dan total head harus sama dengan pompa elektrik.
BHP Engine harus lebih besar dari pada maksimum BHP Pompa.
Dilengkapi dengan 2 (dua) set Lead Acid Battery lengkap dengan rak yang
kokoh dan battery changer otomatis yang dayanya dari arus PLN serta 8
(jam) hoursworking fuel tank, juga dilengkapi Over Speed Trip Device yang
akan berfungsi apabila putaran diesel engine mencapai 20% di atas Rating
Speed.
Engine Controller harus memenuhi NFPA-20 dengan Panel yang kokoh,
Drip Proof dan Moisture Resistance dan harus dilengkapi dengan:
- Built in battery changer.
- Time clock for weekly automatic test.
- System pressure recorder.
- Timing relay for automatic stop.
- Fire failure start.
- Low fuel level switch.
- Pump room alarm audible dan visual signal serta diberi label Fire Pump
Engine Controller.
- Dapat bekerja secara otomatis dan manual serta dapat di-synchronize
dengan motor controller serta dilengkapi dengan motor lock out.
- Controller dilengkapi dengan battery charger yang bekerja secara
otomatis untuk menjamin Battery siap pakai melalui Supply 220 V, 50
Hz.
- Setiap battery harus siap (Fully Charged) pada 40C untuk dapat
menahan Cranking Speed yang dibutuhkan Diesel Engine pada interval
6 menit (15 detik Cranking, 15 detik istirahat dalam waktu 12 interval).
- Pressure Switch – secara mekanik.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 110
Pompa Jockey harus dari tipe fire pump yang dipasang ruang mesin dan
dihubungkan dengan pipa riser hidran/sprinkler distribusi dan reservoir dan
gunanya untuk memelihara kondisi tekanan dalam pipa hidran/sprinkler
dengan interval tekanan yang dapat diatur pada "Pressure switch" serta
menghindari "Frequent Start and Run".
Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi :
- Motor listrik dan peralatan harus memenuhi N.E.M.A standard dan National
Electric Code.
- Pompa harus bisa start otomatis berdasarkan penurunan tekanan dalam
sistem.
- Start dan stop dari pada pompa bisa diatur dengan cara merubah setelan
pada pressure switch, sehingga jockey pump akan start pada tekanan yang
lebih tinggi dari pada Fire Pump.
- Pompa harus dilengkapi dengan pressure gauge dan lain-lain yang
diperlukan agar sistem dapat diawasi kondisinya dan bekerja efektif/efisien.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 111
Pada panel di ruang kontrol harus terdapat "Manual Start" dengan "Push
Button" untuk over riding sistem automatic start. Panel tersebut tetap
merupakan paket pekerjaan.
"Air intake and exhaust system" harus dipasang pada diesel dilengkapi
dengan peralatan yang diperlukan dan disesuaikan gambar pada
pemipaannya seperti: Expansion joint, exhaust silencer, filter silencer,
penggantungan dan peralatan lainnya yang diperlukan guna kelengkapan
sistem.
"Vibration eliminator" harus terdapat pada mesin untuk menghindari
penggabungan gerakan pada sumbu x dan z serta memperkecil frekwensi
pada badan dalam arah sumbu x terhadap sumbu z.
Sistem aliran bahan bakar adalah :
Dari tangki mingguan langsung dipompakan ke tangki harian dengan
pompa listrik roda gigi dan juga pompa tangan, dari tangki harian dialirkan
ke injection pump yang telah/harus tersedia pada mesin diesel tersebut.
Kapasitas tangki harian adalah seperti tertera dalam gambar perencanaan
dan dilengkapi dengan petunjuk volume bahan bakar di dalam tangki serta
vent. Pipa bahan bakar dari bahan copper tube seamless.
Diesel harus dari kualitas terbaik.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 112
3) Penanaman Pipa.
a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm untuk
menempatkan sambungan pipa.
b. Cara penurunan pipa ke parit harus menggunakan Blok dan Takel serta sebuah
rangka berbentuk A atau sejenisnya.
c. Agar fitting-fitting tidak bergerak jika beban tekanan diberikan, maka pipa-pipa di
sekitar fitting harus dipasang blok dari beton.
4) Semua pipa di luar ruang mesin dengan garis tengah sampai 2" (5 cm) dapat
menggunakan sambungan ulir (screw), ujung dalam pipa dan ulir tersebut harus di-
ream agar bram/gram yang ada di pipa hilang. Semua pipa sebelum disambung
dalam pipa harus dibersihkan dahulu. Pipa yang disambung dengan ulir (screw)
harus menggunakan seal tape agar tidak bocor. Pipa yang berukuran garis tengah
2½" ke atas harus memakai sambungan flens dan diantara flens tersebut harus
dipasang packing pencegah kebocoran. Untuk di ruang mesin semua pipa di atas
½" harus menggunakan sambungan flexible coupling.
5) Pemasangan Hose Rack Box, Fire Hose, dan Fire Extinguisher. (tidak dikerjakan)
a. Hose Rack dipasang di dalam box dan tertanam di dinding hingga permukaan
(pintu) rata dengan dinding tersebut. Jarak antara dasar Hidran box dengan lantai
40 cm. Di dalam hidran box harus dilengkapi dengan Fire hose, Nozzle, Fire
Department Connection.
b. Fire Extingusher dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan
sengkang atau dalam lemari kaca, dan dapat dipergunakan dengan mudah saat
diperlukan. Jarak antara bagian paling atas Fire Estingusher dengan lantai adalah
1200 cm.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 113
9) Pengecatan.
a Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantu rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (Prime Coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing-masing.
b Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.
c Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir
dengan cat besi, dengan warna sebagai berikut :
d Di bawah pondasi beton harus diberi lipatan setebal 2" dari bahan Coak Board.
Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor indentifikasi bagi
peralatannya dengan cat. Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan
mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu
kepada Pengelola Proyek/ Konsultan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 114
b. Harga pekerjaan ini harus dimasukkan ke dalam harga penawaran pompa yang
bersangkutan.
12) Penyangga.
a. Semua pipa-pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Penggantung harus
dipasang pada konstruksi dengan insert dan sesuai dengan gambar dokumen.
b. Penyangga dan penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :
c. Hendaknya tidak ada pipa yang ditumpu atau digantung dengan pipa yang lain.
d. Semua pipa tegak lurus ditumpu dengan besi U ½" yang diulir dipasang/diikat
dengan mur pada besi kanal untuk landasan diberi kayu dudukan, sedangkan
besi kanal C diikat pada beton atau balok dengan dynabold. Jarak antara klem
maksimal 3 meter.
e. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam
getaran (Vibration Eliminator).
13) Peralatan.
a. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-
tempat rendah dan tertutup.
b. Kontraktor harus menyediakan dan memasang "Pipa Fitting" untuk penempatan
alat ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukuran yang baik dan
ketelitian tinggi serta simetris.
d. Kontraktor harus membuat dan memasang plat nama dari plat alluminium yang
diembossed dan dipasang pada peralatan dan panel-panel Pompa Kebakaran
dan Panel Kontrolnya.
e. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat-
tempat tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 115
b. Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan
perawatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemilik, dan sebuah lagi
hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding
dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk Pengelola
Proyek/Konsultan Manajemen Konstruksi.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 116
3) Perizinan.
a. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan
biaya Kontraktor.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan
serta kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal
tersebut di atas.
c. Kontraktor harus menyerahkan semua perizinan atau keterangan resmi yang
diperoleh mengenai instalasi proyek ini kepada Pengelola Proyek/Konsultan
Manajemen Konstruksi atau pihak ditunjuk, sebelum penyerahan kedua
dilakukan.
d. Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Pengelola
Proyek/Konsultan Manajemen Konstruksi setiap akan memulai suatu tahapan
pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja
(kerja lembur).
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 117
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 118
b. Menyediakan dan memasang rak kabel lengkap dengan hanger untuk semua
jalur kabel feeder dan kabel instalasi.
c. Menyediakan dan memasang:
1. Semua armature lampu penerangan
2. Armature lampu penerangan tanda evakuasi (exit).
3. Armature lampu penerangan fascade.
4. Semua stop kontak dan saklar.
5. Semua Jalur kabel di dalam dinding yang berupa pipa conduit PVC high
impact.
6. Instalasi penangkal petir dengan kabel pentanahan dan titik pentanahan
7. Instalasi pentanahan lengkap dengan kabel pentanahan dan titik pentanahan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 119
4) Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 core dimana
core yang ketiga merupakan jaringan pentanahan disatukan ke panel listrik.
5) Semua panel listrik harus diberi pentanahan dengan kawat BC atau core ke 5 dari
feeder yang digunakan.
6) Semua pipa dari bahan metal yang terpasang dalam tanah harus diberi pelindung
anti karat.
7) Semua pipa instalasi di luar beton bertulang dan yang tidak tertanam dalam tanah
harus diberi marker dengan warna yang akan ditentukan kemudian pada ujung-ujung
pipa atau kabel dan setiap jarak 10 meter.
8) Semua pipa instalasi diluar beton bertulang dan yang tidak tertanam dalam tanah
harus diberi marker dengan warna yang akan ditentukan kemudian pada ujung-ujung
pipa atau kabel dan setiap jarak 10 meter.
9) Proyek dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang berfungsi dengan
sistem OnGrid dimana daya yang dihasilkan disalurkan untuk pembebanan
penerangan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 120
c. HV Fuse
1. Tipe
: Fixed Type
2. Jumlah Pole : 1
3. Tegangan maksimum : 24 kV
4. Tegangan Kerja : 20 kV
5. Arus hubung singkat : 16 kA
6. Kapasitas : Sesuai kebutuhan
7. Fungsi : Proteksi Potensial Transformer Proteksi Panel
Outgoing (pemasangan dengan LBS)
8. Standard : IEC, DIN
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 121
d. Current Transformer
1. Tegangan maksimum : 24 kV
2. Tegangan Kerja : 20 kV
3. Insulation Class : F (155 degC)
4. Arus hubung singkat : 16 kA
5. Lilitan primary : Single
6. Lilitan sekunder : Double
7. Step pengukuran :5A
8. Pemasangan : Pada tiap fasa (R, S, T)
9. Akurasi Pengukuran : Class 1 (maksimum)
10. Level Proteksi : 15 x (minimum)
11. Standar : IEC, DIN
e. Busbar
1. Tegangan maksimum : 24 kV
2. Tegangan kerja : 20 kV i
3. Jumlah busbar : Single busbar (3baris)
4. Arus hubung singkat : 16 kA
Kapasitas : 630 A
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Tegangan Impulse : 125 kV (maksimum)
7. Material : Tembaga Kemurnian min 99,99%
8. Standard : IEC, DIN
f. Accesories Panel
1. Saklar pentanahan : Interlock pintu panel & switch gear
2. Proteksi petir : Surge Arrester / Lightning Arrester pemasangan
pada setiap fasa Ketahanan 20 kA
3. Indikator : Indikator tegangan Ground Fault Indikator
(pemasangan lihat gambar desain)
4. Kontrol : Kontaktor untuk kendali on/off Port komunikasi
(modbus)
5. LV Commpartment : Bila diperlukan
6. Standard : IEC
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 122
Spesifikasi
a. Jenis : Hermiticaly Sealed Oil Immersed
b. Tipe Pemasangan : Indoor (plat lantai dengan pondasi)
c. Jumlah Fasa : 3 (Tiga)
d. Jumlah Kutub Sisi MV : 3 (Tiga)
e. Jumlah Kutub Sisi LV : 4 (Empat)
f. Frekuensi : 50 Hz
g. Lilitan Utama & Sekunder : Aluminium
h. Tegangan primary : 20.000 volt
i. Tegangan sekunder : 400 volt
j. Insulation Class : A (105°C)
k. Pendinginan : ONAN (Oil Natural Air Natural)
l. Jenis pendingin : Mineral Oil
m. Vektor Group : Dyn 5 (atau sesuai vector group lokal)
n. Kapasitas : Lihat gambar perencanaan
o. Impedansi : Sesuai standard tiap kapasitas
p. Tapping Tegangan : Off Load tapping ± 2 x 2,5 %
Posisi Selector Switch
SW 1 : 21.000
SW 2 : 20.500
SW 3 : 20.000
SW 4 : 19.500
SW 5 : 19.000
v. Assesoris
:
Koneksi pentanahan (body, netral sisi tegangan menengah)
Indikator Suhu, Tekanan, Alarm (DGPT2 / RIS)
Roda Transforme
Label nama
Pedoman pemasangan dan perawatan
Product Data sheet
Material Safety Data Sheet
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 123
3) Panel Listrik
Pembuat panel harus terlebih dahulu membaca dan meneliti gambar perencanaan
panel, cubicle, pengaturan dan penyusuan komponen serta wiring peralatan utama
dan kontrol serta melakukan penggambaran ulang dan meminta persetujuan dari
Pemberi Tugas dan Perencana sebelum proses pabrikasi dilakukan. Kabel power
incoming dan outgoing menggunakan sepatu kabel dengan sisi koneksi ke busbar
panel / breaker dari bahan tembaga. Pemilihan komponen yang berkaitan dengan
kapasitas arus hubung singkat harus memperhatikan sistem cascading dan
diskriminansi. Kabel power dan kontrol di dalam panel disusun secara rapi diikat
dengan kuat.
Pemasangan panel pada dinding harus diperhitungkan ukuran dan berat panel, bila
panel terlalu besar atau berat, pemasangan panel pada dinding perlu diberi
perkuatan atau diubah pemasangannya menjadi free standing. Pemilihan instrument
pengukuran yang terpasang pada pintu panel harus disesuaikan dengan ukuran
panel sehingga pemasangan rapi (tidak memenuhi pintu panel) dan dapat dibaca
dengan jelas. Panel-panel dengan jumlah outgoing yang sedikit, dipasang secara
wall mounted dengan jalur kabel keluar dari atas panel di dalam dinding. Semua
peralatan / komponen minimal harus sesuai dan memenuhi Standard Nasional
Indonesia (SNI).
a. Kompartemen / Cubicle
1. Panel Utama Tegangan Rendah
Pemasangan : Indoor / dalam ruangan Free standing pada lantai
dengan pondasi / support
Material : Plat baja ketebalan minimum 2 mm (diluar
finishing)
Konstruksi : Sesuai standard pembuat panel dilengkapi
perkuatan pada rangka panel
Finishing : Dilapisi zat anti karat Cat bakar / powder coating
Warna standard RAL 7032 (atau sesuai standard
pabrik)
Lubang kabel : Bawah
Pemasangan metering : Pada pintu (sisi depan) Pada ketinggian normal
(mudah dibaca dan dioperasikan)
Akses Maintenance : Depan
IP : Minimum 3X
Form : Minimum 2A
Dimensi : Harus mencakup semua peralatan Memiliki area
sirkulasi udara yang cukup
Ambient Temperatur : maks 35°C (saat panel kondisi tertutup)
Accessories
a. Busbar/terminal pentanahan (termasuk bounding box ke pintu)
b. Label nama panel
c. Gagang pintu lengkap dengan Kunci
d. Fan, Louvre, filter debu (khusus cubicle capasitor bank)
e. UPS untuk motor penggerak tuas (1kVA)
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 124
2. Panel Distribusi
Pemasangan : Indoor / dalam ruangan Free Standing (pada plat
lantai dengan pondasi) Wall Mounted (pada
dinding dibaut kedinding) Outdoor Free Standing
(di atas tanah dengan pondasi)
Material : Plat baja ketebalan Free standing: 2 mm Wall
mounted: 1,5 mm
Konstruksi : Sesuai standard pembuatan panel
Finishing : Dilapisi zat anti karat Cat bakar / powder coating
Warna standard RAL 7032 Warna merah untuk
panel pemadam kebakaran
Lubang kabel : Atas / Bawah
Pemasangan metering : Pada pintu (sisi depan) Pada ketinggian normal
(mudah dibaca & dioperasikan)
Akses maintenance : Depan
IP : Minimum 2X (indoor) Minimum 54 (outdoor)
Form : Minimum 2A
Dimensi : Harus mencakup semua peralatan Memiliki area
sirkulasi udara
Ambient Temperatur : maks 35°C (saat panel kondisi tertutup)
Assesoris : Busbar/terminal pentanahan (bounding box ke
pintu) Label nama panel Handel pintu lengkap
dengan Kunci
Standard : LMK
b. Busbar
Tegangan maksimum : 1000 volt
Tegangan kerja : 380 / 400 volt
Frekuensi : 50 Hz
Jumlah Busbar : Single busbar (4 baris R,S,T,N) Busbar
pentanahan (1 baris)
Arus hubung singkat : Sesuai kapasitas
Warna busbar : Sesuai standard Fasa: Merah, Hitam, Kuning
Netral : Biru
Kapasitas : 1,25 x Arus Nominal (netral 100%)
Dimensi : Persegi panjang (maksimal 100x10 mm perbaris)
Memiliki kapasitas yang sama (untuk sepanjang
panel) Lekukan Busbar ≥ 90º
Proteksi : Dilapisi bahan isolasi / pelindung
Material : Tembaga (Cu) Kemurnian/konduktifitas
Min 99.9%
Standard : IEC, DIN
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 125
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 126
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 127
f. Metering
Volt meter Analog : Penunjuk skala rotary iron (pemasangan pada
pintu)
Normal Scale 90°
Maksimum 600 V
Akurasi: Class 2
Ammeter Analog : Penunjuk skala rotary iron (pemasangan pada
pintu)
Normal Scale 90°
Maksimum sesuai kebutuhan Akurasi: Class 2
Cos Phi Meter : Penunjuk skala rotary iron (pemasangan pada
pintu)
Normal Scale 90°
Skala 0,6 i – 0,6 c Akurasi: Class 2
Current Transformer : Akurasi Class 1 (maksimum)
Kapasitas sesuai kebutuhan (Lihat Gambar
Perencanaan)
Power meter Digital : - Ammeter
- Voltmeter
- Frekuensi Meter
- Power Factor Meter
- KWH, KW, KVA meter
- Dilengkapi port komunikasi (modbus)
Proteksi metering : MCB / Fuse (dengan rumah fuse)
Pilot Lamp
- Tipe : L.E.D
- Tegangan input : 220 Vac
- Warna : Merah = Fasa R
Kuning = Fasa S
Hijau = Fasa T
- Proteksi : Fuse (denga rumah fuse)
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 128
4) Kabel
Pemilihan tipe dan ukuran kabel disesuaikan dengan gambar perencanaan.
Pemasangan dan penarikan kabel harus memperhatikan standard instalasi umum
dan memperhatikan radius tekukan. Penyusunan kabel dalam rak kabel sebisa
mungkin secara rata mendatar 1 baris atau secara tersusun tiap tiga kabel (trefoil).
Penyusunan kabel secara trefoil harus di lakukan pada 3 kabel inti tunggal untuk
setiap fasa dari jalur sumber yang sama. Penyusunan kabel dalam rak kabel yang
memiliki space rak kabel yang kurang dapat disusun secara rata mendatar maksimal
2 baris, atau harus ditambahkan rak kabel baru jika sudah melebihi dari 2 baris
tumpukan. Susunan untuk penghantar inti tunggal harus diatur dengan interposisi
pada jarak tiap 15m untuk mengurangi pengaruh induksi elektromagnetik. Semua
desain jalur (support / gland plate) kabel / busbar harus diperhitungkan efek looping
arus akibat induksi kabel / busbar. Pemasangan kabel dalam rak kabel harus diikat
dengan kuat dengan menggunakan pengikat kabel / cable ties.
a. Kabel Tegangan Menengah (tidak dikerjakan)
Tegangan maksimum : 24 kV
Tegangan kerja : 20 kV
Penghantar : Aluminium
Jumlah inti : 1 (satu) / 3 (tiga)
Isolasi : XLPE
Tipe : NA2XSY
Frekuensi : 50 Hz
Standard : IEC / SPLN
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 129
d. Kabel Pentanahan
Penghantar : Tembaga
Isolasi : NYA
Standard : LMK
e. Kabel Kontrol
Penghantar : Tembaga
Isolasi : PVC (NYA / NYM)
Standard : LMK
5) Jalur Kabel
Jenis dan jalur pemasangan rak kabel disesuaikan dengan gambar perencanaan.
Bila kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan pemasangan sesuai
gambar perencanaan, dapat digeser atau dipindah sehingga rak kabel dapat
dipasang dengan baik dengan tetap memperhatikan standar pemasangan dan
radius minimum tekukan kabel. Pemasangan support dilakukan dengan jarak antar
support maksimum 1 meter. Persilangan dan penyusunan rak kabel secara vertikal
harus diberi jarak minimum 5 cm. Pemasangan rak kabel secara vertical harus diberi
perkuatan yang cukup kuat ke dinding / lantai / peralatan untuk menahan rak kabel.
Panel dengan jumlah outgoing yang sedikit (contoh: Panel unit) dipasang secara wall
mounted dengan jalur kabel keluar dari atas panel di dalam dinding.
Pemasangan rak kabel secara vertical pada area umum / diluar area ruang panel
harus menggunakan cover rak kabel. Semua jalur kabel yang terbuat dari metal
harus disambungkan ke jalur pentanahan, termasuk sambungan jalur kabel. Setiap
instalasi kabel di dalam dinding harus menggunakan pipa conduit untuk
mempermudah insatalsi dan pemeliharaan. Penyambungan kabel harus dilakukan
di dalam kotak penyambungan dan menggunakan terminal atau last dop yang sesuai
dengan ukuran kabel. Tidak diizinkan membelokkan dan menyambung pipa conduit
dengan cara pemanasan atau dengan cara yang tidak wajar.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 130
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 131
b. Saklar Tunggal
Pemasangan : In Bow / dalam dinding
Posisi tuas ke bawah : On Posisi tuas ke atas: Off
Tipe : Indoor 1 gang (saklar engkel)
Jumlah pole : 1 incoming, 1 outgoing
Jumlah tuas : 1 (satu)
Material terminal : Tembaga / Kuningan
Koneksi kabel : Terminal skrup / Jepit
Base Plate : Kotak / persegi
Bahan metal
Dilegkapi pengait ke inbow doos
Inbow Doos : Terpasang dalam dinding
Bahan metal
Kedalaman minimum 35 mm
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 132
c. Saklar Ganda
Pemasangan : In Bow / dalam dinding
Posisi tuas ke bawah : On Posisi tuas ke atas: Off
Tipe : Indoor 2 gang
Jumlah pole : 2 incoming, 2 outgoing
Jumlah tuas : 2 (dua)
Material terminal : Tembaga / Kuningan
Koneksi kabel : Terminal skrup / Jepit
Base Plate : Kotak / persegi Bahan metal
Dilegkapi pengait ke inbow doos
Inbow Doos : Terpasang dalam dinding
Bahan metal
Kedalaman minimum 35 mm
Dilengkapi jalur keluar kabel
Kapasitas : 10 A, 250 Vac, 50 Hz
Cover / Model : PVC warna putih (atau sesuai permintaan)
d. Sensor Gerak
Teknologi deteksi : PIR & Ultrasonic
Sudut deteksi : 360 deg
Cakupan area : 8m utk PIR, 10x16m utk Ultrasonic
Tegangan kerja : 230 VAC, 50Hz
Instalasi : pada langit-langit
e. Sensor Cahaya
Teknologi deteksi : Lux
Batasan : 300 lux (sesuai GBCI)
Tegangan kerja : 230 VAC, 50Hz
Instalasi : pada langit – langit
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 133
7) Penangkal Petir
a. Air Terminal
Jenis : Electrostatic non radioactive
Prinsip kerja : Early Streamer Emission (ESE)
Ketahanan : 120 kA (minimum)
Waktu trigger ∆T : 60 μs (minimum)
Material : Stainless steel
IP : min 54
Standard : NFC 17-102
b. Kabel Penghantar
Type : BC dan Copper plate
Material : Tembaga (Cu)
Diameter/luas : 70 mm2 (minimum)
Accessories : Skun kabel pada sisi pentanahan
c. Tiang
Menggunakan pipa metal ketebalan medium A dengan ukuran diameter sesuai
gambar desain atau sesuai dengan desain standard. Tipe tiang teleskopik dengan
penyambungan tiap segmen menggunakan reduced press dan dilas. Tinggi
minimum 5 meter dari titik tertinggi (disesuaikan dengan gambar desain dan
lokasi pemasangan). Dilengkapi dengan pijakan kaki dengan ukuran, jarak dan
beban standard untuk orang dewasa. Dipasang secara kuat pada pondasi dibaut
pada atap. Finishing dengan galvanized.
d. Titik Pentanahan
Pentanahan : Batang solid
Konduktor : Tembaga kemurnian 99,9%
Material : Tahan korosi
Diameter : Minimum 5/8"
Isolasi : Tanpa isolasi
Bak kontrol : Cor semen
P x L x D: 500 x 500 x 400 mm
Pipa sparing : PVC diameter 2" minimum
Tutup bak kontrol : Plat baja / cast iron
Lengkap dengan lubang tuas pembuka
Pemasangan rata dengan tanah
Pentanahan : Maksimum 5 ohm
Tanpa bantuan bahan konduktif / kondisi tanah
normal
Standard : SNI tentang Proteksi Petir
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 134
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 135
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 136
power (dari luar armature) dengan kabel rangkaian lampu menggunakan terminal
skrup dan terdapat dalam armature lampu. Jalur keluar masuk kabel disesuaikan
dengan posisi pemasangan armature. Semua jenis bentuk lampu yang terdapat
dalam gambar harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pihak Pemberi
Tugas sebelum pengadaan dan pemasangan. (detail spesifikasi terlampir)
1) TKO LED
Installation : Outbow (surfaced mounted)
Installed on slab or ceiling
Material armature : Steel sheet
width min 0,7 mm (exclude finishing)
Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
IP : 20
Bulb : 1 x 10W / LED T8
X 18W / LED T8
Color rendering minimum 54
LED Driver : Built-in, THD < 20%, 220 – 240 VAC
Frequency : 50 Hz
Power factor min : 0.95
Color temperature : 4000 K
2) Tube Lamp
Installation : Outbow (surfaced mounted)
Installed on wall
Material armature : Steel sheet
width min 0,7 mm (exclude finishing)
Finishing : Powder Coating (white color)
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 137
3) Downlight
Installation : Inbow (recesses mounted)
Material armature : Die cast aluminum
width min 0,7 mm (exclude finishing)
Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
Reflector : Included in bulb
Dimension : MaxØ 330x218 (design drawing)
IP : 20
Bulb : LED -10W /7W/13W
4) Panel LED
Installation : Inbow (recesses mounted)
Material armature : Steel sheet
width min 0,7 mm (exclude finishing)
Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
IP : 20
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 138
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 139
9) Obstruction Lamp
Background color : Clear glass, Red Color Light
IP : 65
Voltage input : 220 – 240 VAC
Bulb : LED 10W c/w timer; flashing
Accessories : Lightning arrester holder
10) Uplight
Installation : Floor mounted (casted)
Material armature : Aluminium, stainless steel case
width min 0,5 mm (exclude finishing)
Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
Reflector : Included in bulb
IP : 65 (outdoor usage)
Bulb : LED GU-5.3 8W
LED GU-5.3 12w
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 140
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 141
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 142
1) Tahap-tahap Pengujian
a. Semua pelaksanaan instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan
sesudah bagian tersebut tertutup sehingga di peroleh baik menurut PLN,
Spesifikasi dan pabrik.
b. Setiap satu lantai yang telah terpasang instalasinya harus dilakukan pengujian
untuk panel, lampu, kabel & tahanan isolasi.
c. Semua panel listrik sebelum dipasang dan sesudah dipasang harus diuji
tegangan dan tahanan isolasi dalam kondisi baik. Juga harus diuji sistem kerjanya
sesuai spesifikasi yang diisyaratkan.
d. Semua armature lampu harus diuji dalam keadaan menyala sempurna.
e. Semua penyambungan harus diperiksa tersambung dengan benar dan tidak
terjadi kesalahan sambung atau polaritas.
f. Tahanan tanah harus diuji memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. (maks 2
ohm).
b. Energizing Test
1. Energizing test dilakukan pada pengaman dengan mengkalibrasi menurut
standard pabrik.
2. Selama energizing test semua sambungan-sambungan pada sisi sekunder
harus terbuka.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 143
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 144
c. Jenis Detector
Jenis Ruangan Detector
Kelas & Photoelectric smoke detector
Laboratorium
Koridor Photoelectric smoke detector
Parkir Rate of rise heat detector
Kantor Photoelectric smoke detector
M&E room Photoelectric smoke detector
Pantry / kitchen Fixed temperature heat detector
Gas detector
Genset & R. Mesin Fixed temperature heat detector
3. Type detector yang dapat dipilih berdasarkan kecanggihan sistem yang ada pada
detector tersebut mendeteksi sinyal kebakaran berdasarkan daerah atau zone area,
detector conventional tidak dapat membedakan alarm palsu atau benar-benar alarm.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 145
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 146
Monitor Module
i. Operating temperature : 0 to 49 degC
ii. Humidity : 93% RH, non-condensing
iii. Operating voltage : 15.2 to 42 Vdc (19 Vdc nominal)
iv. Operating current
Standby : 250 mA
Activated : 400 mA
v. Construction and finish using high-impact white engineered plastic 1-
gang front plate
vi. Front plate identifies the module; FIRE ALARM MODULE
vii. LED operation : On-board green LED flashes when polled
On-board red LED flashes when in alarm.
g. Mini Monitor Module (tidak dikerjakan)
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 147
h. Control Module
i. Operating temperature : 0 to 49 degC
ii. Humidity : 93% RH, non-condensing
iii. Operating voltage : 15.2 to 41 Vdc (19 Vdc nominal)
iv. Operating current
Standby : 223 mA
Activated : 100 mA
v. Output rating :
24 V dc = 2 A
25 V audio = 50 W
70 V audio = 35 W
vi. Construction and finish using high-impact white engineered plastic 1-
gang front plate
vii. Front plate identifies the module; FIRE ALARM MODULE
viii. LED operation : On-board green LED
flashes when polled
On-board red LED flashes when in alarm.
d. Isolator Module (tidak dikerjakan)
i. Operating temperature : 0 to 49 degC
ii. Humidity : 93% RH, non-condensing
iii. Operating voltage : 15.2 to 32 Vdc (19 Vdc nominal)
iv. Operating voltage : 255 A (LED flashing)
e. Zone adaptor module digunakan untuk memonitor flow switch, tamper switch,
gas detector, conventional detector dan untuk mengontrol panel listrik AC,
panel lift serta pressurize fan.
i. Sebuah addressable interface module disediakan untuk mengintek
faceman normally open direct contact device kesebuah addressable
initiating circuit.
ii. ZAM-ZAM dipasang pada box panel (junction box) dan memakai daya
24 Vdc dari dua pasang kawat.
iii. Ada beberapa jenis ZAM antara lain:
1. Fire Monitoring Module - 6 line
Untuk memonitor detector conventional type 4 kawat. Module
ini memiliki arus dan harus memberitahukan status zone
(normal, alarm, trouble) kepada panel kontrol. 1 (satu) unit
module mempunyai kapasitas 5 zone dan yang terpakai harus
tidak boleh lebih dari 5 zone karena 1 zone untuk spare.
2. Input Monitoring Module - 10 line
Digunakan untuk memonitor flow switch, tamper switch, push
button atau peralatan yang tidak memerlukan arus / tegangan.
1 (satu) unit module mempunyai kapasitas 10 zone dan yang
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 148
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 149
14) Spesifikasi Kabel Tahan Api (Fire Resistance Cable) (tidak dikerjakan)
Kabel harus terdiri dari konduktor tembaga dibungkus oleh gelas mika yang diperban
dengan pelindung api (dengan material pengikat khusus) dan diisolasi dengan mineral
insulation yang tidak meleleh menggunakan teknologi irradiation cross linked dan
mineral sheath, yang sesuai untuk operasi pada suhu 110degC selama 20000 jam
berdasarkan IEC 216. Kabel harus memiliki radius tekuk tidak kurang 8 kali dari kabel
single core dan 6 kali dari kabel multicore.
Pada saat kebakaran, kabel sudah teruji untuk menjaga integritas rangkaian selama
3 jam berdasarkan BS 6387 CWZ. Dan juga teruji sesuai DIN 4102: part 12 yang
menguji kemampuan integritas sistem untuk seluruh instalasi kabel. Kabel juga
memiliki keselamatan yang pasif untuk memperlambat penyebaran api yakni dengan
Index Limit Oxygen lebih dari 40%, kadar racun yang rendah, kadar sumber api yang
rendah, kadar asap yang rendah, bebas halogen berdasarkan beberapa standard
internasional dibawah ini:
bb. Kadar Rambat Api
IEC 60332-3 ABC (-22, 23, 24)
Uji perambatan api atas sekumpulan kabel atau kabel elektrikal pada kondisi
kebakaran. Sekumpulan kabel dipasang pada posisi vertical dan dibakar pada
suhu api 750 °C selama 20 menit. Rambatan api pada kabel tidak boleh
melebihi 2.5m dan harus padam dengan sendirinya pada saat sumber api
dipadamkan.
cc. Limit Oxygen Index
ASTM 28 Insulation >= 40% O2 ; Sheeting >= 40% O2
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 150
2) Panel kontrol harus mempunyai fasilitas minimum 1 loops yang dilengkapi dengan
perlengkapan lainnya:
a. Lampu-lampu
1. Lampu alarm (merah) dan lampu trouble (kuning) untuk disetiap address pada
address module. Lampu power ON yang menyatakan sistem mendapat supply
daya listrik yang sesuai.
2. Lampu AC power failure yang menyatakan adanya gangguan dari jala-jala
listrik yang ada.
3. Lampu low battery yang menyatakan bahwa tegangan back-up battery sudah
berada pada level dc yang rendah.
4. Lampu bell circuit trouble yang menyatakan adanya ke tidak beresan pada
rangkaian bell.
5. Lampu common alarm yang menyatakan terjadinya alarm di sistem tersebut.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 151
b. Tombol-tombol / Switch
1. Reset switch yang berfungsi untuk menormalkan sistem setelah terjadi trouble
atau alarm.
2. Silence switch yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bell bila buzzer itu
berbunyi.
3. Alarm lamp test switch yang berfungsi untuk mengadakan pengecekan apakah
lampu-lampu alarm masih berfungsi baik.
d. Urutan Kerja
1. salah satu detector, manual push button atau flow switch bekerja maka lampu
kontrol pada MCPFA akan menyala dan pada komputer grafik akan
menampilkan gambar dimana letak detector atau zone tersebut bekerja
2. buzzer berbunyi sesuai dengan zone area dimana peralatan tersebut diatas
bekerja
3. secara otomatis MCPFA akan mengirimkan tegangan 24 Vdc untuk
menyalakan flasher lamp pada lantai dimana terdapat zone area tersebut dan
juga pada satu lantai diatasnya
4. Panel annunciator yang ada di ruang security akan menyala menunjukan letak
zone yang sedang bekerja.
5. MCPFA juga mengirimkan tegangan 24 Vdc ke kontaktor (relay) yang terdapat
pada panel-panel listrik AC untuk mematikan unit tersebut.
6. Flasher lamp akan tetap menyala / flashing sampai sistem riset di MCPFA
ditekan oleh operator atau security pertanda keadaan teratasi.
7. General Alarm
Apabila keadaan fire alarm tidak bisa teratasi maka mengaktifkan general
alarm secara manual
Seluruh flasher lamp akan menyala, serta mematikan mesin-mesin AC, fan
dan menurunkan lift penumpang, lift kebakaran ke lantai dasar serta
menghidupkan lift kebakaran.
MCPFA memerintahkan normally open ke sistem access control.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 152
a. Adanya gejala sumber api yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran harus bisa
diketahui lebih awal, dengan mengamati gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kenaikan suhu dengan cepat diluar normal.
2. Tingkat suhu melebihi tingkat yang normal
3. Kepekatan asap melebihi kepekatan asap yang normal pada ruangan yang
memang biasanya ada asap misal pada ruangan dimana orang diperbolehkan
merokok. Sedangkan pada ruangan yang biasanya tidak ada asap maka
adanya asap memberikan pertanda adanya gejala sumber api.
4. Adanya bunga api (flame).
b. Indikasi lokasi api harus memberikan informasi yang cepat dan effektif kepada
operator, petugas kebakaran, petugas keamanan gedung dan petugas utility
gedung untuk mengambil tindakan penyelamatan orang dan material serta
tindakan pemadam api.
c. Pemberitahuan adanya bahaya api kepada umum harus bisa selektif sesuai
dengan tingkat bahayanya agar tidak menimbulkan kepanikan dan kemacetan
arus orang. Tetapi bila diperlukan bisa juga all-call serempak keseluruhan bagian
bila keadaan sudah sangat gawat. Sistem tanda bahaya atau pemberitahuan
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 153
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 154
3.8.2. Umum
1) Peralatan sistem tata suara yang digunakan adalah Public Address System.
2) Perencanaan pemasangan speaker sudah berdasarkan:
a. Tingkat tekanan suara untuk panggilan harus lebih besar 15 dB diatas noise level.
b. Perkiraan noise level (NL) adalah sebagai berikut:
c. Lokasi dan jenis speaker untuk paging, evacuation dan car call. (speaker
sebagian menggunakan yang existing)
1. Lobby : Ceiling speaker
2. Lobby lift : Ceiling speaker
3. Koridor : Ceiling speaker
4. Ruang wisma : Ceiling speaker
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 155
b. AM / FM Radio Tuner
1. Turning range : AM 522 - 1620 KHz, 9 KHz / FM
2. IF frequency : AM 450 KHz / FM, 10.7 MHz
3. Output level : 20 dBV / 0 dBV (switch able)
4. Output impedance : 20 dBV / 10 Kohms unbalanced
0 dBV, 600 ohms unbalanced
5. Power requirement : 20 - 24 Vdc
6. Current consumption : max. 150 mA
7. Distortion : less than 1%
2) Speaker selector
a. Alat untuk memilih ke saluran mana sinyal suara akan diteruskan, apakah akan
disalurkan perlantai (selective) ataukah sekaligus serentak keseluruh lantai (all-
call).
b. Minimal 30 zone speaker-selector
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 156
5) Power Amplifier
a. Alat elektronik yang memperkuat tegangan output dari pre-amplifier sehingga
didapat daya output signal listrik yang kuat sesuai kebutuhan.
b. Penguat sinyal (audio amplifier) meliputi:
1. Power amplifier
2. Mixer pre-amplifier
3. Equalizer
4. Mixer amplifier
6) Loudspeaker
a. Ceiling Speaker
1. Rated power :3W
2. Rated impedance : 3.3 kOhm
3. Sound pressure level : 88 dB / 1 m / 1 W
4. Frequency response : 100 Hz - 20 kHz
b. Horn Speaker
1. Max power : 15 W
2. Input impedance : 1 kOhm (10W); 2 kOhm (5W); 4 kOhm (2,5W)
3. Sound pressure level : 118 dB / 108 dB (SPL)
4. Frequency response : 250 – 10000 Hz
c. Wall Speaker
1. Input power rate : 3W
2. Sound pressure level : 102 dB / 94 dB (SPL)
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 157
8) Konduktor
a. Kabel-kabel distribusi dari MDF ke junction box menggunakan kabel jenis FRC
(fire resistance cable) multi core dengan jumlah kawat sesuai gambar rencana
kabel penghubung ke masing-masing loudspeaker menggunakan jenis NYMHY
2 x 1.5 mm2 dalam PVC conduit Ø 3/4".
b. Kabel ke jack microphone menggunakan twisted shielded cable (screened).
Kabel penghubung ke masing-masing wall speaker heat resistance yang ada di
tangga kebakaran menggunakan jenis FRC 2 x 1.5 mm2 dalam PVC conduit Ø
3/4".
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 158
Ketentuan indeks kadar racun suatu bahan diambil dari contoh kecil bahan
tersebut dalam kondisi terbakar. Percobaan ini memperhitungkan keseluruhan
kadar racun yang timbul dari gas yang dihasilkan pada saat bahan tersebut
dibakar.
d. Kadar Asap
IEC61304-2/DINVDE0472-816 dengan daya tembus cahaya >84%. Pengukuran
kepadatan asap yang ditimbulkan dari suatu kabel elektrikal yang dibakar pada
suatu kondisi tertentu untuk menghindari gangguan pandangan selama proses
evakuasi pada kondisi darurat kebakaran.
e. Kandungan Halogen
Material untuk insulation dan sheathing bebas halogen dan tidak menghasilkan
emisi yang berbahaya pada saat kabel terbakar berdasarkan IEC754-1 dan IEC
754-2. Manufaktur kabel harus sudah memilki ISO 9001 dan sudah terdaftar
didalam skema daftar produk VDE dan PSB dengan tercantumnya tanda
sertifikasi VDE dan PLS.
2) Car Call
a. Car call hanya terdengar di area parkir.
b. Remote mic car call diletakan di area lobby car call / receptionist.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 159
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 160
3.9.2. Umum
1) Sistem CCTV yang digunakan adalah digital multiplexer recorder complete lengkapi
dengan socket RJ-45 agar dapat disambungkan dengan sistem internet.
2) Perencanaan pemasangan camera CCTV sudah berdasarkan:
a. Letak strategis area yang diawasi camera.
b. Keamanan seluruh area yang diawasi.
c. Kemudahan memonitor area seluruh gedung baik diluar maupun didalam area
gedung
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 161
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 162
c. Lensa
1. alat pelengkap camera yang digunakan untuk mengawasi obyek jarak jauh.
Harus dilengkapi dengan focus dan iris. Pengontrolan dilakukan melalui
keyboard / controller.
2. Focal length : 3.0 – 8.0 mm
3. Iris : Manual & DC Iris
4. Image format : 1/3"
5. Iris connecting plug : 4 Pin
d. Bracket
1. Indoor bracket
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 163
2. Steel construction
3. Load rating min. 6 kg
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 164
3. Alarm activation
4. Memunculkan gambar bila ada trigger dari kamera.
5. Password untuk merubah sistem setting.
d. Equipment Specification
1. Input : 16 channel camera input, 16 looping
2. Output : Multi and spot screen
3. Mode : Triplex
4. Zoom : 2x digital zoom
5. Compression : MJPEG, JPEG2000, MPEG4
6. Picture quality : 5 levels (continous / alarm / motion / instant)
7. Recording speed level : 27 levels
8. Recording speed : min 200 fps @ 352 x 288
9. Live viewing : min 400 fps
10. Division Mode : 1,4,9,16,1+5,1+7
11. Back Up : USB 2.0 x 3, Network
12. Supportable Device : Memory Stick, Internal ODD, HDD
13. HDD Bay : up to 4 units HDD SATA
14. HDD capacity : 4 x min 1TB
15. Audio input : 1 RCA
16. Control : Control P/T/ Z camera without keyboard
17. LAN : 10/100; 1 x RJ45
e. Operating modes:
1. Simultaneous record and play back and multi screen viewing
2. Simultaneous mirror recording for back-up
3. Archive data through USB or compact flash
6) Workstation
a. Computer : Industry standard personal computer
b. Operating system : Min. Windows 7
c. Microprocessor : Intel core i5 (min 3,6 HZ)
d. Hard disc : 1 Terabyte
e. Memory : 2 x 1 Gigabyte (4 channel)
1000 Mbps Ethernet card
f. Fixed hard drive : based on all installed software + 75% free space
g. Video RAM : Minimum 4 Gigabyte
DVD – RW for back up system
h. Parallel port : Duplex (2) capable of supporting printers
i. Serial port : (1) RS-232, (1) RS-485 and RJ-45 1 port
j. Monitor : min 32" HDMI
k. Keyboard : Enhanced 101 keys
l. Mouse : 3 buttons
m. Interface boards : Network interface board / drive
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 165
7) Konduktor
a. Coaxial Cable RG 11 dalam PVC Conduit 3/4"
1. sarana untuk mengirimkan gambar yang sudah diamati oleh camera untuk
diterima di multiplexer.
2. Inner diameter : 1.5 mm
3. Jacket outer diameter : 10.1 mm
4. Insulator : PEF
5. Jacket : PVC
6. Shielding conductor : Aluminum leaf tape, braid annealed copper wire
7. Attenuation : 700 MHz 16.2 dB / 100 m
Terminal untuk kabel-kabel yang keluar dari sentral sound system di lantai-lantai
tertentu menuju ke masing-masing speaker, atau kabel sinyal dari program
ditempat lain yang akan di interkoneksi ke sentral tersebut.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 166
c. Penangkapan gambar oleh camera akan mengaktifkan isyarat alarm pada sistem
security yang ada di multiplexer dan secara otomatis menampilkan gambar pada
layer spot monitor dan sekaligus akan mengaktifkan perekaman secara real time
serta bunyi buzzer di ruang kontrol untuk meminta perhatian khusus pada
operator CCTV.
4) Sistem power camera CCTV akan di back-up oleh battery dari sistem UPS.
Untuk Pekerjaan data menggunakan UTP Cable Category 6
a. Kabel UTP cat 6 digunakan untuk instalasi kabel data,
b. Mutual Capacitance : 5.6nF/100m nominal
c. Characteristic Impedance : 100Ohm ±15%, 1 - 600MHZ
d. Conductor DC Resistance : 66.58 Ohm/km maximum
e. Voltage : 300 Vac or Vdc
f. Delay Skew : 45ns
g. Propagation Delay : 536ns/100m @ 250MHz
h. Nominal Velocity of Propagation : 72%
i. Operating Temperature : -20° C to 60° C (-4° F to 140° F)
j. Bend Radius : (4 × cable diameter) ≈ 1 inch
k. Material :
1. Conductors — 23 AWG, Solid Copper, (ø.0226 nominal)
2. Insulation — 0.0087in (ø.040 nominal), FEP (fluoropolymer)
3. Jacket — 0.015in nominal (ø.230 nominal), FR PVC
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 167
c. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air, karat dan
tekanan mekanis sebelum, selama dan sesudah pamasangan.
d. husus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus juga
terlindung dari cahaya matahari.
e. Semua barang yang akan dipergunakan harus dari agen tunggal / pabrik
pembuat, dengan menunjukkan surat resmi keagenan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 168
- Penggunaan : Venting
5) Spesifikasi PP-10
- Tekanan Standard : 10 Bar
- Material : Polypropylene
- Fitting : Heating element socket welding
- Joint : Heat fusion joint
- Penggunaan : Air Bersih (≤ Ø 50 mm)
6) Spesifikasi GI.M
- Tekanan Standard : 10 Bar
- Material : Galvanized Iron Pipe Sch 20 (Medium Class)
- Fitting : Flange / welding
- Joint : Screwed end / Welding
- Penggunaan : Air Bersih (> Ø 50 mm)
7) Spesifikasi PP-20
- Tekanan Standard : 20 Bar
- Material : Polypropylene
- Fitting : Heating element socket welding
- Joint : Heat fusion joint
- Penggunaan : Air Panas
8) Jenis Valve yang dipergunakan berdasar fungsi dan ukuran pipa :
1) Umum
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya
penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari
50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 169
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam / runcing serta
penghalang lainnya.
d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang
diperlukan, antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya
sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan pada gambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan union atau flange.
f. Sambungan lengkung, reducer dan sambungan-sambungan cabang pada
pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
g. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik
buangan. Drains dan vents harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan.
h. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handle) tidak boleh
menukik.
i. Sambungan-sambungan flexible harus dipasang sedemikian rupa & angkur
pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau
alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearahmemanjang.
j. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-
katup dan fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
k. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok kolom atau langit-
langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang kosong
diantara sleeves & pipa-pipa harus dipakal dengan bahan rock-wool.
l. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup
dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-
benda lain.
m. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.
n. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 170
Pipa besi cor lurus / utuh Satu titik setiap batang pipa
Pipa besi cor sambungan Satu titik setiap sambungan
Pipa baja, diameter < 20 mm 1.0 m atau kurang
Pipa Mendatar
Pipa baja, diameter 25 - 40 mm 2.0 m atau kurang
Pipa baja, diameter 50 - 80 mm 3.0 m atau kurang
Pipa baja, diameter 90 - 150 mm 4.0 m atau kurang
Pipa baja, diameter 200 mm 5.0 m atau kurang
Gantungan ganda 1 (satu) ukuran lebih kecil dari tabel diatas penunjang pipa
lebih dihitung dengan faktor dari keamanan dan kekuatan puncak. Bentuk
gantungan antara lain:
Split ring type
Clevis type
d. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat
sebelum dipasang, dan dicat (finishing coating) sesuai peruntukanpipa.
e. Khusus untuk semua gantungan dan penumpu di ruang pompa dan STP
harus menggunakan hot dip galvanized.
3) Pemasangan Katup-katup
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan
untuk bagian-bagian berikut ini :
a. Sambungan masuk dan keluar peralatan
b. Sambungan kesaluran pembuangan pada titik-titik rendah.
c. Di ruang mesin :
Ukuran Pipa Ukuran Katup
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
200 mm atau lebih besar 50 mm
d. Di Area lain ukuran katup 20 mm.
e. Ventilasi udara otomatis.
f. Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.
g. Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan
kebawah.
h. Katup by-pass.
4) Pemasangan Strainer
Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini
:
a. Katup-katup pengontrol.
b. Pipa hisap pompa.
5) Pemasangan Katup-katup Pelepasan Tekanan
Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan ditempat-tempat yang mungkin
timbul kelebihan tekanan.
6) Pemasangan Katup-katup Pengaman
Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan
sumber tekanan.
7) Pemasangan Venting Udara Otomatis
Venting udara otomatis harus disediakan ditempat-tempat tertinggi dan kantong
udara.
8) Pemasangan Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan untuk menghilangkan getaran dari sumber
getaran.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 171
3.12.4. PENGECATAN
1) Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :
a. Pipa service.
b. Support pipa dan peralatan konstruksi besi.
c. Flens.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 172
2) Persyaratan Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :
Lokasi Pengecatan Pengecatan
Pipa & peralatan dalam Zinchromate primer 2 lapis dan cat
plafond Pipa & peralatan akhir 2 lapis
expose Zinchromate primer 2 lapis dan cat
Pipa dalam tanah akhir 2 lapis 2 lapis flincote atau
denso tape
3.12.6. PENGUJIAN
1) Jika tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan tekanan air dibawah
tekanan tidak kurang dari tekanan kerja ditambah 50% atau 10 kg/cm2 dan tidak
lebih tinggi lagi dalam jangka waktu 4 jam.
2) Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji kembali.
3) Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas (diputus) dari
hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 173
Spesifikasi Catata
n
Kapasitas 8 m³ Kapasitas effektif
Lihat gambar Terbagi menjadi 2
perencanaan kompartment
Dimensi Lihat Gambar Perhatikan slope aliran
perencanaan
Material FRP/GRP Modul 1 x 1 m / 50 x 50 cm
Ketebalan Minimum 6 mm
Support Pipa Galvanized
Kelengkapan Katup Pelampung
Electrode Tube
Electrode c/w
holder Pipa
Pengisian
Pipa Hisap
Pit Hisap (suction
pit) Pipa & Pit By Structure
Penguras Pipa
Overflow
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 174
Spesifikasi Catatan
Jumlah 2 (dua) pompa 1 paket pompa
Transfer
Tipe Centrifugal
End Suction
Shaft seal Mechanical
Kapasitas 110 l/m, head 45 1 Duty – 1 Stand by
meter
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 175
Spesifikasi Catata
n
Jumlah 2 (Dua) pompa 1 paket pompa Booster
Tipe Vertical Multistage
Shaft seal Mechanical
Kapasitas 2x100 LPM, Alternate & Pararel with VSD
head 15 meter
Putaran 2900 rpm
Efficiency Minimum 50%
Motor Sangkar Tupai
Input Tegangan 380 Vac – 3 phase
Daya Motor
Starter Motor Inverter / VSD Setiap motor pompa
Constant Pressure
System kerja Otomatis - Bergantian Sensor Tekanan/Pressure
Switch
Panel Kontrol Tipe Outdoor Atau disesuaikan di lapangan
Pressure Vassel 50 L
Pipa Suction
Pipa Discharge
Casing Cast iron
Base frame Cast iron / Baja
Dimensi
Berat
Kelengkapan Panel Kontrol Terkoneksi ke Electrode di
Roof tank
Pemipaan & Katup Terkoneksi ke Sensor tekan
Flexible Joint Lihat Gambar perencanaan
Pressure
Gauge
Pressure
Switch Flow
switch
Base Frame pompa
1) Cara kerja
2) Pompa booster harus variable speed constant pressure.
3) Booster pump harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai setiap variasi
laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
4) Peralatan kendali, untuk laju aliran menggunakan Variable Speed Constant Pressure
dan Pressure Vessel.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 176
3) Grease separator.
4) Pompa air limbah.
5) Pompa air bekas.
6) Floor drain dan Roof drain
7) Sumur Resapan
8) Clean out.
Spesifikasi Catata
n
Jumlah Lihat gambar Minmimum 2 ( duty – stand
perencanaan by)
Tipe Summersible Centrifugal
Shaft seal Double Mechanical
Kapasitas Lihat gambar
perencanaan
Tekanan Lihat gambar
perencanaan
Putaran 1450 rpm
Efficiency Minimum 50%
Motor Sangkar Tupai - Vertikal Water tight, IP68
Input Disesuaikan dengan
Tegangan kapasitas pompa
Daya Motor
Starter Motor DOL
System kerja Otomatis - Bergantian Switch Pelampung/Float
switch
Panel Kontrol Tipe indoor Atau disesuaikan di lapangan
Kontrol kerja Bergantian – Bersamaan
Pipa Suction -
Pipa Menyesuaikan kapasitas
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 177
Discharge
Casing Stainless stell
Base frame -
Dimensi
Berat
Kelengkapan Guide
Rel
Rantai
Quick Discharge
Connector Cutter
Grease lubricated bearing
Internal oil cooler
Cara kerja
1) Start dan stop diatur secara otomatis oleh float level
2) Pompa dapat bekerja secara bergantian dan bersamaan.
3) Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergantian.
4) Apabila beban aliran besar, maka pompa bekerja bersamaan.
Spesifikasi Catata
n
Jumlah Lihat gambar Minimum 2 ( duty – stand
perencanaan by)
Tipe Summersible Centrifugal
Shaft seal Double Mechanical
Kapasitas Lihat gambar
perencanaan
Tekanan Lihat gambar
perencanaan
Putaran 1450 rpm
Efficiency Minimum 50%
Motor Sangkar Tupai - Vertikal Water tight, IP68
Input Disesuaikan dengan
Tegangan kapasitas pompa
Daya Motor
Starter Motor DOL
System kerja Otomatis - Bergantian Switch Pelampung/Float
switch
Panel Kontrol Tipe indoor Atau disesuaikan di lapangan
Kontrol kerja Bergantian – Bersamaan
Pipa Suction -
Pipa Menyesuaikan kapasitas
Discharge
Casing Stainless stell
Base frame -
Dimensi
Berat
Kelengkapan Guide Rel
Rantai
Quick Discharge
Connector
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 178
Cara kerja
1) Start dan stop diatur secara otomatis oleh float level
2) Pompa dapat bekerja secara bergantian dan bersamaan.
3) Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergantian.
4) Apabila beban aliran besar, maka pompa bekerja bersamaan.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 179
Yang menjadi lingkup pekerjaan dari Pemborong Instalasi lift adalah sbb :
2) Penyediaan dan pemasangan serta penambahan semua profil baja untuk tumpuan
/ pengikat guide rail pada sisi lift, dan profil baja yang diperlukan untuk dudukan
traction machine di Ruang Mesin Lift. (Semua profil baja harus dicat anti karat).
3) Pengisian door frames, sill, dan sekitar box dari hall indikator, hall call button dengan
adukan semen (grouting).
5) Pengadaan dan pemasangan panel tenaga dari masing-masing / group lift kabel
feeder ke panel tenaga ini oleh pihak lain.
8) Pengadaan dokumen yang diperlukan sebanyak 3 (tiga) set yang terdiri dari :
a. Operation manual
b. Maintenance manual
c. Daftar suku cadang yang perlu disediakan
d. Gambar As Built Drawing (Soft Copy & Hard Copy)
e. Semua Electronic dan Electric Wiring, dll.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 180
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 181
a. Lift harus dilengkapi dengan sistem pintu yang bekerja secara otomatis.
b. Pintu harus mempunyai mekanisme kerja membuka dan menutup secara
otomatis dengan bantuan motor listrik dan bekerja tanpa suara, tanpa getaran
atau kejutan.
c. Pintu kereta dan pintu shaft harus membuka dan menutup secara serempak,
sesaat setelah kereta lift datang di suatu lantai dan sesaat sebelum kereta lift
bergerak meninggalkan lantai.
d. Pada saat lift bergerak, pintu kereta tidak dapat dibuka dari dalam kabin,
meskipun tombol pembuka pintu ditekan.
e. Pada saat lift bergerak, motor listrik penggerak pintu harus memberikan torsi yang
cukup kuat pada daun pintu, untuk mencegah pintu dibuka secara paksa dari
dalam kabin.
f. Pada saat tidak ada sumber daya listrik, pintu-pintu harus dapat dibuka secara
paksa dengan tangan dari dalam kabin dan dari luar shaft.
g. Setiap pintu shaft harus dilengkapi dengan suatu sistem interlock jenis electro
mechanical, yang mencegah pintu dibuka secara paksa, kecuali dengan kunci
khusus yang disediakan untuk melepas sistem interlock tersebut.
h. Sistem interlock electro mechanical pada pintu shaft tersebut harus dapat dibuka
dari kabin, pada saat lift berhenti pada suatu lantai.
i. Sistem interlock harus dibuat sedemikian sehingga dapat dilepas dari dalam
kabin, pada saat tidak ada sumber daya listrik.
j. Semua peralatan interlock dan kunci dari pintu kereta dan pintu shaft harus dapat
diperiksa, ditest dan diganti bagian-bagiannya, apabila rusak.
k. Semua pintu lift harus dilengkapi dengan kontak-kontak listrik yang mencegah lift
bergerak kecuali apabila pintu-pintu telah tertutup rapat.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 182
l. Kontak-kontak ini harus diletakkan sedemikian sehingga tidak dapat dicapai oleh
orang-orang yang tidak berkepentingan.
m. Pintu lift harus dilengkapi dengan "safety edge" yang terpasang dari ujung atas
sampai ujung bawah panel pintu dan infra red safety satu titik pada ketinggian ±
40 cm dari lantai.
n. Apabila peralatan ini menyentuh orang atau benda pada saat pintu sedang
menutup, maka pintu kereta dan pintu shaft secara otomatis harus kembali pada
posisi membuka penuh. Pintu baru akan menutup kembali secara otomatis,
setelah melampaui waktu yang ditentukan.
2) Landing Door
a. Mempunyai type dan dimensi yang sama dengan pintu keretanya.
b. Dilengkapi dengan narrow jamb.
c. Terbuat dari stainless steel.
d. Harus dilengkapi dengan kunci pembuka secara manual dan interlock secara
elektris dan mekanis serta dilengkapi dengan alat penutup otomatis dengan
weight closer.
3) Door Sills dan Toe Guards
Terletak dibawah pintu, terbuat dari Extruded aluminium natural color, yang
didudukkan pada beton yang telah disediakan dan harus dikoordinasikan dengan
Kontraktor Struktur.
4) Hall Button
a. Hanya ada satu buah di setiap lantai.
Untuk lantai yang paling bawah hanya terdapat satu pushbutton untuk operasi
ke arah atas.
Untuk lantai yang paling atas hanya terdapat satu pushbutton untuk operasi ke
arah bawah.
Untuk lantai yang lainnya terdapat dua buah pushbutton untuk operasi ke arah
atas dan bawah.
b. Push button merupakan soft touch button yang menyala bila disentuh.
5) Car Position Indicator
Terdapat di atas pintu pada semua setiap lantai dengan tipe Digital Indicator saja,
kecuali pada lantai Lobby dilengkapi dengan gong dan hall lantern.
6) Buffer
a. Buffer yang dipakai harus dari jenis oil buffer dimana pada bagian atasnya
diberikan karet setebal 5 mm.
b. Untuk setiap elevator minimum dipergunakan empat buah buffer dimana dua
buah untuk car buffer dan yang lain untuk counter weight buffer.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 183
c. Buffer ini ditempatkan diatas suatu dudukan beton yang disediakan sendiri oleh
pemborong pekerjaan lift (tidak boleh diangkur langsung ke lantai beton struktur
yang ada).
7) Guide Rail
a. Untuk Kereta Elevator
b. Rail yang dipakai harus terbuat dari profil baja T dengan lebar flange, ketinggian
dan berat nominal, sesuai standard kapasitas.
Rail harus dipasang pada bracket pada setiap jarak 2 meter maksimum
dengan memakai besi siku ukuran 80 x 80 x 8 mm.
Rail harus diklem pada bracket dengan memakai sliding slip dan mur baut
3/4".
Sambungan rail terbuat dari plat baja setebal 1 cm dan panjangnya 14,5"
yang dipasang dengan mur baut 3/4" sebanyak 4 (empat) buah disetiap
sisinya.
c. Untuk Counter Weight
Rail yang dipakai harus terbuat dari profil baja T dengan lebar flange,
ketinggian dan berat nominal sesuai standar kapasitas.
Rail harus dipasang pada bracket pada setiap jarak 2 (dua) meter maksimum
dengan memakai besi siku ukuran 80 × 80 × 8 mm.
Rail harus diklem pada bracket dengan memakai sliding slip dan mur baut
5/8".
Sambungan rail terbuat dari plat baja setebal ½” dan panjangnya 12" yang
dipasang dengan mur baut 5/8" sebanyak 4 (empat) buah di setiap sisinya.
d. Rail harus dilapis dengan suatu bahan anti karat dan pemegang rail harus dicat
anti karat.
e. Selain ketentuan tersebut di atas, konstruksi dari rail harus memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dari pabrik.
8) Counter Weight
a. Rangka counter weight terbuat dari profil baja.
b. Isi counter weight adalah seberat Kereta Elevator ditambah dengan 50% dari
kapasitas beban (balancing 50%), yang terbuat dari besi cor.
d. Rangka counter weight harus dicat anti karat dan isinya dilapis dengan suatu
bahan anti karat.
9) Compensating
a. Terdiri dari rope yang terbuat dari kawat baja dengan inti kawat baja yang
dilengkapi dengan rope tensioning.
b. Rope tensioning berupa pulley yang diberikan beban, diletakkan di pit dan
dilengkapi dengan safety switch.
10) Rem
a. Rem harus menggunakan sistem arus listrik.
b. Semua rem harus dirancangkan untuk dapat bekerja pada kapasitas normal dan
sanggup memegang dan memberhentikan lift pada kondisi yang paling berat /
sukar.
c. Sirkuit sistem kontrol rem harus saling mengunci (interlock) secara elektris
dengan sirkuit kontrol motor traksi dan harus direncanakan dan diatur sehingga
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 184
rem hanya bekerja untuk memegang kabin lift pada saat lift telah berhenti disuatu
lantai dan rem tidak digunakan untuk memberhentikan lift.
d. Sepatu rem harus bekerja tanpa menimbulkan suara yang keras.
e. Kontraktor Lift harus menyediakan satu alat yang gunanya khusus untuk melepas
rem secara manual setelah kereta lift berhenti secara darurat.
11) Sepatu Penuntun (Guide Shoes)
a. Sepatu penuntun harus berbentuk roda atau bentuk lain yang sesuai dengan
standard pabrik dan terikat secara kuat pada bagian atas dan bawah dari kereta
lift dan counterweight.
b. Setiap sepatu penuntun harus bergerak pada permukaan rel penuntun dengan
halus.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 185
3) Pengaman terhadap ketegangan rope. Apabila pengaman ini bekerja, maka panel
kontrol akan mematikan mesin penggerak.
c. Bila sumber listrik utama dari PLN telah terhubung kembali maka rangkaian akan
dipindahkan kekeadaan semula pada panel utama listrik dilantai Basement. Pada
saat pemindahan tersebut, lift akan berhenti sesaat dan secepatnya setelah
mendapatkan aliran listrik, maka lift akan bekerja secara normal kembali.
7) Pengaman Bila Terjadi Kebakaran
Di lantai dasar harus disediakan dan dipasang sakelar khusus untuk petugas-
petugas pemadam kebakaran dengan tulisan dengan bahasa Indonesia “SAKELAR
KEBAKARAN”.
Untuk pengoperasian saklar tersebut tidak boleh menggunakan kunci dan harus
diletakkan dalam kotak besi yang mempunyai panel depan terbuat dari stainless
steel hairline finish dan tutup kaca yang mudah dipecahkan. Saklar ini harus diberi
tulisan yang jelas untuk kedudukan “ON” atau “OFF”.
Dengan mendudukan sakelar pada posisi “ON”, maka Lift akan bekerja sebagai
berikut :
a. Semua panggilan lift dan permintaan lantai akan dibatalkan,dan tidak ada
panggilan atau permintaan baru terdaftar.
b. Sistem kerja lift akan berubah dari kontrol secara kolektif menjadi tidak kolektif.
c. Tanpa melihat arah geraknya, lift secara otomatis akan bergerak turun ke lantai
dasar, tanpa berhenti di lantai-lantai lain.
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 186
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 187
3) Kereta Lift
- Model Kereta : Single Side View (Passenger Lift
Standard)
- Dinding Kereta : Standard (Painted Steel Sheet Finished)
- Ceiling kereta : Stainless Steel HF and fluorescent
lighting through circular milky white
acrylic covers set in a suspended
anodized alumin. Frame atau standard.
- Pintu Kereta Lift : Stainless Steel Hairline Finished
- Entrance Colums : Stainless Steel
- Kick plate : Stainless Steel
- Car sill : Extruded aluminium
- Sistem ventilasi : Electric blower with rear fan
- Emergency exit : Provided on the ceiling
- Emergency lamp : Provided on the ceiling
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 188
4) Entrance Design
- Model Entrance : Narrow 6 cm inclined JAMB Stainless
steel
- Landing doors : Stainless Steel
- Landing sills : Extruded aluminium
- Transom : Hanya di Lantai Dasar
5) Signal Fixtures
Dalam Kereta Lift
* Face plate of car hall position
indicator operating panel : Stainless steel.
* Car position and direction : Digital type above door with directional
arrows
* Indicator car operation : Soft touch button
Entrance Hall
* Hall position indicator : Digital type above door, hanya di Lantai
Dasar
* Hall Lantern : Vertical circular type setiap Lantai.
* Arival gong : Setiap lantai.
* Face plate of signal : Stainless steel
Kelengkapan Lift Penumpang
* Emergency car lighting with automatic charger.
* Interphone system and emergency paging system di hubungkan ke
core lift, ruang control dan ruang sekuriti.
* Overload protection device.
* Arrival gong.
* Auxiliary car operating panel.
* Single phasing protection.
* Manhole (car) switch
* Pit Switch
* Maintenance switch (di dalam dan di luar kereta)
* Nuisance call cancellation (untuk menghapus panggilan semu,
berdasarkan proteksi dari beban).
* Non reverse phase sequence protection.
* Lampu diatas car lift berikut kawat pengaman dan stop kontak.
* Emergency alarm.
* Electronic Cells.
* Attendance Service.
* Infrared multi beam / door safety ray.
* Emergency stop switch.
* 2 Side Operating Panel
* Exhaust fan untuk car lift
* Tangga untuk pit lift
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 189
6) Pekerjaan Penunjang
- Blok Insulasi
- Bracket
- Anti Vibrasi
7) Lain-lain
- Safety Edge
- Plat Form
- Ceiling
- Safety device
Operation by Emergency Power Source Automatic
Auto Fall Safe Device
Automatic Rescue Device (ARD)
Fire Emergency Return
Automatic by Pass
Anti Nuisance Device
Emergency by stop switch
Earth Quake Sensor Device (1 unit untuk 1 ruang mesin)
PRODUCT
No MATERIAL BRAND
A. VAC
1 AC VRF/VRV Daikin
2 Pipa Refrigerant Denji
3 Pipa Drain PVC_AW Wavin
4 Isolasi Ducting AB Wool
5 Isolasi Pipa Armaflex
6 Aluminium Foil Double Side AB Foil
Fire Retardant
7 Seng BJLS Lockfom
8 Pre-Insulated Duct AB Duct
9 Thermostate Honeywell
10 Inverter Danfoss
11 Grille, Diffuser, Louver Polar
12 Aluminium Tape AB Tape
13 Fan Nicotra
14 Air Scrubber AOM Scrubbox
B. Elevator
1 Lift Pillar
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 190
Panel Tornatec
2 Pompa Utama Elektrik Wilo STD NFPA-20
std. NFPA
Panel Tornatec
3 Peralatan Kolam renang Hayward Pemasangan
Sparing
Tornatec
4 Kotak Hidran luar Ocean Fire
5 Pilar Hidran Ocean Fire
6 Seamese Connection Ocean Fire
7 Katup Kendali Utama Mico
(MCV)
8 Katup Kendali Cabang Mico
(BCV)
9 Katup Test Pembuangan Mico
(TDV)
10 Kepala Sprinkler Viking
11 Flexible Dropper Daejin
12 Air Vent Mico
13 Safety valve Mico
14 Pressure Gauge Nagano
15 Pipa Black Steel Spindo
16 Head Sprinkler Mico
17 Fitting Screw Malleable TSP
Iron
18 Fitting Las Black steel ML
19 Rigid Coupling/Groove Mico
20 Gate Valve Flange ANSI Cast Mico ULFM PN 20 300
Iron Psi
21 Gate Valve Bronze Mico ULFM PN 20
22 Check Valve Flange ANSI Cast Mico ULFM PN 20 300
Iron Psi
23 Check Valve Bronze Mico ULFM PN 20
24 Butterfly Valve Mico
25 Flexible Joint Tozen
26 Flow meter Flange ANSI Cast Gerand
Iron
27 Tangki Air Panel GRP Alfatank
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 191
Product Plumbing
No Peralatan Tipe Merek Catatan
1 Pompa Transfer Centrifugal End Wilo,Ebara
Suction
2 Pompa Booster Vertical Multistage Wilo,Ebara Paket
Booster
3 Pompa Air Bekas Summersible Wilo,ebara
4 Pompa Air Kotor Summersible Wilo,Ebara w/ Cutter
5 Meter Air Class B Barindo
6 Katup Pelampung Non Modulating Mico
7 Katup Hisap Silent Seat Mico
8 Gate Valve PN 10 Mico
9 Check Valve PN 10 Mico
10 Y' Strainer PN 10 Mico
11 Flexible Joint PN 10 Tozen
12 Butterfly Valve PN 10 Mico,
13 Pipa PPR PN 10 BE,Wavin
14 Fitting PipaPPR PN 10 BE,Wavin
15 Pipa PVC Class AW Wavin
16 Fitting Pipa PVC Class AW wavin
17 Pipa GIP Class Medium Spindo
18 Fitting Pipa GIP Screw / Welded Riser
19 Pressure Gauge Bellow Type Nagano
20 Air Vent Automatic Mico
21 Ceilling Clean Out Class AW Wavin
22 Roof /Balkon Drain Dome / Flat Onda,
23 Floor Clean Out Chromium Plated Onda
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 192
PRODUCT ELEKTRIKAL
1 Transformator 20kv/0.4kv Bambang Djaya (tidak dikerjakan)
2 Panel Tegangan Menengah Schneider
3 Panel Maker Tegangan Rendah Local Product
4 Komponen Panel Schneider
5 Metering Schneider
6 ATS Schneider
7 Capacitor Bank Schneider
8 Power Capacitor, detune filter Schneider
9 Power Regulator /control Schneider
10 Kabel Tegangan Menengah Voksel
11 Kabel Tegangan Rendah Voksel
12 Kabel Tahan Api Voksel
13 PVC Conduit Legrand
14 Komponen Penerangan (bulb) Philips
15 Armatur Penerangan Artolite, Philips, sparta
16 Stop kontak & Saklar Legrand
17 Power outlet & Industrial Legrand,
18 Nicad battery & Battery Menvier
19 Sistem pentanahan & Proteksi Local , Konvensional
petir
20 Tray cable & Cable NPS
ELEKTRONIK & IT
1 Peralatan FA & Detector Hooseki
2 Kabel Voksel
3 Kabel FRC STP Voksel
(Fire Resistance Cable)
4 Kabel STP / UTP Belden
5 Konduit Legrand
6 Kabel Tray NPS
7 UPS APC / By owner
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 193
MEP
Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Gedung Wisma I PPPPTK IPA - 194
PASAL 33
PEKERJAAN PEMBONGKARAN, PENGAMAN & PEMBERSIHAN
SETELAH PEMBANGUNAN
1. Pembersihan Tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup Pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku RKS ini
dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi
setelah pekerjaan selesai menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.
2. Semua bekas bongkaran bangunan "Existing" pohon dan sebagainya, harus dikeluarkan
dari Tapak/Site konstruksi.
3. Selama pembangunan berlangsung, kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/ material, barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah
terima.
Pasal 34
PEKERJAAN LAIN-LAIN
Pasal 35
PENUTUP
Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
ini, akan ditentukan kemudian pada Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan
dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan
Penyedia
CV. Griya Loka